DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1.4. Luaran
BAB II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
2.1. Manajemen Usaha
2.2. Strategi Pemasaran
2.3. Analisis Keuangan Usaha
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.2. Rancangan Pelaksanaan
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Tahap Produksi
3.5. Tahap Pemasaran
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Contoh kemasan yang digunakan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Tabel 4.2. Format Jadwal Kegiatan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jamur tiram (Pleurotus sp.) sudah cukup dikenal di masyarakat luas, baik di
Indonesia maupun di berbagai Negara. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah
dibudidayakan di Cina sejak 1.000 tahun silam. Sementara itu, di Indonesia, jamur tiram
mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo. Varietas yang umum digunakan
adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), meskipun varietas jamur tiram yang lain
ada, pembudidayaannya kurang populer (Rahmat & Nurhidayat, 2011).
Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9 asam amino esensial dengan
kadar protein 19-35%. Secara alami, jamur ini banyak ditemukan tumbuh di batang-batang
kayu lunak, seperti pohon kapuk, sengon, damar, dan karet yang telah lapuk atau mati.
Idealnya jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter
dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman
atau pH 6-7. (Redaksi Agromedia, 2009).
Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan
dengan teknik yang sederhana. Harga jamur tiram hasil budidaya relatif mahal, sedangkan
bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh, seperti
serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan
berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya. Selain itu, budidaya tidak kenal musim,
sehingga setiap saat dapat menghasilkan hasil produksi. Jamur tiram cukup toleran
terhadap lingkungan dan tidak memerlukan persyaratan khusus dalam budidayanya,
sehingga dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat berbentuk segar, kering, serta
menjadi bahan olahan seperti tumis, pepes, keripik jamur tiram dan untuk campuran sayur.
Dengan pertimbangan tersebut maka budidaya jamur tiram menjadi peluang usaha yang
menjanjikan dan menguntungkan sehingga perlu dikembangkan. Jika dilihat di pasar
swalayan maupun pasar tradisional khususnya di Pekanbaru, belum banyak
diperjualbelikan jamur tiram. Hal ini disebabkan bukan karena tidak laku di pasaran
melainkan masih minimnya pengusaha atau petani jamur tiram yang berminat untuk
membudidayakannya. Kurangnya minat para petani disebabkan rendahnya pengetahuan
tentang teknik budidaya dan sampai sejauh mana keuntungan yang diperoleh jika
dibandingkan dengan bercocok tanam pada beberapa komoditas pertanian lainnya
(Sutarja, 2010).
Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Kandungan
protein nabati yang dikandungnya mencapai 10-30%. Persentase tersebut menunjukkan
bahwa kandungan protein jamur tiram lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan
protein di dalam asparagus, kol dan kentang, empat kali lipat dibandingkan dengan tomat
dan wortel, dan enam kali lipat dibandingkan dengan buah jeruk. Bila dihitung dari berat
kering kandungan proteinnya adalah 19-35%, sementara beras hanya 7,3%, gandum
13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2% (Redaksi Agromedia, 2009).
Menurut Yanuati (2007), pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat tergantung
pada banyaknya nutrisi yang ada atau tersedia dalam media yang dapat diserap dan
digunakan oleh jamur. Kandungan nutrisi di dalam kayu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram ini masih sedikit, sehingga perlu
ditambahkan dengan bahan lainnya yang mengandung sumber nutrisi dalam jumlah
banyak. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, pada media tanam ditambahkan
dedak sebagai sumber nutrisi.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang jamur tiram dapat meningkatkan
minat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, bersih dan bermanfaat. Dilihat dari segi
kesehatan, jamur tiram berguna sebagai pencegah hipertensi, mencegah kanker dan
mengandung lovastatin (penurun kolesterol), kaya akan gizi, vitamin, mineral dan
karbohidrat. (http://jamur58.wordpress.com). Jamur tiram merupakan sayuran yang dahulu
dikonsumsi oleh para bangsawan, dan orang-orang tertentu dengan cara dimasak sebagai
sayur, namun sekarang ini jamur tiram dapat diolah menjadi berbagai jenis produk seperti
sup, burger, nugget, bakso, kripik crispy dan masih banyak lagi.
Keripik jamur ini merupakan cemilan hasil produksi, kadaluarsanya yang dapat
diprediksi karena makanan ini juga merupakan jenis makanan kering. Hal tersebut
membuat keripik jamur akan lebih mudah dipasarkan apabila dikemas secara tepat.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya usaha jamur tiram (Omchi):
1. Mendidik dan menanamkan sifat berwiraswasta.
2. Untuk mengetahui olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang dapat
diterima oleh konsumen.
3. Untuk mengetahui jenis olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang sehat
dan bergizi dan paling banyak disukai oleh konsumen.
1.3. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut.
2. Secara teoritis dapat menambah informasi tentang olahan jamur tiram putih yang
lebih disukai oleh konsumen.
3. Secara praktis dapat memanfaatkan jamur tiram putih untuk dibuat berbagai
produk olahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
1.4. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Masyarakat dapat mengerti dan mampu melaksanakan budidaya jamur pangan,
pengolahan hingga produksi jamur tiram
2. Tersedianya usaha alternatif untuk menambah pendapatan bagi masyarakat yang
bekerja sebagai penambang dan pencuci pasir.
3. Menyadarkan warga akan pentingnya kelestarian lingkungan.
1.000.000−600.000
Gross Profit Margin = x 100% = 40%
1.000 .000
200.000
Net Profit Margin = x 100% = 20%
1.000.000
200.000
ROI = x 100% = 13,33%
1.5 00.000
Artinya, omchi memiliki rasio lancar sebesar 1.6, yang menunjukkan kemampuan
yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
4.0 00.000
Inventory Turnover Ratio = =4
1.000 .000
3.00 0 .000
Break-Even Point (in units) = = 100
5 0.000−20.000
Artinya, omchi harus menjual minimal 100 unit jamur tiram agar mencapai titik
impas.
Dengan melakukan analisis keuangan seperti ini, omchi dapat memahami kinerja
keuangannya secara lebih baik, mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian
lebih lanjut, dan membuat keputusan yang lebih baik untuk mengembangkan bisnisnya.
2. Waktu:
a. Musim dan Iklim:
Budidaya jamur tiram dapat dilakukan sepanjang tahun dalam kondisi
iklim yang tepat. Namun, beberapa varietas jamur tiram mungkin lebih
cocok untuk musim tertentu.
Jika budidaya dilakukan di luar ruangan, iklim harus diperhitungkan
untuk memastikan kondisi optimal tumbuh.
b. Sirkulasi Pasar:
Mengingat jamur tiram memiliki umur simpan yang terbatas setelah
panen, waktu produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar yang
berfluktuasi.
Memilih waktu produksi yang memaksimalkan permintaan dan harga jual
produk.
3. Pengelolaan Lingkungan:
a. Suhu dan Kelembaban:
Jamur tiram biasanya tumbuh pada suhu sekitar 20-25°C dengan
kelembaban udara sekitar 80-90%.
Memastikan kontrol suhu dan kelembaban yang tepat di dalam fasilitas
budidaya.
b. Pencahayaan:
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya langsung, namun, pencahayaan
indirek atau buatan dapat membantu dalam proses pertumbuhan.
Menyesuaikan pencahayaan dengan kebutuhan jamur tiram selama tahap
pertumbuhan dan pembentukan.
Memperhitungkan faktor-faktor ini dalam pemilihan waktu dan tempat
pelaksanaan budidaya jamur tiram (omchi) akan membantu dalam mencapai hasil yang
optimal dan meningkatkan efisiensi produksi serta distribusi produk.
Sebelum memulai budidaya jamur tiram, penting untuk memilih lokasi yang tepat.
Lokasi idealnya teduh, terhindar dari sinar matahari langsung, dan memiliki ventilasi baik.
Temperatur ruangan idealnya 20-25°C dan kelembaban 80-90%. Siapkan kumbung atau rak
untuk menampung baglog (media tanam jamur). Bahan utama adalah baglog (media tanam
jamur) yang terbuat dari campuran serbuk gergaji, dedak padi, dan kapur dengan
perbandingan 80:15:5. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan
panas (baglog) dan disterilisasi dengan cara dikukus selama 2-3 jam pada suhu 121°C.
Setelah di steril, baglog dibiarkan dingin dan siap ditanami bibit jamur. Bibit jamur tiram
ditanam pada baglog yang telah dingin. Lubang kecil dibuat pada baglog dan bibit jamur
dimasukkan ke dalam lubang tanam. Lubang kemudian ditutup dengan kapas atau tisu.
Baglog yang telah ditanami bibit diinkubasi di ruangan gelap selama 10-14 hari. Selama masa
inkubasi dan pertumbuhan jamur, penting untuk menjaga temperatur dan kelembaban
ruangan sesuai kebutuhan. Penyiraman baglog dilakukan 2-3 kali sehari dengan sprayer.
Sirkulasi udara di dalam kumbung harus dipastikan baik. Pencahayaan minimal 6 jam per
hari juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur.
Jamur siap panen setelah 3-4 minggu setelah penanaman bibit. Ciri-ciri jamur siap
panen adalah tudung masih kuncup, belum pecah, dan berwarna putih bersih. Panen
dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau tajam. Setelah panen, jamur disortir
berdasarkan ukuran dan kualitas. Jamur kemudian dikemas dalam plastik atau wadah yang
bersih dan disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Jamur dapat dipasarkan ke pasar
tradisional, supermarket, atau restoran. Gambar 3.1. Contoh kemasan yang digunakan
Kapasitas produksi budidaya jamur untuk setiap harinya bisa bervariasi, bisa mencapai 10kg
perharinya. Kapasitas ini juga mengacu pada jumlah jamur yang dapat dihasilkan per satuan
waktu. Kapasitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas jamur, cuaca,
hama, dan penyakit yang dapat memengaruhi produksi jamur.
1 2 3
DAFTAR PUSTAKA