Anda di halaman 1dari 83

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK PERKUMPULAN


PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DENGAN KINERJA P3A DI
KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Disusun Oleh :
WAHID ROSYIDI
H0407014

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hubungan Antara Dinamika Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air


(P3A) Dengan Kinerja P3A Di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Wahid Rosyidi
H 0407014

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal : 20 Desember 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD Widiyanto, SP, M.Si Ir. Sugihardjo, MS
NIP. 19490320 197611 1 001 NIP. 19810221 200501 1003 NIP. 19590305 198503 1 004

Surakarta, Desember 2011


Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS


NIP. 19560225 198601 1 001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah


SWT atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD., selaku pembimbing utama sekaligus
pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skipsi ini.
4. Widiyanto, SP, MSi., selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ir. Sugihardjo, MS selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyusunan skripsi
menjadi lebih baik.
6. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas
kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
7. Penyuluh Pertanian Kecamatan Delanggu (Bapak Ridwan, Mbak Atik dan
Mbak Ari) yang telah memberikan banyak informasi guna penyusunan skripsi
ini.
8. Bapak Camat beserta para pegawai kecamatan Delanggu yang telah banyak
membantu dan memberikan informasi serta data-data guna terselesaikannya
skripsi ini.

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Kepala Desa (Desa Bowan, Desa Krecek, Desa Jetis dan Desa Delanggu)
beserta para pegawai kelurahan yang telah banyak membantu dan memberikan
informasi serta data-data guna terselesaikannya skripsi ini.
10. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data
11. Kedua orang tua penulis, Bapak Parlan S.Ag dan Ibu Dra. Siti Martini, atas
kasih sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian, nasehatnya, serta
perjuangan yang besar untuk memberikan pendidikan yang terbaik.
12. Adikku, Nur Rahmah Isnaini dan Lukman Hakim Yumnun, atas doa dan
dukungannya.
13. Desi Dwi Lestari, atas kasih sayang, doa, dukungan, semangat dan bantuan
yang telah diberikan.
14. Sahabat-sahabat tercinta (Lukman, Pakdhe, Thoriq, Irsa, Maman, Budi,
Krisna, Bun-bun, Okta, Apep, Handri, Padang, Dicky, Bondan, Wawan,
Putra, Sixtus, Astria, Shofa, Susi, Naning, Tuning, Nisa, Dewi, Ida dll yang
tidak dapat disebutkan satu persatu) terimakasih atas jalinan persaudaraan dan
persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,
15. Keluarga besar PKP angkatan 2007 serta rekan-rekan satu perjuangan di PKP
2007 terimakasih atas dukungan dan semangatnya.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan dan
pengorbanan yang telah diberikan, Amin. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan
yang disebabkan keterbatasan penulis dan mengharapkan kritik dan saran
membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Surakarta, Desember 2011

commit to user Penulis

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
RINGKASAN ................................................................................................ x
SUMMARY ................................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 5

II. LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 21
C. Hipotesis ............................................................................................ 21
D. Pembatasan Masalah .......................................................................... 21
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel................................. 22

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 31
B. Teknik Penentuan Lokasi................................................................... 31
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel .......................................... 32
D. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 34
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 35
F. Metode Analisis Data......................................................................... 36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN


A. Keadaan Geografis ............................................................................. 38
B. Keadaan Penduduk ............................................................................ 38
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan .................................................... 43
D. Keadaan Sarana Perekonomian ......................................................... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ............. 47
B. Identitas Responden ........................................................................... 49
C. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air di
Kecamatan Delanggu ......................................................................... 51
D. Kinerja Perkumpulan Petani commitPemakaito user air di Kecamatan Delanggu .. 59

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Hubungan Antara Dinamika Kelompok P3A dengan Kinerja P3A di


Kecamatan Delanggu ......................................................................... 63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengukuran Variabel Dinamika Kelompok ...................... 25


Tabel 2.2 Kriteria Pengukuran Variabel Kinerja ........................................... 29
Tabel 3.1 Daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan
Delanggu ........................................................................................ 32

Tabel 3.2 Anggota P3A Sampel ..................................................................... 33


Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam Penelitian ............. 34
Tabel 3.4 Jenis Data yang dikumpulkan dari Metode Pengumpulan Data .... 36
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Delanggu Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010 .................................................................................... 40

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan


Delanggu Tahun 2011 .................................................................... 42

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan


Delanggu Tahun 2011 .................................................................... 43

Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Delanggu


Tahun 2011 .................................................................................... 44

Tabel 4.5 Ternak dan Unggas di Kecamatan Delanggu ................................. 44


Tabel 4.6 Sarana Perekonomian di Kecamatan Delanggu ............................. 46
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Identitas Responden ..................... 49
Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Dinamika Kelompok pada
Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu........... 52

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Kinerja pada Perkumpulan


Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu ................................. 60

Tabel 5.4 Uji hubungan antara Dinamika Kelompok P3A dengan Kinerja
P3A................................................................................................. 64

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hubungan antara Dinamika Kelompok


P3A dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu .................. 21

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ................................................................... 75


Lampiran 2. Identitas Responden .................................................................... 84
Lampiran 3. Tabulasi Data .............................................................................. 86
Lampiran 4. Frekuensi Variabel X dan Y ........................................................ 89
Lampiran 5. Output Perhitungan Rank Spearman .......................................... 93
Lampiran 6. Peta Kecamatan Delanggu .......................................................... 95
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96
Lampiran 8. Foto Penelitian ............................................................................. 97
Lampiran 9. Dinamika kelompok dan kinerja Masing-masing P3A ............... 99

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RINGKASAN

Wahid Rosyidi, H0407014, “HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA


KELOMPOK PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DENGAN
KINERJA P3A DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN”.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Ir.
Marcelinus Molo, MS, PhD dan Widiyanto, SP, MSi.
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah layanan atau petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis
oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi. Melalui P3A
tersebut petani dapat mendapatkan air irigasi lebih mudah dan tidak terjadi
perselisihan dalam pengaturan air irigasi dengan petani yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kelompok Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), mengkaji kinerja P3A serta mengkaji hubungan antara
dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
dengan teknik survai. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu
di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Penarikan sampel dilakukan secara
simple cluster random sampling, diperoleh empat Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A) yaitu P3A Tani Makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani dan P3A
Ngudi Makmur, sampel penelitian sejumlah 40 responden. Untuk menganalisis
dinamika kelompok P3A, digunakan rumus lebar interval, analisis kinerja P3A
digunakan analisis dengan rumus lebar interval. Selanjutnya, untuk mengetahui
hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan
Delanggu digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan
antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu
maka dapat disimpulkan bahwa: Dinamika Kelompok P3A di Kecamatan
Delanggu tergolong dalam kategori sedang, dengan nilai means sebesar 62,27.
Sedangkan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang
dengan nilai means sebesar 23,25. Dari uji korelasi Rank Spearman pada taraf
kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara
dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A. Unsur-unsur dinamika kelompok
P3A yang berhubungan signifikan dengan kinerja P3A adalah tujuan kelompok,
struktur kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok dan efektifitas
kelompok

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SUMMARY

Wahid Rosyidi, H0407014, “RELATIONSHIP BETWEEN GROUP


DYNAMICS OF PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) WITH
P3A PERFORMANCE IN DELANGGU SUB DISTRICT KLATEN
REGENCY”. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under the
guidance of Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD and Widiyanto, SP, MSi.
Perkumpulan Petani Pemakai Air, in further referred as P3A is the
institutional of irrigation management who became a institution for farmer water
user in a service area or tertiary or village that be formed democratically by
farmer water users including local institutions of irrigation management. Through
P3A, the farmer can get irrigation water more easily and does not occur disputes
in the irrigation water setting with other farmers.
This study aims to determine the group dynamics of the Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), reviewing the P3A performance and examine the
relationship between group dynamics of P3A with P3A performance.
The basic research method that be used is descriptive research method
with survey techniques. Location selection is done deliberately (purposive) that is
in Delanggu Sub District, Klaten Regency. Sampling conducted in simple cluster
random sampling, obtained four Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) i.e. P3A
Tani Makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani and P3A Ngudi Makmur, the
study sample amount of 40 respondents. To analyze the group dynamics of P3A
used the interval width formula, to analysis P3A performance used analysis of
interval width formula. Furthermore, to determine the relationship between group
dynamics of P3A with P3A performance in Delanggu Sub District used
correlation test of Rank Spearman (rs).
Based on the research results and discussion that examines the relationship
between group dynamics of P3A with the performance of P3A in Delanggu Sub
District it can be concluded that: Group Dynamics of P3A in the Delanggu Sub
District are classified as medium categories, with means value of 62,27. While
the performance of P3A in Delanggu Sub District being classified in medium
category with a value means of 23,25. From the correlation test of Rank
Spearman at the confidence level of 95% showed a highly significant relationship
between group dynamics of P3A with performance of P3A. The elements of
group dynamics of P3A have significant relationship with the performance of P3A
is the group purpose, group structure, group cohesiveness, group pressure and
group effectiveness.

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan di bidang
pertanian. Pembangunan pertanian, menurut Mardikanto (1993) adalah upaya
sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga
masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
didukung oleh partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknologi terpilih.
Pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat, terutama petani dan keluargannya. Salah satu hasil yang
diharapkan dari pembangunan pertanian adalah ketercukupan pangan bagi
masyarakat sehingga dapat mencukupi ketahanan pangan di Indonesia.
Hadisapoetro (1973) menyatakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah
peningkatan produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang sekaligus
mempertinggi pendapatan dan produktifitas usaha tiap-tiap petani.
Salah satu upaya untuk meningkatakan produksi pertanian adalah melalui
sapta usaha tani. Sapta usaha tani meliputi beberapa hal, salah satunnya adalah
melalui pengaturan air irigasi. Air sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup,
baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Air yang tersedia bagi kebutuhan
tanaman, baik air tanah maupun air hujan tidak dapat selamannya mencukupi
kebutuhan pertumbuhan tanaman. Air mutlak diperlukan bagi makhluk hidup
untuk tumbuh dan berkembang, maka air sepantasnya harus dijaga dan dikelola
dengan baik. Masalah irigasi, menurut Novrida (2008) di Indonesia, pada
khususnya pulau Jawa ketersediaan air sangat memprihatinkan. Dalam kurun
waktu 20 tahun mendatang diperkirakan pulau Jawa akan mengalami kekeringan
akibat ketersediaan air tanah yang menipis, saat ini saja misalnya Daerah Aliran
Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat dengan luas wilayah 6.680 km2 dan panjang

commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sungai 269 km ternyata tidak dapat memberikan kontribusi yang cukup dalam
pengairan areal persawahan sekitarnya.
Dilihat dari masalah tersebut maka diperlukan suatu lembaga yang
mengelola saluran irigasi. Lembaga yang dimaksud adalah Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A). Diharapkan P3A mampu untuk mengelola dan mengatur
irigasi untuk mengairi lahan persawahan yang ditanami tanaman padi. Hal tersebut
sejalan dengan pemikiran Mosher dalam Mardikanto (1996) bahwa pembentukan
kelompok tani merupakan salah satu pelancar pembangunan pertanian. Suatu
lembaga tentunnya terdiri dari berbagai macam karakteristik individu yang
berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama, hal itu dijelaskan Jetkins dalam
Mardikanto (1993) bahwa kekuatan-kekuatan yang terdapat didalam maupun di
lingkungan kelompok akan menentukan perilaku anggota-anggota kelompok dan
perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk bertindak atau melaksanakan
kegiatan-kegiatan demi tercapainnya tujuan bersama yang menentukan tujuan
kelompok tersebut. Kelompok yang dimaksud disini adalah Perkumpulan Petani
pemakai Air (P3A).
Menurut Istiyati (2010) Petani Pemakai Air adalah semua petani yang
mendapat nikmat dan manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari
pengelolaan air dan jaringan irigasi yang meliputi pemilik sawah, penggarap
sawah, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi dan pemakai air
irigasi lainnya. Pasandaran dan Taylor (1988) menyatakan pemerintah Indonesia
mengambil peranan yang semakin aktif dalam memajukan pengembangan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), melalui berbagai cara pendekatan.
Program pengembangan P3A merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk
meningkatkan kemampuan petani memikul tanggung jawab pelaksanaan tugas-
tugas irigasi. Kalau tujuan hendak dicapai, para petani harus mengembangkan rasa
pemilikan, tanggung jawab dan partisipasi dalam setiap kegiatan P3A.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999).

B. Perumusan Masalah
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah layanan atau petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis
oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Melalui P3A tersebut petani dapat mendapatkan
air irigasi lebih mudah dan tidak terjadi perselisihan dalam pengaturan air irigasi
dengan petani yang lain. Pasandaran (1991) menyatakan dari pandangan
pemerintah, P3A dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air
pada tingkat usaha tani, membagi air secara lebih merata dalam blok tersier,
memelihara bangunan-bangunan tersier air secara lebih baik, menyelia
pelaksanaan jadwal tanam dan pola tanam yang telah ditentukan oleh pemerintah,
membayar iuran pelayanan irigasi dan meredakan konflik terhadap pembagian air.
Melalui kelompok P3A para petani diajak, dibimbing serta diarahkan, yang
diwujudkan dalam usaha peningkatan peranan anggota untuk melaksanakan
sesuatu kegiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerjasama. Hal ini
sejalan dengan Rivai (2003) setiap individu dalam kehidupannya mempunyai
kepentingan dan tujuan tertentu yang berbeda antar individu yang satu dengan
individu yang lain. Sehingga dengan sifat dan karakteristik setiap individu yang
berbeda-beda, tentunya akan mempunyai potensi yang besar pula apabila
diwujudkan kedalam suatu kepentingan dan tujuan bersama atau kelompok.
Dinamika kelompok adalah dinamisme yang dimunculkan oleh kehadiran
beberapa orang secara bersama-sama yang saling mempengaruhi dan bergantung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satu sama lain secara psikis (Kartini, 2002). Dinamika kelompok sebagai kekuatan
yang ada di dalam maupun di lingkungan kelompok yang dapat menentukan
perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompok itu sendiri untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan kelompok.
Menurut Prawirosentono (1999) suatu lembaga, baik lembaga pemerintah
maupun lembaga yang dinamakan perusahaan ataupun yayasan (foundation) dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi
yang digerakan oleh sekelompok orang (group of humanbeing) yang berperan aktif
sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi
bersangkutan. Untuk mencapai tujuan suatu kelompok diperlukan peran aktif dan
kerjasama diantara para pengurus dan anggota dari kelompok tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten ?
2. Bagaimanakah kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten?
3. Bagaimanakah hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A
di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
2. Untuk mengkaji kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
3. Untuk mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A
di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang harus ditempuh
sehingga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan merupakan salah
satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah khususnya Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan
pembangunan pertanian.
3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi informasi dalam melakukan
penelitian yang sejenis ataupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
a. Pengertian Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik produksi
pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan, biasanya
situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil
penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih
berorientasi pasar (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Pembangunan pertanian merupakan produk masyarakat. Ia bukan
semata-mata hasil kerja para petani saja, melainkan hasil kegiatan para
petani beserta keluargannya, para pembuat undang-undang, insinyur yang
membuat jalan raya, pedagang, pengusaha pabrik, guru, dokter hewan,
redaktur dan tiap-tiap warga negara yang ikut memilih pejabat negara dan
ikut mempengaruhi pembuatan undang-undang negarannya (Krisnandhi
dan Bahrin, 1978).
Sedangkan menurut Soetriono, dkk (2006) dalam pembangunan
pertanian, masalah penting dalam usaha tani adalah merombak usahatani
dalam arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode
berusaha tani secara baik, benar, dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai
bagi pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern
dipergunakan.
b. Tujuan Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik produksi
pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan, biasanya
situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil
penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih

commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berorientasi pasar. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian di


kebanyakan negara adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah
yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin
meningkat, dengan harga yang bersaing di pasar dunia melalui produksi
yang efisien (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Hadisapoetro (1973) menjelaskan bahwa pembangunan pertanian
bertujuan untuk peningkatan produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen
yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap
petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut
campur tangan manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
2. Irigasi
a. Pengertian Irigasi
Suatu sistem produksi pertanian khususnya produksi tanaman pangan
yang tangguh perlu didukung oleh suatu sistem irigasi yang tangguh. Suatu
sistem irigasi tangguh mempunyai ciri-ciri keterandalan, ketahanan,
kemantapan dan keluwesan dalam menangani berbagai gejolak yang
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar sistem irigasi bersangkutan
(Pasandaran, 1991).
Menurut Tachyan (1992) irigasi secara umum didefinisikan sebagai
penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Direktorat Pengelolaan Air
(2008) menjelaskan bahwa irigasi merupakan usaha penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana
irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan
sumber daya manusia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan Small dan Svendesen (1992) dalam Novrida (2008)


menyatakan bahwa irigasi adalah tindakan intervensi manusia untuk
mengubah tagihan air dari sumberdaya menurut ruang dan waktu serta
mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan
produksi tanaman.
Harsoyo (1982) menyatakan jaringan irigasi adalah prasarana yang
pokoknya terdiri dari bangunan dan saluran irigasi termasuk
kelengkapannya. Berdasarkan pengelolaannya jaringan irigasi dapat dibagi
menjadi:
1) Jaringan irigasi Utama yaitu bagian dari jaringan irigasi mulai dari
bagunan pengambilan air sampai pintu tersier. Yang termasuk jaringan
irigasi utama adalah bendung, saluran primer, saluran sekunder,
termasuk bangunan dan semua kelengkapannya.
2) Jaringan irigasi Tersier yaitu jaringan irigasi di petak tersier, mulai
dari air keluar dari alat ukur tersier dak kuarter, termasuk semua
bangunan dan kelengkapannya yang terdapat di petak tersier.
b. Tujuan Irigasi
Irigasi merupakan suatu usaha untuk mengupayakan air guna
memenuhi keperluan penyediaan cairan untuk pertumbuhan tanaman.
Mardjono dalam Pasandaran (1991) menyatakan irigasi pada hakekatnya
adalah upaya pemberian air kepada tanaman dalam bentuk lengas tanah
sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Irigasi memiliki
banyak fungsi dan tujuan, salah satunnya yaitu untuk mengairi areal
persawahan.
Tachyan (1992) menjelaskan bahwa ada delapan kegunaan irigasi,
yaitu : (1) Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman; (2) Untuk menyediakan
jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek; (3) Untuk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang


baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman; (4) Untuk mengurangi biaya
pembekuan; (5) Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah; (6)
Untuk mengurangi bahaya erosi; (7) Untuk melunakan pembajakan dan
gumpalan tanah; (8) Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan
pendinginan karena penguapan.
3. Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A)
a. Pengertian P3A
Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan air irigasi secara
efisien pemerintah selalu mendorong terbentuknya P3A yang formal.
Adapun lembaga yang formal adalah lembaga yang memiliki ciri-ciri yang
biasa kita temukan dalam birokrasi manapun, susunan pimpinan yang rapi,
anggaran dana/anggaran rumah tangga (AD/ART) yang tertulis, iuran
teratur dari anggota-anggotannya, rapat-rapat secara berkala dan seterusnya.
Lembaga tradisional formal semacam ini yang menangani masalah irigasi
yang jarang ditemukan di Indonesia. Contoh lembaga yang menonjol adalah
sistem pengairan subak di Bali (Pasandaran,1991).
Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air
dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara
demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola
irigasi (Permen PU No 30 Tahun 2007)
Kartasapoetra dkk (1991) menjelaskan bahwa pengelolaan dan operasi
jaringan pedesaan dilakukan oleh petani atau disebut P3A Dharma Tirta.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan organisasi sosial dari
para petani, yang tidak berinduk atau bernaung pada golongan atau partai
politik, merupakan organisasi yang bergerak dibidang pertanian, khususnya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan


melangsungkan usahatani bersama.
b. Ruang lingkup P3A
Ambler dalam Pasandaran (1991) menyatakan bahwa ruang lingkup
tugas dan peran P3A meliputi :
1) Pembangunan, operasi, pemeliharaan, serta rehabilitasi jaringan
2) Pengaturan air irigasi
3) Penentuan, pemungutan dan pengaturan iuran anggotannya
Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum (2006) kedudukan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di desa adalah sebagai berikut :
1) P3A didirikan oleh petani, dari petani dan untuk petani. Orang luar,
intern pemerintah desa tidak boleh campur tangan dalam urusan P3A.
Orang luar hanya boleh memfasilitasi artinnya memberi saran jika
diminta oleh petani dan diusahakan sedemikian rupa agar tidak
menggurui
2) P3A didirikan petani di desa yang ada irigasinnya, baik irigasi teknis
maupun irigasi non teknis
3) P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak berada di bawah
pemerintahan desa
4) Hubungan P3A dengan organisasi lain di desa seperti PKK, Koperasi,
Kelompok Tani adalah hubungan sederajat di mana organisasi itu bisa
bekerjasama yang saling menguntungkan
4. Dinamika kelompok
a. Kelompok
Menurut Kreitner dan Angelo (1998) kelompok adalah kesatuan
individu yang tergabung ke dalam satu wadah kesatuan dengan ditunjukkan
adanya hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain serta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

dengan adanya interaksi oleh anggota. Adapun kriteria dari kelompok


tersebut adalah sebagai berikut :
1) Adanya interaksi untuk mencapai tujuan
2) Interaksi anggota menentukan individu sebagai anggota kelompok
3) Interaksi individu ditentukan oleh anggota lain (termasuk anggota
kelompok lain)
Sedangkan menurut Iver dan Page (1961) dalam Mardikanto (1993)
kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang duduk bersama
sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi serta
memiliki kesadaran untuk saling menolong. Robbins (1999) menjelaskan
bahwa kelompok sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan
saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Definisi kelompok dalam hubungannya dengan ciri-ciri keorganisasian
menurut ahli sosiologi adalah suatu sistem anggota diorganisasikan dari dua
orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut
melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standart hubungan,
peranan antar anggotanya, dan mempunyai seperangkat norma yang
mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotanya (Gibson et al,
1989).
Kelompok adalah agregat sosial dimana anggota-anggota yang saling
tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi
satu sama lain (Adryanto, 1985). Sedangkan Walgito (2007) menyatakan di
dalam kelompok seseorang anggota dapat terpenuhi kebutuhan fisiologis
maupun psikologis. Melalui berkelompok, walaupun secara tidak langsung
anggota akan memperoleh keuntungan finansial yang kaitannya dengan
kebutuhan fisiologis. Selain itu, anggota juga akan merasa nyaman jika
berada di tengah-tengah kelompoknya (kebutuhan psikologis) yaitu dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

merasa saling bergantung, merasa senasib sepenanggungan, saling


menghargai, saling perhatian, saling membantu dan saling bekerja sama di
antara anggota kelompok.
Gerungan (2004) mengungkapkan ciri-ciri kelompok sosial dan
membedakannya dari bentuk-bentuk interaksi sosial lainnya, yaitu:
1) Motif yang sama antara anggota kelompok
2) Reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan antaranggota kelompok
3) Penegasan struktur kelompok
4) Penegasan norma-norma kelompok
Salah satu ciri terpenting dari kelompok adalah merupakan suatu
kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama.
Karena itu kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua
atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Memiliki ikatan yang nyata
2) Memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya
3) Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas
4) Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama
5) Memiliki keinginan dan tujuan bersama (Mardikanto, 1993).
b. Dinamika kelompok
Dinamika kelompok ialah dinamisme yang dimunculkan oleh
kehadiran beberapa orang secara bersama-sama yang saling mempengaruhi
dan bergantung satu sama lain secara psikis (Kartini, 2002). Menurut
Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang
dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama
dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai
tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang pada
gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan mereka.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara
anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Fungsi dari dinamika kelompok antara lain :
1) Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi
persoalan hidup
2) Memudahkan pekerjaan
3) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih
cepat, efektif dan efisien.
4) Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan
memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan
memiliki peran yang sama dalam masyarakat.(Wikipedia, 2011).
Sedangkan Santoso (1999) menjelaskan bahwa dinamika kelompok
berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan
yang lain. Dengan kata lain antar anggota kelompok mempunyai hubungan
psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-
sama.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok
Ada dua cara pendekatan untuk melakukan analisis terhadap dinamika
kelompok, yaitu melalui pendekatan sosiologis dan psikologis. Pendekatan
sosiologis yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap
bagian-bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap proses sistem
sosial tersebut, sedamgkan analisis dinamika kelompok berdasarkan
pendekatan psikososial dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap
segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama (tujuan


kelompok).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan psikososial
dalam penelitiannya, hal ini dikarenakan pendekatan psikososial biasannya
diterapkan pada kelompok-kelompok tugas, seperti kelompok tani maupun
P3A. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok berdasarkan
pendekatan psikososial menurut Mardikanto (1993), adalah sebagai berikut :
1) Tujuan kelompok (group goal) merupakan hasil akhir atau keadaan yang
diinginkan oleh anggota kelompok. Kejelasan tujuan kelompok akan
sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok.
(Shaw (1977) dalam Mardikanto (1993).
2) Struktur kelompok (group structure) yaitu suatu pola yang teratur tentang
bentuk tata hubungan antar individu dalam kelompok yang juga
melukiskan kedudukan dan peran masing-masing (Carthwright dan
Zender (1956) dalam Mardikanto (1993).
3) Fungsi tugas (task function) yaitu tugas yang harus dilaksanakan setiap
anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing serta sesuai
dengan kedudukannya dalam struktur kelompok (Hackman (1969) dalam
Mardikanto (1993).
4) Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and
maintenance) merupakan upaya kelompok untuk memelihara dan
mengembangkan kehidupan kelompok atau memelihara tata kerja dalam
kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok (Miles
(1961) dalam Mardikanto (1993).
5) Kekompakan kelompok (group cohesiveness) yaitu sebagai rasa
keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Rasa ini
ditunjukkan dengan adanya kesamaan tindakan, persamaan nasib,
homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

pengakuan terhadap pemimpinnya (Krech (1962) dalam Mardikanto


(1993)
6) Suasana kelompok (group atmosphere) yaitu lingkungan yang
mempengaruhi perasaan anggota terhadap kelompoknya. Suasana dapat
berupa keramahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak, suasana
kerapihan, keteraturan dan lain-lain (Dahama dan Bhatnagar (1980)
dalam Mardikanto (1993)
7) Tekanan kelompok (group pressure) yaitu tekanan atau ketegangan dalam
kelompok, yang menyebabkan dalam kelompok berusaha keras untuk
mencapai tujuan kelompok (Shaw (1977) dalam Mardikanto (1993)
8) Keefektifan kelompok (group effectiveness) yaitu keberhasilan kelompok
untuk mencapai tujuan (Sills (1968) dalam Mardikanto (1993)
9) Agenda terselubung (hidden agenda) yaitu tujuan-tujuan kelompok yang
diketahui semua anggota, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis.
Benedict dalam Santoso (1999) menjelaskan bahwa persoalan-
persoalan yang ada dalam dinamika kelompok adalah sebagai berikut :
1) Kohesi (persatuan). Dalam persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku
anggota dalam kelompok, seperti: proses pengelompokan, intensitas
anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
2) Motive/dorongan. Persoalan motive ini berkisar pada interes anggota
terhadap kehidupan kelompok, seperti: kesatuan berkelompok, tujuan
bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
3) Struktur. Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan
sebagainya.
4) Pimpinan. Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan
kelompok dimana hal ini terlihat pada: bentuk-bentuk kepemimpinan,
tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

5) Perkembangan Kelompok. Persoalan perkembangan kelompok dapat


pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada
perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam
kelompok, perpecahan kelompok dan sebagainya.
Mempelajari dinamika kelompok dianggap penting karena:
1) Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam msyarakat dimana ia
berada.
2) Individu tidak dapat pula bekerja sendiri di dalam kehidupan.
3) Dalam suatu masyarakat yang besar perlu adanya pembagian kerja
sebagai pekerjaan dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok
kecil.
4) Di dalam masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila
lembaga sosial dapat bekerja secara efektif.
5) Semakin banyak diakui manfaat dari adanya penyelidikan yang ditujukan
kepada kelompok-kelompok (Santoso, 1999).
5. Kinerja dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara, 2002).
Cook et all (1997), menyatakan bahwa, “Performance is behavior
that has been evaluated or measured in terms of its contribution to the
goals of the organization”. Jadi kinerja adalah perilaku yang telah
dievaluasi atau diukur dalam kaitannya dengan kontribusinya kepada
tujuan dari suatu organisasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Menurut Dharma (2004) dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen


Kinerja” membagi evaluasi kinerja dalam tiga tingkat yaitu :
1) Evaluasi kinerja pada tingkat organisasi
Manajemen kinerja pada tingkat organisasi adalah tentang
mewujudkan visi mengenai seperti apa organisasi tersebut jadinya dan
apa yang seharusnya dicapai
2) Evaluasi kinerja pada tingkat individu
Evaluasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa para anggotanya
memahami strategi dan sarana organisasi dan bagaimana mereka akan
bekerjasama untuk mencapainnya.
3) Evaluasi kinerja pada tingkat kelompok
Evaluasi kinerja pada tingkat kelompok ini berkaitan dengan
fungsionalisasi dari tim/kelompok dalam sebuah organisasi
Evaluasi kinerja merupakan penilaian kinerja yang diperbandingkan
dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada setiap
pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sabagai sarana
kaji banding yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Kaji
banding internal dapat dilakukan terhadap kinerja terbaik yang pernah
dicapai, rata-rata kinerja masa lalu pada periode tertentu, kinerja bagian
lain dalam perusahaan, standar teknis yang dipersyaratkan, dan kinerja
tahun terakhir. Sedangkan kaji banding secara eksternal dapat dilakukan
terhadap pesaing langsung, perusahaan lain yang memiliki operasi yang
dapat diperbandingkan (Wibisono, 2006).
Sedangkan Ivancevich (2001) menerangkan bahwa :
Performance management is the process by which executives, managers,
and supervisors work to align employee performance with the firm’s
goals. An effective performance management process has a precise
definition of excellent performance, uses measurements of performance,
and provides feedback to employees about their performance. Thus, it

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

defines, measures, monitors, and gives feedback. Performance evaluation


is a crucial part of a firm’s performance management process.
Jadi manajemen kinerja merupakan proses dengan para eksekutif,
para manajer, dan para penyelia yang bekerja untuk mengatur kinerja
karyawan sesuai dengan tujuan perusahaan. Suatu proses manajemen
kinerja efektif merupakan suatu definisi yang tepat mengenai capaian
kinerja sempurna, pengukuran prestasi penggunaan, dan menyediakan
umpan balik ke karyawan tentang capaian kinerja mereka. Hal tersebut
menggambarkan, mengukur, memonitor, dan memberi umpan balik.
Evaluasi kinerja adalah suatu bagian rumit dari suatu proses manajemen
kinerja perusahaan.
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja
Suatu kelompok akan produktif bila anggotannya memiliki
keterampilan yang disyaratkan dan karakteristik, pribadi yang baik serta
mendapat dukungan dari manajemen ditambah dengan tersediannya
sumberdaya yang melimpah. Ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan kinerja, yaitu persepsi peran, norma, status, ukuran kelompok,
susunan demografi, tugas kelompok, dan kekohesifan. Kepuasan anggota
dipengaruhi oleh hubungan persepsi peran kinerja antara atasan dan
bawahan (Rivai, 2003).
Sedangkan menurut Suryani (2007) Tingkat kinerja adalah hasil yang
dicapai oleh P3A dalam mewujudkan tujuan sistem irigasi dan
menjalankan tugas-tugas P3A yang meliputi pengelolaan dan
pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air,
pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan P3A
6. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Nurul (2009) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok tani dengan
efektivitas kelompok. Dinamika Kelompok pada kelompok tani di Kecamatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Sukodono tergolong dalam kategori tinggi sebesar 85%. Unsur-unsur yang


termasuk dalam dinamika kelompok adalah; tujuan kelompok, struktur
kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, kekompakan
kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok, kefektifan kelompok dan
agenda terselubung. Efektivitas Kelompok pada kelompok tani di Kecamatan
Sukodono tergolong kategori tinggi sebesar 100%.
Sedangkan berdasarkan penelitian Murniati (2005) terdapat hubungan yang
signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok tani dengan tingkat
penerapan teknologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dinamika kelompok
tani di daerah penelitian 85% dalam kategori tinggi. Sedangkan tingkat
penerapan teknologi pada usahatani bawang merah 92,5% telah melaksanakan
peneraran teknologi sesuai anjuran. Dari hasil analisis Rank Spearman dan uji
signifikansi pada tingkat kepercayaan 95% didapat hasil bahwa unsur-unsur
dinamika kelompok tani yang berhubungan signifikan dengan tingkat
penerapan teknologi adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas
kelompok, pemeliharaan dan pembinaan kelompok, suasana kelompok,
tekanan kelompok dan efektifitas kelompok
B. Kerangka Berpikir
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) diharapkan dapat berfungsi sebagai
wadah dalam upaya memajukan pertanian dari tataran desa atau layanan petak
tersier. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah sebuah organisasi atau
wadah yang beranggotakan petani-petani yang berfungsi menampung aspirasi,
kerjasama, dan partisipasi anggota guna mencapai tujuan atau hasil akhir dari
kelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhan petani akan air irigasi maka petani
bergabung dalam satu wadah kelompok P3A. Seperti yang diungkapkan
Kartasapoetra (1991), bahwa salah satu cara yang digunakan untuk mengubah dan
memperbaiki tingkat kerja petani adalah dengan pendekatan kelompok. Sehingga
terbentuknya kelompok P3A tersebut karena adanya pandangan, kepentingan dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

kebutuhan yang sama yaitu pentingnya akan kebutuhan air irigasi guna mengairi
lahan para petani.
Untuk dapat mencapai tujuan dari lembaga P3A maka diperlukan suatu
struktur kepengurusan kelompok. Dengan adanya kepengurusan kelompok maka
dapat menjamin tumbuhnya dinamika kelompok. Dinamika kelompok dapat
dilihat dari analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis dan
pendekatan psikososial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
psikososial, hal ini dikarenakan pendekatan psikososial melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anggota kelompok dalam
melaksanakan kegiatan demi mencapai tujuan kelompok. Faktor-faktor itu antara
lain tujuan kelompok (group goal), struktur kelompok (group structure), fungsi
tugas (task function), pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and
maintenance), kekompakan kelompok (group cohesiveness), suasana kelompok
(group atmosphere), tekanan kelompok (group pressure), dan keefektifan
kelompok (group effectiveness).
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memiliki tugas-tugas dan tujuan
tertentu, diantarannya adalah pemeliharaan saluran tersier, mengatur pembagian
air, menjaga keberlangsungan fungsi irigasi dan mengelola iuran pengelolaan
irigasi serta penegakan peraturan dan sanksi. Tujuan P3A adalah
mendayagunakan air irigasi yang tersedia didalam petak tersier untuk
kesejahteraan masyarakat tani. Untuk melaksanakan tugas-tugas P3A tersebut dan
demi tercapainnya tujuan perlu didukung kerjasama serta partisipasi antara
anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang baik agar tujuan atau hasil
akhir dapat tercapai secara efisien dan efektif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir yang dapat dibangun


adalah sebagai berikut :

Unsur-unsur dinamika Tinggi


kelompok P3A : Kinerja P3A:
1. Tujuan kelompok 1. Pemeliharaan
2. Struktur kelompok jaringan irigasi
3. Fungsi tugas 2. Penarikan iuran Sedang
4. Pembinaan dan 3. Pembagian air
pemeliharaan kelompok 4. Penegakan
5. Kekompakan kelompok peraturan dan
6. Suasana kelompok sanksi Rendah
7. Tekanan kelompok
8. Keefektifan kelompok

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Hubungan Antar Variabel


C. Hipotesis
Diduga ada hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok P3A dengan
kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.

D. Pembatasan Masalah
1. Responden penelitian adalah petani yang menjadi anggota dan tergabung ke
dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu Kabupaten
Klaten.
2. Dinamika kelompok diuraikan dari analisis dinamika kelompok yang
berdasarkan pada pendekatan psikososial yang terdiri dari tujuan kelompok
(group goal), struktur kelompok (group structure), fungsi tugas (task
function), pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and
maintenance), kekompakan kelompok (group cohesiveness), suasana
kelompok (group atmosphere), tekanan kelompok (group pressure), dan
keefektifan kelompok (group effectiveness)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

3. Kinerja P3A diukur berdasarkan pemeliharaan jaringan irigasi, operasi


jaringan irigasi seperti pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan
pelaksanaan peraturan dan sanksi P3A.
4. Dimensi penelitian adalah satu tahun terakhir

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variebel


1. Dinamika kelompok dalam penelitian ini adalah kekuatan-kekuatan yang ada
di dalam maupun di luar kelompok yang akan menentukan perilaku anggota-
anggota kelompok dan perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok demi tercapainya tujuan bersama.
Dinamika kelompok diuraikan dalam analisis dinamika kelompok yang
berdasarkan pada pendekatan psikososial yaitu:
a. Tujuan kelompok (group goal), yaitu hasil akhir atau keadaan yang
diinginkan oleh semua anggota kelompok, diukur dengan mengukur
pengetahuan anggota tentang tujuan kelompok, kesesuaian tujuan
kelompok dengan kebutuhan anggota dan keterlibatan anggota dalam
merumuskan tujuan kelompok. Diukur dengan menggunakan skala
ordinal.
b. Struktur kelompok (group structure), yaitu suatu pola yang teratur tentang
bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok serta
menggambarkan kedudukan dan peran anggota dalam mencapai tujuan
kelompok meliputi ada atau tidaknya susunan pengurus, pengetahuan
anggota tentang susunan pengurus dan kesesuaian susunan pengurus
dengan struktur yang sudah ada. Diukur dengan menggunakan skala
ordinal.
c. Fungsi tugas (task function), yaitu seperangkat tugas yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya dalam struktur kelompok,meliputi kesesuaian tugas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

pengurus dengan wewenang serta pengetahuan anggota terhadap tugas


pengurus. Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and
maintenance), yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan
mengembangkan kehidupan kelompok, meliputi ada tidaknya pembinaan
serta ketersediaan fasilitas kelompok. Diukur dengan menggunakan skala
ordinal.
e. Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan
anggota kelompok terhadap kelompoknya, meliputi kerjasama anggota,
solidaritas anggota serta kemampuan ketua dalam memimpin kelompok.
Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
f. Suasana kelompok (group atmosphere), yaitu lingkungan fisik dan
nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok
terhadap kelompoknya, meliputi komunikasi anggota dengan ketua,
hubungan antar anggota, keikutsertaan dalam rapat serta kebebasan dalam
berpartisipasi. Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
g. Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan
dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras
mencapai tujuan kelompok, meliputi pelaksanaan peraturan, sanksi
terhadap pelanggaran serta motivasi anggota dalam mematuhi peraturan..
Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
h. Keefektifan kelompok (group effectiveness), yaitu keberhasilan kelompok
untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan
atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya, meliputi
keberhasilan tujuan kelompok serta kepuasan anggota. Diukur dengan
menggunakan skala ordinal.
2. Kinerja atau performance menurut Prawirosentono (1999) adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing


dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Tingkat kinerja adalah hasil yang dicapai oleh P3A dalam mewujudkan
tujuan sistem irigasi dan menjalankan tugas-tugas P3A yang meliputi
pengelolaan dan pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti
pembagian air, pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan
P3A (Suryani, 2007)
a. Pemeliharaan jaringan irigasi yaitu adalah upaya menjaga dan memelihara
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar air irigasi, meliputi frekuensi pemeliharaan jaringan serta
tindakan perbaikan jika terjadi kerusakan. Diukur menggunakan skala
ordinal
b. Penarikan iuran yaitu pengumpulan iuran dari setiap petani anggota P3A
yang digunakan untuk kegiatan P3A, meliputi jumlah iuran, intensitas
penarikan iuran, serta transparansi keuangan. Diukur menggunakan skala
ordinal
c. Pembagian air merupakan kegiatan membagi air di bangunan-bagi,
kegiatan pembagian air dimaksudkan agar air irigasi dapat merata di setiap
areal persawahan anggota P3A, meliputi kecukupan air, penilaian
pergiliran air serta pernah tidaknya mendapat air. Diukur menggunakan
skala ordinal
d. Penegakan peraturan dan sanksi yaitu upaya yang dilakukan agar
peraturan dan sanksi dapat dilaksanakan dengan baik, meliputi tindakan
yang dilakukan kepada anggota jika tidak membayar iuran serta tidak ikut
pemeliharaan jaringan irigasi. Diukur menggunakan skala ordinal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

3. Pengukuran Variabel
Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Dinamika Kelompok
Variabel Indikator Kriteria Skor
Tujuan Pengetahuan - Anggota mengetahui dan hapal tujuan 3
Kelompok anggota kelompok
kelompok - Anggota mengetahui tujuan kelompok 2
mengenai tujuan namun tidak hapal tujuan kelompok
kelompok (ragu-ragu)
- Anggota tidak mengetahui dan tidak 1
hapal tujuan kelompok

Kesesuaian - Tujuan kelompok sesuai dengan 3


tujuan kelompok kebutuhan anggota
dengan - Tujuan kelompok kurang sesuai dengan 2
kebutuhan kebutuhan anggota
anggota dalam - Tujuan kelompok tidak sesuai dengan 1
penyediaan air kebutuhan anggota

Keterlibatan - Anggota dilibatkan dalam merumuskan 3


anggota dalam tujuan
merumuskan - Anggota dilibatkan namun hanya 2
tujuan kelompok sebatas mengetahui tujuan
- Anggota tidak dilibatkan dalam 1
merumuskan tujuan

Struktur Ada atau - Terdapat susunan pengurus dalam 3


Kelompok tidaknya susunan kelompok dan ada kejelasan siapa yang
pengurus menjabat
- Terdapat struktur organisasi namun 2
tidak ada kejelasan siapa yang menjabat
- Tidak terdapat struktur organisasi dan 1
tidak ada kejelasan yang menjabat

Pengetahuan - Anggota mengetahui susunan pengurus 3


anggota terhadap - Anggota kurang mengetahui susunan 2
susunan pengurus pengurus
dalam kelompok - Anggota tidak mengetahui susunan 1
pengurus

Kesesuaian - Susunan pengurus sudah sesuai dengan 3


susunan pengurus struktur P3A
dengan struktur - Susunan pengurus kurang sesuai dengan 2
kelompok dengan struktur P3A
P3A - Susunan pengurus tidak sesuai dengan 1
Struktur P3A

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Fungsi Pengetahuan - Mengetahui tugas pengurus 3


Tugas anggota terhadap - Mengetahui sebagian tugas pengurus 2
tugas pengurus - Tidak mengetahui tugas pengurus 1
P3A

Kesesuaian tugas
pengurus dengan
kewenanganny
- Ketua - Ketua menjalankan tugas sesuai dengan 3
kewenangannya
- Ketua menjalankan sebagian tugas 2
sesuai dengan kewenangannya
- Ketua tidak menjalankan tugas sesuai 1
dengan kewenangannya

- Sekretaris - Sekretaris menjalankan tugas sesuai 3


dengan kewenangannya
- Sekretaris menjalankan sebagian tugas 2
sesuai dengan kewenangannya
- Sekretaris tidak menjalankan tugas 1
sesuai dengan kewenangannya

- Bendahara - Bendahara menjalankan tugas sesuai 3


dengan kewenangannya
- Bendahara menjalankan sebagian tugas 2
sesuai dengan kewenangannya
- Bendahara tidak menjalankan tugas 1
sesuai dengan kewenangannya

- Pelaksana - Pelaksana teknis menjalankan tugas 3


teknis sesuai dengan kewenangannya
- Pelaksana teknis menjalankan sebagian 2
tugas sesuai dengan kewenangannya
- Pelasana teknis tidak menjalankan tugas 1
sesuai dengan kewenangannya

Pembinaan Terdapat upaya - Pembinaan secara rutin dilakukan 3


dan pembinaan (> 3 kali)
pemelihara- kelompok (kurun - Pembinaan kadang-kadang dilakukan 2
an kelompok waktu 1 tahun) (2-3 kali)
- 0-1 kali pembinaan 1

Ketersediaan - Ruang pertemuan tersedia dan memadai 3


fasilitas ruang - ruang pertemuan tersedia tapi kurang 2
pertemuan yang memadai
mendukung - Ruang pertemuan tidak tersedia dan 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

dalam kegiatan tidak memadai


kelompok (kurun
waktu 1 tahun)

Kekompa- Kerjasama - Selalu bekerja sama 3


kan anggota dalam - Kadang-kadang bekerja sama 2
Kelompok kegiatan P3A - Tidak ada kerjasama 1
(kurun waktu 1
tahun)

Sikap anggota
jika ada anggota
mengalami
masalah
- Masalah air - Mengetahui jika ada yang mengalami 3
masalah air dan ikut membantu
- Mengetahui jika ada yang 2
mengalami masalah air tetapi tidak
ikut membantu
1
- Tidak peduli

- Mengetahui jika ada yang mengalami


- Masalah benih 3
masalah benih dan ikut membantu
- Mengetahui jika ada yang mengalami 2
masalah benih tetapi tidak ikut
membantu
- Tidak peduli 1

- Masalah pupuk - Mengetahui jika ada yang 3


mengalami masalah pupuk dan ikut
membantu
- Mengetahui jika ada yang mengalami 2
masalah pupuk tetapi tidak ikut
membantu
1
- Tidak peduli

- Mengetahui jika ada yang mengalami


- Masalah 3
keuangan masalah keuangan dan ikut
membantu
- Mengetahui jika ada yang mengalami 2
masalah keuangan tetapi tidak ikut
membantu
- Tidak peduli 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Kemampuan - Pemimpin bisa menjaga kekompakan 3


pemimpin kelompok (>5 kali hadir dalam rapat
menjaga dan pemeliharaan saluran)
kekompakan - Pemimpin kurang bisa menjaga 2
(kurun waktu 1 kekompakan kelompok (kadang hadir 3-
tahun) 5 kali)
- Pemimpin tidak bisa menjaga 1
kekompakan kelompok (0-2 kali hadir
dalam rapat dan pemeliharaan saluran)

Suasana Komunikasi - Pemimpin dengan anggota terjalin 3


Kelompok antara anggota komunikasi
dengan pemimpin - Pemimpin dengan anggota kurang 2
kelompok(kurun terjalin komunikasi
waktu 1 tahun) - Pemimpin dengan anggota tidak terjalin 1
komunikasi

Hubungan atau - Antar anggota terjalin komunikasi 3


komunikasi antar - Antar anggota kurang terjalin 2
anggota dalam komunikasi
kelompok(kurun - Antar anggota tidak terjalin komunikasi 1
waktu 1 tahun)

Keikutsertaaan - > 7 kali 3


dalam rapat rutin - 4-7kali 2
(kurun waktu 1 - 0-3 kali 1
tahun)

Kebebasan - Anggota mendapat kebebasan yang sama 3


anggota untuk berpendapat
mengeluarkan - Anggota kurang mendapat kebebasan 2
pendapat dalam untuk berpendapat
rapat rutin(kurun - Anggota tidak mendapat kebebasan 1
waktu 1 tahun) untuk berpendapat

Tekanan Adanya
Kelompok peraturan
dan sanksi
- Sanksi tidak - Diberi sanksi 3
membayar - Ditegur 2
iuran rutin - Dibiarkan saja 1
(kurun waktu 1
tahun)

- Sanksi tidak - Diberi sanksi 3


ikut - Ditegur 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

pemeliharaan - Dibiarkan saja 1


saluran
irigasi(kurun
waktu 1 tahun)

Motivasi - Kesadaran diri sendiri 3


menaati -Takut pada sanksi 2
peraturan - Tidak ada motivasi untuk menaati 1
peraturan

Keefektifan Keberhasilan - Tujuan kelompok tercapai 3


Kelompok tujuan kelompok - Tujuan kelompok tercapai tapi belum 2
P3A (kurun maksimal
waktu 1 tahun) - Tujuan kelompok tidak tercapai 1

Kepuasan - Anggota sudah puas (air irigasi 3


anggota terhadap tercukupi)
kelompok dalam - Anggota kurang puas (air irigasi kurang 2
hal pemenuhan tercukupi)
air irigasi - Anggota tidak puas (Air irigasi tidak 1
tercukupi)
Tabel 2. 2 Pengukuran Variabel Kinerja
Kinerja Indikator Kriteria Skor
Pemeliharaan Frekuensi pelaksanaan - > 4 kali 3
Jaringan Pemeliharaan jaringan - 3-4 kali 2
irigasi (kurun waktu 1 - 1-2 kali 1
tahun)

Tindakan yang - Dilaporkan pengurus dan 3


dilakukan jika terjadi dibenahi
kerusakan saluran - Dilaporkan tapi tidak dibenahi 2
irigasi - Dibiarkan saja 1

Penarikan iuran Jumlah iuran - > Rp 100.000 3


- Rp 51.000 - Rp 100.000 2
- Rp 0-Rp 50.000 1

Intensitas Penarikan - > 13 kali 3


iuran - 7-12 kali 2
- 1-6 kali 1

Transparansi keuangan - Jumlah uang iuran selalu 3


disampaikan kepada anggota
- Kadang disampaikan 2
- Tidak disampaikan 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Pembagian air Kecukupan akan air - Cukup (selalu terairi) 3


- Kurang cukup (kadang terairi) 2
- Tidak cukup (tidak terairi) 1

Penilaian Terhadap - Teratur (seminggu sekali) 3


pergiliran air - Kurang teratur (setengah bulan 2
sekali)
- Tidak teratur (sebulan sekali) 1

Pernah tidak - Selalu mendapat air 3


mendapatkan air - 1-2 Kali tidak mendapat air 2
- > 2 Kali tidak mendapat air 1

Penegakan Tidak membayar iuran - Diberi sanksi 3


peraturan atau - Diperingatkan 2
sanksi - Dibiarkan saja 1

Tidak ikut - Diberi sanksi 3


pemeliharaan saluran - Diperingatkan 2
irigasi - Dibiarkan saja 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif, yang dimaksudkan untuk memberikan uraian mengenai suatu
gejala sosial yang diteliti, dengan mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada
indikator-indikator yang dijadikan dasar suatu gejala yang diteliti. Pengukuran
deskriptif juga dimaksudkan untuk mengukur fenomena sosial tertentu dengan
pengembangan konsep dan menghimpun fakta (Singarimbun dan Effendi, 2006).
Teknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei, yaitu teknik
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi,
2006).
B. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2006). Penelitian dilakukan di Kecamatan
Delanggu Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Delanggu
Kabupaten Klaten dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di setiap
Desa di Kecamatan Delanggu telah memiliki kelompok P3A. P3A di masing-
masing desa di Kecamatan Delanggu ada yang sudah memiliki SK Bupati dan ada
yang belum memiliki SK Bupati. Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan daftar
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten
Klaten.

commit
31 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Tabel 3.1 Daftar Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu
No Desa Nama P3A SK Bupati
1 Bowan Rukun Tani -
2 Dukuh Tirto Agung -
3 Jetis Tani makmur No 411.6/703/98
4 Butuhan Ngudi Makmur -
5 Banaran Usaha Tani -
6 Karang Sumber Makmur -
7 Sribit Mardi Rahayu No 411.6/1584/1996
8 Krecek Tani Mulyo No 411.6/1585/1996
9 Mendak Sediyo Makmur No 411.6/1586/1996
10 Delanggu Ngudi Makmur -
11 Sabrang Tani Makmur No 411.6/1583/1996
12 Tlobong Lestari Makmur -
13 Gatak Margo Mulyo No 411.6/1582/1996
14 Kepanjen Ngudi Makmur -
15 Segaran Angudi Makmur -
16 Sido Mulyo Karya Mulya -

Sumber : Inventarisasi P3A Dharma Tirta Sub Din Pengairan DPU Kabupaten
Klaten
C. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten
Klaten.
2. Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan simple cluster
random sampling yaitu metode sampling dimana unit analisa atau satuan
penelitian sudah tersusun dalam suatu daftar, maka unit-unit analisa dalam
populasi digolongkan ke dalam gugus yang disebut cluster dan ini akan
merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil (Singarimbun dan
Effendi, 2006). Sehingga dalam setiap kelompok terkecil, dilakukan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

penarikan responden secara acak sederhana, sebanyak menurut


proposionalnya. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama, populasi kecamatan dibagi menjadi kluster wilayah desa
berdasarkan P3A yang sudah memiliki SK Bupati dan yang belum
memiliki SK Bupati, yaitu diperoleh P3A yang sudah memiliki SK Bupati
yaitu P3A Tani Makmur dan P3A Tani Mulyo, sedangkan P3A yang
belum memiliki SK Bupati yaitu P3A Rukun Tani dan P3A Ngudi
Makmur,
b. Tahap kedua, menentukan unit responden sebanyak 40 responden, yang
akan diambil secara random, sehingga diperoleh responden menurut
proporsionalnya di tiap P3A terpilih, ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
nk
ni = xn
N
Keterangan: ni = jumlah responden di masing-masing wilayah
nk = jumlah anggota P3A di masing-masing wilayah
N = jumlah populasi
n = jumlah responden yang diinginkan
Tabel 3.2. Anggota P3A Sampel
P3A Jumlah Jumlah sampel
Ada SK Bupati :
1. Tani Makmur 140 10
2. Tani Mulyo 150 11
Belum Ada SK Bupati
1. Rukun Tani 140 10
2. Ngudi Makmur 130 9
Jumlah 560 40
Sumber : Data Primer
c. Tahap ketiga, mengambil sampel dari P3A yang terpilih yaitu P3A Tani
makmur, P3A Tani Mulyo, P3A Rukun Tani dan Ngudi Makmur, dengan
penarikan sampel secara acak unit-unitnya berdasarkan pada proposionalnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

D. Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau pihak
yang terkait dalam penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang
terkait dengan penelitian.
Mengenai data primer dan sekunder dapat dilihat rinciannya pada tabel 3.3
Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam Penelitian
Data yang diperlukan Sifat Data Sumber Data
Pr Sk Kn Kl
Data Pokok
1. Identitas Responden
a. Nama ü Responden
b. Umur ü ü Responden
c. Pendidikan Formal ü Responden
d. Jenis Kelamin ü Responden
e. Luas Lahan ü ü Responden
f. Status Kepemilikan Lahan ü Responden
2. Dinamika Kelompok
a. Tujuan kelompok ü ü Responden
b. Struktur kelompok ü ü Responden
c. Fungsi tugas ü ü Responden
d. Pembinaan dan pemeliharaan ü ü Responden
kelompok
e. Kekompakan kelompok ü ü Responden
f. Suasana kelompok ü ü Responden
g. Tekanan kelompok ü ü Responden
h. Keefektifan kelompok ü ü Responden
3. Kinerja
a. Pemeliharaan jaringan ü ü Responden
b. Penarikan iuran ü ü Responden
c. Pembagian air ü ü Responden
d. Penegakan peraturan dan sanksi ü ü Responden
Data pendukung
1. Monografi Kec. Delanggu ü Dinas Pertanian
2. AD ART P3A ü P3A
Keterangan : Pr : Pimer Sk : Sekunder
Kn : Kuantitatif Kl : Kualitatif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi, Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada obyek penelitian sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas mengenai objek yang akan diteliti. Observasi menurut Usman (2000)
adalah proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan
psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah
mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti.
2. Wawancara, Pengumpulan data primer maupun data sekunder dengan
mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada responden
dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Slamet (2006) menyatakan teknik
wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam
interaksi itu peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui
kegiatan tanya jawab.
3. Dokumentasi, teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang
diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada
hubungannya dengan penelitian ini, dokumentasi berupa foto-foto pada waktu
diadakan penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Berikut adalah jenis-jenis data yang dikumpulkan dengan menggunakan


metode pengumpulan data di atas, yaitu:
Tabel 3.4. Jenis Data yang dikumpulkan dari Metode Pengumpulan Data
No Metode Pengumpulan Data Jenis Data
1 Observasi Kondisi wilayah penelitian, Kegiatan
responden
2 Wawancara Identitasresponden,Unsur-unsurdinamika
kelompok (Tujuan kelompok, Struktur
kelompok, Fungsi tugas, pembinaan dan
pemeliharaan, kekompakan kelompok,
Suasana kelompok, tekanan kelompok,
keefektivan kelompok), Kinerja P3A
(pemeliharaan Saluran irigasi, penarikan
iuran, Pembagian air, penegakan
peraturan dan Sanksi)
3 Dokumentasi Foto-foto penelitian

F. Metode Analisis Data


Dinamika kelompok P3A dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang
dan rendah, begitu pula untuk kinerja P3A dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi,
sedang, rendah. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar
interval kelas, yaitu:

nilai tertinggi - nilai terendah


Kelas kategori :
jumlah kelas
Untuk mengetahui hubungan dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A
di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten digunakan analisis korelasi digunakan
untuk mencari keeratan hubungan antara dua variabel. Uji korelasi menggunakan
Rank Spearman (rs) yang didukung dengan program SPSS versi 17 for windows.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan


kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten digunakan analisis
korelasi Rank Spearman (rs), dengan rumus : (Siegel, 1997)
N
6å di 2
i =1
rs = 1 -
N2 - N

Keterangan : rs = koefisien korelasi rank spearman


N = jumlah sampel petani
di = selisih ranking antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja
P3A
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena sampel
yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan
rumus (Siegel, 1997) :

N -2
t= rs
1 - (rs ) 2

Kesimpulan :
1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan
signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A di
Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara unsur-unsur dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A
di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis
Kecamatan Delanggu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Klaten yang terletak di daerah dengan ketinggian rata-rata 133 meter dpl. Luas
wilayah merupakan potensi yang dimiliki masyarakat yang dapat
dimanfaatkan secara optimal. Tata guna lahan dapat menggambarkan
sejauhmana penduduk disuatu wilayah dapat mendayagunakan luas lahan
yang ada agar lebih bermanfaat bagi masyarakat setempat. Luas kecamatan
Delanggu kurang lebih 1.877,72 ha yang terdiri dari tanah sawah 1.334,41 ha,
tanah kering 458,9 ha dan lain-lain sebesar 84,81 ha.
Bentuk wilayah dari Kecamatan Delanggu adalah 99 persen datar
sampai berombak dan 1 persen lainnya adalah daerah berombak sampai
berbukit. Jarak Kecamatan Delanggu dengan pusat administratif adalah
sebagai berikut :
1. Jarak dari Desa atau Kelurahan yang terjauh kurang lebih 0,7 Km.
2. Jarak dari Ibukota Kabupaten atau Kota kurang lebih 18 Km.
3. Jarak dari Ibukota Provinsi kurang lebih 99 Km.
Adapun batas-batas wilayah dari Kecamatan Delanggu adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah utara : Kecamatan Wonosari
2. Sebelah selatan : Kecamatan Ceper
3. Sebelah barat : Kecamatan Polanharjo
4. Sebelah timur : Kecamatan Wonosari
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial
ekonomi penduduk di daerah tersebut. Data keadaan penduduk di Kecamatan
Delanggu Kabupaten Klaten berdasarkan pada data Delanggu dalam angka
pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk per satuan unit
wilayah (Mantra, 2008). Kepadatan penduduk terdiri dari kepadatan
geografis dan kepadatan agraris. Kepadatan geografis merupakan jumlah
penduduk per satu km2 luas wilayah, sedangkan kepadatan penduduk
agraris adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan
pertanian.
Luas kecamatan Delanggu kurang lebih 1.877,72 ha sedangkan luas
lahan pertaniannya 1.334,41 ha. Penduduk Kecamatan Delanggu
berjumlah 44.760 jiwa, Kepadatan penduduk geografis dan agraris adalah
sebagai berikut ini.
44.760 jiwa
Kepadatatan PendudukGeografis = 2
= 2384,65 = 2.385 jiwa / km 2
18,77km
44.760 jiwa
Kepada tan PendudukAg raris = = 23,83 = 24 jiwa/ ha
1877,72 ha
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui kepadatan
penduduk geografis di Kecamatan Delanggu sebesar 2.385 jiwa/km2. yang
artinya setiap 1 km2 ada 2.385 jiwa yang tinggal di dalamnya Sedangkan
kepadatan penduduk agraris sebesar 24 jiwa/ha yang artinya setiap 1 Ha
lahan pertanian rata-rata digarap oleh 24 orang.
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari
umur. Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya penduduk usia produktif dan penduduk usia non
produktif dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Menurut Mantra
(2008), usia nonproduktif adalah usia 0–14 tahun dan ≥ 65 tahun
sedangkan usia produktif adalah usia 15–64 tahun. Jumlah penduduk di
Kecamatan Delanggu adalah sebesar 44.760 jiwa. Keadaan penduduk
menurut umur dapat dilihat pada tabel 4.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Delanggu menurut kelompok umur Tahun


2010
Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelompok umur
(Jiwa) (Jiwa) Penduduk
(tahun)
(jiwa)
0-4 1.698 1.512 3.210
5-9 1.803 1.576 3.379
10-14 1.883 1.698 3.581
15-19 2.259 2.079 4.338
20-24 1.973 2.002 3.975
25-29 1.796 1.908 3.704
30-34 1.831 1.971 3.802
35-39 1.612 1.719 3.331
40-44 1.493 1.515 3.008
45-49 1.254 1.213 2.467
50-54 941 1.077 2.018
55-59 960 1.075 2.035
60-64 897 1.003 1.900
65 + 1.821 2.191 4.012
Jumlah 22.221 22.539 44.760
Sumber : BPS Kabupaten Klaten
Terlihat dari tabel 4.1 bahwa penduduk di Kecamatan Delanggu
terbanyak berada di kelompok umur 65+ tahun, yaitu sebanyak 4.012 jiwa,
sedangkan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 60-64 tahun,
yaitu sebanyak 1.900 jiwa. Data penduduk menurut umur pada Tabel 4.1
dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di
Kecamatan Delanggu. ABT adalah perbandingan antara jumlah penduduk
usia non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk umur >65
tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (penduduk umur 15-64
tahun). Jumlah penduduk usia non produktif adalah 14.182 jiwa, dan
penduduk usia produktif adalah 30.578 jiwa. Perhitungan ABT adalah
sebagai berikut:

Penduduk usia non produktif


ABT = x 100
Penduduk usia produktif

14.182
= x100 = 46,3798 = 46
30.578 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui besarnya Angka Beban


Tanggungan yaitu sebesar 46. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung 46 penduduk usia non produktif. Angka Beban
Tanggungan di Kecamatan Delanggu tergolong besar karena dalam 100
penduduk usia produktif harus menanggung 46 penduduk usia non
produktif.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan
Delanggu berjumlah 44.760 jiwa, yang terdiri dari 22.221 jiwa penduduk
laki-laki dan 22.539 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersbut
maka dapat dihitung sex ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, Jika sex ratio
kurang dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah
penduduk perempuan. Jika sex ratio sama dengan 100 maka jumlah
penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan. Dan jika
sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari
penduduk perempuan
JumlahPendudukLaki - laki 22.221
SexRatio = x100 = x100% = 98,58
JumlahPendudukPerempuan 22.539
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar
98. Artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98
orang penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan perbandingan yang tidak
begitu besar.
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian dapat menggambarkan besarnya tingkat
pendapatan seseorang sehingga akan berpengaruh pada kehidupan sosial
dalam masyarakat. Penduduk akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Penduduk di
Kecamatan Delanggu bekerja di berbagai sektor guna mencukupi
kebutuhan hidupnya dan keluarga. Sektor yang paling dominan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

mata pencaharian penduduk Kecamatan Delanggu adalah sektor pertanian.


Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Delanggu Tahun 2011
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1. Petani Pemilik 3.189 15,12
2. Petani Penggarap 1.025 4,86
3. Buruh Tani 2.311 10,96
4. Pengusaha Sedang/Besar 1.115 5,28
5. Pengrajin/Industri kecil 2.794 13,25
6. Buruh Industri 3.133 14,85
7. Buruh bangunan 1.475 6,99
8. Pedagang 1.732 8,21
9. Pengangkutan 823 3,90
10. PNS 1.108 5,25
11. ABRI 304 1,44
12. Pensiunan (ABRI/PNS) 1.729 8,20
13. Peternak 346 1,64
Jumlah 21.084 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar (30,94
persen) penduduk Kecamatan Delanggu bekerja pada sektor pertanian,
baik sebagai petani maupun buruh tani. Jenis pekerjaan lain memiliki
persentase yang lebih kecil berturut-turut yaitu; buruh industri 14,85
persen, pengrajin/industri kecil 13,25 persen, pensiunan PNS/ABRI 8,20
persen, buruh bangunan 6,99 persen, pengusaha sedang/besar 5,28 persen,
PNS 5,25 persen, pengangkutan 3,90, peternak 1,64 dan ABRI sebesar
1,44 persen. Data ini disimpulkan bahwa mata pencaharian dalam sektor
pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat di Kecamatan
Delanggu dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber daya
manusia dalam suatu wilayah. Apabila diketahui tingkat pendidikan
penduduk maka dapat diketahui pula kemampuan penduduk dalam
menyerap berbagai pengetahuan yang ada. Hal ini dapat juga digunakan
untuk mengetahui potensi penduduk secara umum. Keadaan penduduk
menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
commit to user
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan


Delanggu Tahun 2011
No. Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
1. Belum sekolah 1.373 2,98
2. Tidak tamat SD 568 1,23
3. Tamat SD/sederajat 13.856 30,11
4. Tamat SLTP/sederajat 13.392 29,10
5. Tamat SLTA/sederajat 12.599 27,38
6. Tamat Akademi/sederajat 2.941 6,39
7. Tamat PT/sederajat 1.280 2,78
Jumlah 46.009 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat kesadaran dari
masyarakat Kecamatan Delanggu terhadapnya pentingnya pendidikan
cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sudah adanya penduduk Kecamatan
Delanggu yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi yaitu
akademi dan sarjana. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
penduduk Kecamatan Delanggu sebagian besar tamat SD/ sederajat yaitu
sebesar 30,11 persen, sedangkan yang lain berturut-turut adalah tamat
SLTP/sederajat 29,10 persen, tamat SMA/sederajat 27,38, tamat
akademi/sederajat 6,39 persen, tamat Perguruan tinggi/sederajat 2,78
persen dan tidak tamat SD 1,23 persen.

C. Keadaan Pertanian dan Peternakan


Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor
pertanian. Keadaan pertanian di suatu wilayah dapat menjadi indikator
kemampuan suatu wilayah dalam mencukupi kebutuhan pangan penduduk di
wilayah tersebut.
1. Penggunaan Lahan Pertanian
Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung oleh
tersedianya lahan usaha tani yang potensial, teknologi yang medukung,
serta sumber daya manusia yang memadai untuk mengolah lahan usaha
tani secara optimal. Luas penggunaan lahan pertanian di Kecamatan
commit to user
Delanggu dapat dilihat pada Tabel 4.4
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Delanggu


Tahun 2011
Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase
a. Tanah Sawah
Irigasi Teknis 842 51,46
Irigasi setengah teknis 58 3,54
Irigasi Sederhana 101 6,17
b. Tanah Kering 635 38,8
Jumlah 1.636 100,0
Sumber: Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011
Penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Delanggu yang terbesar
adalah tanah sawah dengan pengairan irigasi teknis. Penggunaan lahan
lainnya berturut-turut yaitu tanah kering 38,8 persen, irigasi sederhana
6,17 persen dan irigasi setengah teknis 3,54 persen. Tanah kering sebagian
besar dimanfaatkan penduduk untuk bangunan dan pekarangan.
Pemanfaatan lahan-lahan tersebut dengan efisien dapat membantu
penduduk setempat untuk mencukupi kehidupannya.
2. Kondisi Peternakan
Peternakan di Kecamatan Delanggu diusahakan petani sebagai
tabungan atau usaha sampingan. Hewan ternak dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan gizi seperti daging dan telur yang merupakan
sumber protein hewani. Hewan ternak dapat dimanfaatkan tenaganya
dalam kegiatan usahatani seperti kerbau yang digunakan untuk membajak
sawah. Selain itu, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan pupuk kandang atau pupuk organik. Kecamatan Delanggu
memiliki beragam hewan ternak. Berikut merupakan data hewan beserta
jumlahnya yang ada di Kecamatan Delanggu yang tersaji dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Ternak dan Unggas di Kecamatan Delanggu
No Jenis ternak/ unggas (ekor) Jumlah (ekor)
1. Sapi biasa 310
2. Kerbau 86
3. Kambing 1.095
4. Kuda 9
5. Ayam 22.250
6. Itik 9.665
commit to user
Sumber: Data Monografi Kecamatan Delanggu Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai


macam hewan yang diternakkan di Kecamatan Delanggu. Ayam
merupakan jenis ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat
Kecamatan Delanggu. Hal ini dikarenakan ayam merupakan jenis ternak
yang memang dikembangkan dengan tujuan sebagai usaha sampingan.
Produk ayam baik berupa telur dan daging sangat disukai oleh masyarakat.
Telur ayam merupakan bahan protein hewani yang mudah diperoleh dan
digemari masyarakat umumnya. Itik, kambing dan sapi juga banyak
dikembangkan oleh penduduk Kecamatan Delanggu. Jenis ternak-ternak
tersebut selain hasilnya dapat dijadikan tabungan bagi pemiliknya,
kotorannya dapat digunakan dalam budidaya usahatani yaitu dapat dibuat
pupuk.

D. Keadaan Sarana Perekonomian


Sarana perekonomian merupakan penunjang dalam perekonomian
sekaligus mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Kegiatan perdagangan atau jual beli dapat menjadi mudah dengan adanya
sarana perekonomian seperti pasar. Sarana perekonomian dapat pula
menunjang pendapatan penduduk dan dapat menyerap tenaga kerja di suatu
wilayah. Keberadaan sarana perekonomian di suatu wilayah merupakan suatu
hal yang sangat dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian
penduduk di wilayah tersebut. Semakin banyak terjadi kegiatan jual beli maka
akan semakin tinggi pula laju kegiatan perekonomian penduduk, dan akan
semakin besar pula tingkat pendapatan daerah. Dengan adanya sarana
perekonomian maka dapat mempermudah masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Adapun sarana perekonomian di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada tabel
4.6.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6. Sarana Perekonomian di Kecamatan Delanggu


No Sarana Perekonomian Jumlah
1. Koperasi
a. KUD 2
b. BKK 1
c. BPKD 1
d. Badan-badan Kredit 5
2. Pasar Umum 1
3. Toko/ kios/ warung 249
4. Bank 7
5. Lumbung Desa 16
6. Stasiun Bus 1
7. Perusahaan/ usaha
a. Industri
- Besar dan sedang 2
- Kecil 117
- Rumah tangga 73
b. Perhotelan 1
c. Rumah/ warung makan 12
d. Perdagangan 67
e. Angkutan 3
f. Lain-lain 3
Sumber: Data Monografi Kecamatan delanggu Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang
terbanyak yaitu berupa Toko/kios/warung yaitu sebanyak 249 unit. Pada
urutan kedua yaitu industri kecil sebanyak 117 unit, dan pada ururan ketiga
yaitu industri rumah tangga sebanyak 89 unit. Toko/ kios/ warung yang ada di
kecamatan Delanggu meliputi toko kelontong, alat tulis, listrik, alat pertanian,
bangunan, dan lain-lain yang berfungsi untuk menyediakan bahan-bahan
kebutuhan masyarakat sehari-hari, kebutuhan sarana produksi, serta
pemasaran hasil produksi. Dengan adanya berbagai sarana perekonomian
tersebut diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian masyarakat.
Kecamatan Delanggu juga memiliki koperasi, baik KUD, BKK, BPKD
maupun badan-badan kredit lainnya. Adanya koperasi diharapkan dapat
membantu masyarakat yang ada di Kecamatan Delanggu untuk bisa
mendapatkan kredit pinjaman modal. Dengan adanya berbagai sarana
perekonomian di Kecamatan Delanggu diharapkan dapat meningkatkan laju
commit to user
perekonomian masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan suatu organisasi yang
bergerak dalam bidang pertanian khususnya dalam bidang pengelolaan irigasi
atau pengairan. Anggota P3A sendiri terdiri dari semua petani yang ada di
Kecamatan Delanggu. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertujuan untuk
mendayagunakan irigasi yang ada di dalam petak tersier guna untuk
kesejahteraan para petani. Di Kecamatan Delanggu terdiri dari 16 Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) yang berada di masing-masing desa. Dengan adannya
P3A diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air irigasi lahan pertanian para
petani, sehingga dapat meningkatkan produksi serta kesejahteraan para petani di
Kecamatan Delanggu.
1. Perkumpulan Petani Desa Bowan (Rukun Tani)
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Rukun Tani terletak di Desa
Bowan Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Rukun Tani diketuai
oleh Bapak Surahman. Anggota P3A Tani Mulyo berjumlah sekitar 140
petani. Kegiatan dari P3A Rukun Tani sudah berjalan baik. Pengairan lahan
pertanian juga berjalan dengan rutin. Setiap lahan pertanian petani yang di
aliri air, para petani ditarik iuran berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000, hal ini
tergantung luas maupun umur tanaman padi yang ditanam, semakai tua umur
tanaman padi maka jumlah iuran juga bertambah.
2. Perkumpulan Petani Desa Jetis (Tani Makmur)
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tani Makmur terletak di Desa
Jetis Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Tani Makmur diketuai
oleh Bapak Suliyo. P3A Tani Makmur memiliki SK Bupati dengan nomor
411.6/703/98 pada tanggal 15 Mei 1998. Anggota P3A Tani Makmur
berjumlah sekitar 140 petani. Kontur wilayah Desa Jetis yang tidak datar
membuat lahan di Desa Jetis sering kesulitan air, hal ini membuat para
commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

pengurus dan para anggota bekerja lebih giat dan bekerjasama dalam
pengaturan air irigasi. Dalam setiap satu aliran para anggota harus membayar
sekitar 10.000-15.000, iuran tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk
membayar penjaga pintu air serta juga digunakan sebagai kas P3A Tani
Makmur. Apabila ada petani yang tidak bisa membayar, biasanya diberi
kelonggaran sampai 3 kali, dan apabila dalam 3 kali tidak membayar terpaksa
tidak diberi air sampai petani tersebut bisa membayar.
3. Perkumpulan Petani Desa Krecek (Tani Mulyo)
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tani Mulyo terletak di Desa
Krecek Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Tani Mulyo diketuai
oleh Bapak Kadiyo. P3A Tani Mulyo memiliki SK Bupati dengan nomor
411.6/1585/1996 pada tanggal 4 Maret 1996. Anggota P3A Tani Mulyo
berjumlah sekitar 150 petani. Desa Krecek tergolong desa yang mudah dalam
mendapatkan aliran air irigasi, sehingga para anggotannya hanya dikenai
biaya yang tidak terlalu mahal, yaitu sebesar Rp 5.000 setiap aliran. Kegiatan
pemeliharaan saluran irigasi biasanya dilakukan setiap tiga bulan sekali dan
bergotong royong antar anggota P3A Tani Mulyo.
4. Perkumpulan Petani Desa Delanggu (Ngudi Makmur)
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Ngudi Makmur terletak di
Desa Delanggu Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. P3A Ngudi Makmur
diketuai oleh Bapak Teguh. Anggota P3A Ngudi Makmur berjumlah sekitar
130 petani. Kegiatan P3A Ngudi Makmur sudah berjalan cukup baik, hal ini
terlihat dari iuran rutin yang dilaksanakan di P3A Ngudi Makmur. Dalam
setiap satu aliran para anggota biasannya membayar sekitar Rp 10.000, iuran
tersebut dikumpulkan digunakan sebagai kas P3A Ngudi Makmur. P3A Ngudi
makmur dalam melaksanakan kegiatan rapat rutin sudah memiliki gubuk
pertemuan sendiri, walaupun gubuk pertemuan tersebut masih sangat
sederhana tapi selalu digunakan dalam kegiatan P3A Ngudi Makmur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

B. Identitas Responden
Identitas responden dari sampel penelitian adalah identitas petani yang
menjadi anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang meliputi, umur,
pendidikan formal, luas lahan dan status penguasaan lahan. Identitas responden
dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi responden menurut identitas responden
No. Identitas Responden Jumlah Persentase
1. Umur responden
a. Usia produktif (15-64 tahun) 36 90
b. Usia nonproduktif (≥ 65 tahun) 4 10
Jumlah 40 100
2. Tingkat pendidikan formal
a. Tidak bersekolah 3 7,5
b. Tidak tamat SD 0 0
c. Tamat SD 9 22,5
d. Tamat SMP 14 35
e. Tamat SMA 14 35
f. D1/D2/D3/S1 0 0
Jumlah 40 100
3. Status Penguasaan dan Luas Lahan (Ha)
a. Pemilik Penggarap
1) 0 - 0,5 29 72,5
2) 0,56 - 1 3 7,5
3) 1,1 - 1,5 0 0
b. Penyakap
1) 0 - 0,5 8 20
2) 0,56 - 1 0 0
0 0
3) 1,1 - 1,5
Jumlah 40 100
Sumber : Analisis Data Primer

1. Umur Responden
Umur responden dibedakan menjadi dua yaitu umur yang tergolong
produktif (penduduk umur 15-64 tahun) dan umur yang tergolong non
produktif (penduduk umur >65 tahun) (Mantra, 2008). Dari tabel 5.1
menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif yaitu 15-
64 tahun sebanyak 36 orang (90 %) sedangkan responden yang tergolong
dalam usia non produktif sebanyak 4 responden (10 %). Pada umumnya
responden yang memiliki usia produktif memiliki semangat yang lebih tinggi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Selain itu, umur akan mempengaruhi kondisi seorang responden dalam


melakukan aktivitas, terlebih lagi kegiatan pertanian membutuhkan tenaga
yang cukup besar.
2. Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan formal petani merupakan jenjang sekolah yang diperoleh
responden dari bangku sekolah. Tingkat pendidikan responden dalam
penelitian ini cukup beragam mulai dari tidak bersekolah hingga mencapai
tingkat SMA. Sebanyak 14 responden (35 %) menempuh pendidikan hingga
SMA, hal ini juga sama pada tingkat SMP yaitu sebanyak 14 responden (35
%); selain itu sebanyak 9 responden (22,5 %) lulusan SD dan sisanya atau
sebanyak 3 orang (7,5 %) tidak bersekolah. Jadi berdasarkan tabel 5.1 dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan responden sudah sadar akan pentingnya
pendidikan. Tingkat pendidikan responden tergolong sedang, dimana jumlah
responden dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA berjumlah 70 %.
Meskipun tingkat pendidikan responden tergolong sedang, namun responden
aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh P3A. Sebagian besar
responden sudah memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis yang
baik. Hal ini dapat menunjang kelancaran aktivitas Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A), misalnya dalam hal administrasi. Semua anggota dapat
dengan mudah memantau tranparansi keuangan maupun kesekretariatan.
3. Status Penguasaan dan Luas Lahan
Status penguasaan lahan sebesar 80 % merupakan pemilik penggarap.
Responden di wilayah penelitian sebagian besar memang memiliki lahan dan
mengerjakannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden masih menggantungkan usahatani sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan. Sedangkan sebanyak 8 orang (20 %) adalah penyakap. Sistem
sakap yang berlaku di wilayah penelitian adalah masing-masing pihak
mendapatkan setengah bagian atau biasa disebut paron.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Luas lahan yang dimiliki oleh responden pemilik penggarap adalah nol
sampai 0,5 hektar sebesar 72,5 % dan 7,5 % memiliki luas lahan 0,56 sampai
satu hektar. Rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani di wilayah Kecamatan
Delanggu memang tidak terlalu luas hanya 0,5 hektar, sedangkan petani
penyakap mengusahakan lahan seluas nol sampai 0,5 hektar sebesar 20 %.
C. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu

Dinamika kelompok adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota


kelompok secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh
kegiatan kelompok dalam mencapai tujuannya. Analisis dinamika kelompok
berdasarkan pendekatan psikososial dimaksudkan untuk melakukan kajian
terhadap segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama (tujuan
kelompok)
Dinamika kelompok terdiri dari unsur-unsur yaitu; tujuan kelompok,
struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok,
kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan
kelompok. Rumus yang digunakan untuk mengetahui dinamika kelompok di
Kecamatan Delanggu menggunakan rumus lebar interval :

nilai tertinggi - nilai terendah


Kelas Kategori :
jumlah kelas

Dinamika kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang terdapat di


dalam maupun di lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota
kelompok dan perilaku kelompok untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan
demi tercapainya tujuan bersama. Hasil analisis dari unsur-unsur dinamika
kelompok P3A di Kecamatan Delanggu disajikan dalam tabel 5.2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Dinamika Kelompok pada


Perkumpulan Petani Pemakai Air di Kecamatan Delanggu
Dinamika Kelompok Kategori Skor Frekuensi Prosentase Mean
Tujuan Kelompok (X1) Rendah 3–5 9 22,5
Sedang 5,1 – 7 21 52,5 6,22
Tinggi 7,1 – 9 10 25,0

Struktur Kelompok (X2) Rendah 3–5 11 27,5


Sedang 5,1 – 7 14 35,0 6,45
Tinggi 7,1 – 9 15 37,5

Fungsi Tugas (X3) Rendah 5 – 8,33 2 5,00


Sedang 8,34 – 11,67 19 47,5 11,55
Tinggi 11,68 – 15 19 47,5

Pembinaan dan Rendah 2 – 3,33 16 40,0


Pemeliharaan Kelompok Sedang 3,34 – 4,67 19 47,5 3,70
(X4) Tinggi 4,68 – 6 5 12,5

Kekompakan Kelompok Rendah 6 – 10 8 20,0


(X5) Sedang 10,1 – 14,1 20 50,0 12,75
Tinggi 14,2 – 18 12 30,0

Suasana Kelompok (X6) Rendah 4 – 6,67 3 7,50


Sedang 6,68 – 9,35 12 30,0
Tinggi 9,36 – 12 25 62,5 9,55

Tekanan Kelompok (X7) Rendah 3–5 6 15,0


Sedang 5,1 – 7 15 37,5
Tinggi 7,1 – 9 19 47,5 7,20

Keefektivan Kelompok Rendah 2 – 3,33 3 7,50


(X8) Sedang 3,34 – 4,67 12 30,0
Tinggi 4,68 – 6 25 62,5 4,85

Dinamika Kelompok Rendah 28 – 46,67 2 5,00


(XTOTAL) Sedang 46,68 – 65,35 17 42,5 62,27
Tinggi 65,36 – 84 21 52,5
Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji
dalam tabel 5.2, maka dapat diketahui bahwa dinamika kelompok tergolong
sedang yaitu dengan nilai means sebesar 62,27. Sebanyak 21 responden (52,5 %)
dalam kategori tinggi, 17 responden (42,5 %) kategori sedang serta 2 responden
(5 %) termasuk dalam kategori rendah. Tingkat kedinamisan kelompok akan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

memberikan pengaruh positif bagi aktivitas kelompok, terutama berkaitan


dengan pelaksanaan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam
mencapai tujuan P3A. P3A di Kecamatan Delanggu harus terus ditingkatkan dan
dijaga keberadaannya, sehingga nantinya kelompok tersebut benar-benar bisa
menjadi wadah bagi petani untuk mengurusi irigasi guna mengairi lahan
pertanian serta meningkatkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan anggota P3A. Berikut diuraikan masing-masing unsur dari
dinamika kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan
Delanggu :
1. Tujuan Kelompok (group goal)
Tujuan kelompok merupakan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan
oleh semua anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus dilibatkan
dalam perumusan tujuan, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami
dan mengetahui tujuan kelompoknya. Tujuan kelompok juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya sehingga nantinya anggota
mempunyai semangat untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa tujuan kelompok P3A
menunjukkan sebanyak 10 responden (22,5 %) berada dalam kategori tinggi.
Sebanyak 21 responden (52,5 %) berada dalam kategori sedang dan sebanyak
9 responden (25 %) berada dalam kategori rendah. Besar nilai means dalam
tujuan P3A adalah sebesar 6,22, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
P3A barada dalam kategori sedang.
Tujuan dibentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah
mendayagunakan air irigasi yang tersedia didalam petak tersier untuk
kesejahteraan masyarakat tani. Hampir semua responden mengetahui dan
mampu menyebutkan tujuan P3A karena dilibatkan dalam merumuskan tujuan
P3A. Dengan keterlibatan anggota dalam perumusan tujuan, maka tujuan
disesuaikan dengan kebutuhan para petani anggota P3A di kecamatan
Delanggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

2. Struktur Kelompok (group structure)


Struktur kelompok (group structure) yaitu suatu pola yang teratur
tentang bentuk tata hubungan antar individu dalam kelompok yang juga
melukiskan kedudukan dan peran masing-masing. Struktur kelompok diukur
dari ada atau tidaknya susunan pengurus, pengetahuan anggota tentang
susunan pengurus dan kesesuaian susunan pengurus dengan struktur yang
sudah ada.
Berdasarkan tabel 5.2 maka dapat diketahui bahwa struktur kelompok
pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu
tergolong dalam kategori sedang, nilai means sebesar 6,45 dan termasuk
dalam kategori sedang. sebanyak 15 responden (37,5 %) dalam kategori
tinggi, sebanyak 14 responden (35 %) dalam kategori sedang dan sebanyak 11
responden (27,5 %) termasuk dalam kategori rendah. Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu sudah memiliki struktur
kelompok. Sebagian besar responden mampu menyebutkan struktur kelompok
P3A, namun kadang ada juga anggota P3A yang tidak mampu menyebutkan
siapa yang menduduki jabatan dalam struktur kepengurusan tersebut. Hal ini
berarti pelaksanaan kepengurusan dalam struktur belum sepenuhnya dapat
dimonitoring oleh anggota. Selain itu masih banyak dari anggota yang
menyatakan bahwa kepengurusan yang ada belum sesuai dengan struktur
kelompok, sehingga perlu adannya perombakan-perombakan kepengurusan.
3. Fungsi tugas (task function)
Fungsi tugas (task function), yaitu seperangkat tugas yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya dalam struktur kelompok, meliputi kesesuaian tugas pengurus
dengan wewenang serta pengetahuan anggota terhadap tugas pengurus.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden
(47,5 %) berada dalam kategori tinggi. Sebanyak 19 responden (47,5 %)
berada dalam kategori sedang dan sebanyak 2 responden (5 %) berada dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

kategori rendah. Besarnya nilai means pada fungsi tugas P3A adalah sebesar
11,55, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi tugas P3A barada dalam
kategori sedang.
Beberapa responden mengetahui tugas setiap pengurus, namun juga ada
yang hanya mengetahui sebagian tugas pengurus. Dengan mengetahui tugas
pengurus diharapkan para anggota dapat memonitoring tanggung jawab dari
setiap pengurus P3A. Beberapa pengurus belum memahami tugasnya dengan
baik, sehingga dalam melaksanakan tanggungjawabnya masih belum optimal
sebagai pengurus P3A.
4. Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (group building and maintenance)
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and
maintenance), merupakan upaya kelompok untuk tetap memelihara dan
mengembangkan kehidupan kelompok, meliputi ada tidaknya pembinaan serta
ketersediaan fasilitas kelompok.
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan pembinaan dan pemeliharaan
kelompok di Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Kecamatan Delanggu
tergolong sedang. Sebanyak 5 responden (12,5 %) dalam kategori tinggi, 19
responden (47,5 %) dalam kategori sedang dan 16 responden (40 %) dalam
kategori rendah. Nilai means pada pembinaan dan pemeliharaan P3A sebesar
3,70 dan termasuk dalam kategori sedang.
Upaya yang terkait pembinaan dan pemeliharaan P3A sudah dilakukan
namun yang terkait dengan irigasi pertanian intensitasnya masih jarang sekali.
Pembinaan terkait pengairan dilakukan bersamaan dengan penyuluhan
pertanian saat akan musim tanam tiba, itupun dilakukan kurang rutin.
Kegiatan pembinaan di Kecamatan Delanggu kebanyakan terkait dengan
usaha tani seperti budidaya padi, pemupukan tanaman, hama dan penyakit
serta pengolahan lahan. Pembinaan kelompok dilakukan oleh PPL dari UPTD
Kecamatan Delanggu serta dilakukan oleh para pengurus kepada para anggota
P3A.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

Fasilitas yang dimiliki oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di


Kecamatan Delanggu hanya berupa ruang pertemuan yang digunakan untuk
rapat, ruang pertemuan tersebut masih sangat sederhana dan tidak semua P3A
memiliki ruang pertemuan sendiri. Ruang pertemuan masih sangat sederhana
sekali berupa gubug permanen yang berada di areal persawahan yang
digunakan untuk kegiatan pertemuan P3A.
5. Kekompakan kelompok (group cohesiveness)
Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu rasa keterikatan
anggota kelompok terhadap kelompoknya, Untuk mengukur kekompakan
kelompok dengan mengetahui kerjasama anggota, solidaritas anggota serta
kemampuan ketua dalam memimpin kelompok.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 12 responden
atau sebesar 30 % dalam kategori tinggi, 20 responden (50 %) dalam kategori
sedang dan 8 responden (20 %) berada dalam kategori rendah. Nilai means
pada kekompakan kelompok P3A sebesar 12,75, hal ini berarti kekompakan
kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) termasuk dalam
kategori sedang.
Kerjasama anggota dan kekompakan anggota P3A tercermin dalam
kegiatan membersihkan saluran irigasi yang dilakukan secara bekerjasama
serta gotong royong antar anggota P3A. Hal lain yang menyebabkan
kelompok P3A kompak adalah kemampuan pemimpin yang mampu
menumbuhkan rasa kebersamaan di dalam kelompok, sehingga ketika ada
perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan mudah tanpa menimbulkan
masalah yang lebih besar. Rasa solidaritas tercermin dengan ikut
merasakannya anggota terhadap permasalahan yang sedang dihadapi anggota
lain baik dalam masalah kekurangan air, benih, pupuk dan keuangan. Namun
terkadang karena para petani juga kekurangan air, benih, pupuk maupun
keuangan jadi tidak bisa membantu petani lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

6. Suasana kelompok (group atmosphere)


Suasana kelompok (group atmosphere), yaitu lingkungan fisik dan
nonfisik yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok
terhadap kelompoknya, suasana kelompok diukur melalui komunikasi anggota
dengan ketua, hubungan antar anggota, keikutsertaan dalam rapat serta
kebebasan dalam berpartisipasi.
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebanyak 25 responden
atau sebesar 62,5 % responden tergolong ke dalam kategori tinggi, 12
responden (30 %) termasuk kategori sedang dan 3 responden (7,5 %) dalam
kategori rendah. Nilai means yaitu sebesar 9,55, hal ini menunjukkan bahwa
suasana kelompok P3A termasuk dalam kategori tinggi. Suasana kelompok
tercermin dalam interaksi antar anggota P3A maupun antar anggota dengan
ketua P3A. Suasana kelompok P3A berada dalam kategori tinggi, hal ini
berarti bahwa semua anggota dapat menjalin hubungan kerjasama maupun
komunikasi, baik antar anggota P3A maupun antar anggota P3A dengan ketua
P3A. Dengan terjalin komunikasi yang baik, sehingga dapat tercipta suasana
kelompok yang saling mendukung antar anggota kelompok yang satu dengan
anggota kelompok yang lain. Selain itu, semua anggota kelompok juga aktif
hadir dalam rapat rutin serta diberikan kesempatan yang sama dalam
berpartisipasi maupun mengeluarkan pendapat di dalam kegiatan kelompok.
Walaupun diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapat,
namun terkadang hanya yang aktif berbicara saja yang mengeluarkan
pendapat, sedangkan anggota lain tidak berpendapat. Suasana kelompok yang
mendukung diharapkan mampu membuat anggota termotivasi dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompok guna mencapai tujuan P3A.
7. Tekanan kelompok (group pressure)
Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan
dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras
mencapai tujuan kelompok. Adapun untuk mengukur tekanan kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

dengan mengetahui pemberlakuan peraturan, sanksi terhadap pelanggaran


serta motivasi anggota dalam mematuhi peraturan
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa tekanan kelompok dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) tergolong tinggi, yaitu dengan nilai
means sebesar 7,20. Hal ini berarti bahwa pemberlakuan peraturan dan sanksi
membuat anggota semakin tertib. Anggota terdorong untuk mentaati peraturan
dan sanksi karena menganggap hal ini baik bagi kelompok dan memang sudah
seharusnya hal tersebut dilakukan. Anggota P3A tidak terpaksa untuk menaati
peraturan, hal ini terdorong atas kesadaran dari masing-masing anggota P3A.
8. Keefektifan kelompok (group effectiveness)
Keefektifan kelompok (group effectiveness), yaitu keberhasilan
kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya
keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya, Mengukur
keefektifan kelompok ditunjukkan dari keberhasilan tujuan kelompok serta
kepuasan anggota.
Keefektifan kelompok berdasarkan tabel 5.2 tergolong tinggi. Hal ini
dapat dilihat dengan nilai means yang menunjukkan angka 4,85. Hal ini
berarti tujuan kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) telah
tercapai, sehingga anggota P3A sudah puas dengan adannya Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A). Anggota P3A merasa bahwa air irigasi sudah
mampu mencukupi kebutuhan air yang ada di lahan pertanian mereka.
Dinamika kelompok masing-masing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji pada
lampiran 9, maka dapat diketahui dan dilihat tingkat dinamika kelompok masing-
masing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dinamika kelompok P3A Rukun
Tani Desa Bowan tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean sebesar 61,50,
dinamika kelompok P3A Tani Makmur Desa Jetis tergolong dalam kategori sedang
dengan nilai mean 63,60, dinamika kelompok P3A Tani Mulyo Desa Krecek
tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean sebesar 64,72 sedangkan P3A
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Ngudi Makmur Desa Delanggu tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean
58,67. Dari keempat sampel P3A di Kecamatan Delanggu, tingkat dinamika
kelompok semuannya berada dalam kategori sedang. Berdasarkan urutan dari yang
terbesar ke yang terkecil adalah P3A Tani Mulyo (64,72), P3A Tani Makmur (63,60),
P3A Rukun Tani (61,50) dan P3A Ngudi Makmur (58,67). Tingkat kedinamisan
kelompok perlu lebih ditingkatkan lagi agar P3A benar-benar menjadi wadah dan
selalu memberikan manfaat kepada para petani khususnya dalam hal pemenuhan dan
pengelolaan air irigasi di tingkat desa atau petak tersier.

D. Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu

Kinerja atau performance menurut Prawirosentono (1999) adalah hasil kerja


yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
sesuai dengan tugas dan wewenangnya dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.
Adapun yang menjadi ukuran kinerja P3A terdiri dari: pengelolaan dan
pemeliharaan sistem irigasi, operasi jaringan irigasi seperti pembagian air,
pengaturan dan pengumpulan iuran dan pelaksanaan peraturan P3A. Rumus yang
digunakan untuk mengukur Kinerja P3A adalah:

nilai tertinggi - nilai terendah


Kelas kategori :
jumlah kelas

Kriteria tingkat kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) meliputi


tugas-tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten yang meliputi pemeliharaan
jaringan irigasi, penarikan iuran, pembagian air dan penegakan peraturan dan
sanksi. Hasil analisis tentang Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten disajikan dalam tabel 5.3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Kinerja pada Perkumpulan Petani


Pemakai Air di Kecamatan Delanggu
Kinerja P3A Kategori Skor Frekuensi Prosentase Mean
Pemeliharaan Jaringan Rendah 2 – 3,33 5 12,5
Irigasi (Y1) Sedang 3,34 – 4,67 7 17,5
Tinggi 4,68 – 6 28 70,0 4,77
Penarikan Iuran (Y2) Rendah 3–5 11 27,5
Sedang 5,1 – 7 23 57,5 6,17
Tinggi 7,1 – 9 6 15,0
Pembagian Air (Y3) Rendah 3–5 1 2,50
Sedang 5,1 – 7 20 50,0
Tinggi 7,1 – 9 19 47,5 7,52
Penegakan Peraturan Rendah 2 – 3,33 3 7,50
dan Sanksi (Y4) Sedang 3,34 – 4,67 11 27,5
Tinggi 4,68 – 6 26 65,0 4,77

Kinerja P3A Rendah 10 – 16,67 0 0,00


(YTOTAL) Sedang 16,68 – 23,35 18 45,0 23,25
Tinggi 23,36 – 30 22 55,0
Sumber : Analisis Data primer
Berdasarkan tabel hasil analisis 5.3 menunjukkan bahwa tingkat kinerja
pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong
sedang, dengan nilai means sebesar 23,25. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memberikan manfaat bagi
anggota P3A khusunya dalam hal pengairan lahan petanian. Kinerja P3A di
Kecamatan Delanggu berdasarkan analisis adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi yaitu adalah upaya menjaga dan
memelihara jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar air irigasi. Pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari frekuensi
pemeliharaan jaringan serta tindakan perbaikan jika terjadi kerusakan
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa tingkat kinerja P3A dalam
pemeliharaan jaringan irigasi tergolong tinggi, yaitu dengan nilai means
sebesar 4,77. Pemeliharaan yang dilakukan P3A dapat berupa pemeliharaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

rutin, seperti pembersihan saluran irigasi dari sampah maupun perbaikan


bangunan saluran irigasi yang rusak. Semua anggota P3A ikut serta bekerja
bakti gotong royong dalam pemeliharaan jaringan irigasi, hal ini didorong
oleh rasa saling memiliki dan mengerti pentingnya saluran irigasi bagi
anggota P3A, kegiatan ini biasannya dilakukan melihat kondisi yang ada di
lapang, jika saluran irigasi sudah kotor atau rusak maka anggota akan gotong
royong membersihkan saluran irigasi. Khusus jika bangunan saluran irigasi
rusak, maka anggota P3A yang mengetahui akan melaporkan kepada
pengurus, dan pengurus akan berupaya memperbaiki saluran irigasi yang
rusak, baik dari uang kas P3A, mengajukan proposal bantuan maupun iuran
dari para anggota P3A.
2. Penarikan Iuran
Pengumpulan iuran dari setiap petani anggota P3A yang digunakan
untuk kegiatan P3A. Pengukuran terhadap penarikan iuran meliputi jumlah
iuran, intensitas penarikan iuran, serta transparansi keuangan.
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat penarikan iuran tergolong
sedang, dengan nilai means sebesar 6,17. Jumlah iuran di setiap P3A di
Kecamatan Delanggu jumlahnya berbeda-beda. Iuran dibayarkan ketika lahan
dari setiap anggota P3A terairi oleh air irigasi, biasannya lahan para petani
dialiri air irigasi setiap seminggu sekali.
Penarikan iuran dilakukan oleh pelaksana teknis. Para anggota P3A
membayarkan uang iuran irigasi kepada pelaksana teknis, setelah uang iuran
terkumpul baru disetorkan dan dicatat oleh bendahara. Bendahara mencatat
iuran dan melaporkan jumlah iuran yang terkumpul kepada para anggota saat
rapat rutin P3A.
3. Pembagian Air
Pembagian air merupakan kegiatan membagi air di bangunan-bagi,
kegiatan pembagian air dimaksudkan agar air irigasi dapat merata di setiap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

areal persawahan anggota P3A. Pembagian air diukur dari kecukupan air,
penilaian pergiliran air serta pernah tidaknya mendapat air.
Pembagian air di Kecamatan Delanggu tergolong tinggi, dengan nilai
means sebesar 7,52. Hal ini berarti sistem pengairan yang ada di Kecamatan
Delanggu sudah cukup baik dan mencukupi para anggota P3A. Para petani di
Kecamatan Delanggu kebanyakan masih menggunakan cara tradisional dalam
tekhnik budidaya padinya, varietas yang ditanam seperti IR 64, memberamo
dan ciherang, sehingga dalam sistem tanamnya menggunakan air yang harus
rutin dan teratur. Dalam pengaturan air irigasi ada petugas yang mengawasi
dalam setiap pelaksanaan pembagian air irigasi, sehingga dengan pengawasan
tersebut diharapkan air dapat merata dan mencukupi para petani.
4. Penegakan Peraturan dan Sanksi
Penegakan peraturan dan sanksi yaitu upaya yang dilakukan agar
peraturan dan sanksi dapat dilaksanakan dengan baik. Penegakan peraturan
dan sanksi diukur dari tindakan yang dilakukan kepada anggota jika tidak
membayar iuran serta tidak ikut pemeliharaan jaringan irigasi
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa penegakan peraturan dan
sanksi di Kecamatan Delanggu tergolong tinggi, yaitu sebesar 4,77.
Pemberlakuan sanksi dilakukan apabila ada anggota P3A yang tidak
membayar iuran maupun tidak ikut pemeliharaan irigasi. Sanksi beragam dan
berbeda-beda, dari diberi peringatan, sampai berupa hukuman misalnya tidak
diberi air maupun harus membayar denda. Seperti halnya yang terjadi di P3A
Tani Makmur Desa Jetis, apabila ada petani yang tidak membayar iuran
irigasi sampai 3 kali maka akan diberi sanksi berupa tidak mendapatkan air
sampai petani tersebut membayar iuran irigasi, begitu juga apabila ada
anggota yang tidak ikut gotong royong pemeliharaan saluran irigasi akan
mendapatkan teguran secara lisan, maupun membayar sejumlah uang denda.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Kinerja masing-masing Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dan tersaji pada
lampiran 9, maka dapat diketahui tingkat kinerja masing-masing P3A. Kinerja P3A
Rukun Tani Desa Bowan tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai mean sebesar
23,40, kinerja P3A Tani Makmur Desa Jetis tergolong dalam kategori tinggi dengan
nilai mean 24,30, kinerja P3A Tani Mulyo Desa Krecek tergolong dalam kategori
sedang dengan nilai mean sebesar 23,27 sedangkan P3A Ngudi Makmur Desa
Delanggu tergolong dalam kategori sedang dengan nilai mean 21,80. Dari keempat
sampel P3A di Kecamatan Delanggu, tingkat kinerja berbeda-beda, ada yang berada
dalam kategori sedang dan ada yang berada dalam kategori tinggi, diurutkan tingkat
kinerja P3A dari yang terbesar ke yang terkecil adalah P3A Tani Makmur (24,30),
P3A Rukun Tani (23,40), P3A Tani Mulyo (23,27) dan P3A Ngudi Makmur (21,80).
Tingkat kinerja yang tinggi berarti kegiatan pelaksanaan kegiatan P3A, baik
pemeliharaan saluran irigasi, pembagian air, penarikan iuran maupun penegakan
peraturan dan sanksi sudah berjalan baik, sedangkan P3A yang berada dalam kategori
sedang perlu untuk lebih meningkatkan setiap pelaksanaan kegiatan Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) agar lebih optimal dalam setiap pelaksanaan kegiatan P3A.

E. Hubungan Antara Dinamika Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air


(P3A) dengan Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu
Penelitian ini mengkaji hubungan antara dinamika kelompok dengan
kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu
Kabupaten Klaten. Hasil analisis hubungan antara dinamika kelompok P3A
dengan Kinerja P3A tersaji dalam tabel 5.4.
Untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan
kinerja P3A digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS
17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan uji t
dengan tingkat kepercayaan 95 % ( a = 0,05 ). Berikut adalah hasil analisis
hubungan antara dinamika kelompok dengan Kinerja P3A di Kecamatan
Delanggu Kabupaten Klaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

1. Hubungan antara Tujuan Kelompok (X1) dengan Kinerja P3A (Y)


Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai rs yaitu sebesar
0,760, pada a = 0,05, thitung sebesar (7,208) > ttabel (2,021), yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan kelompok dengan kinerja
P3A. Hal ini berarti bahwa tujuan P3A berhubungan dengan kinerja P3A.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memiliki tujuan yang jelas dan tujuan
tersebut diketahui oleh para anggota P3A. Tujuan P3A adalah untuk
mendayagunakan air irigasi yang ada dalam petak tersier untuk kesejahteraan
para petani. Banyak anggota P3A yang mengetahui tujuan P3A tersebut,
namun terkadang tidak hapal, hanya menyebutkan banwa tujuan P3A untuk
mengatur air irigasi yang ada didalam lahan sawah mereka. Dengan anggota
yang mengetahui tujuan P3A serta anggota P3A juga dilibatkan dalam
merumuskan tujuan, maka para anggota akan tergerak untuk melaksanakan
setiap kegiatan P3A demi untuk mencapai tujuan P3A.
Tabel 5.4. Uji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja P3A
Kinerja P3A (YTot)
Dinamika kelompok P3A (X)
Rs t hitung t table Keterangan
Tujuan kelompok (X1) 0,760** 7,208 2,021 SS
Struktur kelompok (X2) 0,812** 8,576 2,021 SS
Fungsi tugas (X3) 0,114 0,707 2,021 NS
Pembinaan dan pemeliharaan -0,059 -0,364 2,021 NS
kelompok(X4)
Kekompakan kelompok (X5) 0,776** 7,584 2,021 SS
Suasana kelompok (X6) 0,083 0,513 2,021 NS
Tekanan kelompok (X7) 0,504** 3,597 2,021 SS
Keefektifan kelompok (X8) 0,658** 4,125 2,021 SS
Dinamika kelompok (XTot) 0,799** 8,190 2,021 SS
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan :
SS = Sangat Signifikan
S = Signifikan
NS = Non Signifikan
* = Signifikan (α = 0,05)
** = Sangat Signifikan (α = 0,01)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

2. Hubungan antara Struktur Kelompok (X2) dengan Kinerja P3A (Y)


Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hubungan antara struktur
kelompok dengan kinerja P3A terdapat hubungan yang signifikan. Pada
tingkat kepercayaan 95 % nilai rs adalah 0,812 dan nilai thitung (8,576) > ttabel
(2,021). Hal ini berarti bahwa struktur kelompok berhubungan dengan kinerja
P3A. Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu sudah
memiliki struktur kelompok. Dengan adannya struktur kelompok yang baik
serta kepengurusan yang jelas akan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang ada dalam P3A dan diharapkan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan.
3. Hubungan antara Fungsi Tugas (X3) dengan Kinerja P3A (Y)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara fungsi tugas dengan kinerja P3A. Pada tingkat
kepercayaan 95% nilai rs adalah 0,114 sedangkan nilai thitung (0,707) < ttabel
(2,021). Hal ini dikarenakan fungsi-fungsi tugas belum sepenuhnya diketahui
oleh anggota maupun pengurus P3A. Pengurus maupun anggota belum
sepenuhnya mengetahui tugasnya dengan baik, sehingga para pengurus belum
bisa menjalankan tanggungjawabnya secara maksimal, demikian juga anggota
P3A tidak dapat memberikan koreksi jika pengurus melakukan kesalahan.
Fungsi tugas sangat penting bagi kinerja P3A, hal ini dikarenakan jika seluruh
anggota maupun pengurus mengetahui dengan baik akan tugas-tugasnya maka
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) akan berjalan lebih baik guna
mencapai tujuan P3A yang diinginkan.
4. Hubungan antara Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok (X4) dengan
Kinerja P3A (Y)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pembinaan dan pemeliharaan kelompok dengan kinerja
P3A. Pada tingkat kepercayaann 95% nilai rs adalah -0,059 sedangkan thitung (-
0,364) < ttabel (2,021). Pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Kecamatan Delanggu pembinaan dan pemeliharaan kelompok belum berjalan


dengan begitu baik. Pelaksanaan pembinaan tentang irigasi pertanian masih
sangat kurang dan tidak rutin, pembinaan dilakukan bersamaan dengan
kegiatan penyuluhan pertanian.
Pembinaan terhadap P3A biasannya dilakukan oleh PPL yang ada di
Kecamatan Delanggu dan dilaksanakan di tempat pertemuan yang berupa
gubuk pertemuan yang masih sederhana yang terletak di areal persawahan
maupun dilakukan di balai desa. Gubuk pertemuan masih sangat sederhana
dan beralaskan tikar, belum semua P3A di Kecamatan Delanggu memiliki
tempat pertemuan tersebut.
5. Hubungan antara Kekompakan Kelompok (X5) dengan Kinerja P3A (Y)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kekompakan kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat
kepercayaan 95% nilai rs 0,776 dengan thitung (7,584) > ttabel (2,021). Semakin
kompak sebuah kelompok maka semakin memiliki kinerja yang baik pula.
Terjalin keakraban antar anggota P3A yang menimbulkan kepedulian dan rasa
saling memiliki. Anggota menyadari bahwa kesamaan profesi sebagai petani
hendaknya menumbuhkan semangat kebersamaan. Hal ini berdampak positif
bagi kelompok karena dapat memperlancar kegiatan-kegiatan kelompok.
Kekompakan kelompok terbukti dengan sikap yang saling membantu antar
anggota jika ada salah satu anggota mengalami masalah, baik kekurangan air,
benih, pupuk maupun kesulitan keuangan. Ketua P3A juga berupaya menjaga
kekompakan P3A dengan selalu hadir dalam kegiatan P3A baik saat rapat
rutin maupun kegiatan gotong royong menyangkut pembersihan saluran
irigasi. Semakin kompak kelompok P3A akan semakin baik dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3A dalam mencapai tujuan P3A.
6. Hubungan antara Suasana Kelompok (X6) dengan Kinerja P3A (Y)
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara suasana kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

kepercayaan 95% nilai rs adalah 0,083 dengan thitung (0,513) < ttabel (2,021).
Dengan adanya suasana kelompok yang kondusif dan menarik maka akan
menumbuhkan semangat bagi setiap anggota untuk bersama-sama berusaha
mencapai tujuan kelompok P3A. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
memiliki suasana kelompok yang baik. Hal ini juga didukung dengan adanya
kekompakan kelompok yang baik. Suasana kelompok yang mendukung pun
sudah menjadi kebiasaan dalam kelompok P3A. Suasana P3A yang baik dapat
mendorong anggota untuk berpartisipasi aktif dalam mengeluarkan pendapat.
Sementara itu, pada P3A di Kecamatan Delanggu, anggota yang sering
mengajukan usulan atau pendapat tidak sebanding jumlah anggota. Terkadang
yang sering mengajukan pendapat atau usulan hanya mereka yang aktif
berbicara, sementara yang lain tidak. Semakin banyak usulan yang diajukan,
maka akan semakin banyak pilihan untuk menuju kemajuan kelompok. Begitu
pula ketika hanya beberapa orang saja yang mengajukan pendapat atau usul,
maka pilihan untuk kemajuan semakin terbatas.
7. Hubungan antara Tekanan Kelompok (X7) dengan Kinerja P3A (Y)
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa antara tekanan kelompok
dengan kinerja P3A terdapat hubungan yang signifikan dengan rs sebesar
0,504 dan thitung 3,597 > ttabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%. Adanya
pelaksanaan peraturan dan sanksi terkait irigasi, membuat para anggota akan
semakin aktif dalam pelaksanaan kegiatan P3A, baik hadir dalam kegiatan
rapat P3A maupun dalam kegiatan pemeliharaan saluran irigasi. Anggota P3A
dengan kesadaran sendiri akan berupaya melaksanakan peraturan serta
kegiatan yang ada dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
8. Hubungan antara Efektifitas kelompok (X8) dengan Kinerja P3A (Y)
Efektifitas kelompok merupakan keberhasilan kelompok untuk
mencapai tujuannya. Berdasar tabel 5.4 menunjukan adanya hubungan yang
signifikan antara efektifitas kelompok dengan kinerja P3A dengan rs sebesar
0,658 dan thitung 4,125 > dari ttabel 2,021 pada taraf kepercayaan 95%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu mempunyai


tujuan untuk mendayagunakan air irigasi yang ada dalam petak tersier guna
mensejahterakan para petani. Sebagian anggota P3A sudah merasa puas
dengan pemenuhan air irigasi di lahan pertanian mereka, anggota sudah
merasa cukup dengan pemenuhan air irigasi yang ada. Hal ini menandakan
bahwa kinerja P3A telah berjalan dengan baik.
9. Hubungan antara Dinamika Kelompok P3A (X) dengan Kinerja P3A (Y)
Tabel 5.4 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
dinamika kelompok dengan kinerja P3A. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai
rs adalah 0,799 dengan thitung (8,190) > ttabel (2,021). Hal ini menunjukkan
semakin dinamis sebuah kelompok maka juga semakin tinggi kinerja
kelompok tersebut. P3A dikatakan dinamis apabila dapat selalu berkembang
dan terus memberikan manfaat kepada anggota P3A.
Dinamika kelompok meliputi unsur-unsur yang terdiri dari tujuan
kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan
keefektifan kelompok. Kinerja P3A terdiri dari kriteria-kriteria yaitu
pemeliharaan jaringan, penarikan iuran, pembagian air dan penegakan
peraturan dan sanksi. Jika keseluruhan unsur dinamika kelompok tersebut
semakin baik maka akan berhubungan positif dengan keseluruhan kriteria
kinerja P3A.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika kelompok
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan Delanggu Kabupaten
Klaten, untuk mengkaji kinerja P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten
serta untuk mengkaji hubungan antara dinamika kelompok P3A dengan kinerja
P3A di Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan
antara dinamika kelompok dengan kinerja P3A di Kecamatan Delanggu, maka
dapat dibuat beberapa kesimpulan bahwa :
1. Dinamika Kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang. Adapun kategori
variabel dinamika kelompok adalah:
a. Tujuan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian
anggota memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesesuaian terhadap
tujuan.
b. Struktur kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian
anggota telah memahami dan melaksanakan tugas sesuai dengan struktur
organisasi.
c. Fungsi tugas pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Kecamatan
Delanggu tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian anggota
maupun pengurus memahami fungsi tugasnya dengan baik.
d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A) di Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori sedang,
artinya sebagian kegiatan pembinaan yang terkait jaringan irigasi
intensitasnya masih jarang, walaupun sudah ada kegiatan pembinaan.
e. Kekompakan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di

commit todalam
Kecamatan Delanggu tergolong user kategori sedang, artinya semua

69
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

anggota merasa nyaman dalam kelompok dan merasakan manfaat


bergabung dengan P3A.
f. Suasana kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya semua
anggota dapat bekerjasama, saling mendukung dan memiliki kesempatan
yang sama dalam berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
g. Tekanan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya anggota
P3A menganggap peraturan dan sanksi sudah seharusnya diberlakukan
demi kebaikan bersama dalam mencapai tujuan P3A.
h. Keefektivan kelompok pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
Kecamatan Delanggu tergolong dalam kategori tinggi, artinya tujuan
P3A sudah tercapai serta anggota sudah merasa puas dengan P3A dalam
mengatur air irigasi.
2. Kinerja P3A di Kecamatan Delanggu tergolong kategori sedang. Adapun
kategori variabel kinerja P3A adalah:
a. Pemeliharaan jaringan irigasi di Kecamatan Delanggu tergolong dalam
kategori tinggi, artinya sebagian besar anggota P3A ikut serta dalam
kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi.
b. Penarikan iuran tergolong dalam kategori sedang, artinya sebagian
anggota sudah sadar untuk membayar iuran P3A.
c. Pembagian air tergolong dalam kategori tinggi, artinnya anggota
merasa air yang ada untuk mengairi lahan sudah cukup dan teratur.
d. Penegakan peraturan dan sanksi dalam kategori tinggi, artinnya aturan-
aturan dan sanksi sudah berjalan dengan baik
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara dinamika kelompok dengan
kinerja P3A, adapun unsur-unsur dinamika kelompok yang mempunyai
hubungan signifikan dengan kinerja P3A adalah tujuan kelompok, struktur
kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok dan keefektifan
kelompok sedangkan fungsi tugas, suasana kelompok, dan pembinaan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

pemeliharaan kelompok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan


kinerja P3A
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disusun maka saran yang
disampaikan adalah :
1. Perlunnya anggota mengetahui tujuan P3A sehingga anggota P3A
mengerti maksud dari setiap kegiatan P3A
2. Struktur kepengurusan P3A perlu diperbaiki dengan cara menempatkan
orang-orang yang lebih berkompeten di bidangnya, agar tugas-tugas dalam
setiap kepengurusan lebih optimal
3. Tingkat solidaritas para petani perlu ditingkatkan, agar para anggota P3A
menjadi lebih kompak dalam menjalankan setiap pelaksanaan kegiatan
P3A
4. Kinerja P3A dalam penarikan iuran sebaiknya ditingkatkan dengan cara
pengurus lebih transparansi dalam mengurusi keuangan P3A kepada para
anggota

commit to user

Anda mungkin juga menyukai