Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN KETERKAITANNYA TERHADAP


STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI
PENGOLAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KOTA
PEKANBARU

dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metode dan Komunikasi
Ilmiah
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Dr. Ir Dwi Iswari, M.Sc

Disusun Oleh :
Abdurrahman Azzam (191510601143)

PR OGR A M STU DI A GR I BI S NI S
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dengan topik terkait stratategi agribisnis.
Judul makalah ini adalah “Analisis Usaha dan Keterkaitannya terhadap Strategi
Pengembangan Usaha Agroindustri Pengolahan Jamur Tiram (Pleurotus
ostreatus) di Kota Pekanbaru”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan pemasaran serta strategi
pemasaran agribisnis oleh perusahaan dan pelaku usaha jamur tiram dan
perngaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.
Pembuatan makalah ini tidak lepas dari studi kepustakaan dengan memuat
literatur yg terdiri dari jurnal, hasil penelitian ataupun buku.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu dalam meberikan informasi
dan atau sebagai bahan referensi untuk bahan penulisan artikel ilmiah ke
depannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dapat menjadi bahan revisi ke depannya apabila diperlukan.

Jember, April 2020

Abdurrahman Azzam
191510601143
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian
merupakan bagian dari sektor pertanian yang masih perlu untuk
dikembangkan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian negara. Selain itu, komoditas pertanian dapat
dikembangkan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Sektor
pertanian merupakan sektor unggulan yang mendukung pembangunan
nasional terutama pembangunan ekonomi suatu negara. Pembangunan sektor
pertanian bertujuan meningkatkan produksi yang berkelanjutan, baik dalam
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat ataupun memenuhi kebutuhan
bahan baku dalam sektor industri. Pembangunan ekonomi menitik-bertakan
pada industri yang berbasis pertanian.
Agroindustri merupakan industri yang mengelola hasil dari bidang
pertanian. Produk pertanian bercirikan mudah rusak dan tidak tahan lama.
Tujuan adanya agroindustri yaitu meningkatkan umur simpan produk
pertanian dan memberikan nilai tambah lainnya. Sektor pertanian merupakan
industri hulu yang memasok bahan baku. Sektor industri sebagai industri hilir
yang meningkatkan nilai tambah pada produk pertanian. Sektor industri akan
berjalan jika sektor pertanian mampu memenuhi bahan baku. Menurut Murthi
(2012), agroindustri merupakan kegiatan industri yang memanfaatkan hasil
pertanian sebagai bahan baku untuk diolah menjadi berbagai jenis produk
olahan. Kegiatan pertanian dimasa mendatang kini mulai beralih dari upaya
untuk meningkatkan produksi ke upaya pengolahan produk pertanian agar
menjadi lebih lama tersedia, meningkatkan ekonomi dan memudahkan
penyimpanannya. Hal tersebut akan meningkatkan pembangunan pertanian ke
arah agribisnis dan agroindustri. Agroindustri yang mulai berkembang
diantaranya adalah agroindustri pengolahan jamur tiram. pengembangan
agroindustri jamur tiram adalah kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
suatu industri jamur tiram dalam memanfaatkan bahan baku, pengelolaan
sumberdaya, perancangan strategi produksi, serta perancangan pemasaran
jamur tiram.
Jamur merupakan salah satu jenis sayuran yang populer di Indonesia.
Jamur terdiri dari berbagai jenis dimana salah satunya adalah jamur tiram.
Jamur tiram merupakan jenis jamur yang cukup populer yang banyak
dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (Rahmat et al.,
2011). Jamur tiram baik dikonsumsi karena memiliki kandungan serat pangan
yang tinggi, sehingga baik untuk kesehatan pencernaan (Puspitasari, 2013).
Selain itu jamur tiram memiliki keunggulan yaitu budidayanya yang mudah,
sehingga banyak daerah yang membudidayakan jamur tiram.
Agroindustri pengolahan jamur tiram di Indonesia sudah banyak
tersebar luas di Indonesia. Banyak pelaku usaha baik dari skala UMKM
sampai industri pengolahan berskala besar memiliki permasalahannya
masing-masing dalam menggeluti bidang agroindsutri. Problematika tersebut
dapat datang dari sektor hulu yang di dalamnya berkaitan dengan budidaya
sampai hilir yaitu bagaimana pasca panen sampai pemasaran. Tujuan dari
rencana penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan terkait budidaya jamur tiram serta menentukan alternatif
strategi prioritas pengembangan agroindustri usaha jamur tiram. Metode yang
dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal suatu
usaha yaitu metode SWOT. Diharapkan penelitian ini dapat mengidentifikasi
problematikan budidaya jamur tiram dan memeberikan rekomendasi strategi
yang lebih baik dibandingkan strategi yang diterapkan sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Prinsip dari usaha industri pada dasarnya adalah untuk menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya, namun pelaku usaha industri perlu
memperhatikan berbagai aspek di antaranya biaya yang dikeluarkan,
penerimaan dan keuntungan yang diperoleh, efisiensi usaha serta faktor
internal dan eksternal industri jamur tiram di Pekanbaru. Untuk mengetahui
hal tersebut pada usaha jamur tiram, maka diperlukan analisis usaha dan
identifikasi faktor internal dan eksternal. Manfaat dari analisis usaha ini yaitu
mampu memberikan informasi apakah usaha yang telah dijalankan tersebut
efisien dan memberikan keuntungan serta layak untuk diusahakan jangka
panjang. Analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan
eksternal industri jamur tiram.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Berapa besarnya biaya, penerimaaan, keuntungan dan profitabilitas usaha
agroindustri jamur tiram di Kota Pekanbaru?
2. Apakah usaha agroindustri pengolahan jamur tiram di Kota Pekanbaru
yang diusahakan beresiko?
3. Bagaimana kelayakan usaha agroindustri pengolahan jamur tiram di Kota
Pekanbaru dengan melihat Break Event Point (BEP) dan R/C Ratio?
4. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha agroindustri pengolahan
jamur tiram di Kota Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian analisis usaha dan strategi pengembangan
agroindustri pengolahan jamur tiram di Kota Pekanbaru adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan
profitabilitas usaha agroindustri pengolahan jamur tiram di Kota
Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui resiko usaha agroindustri pengolahan jamur tiram di
Kota Pekanbaru.
3. Untuk mengetahui kelayakan usaha agroindustri pengolahan jamur tiram
di Kota Pekanbaru.
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha agroindustri pengolahan
jamur tiram di Kota Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, makalah penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan lebih luas mengenai agroindsutri pengolahan
jamur tiram menjadi berbagai jenis produk di Kota Pekanbaru serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metode dan Komunkasi Ilmiah di Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
2. Bagi Pemerintah Daerah di Kota Pekanbaru, diharapkan makalah
penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pertimbangan
dalam peyusunan kebijakan terutama yang berhubungan dengan
agroindustri pengolahan jamur tiram.
3. Bagi pelaku usaha agroindustri, makalah penelitian ini dapat memberikan
gambaran terkait keberjalanan usaha, sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi serta pemikiran dan pertimbangan dalam mengembangkan usaha
yang lebih baik dan terus meningkat.
4. Bagi pihak lain, makalah penelitian ini diharapkan menjadi tambahan
informasi, pengetahuan, wawasan dan referensi dalam kepenulisan ilmiah
selanjutnya.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


1. Agroindustri
Agroindustri merupakan kegiatan industri yang memanfaatkan hasil
pertanian sebagai bahan baku untuk diolah menjadi berbagai jenis produk
olahan. Kegiatan pertanian dimasa mendatang kini mulai beralih dari
upaya untuk meningkatkan produksi ke upaya pengolahan produk
pertanian agar menjadi lebih lama tersedia, meningkatkan ekonomi dan
memudahkan penyimpanannya (Murthi, 2012).
Agoindustri diharapkan mampu memberikan banyak manfaat bagi
pelaku pertanian terutama dalam peningkatan kesejahteraan petani.
Meningkatkan kesejahteraan petani dimulai dari usaha peningkatan
produksi dan produktivitas sektor pertanian secara kuantitas dan kualitas.
Peningkatan produksi dibarengi dengan pengolahan lebih lanjut di sektor
industri. Pengolahan produksi pertanian tersebut akan memberikan nilai
tambah bagi petani. Sektor industri yang mengolah produk pertanian
disebut agroindustri. Jadi agroindustri perlu dikembangkan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani (Prianto, 2011).
Produk pertanian dan agroindustri semakin diharapkan perannya
dewasa ini dalam pembangunan nasional. Pengembangan agroindustri
diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan yang mendorong
peningkatan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Jika
agroindustri di hilir berkembang maka kebutuhan bahan bakunya akan
menyerap produk usahatani di hulu. Demikian hal ini akan menyerap
produk input di subsektor bisnis akan berjalan dengan lancer dan
mengintegrasikan sub sektor lainnya maka agribisnis sebagai suatu sistem
akan berkembang secara bersama-sama (Nainggolan et al., 2017).
2. Jamur Tiram Putih
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu
lainnya. Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi,
thiamin dan ribolflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur
lainnya. Setiap 100 gram jamur tiram putih mengandung ptotein 19-35%
dengan 9 macam asam amino, lemak 1,7-2,2% terdiri dari 72% asam
lemak tak jenuh. Sedangkan karbohidrat jamur terdiri dari thiamin,
riboflavin dan niasin yang merupakan vitamin B utama dalam jamur tiram,
selain vitamin D dan C mineralnya terdiri dari K, P, Na, Ca, Mg, Zn, Fe,
Mn, Co dan Pb. Mikroelemen yang bersifat logam sangat rendah sehingga
aman dikosumsi setiap hari (Nasution, 2016).
Jamur tiram putih (Plaerotus ostreatus) merupakan jamur kayu yang
cukup popular dan banyak diminati oleh masyarakat karena tampilannya
yang menarik, cita rasanya lezat, kaya akan nutrisi dan rendah lemak
sehingga sangat baik untuk dikonsumsi. Jamur tiram dapat bermanfaat
sebagai obat untuk menurunkan kadar kolesterol darah, meningkatkan
daya tahan tubuh, mencegah tekanan darah tinggi, dan mencegah tumor
atau kanker. Jamur tiram dapat dikonsumsi dalam keadaan segar sebagai
lauk yang biasanya dicampur dengan daging, ikan atau sayuran lain dan
dapat pula dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti sosis, keripik, nugget,
abon dan bakso.
Jamur tiram putih banyak dibudidayakan di Indonesia karena sifatya
yang adaptif terhadap perubahan lingkungan dan memiliki produktifitas
tinggi. Namun jamur tiram putih yang telah dipanen akan mudah rusak
karena kandungan airnya yang tinggi yaitu 86,6%. Dimana semakin tinggi
kadar air bebas yang terkandung dalam bahan pangan, maka akan semakin
cepat bahan pangan tersebut rusak karena aktivitas mikroorganisme
(Lisa, 2015).
3. Biaya
Menurut Warisno (2010), biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha dalam proses produksi yang siap
dipasarkan. Biaya produksi ini dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap merupakan biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan
oleh pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat output produksi.
Kategori yang termasuk kedalam biaya tetap ini diantaranya biaya penyusutan
alat, upah tenaga kerja, dan biaya sewa kantor atau gedung. Biaya variabel
adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai akibat penggunaan
faktor produksi yang bersifat variabel, sehingga biaya ini besaranya berubah-
ubah dengan berubahnya barang yang dihasilkan dalam
Biaya total adalah jumlah biaya total produksi yang dikeluarkan
perusahaan, yakni penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
jangka pendek (Short run cost) berkaitan dengan penggunaan biaya itu
dalam situasi atau waktu yang pendek. Jumlah masukan (faktor produksi)
dalam perusahaan jumlahnya tidak sama serta dapat berubah-ubah
(Ibrahim, 2009).
4. Keuntungan
Keuntungan adalah total penerimaan dikurangi biaya total. Jadi,
keuntungan ditentukan oleh dua hal yaitu penerimaan dan biaya. Jika
perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap
output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Maka
keuntungan terima akan menurun, keuntungan akan maksimal jika
perubahan sama dengan perubahan biaya (Nikmat, 2016).
5. Penerimaan
Penerimaan adalah perhitungsn dari seluruh produk yang dihasilkan
kemudian dikalikan dengan tingkat harga yang sedang berlaku dan
dinyatakan atau dinilai dengan sejumlah uang. Selanjutnya dikatakan juga
bahwa penerimaan usaha merupakan perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual yang berlaku (Ratna, 2010).

6. Break Event Point (BEP)


Analisis pulang pokok (Break Even Point) merupakan analisis titik
impas untuk mengetahui usaha industri mendatangkan keuntungan atau
kerugian. Pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan apabila total
penerimaan lebih dari total biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, pelaku
usaha akan mengalami kerugian apabila total penerimaan lebih kecil dari
total biaya yang dikeluarkan. Apabila total penerimaan yang diperoleh
besarnya sama dengan total biaya yang dikeluarkan, maka pengusaha tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian. Kondisi ini disebut dengan titik
pulang pokok atau titik impas (Nikmat, 2016).
7. Efisiensi R/C
Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya
penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan
menggunakan R/C ratio. R/C ratio adalah singkatan dari Retun Cost Ratio
atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah R/C > 1
berarti usaha industri yang dijalankan sudah efisien, (2) R/C = 1 berarti
usaha industri yang dijalankan belum efisien atau mencapai titik impas,
R/C < 1 berarti usaha industri yang dijalankan tidak efisien
(Ibrahim, 2009).
8. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan faktor-faktor pendorong dan penghambat pertumbuhan
perkembangan sektor industri. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
acaman (threats). Hal ini dapat juga disebut dengan analisis situasi dan
model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Analisis SWOT membandingkan faktor eksternal yaitu peluang dan
ancaman dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan
(Maemonah, 2015).
2.2 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah usaha jamur tiram. Industri
pengolahan jamur tiram di Kota Pekanbaru yang berjumlah 9 unit usaha.
Dengan diketahuinya jumlah populasi penelitian, maka pengambilan jumlah
sampel penelitian dilakukan dengan sensus. Penelitian ini menggunakan data
primer data data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data kuesioner dan wawancara.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tinjauan kepustakaan
melalui literatur, jurnal-jurnal, artikel penelitian terdahulu yang dapat
memberikan informasi.
1. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah salah satu metode
dalam meneliti status kelompok suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian ini yaitu membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,
faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan
untuk kemudian di analisis.
2. Metode Pengumpulan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru, Riau. Lokasi tersebut
dipilih karena jumlah pelaku usah yang mengolah jamur tiram mengalami
perkembangan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dengan jumlah usaha
yang bertambah, harga produk olahan jamur tiram naik dan nilai penjualan
produk juga mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2012 sampai
dengan 2014 usaha jamur tiram di Kota Pekanbaru mengalami berbagai
permasalahan yang menyebabkan penurunan jumlah usaha produk olahan
jamur tiram.

3. Metode Analisis data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Analisis Penerimaan, Biaya dan Keuntungan
2) Analisis Resiko
3) Analisis Kelayakan usaha
4) Analisis SWOT
BAB 3. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas bahwasannya


agroindustri jamur tiram di Kota Pekanbaru mengalami perkembangan dan masih
terdapat permasalahan baik internal maupun eksternal. Maka penelitian ini
diharapkan dapat menganalisis usaha agroindustri jamur tiram dan strategi
pengembangan usahanya untuk mengetahui kelayakan keberlanjutan usaha yang
dijalankan serta memberikan rekomendasi strategi pengembangan yang dapat
digunakan oleh usaha jamur tiram di Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan
terdiri dari metode dasar yaitu metode deskriptif analisis dengan jenis sumber data
primer dan sekunder, metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara responden dan kuesioner serta metode analisis data yang teridir dari
analisis penerimaan, biaya dan keuntungan, analisis kelayakan usaha yang terdiri
dari BEP dan R/C Ratio serta analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal dari industri usaha jamur tiram di Kota Pekanbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Fatria, A. M. 2017. Strategi pengembangan industri rumah tangga di Kota


Pekanbaru (studi kasus usaha jamur crispy industri pengolahan jamur
tiram). JOM Fekon 4(1): 283-297.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lisa, M. 2015. Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap mutu tepung jamur
tiram putih (Plaerotus ostreatus). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem 3(3): 270-279.
Maemonah, S. 2015. Strategi pengembangan industri kecil gula aren di
Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Economics Development
Analysis Journal 4(4): 414-426.
Murthi, B.K. 2012. Ekonomi Gula. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Nainggolan, L. H., Aritonang, J. 2017. Analisis integrasi subsistem agribisnis ubi
kayu di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. AGRIUM:
Jurnal Ilmu Pertanian 20(3): 204-210.
Nasution, J. 2016. Kandungan karbohidrat dan protein jamur tiram putih
(Plaerotus ostreatus) pada media tanam serbuk kayu kemiri (Aleurites
moluccana) dan serbuk kayu campuran. Jurnal Eksakta 1(1): 38-41.
Nikmat, Iksan, G., dan Rina Febrinova. 2016. Analisis usaha agroindustri keripik
ubi di Desa Pasir Utama Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal Mahasiswa Fakultas Pertanian UPP 3(1): 7-14.
Ratna. 2010. Analisis Usaha Tani Kedelai. Jakarta: Balai Aksara.
Warisno. 2010. Meraup Untung sari Olahan Kedelai. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai