Oleh:
Aidatul Azizah
(C1G022047)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk tugas mata kuliah Pengantar
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun
Daftar Isi
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komoditas
B. Sistem Agribisnis
C. Sistem Agribisnis Hulu
D.Sistem Agribisnis Usahatani
E. Sistem Agribisnis Hilir
F. Sistem Jasa Layanan Pendukung
G.Peranan Agribisnis
BAB III PEMBAHASAN
A. Input (Sarana dan Prasarana) Produksi Tempe
B. Usahatani (Proses Produksi) Kedelai
C. Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe
D. Pemasaran Produk Tempe
E. Penunjang Produksi Tempe
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian adalah sektor yang sangat bergengsi karena sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, namun kondisi saat ini pertanian masih kurang diminati oleh
kalangan generasi muda karena masih adanya stigma bahwa pertanian adalah
“miskin” dan belum mampu memberikan kepastian bagi kehidupan para
pelakunya di masa yang akan datang. Pertanian adalah sektor yang sangat
heterogen, dimana petani yang beroperasi dalam suatu lingkungan yang kompleks
dengan beragam permasalahan yang “unik. Kondisi ini menjadi penghalang bagi
petani dalam melaksanakan aktivitas kewirausahaan (Mukti et al., 2018).
Pada beberapa tahun belakangan ini produksi kedelai lokal terus merosot.
Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung oleh industri
pembenihan yang kuat, mekanisme usahatani berskala besar serta efisien dan
juga lahan khusus kedelai yang luas. Hal tersebut di karenakan Pemerintah
tidak mau turun tangan membimbing petani kedelai sedangkan produksi
kedelai impor tinggi, yang didukung dengan tersedianya lahan khusus kedelai
luas, hasil biji kedelai yang umumnya besar, sehingga menyebabkan
Indonesia melakukan impor kedelai dari beberapa negara. Akan tetapi
ketersediaan kedelai impor tidak kontinyu sehingga harga kedelai melonjak
hingga di atas 100%, hal ini menyebabkan produksi tempe berhenti
Untuk memenuhi kebutuhan industri pangan berbahan baku kedelai, Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mengeluarkan
beberapa varietas unggul kedelai dan melakukan upaya peningkatan produksi
dalam negeri melalui penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi
dan sesuai mutu bijinya untuk produk olahan tertentu. Varietas tersebut
diantaranya Argomulyo, Bromo, Burangrang, Wilis, Anjasmoro dan
Grobogan .
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja input (sarana dan prasarana) untuk memproduksi tempe?
2. Bagaimana usahatani (proses produksi) kedelai?
3. Bagaimana cara pengolahan kedelai menjadi tempe?
4. Bagaimana cara pemasaran produk tempe?
5. Apa saja penunjang dalam produksi tempe?
C. Tujuan pembahasan
1. Mendeskripsikan input (sarana dan prasarana) untuk memproduksi tempe.
2. Mendeskripsikan usahatani (proses produksi) kedelai.
3. Mendeskripsikan cara pengolahan kedelai menjadi tempe.
4. Mendeskripsikan cara pemasaran produk tempe.
5. Mendeskripsikan penunjang dalam produksi tempe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komuditas adalah barang
dagangan utama atau benda niaga. Selain itu, komoditas dapat diartikan sebagai
bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar
perdagangan internasional misalnya, gandum, karet, kopi.
Melansir dari situs bank OCBC, komoditas adalah barang atau produk
yang dapat diperjualbelikan guna memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, bisa
disimpulkan bahwa komoditas adalah sekumpulan benda dengan wujud kasat
mata yang bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk ditukar dengan
produk lain yang setara harga dan jenisnya.
Dilansir dari laman detik.com, barang atau benda yang umunya dianggap
sebagai komoditas adalah barang dagangan utama, hasil bumi atau kerajinan yang
dimanfaatkan untuk perdagangan ekspor atau impor. Berikut adalah jenis-jenis
komoditas.
1. Komoditas Energi
2. Komoditas Pertambangan
4. Komoditas Pertanian
1. Komoditas Lunak
Komoditas lunak adalah barang atau produk yang secara umum merupakan
hasil dari sektor pertanian, perhutanan maupun peternakan. Contoh produknya
misalnya bahan makanan berasal dari tumbuhan, daging-dagingan dari hewan
ternak, atau tanaman hutan seperti kelapa sawit dan masih banyak lagi.
Sistem Agribisnis
Agribisnis dalam arti sempit menurut Gunawan (2013) dalam Arifin dan
Biba (2020) diartikan sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian yang
berusaha memaksimalkan keuntungan. Dalam arti luas, agribisnis adalah suatu
rangkaian kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan mulai dari
produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang ada hubungannya dengan
komoditi pertanian dalam arti luas (usahatani, perkebunanan, kehutanan,
perikanan, perternakan) yang bertujuan untuk memperoleh keutungan (profit
oriented). Dengan kata lain, agribisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan memproleh keutungan/cuan.
Subsistem jasa layanan pendukung atau supporting system ini berisi faktor-faktor
yang mendukung semua aktivitas pertanian, seperti lembaga keuangan dan
pembiayaan, penelitian dan pengembangan (litbang), penyuluhan dan layanan
informasi agribisnis, pendidikan dan pelatihan (diklat), kebijakan pemerintah,
asuransi agribisnis, dan transportasi.
Peranan Agribisnis
Besar dan luasnya peranan agribisnis dalam perekonomian nasional tidak terlepas
dari fungsi agribisnis yaitu :
1. Menghasilkan bahan mentah atau komoditas primer baik bahan pangan, serat,
bangunan, atau bahan lainnya.
2. Menghasilkan produk antara atau barang jadi baik pangan, bahan pembuat
tekstil, bahan bangunan, obat-obatan, dan sebagainya.
3. Menyerap tenaga kerja dari yang unskilled sampai yang skilled.
4. Menyumbang pada pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
5. Menghasilkan devisa negara melalui kegiatan ekpor maupun pariwisata.
Dalam perekonomian Indonesia, agribisnis mempunyai peranan yang sangat
penting sehingga mempunyai nilai strategis. Peranan agribisnis adalah sebagai
berikut :
2. Peranan agribisnis dalam perolehan devisa. Selama ini selain ekspor migas,
hanya agribisnis yang mampu memberikan net-ekspor secara konsisten.
Peranan agribisnis dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai
ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang
terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pembangunan di Indonesia.
Berdasarkan data impor total Indonesia, pangsa impor sektor agribisnis relatif
kecil dan cenderung menurun :
PEMBAHASAN
1. Alat Produksi:
2. Bahan Produksi:
a. Kedelai
b. Ragi tempe
c. Air bersih
d. Kayu bakar
Usahatani yang dilakukan oleh Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu merupakan
kedelai yang diolah menjadi tempe. Kedelai yang digunakan adalah kedelai impor
dari Amerika Serikat. Harga kedelai yang tinggi berimbas pada produksi para
perajin tempe. Ibu Minggu mengatakan ketika harga kedelai naik, harga tempe
tidak dinaikan juga, melainkan membuat ukuran tempe menjadi lebih tipis.
Sebagian besar para perajin tempe mengatasi hal tersebut dengan cara mengurangi
ukuran ketebalan dari tempe yang diproduksi.
Produk tempe yang dihasilkan dari hasil pengolahan yaitu 150 sampai 170
bungkus tempe perhari.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemasaran: Dari
sudut pandang penjual:
Hasil produksi tempe dari usaha Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu di
pasarkan ke Pasar Cemara Kecamatan Selaparang Kota Mataram, Pasar Bertais
Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, dan Pagutan Kota Mataram. Selain itu juga
menggunakan cara pemasaran langsung dimana dalam proses memasarkan produk
dilakukan secara langsung dengan cara bertatap muka dengan pembeli.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Alat produksi yang digunakan dalam pengolahan tempe yaitu, keranjang
besar, panci besar, kantung plastik, lilin, papan cetakan, lidi, mesin,
kompor dan tungku. Bahan produksi yaitu, kedelai, ragi tempe, air bersih
dan kayu bakar. Lahan pribadi milik Pak Bahriawan menjadi tempat
produksi tempe. Dalam memproduksi tempe Pak Bahriawan
membutuhkan tenaga kerja yang saat ini terdapat lima tenaga kerja.
2. Dalam memproduksi tempe, Pak Bahriawan sama sekali tidak menanam
kedelainya sendiri atau tidak menjalankan usahatani melainkan ia
mengimpor kedelai dari luar negeri yakni Amerika.
3. Dalam Pengolahan kedelai menjadi tempe ada beberapa cara dalam proses
pembuatan tempe ini yaitu, pencucian kedelai, perendaman kedelai,
penggilingan kedelai, perebusan dan penirisan kedelai, peragian,
pembungkusan, dan pencetakan produk tempe.
4. Produk tempe dipasarkan ke Pasar Cemara Kecamatan Selaparang Kota
Mataram, Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram dan Pagutan
Kota Mataram. Selain itu juga menggunakan cara pemasaran langsung
dimana dalam proses memasarkan produk dilakukan secara langsung
dengan cara bertatap muka dengan pembeli.
5. Biaya dibutuhkan Pak Bahriawan dalam usaha produksi tempenya. Biaya
diperoleh dari modal pribadi dan juga pinjaman dari salah satu pengusaha
China. Dalam memasarkan produk tempenya, Pak Bahriawan
menggunakan jasa layanan transportasi umum.
Saran
1. Untuk menekan biaya bahan baku impor seperti kacang kedelai yang
biasanya menggunakan bahan baku impor, maka para pengusaha tempe
bisa menggunakan bahan baku kacang kedelai lokal.
2. Untuk menjaga konsumen tetap membeli tempe maka harga tidak
dinaikkan tetapi ukuran tempe diperkecil dan pengusaha tempe tidak
merugi sehingga kegiatan usaha produksi tempe tetap bisa berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2.1 fermentasi tempe selama 3 jam Gambar 2.2 fermentasi tempe selama 7 jam
Gambar 2.3 fermentasi tempe selama 12 jam Gambar 2.4 produk yang siap dipasarkan
BAGAN SISTEM AGRIBISNIS
Subsistem Penunjang