Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN BREAK EVEN POINT

(BEP) PADA AGROINDUSTRI TEMPE DI KECAMATAN


PUYUNG KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Muhammad Fajrul Islam Agistany
C1G021116

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT karena atas perkenan-Nya penyusunan Proposal yang berjudul “Analisis
Keuntungan dan Break Even Point (BEP) Pada Agroindustri Tempe di Kecamatan
Puyung Kabupaten Lombok Tengah” dapat di selesaikan dengan baik dan lancar.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dekan Fakuktas Pertanian, Universitas Mataram.

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Mataram.

3. Ketua Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas


Pertanian, Universitas Mataram.

4. Bapak Ir. I Gusti Lanang Parta Tanaya, S.Pd.,M.Sc.,Ph.D. selaku Dosen


Pembimbing Utama sekaligus Penguji.

Dengan segala keterbatsan, penulis sadar akan kesalahan atau kekurangan


yang ada dalam skripsi ini. Demikian Proposal ini penulis susun, semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Mataram, 30 September 2023


Penulis,

Muhammad Fajrul Islam Agistany


C1G021116
I. PENDAULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut UU No 03 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2, Industri adalah seluruh bentuk


kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumberdaya
industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi, termasuk jasa industri. Bahan baku dalam pasal 1 ayat 5 adalah bahan
mentah , barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang
lebih tinggi. Sedangkan pasal 1 ayat 6 industri adalah usaha jasa yang terkait dengan
kegiatan industri. Pasal 1 ayat 2 menjelaskan, Industri strategis adalah industri yang
penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, meningkatkan
atau menghasilkan nilai tambah sumberdaya alam strategis atau mempunyai kaitan
dengan kepentingan pertahanan serta keamanan Negara dalam rangka pemenuhan
tugas pemerintah Negara.

Istilah “Industri” mempunyai arti yang sama dengan pabrik atau Perusahaan.
Teori ekonomi mikro memandang bahwa industry mempunyai makna yang berbeda
dengan Perusahaan. Perusahaan ialah badan usaha yang memanfaatkan faktor
produksi dalam menghasilkan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Industri
ialah Kumpulan dari Perusahaan yang memproduksi barang yang sama atau
bersamaan dalam suatu pasar. Istilah industry dengan Perusahaan adalah sama.

sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu


pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem
agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena
memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pembangunan agroindustri dapat
menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.
Dalam proses tersebut dikenal dengan sistem agribisnis yang terdiri dari lima
subsistem di antaranya subsistem pengadaan input (agroindustri hulu), subsistem on
farm (usahatani), subsistem processing (agroindustri hilir), subsistem pemasaran, dan
subsistem penunjang (Kembauw, 2015).

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau
Rhizopus arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal dengan “ragi tempe”.
Beberapa jenis nutrisi yang terkandung di dalam tempe yaitu vitamin B12, protein,
kalsium, karbohidrat, serat, fosfor, dan lain – lain (Putri Wahyuni Arnold, 2020).

Rata-rata Konsumsi Tahu dan Tempe per Kapita


(2010-2021)

Tabel 1.2 Rata-rata konsumsi Tahu da Tempe per Kapita di Indonesia (2010-2021)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata konsumsi tahu dan tempe per
kapita di Indonesia sebesar 0,304 kilogram (kg) setiap minggu pada 2021. Angka
tersebut naik 3,75% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,293 kg setiap
minggu.
Secara rinci, rata-rata konsumsi per kapita untuk tahu sebesar 0,158 kg setiap
minggunya pada 2021. Jumlah tersebut naik 3,27% dibanding 2020 yang sebesar
0,153 kg setiap minggu.

Sementara, rata-rata konsumsi per kapita untuk tempe sebesar 0,146 kg setiap
minggu. Jumlahnya meningkat 4,29% dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak
0,146 kg. Akan tetapi data dari tahun ke tahun konsumsi tempe naik turun.

Agroindustri Tempe di Kecamatan puyung kota praya adalah industri yang


memanfaatkan produk pertanian yang memiliki harga jual rendah seperti kedelai.
Beberapa produsen tempe menjadikan sebagai sumber pendapatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain proses pembuatannya yang mudah, bagi produsen tempe
produk yang dihasilkan merupakan produk yang memiliki kualitas yang baik dan
sehat bagi tubuh manusia. tempe juga bisa disimpan dulu di kulkas selama sepuluh
hari atau lebih lama jika di freezer. Namun, pada saat ini beberapa produsen susu
kedelai mengalami penurunan jumlah produksi yang disebabkan nilai beli kedelai
impor di pasar induk Bertais sangat tinggi berkisar pada harga Rp 15.000 - Rp 16.000
per Kg. Jumlah konsumen susu kedelai mulai berkurang karena keuntungan dari
produk tempe menurun. Selain itu, produsen tempe tidak memiliki pembukuan terkait
biaya produksi, sehingga produk yang sudah terjual menjadi ukuran bahwa usaha
produksi tempe sudah memperoleh keuntungan.

Berdasarkan kondisi lapangan yang dihadapi oleh produsen tempe di wilayah


Kecamatan Puyung Kota Mataram, pendapatan yang diperoleh produsen menjadi
menurun dan tidak stabil serta akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh
atau bahkan jumlah tempe yang diproduksi berada tidak pada titik impas. Keadaan
tersebut sulit diketahui oleh produsen dikarenakan produsen tidak melakukan
pembukuan selama proses produksi. Keuntungan yang dihitung produsen dilihat dari
banyaknya produk yang terjual tanpa menghitung seluruh biaya yang digunakan
selama proses produksi. Gaya hidup masyarakat dapat berubah seiring waktu dan ada
tren makanan baru yang sedang populer atau perubahan dalam pola makan yang
membuat orang kurang mengkonsumsi tempe, akibatnya pendapatan dan keuntungan
yang diperoleh produsen juga ikut menurun.

Oleh karena itu dengan bertitik-tolak pada uraian di atas, maka perlu dilakukan
penelitian tentang Analisis Keuntungan dan Break Even Point (BEP) Pada
Agroindustri Tempe di Kecamatan Puyung Kabupaten Lombok Tengah”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang difokuskan


dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa keuntungan yang diperoleh agroindustri tempe di Kecamatan
Puyung Kabupaten Lombok Tengah?
2. Berapa volume produksi dan volume penjualan susu tempe agar
mencapai titik impas (BEP) pada agroindustri tempe di Kecamatan
Puyung Kabupaten Lombok Tengah?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis keuntungan pada agroindustri tempe di Kecamatan Puyung
Kabupaten Lombok Tengah.
2. Menganalisis volume produksi dan volume penjualan tempe agar mencapai
titik impas (BEP) pada agroindustri tempe di Kecamatan Puyung kabupaten
Lombok Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai sumber informasi bagi penelitian lain yang berminat mengkaji
masalah yang sama pada aspek yang berbeda.
2. Sebagai informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk
mendukung pengembangan agroindustry berbasis kedelai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Agroindustri

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai


bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan
oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang
berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh he- wan). Proses yang
digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau
kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini
dapat mer- upakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk
bahan baku industri lainnya (Astutiningsih,2017).
Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak
produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai
penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling
berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
pendanaan, pemasaran dan distribusi produk per- tanian. Dari pandangan para
pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan
bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan. usaha tani, pengolahan hasil,
pemasaran, sarana dan pembinaan (Astutiningsih,2017).
Adanya kelompok agroindustri merupakan solusi penting untuk
menjembatani keinginan konsumen dan karakteristik produk pertanian yang
variatif dan tidak bisa disimpan. Menurut UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha
industri kecil memberikan dasar hukum bagi pemberian fasilitas kemudahan
dana, keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha, dan pengadaan
barang dan jasa untuk usaha industri kecil (Astutiningsih,2017).
2.1.2. Teori Biaya Produksi
2.1.2.1. Konsep Biaya
Biaya adalah merupakan beban yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan/industri sebagai akibat digunakan jasa-jasa ekonomi dalam hubungannya
dengan tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh penghasilan. Penjualan adalah
pendapatan yang diterima dari hasil pertukaran barang atau jasa dan dicatat untuk
satu periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau
berdasarkan akural (sebagaimana diperoleh). Break even point adalah suatu cara atau
alat yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana
volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak
menderita rugi (GUNTUR,2021).

2.1.2.2. Klasifikasi Biaya

Dalam analisis titik impas atau BEP biaya yang digunakan dalam satu periode
produksi diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap atau fixed expense merupakan biaya pada waktu operasi tertentu yang
jumlahnya selalu tetap atau tidak berubah meski volume produksi berubah. Jika
waktu yang digunakan dalam beroperasi adalah bulan maka biaya tetap tersebut akan
tetap setelah satu bulan. Jika dihitung tahunan biaya tersebut akan tetap walaupun
volume produksi yang dihasilkan berubah setiap bulan atau setiap minggu (Jumingan,
2006). Biaya tetap merupakan biaya keseluruhan pada suatu proses produksi yang
tidak berubah saat aktivitas produksi meningkat atau menurun (Riau, 2019). Biaya
tetap merupakan hasil keputusan dalam melakukan kegiatan usaha yang berhubungan
langsung dengan tingkat produksi yang disimbolkan dengan FC (Fixed Cost). Biaya
tetap meliputi biaya penyusutan alat, biaya bunga dan pajak, dan biaya overhead
secara umum (Junaidi, 2019). Untuk menghitung total biaya tetap digunakan metode
penyusutan biaya tetap dengan metode garis lurus (straight line method) yaitu metode
yang mendasarkan alokasi dari fungsi waktu penggunaan aset. Dengan metode ini,
biaya depresiasi dihitung dengan mengalokasikan nilai aset yang didepresiasikan
selama masa manfaat aset secara sama untuk setiap periodenya. Adapun rumusnya
sebagai berikut (Martiani, 2012).

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 = (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑒𝑡 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢)


𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝐴𝑠𝑒𝑡
Sementara biaya variabel adalah biaya yang memiliki hubungan
dengan volume output atau hasil produksi yang disimbolkan dengan VC
(Variable Cost). Biaya variabel yang dimaksud adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya listrik, biaya bahan bakar, dan
biaya lainnya yang berhubungan dengan komoditas produksi atau investasi
dalam bentuk modal. Gabungan antara biaya tetap dengan biaya variabel
disebut dengan biaya total (Total Cost) (Junaidi, 2019). Biaya variabel atau
variabel expense merupakan biaya yang mempengaruhi besar kecilnya volume
produksi. Apabila terjadi peningkatan jumlah produksi maka biaya variabel
akan bertambah, dan apabila terjadi penurunan jumlah produksi maka biaya
variabel akan berkurang. Dalam analisis Break Even Point (BEP) biaya
variabel linier dengan perubahan volume produksi suatu usaha sehingga biaya
variabel per unit barang yang diproduksi bersifat tetap. Biaya total adalah
keseluruhan biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total (Jumingan,
2006). Biaya total tersebut diperhitungkan dalam rumus sebagai berikut
(Damanik & Sasongko, 2015):

TC = TFC + TVC
Keterangan:

TC (Total Cost) : Biaya Total (Rp)

FC (Total Fixed Cost) : Biaya Tetap

Total (Rp) VC (Total Variable Cost) : Biaya

Variabel Total (Rp)

2.1.3. Penerimaan dan Keuntungan

2.1.3.1. Penerimaan (Revenue)

Pakar ekonomi membedakan pemahaman antara penerimaan dengan


pendapatan. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga (price) dengan
jumlah produk yang terjual. Sedangkan pendapatan adalah selisih antara penerimaan
dengan total biaya. Biaya yang dimaksud adalah biaya yang digunakan selama proses
produksi berlangsung (Damanik & Sasongko, 2015).

2.1.4. Break Even Point (BEP)

Rp

Gambar 2.1 Diagram Titik Impas

Analisis impas (Break Event Point)juga merupakan suatu cara untuk


mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi,
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan
nol).Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai penjualan
dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan
melebihi biaya yang harus dikeluarkan, sedangkanperusahaan akan menderita
kerugian bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang
dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas. Analisis break even point tidak
hanya memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan impas atau
tidak, namun analisis break even point sangat membantu manajemen dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan (Maruta,2018).

Break even point adalah posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan
tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangatpenting bagi
manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau
mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yangtidak
menguntungkan.Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila
laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja (Maruta,2018).

Dalam menentukan analisis Break Even Point (BEP) biaya yang ada harus
dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah
biaya yang jumlah totalnya tetap dan tidak bertambah dengan adanya
perubahan volume penjualan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Masalah Break
Even Point baru muncul apabila suatu usaha disamping mempunyai biaya
variabel juga mempunyai biaya tetap (GUNTUR,2021).

2.2. Kerangka Pendekatan Masalah

Agroindustri tempe di Kecamatan Puyung kabupaten Lombok Tengah yang


beroperasi dengan menggunakan bahan baku pertanian khususnya kedelai untuk
menciptakan suatu produk yang hamper semua kalangan mengkonsumsi yaitu disebut
dengan tempe. Tempe merupakan produk olahan kedelai yang memiliki kandungan
protein yang sangat tinggi. Meski kandungan protein dari tempe sangat tinggi akan
tetapi penggemar penggemar tempe menurun minat konsumennya. Dari segi bahan
baku utamanya yaitu kedelai memiliki harga yang sangat tinggi ini menyulitkan para
produsen tempe di Kecamatan Puyung ini adalah impor. . Harga dari kedelai impor
yang sangat tinggi ini menyulitkan para produsen yang menggunakan kedelai sebagai
bahan utamanya dalam proses produksi, seperti produsen tahu dan tempe, serta
produsen susu kedelai.

Untuk membantu pemecahan masalah tersebut, penelitian ini memfokuskan


kegiatan pada produsen dalam memproduksi tempe agar terjadi keseimbangan jumlah
tempe yang diproduksi dan harga keseimbangan tempe yang ditawarkan kepada
konsumen serta keuntungan yang diperoleh produsen. Oleh karena itu, diperlukan
analisis keuntungan yang diperoleh produsen saat terjadi penurunan jumlah produksi
stempe dan jumlah serta harga keseimbangan yang terjadi pada agroindustri tempe di
Kecamatan Puyung Kabupaten Lombok Tengah.

Gambar 2.2 Kerangka Pendekatan Masalah Agroindustri Tempe


Keterangan:

: Alur pemikiran

: Alur analisis

Anda mungkin juga menyukai