JUDUL PROGRAM:
BIDANG KEGIATAN:
PKM KEWIRAUSAHAAN
Diusulkan Oleh:
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2020
DAFTAR ISI
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Ketela pohon atau singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok
masyarakat
Indonesia selain padi dan sagu. Rasanya yang enak dan sangat mengenyangkan
membuatnya menjadi bahan makanan pokok yang baik. Pemerintah pun terus
melakukan sosialisasi untuk menekan konsumsi padi dan menggantinya dengan
3
singkong, sagu, jagung, atau kentang.
Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) sendiri adalah
perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal
luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Perdu, bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang
dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang
dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80
cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di
lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap
akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi ketela
pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin
protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung
asam amino metionina (Wikipedia, 2015)
Dilihat dari manfaatnya, tanaman ketela pohona atau singkong mempunyai
banyak keunggulan karena semua bagian tanaman ketela pohon/singkong
mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa manfaat ketela pohon
atau singkong antara lain:
a. Pucuk serta daunnya yang masih muda dan lunak mengandung protein,
lemak, karbohidrat, vitamin A dan B1, dapat dipergunakan sebagai
makanan ternak (kambing, sapi, ulat sutera dan lain-lain) setelah layu. Jika
telah direbus dan diurap akan menjadi sayuran yang lezat dan nikmat. Daun
ketela pohon/singkong yang baru dipetik mengandung banyak Asam
Hidrocyan (HCN) sehingga beracun. Karena itu, sebelum dikonsumsi daun
ketela pohon atau singkong harus dilayukan terlebih
dahulu atau direndam untuk mengurangi kadar racun HCN-nya.
b. Batangnya dapat digunakan untuk bibit atau kalau sudah kering bisa
digunakan sebagai kayu bakar.
c. Bonggolnya (pangkal pokok batang) baik pula untuk kayu bakar.
d. Akarnya dapat tumbuh menjadi umbi yang dapat diolah menjadi gaplek atau
berbagai makanan olahan lainnya.
Ubi kayu merupakan pangan local dan komoditas andalan yang memberikan
kontribusi cukup tinggi bagi perekonomian di Indonesia. Guna menunjang
keberhasilan program diversifikasi konsumsi pangan lokal, salah satu upaya yang
4
dapat dilakukan adalah peningkatan konsumsi ubi kayu dari berbagai jenis
olahannya. Salah satu olahan ubi kayu yang merupakan makanan tradisional suku
Jawa adalah tiwul. Secara umum, tiwul dibuat melalui proses pencampuran tepung
singkong dengan air, granulasi, pengukusan dan selanjutnya di konsumsi (Hidayat
et al. 2012; Naufalin et al. 2017).
Saat ini tiwul sudah banyak dijual di rumah makan. Tiwul yang dikonsumsi
tentunya berdasarkan preferensi atau selera masing-masing konsumen. Preferensi
seseorang terhadap makanan menimbulkan perilaku mengonsumsi. Pola konsumsi
seseorang terhadap tiwul mencerminkan permintaan tiwul itu sendiri.
1.2 Tujuan
1. Membuat Tiwul kekinian yang tinggi akan antioksidan, bergizi, dan tetap
disukai di kalangan masyarakat.
2. Menciptakan dan mengembangkan peluang wirausaha inovatif yang
memiliki prospek dan mampu bersaing dalam pasar global.
3. Memanfaatkan sumber daya alam yang kurang produktif yakni singkong
menjadi bahan dasar pembuatan NEO TIKIWIR.
1. Terciptanya produk Tikiwir atau Tiwul kekinian yang memiliki nilai gizi
yang baik sebagai konsumsi pokok masyarakat.
2. Menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
3. Meningkatkan karya kreativitas inovatif dalam terciptanya peluang usaha
baru bagi mahasiswa yang bermanfaat dan tepat guna bagi masyarakat.
4. Terciptanya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa hak paten atas produk
yang kami buat.
5
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran.
Makan bukanlah sekedar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah manfaat
makanan bagi kesehatan tubuh. Pangan diharapkan memberikan lebih dari sekedar
zat gizi sebagai kebutuhan dasar tubuh dan pemuas sensori, tetapi dapat juga
bersifat fungsional.
Tiwul memiliki peluang usaha karena bahan dasar yang digunakan mudah
ditemui diberbagai daerah dan memiliki harga yang relatif murah, sehingga mudah
untuk di produksi. TIKIWIR NEO akan bersaing dengan produk makanan jepang
yang bernama onigiri, karena bentuk tikiwir neo akan dibuat seperti onigiri yang
berbentuk segitiga dengan isian daging atau sayur buncis didalamnya sehingga akan
menarik para konsumen. Tak hanya itu saja kemasan yang digunakan dari anyaman
bambo. Bertujuan untuk mengurangi sampah plastik. Produk ini cocok untuk
kalangan remaja milenial yang lebih sering memperhatikan bentuk dan kemasan
produk yang menarik. Peluang selanjutnya yaitu lokasi penjualan letaknya strategis,
berada di daerah Ciawi berdekatan dengan lampu merah Dan pasar ciawi. Tempat
penjualan yang kami pilih meliputi lingkungan sekitar Ciawi-Bogor, Sukabumi, dan
Cianjur. Lokasi untuk proses promosi dipusatkan di sekitar Ciawi-Bogor dan media
online.
6
2.3 Peluang usaha
Analisis yang dijalankan dalam usaha Ini meliputi analisis SWOT ini, yaitu:
Strength (kekuatan) :
Weakness (kelemahan)
Opportunity (peluang)
Threats (ancaman)
7
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Produksi
Persiapkan Bahan
Pengupasan Pembersihan
Pembersihan
Perendaman Selama
Pengolahan Pengolahan
2 Hari
Gaplek
Penepungan
8
3.2 Target Pasar
Target pasar yang kami pilih adalah daerah sekitar lingkungan kampus
Universitas Djuanda, terminal bus dan stasiun di Bogor, serta tempat-tempat
lainnya yang menunjang agar produk kami cepat beredar dipasaran. Dan
Food Court, Kantin-Kantin Sekolah, dan Pasar Tradisional di daerah Ciawi
dan sekitaran Bogor.
3.3 Strategi Penjualan Dan Pemasaran
Promosi produk TIKIWIR dilakukan dimedia sosial, media penjualan on-line
dan secara langsung kepada masyarakat maupun mahasiswa lingkungan universitas
dengan mengadakan stan dan free tasting produk TIKIWIR. Selanjutnya produk
akan dipasarkan ke berbagai toko.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jamroni , Muntoha dan Riska Utami Ummayah. 2015. Pelatihan pemanfaatan dan
pengolahan singkong menjadi makanan ringan tela rasa. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan (4) : 188-193.
Handayani, Sugiharti Mulya dan Sundari, Mei Tri. 2015. Pemberdayaan wanita tani
melalui pembuatan keripik belut daun singkong di Kecamatan Jumantono,
Kabupaten Karanganyar. Jurnal DIANMAS (5)1. Universitas Negeri
Surakarta. Solo.
Naufalin R, Yudi P, Rukmini HS, Agustia FC. 2017. Tiwul instan. Di dalam Winiati
PR, Rindit P, Umar S, Giyatmi, Ardiansyah (Eds.): Ensiklopedia Produk
Pangan Indonesia Kumpulan Berbagai Teknologi Produk Pangan Indonesia.
Bogor (ID): IPB Press.
10