Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1.4. Luaran
BAB II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
2.1. Manajemen Usaha
2.2. Strategi Pemasaran
2.3. Analisis Keuangan Usaha
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3.2. Rancangan Pelaksanaan
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Tahap Produksi
3.5. Tahap Pemasaran
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Contoh kemasan yang digunakan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Tabel 4.2. Format Jadwal Kegiatan

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jamur tiram (Pleurotus sp.) sudah cukup dikenal di masyarakat luas, baik di
Indonesia maupun di berbagai Negara. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah
dibudidayakan di Cina sejak 1.000 tahun silam. Sementara itu, di Indonesia, jamur tiram
mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo. Varietas yang umum digunakan
adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), meskipun varietas jamur tiram yang lain
ada, pembudidayaannya kurang populer (Rahmat & Nurhidayat, 2011).
Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9 asam amino esensial dengan
kadar protein 19-35%. Secara alami, jamur ini banyak ditemukan tumbuh di batang-batang
kayu lunak, seperti pohon kapuk, sengon, damar, dan karet yang telah lapuk atau mati.
Idealnya jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter
dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman
atau pH 6-7. (Redaksi Agromedia, 2009).
Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan
dengan teknik yang sederhana. Harga jamur tiram hasil budidaya relatif mahal, sedangkan
bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh, seperti
serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan
berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya. Selain itu, budidaya tidak kenal musim,
sehingga setiap saat dapat menghasilkan hasil produksi. Jamur tiram cukup toleran
terhadap lingkungan dan tidak memerlukan persyaratan khusus dalam budidayanya,
sehingga dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat berbentuk segar, kering, serta
menjadi bahan olahan seperti tumis, pepes, keripik jamur tiram dan untuk campuran sayur.
Dengan pertimbangan tersebut maka budidaya jamur tiram menjadi peluang usaha yang
menjanjikan dan menguntungkan sehingga perlu dikembangkan. Jika dilihat di pasar
swalayan maupun pasar tradisional khususnya di Pekanbaru, belum banyak
diperjualbelikan jamur tiram. Hal ini disebabkan bukan karena tidak laku di pasaran
melainkan masih minimnya pengusaha atau petani jamur tiram yang berminat untuk
membudidayakannya. Kurangnya minat para petani disebabkan rendahnya pengetahuan
tentang teknik budidaya dan sampai sejauh mana keuntungan yang diperoleh jika
dibandingkan dengan bercocok tanam pada beberapa komoditas pertanian lainnya
(Sutarja, 2010).
Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Kandungan
protein nabati yang dikandungnya mencapai 10-30%. Persentase tersebut menunjukkan
bahwa kandungan protein jamur tiram lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan
protein di dalam asparagus, kol dan kentang, empat kali lipat dibandingkan dengan tomat
dan wortel, dan enam kali lipat dibandingkan dengan buah jeruk. Bila dihitung dari berat
kering kandungan proteinnya adalah 19-35%, sementara beras hanya 7,3%, gandum
13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2% (Redaksi Agromedia, 2009).
Menurut Yanuati (2007), pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat tergantung
pada banyaknya nutrisi yang ada atau tersedia dalam media yang dapat diserap dan
digunakan oleh jamur. Kandungan nutrisi di dalam kayu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram ini masih sedikit, sehingga perlu
ditambahkan dengan bahan lainnya yang mengandung sumber nutrisi dalam jumlah
banyak. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, pada media tanam ditambahkan
dedak sebagai sumber nutrisi.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang jamur tiram dapat meningkatkan
minat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, bersih dan bermanfaat. Dilihat dari segi
kesehatan, jamur tiram berguna sebagai pencegah hipertensi, mencegah kanker dan
mengandung lovastatin (penurun kolesterol), kaya akan gizi, vitamin, mineral dan
karbohidrat. (http://jamur58.wordpress.com). Jamur tiram merupakan sayuran yang dahulu
dikonsumsi oleh para bangsawan, dan orang-orang tertentu dengan cara dimasak sebagai
sayur, namun sekarang ini jamur tiram dapat diolah menjadi berbagai jenis produk seperti
sup, burger, nugget, bakso, kripik crispy dan masih banyak lagi.
Keripik jamur ini merupakan cemilan hasil produksi, kadaluarsanya yang dapat
diprediksi karena makanan ini juga merupakan jenis makanan kering. Hal tersebut
membuat keripik jamur akan lebih mudah dipasarkan apabila dikemas secara tepat.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya usaha jamur tiram (Omchi):
1. Mendidik dan menanamkan sifat berwiraswasta.
2. Untuk mengetahui olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang dapat
diterima oleh konsumen.
3. Untuk mengetahui jenis olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang sehat
dan bergizi dan paling banyak disukai oleh konsumen.
1.3. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut.
2. Secara teoritis dapat menambah informasi tentang olahan jamur tiram putih yang
lebih disukai oleh konsumen.
3. Secara praktis dapat memanfaatkan jamur tiram putih untuk dibuat berbagai
produk olahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
1.4. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Masyarakat dapat mengerti dan mampu melaksanakan budidaya jamur pangan,
pengolahan hingga produksi jamur tiram
2. Tersedianya usaha alternatif untuk menambah pendapatan bagi masyarakat yang
bekerja sebagai penambang dan pencuci pasir.
3. Menyadarkan warga akan pentingnya kelestarian lingkungan.

BAB II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA


2.1. Manajemen Usaha
Setelah menyusun strukturisasi, usaha ini sudah memiliki personil yaitu CEO
(Chief Executive Officer) yang bertanggung jawab langsung atas keseluruhan perusahaan,
serta bertanggung jawab atas pengambilan keputusan strategis dan pengelolaan
keseluruhan operasional bisnis, COO (Chief Operating Officer) sebagai pengatur
operasional dari perusahaan, CCO (Chief Creative Officer) sebagai tim kreatif perusahaan,
CMO (Chief Marketing Officer) sebagai pengatur strategi pemasaran perusahaan, dan
CFO (Chief Financial Officer) sebagai penanggung jawab atas keuangan perusahaan.
 Pembimbing : Hendra Halim, M.E.
 Kuasa Hukum : -
 Penasihat Financial : -
Tujuan dari dibangunnya bisnis ini adalah memproduksi dan memasarkan jamur
tiram berkualitas tinggi dengan efisiensi biaya yang optimal, serta menjadi pemimpin
pasar dalam industri jamur lokal. Karyawan yang akan dipekerjakan terbagi menjadi dua
tim yaitu tim produksi untuk budidaya jamur dan tim pemasaran dan penjualan untuk
memasarkan produk ke pelanggan.
2.2. Strategi Pemasaran
Segmentasi Pasar:
 Pelanggan ritel (individu dan keluarga).
 Restoran dan hotel.
 Pemasok makanan lokal.
Penetapan Harga:
 Harga bersaing dengan penekanan pada kualitas produk.
 Diskon volume untuk pelanggan grosir seperti restoran dan hotel.
Saluran Distribusi:
 Penjualan langsung ke konsumen melalui toko online.
 Kerjasama dengan toko-toko grosir dan pedagang lokal.
 Penyediaan ke restoran dan hotel melalui kesepakatan langganan.
Promosi:
 Media sosial: Aktif di platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter untuk
memperkenalkan produk, berbagi resep, dan menarik pelanggan.
 Kampanye iklan online: Memanfaatkan Google Ads dan iklan media sosial untuk
meningkatkan visibilitas.
 Demonstrasi produk: Mengadakan demo produk di toko-toko makanan lokal dan
acara pasar petani.

2.3. Analisis Keuangan Usaha


Proyeksi Pendapatan:
 Perkiraan penjualan bulanan berdasarkan harga jual dan volume penjualan.
 Pertumbuhan pendapatan yang diharapkan dari perluasan saluran distribusi dan
peningkatan merek.
Biaya Produksi:
 Biaya bahan baku (media tumbuh, bibit, dll.).
 Biaya operasional (listrik, air, tenaga kerja, dll.).
 Biaya pemasaran dan penjualan (iklan, promosi, dll.).
Proyeksi Laba Bersih:
 Menghitung laba bersih dengan mengurangkan biaya produksi dan operasional dari
pendapatan kotor.
 Mempertimbangkan margin keuntungan yang diharapkan untuk menentukan
kelayakan bisnis.
Pengelolaan Kas:
 Membuat rencana kas mingguan dan bulanan untuk memastikan ketersediaan dana
yang cukup untuk operasional sehari-hari.
 Menyusun anggaran modal untuk investasi jangka panjang seperti peralatan
tambahan atau ekspansi fasilitas.
Rencana usaha ini akan memberikan panduan yang jelas untuk pengelolaan bisnis
jamur tiram (omchi), memastikan keberlanjutan operasional dan pertumbuhan yang
berkelanjutan.
Analisis keuangan untuk usaha jamur tiram (omchi) dengan menggunakan
beberapa metrik, sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor):
Misalkan dalam tahun tertentu, omchi menghasilkan total pendapatan sebesar
1.000.000 dan biaya produksi (termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya
lainnya) sebesar 600.000. Maka,

1.000.000−600.000
Gross Profit Margin = x 100% = 40%
1.000 .000

Artinya, omchi memiliki margin laba kotor sebesar 40%.

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih):


Misalkan setelah dikurangi dengan biaya operasional, bunga, dan pajak, omchi
memiliki laba bersih sebesar 200.000. Maka,

200.000
Net Profit Margin = x 100% = 20%
1.000.000

Artinya, omchi memiliki margin laba bersih sebesar 20%.

3. Return on Investment (ROI) (Pengembalian Investasi):


Jika omchi telah menginvestasikan total 1.500.000 dalam bisnisnya, dan laba
bersihnya dalam tahun tersebut adalah 200.000, maka

200.000
ROI = x 100% = 13,33%
1.5 00.000

Artinya, omchi mendapatkan ROI sebesar sekitar 13.33%.

4. Current Ratio (Rasio Lancar):


Jika aset lancar omchi (termasuk kas, piutang, dan persediaan) sebesar 800.000
dan kewajiban lancar (utang dagang, hutang lancar, dll.) sebesar 500.000, maka
8 00.000
Current Ratio = = 1.6
5 00.000

Artinya, omchi memiliki rasio lancar sebesar 1.6, yang menunjukkan kemampuan
yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

5. Inventory Turnover Ratio (Rasio Perputaran Persediaan):


Jika biaya barang yang terjual (Cost of Goods Sold - COGS) omchi dalam tahun
tersebut adalah 4.000.000, dan rata-rata nilai persediaan selama tahun tersebut
adalah 1.000.000, maka

4.0 00.000
Inventory Turnover Ratio = =4
1.000 .000

Artinya, omchi memiliki rasio perputaran persediaan sebesar 4, yang menunjukkan


bahwa persediaannya berputar sebanyak 4 kali selama tahun tersebut.

6. Break-Even Point (Titik Impas):


Jika omchi memiliki biaya tetap (fixed costs) sebesar 300.000 dan setiap unit
jamur tiram terjual dengan harga 50.000 dan biaya variabel per unit adalah 20.000,
maka

3.00 0 .000
Break-Even Point (in units) = = 100
5 0.000−20.000

Artinya, omchi harus menjual minimal 100 unit jamur tiram agar mencapai titik
impas.

Dengan melakukan analisis keuangan seperti ini, omchi dapat memahami kinerja
keuangannya secara lebih baik, mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian
lebih lanjut, dan membuat keputusan yang lebih baik untuk mengembangkan bisnisnya.

BAB III. METODE PELAKSANAAN


3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan budidaya jamur tiram (omchi) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor termasuk iklim, kebutuhan tumbuh jamur tiram, dan infrastruktur
yang tersedia. Berikut adalah beberapa pertimbangan umum:
1. Tempat:
a. Fasilitas Budidaya:
 Tempat yang dapat diatur suhu dan kelembaban udara untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh jamur tiram.
 Ruangan yang bersih dan terisolasi dari kontaminasi untuk mencegah
infeksi jamur lain.
b. Aksesibilitas:
 Tempat yang mudah diakses oleh pasokan air bersih dan listrik.
 Dekat dengan pasar atau konsumen potensial untuk memfasilitasi
distribusi produk.
c. Ruang Produksi:
 Area yang cukup untuk instalasi rak atau tempat tidur (beds) yang
diperlukan untuk menanam jamur tiram.
 Tempat penyimpanan bahan baku dan perlengkapan produksi.

2. Waktu:
a. Musim dan Iklim:
 Budidaya jamur tiram dapat dilakukan sepanjang tahun dalam kondisi
iklim yang tepat. Namun, beberapa varietas jamur tiram mungkin lebih
cocok untuk musim tertentu.
 Jika budidaya dilakukan di luar ruangan, iklim harus diperhitungkan
untuk memastikan kondisi optimal tumbuh.

b. Sirkulasi Pasar:
 Mengingat jamur tiram memiliki umur simpan yang terbatas setelah
panen, waktu produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar yang
berfluktuasi.
 Memilih waktu produksi yang memaksimalkan permintaan dan harga jual
produk.

c. Perawatan dan Pemantauan:


 Waktu yang cukup untuk merawat dan memantau pertumbuhan jamur
tiram secara teratur.
 Memperhitungkan waktu untuk proses panen dan pemrosesan produk.

3. Pengelolaan Lingkungan:
a. Suhu dan Kelembaban:
 Jamur tiram biasanya tumbuh pada suhu sekitar 20-25°C dengan
kelembaban udara sekitar 80-90%.
 Memastikan kontrol suhu dan kelembaban yang tepat di dalam fasilitas
budidaya.

b. Pencahayaan:
 Jamur tiram tidak memerlukan cahaya langsung, namun, pencahayaan
indirek atau buatan dapat membantu dalam proses pertumbuhan.
 Menyesuaikan pencahayaan dengan kebutuhan jamur tiram selama tahap
pertumbuhan dan pembentukan.
Memperhitungkan faktor-faktor ini dalam pemilihan waktu dan tempat
pelaksanaan budidaya jamur tiram (omchi) akan membantu dalam mencapai hasil yang
optimal dan meningkatkan efisiensi produksi serta distribusi produk.

3.2. Rancangan Pelaksanaan


Rencana pelaksanaan ini didasarkan pada kelayakan usaha yang akan dilakukan ,
yaitu pemilihan lokasi dan pendirian usaha, potensi pasar, ketersediaan sumber daya
manusia (SDM), ketersediaan bahan baku, ketersediaan alat produksi, serta menganalisis
besarnya modal dalam proses produksi dan penjualan.

3.3. Alat dan Bahan


Peralatan yang diperlukan dalam budidaya jamur adalah Baglog (media tanam
jamur) yang terbuat dari campuran serbuk gergaji, dedak padi, dan kapur. Bibit jamur
tiram (miselium) untuk ditanam pada baglog. Alat sterilisasi seperti dandang, kompor, dan
termometer untuk mensterilkan baglog. Alat panen seperti pisau tajam dan keranjang
untuk memanen jamur. Alat bantu seperti rak, tali, sprayer, termometer, dan higrometer
untuk membantu proses budidaya, seperti mengatur temperatur, kelembaban, dan
penyiraman. Dengan persiapan yang matang, budidaya jamur tiram dapat berjalan dengan
lancar dan menghasilkan panen yang melimpah.

3.4. Tahap Produksi


3.4.1. Proses Persiapan
Dibutuhkan bibit jamur tiram, baglog, dan kapas yang berkualitas dan mudah
didapat di toko perlengkapan perkebunan di sekitar Banda Aceh. Bahan pembuatan
baglog (media tanam jamur) juga dapat dengan mudah dicari yaitu menggunakan
campuran serbuk gergaji, dedak padi, dan kapur.

3.4.2. Teknik Penanaman

Sebelum memulai budidaya jamur tiram, penting untuk memilih lokasi yang tepat.
Lokasi idealnya teduh, terhindar dari sinar matahari langsung, dan memiliki ventilasi baik.
Temperatur ruangan idealnya 20-25°C dan kelembaban 80-90%. Siapkan kumbung atau rak
untuk menampung baglog (media tanam jamur). Bahan utama adalah baglog (media tanam
jamur) yang terbuat dari campuran serbuk gergaji, dedak padi, dan kapur dengan
perbandingan 80:15:5. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan
panas (baglog) dan disterilisasi dengan cara dikukus selama 2-3 jam pada suhu 121°C.
Setelah di steril, baglog dibiarkan dingin dan siap ditanami bibit jamur. Bibit jamur tiram
ditanam pada baglog yang telah dingin. Lubang kecil dibuat pada baglog dan bibit jamur
dimasukkan ke dalam lubang tanam. Lubang kemudian ditutup dengan kapas atau tisu.
Baglog yang telah ditanami bibit diinkubasi di ruangan gelap selama 10-14 hari. Selama masa
inkubasi dan pertumbuhan jamur, penting untuk menjaga temperatur dan kelembaban
ruangan sesuai kebutuhan. Penyiraman baglog dilakukan 2-3 kali sehari dengan sprayer.
Sirkulasi udara di dalam kumbung harus dipastikan baik. Pencahayaan minimal 6 jam per
hari juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur.
Jamur siap panen setelah 3-4 minggu setelah penanaman bibit. Ciri-ciri jamur siap
panen adalah tudung masih kuncup, belum pecah, dan berwarna putih bersih. Panen
dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau tajam. Setelah panen, jamur disortir
berdasarkan ukuran dan kualitas. Jamur kemudian dikemas dalam plastik atau wadah yang
bersih dan disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Jamur dapat dipasarkan ke pasar
tradisional, supermarket, atau restoran. Gambar 3.1. Contoh kemasan yang digunakan

Gambar 3.1. Contoh kemasan 100gr yang digunakan

3.4.3. Evaluasi Produk Jamur

Evaluasi dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu: Ukuran, bentuk, warna,


tekstur, kebersihan, keawetan jamur harus sesuai dengan standar dan bebas dari hama dan
penyakit.

3.4.4. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi budidaya jamur untuk setiap harinya bisa bervariasi, bisa mencapai 10kg
perharinya. Kapasitas ini juga mengacu pada jumlah jamur yang dapat dihasilkan per satuan
waktu. Kapasitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas jamur, cuaca,
hama, dan penyakit yang dapat memengaruhi produksi jamur.

3.5. Tahap Pemasaran


3.5.1. Strategi Bisnis
Jamur tiram merupakan sayuran yang digemari banyak kalangan. Omchi
merupakan jamur tiram yang ditanam sendiri dan dikemas dengan menarik. Diproses dan
dibudidayakan dengan bahan-bahan yang sudah terjamin kualitasnya hingga proses
pengemasan yang dijaga ketat hingga penyimpanan produk yang dibuat agar tahan lama
dan higienis. Agar bisnis ini berjalan dengan baik dibutuhkan kepercayaan dan hubungan
yang baik dengan konsumen dan juga anggota tim bisnis yang selalu dapat bekerja sama
dan kompeten dalam pekerjaan.
3.5.2. Strategi Pemasaran ( Promosi)
Hal pertama yang konsumen perhatikan adalah kualitas jamur dan kemasan produk
sehingga dibutuhkan kemasan yang dapat menarik perhatian konsumen. Selain kemasan
yang menarik, kami akan menambah manfaat jamur tiram bagi kesehatan pada kemasan
sehingga akan menarik minat konsumen untuk membeli produk. Kemudian pada setiap
pembelian yang banyak, konsumen akan mendapatkan potongan harga. Promosi Omchi
akan dilakukan dengan cara berikut:
 Media Sosial
Menggunakan sosmed sebagai ajang promosi sehingga produk akan banyak
dikenal orang-orang.
Kami juga akan mengundang influencer lokal untuk me-review dengan jujur
produk kami di media sosialnya
 Sosialisasi Konsumen
Kami akan mengundang beberapa konsumen ke tempat produksi agar mereka
dapat melihat proses perkebunan Omchi dari tahap perkebunan hingga menjadi
suatu produk yang siap dijual. Dan diharapkan dengan ini konsumen semakin
percaya untuk mengkonsumsi produk. Dengan meningkatnya kepercayaan
konsumen, mereka akan mempromosikan Omchi pada orang-orang disekitar
mereka sehingga produk Omchi akan semakin dikenal kalangan luas.
3.5.3. Strategi Harga
Untuk penjualan kami menerapkan strategi cost-based pricing, yaitu penjualan
produk ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah
tertentu . Strategi ini kami lakukan dikarenakan agar dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya
overhead dan laba. Dan jika selama penjualan terjadinya ‘pengeluaran lebih besar daripada
pendapatan’, maka kami akan mengubah strategi menjadi berbasis permintaan konsumen yang
tetap sesuai dengan harga pasar. Dengan ini diharapkan harga ini dapat dijangkau konsumen.

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)

1 Bahan habis pakai Belmawa Rp. 2.000.000,0

Perguruan Tinggi RP. 700.000,00

Instansi Lain Rp. 250.000,00

2. Sewa dan Jasa Belmawa Rp. 2.000.000,00


Perguruan Tinggi Rp.320.000,00

Instansi Lain Rp.150.000,00

3 Transportasi lokal Belmawa Rp. 1.000.000,00

Perguruan Tinggi Rp. 400.000,00

Instansi Lain Rp. 200.000,00

4 Lain-lain Belmawa Rp. 1.000.000,00

Perguruan Tinggi Rp. 200.000,00

Instansi Lain Rp. 100.000,00

Jumlah Rp. 8.320.000.00

Rekap Sumber Dana Belmawa Rp. 6.000.000,00

Perguruan Tinggi Rp. 1.620.000,00

Instansi Lain (jika ada) Rp. 700.000,00

Jumlah Rp. 8.320.000.00


4.2. Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2. Format Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan Person Penanggung jawab

1 2 3

1 Perencanaan usaha Fathan Kamal Pasya

2 Konsultasi dosen pembimbing Rahmadika Fitria

3 Persiapan perlengkapan dan bahan Raid Naufal

4 Desain produk Fathan Kamal Pasya

5 Pelaksana produksi Raid Naufal

6 Evaluasi dan uji kelayakan produk Rahmadika Fitria

7 Pengemasan dan pemasaran produk Nada Shofiya Helda

8 Evaluasi dan penyusunan laporan Nada Shofiya Helda

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai