Hana Puspita, Yunita Merlin Tamara, Muhammad Rivky dan Esti
Widowati, “BERAS ANALOG BERBASIS BONGGOL PISANG KERING SEBAGAI SUPLEMEN MAKANAN BAGI PENDERITA PENYAKIT DIABETES MELITUS”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Esti Widowati, S.Si., M.P. Ketergantungan sebagian besar penduduk Indonesia pada beras sebagai bahan makanan pokoknya merupakan tantangan. Disisi lain ancaman penyakit degeneratif seperti Diabetes Millitus (DM) semakin meningkat. Kebiasaan makan yang tidak sehat (konsumsi tinggi gula, garam, lemak jenuh, dan lainnya) merupakan faktor risiko utama penyakit tidak menular (degeneratif). Sehingga upaya pencegahan terhadap penyakit degeneratif perlu diusahakan melalui kebutuhan makanan pokok yang merupakan salah satu potensi pemicu degeneratif. Salah satunya adalah dengan diversifikasi pangan melalui pengembangan pangan beras yang memiliki indeks glikemik rendah sehingga bisa menjadi alternatif pangan penderita Diabetes Mellitus melalui pengembangan Beras Analog Low Glicemic Index. Tujuan dari peneltian ini adalah: (1) Mengetahui karakteristik kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan serat pangan) beras analog berbasis bonggol pisang. (2) Mengetahui karakteristik fisik (daya serap air, swelling power, cooking time, densitas kamba, dan warna) beras analog berbasis bonggol pisang. (3) Mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap beras analog berbasis bonggol pisang. Metode penelitian yakni dengan pembuatan tepung bonggol pisang, beras analog berbaahan bonggol pisang, pengujian organolaptik (tingkat penerimaan panelis), analisis fisik dan analisis kimia. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor. Faktor dalam penelitian adalah variasi tepung bonggol pisang dan tepung jagung sebagai bahan beras analog. Ada 3 formulasi yang akan diteliti dengan perbandingan antara tepung bonggol pisang dan tepung jagung yaitu F1 = 100:0; F2 = 20:80; F3 = 30:70. Analisa data dianalisa menggunakan One Way Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian bila ada beda nyata dilanjutkan dengan pengujian Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikan α=0,05 untuk menentukan formulasi terbaik. Berdasar hasil pengujian organoleptik formulasi terbaik yang paling disukai oleh panelis yaitu F2. Formulasi F2 yaitu perbandingan tepung bonggol pisang dan tepung jagung yaitu 20:80. Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia yang terdapat dalam beras analog bonggol pisang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beras padi yang dapat memicu penyakit degeneratif. Selain itu, kadar serat di dalam beras analog berbasis bonggol pisang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras padi, sehingga akan memberikan serat pangan, vitamin, dan mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan.