Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“SISTEM AGRIBISNIS USAHA TEMPE DI LINGKUNGAN

GERISAK KELURAHAN KEKALIK JAYA”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Pengantar Agribisnis
Dosen pengampu: Aeko Fria Utama FR, SP., M.Si.

Oleh:
Aidatul Azizah
(C1G022047)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk tugas mata kuliah Pengantar

Agribisnis yang membahas tentang Sistem Agribisnis Produksi Tempe. Makalah

ini menguraikan 5 aspek pembahasan, yaitu: Input (sarana dan prasarana)

produksi tempe, Usahatani (proses produksi) kedelai, Pengolahan kedelai,

Pemasaran produk tempe, Penunjang produksi tempe.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih .

Mataram,20 Oktober 2023

Penyusun
Daftar Isi

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komoditas
B. Sistem Agribisnis
C. Sistem Agribisnis Hulu
D.Sistem Agribisnis Usahatani
E. Sistem Agribisnis Hilir
F. Sistem Jasa Layanan Pendukung
G.Peranan Agribisnis
BAB III PEMBAHASAN
A. Input (Sarana dan Prasarana) Produksi Tempe
B. Usahatani (Proses Produksi) Kedelai
C. Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe
D. Pemasaran Produk Tempe
E. Penunjang Produksi Tempe
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pembangunan adalah soal manusia dan kesejahteraan atau kemakmuran


mereka, yang meliputi kemampuan mereka untuk membentuk hidup mereka
sendiri. Karena itu, pembangunan harus memikirkan generasi yang akan datang
dan bumi yang mereka warisi. Pembangunan harus melibatkan masyarakat,
karena tanpa partisipasi mereka tidak akan ada strategi yang bisa bertahan lama.
(Ilyas, 2022)

Pertanian adalah sektor yang sangat bergengsi karena sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, namun kondisi saat ini pertanian masih kurang diminati oleh
kalangan generasi muda karena masih adanya stigma bahwa pertanian adalah
“miskin” dan belum mampu memberikan kepastian bagi kehidupan para
pelakunya di masa yang akan datang. Pertanian adalah sektor yang sangat
heterogen, dimana petani yang beroperasi dalam suatu lingkungan yang kompleks
dengan beragam permasalahan yang “unik. Kondisi ini menjadi penghalang bagi
petani dalam melaksanakan aktivitas kewirausahaan (Mukti et al., 2018).

Usahatani adalah kesatuan organisasi antara faktor produksi berupa lahan,


tenaga kerja, modal dan manajemen yang bertujuan untuk memproduksi
komoditas pertanian. Usahatani sendiri pada dasarnya merupakan bentuk interaksi
antara manusia dan alam di mana terjadi saling mempengaruhi antara manusia dan
alam sekitarnya(Rofiqi et al., 2018).

Kelangkaan pelaku tani oleh umur produktif merupakan masalah dalam


keberlanjutan pertanian di Indonesia pada ketersedian sumber daya manusia
sebagai pelaku usaha tani dan lahan pertanian penghasil pangan untuk menunjang
ketahanan pangan seluruh masyarakat. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi tahapan
penurunan terhadap luas lahan garapan dan jumlah petani dan lahan garapan
secara signifikan dari tahun-ketahun yang pada akhirnya akan mengancam
ketersediaan bahan pangan negara dan berujung pada impor komoditas pangan
untuk memenuhi kebutuhan hidup (Sidharta et al., 2021).

Sektor pertanian telah menurun secaratajam dalam menyumbang ekonomi


Indonesia yang kini tinggal kurang dari 14%, namun tetap dibebani lapangan
pekerjaan bagi 43% angkatan kerja Indonesia (Prasetyo, 2009). Indonesia yang
kini berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dengan tingkat pendapatan per kapita
sekitar US$ 2.000 (Nasution, A., 2009) memang menghadapi tantangan tersendiri,
karena dalam waktu bersamaan jumlah penduduk miskin secara absolut belum
berhasil diturunkan dari jumlah sekitar 34 juta jiwa, meskipun secara persentase
mengalami penurunan (Soetrisno, 2010)
Tempe merupakan bahan makanan asli Indonesia, hasil fermentasi kacang
kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang menggunakan jamur
Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat secara
tradisional dan sudah menjadi industri rakyat Tempe telah menjadi menu
penting dalam pola konsumsi sebagian masyarakat Indonesia dan tidak bias
terlepaskan penggunaannya, terutama sebagai sumber protein yang relative
murah harganya di bandingkan protein hewani. Sekitar 50% rumah tangga di
Indonesia mengkonsumsi tempe setiap harinya baik sebagai lauk, sayur
maupun makanan ringan. Sebagian masyarakat lebih memilih mengkonsumsi
tempe dengan cara menggoreng karena lebih mudah dan meningkatkan rasa.
Dewasa ini tempe tidak hanya digunakan sebagai sumber protein, tetapi juga
sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah timbulnya penyakit
degenerative seprti penuaan dini, jantung koroner dan hipertensi. Senyawa
isoflavone yang terdapat pada tempe ternyata berfungsi sebagai antioksidan.

Kedelai digunakan sebagai bahan baku tempe ketersediaannya sebagian


besar melalui impor. Pada tahun 2005 diperlukan impor kedelai 62% atau
sekitar 1,20 juta ton pertahun. Impor kedelai pada tahun 2007 bahkan
mencapai 1,30 juta ton. Kebutuhan kedelai pada tahun 2008 sebanyak 1,4 juta
ton dipenuhi dari impor. Sedangkan kebutuhan kedelai nasional pada tahun
2012 tercukupi denagn 70% impor (1,25 juta ton) kedelai.

Pada beberapa tahun belakangan ini produksi kedelai lokal terus merosot.
Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung oleh industri
pembenihan yang kuat, mekanisme usahatani berskala besar serta efisien dan
juga lahan khusus kedelai yang luas. Hal tersebut di karenakan Pemerintah
tidak mau turun tangan membimbing petani kedelai sedangkan produksi
kedelai impor tinggi, yang didukung dengan tersedianya lahan khusus kedelai
luas, hasil biji kedelai yang umumnya besar, sehingga menyebabkan
Indonesia melakukan impor kedelai dari beberapa negara. Akan tetapi
ketersediaan kedelai impor tidak kontinyu sehingga harga kedelai melonjak
hingga di atas 100%, hal ini menyebabkan produksi tempe berhenti
Untuk memenuhi kebutuhan industri pangan berbahan baku kedelai, Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mengeluarkan
beberapa varietas unggul kedelai dan melakukan upaya peningkatan produksi
dalam negeri melalui penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi
dan sesuai mutu bijinya untuk produk olahan tertentu. Varietas tersebut
diantaranya Argomulyo, Bromo, Burangrang, Wilis, Anjasmoro dan
Grobogan .

Kedelai lokal varietas Grobogan memiliki keunggulan yaitu bobot biji


yang besar (18 g/100 biji). Bobot biji yang besar akan menghasilkan
rendemen (perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah bahan baku)
tempe tinggi. Warna kulit biji kuning, mampu menghasilkan warna tempe
yang baik. Kadar protein lebih tinggi dibandingkan kedelai impor (43,90%
bk). Protein dalam kedelai akan mempengaruhi tekstur dan aroma tempe
kadar lemak (18,40% bk), serta pengolahannya menjadi tempe memiliki
kandungan gizi yang lebih tinggi diabndingkan kedelai impor (Widianti,
2011). Bahan dasar pembuatan tempe akan mempengaruhi daya Terima
sensoris (tekstur, rasa, aroma, warna, kenampakan/penampilan). Tekstur
tempe yang baik yaitu padat dan kompak, sehingga ketika pemotongan atau
pengolahan tempe tidak mudah hancur, rasa dan aroma normal dan khas serta
warna putih .

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja input (sarana dan prasarana) untuk memproduksi tempe?
2. Bagaimana usahatani (proses produksi) kedelai?
3. Bagaimana cara pengolahan kedelai menjadi tempe?
4. Bagaimana cara pemasaran produk tempe?
5. Apa saja penunjang dalam produksi tempe?

C. Tujuan pembahasan
1. Mendeskripsikan input (sarana dan prasarana) untuk memproduksi tempe.
2. Mendeskripsikan usahatani (proses produksi) kedelai.
3. Mendeskripsikan cara pengolahan kedelai menjadi tempe.
4. Mendeskripsikan cara pemasaran produk tempe.
5. Mendeskripsikan penunjang dalam produksi tempe.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komuditas adalah barang
dagangan utama atau benda niaga. Selain itu, komoditas dapat diartikan sebagai
bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar
perdagangan internasional misalnya, gandum, karet, kopi.

Melansir dari situs bank OCBC, komoditas adalah barang atau produk
yang dapat diperjualbelikan guna memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, bisa
disimpulkan bahwa komoditas adalah sekumpulan benda dengan wujud kasat
mata yang bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk ditukar dengan
produk lain yang setara harga dan jenisnya.

Dilansir dari laman detik.com, barang atau benda yang umunya dianggap
sebagai komoditas adalah barang dagangan utama, hasil bumi atau kerajinan yang
dimanfaatkan untuk perdagangan ekspor atau impor. Berikut adalah jenis-jenis
komoditas.

1. Komoditas Energi

Komoditas energi pada hakikatnya berkaitan dengan kehadiran energi dalam


bumi seperti bahan bakar ataupun sejumlah produk pertambangan lainnya Secara
umum, produk atau komoditas dalam jenis ini mencakup minyak bumi seperti
diesel, bensin, light sweet crude, brent crude oil, dan crude oil. Tak hanya itu,
jenis komoditas energi juga kerap kali memperjualbelikan batu bara dengan
satuan berupa ton, metrik dan barrel.

2. Komoditas Pertambangan

Komoditas pertambangan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu logam


industri dan logam berharga. Contoh komoditas pertambangan logam berharga
dapat berupa platinum, emas, palladium dan perak. Sedangkan, contoh komoditas
pertambangan logam industri memiliki cakupan yang lebih luas, antara lain
magnesium, titanium, nikel, alumunium, tembaga, timah, karbon, besi dan masih
banyak lagi.
3. Komoditas Peternakan

Komoditas peternakan merupakan komoditas yang berasal dari sektor


peternakan. Varian hasil yang ditawarkan komoditas ini mencakup seluruh sektor
peternakan mulai dari pakan hewan, telur, susu, serta daging dari hewan-hewan
ternak seperti ayam, ikan, bebek, kambing, atau sapi.

4. Komoditas Pertanian

Komoditas dalam sektor pertanian adalah produk yang dihasilkan langsung


dari alam. Komoditas pertanian biasanya dibagi menjadi dua golongan umum
yaitu hasil perhutanan serta hasil pertanian. Komoditas perhutanan dan pertanian
dijual berdasarkan satuan berat berupa gantang, ons, ton atau kilogram.

Pada sektor perhutanan, beberapa contoh komoditas indonesia yang sudah


banyak diekspor ke luar negeri adalah kapas, karet, sawit, atau rotan. Sedangkan
komoditas pertanian mencakup berbagai macam hasil alam untuk dikonsumsi
seperti gula, beras, kedelai, gandum, kopi dan masih banyak lagi.

Mengingat bahwa komoditas adalah benda yang dapat diperjualbelikan


secara ekspor maupun impor, maka berikut merupakan beberapa klasifikasi
penting untuk diperhatikan sebelum melakukan proses jual beli, yakni:

1. Komoditas Lunak

Komoditas lunak adalah barang atau produk yang secara umum merupakan
hasil dari sektor pertanian, perhutanan maupun peternakan. Contoh produknya
misalnya bahan makanan berasal dari tumbuhan, daging-dagingan dari hewan
ternak, atau tanaman hutan seperti kelapa sawit dan masih banyak lagi.

Dinamakan sebagai komoditas lunak karena jenis dan harganya cenderung


menghadirkan pergerakan fluktuatif (kurang mantap) sehingga dapat naik atau
turun tanpa peringatan dini dan secara tiba-tiba tergantung, pada kondisi iklim
wilayah sekitar. Oleh karena itu, harga dan keberadaan komoditas lunak biasanya
tidak bisa diprediksi dengan akurat mengingat iklim serta kondisi cuaca yang
terus berubah serta memiliki perbedaan signifikan pada setiap wilayah di tanah
air.
2. Komoditas Keras

Komoditas keras adalah produk yang umumnya merupakan hasil ekstraksi


atau pertambangan besar yang meliputi minyak bumi maupun logam-logam
berharga. Para ahli menyebutkan bahwa komoditas keras kerap kali didominasi
oleh kehadiran jenis komoditas energi seperti batu bara, minyak bumi maupun gas
alam.

Sistem Agribisnis

Agribisnis dalam arti sempit menurut Gunawan (2013) dalam Arifin dan
Biba (2020) diartikan sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian yang
berusaha memaksimalkan keuntungan. Dalam arti luas, agribisnis adalah suatu
rangkaian kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan mulai dari
produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang ada hubungannya dengan
komoditi pertanian dalam arti luas (usahatani, perkebunanan, kehutanan,
perikanan, perternakan) yang bertujuan untuk memperoleh keutungan (profit
oriented). Dengan kata lain, agribisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan memproleh keutungan/cuan.

Dilansir dari laman IDN TIMES, pengertian agribisnis menurut John H.


Davis dan Ray A. Goldberd (1957), agribisnis adalah jumlah total setiap bisnis
yang terlibat dalam produksi dan distribusi produk pertanian serta kegiatan
produksi pertanian. penyimpanan, pemrosesan, dan distribusi produk pertanian
dan produk yang diproduksi darinya.

Agribisnis sebagai sistem adalah merupakan seperangkat unsur yang


secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Secara
konseptual, sistem agribisnis adalah rangkaian usaha-usaha mulai dari pengadaan
sarana produksi, usahatani, pengolahan produk industri, dan pemasaran, serta
sejumlah kegiatan penunjang yang membantu rangkaian usaha tersebut. (Arifin &
Biba, 2016)

Subsistem Agribisnis Hulu

Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribussiness) adalah subsistem awal dalam


produksi agribisnis yang menyangkut kegiatan penyediaan dan pengadaan sarana
produksi dan bahan baku usahatani, seperti bibit/benih, pupuk, obat pemberantas
hama, peralatan dan mesin produksi pertanian. (Anonim, 2022)
Subsistem Usahatani

Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribussiness) disebut juga subsistem


pertanian primer adalah kegiatan petani dalam pengelolaan input-input dan
sumber daya alam yang ada untuk menghasilkan suatu hasil atau produk pertanian
(tanaman dan/atau hewan). (Anonim, 2022)

Subsistem Agribisnis Hilir

Subsistem agribisnis hilir (off-farm down-stream) berisi pengolahan hasil produk


usahatani menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, siap masak atau siap
digunakan atau siap dikonsumsi, hingga pemasaran untuk pasar domestik maupun
internasional.

Subsistem Jasa Layanan Pendukung

Subsistem jasa layanan pendukung atau supporting system ini berisi faktor-faktor
yang mendukung semua aktivitas pertanian, seperti lembaga keuangan dan
pembiayaan, penelitian dan pengembangan (litbang), penyuluhan dan layanan
informasi agribisnis, pendidikan dan pelatihan (diklat), kebijakan pemerintah,
asuransi agribisnis, dan transportasi.

Peranan Agribisnis

Besar dan luasnya peranan agribisnis dalam perekonomian nasional tidak terlepas
dari fungsi agribisnis yaitu :

1. Menghasilkan bahan mentah atau komoditas primer baik bahan pangan, serat,
bangunan, atau bahan lainnya.
2. Menghasilkan produk antara atau barang jadi baik pangan, bahan pembuat
tekstil, bahan bangunan, obat-obatan, dan sebagainya.
3. Menyerap tenaga kerja dari yang unskilled sampai yang skilled.
4. Menyumbang pada pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
5. Menghasilkan devisa negara melalui kegiatan ekpor maupun pariwisata.
Dalam perekonomian Indonesia, agribisnis mempunyai peranan yang sangat
penting sehingga mempunyai nilai strategis. Peranan agribisnis adalah sebagai
berikut :

1. Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) sangat


besar. Peranan agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik
teknologi yang digunakan dalam agribisnis bersifat akomodatif terhadap
keragaman kualitas tenaga kerja sehingga tidak mengherankan agribisnis
menjadi penyerap tenaga kerja nasional yang terbesar.

2. Peranan agribisnis dalam perolehan devisa. Selama ini selain ekspor migas,
hanya agribisnis yang mampu memberikan net-ekspor secara konsisten.
Peranan agribisnis dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai
ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang
terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pembangunan di Indonesia.

3. Peranan agribisnis dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan


(equity). Pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh teknologi yang
digunakan dalam menghasilkan output nasional, yaitu apakah bias atau pro
terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Saat ini
faktor produksi yang banyak dimiliki oleh sebagian besar rakyat adalah
sumber daya lahan, flora dan fauna, serta sumber daya manusia. Untuk
mewujudkan pemerataan di Indonesia perlu digunakan teknologi produksi
output nasional yang banyak menggunakan sumber daya tersebut, yaitu
agribisnis.

Berdasarkan data impor total Indonesia, pangsa impor sektor agribisnis relatif
kecil dan cenderung menurun :

a. Peranan pembangunan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi


daerah sangat dominan, karena cara yang paling efektif dan efisien untuk
membangun ekonorni daerah adalah rnelalui pendayagunaan berbagai
sumber daya ekonomi yang tersedia di setiap daerah.
b. Pernbangunan agribisnis sangat besar peranannya dalarn rnenunjang
terwujudnya sistern ketahanan pangan yang kokoh. Dengan rnernbangun
agribisnis yang berbasis pada jeragarnan sumber daya hayati di setiap
daerah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi
dan keseimbangan gizi, yang mempertimbangkan budaya dan kelembagaan
lokal, secara keseluruhan akan terbangun ketahanan pangan yang kokoh .
c. Pembangunan agribisnis potensial untuk mencegah dan memperbaiki
kemerosotan mutu lingkungan hidup melalui hal-hal berikut :
- Mendorong kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah dan akan
mendorong penyebaran penduduk beserta aktivitasnya, sehingga
konsentrasi penduduk pada suatu ruang tertentu dapat dikurangi.
- Mendayagunakan keragaman hayati sehingga dapat mempertahankan
keanekaragaman hayati.
- Meningkatkan keragaman tumbuhan yang berperan sebagai
perkebunan karbon yang efektif mengurangi emisi gas karbon
atmosfir.
- Pembangunan agribisnis akan menghasilkan produk-produk yang
biodegradable yang dapat terurai secara alamiah.
- Dapat mengurangi tekanan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
BAB III

PEMBAHASAN

Input (Sarana dan Prasarana) Produksi Tempe


Usaha produksi tempe milik Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu yang berada
di Jalan Swakarsa I Gerisak, Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Kota
Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan usaha turun-temurun dari
keluarga Bapak Bahriawan yang dilanjutkan oleh Beliau pada tahun 2014. Tempat
produksi tempe ini merupakan lahan pribadi milik Bapak Bahriawan. Alat dan
bahan yang dipakai untuk produksi tempe antara lain:

1. Alat Produksi:

a. Kompor dan Tungku


b. Keranjang besar
c. Panci besar
d. Kantung plastik
e. Lilin
f. Papan cetakan
g. Ember besar
h. Lidi
i. Mesin

2. Bahan Produksi:

a. Kedelai
b. Ragi tempe
c. Air bersih
d. Kayu bakar

Usahatani (Proses Produksi) Kedelai


Usahatani merupakan suatu proses produksi, petani sebagai pelaksana untuk
mengorganisasi tanah (alam), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada
produksi di lahan pertanian baik yang didasarkan atas pencaharian laba atau tidak.
Usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat menghasilkan
pendapatan untuk membayar semua biaya dan alat yang diperlukan, dengan kata
lain keberhasilan suatu usahatani berkaitan erat dengan pendapatan dan biaya
yang dikeluarkan. Kemampuan menghasilkan produk pertanian pangan ditentukan
oleh berbagai faktor, termasuk biofisik, sosial, ekonomi dan politik.
Kedelai (Glycine Max L) adalah salah satu komoditas utama kacang-kacangan
yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting
untuk diverifikasi pangan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Kedelai
merupakan tanaman asli dataran Cina dan mulai dibudidayakan di Indonesia sejak
abad ke-16 hingga saat ini kedelai menjadi bahan pangan yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia.

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama dengan permintaan


yang tinggi karena merupakan sumber protein dengan harga terjangkau, kedelai
sendiri digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan seperti tempe,
tahu, kecap dan makanan lainnya. Permintaan akan kedelai sangat tinggi namun
belum mampu terpenuhi oleh produksi nasional.

Usahatani yang dilakukan oleh Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu merupakan
kedelai yang diolah menjadi tempe. Kedelai yang digunakan adalah kedelai impor
dari Amerika Serikat. Harga kedelai yang tinggi berimbas pada produksi para
perajin tempe. Ibu Minggu mengatakan ketika harga kedelai naik, harga tempe
tidak dinaikan juga, melainkan membuat ukuran tempe menjadi lebih tipis.
Sebagian besar para perajin tempe mengatasi hal tersebut dengan cara mengurangi
ukuran ketebalan dari tempe yang diproduksi.

Cara Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe


Produksi tempe usaha Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu dilakukan oleh 5
(lima) orang karyawan sebagai pekerja produksi dari pencucian, perendaman,
penggilingan, perebusan, penirisan, peragian, pembungkusan, dan pencetakan.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut:

1. Kacang kedelai dibersihkan dari bahan-bahan lain yang tercampur,


kemudian cuci hingga bersih.
2. Perendaman kacang kedelai yang telah dicuci bersih dengan air panas
yang sudah mendidih unruk proses hidrasi agar kacang kedelai dapat
menyerap air sebanyak mungkin.
3. Setelah kacang kedelai direndam, tiriskan menggunakan keranjang besar
yang telah dibersihkan.
4. Biji kacang kedelai kemudian dilakukan penggilingan untuk memecah
dan pemisahan kulit ari.
5. Kacang kedelai kemudian dicuci bersih atau bilas menggunakan air
bersih.
6. Kacang kedelai kemudian dikukus/rebus sampai empuk.
7. Setelah kacang kedelai terasa empuk, tuangkan kacang kedelai tersebut
pada tampah atau tempat penirisan yang telah dibersihkan, lalu diangin-
anginkan sambil diaduk hingga kedelai tersebut terasa hangat.
8. Penaburan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk.
9. Pembungkusan kedelai menggunakan plastik dan rekatkan menggunakan
api pada lilin, kemudian diberi lubang-lubang kecil dengan menggunakan
lidi.
10. Tahapan percetakan kedelai yang telah diberi ragi tempe ke dalam
cetakan.
11. Proses fermentasi kacang kedelai disimpan selama beberapa hari yaitu 1-2
hari hingga diperoleh tempe.

Produk tempe yang dihasilkan dari hasil pengolahan yaitu 150 sampai 170
bungkus tempe perhari.

Pemasaran Produk Tempe


Pemasaran (Marketing) adalah proses, mengomunikasikan, menyampaikan,
dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, mitra, dan masyarakat
umum. Pemasaran memiliki tujuan yaitu:

1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan


dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas
produk yang dihasilkan.
2. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi
berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk,
promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen,
sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat.
3. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk
cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemasaran: Dari
sudut pandang penjual:

1. Tempat yang strategis (place),


2. Produk yang bermutu (product),
3. Harga yang kompetitif (price),
4. Promosi yang gencar (promotion),
5. Sumber Daya Manusia (people),
6. Proses atau aktivitas bisnis (process), dan
7. Bukti fisik perusahaan (pysical evidence).
Dari sudut pandang konsumen:

1. Kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs and wants),


2. Biaya konsumen (cost to the customer),
3. Kenyamanan (convenience), dan
4. Komusikasi (comunication).

Hasil produksi tempe dari usaha Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu di
pasarkan ke Pasar Cemara Kecamatan Selaparang Kota Mataram, Pasar Bertais
Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, dan Pagutan Kota Mataram. Selain itu juga
menggunakan cara pemasaran langsung dimana dalam proses memasarkan produk
dilakukan secara langsung dengan cara bertatap muka dengan pembeli.

Penunjang Produksi Tempe


Penunjang terdiri atas semua pemain utama yang menyediakan jasa,
meskipun bersifat pilihan, namun sangat penting dalam menunjang keberhasilan
berjalannya sistem Agribisnis. Penunjang dalam usaha produksi tempe milik
Bapak Bahriawan dan Ibu Minggu antara lain:

1. Modal, Bapak Bahriawan menggunakan modal sendiri dan pinjaman


modal dari pengusaha China.
2. Karyawan, tenaga kerja di pabrik usaha produksi tempe Bapak Bahriawan
sebanyak 5 orang pekerja yang digaji berkisar Rp15000,00-Rp25000,00
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
3. Transportasi, Bapak Bahriawan menggunakan jasa kendaraan umum
untuk memasarkan produk tempenya tersebut.
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan
1. Alat produksi yang digunakan dalam pengolahan tempe yaitu, keranjang
besar, panci besar, kantung plastik, lilin, papan cetakan, lidi, mesin,
kompor dan tungku. Bahan produksi yaitu, kedelai, ragi tempe, air bersih
dan kayu bakar. Lahan pribadi milik Pak Bahriawan menjadi tempat
produksi tempe. Dalam memproduksi tempe Pak Bahriawan
membutuhkan tenaga kerja yang saat ini terdapat lima tenaga kerja.
2. Dalam memproduksi tempe, Pak Bahriawan sama sekali tidak menanam
kedelainya sendiri atau tidak menjalankan usahatani melainkan ia
mengimpor kedelai dari luar negeri yakni Amerika.
3. Dalam Pengolahan kedelai menjadi tempe ada beberapa cara dalam proses
pembuatan tempe ini yaitu, pencucian kedelai, perendaman kedelai,
penggilingan kedelai, perebusan dan penirisan kedelai, peragian,
pembungkusan, dan pencetakan produk tempe.
4. Produk tempe dipasarkan ke Pasar Cemara Kecamatan Selaparang Kota
Mataram, Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram dan Pagutan
Kota Mataram. Selain itu juga menggunakan cara pemasaran langsung
dimana dalam proses memasarkan produk dilakukan secara langsung
dengan cara bertatap muka dengan pembeli.
5. Biaya dibutuhkan Pak Bahriawan dalam usaha produksi tempenya. Biaya
diperoleh dari modal pribadi dan juga pinjaman dari salah satu pengusaha
China. Dalam memasarkan produk tempenya, Pak Bahriawan
menggunakan jasa layanan transportasi umum.

Saran
1. Untuk menekan biaya bahan baku impor seperti kacang kedelai yang
biasanya menggunakan bahan baku impor, maka para pengusaha tempe
bisa menggunakan bahan baku kacang kedelai lokal.
2. Untuk menjaga konsumen tetap membeli tempe maka harga tidak
dinaikkan tetapi ukuran tempe diperkecil dan pengusaha tempe tidak
merugi sehingga kegiatan usaha produksi tempe tetap bisa berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, I. (2022). Optimalisasi peran petani milenial dan digitalisasi


pertanian dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Forum
Ekonomi, 24(2), 259–266.
https://doi.org/10.30872/jfor.v24i2.10364
Mukti, G. W., Andriani, R., & Pardian, P. (2018). TRANSFORMASI
PETANI MENJADI ENTREPRENEUR (Studi Kasus pada
Program Wirausaha Muda Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran). Agricore: Jurnal Agribisnis Dan Sosial
Ekonomi Pertanian Unpad, 3(2).
https://doi.org/10.24198/agricore.v3i2.20491
Rofiqi, A., Ali, M., Lastianti, S. D., & Pratiwi, Y. I. (2018). Peran
Bisnis Pertanian Dalam Perekonomian Indonesia. Ekonomi
Pertanian.
Sidharta, V., Resman Muharul Tambunan., Azwar, & Aliafia
Ghaniyyu. (2021). Suatu Kajian :Pembangunan Pertanian
Indonesia. KAIS Kajian Ilmu Sosial, 2(2), 229–232.
Soetrisno, N. (2010). Agricultural Business Unit Structure, Farmer
Income And Food Security: An Alternative Perspective. Pangan,
19(3), 197–210.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Cara Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe

Gambar 1.1 pencucian kedelai I Gambar 1.2 Perendaman kedelai

Gambar 1.3 penirisan kedelai Gambar 1.4 penggilingan kedelai

Gambar 1.5 pencucian kedelai II Gambar 1.6 perebusan kedelai


Gambar 1.7 proses peranginan Gambar 1.8 peragian kedelai

Gambar 1.9 pembungkusan kedelai Gambar 1.10 Perekatan plastik

Gambar 1.11 proses fermentasi


Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Produksi

Gambar 2.1 fermentasi tempe selama 3 jam Gambar 2.2 fermentasi tempe selama 7 jam

Gambar 2.3 fermentasi tempe selama 12 jam Gambar 2.4 produk yang siap dipasarkan
BAGAN SISTEM AGRIBISNIS

SISTEM AGRIBISNIS PRODUKSI


TEMPE DI LINGKUNGAN GERISAK
KELURAHAN KEKALIK JAYA

Subsistem Input Subsistem Usahatani Subsistem Pengolahan Subsistem Pemasaran


Produksi Tempe Kedelai Kedelai Tempe
1. Alat produksi yaitu, Pengolahan kedelai menjadi Produk tempe dipasarkan
keranjang besar, panci besar,
produk tempe. ke Pasar Cemara
kantung plastik, lilin, papan
cetakan, lidi, mesin, kompor Kecamatan Selaparang
dan tungku. Kota Mataram, Pasar
Tidak menjalankan
Bertais Kecamatan
2. Bahan produksi yaitu, usahatani kedelai.
Sandubaya Kota Mataram
kedelai, ragi tempe, air bersih dan Pagutan Kota
dan kayu bakar.
Mataram. Pemasaran
3. Rumah produksi. Meningkatkan nilai produk dilakukan secara langsung.
kedelai.
4. Tenaga kerja

Subsistem Penunjang

- Modal pribadi dan pinjaman dari


pengusaha China.
- Transportasi yang digunakan
adalah jasa kendaraan umum.

Anda mungkin juga menyukai