JUDUL KEGIATAN
PEMBERDAYAAN PETANI JAGUNG SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HASIL PANEN TANAMAN JAGUNG
DI KOTA PALOPO
Dosen Pengampuh
Dr. M. Risal, S.E., M. Si.
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
MUHAMMADIYAH PALOPO
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….. 1
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………... 2
PRAKATA……………….…………………………………………………....... 3
DAFTAR ISI…………………………………………………………….............. 4
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi KKN-PPM di Kelurahan Mancani Kecamatan
Telluwanua Kota Palopo
Lampiran 2. Rincian Pembiayaan yang Diajukan……………………………….. 11
Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota Pengusul……………………………… 12
PRAKATA
A. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di
seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar.
Tanaman jagung dapat menghasilkan genotipe baru yang dapat beradaptasi
terhadap berbagai karakteristik lingkungan. Di Indonesia, jagung merupakan
bahan makanan pokok kedua setelah padi. Di samping itu, jagung pun digunakan
sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan
sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan
tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20 %.
Sebaliknya, penggunaan sebagai bahan pangan menurun. Dari aspek produksi
jagung sebenarnya swasembada jagung sudah terpenuhi. Namun, karena
kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka terpaksa dilakukan impor
walaupun pada saat tertentu pun dilakukan ekspor. Terjadinya ekspor dan impor
pada tahun yang sama disebabkan antara lain musim panen jagung tidak merata
sepanjang tahun. Pada awal musim panen terjadi surplus produksi sehingga jagung
harus diekspor karena belum tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai.
Sebaliknya pada musim paceklik terjadi kekurangan produksi sehingga untuk
memenuhi kebutuhan harus dipenuhi dari impor. Sejalan dengan telah
digalakkannya Gema Pelagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai, dan Jagung) sejak
Tahun 2001 maka sudah sewajarnya bila upaya peningkatan produksi jagung harus
diusahakan dengan prioritas tinggi.
Salah satu komoditi tanaman pangan yang mengambil peran dalam
pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia jagung
merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan
pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan
terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup
ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya
peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam,
ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung menjadi salah satu
komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar.
Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi
aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan,
baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan
benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat,
lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak
(Adisarwanto dan widyaastuti, 2002).
Pengembangan komoditas jagung di Indonesia masih mengalami beberapa
kendala antara lain masih sedikitnya penggunaan benih hibrida, kelangkaan
pupuk, kelembagaan belum berkembang, teknologi pasca panen dan panen belum
memadai, dan lahan garapan sempit (Ditjendtan 2004). Sistem produksi dan
tataniaga ternak ternyata belum dapat menunjang peningkatan produksi jagung.
Selama ini, makanan ternak didatangkan dari luar daerah dalam bentuk pakan jadi,
sehingga tidak dapat menyerap produksi jagung domestik. (Swain et al. 2005).
Persoalan lain yang menghambat pengembangan tanaman jagung di Indonesia
adalah masalah harga, walaupun kapasitas pasar cukup besar namun harga jagung
tergolong rendah.
Namun demikian, hasil penelitian oleh Falatehan dan Wibowo (2008)
mengatakan bahwa permintaan jagung di pasar dunia maupun domestik
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan permintaan jagung di pasar
domestik disebabkan proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan telah
mencapai 50% dari total kebutuhan nasional dalam beberapa tahun terakhir. Selain
itu, Agustian (2014) juga mengatakan bahwa komoditas jagung secara nasional
memiliki daya saing yang baik ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif
(DRCR) dan keunggulan kompetitif (PCR) yang kurang dari satu. Sebagai contoh,
perkembangan produksi jagung periode 2000-2013 rata-rata 3,75% per tahun,
namun kebutuhan akan jagung untuk pangan maupun pakan rata-rata naik 4,41%
per tahun. Masih rendahnya produksi jagung disebabkan karena peningkatan
produktivitas jagung yang masih rendah, yaitu sekitar 4% per tahun. Hasil
rangkuman dari beberapa hasil penelitian oleh Tangendjaja et al. (2005), PSEKP
(2010), Swastika et al. (2011) dan Kariyasa et al. (2012), bahwa di negara
berkembang telah terjadi peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi pangan
dan pakan ternak sebesar 10-15% per tahun sejak tahun 2000. Namun karena
kondisi laju peningkatan produksi lebih lamban dibanding laju permintaannya,
maka impor jagung di Indonesia semakin meningkat.
Untuk mendukung kebutuhan jagung sebagai bahan pangan, dan bahan
pokok bagi industri pakan ternak maka diperlukan jaminan ketersediaan jagung
dengan mutu yang baik. Jagung merupakan produk musiman yang mudah rusak,
untuk itu perlu diterapkan teknologi pasca panen yang tepat agar komoditi jagung
tetap tersedia sepanjang tahun, tidak mudah rusak dan lebih tahan disimpan.
Masalah utama dalam penanganan pasca panen jagung di tingkat petani
adalah masih tingginya kehilangan hasil mulai dari panen sampai pasca panen. Hal
ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam
penanganan panen dan pasca panen serta alsin yang cukup mahal.
Penanganan pasca panen yang tepat diperlukan untuk mendapatkan jagung
yang bermutu tinggi dan menekan kehilangan hasil. Penanganan yang kurang baik
akan menyebabkan kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga
jagung. Teknologi penanganan pasca panen dapat menekan tingkat kehilangan
kuantitatif dan kualitatif, serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu.
Peningkatan keberhasilan produksi tanaman jagung perlu mendapat
perhatian dari semua elemen masyarakat terutama pemerintah sebagai penentu
kebijakan dalam pola tatanan masyarakat dengan menetapkan langkah-langkah
strategis untuk memberdayakan petaninya, pemberdayaan tersebut tentunya tidak
terlepas dari program Kelompok Tani petani jagung yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu hasil jagung nasional dengan
melibatkan secara optimal seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber
daya yang ada. Para petani akan dilatih dan ditingkatkan pengetahuannya dalam
pengelolaan Usaha taninya melalui pelatihan teknis budidaya, pasca panen,
peningkatan mutu, kelembagaan, pengelolaan keuangan dan kemitraan usaha.
Salah satu program yang sangat strategis mendukung kemitraan dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat petani jagung adalah melalui Kegiatan Program
Pengabdian Kepada Masyarakat (KKN-PPM) dalam rangka penerapan teknologi
tepat guna dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan pasca panen
masyarakat Kota Palopo Khususnya Kelompok Tani Kecamatan Telluwanua pada
tanaman jagung yaitu tanaman jagung menjadi produk bernilai jual tinggi,
sehingga dapat membantu Pemerintah Daerah Kota Palopo dalam peningkatan
pendapatan per kapita. Kebutuhan jagung sebagai pakan ternak tidak hanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan industri peternakan, tetapi juga dipengaruhi oleh
permintaan hasil peternakan. Selama permintaan daging, susu, telur dan produk
peternakan lainnya masih tinggi maka kebutuhan jagung diperkirakan akan terus
meningkat. Ini menunjukkan indikasi ketergantungan petani ternak terhadap
ketersediaan pakan yang terjangkau dan berkesinambungan.. Melalui kegiatan
KKN-PPM ini, petani jagung harus mendapatkan pembinaan yang intensif agar
produktivitas hasil panennya terus meningkat sehingga dapat dimanfaatkan
sebanyak-banyaknya mulai dari pengadaan pakan ternak, konsumsi pangan,
hingga peningkatan kesejahteraan petani jagung.
B. Tujuan Pengabdian
Kegiatan KKN-PPM yang berjudul Pemberdayaan Petani Jagung Sebagai
Upaya Peningkatan Produktivitas Hasil Panen Tanaman Jagung di Kota Palopo ini
ditujukan untuk:
a. Peningkatan produksi tanaman jagung ditingkat petani jagung khususnya
di daerah Kecamatan Telluwanua Kota Palopo melalui penerapan
teknologi yang mudah diaplikasikan oleh petani jagung;
b. Melakukan Perbaikan penanganan pascapanen agar kinerja lebih efisien
dan mutu jagung terjaga;
c. Membangun kemitraan dan kerjasama yang efektif antara Perguruan
Tinggi, Pemerintah Daerah dan masyarakat petani jagung di Kota Palopo
Khususnya kelompok Tani Kecamatan Telluwanua.
C. Usulan Penyelesaian Permasalahan dan Cara Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan analisis situasi serta permasalahan yang telah diidentifikasi
terhadap masyarakat petani jagung di Kecamatan Telluwanua Kota Palopo, maka
solusi yang ditawarkan dalam program KKN-PPM ini adalah Pembinaan dan
pendampingan secara intensif dengan memberikan pelatihan Teknis Tematik dan
manajemen inovasi dengan melibatkan dosen-dosen maupun praktisi yang ahli
dibidang masing-masing yang akan menunjang program-program yang tertuang
dalam rencana kerja.
Kegiatan tersebut dilakukan agar masyarakat petani jagung dapat
melakukan penanganan panen dan pasca panen yang tepat sehingga mendapatkan
jagung yang bermutu tinggi sesuai dengan standar bahan baku yang ditetapkan
oleh pemerintah dan menekan kehilangan hasil.