Anda di halaman 1dari 44

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar
dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi,
menyesuaikan informasi dan sebagainnya. Sajian audio visual atau lebih
dikenal dengan sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik. ICT
dalam hal ini komputer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan
sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional
dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut
akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mensintesa, dan
mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya.
Proses penyebaran informasi saat ini telah bergantung pada peran
teknologi multimedia, salah satunya yang tak lepas dari peran teknologi ini
adalah penyebaran informasi tentang wisata. Tempat-tempat wisata yang
menarik menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat, apabila didukung
dengan penyebaran informasi menggunakan pesan yang menarik akan
menambah jumlah wisatawan lokal bahkan mancanegara. Saat ini minat
masyarakat untuk berwisata sedang mewabah di kalangan anak muda
bahkan keluarga. Sayangnya, tidak banyak anak muda atau wisatawan yag
berminat untuk berwisata di tempat-tempat bersejarah yang menyimpan
banyak history, unik, dan terkesan djadoel / tempo doeloe. Masyarakat
terutama anak muda lebih menyukai tempat wisata alam yang menyuguhkan
berbagai keksotikan pemandangan alam. Padahal, wisata sejarah juga tak
kalah tak kalah menariknya dengan wisata yang lain pada umumnya. Wisata
sejarah dapat menggambarkan tentang keberagaman budaya, etnik, dan
barang-barang sejarah yang memiliki keunukan ceritan tersendiri pada masa
silam. Hal itu dapat meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya
Indonesia.
Penyebaran informasi yang baik dan cepat sangat menunjang suatu
informasi itu sendiri, dengan menggunakan multimedia informasi dapat diolah
sedemikian rupa sehingga menarik dan cepat ditangkap,dengan penyediaan
multimedia dalam bidang informasi tampat dan informasi yang kita cari dapat
mudah diakses dan memberi daya tarik lebih. Melalui kecanggihan teknologi
saat ini bukan tidak mungkin penyebaran informasi daerah wisata dapat

1
2

berjalan lebih cepat dari yang kita duga. Melalui pembuatan video dalam
praktikum kali ini dapat memadukan antara teknologi dalam proses
pembuatan serta unsur pesan yang berusaha mengajak masyarakat
mencintai sejarah bangsanya dengan berkunjung ke museum.
B. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum ini dimaksudkan sebagai sarana untuk
pengenalan dan pendalaman kepada mahasiswa mengenai teknologi yang
berbasis pada penggunaan computer untuk mengakses, pengumpulan,
pemrosesan, dan pengolahan, serta penyajian data atau informasi kepada
pengguna (user), sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.
1. Tujuan Umum
Kompetensi yang ingin dicapai adalah agar mahasiswa dapat
memahami teori tentang perencanaan komunikasi, desain pesan,
manajemen data / informasi, dan aplikasi teknologi informasi berbasis
komputer dengan benar.
2. Tujuan Khusus
Praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia ini memiliki tujuan
khusus yaitu:
a. Mahasiswa dapat merancang konsep, data/informasi/pesan berkaitan
dengan komunikasi dalam penyuluhan pertanian.
b. Mahasiswa dapat menggunakan hardware dan software komputer
multimedia
c. Mahasiswa dapat menggunakan handycam, foto digital, capture, alat
rekaman, editing kompilasi gambar, suara, dan animasi sesuai
konsep.
d. Mahasiswa dapat menggunakan Computer Graphic Fundamental
(aplikasi CorelDraw)
e. Mahasiswa dapat menggunakan Graphic Desain Fundamental:
1) Membuat poster dan aplikasi Adobe Photoshop dan CorelDraw
2) Membuat Audio Visual (aplikasi adobe premier) untuk
menyampaikan pesan penyuluhan pertanian.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia ini dilaksanakan pada
waktu dan tempat sebagai berikut:
3

1. Waktu
Pelaksanaan praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia
kelompok 5 disusun dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktikum Teknologi Informasi dan
Multimedia

No Kegiatan Waktu
1. Asistensi/coaching 29 Februari dan
1 Maret 2017
2. Konsultasi dan produksi media Menyesuaikan
Cetak
3. Pengumpulan produk media cetak 19 April 2017
4. Konsultasi dan produksi media Menyesuaikan
audiovisual
5. Pengumpulan produk media audiovisual 21 Juni 2017
6. Pengumpulan Laporan Praktikum 20-24 Juni 2017
7. Responsi 20-24 Juni 2017
Sumber: Petunjuk Praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia Tahun
2016
2. Tempat
Pelaksanaan praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia
dilaksanakan di lapangan (masyarakat), studio rekaman, dan Ruang
Multimedia FP UNS.
4

II. LANDASAN TEORI

A. Teknologi Informasi dan Multimedia


Teknologi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan
tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan
persoalan dalam hidupnya. Kata informasi dapat diartikan berita yang
mengandung maksud tertentu. Manusia memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang selalu ingin dibagikan kepada orang lain. Pengalaman atau
pengetahuan yang dikomunikasikan kepada orang lain tersebut merupakan
pesan atau informasi. Jadi, informasi menuntut adanya kehadiran pihak lain
(Maryono dan Patmi, 2008).
Multimedia merupakan suatu konsep dan teknologi baru dalam bidang
teknologi informasi, dimana dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi dan
video disatukan dalam komputer untuk disimpan, diproses dan disajikan baik
secara linear maupun interaktif. Multimedia boleh digunakan untuk berbagai
aplikasi dalam bidang pendidikan, latihan, permainan, hiburan, realiti maya,
perniagaan, dan sebagainya (Maarof, 2004). Lahirnya teknologi multimedia
adalah hasil dari perpaduan kemajuan teknologi elektronik, teknik komputer
dan perangkat lunak (Amiruddin dan Stefanus, 2010).
Struktur Sistem Informasi Multimedia merupakan bagian yang sangat
penting dari keseluruhan pembuatan aplikasi Multimedia. Struktur ini berguna
untuk memvisualisasikan seluruh relasional dan apliksai yang sedang
dibangun. Struktur ini menjelaskan organisasi file dari macromedia sebagai
perangkat lunak utama, grafik dan sumber daya lain, sehingga tidak hanya
memudahkan dalam menemukan file tertentu, tetapi juga memudahkan untuk
melakukan revisi pada tiap komponen dalam aplikasi multimedia ketika
dibutuhkan.
B. Perencanaan Komunikasi
Istilah Perencanaan komunikasi berasal dari kata perencanaan dan
komunikasi. Perencanaan sendiri bersumber dari kata rencana yang
berarti segala sesuatu yang akan atau harus dilakukan. Apabila segala
sesuatu yang akan atau harus dilakukan itu diupayakan secara sistematis
dan dinyatakan secara tertulis maka disebut perencanaan. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses

4
5

atau usaha atau tindakan membuat rencana. Tindakan-tindakan yang


dilakukan dalam membuat suatu perencanaan tidak lain adalah tindakan
pengambilan keputusan-keputusan mengenai apa yang akan dan harus
dilakukan. Perencanaan merupakan suatu proses pemilihan dan
menghubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk menyusun
asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi di masa mendatang untuk
kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang diharapkan. Perencanaan adalah pernyataan tertulis
mengenai segala sesuatu yang akan atau yang harus dilakukan. Sifat
perencanaan selalu berorientasi ke masa yang akan datang (future oriented).
Perencanaan komunikasi adalah pernyataan tertulis mengenai serangkaian
tindakan tentang bagaimana agar mencapai perubahan perilaku sesuai
dengan yang kita inginkan. Perencanaan komunikasi merupakan hal
mendasar yang diperlukan dalam suatu kegiatan komunikasi sosial,
utamanya untuk memperkenalkan atau measarkan produk. Setelah
memahami proses perencanaan dan elemen-elemen komunikasi dalam
suatu organisasi, dapat ditemukan beberapa hal yang dapat merupakan
masalah dalam perencanaan komunikasi. Sebuah komunikasi harus cermat
dan tepat dalam menentukan siapa berbicara apa pada siapa melalui apa
(Wahyudi, 2010).
Tahapan perencanaan komunikasi pada dasarnya terdiri dari: (1)
tahap identifikasi masalah, (2) tahap perumusan tujuan komunikasi, (3) tahap
penetapan rencana strategik, (4) tahap penetapan rencana operasional, (5)
tahap penyusunan rencana evaluasi dan (6) tahap merencankan
rekomendasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan satu per satu
secara berurutan, tidak berloncat-loncat. Perencanaan komunikasi juga
memiliki emapat elemen utama yaitu :
1. Tujuan (objective). Kondisi masa depan yang akan dicapai
2. Aksi (action). Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan.
3. Sumber daya (resources). Hal-hal yang dibutuhkan dalam melakukan aksi
4. Pelaksanaan (implementation). Tata cara dan arah pelaksanaan kegiatan
Pada proses perencanaan komunikasi ini, dampak atau akibat yang
dihasilkan tergantung pada empat elemen tersebut. Dalam proses
6

perencanaan tersebut, peran komunikasi merupakan ketrampilan penting


yang harus dimiliki oleh para manager (Erna, 2007).
Perencanaan komunikasi Merupakan proses yang sangat penting
dalam proyek, mengingat seringnya kegagalan proyek terkait dengan
kegagalan komunikasi. Rencana manajemen komunikasi adalah dokumen
yang berisi arahan / tuntunan cara berkomunikasi dalam suatu proyek.
tujuan manajemen komunikasi proyek adalah untuk meyakinkan waktu dan
turunan yang benar, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan, dan
penempatan dari informasi proyek. Proses utama dalam manajemen
komunikasi proyek adalah perencanaan komunikasi (Communication
Planning), pendistribusian informasi (Information Distriution), pelaporan
kinerja (Performance Reporting), dan pengaturan stakeholders (Managing
Stakeholders) (Noerlina, 2008).
C. Khalayak Sasaran Komunikasi
Khalayak atau publik adalah sejumlah orang yang memiliki minat
sama terhadap suatu kegemaran / persoalan tertentu tanpa harus
mempunyai pendapat yang sama, dan menghendaki pemecahan masalah
tanpa adanya pengalaman untuk itu. Khalayak memiliki perbedaan dari aspek
khalayak yang suka terhadap tayangan tersebut dan ada yang tidak suka dari
tayangan tersebut, maka dari itu khalayak dilihat dari jenis-jenis yang
berbeda terhadap media massa (televisi). Ada empat jenis sumber formasi
audiens dari sebuah tripologi yaitu : 1) Kelompok atau publik Sejalan dengan
suatu pengelompokkan sosial yang ada seperti komunitas, keanggotaan
minoritas politis, religious atau etnis dan dengan karakteristik sosial bersama
dari tempat, kelas sosial , politik, budaya, dan sebagainya. 2) Kelompok
Kepuasaan Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu
yang ada terlepas dari media, tetapi berkaitan misalnya dengan isu sosial,
jadi suatu kebutuhan umum akan informasi atau akan kepuasaan emosional
dan afektif tertentu. 3) Kelompok Penggemar atau Budaya Citra Rasa
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi atau gaya atau daya tarik tertentu
akan kepribadian tertentu atau citra rasa budaya atau intelektual tertentu. 4)
Audiens Medium Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau
loyalitas pada sumber media tertentu misalnya surat kabar, majalah, saluran
radio, atau televisi (Cangara, 2012).
7

Studi mengenai hubungan yang terjadi antara media dan khalayak


(pembaca, pemirsa, pengguna internet) menjadi perhatian utama antara
industri media, akademisi, maupun pemerhati media dan masalah sosial.
Media mampu menjadi stimuli individu untuk menikmati sajian pesan atau
program yang ditampilkan. Isi media mampu menjadi wacana perbincangan
(penerimaan khalayak) yang menarik apabila dikaitkan dengan konteks
budaya, misalnya efek dramatisasi visual yang ditimbulkan, pemirsa mampu
mengkontruksi makna sesuai dengan teks dan konteks (Hadi, 2009).
Memahami secara cermat karakteristik khalayak juga akan
bermanfaat bagi pengelola media komunikasi sebagai media alternatif bagi
komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan, misalnya, siapa
sesungguhnya khalayak sasaran newsletter kita, karakteristiknya apa saja,
dimana mereka, dan apa aktivitas atau pekerjaan mereka. Bagaimana
mereka berpikir dan bagaimana mereka memanfaatkan waktu mereka.
Dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut kita
sesungguhnya sedang melakukan semcam analisis khalayak. Kita perlu
mengetahui secara terperinci karakteristik khalayak sasaran kita mengingat
masing-masing sasaran memiliki ciri-ciri khas yang membedaknnya dari
sasaran yang lain. Karakteristik komunitas bisa dilihat berdasarkan:
Demografis / sosio-ekonomis yang meliputi umur, jenis kelamin, status
termasuk tipe keluarga, pendidikan, wilayah, pekerjaan / penghasilan / kelas
sosio-ekonomi, termasuk latar belakang bahasa. Geodemografis yang
meliputi wilayah, tempat tinggal, dan nilai lokasi. Psikografis yang meliputi:
pola pikir, pola sikap, pola perilaku (gaya hidup) (Ibrahim dan Bachruddin,
2014).
D. Media Komunikasi
Fungsi media komunikasi adalah sebagai alat yang dipakai untuk
melakukan komunikasi sedangkan perilaku komunikasi itu sendiri terdiri dari
komunikator dan komunikan melalui pesan yang disampaikan. Seorang
komunikator dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan macam atau
bentuk komunikasi yang ia lakukan. Macam atau bentuk komunikasi ini dapat
diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu komunikasi antar personal,
komunikasi intra manusia, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
Macam komunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
8

pada prinsipnya cara ini dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu media umum,
media khusus dan media massa. Media umum yaitu komunikasi yang isi
pesan dikomunikasikan kepada semua pihak, secara bebas dan tidak
rahasia, hanya saja sifatnya tidak masal. Media khusus yaitu komunikasi
yang dilakukan secara tertutup melalui surat tertutup sehingga komunikan
satu dengan yang lain tidak saling mengetahui apa isi pesan yang
disampaikan. Sedangkan komunikasi massa bersifat masal yang dilakukan
melalui media massa seperti koran, majalah, radio, televisi dan film
(Soekartawi, 2005).
Media audio visual dapat memainkan suatu peran penting dalam
penyebaran proses eksperimentasi, untuk mempertajam daya dukung
swakelola dari petani. Para praktisi pengembangan teknologi partisipatoris
mendorong mereka mendokumentasikan pengalaman mereka dan
mengusahakan dokumen bisa disebarkan ke desa-desa serta wilayah-
wilayah lain. Para praktisi pengembangan teknologi partisipatoris telah
memperkuat penggunaan media komunikasi rakyat dan perwakilan petani
terlatih dalam menghasilkan dan memfaatkan media massa modern
(Reijntjes et all, 2007).
Pengelompokan jenis media komunikasi berdasarkan alat yang
digunakan, dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Media komunikasi audio (pendengaran)
Audio artinya sesuatu yang bersifat dapat didengar. Jadi, media
komunikasi audio adalah suatu alat bantu komunikasi yang memancarkan
suara, sehingga memungkinkan komunikasi dapat ditangkap melalui
saluran pendengaran. Contohnya: radio dan telepon.
2. Media komunikasi visual (pengelihatan)
Visual artinya sesuatu yang dapat dilihat dengan indra pengeliatan
(mata). Jadi, media komunikasi visual adalah suatu alat bantu komunikasi
yang memancarkan tulisan dan atau gambar, sehingga memungkinkan
komunikasi dapat ditangkap melalui saluran pengelihatan. Contohnya,
antara lain berupa: surat, brosur, poster, spanduk dan media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid).
9

3. Media komunikasi audio-visual (pendengaran dan peneglihatan)


Audio-visual artinya sesuatu yang dapat didengar dan dilihat. Jadi, media
komunikasi audio-visual adalah suatu alat bantu komunikasi yang dapat
memancarkan suara disertai tulisan dan atau gambar, sehingga
memungkinkan komunikasi dapat ditangkap melalui saluran pendengaran
dan pengelihatan. Contohnya: televisi, video dan film (Barata, 2006).
E. Pesan yang Disampaikan
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan melalui proses komunikasi. Ada juga yang mengatakan bahwa
pesan adalah serangkaian isyarat / simbol yang diciptakan oleh seseorang
untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat / simbol
itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu. Pesan juga merupakan suatu
hal yang dijadikan sebagai syarat dalam kegiatan berkomunikasi, karena
dengan suatu pesan hubungan komunikasi seseorang dengan lainnya akan
berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Rogers dan Storey, 1987).
Dalam desain komunikasi visual unsur kata-kata tervisualisasikan
dalam bentuk tulisan. Karena itulah secara visual tulisan harus disusun
sedemikian rupa supaya menarik, sehinggan dapat menyampaikan pesan
secara efektif. Namun demikian secara verbal unsur kata-kata juga harus
disusun secara menarik pula, karena keberhasilan susunan kata-kata untuk
berkomunukasi ditentukan pula oleh isi dan penampilannya (visual).
Membicarakan tentang penampilan visual tulisan dalam komunikasi visual
meliputi pembahasan tentang bentuk, corak dan gaya huruf, ukuran huruf,
dan desain tulisan, dengan prinsip bahwa susunan tulisan tersebut harus
dapat menunjukkan kepada pembaca pesan isi yang paling penting (Lilik,
2009).
Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik,
untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Paduan antara gambar dan
suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Alat – alat yang
termasuk kategori media audio visual adalah Televisi, VCD, sound slide, dan
film (Kustandi dan Sutjipto, 2011).
Pengorganisasian dan komposisi pesan-pesan komunikasi:
10

1. Menarik perhatian
Penulisan pesan pada umunya dimulai dengan bagaimana cara
menarik perhatian penerima atau komunikan. Para profesional
menggunakan berbagai teknik untuk menarik perhatian komunikan. Salah
satu teknik yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan kalimat
tanya pada permulaan paragraf. Di samping itu, ada beberapa cara lain
untuk menarik perhatian diantanya adalah dengan menekankan contoh
produk terbaru, memberikan ilustrasi dan memberikan solusi atas suatu
masalah.
2. Membangun minat
Dalam hal ini, kita perlu melihat apa yang dilakukan oleh pesaing,
apa yang membedakan produk kita dengan produk pesaing dan apa yang
paling diminati pembeli potensial. Jawaban atas berbagai pertanyyan
tersebut akan membantu dalam memilih titik penjualan utama (central
selling point) ketika membangun pesan-pesan penjualan.
3. Meningkatkan hasrat
Untuk meningkatkan hasrat pembaca, kita dapat mengungkapkan
manfaat utama bagi pembaca dalam kata-kata atau gambar, grafik, atau
bagan yang lebih menarik. Penulisan pesan yang baik diupayakan agar
singkat, sederhana dan jelas. Penggunaan huruf yang di cetak tebal, cetak
miring, cetak tebal dan cetak miring, atau dengan memberikan tanda
khusus (bullet) untuk menekankan hal-hal tertentu yang dianggap penting.
4. Memotivasi tindakan
Setelah kita mampu menumbuhkan minat dan hasrat pembaca,
berikutnya yaitu bagaimana menumbuhkan motivasi bagi pembaca.
Melakukan persuasi atau ajakan kepada pembaca untuk mengambil
tindakan dengan segera. Memberi keyakinan kepada mereka bahwa apa
yang diharapkan pembaca dapat kita penuhi dengan segera, seperti
pengiriman produk yang tepat waktu dan dalam jumlah yang tepat
(Purwanto, 2010).
11

III. HASIL PRAKTIKUM

A. Deskripsi Khalayak Sasaran / Audience


1. Khalayak Sasaran / Audience
Khalayak (audience) merupakan faktor penentu keberhasilan
komunikasi. Ukuran keberhasilan suatu komunikasi yaitu apabila pesan-
pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui berbagai saluran
media massa baik media cetak maupun media audiovisual seperti film
dapat diterima oleh khalayak sasaran, dipahami dan memberikan
tanggapan positif terhadap informasi yang diberikan yang dapat
memenuhi harapan dari komunikator. Khalayak sasaran menunjuk pada
sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan
komunikasi yang dilakukan, jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak
terbatas), tersebar secara luas.
Pada praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia ini khalayak
sasaran Wisata Musium Radya Pustaka adalah masyarakat luas
kususnya kaum muda dan dewasa hingga lansia, karena wisata ini
sangat cocok untuk golongan kaum muda yang memiliki ketertarikan
dalam dunia sejarah hingga orang-orang lansia yang throw back
berdasarkan pengalamannya di masa silam (nostalgia). Museum Radya
Pustaka merupakan museum yang terletak di Surakarta. Dibangun pada
masa pemerintahan Pakubowono IX oleh Kanjeng Raden Adipati
Sosrodiningrat IV didalem kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890.
Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih
Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Gedung Museum Radyapustaka
lokasinya di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913.
Museum ini memiliki berbagai macam sejarah dan dapat membantu
membuka mata para wisatawan jalan-jalan melepas kepenatan sambil
menggali sejarah masa lalu. Media yang digunakan untuk
memperkenalkan dan mengajak masyarakat yaitu media audiovisual dan
media cetak berupa booklet.
a. Media Cetak (Booklet)
Khalayak sasaran pada media cetak yang berupa Booklet
bertema “Wisata Museum Radya Pustaka” yaitu seluruh masyarakat

11
12

umum di indonesia. Booklet ini bertujuan untuk mengajak kepada


masyarakat untuk menumbuhkan pengetahuan tentang peninggalan
sejarah yang dimiliki oleh nenek moyang terdahulu dan mau menjaga
serta melestarikanya.
b. Media Audiovisual (Film)
Khalayak sasaran pada media audiovisual yang berupa film
dokumenter dengan tema “Wisata Museum Radya Pustaka” ditujukan
pada seluruh lapisan masyarakat umum khususnya orang dewasa
hingga lansia. Penggunaan audiovisual dipilih karena lebih mudah
untuk memberi gambaran kondisi yang ada di Museum Radya
Pustaka. Visualisasi yang dihasilkan akan lebih menarik perhatian dari
masyarakat sehingga akan lebih mudah diikuti oleh sasaran.
2. Karakteristik Khalayak Sasaran / Audience
Konsep khalayak sasaran merupakan sekumpulan orang yang
terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang
dilakukan yang jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbatas),
tersebar secara luas, banyak diantaranya yang tidak saling mengenal
satu dengan yang lain, heterogen dalam hal ciri-ciri sosio-ekonomi dan
demografinya. Dalam praktikum ini, masyarakat yang dipilih sebagai
khalayak sasaran pastinya memiliki masalah yang harus dihadapi.
Adapun karakteristik khalayak sasaran untuk kedua media yang dipakai
pada praktikum kali ini yaitu:
a. Media Cetak (Booklet)
Booklet adalah media publikasi berupa buku berukuran kecil
yang terdiri atas tulisan, gambar ataupun kombinasi antar keduanya
dengan tujuan memberikan informasi kepada khalayak. Informasi
yang terdapat pada booklet biasanya adalah sebuah ajakan. Pada
media cetak yang berupa booklet, mengajak masyarakat berwisata
agar dapat tahu dan mau mengetahui peninggalan bersejarah
museum yang ada di surakarta yaitu museum Radya Pustaka.
b. Media Audiovisual (Film)
Media audiovisual yang berupa film dokumenter adalah
biasanya sasaran tersebut suka menonton film dan tertarik pada hal-
hal yang baru. Selain itu, pada masyarakat yang masih terbelakang
13

(belum berbudaya baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak


seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Masyarakat
terbelakang hanya mengenal gambar dan suara. Masyarakat modern
pada masa kini memperhatikan seluruh elemen multimedia karena hal
tersebut menjadi sangat vital dalam membangun kesatuan dan
memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video
harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga
dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat
modern yakni efektif dan efisien. Pada media audiovisual, yang
berupa film dokumenter karakteristik khalayak sasarannya yaitu,
semua masyarakat umum. Dengan adanya film dokumenter tentang
“Wisata Museum Radya Pustaka” ini dapat membantu masyarakat
mengetahui peninggalan sejarah yang ada di indonesia khususnya di
Surakarta. Film ini diharapkan akan menumbuhkan minat masyarakat
untuk menjaga dan melestarikan peninggalan budaya yang ada.
B. Perencanaan Pesan Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang
artinya memberitahukan. Sedangkan menurut bahasa inggris disebut
Communication yang artinya pertukaran informasi konsep, ide, perasaan
antara dua atau lebih. Menurut Oxford Dictionary, komunikasi adalah
pengiriman atau tukar menukar informasi, ide, dan sebagainya. Menurut
Ensiklopedia, komunikasi adalah penyelenggaraan tata hubungan kegiatan
menyampaikan warta dari satu pihak dalam suatu organisasi. Jadi
sebenarnya komunikasi itu adalah proses pernyataan antar manusia,
pernyataan manusia disini dinamakan pesan (message), dan orang yg
menyampaikan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yg
menerima pernyataan pesan disebut komunikan (communican). Adapun isi
pesan yg disampaikan komunikator itu adalah pikiran atau perasaan, serta
lambang dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan.
Arti penting komunikasi dalam suatu perusahaan sangat penting bagi
para wirausahawan untuk mendapatkan sukses didalam bisnis. Jika tidak
dapat berkomunikasi, maka tidak mungkin bagi seorang wirausahawan dapat
memperoleh kesempatan berbisnis baik untuk menciptakan ide-ide, gagasan,
maupun cara mengembangkan usahanya. Jadi komunikasi di dalam suatu
14

perusahaan sangat amat penting untuk membangun suatu minat kita dalam
mengembangkan tujuan yang kita punya, dengan kita sudah punya modal
berani dalam berkomunikasi, kita dapat di pakai dalam bisnis-bisnis
perusahaan. Dengan kita sudah terlatih komunikasi dengan orang-orang
banyak, maka kita sudah punya modal untuk mencapai tujuan yg kita
inginkan.
Komunikasi sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan
hanya di perusahaan saja, di rumah maupun dimana pun kita berada pasti
kita melakukan komunikasi. setiap orang dalam menjalankan kegiatan sehari-
hari tentunya menggunakan komunikasi, misalnya, seseorang yg membeli
barang akan melakukan proses komunikasi, pembeli menyampaikan
keinginan kepada penjual, dan penjual memahami maksud / keinginan
pembeli, sehingga terjadi transaksi jual beli. Dalam hal seperti ini telah terjadi
proses komunikasi. komunikasi hanya dapat terjadi bila ada orang yg
menyampaikan pesan, disebut dengan komunikator, dan yg menerima
pesan, serta adanya isi pesan yg hendak disampaikan.
Pesan adalah seperangkat gagasan atau ide yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan sebuah gagasan-
gagasan yang telah diterjemahkan ke dalam simbol-simbol yang
dipergunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu. Bentuk pesan
sendiri dapat bersifat:
1. Informatif, yakni memberi keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri, dalam situasi tertentu
pesan informatif lebih berhasil dari pada pesan persuasif.
2. Persuasif atau bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan pendapat
atau sikap sehingga ada perubahan.
3. Koersif atau memaksa, dengan menggunakan sanksi-sanksi.
Pada praktikum Teknologi dan Informasi Multimedia kali ini kelompok
kami mendapat tema kepariwisataan. Menurut Undang Undang No. 10/2009
tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata yaitu: “pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah
15

dan Pemerintah Daerah”. Fokus kami pada satu tempat wisata yang mana
kurang diminati, yaitu Museum Radya Pustaka Surakarta.
Isi pesan yang dapat disampaikan bahwa berwisata itu tidak hanya
sebagai refreshing, tetapi juga dapat sebagai media edukasi. Perlu diketahui
bahwa banyak tempat wisata yang kurang diminati tetapi justru itu unik,
menarik, dan memberi pengetahuan. Berwisata ke museum sangat
dianjurkan sebagai wujud melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia.
Keuntungannya, selain berwisata, kita akan mendapat pengetahuan dan
sejarah bangsa. Oleh karena itu, kami mengajak kepada masyarakat untuk
mencintai sejarah bangsa, dan jangan lupa ke museum.
C. Perencanaan Media Komunikasi
1. Media Komunikasi yang Dihasilkan
Praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia ini, kami membuat
media komunikasi berupa audiovisual yang berupa film pendek dan
media cetak yang berupa booklet. Kedua media komunikasi ini dipilih
karena keduannya memiliki tingkat kemudahan untuk diterima para
khalayak. Pemilihan kedua media komunikasi ini juga didasarkan pada
khalayak sasaran yang sebelumnya kami tetapkan yaitu masyarakat
umum.
a. Media Audiovisual
Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual
yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar
untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan
pengetahuan, sikap, dan ide. Media ini dinilai sangat mudah untuk
menampaikan informasi kepada khalayak karena media ini sangat
menarik dibandingkan media komunikasi lainnya. Sebagian besar
khalayak atau penerima informasi akan lebih mudah mengerti dan
menangkap informasi apabila disertai dengan audio yang berupa
wicara dan visual yang mampu menggambarkan informasi. Film
pendek merupakan salah satu bentu media audiovisual. Film pendek
merupakan sebuah cipta seni yang berupa video dengan
menggambarkan suatu keadaan dimana hanya berdurasi tidak lebih
dari 60 menit. Pemilihan film pendek ini dirasa tepat karena efisien
dalam penampaian informasi, sesuai dengan khalayak sasaran yaitu
16

kalangan muda, dan lebih menantang karena harus membuat ide


kreatif untuk memvisualisasikan sesuatu dengan waktu yang singkat.
Tema film pendek ini adalah berwisata ke museum. Film berisi
adegan-adegan yang menjelaskan seorang pengunjung dari luar
daerah dan asiknya berwisata ke museum. Hal ini ditunjukkan mulai
dari kedatangannya ke kota Solo hingga keluar dari museum.
Berwisata ke museum dapat dijadikan cara yang tepat bagi semua
orang untuk mencintai sejarah bangsanya.
b. Media Cetak
Media cetak merupakan bagian dari saluran informasi
masyarakat. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi
secara detail dan terperinci. Jenis media cetak untuk sebagai
penyampai informasi sangat bermacam-macam namun dengan
khalayak sasaran masyarakat umum maka kami membuat media
cetak yang dapat dengan mudah dipahami oleh semua kalangan dan
menarik bagi mereka untuk melihat, membaca, dan mengerti. Booklet
dipilih karena booklet mudah dibawa kemana saja dan praktis untuk
dibaca. Booklet telah memuat banyak informasi yang cukup dan
mudah dipahami. Booklet yang dibuat oleh kelompok kami berfokus
Museum Radya Pustaka dimana didalamnya kami menyajiakn sejarah
singkat dan isi museum. Kemudian kami membuat tagline di cover
belakang semacam ajakan bertuliskan “Cintai sejarah bangsamu, ayo
ke museum” dengan tujuan agar masyarakat tertarik dan mau
berkunjung.
2. Proses Pembuatan Media Komunikasi
a. Media Audiovisual
Proses pembuatan media komunikasi penting diperhatikan
dengan baik di setiap tahapannya sesuai dengan perencanaan awal
agar hasil media komunikasi yang diperoleh bisa maksimal dan
memuaskan sesuai dengan rencana tim. Audio visual merupakan
suatu media komunikasi yang memadukan unsur indera pendengaran
(suara) dan indera penglihatan yang berupa gambar atau video. Hal
ini menjadikan media audio visual lebih menarik dibandingkan media
lainnya atau media cetak. Media audio visual membuat seorang dapat
17

melihat dengan jelas gambaran informasi yang disampaikan juga


bersamaan secara langsung dapat memahami maksud dari informasi
yang diberikan melalui mendengarkan penjelasan dari informasi yang
disampaikan. Berikut ini penjelasan dari proses pembuatan media
audivisual antara lain:
1) Pra Produksi
Tahapan pra produksi merupakan berbagai kegiatan
perencanaan yang dilakukan sebelum masuk ke tahapan
produksi. Tahap ini juga merupakan tahap persiapan, dimana
apabila tahap ini tidak dijalankan dengan baik akan
mempengaruhi proses produksi maupun hasil yang diperoleh
nantinya. Tahapan dalam pra produksi audio visual lebih banyak
daripada pra produksi media cetak. Oleh karena itu, pra produksi
dilakukan dengan sebaik mungkin baik mulai dari perencanaan,
persiapan, penjadwalan kegiatan, diskusi dan kematangan konsep
yang digunakan. Beberapa tahapan dalam pra produksi yaitu:
a) Konsep
Konsep merupakan suatu gambaran tentang segala
sesuatu yang akan diambil dalam pembuatan film. Tahap awal
dalam proses pembuatan film / video adalah dengan
menentukan konsep apa yang akan digunakan nantinya.
Konsep dibuat sebagai arahan dalam melakukan kegiatan,
dengan adanya konsep kegiatan akan lebih mudah karena kita
sudah mengetahui langkah-langkah apa saja yang akan kita
kerjakan. Konsep ini mencakup kegiatan teknis dari seluruh
rangkaian kegiatan yang ada.
Tujuan dari adanya konsep adalah mempermudah
dalam pengambilan gambar. Konsep memudahkan dalam
menentukan segmen yang akan digarap, karena dengan
adanya konsep maka sudah ada acuan dan memudahkan
dalam hal melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang ada.
Konsep dibuat sebelum mengambil gambar berdasarkan tema
dari praktikum dan judul dari film yang akan dibuat. Konsep
pada praktikum ini ditentukan dengan diskusi kelompok,
18

dimana dari semua anggota kelompok menyampaikan


pendapat mereka masing-masing tentang ide kreatif yang
dimiliki. Kemudian dari ide-ide tersebut dipersatukan menjadi
sebuah alur cerita yang kemudian dapat dijadikan sebagai
media untuk menyampaikan pesan kepada pemirsa.
Penentuan konsep dimulai dengan penentuan tema
yang akan kita ambil, tema diambil dengan beberapa
pertimbangan antara lain manfaat tema yang kita ambil bagi
masyarakat. Setelah diperoleh tema, maka tahap selanjutnya
adalah menentukan konsep pengambilan gambar yaitu
gambar apa saja yang akan diambil mulai dari pembukaan
acara, apa saja isinya, kata-kata yang digunakan dan
pemilihan gambar yang digunakan. Semua disusun agar
kegiatan yang akan dilakukan lebih terarah dan tidak terjadi
kebingungan saat terjun ke lapang. Sehingga proses
pengambilan atau pembuatan gambar dapat tersusun secara
sistematis sesuai dengan tema yang digunakan.
b) Survei
Survei merupakan suatu kegiatan lapang dimana lokasi
praktikum ini akan dilakukan. Penentuan lokasi pada
praktikum ini menggunakan teknik purposive sampling artinya
dengan sengaja menentukan lokasi dengan berbagai
pertimbangan tertentu menyangkut konsep yang telah kami
buat sebelumnya. Survei dilakukan dengan mengunjungi
langsung lokasi praktikum yang terletak di sekitar Museum
Radya Pustaka, Stasiun Purwosari, dan Fakultas Kedokteran
UNS.
c) Sinopsis
Astitut dan Dinda sedang mengobrol tentang kuliah
yang kosong dan akan berencana untuk main ke Mall namun
kemudian rencana itu tidak jadi dilakukan karena Astitut ingat
jika harus menjemput temannya Amzil yang dari Jogja. Astitut
mengajak Dinda untuk menjempu Amzil di Stasiun Purwosari.
19

Amzil yang baru saja sampai di stasiun merasa


kebingungan mencari Astitut yang belum juga terlihat.
Kemudian Amzil menelepon Astitut dan menanyakan
keberadaannya. Astitut dan Dinda yang baru saja datang dan
mengangkat telpon Amzil langsung mencari Amzil. Amzil
mengatakan ingin jalan jalan di Solo namun ditempat yang
unik lalu Astitut dan Dinda mengajak Amzil mengunjungi
Museum Radya Pustaka.
Setelah sampai di Museum Radya Pustaka, Amzil dan
kawan-kawannya disambut oleh guide. Guide mempersilakan
tamu untuk mengisi buku tamu. Guide lalu memperkenalkan
diri dan menemani tamu keliling museum. Guide menjelaskan
tentang ruang arkeologika pintu pertama yang berisi topeng
topeng budaya.
Penjelasan Guide:
(1) Ruang Keramik
Ruang Kramik menyimpan berbagai koleksi
keramik dan kristal dalam bentuk kerabah, alat makan.
porselin serta piala porselin pemberian Napoleon
Bonaparte pada Pakubuwono IV Piala porselen ini
diberikan sekitar tahun 1811 Pada saat Napolucon
Bonaparte sedang merayakan Hari kelahirun Puteranya.
Pada ruangan keramik terdapat jenis piring sewan yang di
gunakan untuk mempringati seribu hari wafatnya
seseorang. Mayoritas keramik yang di simpan di ruangan
ini merupakan peninggalan masa penjajahan belanda .
Pada salah satu dinding ini di pajang aneka priring sewon.
Piring sewon merupakan piring yang khusus di buat untuk
memperingati 1.000 hari meninggalnya seseorang,
biasanya anggota kerajaan.
(2) Arkeologika Pintu Kedua
Barang-barang pengisi museum banyak berasal
dari Karatan Kasunanan Surakarta, kepatihan, dari hasil
pembelian, dari G.P.H. Hadiwijaya, dan sambangan
20

Partisipan lainnya. Di museum ini tersimpan koleksi benda-


benda kuno yang mempunyai nilai seni dan sejarah yang
tinggi, antara lain. Pada pintu kedua akan dijumpai
berbagai macam arca diantaranya adalah Arca Hindu,
Arca Shiwa, Arca Ganesha, Arca Wisnu, Fragment Candi,
Arca Durga dan Jaladwara Nagamakara serta arca Budha
arca Avalokiteciura, Arca Budha Gautama, Arcu dan Dewi
Tara, selain itu dapat dijumpai pula koleksi keramik yang
sudah berusia Puluhan tahun yaitu berupa piring, gelas
kristal, guci, gerabah. Piala Porselain dari kaisar Napoleon
Bonaparte.
Guide kemudian meninggalkan Amzil dan kawan-
kawannya untuk berkeliling. Ketika Amzil dan kawan-
kawan sedang jalan-lan, tiba-tiba ada seorang gadis yang
menabrak Astitut. Astitut yang melihat gadis tersebut
terjatuh kemudian mengembalikan dompetnya. Kemudian
mereka berempat berkenalan lalu dilanjutkan mengelilingi
Museum bersama-sama di ruang gamelan wayang. Di
akhir cerita, mereka membuat instagram story tentang
ajakan melestarikan budaya dengan cara berkunjung ke
museum.
d) Script
Script merupakan hasil dari konsep yang telah dibuat
dan digunakan sebagai acuan yang digunakan dalam mengisi
peran yang ada pada film. Tujuan Script adalah agar proses
pembuatan video lebih bisa berjalan dengan lancar dan sesuai
alur dari tema yang sudah ditentukan. Script yang sudah
dibuat sebagai berikut:
Pada saat siang hari Astitut dan Dinda Gomez berjalan
bersama di kampus karena kuliahnya kosong. Dalam
percakapan mereka membahas agenda yang akan dilakukan.
Tiba-tiba tidak sengaja Ajeng lewat dan menabrak astitut
hingga dompetnya jatuh tanpa disadari. Ajeng terus berjalan
hingga akhirnya dipanggil oleh astitut.
21

Dinda : “Eh mbak, ini dompetnya jatuh” (eskpresi


menunjuk dan melihat dompet)
Ajeng terlihat bingung dan menghampiri Dinda yang
memanggil namanya.
Ajeng :“Oh iya ini dompet saya. Makasih ya mbak. Saya
boleh bertanya nggak mbak, museum radya pustaka dimana
ya? Saya bingung cari-cari dari tadi belum ketemu.”
Dinda : “Kebetulan mbak kami juga mau kesana. Bareng
kita aja.”
Amzil : “Oalah namanya radya pustaka?”
Astitut : “Iya zil. Yuk kita kesana”
Mereka berempat berjalan sambil mengobrol satu sama lain.
Mereka berhenti sejenak dan berkenalan.
Ajeng : “Eh ngomong-ngomong kita belum kenalan ya.
Namanya siapa?”
Dinda : “Oiya mbak, saya dinda.” (sambil berjabat tangan)
Astitut : “Aku astitut.” (Sambil berjabat tangan)
Amzil : “Aku Amzil.”
Tiba di radya pustaka, mereka berempat mengisi buku tamu
dan disambut oleh guide.
Suparti : “Selamat siang, selamat datang di Museum Radya
Pustaka. Silahkan megisi buku tamunya mbak, mas.”
Ajeng, Astitut, Dinda, Amzil : “Selamat siang mbak”
Ajeng : “Oiya mbk, terimakasih.” (kemudian mengisi buku
tamu seperti teman2nya)
Suparti : “Mari Mbak, saya temani keliling melihat ke
dalam”
Kemudian mereka berempat masuk ke dalam museum
ditemani Suparti sebagai guide. Mereka berkeliling bersama
mulai dari ruangan paling depan hingga belakang.
Suparti : “Bisa dilihat mba mas, disini adalah peralatan keraton
mulai dari gelas dan piring yang digunakan di keratin jaman
dahulu dan masih awet sampai sekarang.
22

Astitut : “Wah bagus bianget ya mbak. Warna-warni dan


masih awet.”
Dinda : “Iya ya, mbak kalau yang sebelah sana bagian
apa mbak?”
Amzil : “Guys, sini deh. Ada yang bisa baca nggak?”
(Sambil menunjuk arca tulisan jawa)
Ajeng : “Wah ini gimana bacanya ya? Kok beda sama
tulisan jawa yang dipelajari ya mbak?”
Suparti : “Iya mbak,ini tulisan jawa kuno. Memang lumayan
berbeda dengan yang dipelajari saat ini.”
Mereka terus berkeliling dan mlihat-lihat isi museum hingga
uang-uang, patung, gamelan dll.
Hingga tak terasa sudah 3 jam mereka berada disana. Guide
pun mengantar ke depan dan memfotokann mereka berempat
di depan museum.
Amzil : “Guys makasih ya, sudah ajak aku ke tempat keren di
Solo. Aku jadi tau sekarang bahwa Indonesia kaya sekali akan
budaya dan cerita.”
Astitut : “Bener banget bro.”
Dinda : “Iyanih, aku jadi nyesel karna jadi anak Mall.”
Mereka berempat pun tertawa dan ajeng menutup
pembicaraan.
Ajeng : “Makanya, yuk Cintai Budaya Bangsa. Bangsa
Indonesia.
THE END
20

e) Storyboard
Tabel 2. Script Film Radya Pustaka
Segment Shoot (Visualisasi) Sound Narasi Durasi
1. Judul - PKP 2014 Present - Instrumen - Tanpa narasi 0-5 detik
- Judul “KK (Kenali dan Kunjungi)
Radya Pustaka”

6-10 detik
2. Obrolan santai - Shoot dari atas kebawah - Instrumen Astitut dan Dinda sedang mengobrol tentang 16-45 detik
- Shoot Astitut dan Dinda sedang kuliah yang kosong dan akan berencana untuk
melakukan obrolan santai main ke Mall namun kemudian rencana itu tidak
- Background Gedung baru Fakultas jadi dilakukan karena Astitut ingat jika harus
Kedokteran UNS menjemput temannya Amzil yang dari Jogja.
- 1 Angle camera terfokus pada Astitut Astitut mengajak Dinda untuk menjempu Amzil
dan satu lagi terfokus pada Dinda di Stasiun Purwosari.
3. Menjemput - Shoot kereta api yang baru datang - Instrumen - Amzil yang baru saja sampai di stasiun 46-166
Amzil di - Shoot Amzil yang menelepon Astitut merasa kebingungan mencari Astitut detik
Stasiun - Shoot Astitut yang mengangkat telpon yang belum juga terlihat. Kemudian Amzil
Purwosari Amzil
menelepon Astitut dan menanyakan
- Shoot Astitut dan Dinda yang
keberadaannya. Astitut dan Dinda yang
menghampiri Amzil
baru saja datang dan mengangkat telpon
Amzil langsung mencari Amzil.
21

- Amzil mengatakan ingin jalan jalan di


Solo namun ditempat yang unik lalu
Astitut dan Dinda mengajak Amzil
mengunjungi Museum Radya Pustaka
4. Sampai di - Shoot kedatangan Amzil, Astitut, dan - Instrumen - Guide mempersilakan tamu untuk mengisi 166-256
Museum Dinda yang disambut oleh guide buku tamu. Guide lalu memperkenalkan detik
Radya - Shoot pengisian buku tamu diri dan menemani tamu keliling museum
Pustaka - Shoot guide yang akan mengantarkan
dan menjelaskan tentang isi dari
Museum Radya Pustaka
5. Astitut, Amzil, - Shoot ruangan pertama museum - Instrumen - Guide menjelaskan tentang ruang arkeologika 256-466
Dinda - Shoot ruangan kedua museum pintu pertama yang berisi topeng topeng detik
ditemani - Shoot ruangan ketiga museum budaya.
Guide - RUANG KERAMIK
mengelilingi - Ruang Kramik menyimpan berbagai
Museum koleksi keramik dan kristal dalanm
bentuk kerabah, alat makan. porselin
serta piala porselin pemberian
Napoleon Bonaparte pada Pakubuwono
IV Piala porselen ini diberikan sekitar
tahun 1811 Pada saat Napolucon
Bonaparte sedang merayakan Hari
22

kelahirun Puteranya.
- Pada ruangan keramik terdapat jenis
piring sewan yang di gunakan untuk
mempringati seribu hari wafatnya
seseorang. Mayoritas keramik yang di
simpan di ruangan ini merupakan
peninggalan masa penjajahan belanda .
Pada salah satu dinding ini di pajang
aneka priring sewon. Piring sewon
merupakan piring yang khusus di buat
untuk memperingati 1.000 hari
meninggalnya seseorang, biasanya
anggota kerajaan.
- ARKEOLOGIKA PINTU KEDUA
- Barang-barang pengisi museum banyak
berasal dari Karatan Kasunanan
Surakarta, kepatihan, dari hasil
pembelian, dari G.P.H. Hadiwijaya, dan
sambangan Partisipan lainnya. Di
museum ini tersimpan koleksi benda-
benda kuno yang mempunyai nilai seni
dan sejarah yang tinggi, antara lain.
23

- Pada pintu kedua akan dijumpai


berbagai macam arca diantaranya
adalah Arca Hindu, Arca Shiwa,Arca
Ganesha, Arca Wisnu. Fragment Candi,
Arca Durga dan Jaladwara
Nagamakara serta arca Budha arca
Avalokiteciura, Arca Budha Gautama,
Arcu dan Dewi Tara, selain itu dapat
dijumpai pula koleksi keramik yang
sudah berusia Puluhan tahun yaitu
berupa Piring, gelas Kristal. Guci,
gerabah. Piala Porselain dari kaisar
Napoleon Bonaparte
6. Astitut, Amzil - Shoot Astitut dan Ajeng bersenggolan - - Astitut mengembalikan dompet Ajeng 466-556
dan Dinda kemudian dompet Ajeng terjatuh - Mereka berempat berkenalan
bertemu - Shoot pengembalian dompet Ajeng - Dilanjutkan mengelilingi Museum bersama-
dengan Ajeng oleh Astitut sama dan terdapat narasi:
- Shoot perkenalan Ajeng dengan Astitut, - GAMELAN WAYANG
Amzil dan Dinda - Pada pintu masuk ketiga, akan dijumpai
- Shoot Ajeng, Astitut, Amzil, dan Dinda berbagai macam peninggalan
mengelilingi museum dan berfoto bersejarah yang disimpan di musium
Radya Pustaka. Terdapat berbagai
24

macam wayang, gamelan yang


lengkap. Beberapa lukisan raja-raja
yang pernah memerintah,replika.
bangunan dan patung yang
mnegenakan pakaian prajurit untuk
menyambut tamu pada masa kerajaan.
Gamelan terletak diatas panggung yung
berada ditengah ruangan, sehingga
pengunjung bisa leluasa untuk
melihatnya.
- Pada rungan ketiga ini, terdapan dua
buah rungan rang hanya boleh dilihat
dariluar atau sesuai batas pembatas
saja, Ruangan pertama alalah ruang
tempat raja duduk lengkap beserta
semua kursi dan mejanya serta
terdapat futo-foto raja yang pernah
memerintah di keroton. Ruangan kedua
adalah ruangon Jan menyimpan
sebanyak 6 Pusaka dengan usia
ratusan tahun dan hanya dikeluarkan
saat acara Kirab.
25

- Pusaka Museum Radya Pustaka dikirab


mengelilingi Sriweduri. Kamis
(20/10/2015), Sebanyuk 6 pusaka kirab
dengan usia ratusan tahun. Enam
Pusaka tersebut adalah pusaka Kyai
Pancasula, kyai Hicaksana, kyai
wibowo, Kyai waskita, kyai waspada,
dan kyai wasis kirab ini merupakan
bagian dari acara Pekan Sura Kirab
diikuti prajuri ala keraton. prajurit pasar,
kamunitas Taman Sriwedari dan para
penabuh gamelan dan anak-anak muda
untuk mengampanyekan cinta museum.
Replika Rojomolo dan Lorobonyo pun
juga ikut dikirab. Di laksanakan ritual
keselamatan dalam musimum oleh para
seniman seniman dan budayawan
- Pada bagian ruang tengah museum,
banyak dipajang berbagai perangkat
pewayangan. Berbagai jenis wayang
terpajang di sepanjang jalan ruangan
memenuhi ruang museum tersebut.
26

Padar bagian ini, terpajang alar


gamelan, miniatur-miniatur dan barang-
barang antik kerajaan. Aneka Ragam
Wayang yang ada di Museum Radya
Pustaka yakni:
- Wayang berber
- Wayang berber terbuat dari bahan
kertas dan dibuat oleh Dc.
H.Atmosupama. kotak wayang berber
terbuat dari kayu
- Wayang koper
- Wayang kaper umumnya digunakan
untuk permainan anak-anak Pada
umumnya hanya orang-orang kaya dan
kaum bangsaanyan g memiliki wayang
kaper.
- Wayang Suket
- Wayang suket merupakan bentuk tiruan
dari duyung kulit yang terbuat dari suket
(rumput).
- Wayang Klithik
- Wayang Klithik diciptakan oleh Pangeran
27

Pekik, Adipati Surabaya abad 17 M. Wayang


Pekik biasanya berbentuk seperti wayang
Gedhog yang bercerita tentang babad tanam
jawi
7. Ajakan - Shoot ajakan mengunjungi Museum - Instrumen - Ajeng, Astitut, Amzil, dan Dinda membuat 556-
mengunjungi Radya Pustaka oleh Ajeng, Astitut, istagram story tentang mengajak penonton 585detik
Museum Amzil, dan Dinda untuk mengunjungi museum dan melestarikan
Radya budaya Indonesia
Pustaka oleh
Ajeng, Astitut,
Amzil, dan
Dinda
8. Penutup - Shoot pengenalan pemain - - Nama nama pemain dan sebagai... 585-600
- Shoot Thank’s to... - Thank’s to..... detik
Sumber : Data Primer
28

f) Persiapan Alat
Suatu kegiatan memerlukan alat-alat yang mendukung
kegiatan tersebut. Oleh karena itu keberadaan alat-alat yang
dibutuhkan dalam suatu kegiatan harus benar-benar
diperhatikan dan disiapkan. Alat-alat yang diperlukan ketika
pembuatan film yaitu kamera DSLR, memory, tripod, co card,
peralatan pelengkap seperti kostum, buku, dan tas serta untuk
proses editingnya diperlukan komputer dengan firewire yang
sesuai dengan kamera DSLR dan memiliki aplikasi yang dapat
digunakan untuk mengolah film (ex: Adobe Premiere). Alat-alat
tersebut dipersiapkan sebelum proses pembuatan
berlangsung. Tidak hanya disiapkan, alat-alat tersebut juga
dicek sebelum digunakan untuk memastikan alat itu memang
benar-benar siap digunakan. Jangan sampai prosesnya
terganggu masalah teknis alat yang seharusnya bisa teratasi
bila dicek dari awal.
2) Produksi
a) Pengambilan Gambar
Shoting merupakan proses pengambilan gambar
dalam membuat sebuah video atau film. Termasuk dalam
proses produksi yang membutuhkan persiapan, pengetahuan,
latihan, dan skill dalam melaksanakan shoting. Proses
pengambilan gambar merupakan langkah penentu
keberhasilan dari suatu pembuatan film. Ketika gambar yang
diambil itu bagus maka kemungkinan besar film yang
dihasilkan juga bagus, namun bila gambar yang diambil
kurang baik maka kemungkinan filmnya akan tidak bagus.
Pengetahuan mengenai teknik pengambilan gambar ini
sebenarnya untuk menentukan bagaimana shot itu akan
dibuat, serta kesan yang timbul didalamnya. Untuk
membedakan antara satu shot dengan shot yang lainnya,
teknik pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan
sudut pengambilan gambar yang berbeda (camera angle) dan
ukuran gambar baik long shot, full shot, medium shot dan
29

close up. Dalam proses pengambilan gambar ini, kelompok


kami mengambil di sekitar Museum Radya Pusta, Stasiun
Purwosari dan depan Fakultas Kedokteran UNS. Kami lebih
banyak mengambil gambar dan adegan video, agar pada saat
melakukan editing dapat mempermudah kita dalam memilih
gambar mana yang paling baik yang akan di edit dan
dimasukkan kedalam film sehingga hasilnya lebih maksimal.
Ketika mengambil gambar maupun adegan video harus
diperhatikan jarak pengambilan gambar, bagian yang diambil
dan fokus kamera. Fokus kamera ini akan menentukan
bagaimana kualitas gambar itu diperoleh, ketika fokus kamera
tidak diperhatikan maka gambar akan sedikit terlihat kabur.
Selain itu ketika memperbesar gambar (zoom) harus hati-hati,
maksudnya kecepatan memperbesar itu harus diperhatikan
(tidak boleh terlalu cepat). Jika zoom dilakukanterlalu cepat,
maka menimbulkan perubahan ukuran gambar yang tidak
enak dilihat.
Tabel 3. Reka Adegan dan Lokasi Pembuatan Film
No Adegan Lokasi
1 Astitut dan Dinda sedang Depan Fakultas
mengobrol santai Kedokteran UNS
2 Astitut dan Dinda menjemput Ruang tunggu
Amzil di Stasiun Purwosari Stasiun Purwosari
3 Astitut, Dinda dan Amzil sampai Depan Museum
di Museum Radya Pustaka dan Radya Pustaka
disambut oleh guide
4 Guide menjelaskan isi Museum Di dalam Museum
Radya Pustaka Radya Pustaka
5 Astitut, Dinda dan Amzil bertemu Di dalam Museum
dengan Ajeng Radya Pustaka
6 Astitut, Dinda, Amzil dan Ajeng Di dalam Museum
berkeliling Museum Radya Radya Pustaka
Pustaka
7 Astitut, Dinda, Amzil dan Ajeng Di depan Museum
mengajak penonton untuk Radya Pustaka
mengunjungi Museum Radya
Pustaka
Sumber : Data Primer
30

b) Capture
Proses capture video (capturing) adalah proses
memindahkan hasil rekaman yang disimpan dalam kaset Mini
DV dari kamera ke dalam komputer untuk dijadikan sebuah file
dengan format digital. Untuk meng-capture video kita
membutuhkan salah satu software pendukung antara lain
Microsoft Movie Maker, merupakan software bawaan yang ada
di Windows. Software lain yang bisa digunakan adalah
Pinacle, Ulead dan Adobe Premiere. Pada saat proses meng-
capture kami menggunakan Adobe Premiere. Komputer yang
dapat digunakan untuk proses capture ini bukan komputer
sembarangan, komputer itu harus mempunyai firewire yang
cocok dengan kamera yang digunakan. Proses capture ini
dimulai dari menyiapkan kaset yang dimasukkan dalam
kamera kemudian kamera itu disambungkan ke komputer lalu
direkam ke komputer itu. Hasil dari proses capture ini adalah
bentuk avi. Proses capture ini digunakan untuk mempermudah
proses editing yang dilakukan dengan komputer.
c) Recording dan Editing
Recording merupakan proses perekaman audio/suara
yang akan digunakan untuk mengisi film. Sebelum melakukan
recording, terlebih dahulu di dahulukan dengan membuat
naskah / script yang akan dijadikan acuan pada saat
merekam, sehingga mempermudah pada saat recording.
Proses recording yang kami lakukan adalah dengan
menggunakan perekam dari kamera DSLR itu sendiri dan
Smartphone pada saat pengambilan gambar. Pengucapan
teks saat rekaman harus jelas dan diucapkan dengan lantang
agar bisa menutupi jika ada suara-suara yang mengganggu
disekitar pengambilan gambar. Smartphone kami letakkan
pada posisi-posisi yang wajar saat pengambilan gambar
sehingga tidak mengganggu komposisi gambar yang akan
diambil.
31

Editing adalah suatu proses mengatur dan menyusun


rangkaian shot demi shot menjadi satu scene, scene demi
scene menjadi suatu rentetan peristiwa (sequence), hingga
akhirnya diperoleh suatu rangkaian shot dari suatu cerita yang
utuh. Saat proses editing ini kita memilih gambar-gambar atau
shot-shot mana yang akan dimasukkan dalam film dan mana
yang dipotong lalu dibuang. Pada proses ini jugauntuk
menyatukan gambar dengan recording dan backsoundyang
sesuai dengan scene.Prosesediting ini dilakukan dengan
aplikasi Adobe Primere Pro 2.0.
Tabel 4. Tahap Recording dan Editing
No Tahap Tanggal
1. Recording Juni 2017
2. Editing Juni 2017
d) Finishing
Finishing merupakan tahap akhir dalam produksi yang
dilakukan ketika proses editing sudah selesai. Pada tahap
finishing, film yang akan dijadikan sebuah kepingan Compact
Disk melalui dua tahap yaitu tahap eksport dan burn. Pada
tahap eksport, film yang sudah jadi dirender sampai selesai
kemudian disimpan. Film mentahan yang sudah dirender dan
disimpan baru dapat dieksport. Tujuan dari proses eksport
adalah mengubah format film yaitu dari format Adobe
Premiere berubah menjadi avi.file. Setalah itu diburning ke CD
supaya bisa dipublikasikan.
Jika kapasitas film yang telah dieksport terlalu besar,
hasil dari eksport dapat di convert. Tujuan dari convert adalah
memperkecil kapasitas film yang sudah dieksport. Setelah film
mentah sudah dieksport dan formatnya sudah menjadi avi.file,
dapat dilakukan proses selanjutnya yaitu proses burn. Burning
merupakan pemindahan data dari komputer ke kepingan
Compact Disk. Tidak semua komputer dapat melakukan
proses burn tetapi hanya komputer yang dilengkapi dengan
CD Rom yang jenisnya Read Writer atau sering disebut
dengan CD RW. Setelah melalui proses burn kepingan CD
32

sudah berisi data yang kita inginkan. Film yang sudah


tersimpan dalam CD dapat diputar di Video Compact Disk
(VCD) atau Digital Video Disk (DVD).
3) Pasca Produksi
Setelah pra produksi dan produksi / pembuatan film
dilaksanakan, maka hal berikutnya adalah pasca produksi, dimana
dalam pasca produksi disini yang harus dilakukan adalah dengan
mengumpulkan film / hasil video tersebut kepada coass dan pihak
jurusan sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah
Teknologi Informasi dan Multimedia. Film dokumenter kegiatan
praktikum terkemas dalam bentuk kepingan Compact Disk. Tujuan
dari penyimpanan film dalam bentuk CD adalah memudahkan
dalam penyimpanan film dan dapat diputar di VCD.
Tujuan dari film dokumenter yaitu menguatkan keyakinan
dan memberi gambaran bagi sasaran akan pemanfaatan area
landscape perkotaan untuk dijadikan taman secara vertikal.
Tujuan pemilihan media yang diambil adalah untuk memudahkan
sasaran dalam memahami pesan yang disampaikan.
Ada beberapa hambatan pada proses pembuatan film ini,
antara lain pada saat dilapang hambatan yang ditemui yaitu pada
teknik pengambilan gambar yang kurang sempurna sehingga
gambar yang didapatkan kurang halus. Kemudian waktu
pengambilan gambar siang hari yang sangat panas sehingga
pencahayaan kurang tepat (back light / terlihat mengkilap), dan
terkadang terdapat suara yang dapat menimbulkan kebisingan
dalam video. Pada proses editing dengan menggunakan Adobe
Premiere Pro 2.0 kami hanya menggunakan PC yang memiliki
kapasitas terbatas, sehingga kadang terjadi kendala dalam proses
editing.
b. Media Cetak
1) Pra Produksi
a) Konsep
Konsep merupakan suatu gambaran abstraksi
terhadap objek yang akan dibuat. Konsep ini bertujuan untuk
33

memudahkan dalam hal melaksanakan tahapan-tahapan


kegiatan yang ada yang mencakup kegiatan teknis dari
seluruh rangkaian kegiatan yang ada. Konsep pada praktikum
ini ditentukan dengan diskusi kelompok. Penentuan konsep
dimulai dengan penentuan judul yang sesuai dengan tema
yang telah ditentukan. Pada Praktikum Teknologi Informasi
dan Multimedia ini mengambil konsep tentang pemberian
informasi mengenai Museum Radya Pustaka. Setelah didapat
judul, tahap selanjutnya adalah menentukan konsep
pengambilan desain gambar. Setelah desain gambar telah
terkumpul, tahap selanjutnya yaitu penggabungan materi dan
desain yang ada. Semua disusun agar kegiatan yang akan
dilakukan lebih terarah dan tidak terjadi kebingungan saat
pembuatan booklet.
Booklet yang dibuat berisi tentang informasi mengenai
Museum Radya Pustaka. Informasi dalam booklet ditulis
dalam bahasa yang ringkas dan dimaksudkan agar mudah
dipahami dalam waktu singkat. Isi pesan dari pembuatan
booklet ini adalah untuk mengajak masyarakat untuk
mengunjungi Museum Radya Pustaka dan melestarikan
budaya Jawa.
b) Survei
Survei merupakan suatu kondisi tertentu dimana
menentukan suatu lokasi sebagai sumber informasi. Tujuan
dari survei ini adalah memaparkan data dari objek dan
menginterpretasikan serta menganalisinya secara sistematis.
Kebenaran informasi tergantung dari metode yang digunakan
dalam survei. Pada praktikum ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu sengaja memilih lokasi yang sesuai
dengan konsep yang telah dibuat sebelum praktikum
dilakukan.
Penentuan lokasi diawali dengan melihat-lihat kondisi
Museum Radya Pustaka. Setelah didapatkan ruangan-
ruangan yang menarik, kemudian dipilih untuk dibahas lebih
34

lanjut berdasarkan penilaian serta pemikiran diskusi kelompok.


Isi dari booklet ini antara lain sejarah Museum Radya Pustaka,
pintu pertama yang berisi arkeologika, ruang keramik, pintu
kedua tentang arkeologika 2, gamelan, wayang dan ruang
arkeologika 3.
c) Layout
Layout atau posisi tata letak berkaitan erat dengan
bentuk booklet, ukuran booklet dan content booklet, baik
berupa teks, gambar, maupun desain lainnya. Layout
merupakan panduan awal yang penting untuk menentukan
dimana nantinya teks, gambar, atau desain akan diletakkan
dalam setiap halaman booklet. Dengan arah penempatan
yang telah ditentukan sebelumnya, maka isi materi akan dapat
tersusun dengan sempurna dan memudahkan dalam
memodifikasi booklet tersebut.
Booklet yang dibuat berbentuk persegi panjang karena
pembuatan layout dengan bentuk persegi panjang dianggap
lebih mudah dibuat dibandingkan dengan bentuk yang lainnya.
Sedangkan kertas yang digunakan adalah kertas Doff Paper
265gsm dengan ukuran 29,7 x 42,0 cm. Pemilihan warna
untuk layout harus tepat karena setiap warna memiliki makna
dan arti yang berbeda serta dapat menambah nilai tambah
pada booklet. Pada pembuatan booklet untuk Museum Radya
Pustaka dipilih warna layout oranye dan hitam karena warna
oranye memiliki sifat fresh dan enak dilihat, sedangkan warna
hitam melihatkan keeleganan dari budaya Jawa. Layout yang
kami hasilkan dengan judul booklet “Wisata Inspiratif Edukatif
Ekonomis” adalah seperti berikut:
35

Gambar 1. Cover dan Bagian Belakang Booklet Museum


Radya Pustaka

Gambar 2. Halaman 1 dan 8 Booklet Radya Pustaka


Museum Radya Pustaka didirikan oleh Kanjeng Raden
Adipati Sosrodiningrat IV pada 18 Oktober 1890, merupakan
museum tertua yang ada di Indonesia. Museum ini merupakan
bangunan yang menjadi bukti pentingnya pengarsipan bagi
masyarakat Solo. Museum Radya Pustaka terletak satu
kompleks dengan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
dimana bangunan ini sebelumnya merupakan kediaman
36

seorang warga negara Belanda yang bernama Johanes


Busselelaar karenanya museum inipun memiliki nama lain
yaitu Loji Kadipolo.
Secara etimologi Radya berarti pemerintah sementara
pustaka berarti surat. Tempat ini dulunya merupakan tempat
penyimpanan surat-surat kerajaan. Seiring berjalannya waktu,
yang disimpan di dalam tempat ini tidak hanya surat, tetapi
juga berbagai benda penting yang berhubungan dengan
kerajaan. Semakin lama, seirirng semakin bertambahnya
koleksi yang dimiliki, tempat inipun menjadi museum karena
sebelumnya merupakan rumah hunian. Tata ruang museum ini
pun tidak seperti pada museum umumnya. Bentuk bangunan
asli tetap dipertahankan, dengan hanya mengubah beberapa
bagian, seperti menghilangkana kamar mandi untuk
mendapatkan ruang kamar yang lebih luas. Di bagian halaman
museum, terdapat patung Ronggo Warsito, seorang pujangga
besar yang hidup di Surakarta pada abad 19.
Perpustakaan Radya Pustaka berada di dalam
Museum Radya Pustaka Surakarta. Perpustakaan ini didirikan
pada tahun 1890 dimana pada waktu itu bernama Paheman
Radya Pustaka yang bertempat di Panti wibawan Kepatihan
Surakarta, karena dahulunya pendiri dari Paheman Radya
Pustaka ini yakni Patih Dalem Paku Buwana IX yaitu KRA
Sosrodiningrat IV. Perpustakaan dan Museum Radya Pustaka
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
keduannya saling menopang berjalannya sebuah lembaga
yang bekerja dibidang ilmu pengetahuan budaya dan sejarah.
Perpustakaan Radya Pustaka yang saat ini memasuki usia
122 tahun banyak menyimpan koleksi manuscript dari abad 17
hingga abad 19, manuscript di perpustakaan ini ada yang
berupa Jawa Carik (tulis tangan) dan Jawa Cap (sudah
dicetak) biasanya sekitar tahun 1920an. Buku Jawa Carik
tersebut merupakan koleksi dari Kepatihan serta sebagian
37

adalah hibah dari Keraton Kasunanan Surakarta serta dari


masyarakat yang kebetulan memiliki koleksi Manuscript.
Sedangkan untuk Jawa Cap sendiri merupakan koleksi
buku terbitan Tan Koen Swie Kediri, AB Siti Sjamsijah Solo,
Taman Muslim, Budi Oetomo Yogyakarta, Taman Poestaka
Yogyakarta, dan Penerbit Batavia. Temanyapun sangat
beragam dari Sejarah (babad), Kawruh (filsafat kejawen),
Buku Agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha, serta buku
mengenai Pewayangan.
Perpustakaan Radya Pustaka melayani pengunjung
setiap hari Selasa - Minggu pukul 08.30 - 14.30, khusus hari
jumat buka pada pukul 08.30 - 11.30, dan hari Senin libur.
Kemudian, pengunjung tidak boleh mendokumentasikan
naskah kuno yang ada, termasuk mempotret (mengambil foto).

Gambar 3. Halaman 2 dan 7 Booklet Radya Pustaka


38

Gambar 4. Halaman 3 dan 6 Booklet Radya Pustaka

Gambar 5. Halaman 4 dan 5 Booklet Radya Pustaka


2) Produksi
a) Pengambilan Gambar
Tahap produksi yang pertama adalah pengambilan
gambar di lokasi yang dijadikan sebagai tempat praktikum.
Proses pengambilan gambar yang dilakukan pada praktikum
kali ini kemudian diedit dengan menggambar atau mendesain
gambar menggunakan Corel Draw. Pengambilan gambar ini
tujuannya untuk menarik minat para pembaca untuk mulai
39

mengenal Museum Radya Pustaka. Gambar sangat


berpengaruh besar dalam mendukung unsur seni dalam
booklet, sehingga membuat booklet mempunyai aksen indah
dipandang mata. Gambar yang diambil harus dipilih secara
tepat dan berhubungan dengan informasi yang akan
disampaikan pada booklet agar dapat menarik khalayak
sasaran pada booklet sehingga hasil respon akan semakin
baik pula.
b) Desain
Desain merupakan seni terapan dan rekayasa yang
berintegrasi dengan teknologi. Pembuatan desain bertujuan
untuk membangun kualitas multi elemen dalam sebuah objek.
Dalam mendesain booklet diperlukan suatu pola perancangan
yang melalui berbagai proses dan pertimbangan estetika,
fungsi, masalah, dan banyak aspek lainnya. Sehingga dalam
mendesain booklet diperlukan suatu keahlian dan ketelitian.
Booklet didesain semenarik mungkin dan dapat memberikan
manfaat pada khalayak sasaran agar diperoleh respon yang
positif dari sasaran dan unsur pesan dapat tersampaikan
dengan baik.
Pada tahap mendesain booklet ini, diawali dengan
pemilihan jenis huruf pada booklet yang akan dibuat.
Pemilihan jenis huruf sangat mendukung estetika tampilan
teks dari sebuah booklet. Dalam pembuatan booklet ini
menggunakan beberapa jenis huruf agar dapat membedakan
antara judul, sub judul, dan isi dari booklet itu sendiri. Isi materi
dari booklet hanya mencantumkan 30% dari content teks isi
materi. Pembaca kami arahkan pada hal-hal yang menarik
mengenai Museum Radya Pustakaitu sendiri.
c) Percetakan
Setelah tertuangnya konsep dalam booklet, maka
booklet siap untuk dicetak. Pencetakan dilakukan di atas
kertas yang baik dalam usaha membangun citra yang baik
terhadap layanan atau produk tersebut. Penentuan jenis
40

kertas booklet juga akan menentukan nilai jual dari booklet


tersebut. Pencetakan bookletini dilakukan diatas kertas Doff
Paper 265gsm yang berukuran 29,7 x 42,0 cm.
3) Pasca Produksi
Pasca produksi merupakan tahap akhir dalam pembuatan
suatu barang. Output yang dihasilkan dalam proses kegiatan
Praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia ini yaitu booklet.
Tujuan pemakaian media cetak untuk media komunikasi yaitu
agar khalayak sasaran bisa mengerti bahwa berkunjung ke
museum selain sebagai wisata juga dapat dijadikan media edukasi
yang asik. Dengan media cetak, sasaran bisa mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan Museum Radya Pustaka,
termasuk sejarah yang dapat berguna pada kehidupan mereka.
41

IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia yang
telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknologi Informasi dan Multimedia adalah Pemanfaatan media
elektronik untuk pembentukan, penyimpanan, dan penyebaran informasi.
2. Media yang dihasilkan dalam praktikum Teknologi Informasi dan
Multimedia adalah media cetak dan media audiovisual. Media cetak yang
dibuat berupa Booklet yang berjudul “Wisata Museum Radya Pustaka”.
Audiovisual dibuat berupa film yang ber judul “Wisata Museum Radya
Pustaka”.
3. Proses pembuatan Booklet terdiri dari pra produksi meliputi pembuatan
konsep, kegiatansurvei, serta penyusunan layout. Sedangkan, proses
produksi pembuatan folder adalah berupa pengambilan gambar,
pembuatan desain, serta pencetakan.
4. Proses pembuatan film terdiri dari pra produksi meliputi pembuatan
konsep, kegiatan survei, pembuatan script, serta persiapan alat yang
akan digunakan. Proses produksi pembuatan film adalah berupa
pengambilan gambar, kegiatan capture, kegiatan recording dan editing,
serta proses finishing akhir.
B. SARAN
Berdasarkan praktikum Teknologi Informasi dan Multimedia yang
telah dilaksanakan dapat disampaikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya masyarakat di Indonesia selalu mengingat akan pentingnya
sejarah yaitu dengan berwisata ke museum mengenal peninggalan-
peninggalan nenek moyang dan mau menjaga serta melestarikanya.
2. Pemanfaatan teknologi dan informasi multimedia dapat membantu para
khalayak sasaran untuk memperoleh informasi terkait dengan informasi
apa yang mereka butuhkan. Sehingga pemanfaatan teknologi dan
informasi multimedia dapat diterapkan sejak dini agar manfaatnya dapat
dirasakan lebih awal.

41

Anda mungkin juga menyukai