Abstrak
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi sumberdaya sagu yang cukup besar, yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan mengubah lahan gambut dan rawa
menjadi lahan kebun kelapa sawit, akan lebih mengunungkan jika dikembangkan menjadi
kebun sagu, sebab reklamasi lahan rawa dan gambut menjadi lahan sawah akan lebih mahal
dan tidak layak dari hitungan ekonominya, jika dibandingkan reklamasi menjadi lahan kebun
sagu. Strategi pengembangan agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan
berdasarkan sistem agribisnis menggunakan 4 (empat) Subsistem Agribisnis yaitu
Subsistem Agribisnis Hulu (Upstream Agribisnis); Down Stream Agribisnis; On Farm
Agribisnis; dan Supporting Institution. Konsep pengembangan agroindustri sagu di
Kabupaten Indragiri Hilir adalah agroindustri berbasis tropis (tropical based agroindustry)
melalui pengembangan beberapa kluster. Kluster agroindustri yang dimaksud adalah kluster
agroindustri pangan dan pakan (food and feed) dan kluster energi nabati (biodiesel, etanol)
berbahan baku sagu. Kluster pakan dapat mengurangi dan meminimalisasi limbah akibat
industri tepung sagu. Karena industri pakan ternak diharapkan akan dapat memanfaatkan
limbah industri tepung sagu yang diduga menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Untuk
membangun keunggulan bersaing pada kluster pangan dan pakan serta klaster energi nabati
tersebut, Kabupaten Indragiri Hilir memerlukan suatu roadmap pengembangan agroindustri.
Roadmap yang dimaksud, yakni bergerak dari agroindutri yang dihela oleh pemanfaatan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven,
lalu bergerak ke agroindustri yang dihela pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau
capital-driven, dan kemudian melangkah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan
ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven.
bagian-bagian dari pohon sagu yang superior seperti halnya beras dan beberapa
digunakan sebagai bahan bangunan rumah. komoditas karbohidrat lainnya. Padahal,
Proses pembangunan perkebunan sagu sebagai penghasil sari pati terbesar tanaman
yang dilakukan menuntut adanya sistem sagu menjanjikan produksi pati sepanjang
ketahanan pangan nasional yang lebih baik. tahun. Setiap batang bisa memproduksi
Upaya ketahanan pangan ini bertujuan sekitar 200 kilogram (kg) tepung sagu basah
untuk dapat mempertahankan stabilitas per tahun, atau 25 hingga 30 ton per ha.
ketersediaan pangan untuk kebutuhan Usia tanaman sagu ini sekitar 7-10 tahun
secara nasional yang terus meningkat untuk bisa dipanen.
seiring dengan bertambahnya jumlah Kabupaten Indragiri Hilir memiliki
penduduk. Di sisi lain, terdapat potensi sumberdaya sagu yang cukup besar,
permasalahan degradasi lingkungan serta yang sangat potensial untuk dikembangkan.
alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan Sejalan dengan kondisi tersebut sangat
lain sehingga diperlukan kebijakan tentang diperlukan suatu kajian awal untuk
adanya lahan pangan yang bersifat abadi. memetakan potensi dan sebaran tanaman
Masalah penyediaan lahan pertanian skala sagu untuk menghasilkan arahan dan acuan
nasional berkaitan erat dengan kapasitas dalam menyusun strategi/kebijakan
produksi pangan yang ditentukan oleh luas peningkatan pendayagunaan potensi
lahan produksi, produktifitas lahan, tingkat sumberdaya alam, manusia dan pendukung
kebutuhan konsumsi pangan permodalan, sosial dan finansial yang ada di
(ketergantungan pada beras), laju luasan Kabupaten Indragiri Hilir. Dibandingkan
konversi, dan jumlah penduduk [1]. dengan mengubah lahan gambut dan rawa
Berbagai keunggulan sagu, seharusnya menjadi lahan kebun kelapa sawit, akan
mampu menggerakkan peneliti lokal untuk lebih mengunungkan jika dikembangkan
mengembangkan keragaman produk pangan menjadi kebun sagu, sebab reklamasi lahan
bernilai tambah tinggi yang berbasis sagu. rawa dan gambut menjadi lahan sawah akan
Tidak hanya di pasar domestik, melainkan lebih mahal dan tidak layak dari hitungan
mencari nilai tambah tinggi di pasar ekonominya, jika dibandingkan reklamasi
internasional. Dengan asupan teknologi menjadi lahan kebun sagu. Kabupaten
tepat guna yang didukung kontinuitas Indragiri Hilir salah satu Kabupaten di
pasokan tepung sagu, keuntungan dari Provinsi Riau yang berencana
agroindustri sagu di pastikan akan terus mengembangkan komoditi tanaman sagu
membesar untuk masa mendatang. sebagai salah satu komoditi unggulan
Pengembangan perkebunan sagu setelah tanaman kelapa dan kelapa sawit.
mendesak dilakukan, agar sagu tidak lagi Langkah awal yang dilakukan adalah
menjadi komoditas yang dimarginalkan. melakukan pemetaan dan pendataan potensi
Pengembangannya tentu saja memerlukan tanaman sagu. Dengan mengetahui potensi
kerja sama sinergis antara pengusaha, tanaman sagu maka pemerintah dapat
peneliti lokal dan pemerintah. Produksi sagu menyusun rencana strategis yang terukur
saat ini mencapai 200 ribu ton per tahun, dan aplikatif dalam pengembangan
namun baru 56% saja yang dimanfaatkan agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri
dengan baik. Padahal sagu tidak hanya Hilir.
dipakai industri. Akibatnya, kebutuhan
industri yang mencapai sekitar 200 ribu ton 2. TINJAUAN PUSTAKA
setiap tahun harus diimpor. Rendahnya 2.1. Manajemen Strategis
produksi sagu, karena pemerintah saat ini Strategi secara harfiah berarti siasat.
tidak serius mengembangkan budidaya Strategi merupakan alat untuk mencapai
tanaman tahunan itu. tujuan. Dalam perkembangannya konsep
Disamping itu kurangnya minat mengenai strategi terus berkembang. Strategi
masyarakat dalam mengelola sagu sebagai adalah tujuan jangka panjang dari suatu
akibat dari rendahnya kemampuan dalam perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi
memproduksi tepung sagu melebihi semua sumber daya yang penting untuk
kebutuhan masyarakat lokal, rendahnya mencapai tujuan tersebut [2].
kemampuan dalam mengolah tepung sagu Menurut Kotler menerangkan strategi
menjadi bentuk-bentuk produk lanjutannya, adalah suatu rencana permainan untuk
kondisi geografis dimana habitat tanaman mencapainnya, setiap usaha harus merancang
sagu umumnya berada pada daerah strategi untuk mencapai tujuannya [3].
marginal/rawa-rawa yang sukar dijangkau, Sedangkan menurut Dirgantoro strategi adalah
serta adanya kecenderungan masyarakat hal menetapkan arah kepada ”manajemen”
menilai bahwa pangan sagu adalah tidak dalam arti orang tentang sumber daya di dalam
yang antara lain ; Dukungan Kebijakan dari dan Provinsi, dan Munculnya perkembangan
pemerintah Pusat dan Provinsi, Produk Sagu teknologi di bidang pangan. Akses distribusi
potensial mendukung diversifikasi pangan, penting karena berkaitan dengan
dan Munculnya perkembangan teknologi di peningkatan daya saing dan serapan industri
bidang pangan. Dengan pengetahuan yang sagu. 2. Penguatan kelembagaan
cukup, diharapkan petani mampu masyarakat melalui pembentukan kelompok
memproduksi hasil yang berkualitas dengan tani dan kelompok usaha agroindustri Sagu
kuantitas tinggi, dan dilanjutkan oleh Strategi ini merupakan penggunaan 2 (dua)
pengolahan hasil pada tingkat kilang/pabrik komponen pada faktor kekuatan yaitu
sehingga dapat memberikan nilaia tmabha Potensi tanaman sagu yang tinggi, dan
yang tinggi pula. 2. Pengoptimalan Pengalaman masyarakat dalam kegiatan
pemanfaatan potensi untuk memenuhi budidaya tanaman sagu yang memberikan
permintaan pasar Optimalisasi pemanfaatan dampak bagi nilai sosial dan budaya sagu
potensi untuk memenuhi permintaan pasar untuk mengatasi 4 (empat) elemen ancaman
dilakukan dalam upaya memanfaatkan 3 yaitu ; Konversi Ekosistem Sagu untuk
(tiga) faktor kekuatan yaitu Potensi tanaman peruntukan lain, Ancaman abrasi lahan,
sagu yang tinggi, Pengalaman masyarakat Kebakaran Gambut dan Ekosistem Sagu,
dalam kegiatan budidaya tanaman sagu dan Ancaman kerusakan lingkungan akibat
yang memberikan dampak bagi nilai sosial limbah pabrik pengolahan, serta Kepastian
dan budaya sagu dan Posisi wilayah yang hukum/perizinan industri pengolahan Sagu.
cukup strategis untuk mendapatkan Masyarakat mulai belajar dari pengalaman
setidaknya 2 (dua) faktor peluang yaitu bahwa beberapa kegiatan ekonomi yang
Peluang pasar lokal dan ekspor terbuka luas, telah dilakukan selama ini dapat
serta peluang Produk Sagu yang potensial mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
mendukung diversifikasi pangan. Diharapkan salah satu dampak ekonominya adalah
dengan kegiatan ini, potensi-potensi yang penurunan pendapatan. Penguatan
sudah terindentifikasi sebelumnya dapat kelembagaan merupakan wadah bagi petani
dimanfaatkan untuk kesejahteraan untuk memaksimalkan hal tersebut,
masyarakat Kabupatenm Indragiri Hilir pada sekaligus memberikan bargaining power
umumnya.. 3. Bantuan teknis operasional pada aspek penyedian saprodi dan
dan lingkungan dan hukum dari stakeholders pemasaran hasil produksi. Keikutsertaan
bagi pengelolaan kebun dan usaha dalam kelompok juga cenderung
agroindustri menciptakan kepedulian dan kemudahan
Strategi ini termasuk penting mengingat pengawasan 3. Penyusunan kebijakan
kegiatan produksi dan pengolahan sagu pengembangan usaha tani dan agroindustri
masih dilakukan secara sederhana, bahkan sagu yang bersifat pro pasar Strategi ini
tergolong tertinggal dibandingkan kabupaten merupakan upaya penggunaan 2 (dua)
lain di Provinsi Riau. Hal ini tentu perlu eleman kekuatan yaitu Motivasi pemerintah
menjadi perhatian mengingat faktor utama daerah dan kemampuan keuangan Daerah
penyebabnya adalah kemampuan dan Posisi wilayah yang cukup strategis,
sumberdaya yang masih terbatas. Untuk memperoleh 2 (dua) peluang yang
Selanjutnya, pengolahan hasil sagu terdiri dari Dukungan Kebijakan dari
dihadapkan kepada isu lingkungan yang pemerintah Pusat dan Provinsi, dan
disinyalir berdampak negatif kepada Dukungan Iklim Investasi dan Usaha. Strtegi
ekosistem perairan. Maka kedepan, pro pasar tidak menyampingkan aspek
koordinasi pihak terkait yang berhubugan lingkungan kerena sejatinya kedua aspek
dengan kenyamanan dan keamanan tersebut saling mendukung jika dikaitkan
investasi perlu dilakukan tanpa mengurangi dengan upaya pembangunan yang
perbaikan-perbaikan dari sisi teknis bagi berkelanjutan. Jaminan sarana produksi dan
pelaku usaha pengolahan sagu. Kelompok jaminan pasar tentunya meningkatan
Kategori Strategis terdiri dari 3 strategi yaitu motivasi usaha yang diawali dengan
; 1. Membangun akses distribusi, peningkatan keseriusan pengelolaan
pemasaran, dan ketersediaan sarana tanaman sagu baik ditingkat petani, maupun
produksi packaging,dll) Strategi ini ditingkat pelaku usaha.
merupakan pemanfaatan dari 2 (dua)
elemen kekuatan yaitu Motivasi
pemerintah daerah dan kemampuan
keuangan Daerah dan Sifat multiguna
produk olahan sagu untuk mendapatkan
setidaknya 2 (dua) peluang yang terdiri dari
dukungan Kebijakan dari pemerintah Pusat
kesejahteraan (kemiskinan)
masyarakat petani sagu. Kelompok
yang di bawah garis kemiskinan
harus didahulukan.
5. Program peningkatan kepemilikan
lahan sagu tersebut juga dapat
dilakukan melalui program
ekstensifikasi atau pembukaan lahan
perkebunan sagu yang baru.
2. Untuk skala menengah, industri pakan (food and feed) dan kluster energi
yang dibutuhkan untuk nabati (biodiesel, etanol) berbahan baku
pengembangan agroindustri sagu di sagu. Kluster pakan dapat mengurangi
Kabupaten Indragiri Hilir adalah dan meminimalisasi limbah akibat
industri pakan ternak dan industri industri tepung sagu. Karena industri
bio etanol. pakan ternak diharapkan akan dapat
3. Mengembangkan pasar-pasar yang memanfaatkan limbah industri tepung
membutuhkan/membeli hasilhasil sagu yang diduga menjadi penyebab
agroindustri sagu. pencemaran lingkungan.
4. Memberikan pelatihan dan 3. Untuk membangun keunggulan bersaing
pembinaan tentang pasca panen dan pada kluster pangan dan pakan serta
pengolahan sagu secara berkala klaster energi nabati tersebut,
kepada kelompok-kelompok Kabupaten Indragiri Hilir memerlukan
masyarakat (petani) sagu. suatu roadmap pengembangan
5. Mengembangkan informasi agroindustri. Roadmap yang dimaksud,
pasar/menginformasikan permintaan yakni bergerak dari agroindutri yang
dari produk-produk yang dihasilkan dihela oleh pemanfaatan sumberdaya
dari tanaman sagu melalui alam dan sumberdaya manusia (SDM)
kelembagaan informasi mandiri. yang belum terampil atau factor-driven,
6. Memperbanyak pasar (peluang lalu bergerak ke agroindustri yang dihela
pasar) dari produk sagu dan pemanfaatan modal dan SDM lebih
turunannya agar harga yang terampil atau capital-driven, dan
diterima petani menjadi lebih baik. kemudian melangkah maju pada
agroindustri yang dihela pemanfaatan
d) Supporting Institution ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM
1. Pembangunan dan peningkatan terampil atau innovation-driven. Bila
infrastruktur pendukung perkebunan roadmap pengembangan agroindustri
sagu, melalui pembangunan sarana yang demikian dapat dilakukan secara
dan prasarana pengembangan konsisten, Kabupaten Indragiri Hilir
seperti sarana transportasi, gudang- berkesempatan unggul pada kluster
gudang (terminal agribisnis), dan agroindustri pangan dan pakan serta
fasilitas lainnya. klaster energi nabati. Pada kluster
2. Mengurangi dan membuat petani industri energi nabati, misalnya,
sagu tidak terlalu tergantung Kabupaten Indragiri Hilir berkesempatan
kepada toke dalam memenuhi menjadi salah satu produsen energi
kebutuhan dan keperluannya akan nabati terbesar di Indonesia, karena
uang, melalui program pembentukan potensi lahan sagu yang ada memang
lembaga-lembaga keuangan mikro di sangat besar dibandingkan daerah lain.
lokasi pertanian sagu, dengan Selain itu, bila pengembangan
pinjaman bunga yang layak, agroindustri yang demikian berhasil
mengkondisikan agar lembaga dilakukan, akan menarik sektor atau
keuangan yang ada, seperti industri lainnya sehingga industrialisasi
perbankan, modal ventura dan lain- di Kabupaten Indragiri Hilir dapat
lain tertarik dan bersedia melakukan diperluas ke industri-industri lain
pembiayaan kredit untuk
pengembangan agroindustri sagu, UCAPAN TERIMA KASIH
bantuan modal atau keuangan Tulisan ini merupakan bagian dari Kajian
tersebut dapat digunakan untuk Pemetaan Potensi Sagu di Kabupaten
pembukaan lahan, pembelian sarana Indragiri Hilir kerjasama antara Badan
produksi dan kebutuhan lainnya. Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Melakukan pembinaan usaha dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan Fakultas
penataan kelembagaan petani sagu, Pertanian Universitas Riau tahun 2017
dengan membentuk kelompok petani
sagu. DAFTAR PUSTAKA
2. Adapun konsep pengembangan [1] Iqbal, M dan Sumaryanto, 2007. Strategi
agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Hilir adalah agroindustri berbasis tropis Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat.
(tropical based agroindustry) melalui Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
pengembangan beberapa kluster. Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2,
Kluster agroindustri yang dimaksud Juni 2007 : 167-182. Bogor.
adalah kluster agroindustri pangan dan