Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi.
Belakangan ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Hal ini
dikarenakan hampir seluruh bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan
untuk berbagai macam kebutuhan seperti pembuatan pupuk kompos, kayu bakar,
turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran, bahan dasar/bahan olahan untuk
minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil
dan asam organik bahan bakar nabati.
Jagung menempati posisi yang cukup penting dalam perekonomian
nasional. Hal ini dikarenakan jagung merupakan sumber karbohidrat sebagai
bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan. Selain bijinya,
biomassa

hijauan

jagung

juga

memiliki

peran

sebagai

pakan

dalam

pengembangan ternak sapi.


Rendahnya tingkat produksi jagung petani dapat mempengaruhi angka
produksi secara nasional. Hal ini mungkin berkaitan dengan penggunaan varietas,
pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman jagung, penggunaan benih yang tidak bersertifikat,
teknologi budidaya yang kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, dan
ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani. Terjadinya fluktuasi
produksi jagung di berbagai daerah dapat disebabkan faktor penggunaan varietas
lokal dan penggunaan turunan hibrida yang berpotensi hasil rendah, sehingga
peranan varietas unggul komposit atau bersari bebas diharapkan dapat menonjol
dalam potensi hasil per satuan luas. Salah satu alternatif untuk peningkatan
produksi jagung adalah penggunaan varietas bersari bebas karena mampu
menunjukkan keunggulan hasil pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Harga
yang bergerak fluktuatif dan cenderung rendah juga dinilai telah mempengaruhi
hasil produksi dan produktivitas tanaman jagung. Pasalnya, tak sedikit jumlah dari

petani jagung yang memilih mengalihkan tanamannya ke komoditas lain, yang


dianggap lebih menguntungkan.
Berdasarkan data realisasi tanam, panen dan target Dinas Pertanian Sumut
hingga bulan Oktober, produksi jagung Sumut tergolong rendah ketimbang
komoditas pangan yang lain. Jumlah produksinya, hingga dibulan kesepuluh baru
mencapai 915.740 ton, dengan realisasi tanamnya seluas 177.366 hektare dan luas
panen sebesar 164.731 hektare. Untuk kabupaten penghasil jagung terbesar,
kontribusinya diberikan oleh Kabupaten Karo sebesar 362.703 ton, selanjutnya
Kabupaten Simalungun 182.691 ton dan Kabupaten Dairi sebesar 109.957 ton.
Melihat kondisi rendahnya produksi jagung ditingkat petani, maka masih
sangat diperlukan kajian-kajian ulang penelitian yaitu dengan memodifikasi kultur
teknisnya guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Selain faktor
tersebut adanya masalah sosial yang dihadapi petani yaitu penanaman varietas
lokal secara terus menerus akibat keterbatasan modal disertai tidak adanya
program bantuan dan bimbingan teknis yang ditangani oleh Pemerintah.
Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi permasalahan yang terjadi pada ekonomi
komodtitas jagung di Indonesia.
2. Dengan meningkatnya produktivitas jagung, apakah setiap pihak
mendapatkan keuntungan juga.
3. Apakah peningkatan produktivitas komoditas jagung sudah cukup atau
layak dan sesuai untuk bersaing dengan jagung impor.
Tujuan Penulisan
1. Menganalisa struktur pasar dan perekonomian terutama pada komoditi
jagung pangan di Indonesia pada petani, pedagang dan pemerintah.
2. Menganalisa permasalahan komoditi jagung lokal di setiap sektor.
3. Merumuskan penyebab-penyebab kelemahan dalam ekonomi komditas
jagung skala nasional

Anda mungkin juga menyukai