Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SAGU


KAB. INDRAGIRI HILIR RIAU
Debi Kurnia1, M. Al-Irsyadsyah2
1
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Alumni Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Riau

Email: namapenuliskoresponden@ft.uak.ac.id (korespondensi)

Abstrak
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi sumberdaya sagu yang cukup besar, yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan mengubah lahan gambut dan rawa
menjadi lahan kebun kelapa sawit, akan lebih mengunungkan jika dikembangkan menjadi
kebun sagu, sebab reklamasi lahan rawa dan gambut menjadi lahan sawah akan lebih mahal
dan tidak layak dari hitungan ekonominya, jika dibandingkan reklamasi menjadi lahan kebun
sagu. Strategi pengembangan agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan
berdasarkan sistem agribisnis menggunakan 4 (empat) Subsistem Agribisnis yaitu
Subsistem Agribisnis Hulu (Upstream Agribisnis); Down Stream Agribisnis; On Farm
Agribisnis; dan Supporting Institution. Konsep pengembangan agroindustri sagu di
Kabupaten Indragiri Hilir adalah agroindustri berbasis tropis (tropical based agroindustry)
melalui pengembangan beberapa kluster. Kluster agroindustri yang dimaksud adalah kluster
agroindustri pangan dan pakan (food and feed) dan kluster energi nabati (biodiesel, etanol)
berbahan baku sagu. Kluster pakan dapat mengurangi dan meminimalisasi limbah akibat
industri tepung sagu. Karena industri pakan ternak diharapkan akan dapat memanfaatkan
limbah industri tepung sagu yang diduga menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Untuk
membangun keunggulan bersaing pada kluster pangan dan pakan serta klaster energi nabati
tersebut, Kabupaten Indragiri Hilir memerlukan suatu roadmap pengembangan agroindustri.
Roadmap yang dimaksud, yakni bergerak dari agroindutri yang dihela oleh pemanfaatan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (SDM) yang belum terampil atau factor-driven,
lalu bergerak ke agroindustri yang dihela pemanfaatan modal dan SDM lebih terampil atau
capital-driven, dan kemudian melangkah maju pada agroindustri yang dihela pemanfaatan
ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM terampil atau innovation-driven.

Kata kunci: Sagu, Strategi, Agribisnis, Agroindustri.

1. PENDAHULUAN besar milik swasta. Sisanya sebanyak 30


Berdasarkan data Perhimpunan hektar (0,042 persen) adalah milik
Pendayagunaan Sagu Indonesia (PPSI), perkebunan besar nasional. Dari jumlah
produksi sagu nasional saat ini mencapai tersebut, mampu memproduksi sebanyak
400.000 ton per tahun atau baru mencapai 171.549 ton sagu (Riau Pos, 30 Maret
sekitar 8 persen dari potensi sagu nasional. 2011).
Sekadar catatan, Indonesia merupakan Sagu telah lama dikenal dan menjadi
penyumbang 55 persen sagu dunia, disusul bagian dari kehidupan sosial budaya
Papua Nugini 20 persen, Malaysia 20 persen, masyarakat Riau. Hutan sagu mempunyai
dan lain-lain negara sebesar 5 persen arti penting sebagai sumber makanan dan
(http://riaupos.co.id, February 7, 2011 ). juga kebutuhan lainnya sebagai bagian dari
Dari jumlah produksi tersebut, hampir budaya misalnya adalah untuk upacara adat,
separuhnya dihasilkan dari Propinsi Riau, bahkan di beberapa tempat hutan sagu
sementara separuh lainnya berasal dari dijadikan tempat keramat secara budaya.
daerah-daerah Papua, Maluku dan lainnya. Pemanfaatan sagu untuk diolah secara
Pada tahun 2008 lalu saja, areal tanaman umum masih bersifat subsisten dan hasil
sagu di Riau yang tersebar di daerah pesisir olahan berupa tepung sagu umumnya
dan di pulau-pulau kecil di beberapa daerah digunakan sebagai bahan makanan dan
kabupaten mencapai 69.916 hektar. Dari sebagian kecil dijual. Hasil lain dari hutan
luasan tersebut 49.686 hektar (71,06 sagu yakni ulat sagu dan jamur sagu juga
persen) diantaranya adalah perkebunan banyak digunakan sebagai sumber protein
sagu rakyat. Sisanya sebanyak 20.200 nabati. Selain itu, hutan sagu juga sebagai
hektar (28,89 persen) adalah perkebunan tempat berburu dan mencari ikan dan ada

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 151


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

bagian-bagian dari pohon sagu yang superior seperti halnya beras dan beberapa
digunakan sebagai bahan bangunan rumah. komoditas karbohidrat lainnya. Padahal,
Proses pembangunan perkebunan sagu sebagai penghasil sari pati terbesar tanaman
yang dilakukan menuntut adanya sistem sagu menjanjikan produksi pati sepanjang
ketahanan pangan nasional yang lebih baik. tahun. Setiap batang bisa memproduksi
Upaya ketahanan pangan ini bertujuan sekitar 200 kilogram (kg) tepung sagu basah
untuk dapat mempertahankan stabilitas per tahun, atau 25 hingga 30 ton per ha.
ketersediaan pangan untuk kebutuhan Usia tanaman sagu ini sekitar 7-10 tahun
secara nasional yang terus meningkat untuk bisa dipanen.
seiring dengan bertambahnya jumlah Kabupaten Indragiri Hilir memiliki
penduduk. Di sisi lain, terdapat potensi sumberdaya sagu yang cukup besar,
permasalahan degradasi lingkungan serta yang sangat potensial untuk dikembangkan.
alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan Sejalan dengan kondisi tersebut sangat
lain sehingga diperlukan kebijakan tentang diperlukan suatu kajian awal untuk
adanya lahan pangan yang bersifat abadi. memetakan potensi dan sebaran tanaman
Masalah penyediaan lahan pertanian skala sagu untuk menghasilkan arahan dan acuan
nasional berkaitan erat dengan kapasitas dalam menyusun strategi/kebijakan
produksi pangan yang ditentukan oleh luas peningkatan pendayagunaan potensi
lahan produksi, produktifitas lahan, tingkat sumberdaya alam, manusia dan pendukung
kebutuhan konsumsi pangan permodalan, sosial dan finansial yang ada di
(ketergantungan pada beras), laju luasan Kabupaten Indragiri Hilir. Dibandingkan
konversi, dan jumlah penduduk [1]. dengan mengubah lahan gambut dan rawa
Berbagai keunggulan sagu, seharusnya menjadi lahan kebun kelapa sawit, akan
mampu menggerakkan peneliti lokal untuk lebih mengunungkan jika dikembangkan
mengembangkan keragaman produk pangan menjadi kebun sagu, sebab reklamasi lahan
bernilai tambah tinggi yang berbasis sagu. rawa dan gambut menjadi lahan sawah akan
Tidak hanya di pasar domestik, melainkan lebih mahal dan tidak layak dari hitungan
mencari nilai tambah tinggi di pasar ekonominya, jika dibandingkan reklamasi
internasional. Dengan asupan teknologi menjadi lahan kebun sagu. Kabupaten
tepat guna yang didukung kontinuitas Indragiri Hilir salah satu Kabupaten di
pasokan tepung sagu, keuntungan dari Provinsi Riau yang berencana
agroindustri sagu di pastikan akan terus mengembangkan komoditi tanaman sagu
membesar untuk masa mendatang. sebagai salah satu komoditi unggulan
Pengembangan perkebunan sagu setelah tanaman kelapa dan kelapa sawit.
mendesak dilakukan, agar sagu tidak lagi Langkah awal yang dilakukan adalah
menjadi komoditas yang dimarginalkan. melakukan pemetaan dan pendataan potensi
Pengembangannya tentu saja memerlukan tanaman sagu. Dengan mengetahui potensi
kerja sama sinergis antara pengusaha, tanaman sagu maka pemerintah dapat
peneliti lokal dan pemerintah. Produksi sagu menyusun rencana strategis yang terukur
saat ini mencapai 200 ribu ton per tahun, dan aplikatif dalam pengembangan
namun baru 56% saja yang dimanfaatkan agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri
dengan baik. Padahal sagu tidak hanya Hilir.
dipakai industri. Akibatnya, kebutuhan
industri yang mencapai sekitar 200 ribu ton 2. TINJAUAN PUSTAKA
setiap tahun harus diimpor. Rendahnya 2.1. Manajemen Strategis
produksi sagu, karena pemerintah saat ini Strategi secara harfiah berarti siasat.
tidak serius mengembangkan budidaya Strategi merupakan alat untuk mencapai
tanaman tahunan itu. tujuan. Dalam perkembangannya konsep
Disamping itu kurangnya minat mengenai strategi terus berkembang. Strategi
masyarakat dalam mengelola sagu sebagai adalah tujuan jangka panjang dari suatu
akibat dari rendahnya kemampuan dalam perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi
memproduksi tepung sagu melebihi semua sumber daya yang penting untuk
kebutuhan masyarakat lokal, rendahnya mencapai tujuan tersebut [2].
kemampuan dalam mengolah tepung sagu Menurut Kotler menerangkan strategi
menjadi bentuk-bentuk produk lanjutannya, adalah suatu rencana permainan untuk
kondisi geografis dimana habitat tanaman mencapainnya, setiap usaha harus merancang
sagu umumnya berada pada daerah strategi untuk mencapai tujuannya [3].
marginal/rawa-rawa yang sukar dijangkau, Sedangkan menurut Dirgantoro strategi adalah
serta adanya kecenderungan masyarakat hal menetapkan arah kepada ”manajemen”
menilai bahwa pangan sagu adalah tidak dalam arti orang tentang sumber daya di dalam

152 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

bisnis dan tentang bagaimana Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, 4


mengidentifikasikan kondisi yang memberikan kecamatan di atas merupakan wilayah
keuntungan terbaik untuk membantu sebaran lahan sagu. Waktu peneltian adalah
memenangkan persaingan di dalam pasar [4]. selama 4 bulan (Juni – September) tahun
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai 2017.
usaha untuk mengembangkan kekuatan yang Pengumpulan data berupa kualitatif dan
ada di perusahaan untuk menggunakan atau kuantitatif, kualitatif yaitu menggunakan
menangkap peluang yang ada guna mencapai kuisioner sedangkan kualitatif yaitu
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan [4]. berdasarkan wawancara mendalam dengan
pelaku agroindustri sagu, pemerintah dan
2.2. Pengembangan Agroindustri Sagu petani sagu serta sistem pendukung
Agroindustri sagu merupakan industri yang agroindustri seperti jasa kapal angkut sagu
mengelola bahan baku dari tanaman sagu untuk basah (finish good) dan jasa kapal angkut
menghasilkan produk industri lainnya yang tual sagu (bahan baku).
berbahan baku sagu. Untuk merumuskan strategi prioritas
Agroindustri sagu pada umumnya dari strategi hasil analisis SWOT digunakan
diusahakan rakyat dalam skala kecil, peralatan Analisis Hirarki Proses (AHP). AHP dan SWOT
dan teknologi sederhana serta modal terbatas merupakan penggabungan antara dua
sehingga mutu, efisiensi dan produktivitas yang metode yang lazim digunakan dalam
dihasilkan rendah. Pengembangan agroindustri menyusun strategi kebijakan. AHP berfungsi
memiliki nilai strategis, karena memperluas untuk memberikan bobot atau skor terhadap
lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah komponen-komponen SWOT [5].
meningkatkan pendapatan masyarakat dan Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
membangun ekonomi kerakyatan. AHP adalah sebagai berikut: pertama
Agroindustri sagu merupakan gugus dari terdapat jumlah sedikit (terbatas)
aktivitas yang dilakukan petani, industri kemungkinan tindakan, yakni 1,2,….n,
pengolahan, pelanggan, dan industri/institusi dimana n adalah bilangan yang terbatas.
pendukung yang saling berkaitan satu sama lain Responden diharapkan akan memberikan
dalam menghasilkan produk berbahan baku nilai dalam angka yang terbatas untuk
sagu. Pengembangan agroindustri sagu memberi tingkat urutan (skala) prioritas.
merupakan suatu kebutuhan untuk Skala yang digunakan tergantung dari
meningkatkan nilai tambah, memperluas pandangan responden. Dalam menentukan
lapangan kerja, meningkatkan devisa negara skala (tingkat urutan) atas persepsi
dan membangun ekonomi kerakyatan. Untuk digunakan metode skala Saaty.
memenuhi kebutuhan tersebut terdapat
beberapa kendala. Di satu sisi petani memiliki Tabel 1. Sistem Urutan Ranking Saaty
bahan baku, tenaga dan sagu, tetapi terbatas
dalam teknologi, modal dan informasi. Di sisi Intensitas/ Definisi Penjelasan
lain, teknologi terdapat pada lembaga penelitian Pentingnya
dan pengembangan, modal pada lembaga
keuangan, dan informasi pada pemerintah dan 1 Sama Dua aktivitas
eksportir. Tersebarnya sumber daya dan belum pentingnya memberikan
terkoordinasinya aktifitas pengembangan dari kontribusi
yang sama
masing-masing pelaku/institusi menyebabkan
kepada tujuan
daya saing sagu belum seperti yang diharapkan.
Daya saing yang tinggi merupakan tuntutan
3 Perbedaan Pengalaman
yang harus dipenuhi untuk meningkatkan peran penting yang dan selera
industri dalam pembangunan ekonomi bangsa. lemah antara sedikit
Peningkatan daya saing melibatkan banyak yang satu menyebabkan
pelaku/institusi dengan aktifitas yang saling dengan yang yang satu
terkait satu sama lain. Keterkaitan terjadi pada lain sedikit lebih
rantai vertikal yaitu petani, distributor dan rantai disukai
horizontal yaitu lembaga penelitian dan daripada yang
lainnya
pengembangan, perguruan tinggi, industri
perkakas, pemerintah dan industri pendukung
lainnya. 5 Sifat lebih Pengalaman
pentingnya dan selera
kuat sangat
3. METODOLOGI PENELITIAN menyebabkan
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan penilaian yang
Mandah, Kecamatan Gaung, Kecamatan satu sangat
Gaung Anak Serka dan Kecamatan lebih disukai

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 153


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

daripada yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin


lain dalam upaya pengembangan usaha, elemen-
7 Menunjukan Aktivitas yang elemen tersebut adalah sebagai berikut :
sifat sangat satu sangat a. Potensi tanaman Sagu yang tinggi
penting yang disukai
Sentra tanaman sagu yang terdiri dari
menonjol daripada yang
lain; 4 kecamatan di Kabupaten Indragiri
dominasinya Hilir memiliki luas tanaman sagu
tampak dalam sekitar 5.063.45 ha yang berpotensi
kenyataannya. menghasilkan tual setiap tahun
9 Penting Bukti bahwa dengan perkiraan nilai ekonomi
absolute antara yang sebesar Rp. 87.344.581.500/tahun.
satu lebih Potensi nilai ekonomi merupakan
disukai
potensi total dari ekosistem sagu yang
daripada yang
lain
dibangun dengan asumsi perbatang
menunjukan pohon sagu menghasilkan 9-11 tual
kepastian sagu dengan harga masing-masing Rp.
tingkat 23.000/tual.
tertinggi yang b. Pengalaman masyarakat Dalam
dapat dicapai. kegiatan budidaya tanaman Sagu
Masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir
2,4,6,8 Nilai tengah di Diperlukan terutama di 4 kecamatan sentra
antara nilai di kesepakatan tanaman sagu telah lama mengenal
atas/bawahnya (kompromi) tanaman sagu yang diturunkan oleh
generasi sebelumnya. Artinya
Sumber: Saaty (1980)
masyarakat desa sudah cukup
terbiasa dalam hal budidaya dan
Setelah masing-masing unsur SWOT pemanfaatan tanaman sagu.
diketahui, maka unsur-unsur tersebut c. Kemampuan Keuangan Daerah
dihubungkan keterkaitannya untuk Kabupaten Indragiri Hilir memiliki
memperoleh beberapa strategi (SO, ST, WO, dukungan ketersedian keuangan
WT), dapat dilihat pada Tabel .. Kemudian pembangunan daerah cukup besar
strategi tersebut di analisis dengan AHP yang dapat dialokasikan untuk
untuk menghasilkan ranking dari tiap-tiap pengembangan usaha tanaman sagu
strategi. Strategi dengan ranking tertinggi sebagai upaya meningkatkan ekonomi
merupakan strategi yang diprioritaskan serta peningkatan ketahanan pangan
untuk dilakukan. masyarakat
d. Posisi Geografis yang strategis Posisi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Indragiri Hilir sebagai
Strategi pengembangan usaha daerah pesisir Provinsi Riau memiliki
perkebunan Sagu dianalisis dengan potensi sebagai sentra perdagangan
gabungan Metode SWOT dengan Analisis terutama dalam mendukung
AHP. Kombinasi kedua analisis ini kelancaran tataniaga Sagu. Disisi lain,
memberikan penilaian yang lebih bersifat dengan posisi strategis tersebut,
kuantitatif daripada analisis yang berpeluang besar untuk dilakukan
menggunakan SWOT saja. Strategi dapat upaya pengembangan pasar sagu
dirumuskan dalam bentuk prioritas sehingga melalui kegiatan ekspor terutama
dapat dihasilkan strategi utama yang mesti dengan negara tetangga seperti
dilakukan berdasarkan batasan-batasan yag Malaysia dan Singapura.
ada.
4.1. Identifikasi Faktor Internal dan 4.1.2. Komponen Kelemahan
Eksternal Faktor kelemahan juga termasuk faktor
Berdasarkan hasil wawancara dengan internal yang juga memberikan pengaruh
para responden dan telaah kepustakaan, dalam pengembangan usaha tanaman Sagu.
diperoleh beberapa faktor strategis internal Minimalisasi pengaruh harus dilakukan agar
dalam pengembangan usaha tanaman serta dampak negatif dari komponen kekurangan
kegiatan Agroindustri sagu yang masing- tidak menjadi faktor penghambat upaya
masing terdiri atas : pengembangan. Faktor-faktor kelemahan
4.1.1. Komponen Kekuatan tersebut adalah :
Faktor kekuatan merupakan faktor internal a. Lemahnya Penguasaan Teknologi
yang sangat mempengaruhi pengembangan Pengolahan Teknologi yang digunakan
usaha perkebunan Sagu. Faktor ini harus

154 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

masih sangat tradisional, kapasitas kegiatan pemasaran produk primer


produksi masih sangat terbatas, mutu dan produk olahan dasar yang bersifat
produk belum terjamin, sehingga ekspor. Kondisi ini disebabkan karena
produksi dan pemasaran masih belum adanya keterbatasan kualitas hasil
optimal. olahan sagu serta sentra pengolahan
b. Sumberdaya manusia dan yang belum dapat menyerap hasil
Kelembagaan Usaha terbatas SDM produksi.
yang berkaitan dengan kegiatan g. Terbatasnya jumlah Pabrik Pengolahan
pengolahan dan pemanfaatan sagu Sagu Industri sagu berpusat di 4
masih lemah. Begitu juga kecamatan yaitu Kecamatan Gaung,
kelembagaan usaha belum berperan Kecamatan Gaung Anak Serka,
optimal dan merata di seluruh wilayah. Kecamatan Pelangiran dan Kecamatan
Oleh karena itulah kapasitas Mandah. Jarak yang jauh antara areal
pemanfaatan sumberdaya belum tanaman sagu dengan pabrik
sepenuhnya dapat dimanfaatkan. pengolahan menjadi kendala besar
c. Keterbatasan infrastruktur pendukung bagi kebanyakan petani. Selain itu,
Infrastruktur utama dalam biaya transportasi yang cukup tinggi
pengembangan usaha budidaya dan berakibat kepada rendahnya bagian
agroindustri adalah jalan, pelabuhan yang diterima petani.
dan listrik. Dengan kondisi infrastuktur
saat ini, masih sangat penting untuk 4.1.3. Komponen Peluang
diadakan dan ditingkatkan lagi, guna Peluang merupakan bagian dari faktor
menunjang dan mendukung strategis eksternal, dimana faktor ini harus
pengembangan industri. Pelabuhan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam
untuk loading dan unloading serta pengembangan Kepitig Bakau. Faktor ini
pelayanan pendukungnya. Begitu juga dapat mengatasi dan mendatangkan
jalan sering menghambat aksesibilitas pengaruh yang positif dalam kegiatan yang
pasar input dan output. Begitu juga akan dijalankan oleh suatu
listrik sering menjadi hambatan bagi organisasi/individu dalam hal ini kegiatan
pengembangan kegiatan produksi. pengembangan usaha tanaman sagu, faktor
d. Tidak Ada Perawatan Berkala Tanaman peluang-peluang tersebut adalah sebagai
Sagu Sebagian besar petani sagu di berikut
Kabupaten Indragiri Hilir tidak a. Potensi Pasar Pasar lokal dan nasional
melakukan perawatan berkala masih sangat terbuka luas. Begitu juga
terhadap tanaman sagu yang halnya dengan pasar eksport masih
dimilikinya. Kondisi ini menyebabkan sangat menjanjikan.
tingkat pengusahaan tanaman sagu b. Kebijakan Kebijakan pemerintah Pusat
menjadi sangat tidak intensif. Kondisi dan Provinsi saat ini yang konsen
ini mengakibatkan pertumbuhan dalam upaya peningkatan ketahanan
tanaman sagu tidak optimal, yang pangan menjadi salah satu peluang
pada akhirnya menurunkan potensi untuk berkembangnya usaha tanaman
hasil sagu. sagu dan agroindustri sagu di
e. Terbatasnya Modal Industri Kabupaten Indragiri Hilir.
Pengolahan Permasalahan klasik selalu c. Iklim Investasi dan Usaha Investasi
muncul dalam pengembangan industri dan usaha saat ini diarahkan pada
yang berbasis masa. Masalah tersebut pengembangan komoditas yang
adalah modal industri yang terbatas. berbasis sumberdaya lokal, ditunjang
Saat ini di Kabupaten Indragiri Hilir, dengan keberdayaan pemerintah lokal
para pengelola industri sagu untuk mengundang investor dan
dihadapkan kepada terbatasnya mengembangkan kerjasama investasi
ketersediaan modal yang dibutuhkan dengan berbagai pihak secara mandiri.
untuk meningkatkan skala usaha. Hal ini membuat iklim investasi dan
Terdapat beberapa kilang yang tidak usaha yang sangat kondusif.
mampu bertahan akibat kalah
bersaing, dan terbatasnya ketersedian 4.1.4. Komponen Ancaman
modal Ancaman adalah faktor negatif dari
f. Terbatasnya Serapan pasar produk lingkungan yang memberikan hambatan
primer Saat ini kegiatan pemasaran bagi berkembangnya usaha tanaman sagu,
hasil produksi sagu di di Kabupaten faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
Indragiri Hilir masih bersifat lokal dan a. Konversi Ekosistem Sagu. Potensi
nasional. Belum ada secara signifikan ekonomi sagu sampai saat ini masih

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 155


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

dianggap rendah dan tidak produksi (packaging,dll) (S3,S5,


menguntungkan, disisi lain areal O2,05);
pengembangan sagu merupakan areal 6. Optimalisasi peran Pemerintah dalam
gambut yang memiliki tingkat mendukung permodalan usaha
kesuburan yang tinggi, dan potensi Tanaman dan Industri Pengolahan
bahan organik yang tinggi. Habitat ini Sagu(W1,W2,W3W5,W7,W10,O1,O2,0
sangat cocok untuk pengembangan 3);
komoditas lain yang dianggap lebih 7. Peningkatan pengetahuan dan
menguntungkan seperti karet, kelapa keterampilan petani dan pengusaha
dan kelapa sawit. Banyak masyarakat melalui bimbingan teknis budidaya dan
yang sudah mengkonversi tanaman pengolahan sagu
sagunya menjadi areal untuk tanaman (W1,W2,W4,W9,W10,O2,O4,O5)
tersebut dan juga untuk lahan 8. Penyiapan penyuluh/tenaga
pertanian lainnya. Hal lain yang juga pendamping yang berkompeten di
sangat sulit dicegah adalah bidang pengelolaan sagu
pengkonversian areal sagu menjadi (W1,W2,W8,O2,O5);
pemukiman penduduk. Kegiatan 9. Penguatan kelembagaan masyarakat
konversi ini semakin hebat terjadi melalui pembentukan kelompok tani
sehingga potensi areal sagu menjadi dan kelompok usaha agroindustri Sagu
berkurang. (S1,S2, T1,T2,T3,T4);
b. Ancaman abrasi lahan, Kebakaran 10. Penguatan kesadaran dan pengakuan
Gambut dan Ekosistem Sagu. masyarakat terhadap fungsi sosial dan
Pengelolaan ekosistem sagu di budaya sagu untuk menjamin
Kabupaten Indragiri Hilir dihadapkan keberlanjutan usaha pemanfaatan
kepada ancaman terjadinya kebakaran sagu sebagai salah satu budaya
lahan terutama pada areal tanaman (S3,S4,S5,T1);
sagu. Karakteristik areal tanaman 11. Pemantapan koordinasi dan
sagu yang didominasi oleh lahan sinkronisasi kebijakan perencanaan
gambut merupakan areal dengan program pengembangan sagu antar
resiko kebakaran tinggi. Disisi lain, lembaga pemerintah dengan pihak-
tanaman sagu dengan tajuk yang pihak terkait
banyak juga sangat mudah terbakar. (W3,W5,W8,W9,W10,T1,T2);
Jika terjadi kebakaran, maka dapat 12. Bantuan teknis operasional dan
memusnahkan tanaman sagu dalam lingkungan dan hukum dari
area yang sangat luas dalam waktu stakeholders bagi pengelolaan kebun
yang singkat. dan usaha agroindustri
(W1,W2,W4,W6,W10,T2,T3).

4.2. Alternatif Strategi pengembangan Terdapat 3 (tiga) strategi yang termasuk


Tanaman Sagu di Kabupaten kedalam kelompok sangat strategis. Ketiga
Indragiri Hilir strategi ini mesti segera dilaksanakan dalam
Alternatif Strategi pengembangan upaya peningkatan pendapatan masyarakat
Tanaman Sagu di Kabupaten Indragiri Hilir melalui pengembangan Tanaman Sagu
hasil Analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pengetahuan dan
1. Pengoptimalan pemanfaatan potensi keterampilan petani dan pengusaha melalui
untuk memenuhi permintaan pasar bimbingan teknis budidaya dan pengolahan
(S1,S2,S4,O1,O4); sagu
2. Penyusunan kebijakan pengembangan Strategi peningkatan pengetahuan dan
usaha tani dan agroindustri sagu yang ketrampilan merupakan upaya minimalisir 5
bersifat pro pasar (S3,S4,02,O3); (lima) komponen pada faktor kelemahan
3. Penyiapan kondisi pengelola sagu yaitu Penguasaan Teknologi budidaya dan
dalam rangka optimalisasi Pengolahan masih terbatas, Lemahnya SDM
pemanfaatan potensi sumber daya dan Kelembagaan Usaha Tidak Ada
alam sagu (S1,S3,02,O5); Perawatan Berkala Tanaman Sagu, Kesulitan
4. Fasilitasi pihak ketiga (stakeholders) memperluas jaringan pemasaran sagu,
yang dapat memberikan subsidi benih, akibat akses ke sumber-sumber informasi
subsidi biaya produksi lainnya sulit, dan Kerjasama antar pengelola sagu
(S1,S2,O1,O4); yang rendah. Kelemahan tersebut
5. Membangun akses distribusi, diharapkan mampu diatasi dengan
pemasaran, dan ketersediaan sarana menangkap setidaknya 3 (tiga) peluang

156 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

yang antara lain ; Dukungan Kebijakan dari dan Provinsi, dan Munculnya perkembangan
pemerintah Pusat dan Provinsi, Produk Sagu teknologi di bidang pangan. Akses distribusi
potensial mendukung diversifikasi pangan, penting karena berkaitan dengan
dan Munculnya perkembangan teknologi di peningkatan daya saing dan serapan industri
bidang pangan. Dengan pengetahuan yang sagu. 2. Penguatan kelembagaan
cukup, diharapkan petani mampu masyarakat melalui pembentukan kelompok
memproduksi hasil yang berkualitas dengan tani dan kelompok usaha agroindustri Sagu
kuantitas tinggi, dan dilanjutkan oleh Strategi ini merupakan penggunaan 2 (dua)
pengolahan hasil pada tingkat kilang/pabrik komponen pada faktor kekuatan yaitu
sehingga dapat memberikan nilaia tmabha Potensi tanaman sagu yang tinggi, dan
yang tinggi pula. 2. Pengoptimalan Pengalaman masyarakat dalam kegiatan
pemanfaatan potensi untuk memenuhi budidaya tanaman sagu yang memberikan
permintaan pasar Optimalisasi pemanfaatan dampak bagi nilai sosial dan budaya sagu
potensi untuk memenuhi permintaan pasar untuk mengatasi 4 (empat) elemen ancaman
dilakukan dalam upaya memanfaatkan 3 yaitu ; Konversi Ekosistem Sagu untuk
(tiga) faktor kekuatan yaitu Potensi tanaman peruntukan lain, Ancaman abrasi lahan,
sagu yang tinggi, Pengalaman masyarakat Kebakaran Gambut dan Ekosistem Sagu,
dalam kegiatan budidaya tanaman sagu dan Ancaman kerusakan lingkungan akibat
yang memberikan dampak bagi nilai sosial limbah pabrik pengolahan, serta Kepastian
dan budaya sagu dan Posisi wilayah yang hukum/perizinan industri pengolahan Sagu.
cukup strategis untuk mendapatkan Masyarakat mulai belajar dari pengalaman
setidaknya 2 (dua) faktor peluang yaitu bahwa beberapa kegiatan ekonomi yang
Peluang pasar lokal dan ekspor terbuka luas, telah dilakukan selama ini dapat
serta peluang Produk Sagu yang potensial mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
mendukung diversifikasi pangan. Diharapkan salah satu dampak ekonominya adalah
dengan kegiatan ini, potensi-potensi yang penurunan pendapatan. Penguatan
sudah terindentifikasi sebelumnya dapat kelembagaan merupakan wadah bagi petani
dimanfaatkan untuk kesejahteraan untuk memaksimalkan hal tersebut,
masyarakat Kabupatenm Indragiri Hilir pada sekaligus memberikan bargaining power
umumnya.. 3. Bantuan teknis operasional pada aspek penyedian saprodi dan
dan lingkungan dan hukum dari stakeholders pemasaran hasil produksi. Keikutsertaan
bagi pengelolaan kebun dan usaha dalam kelompok juga cenderung
agroindustri menciptakan kepedulian dan kemudahan
Strategi ini termasuk penting mengingat pengawasan 3. Penyusunan kebijakan
kegiatan produksi dan pengolahan sagu pengembangan usaha tani dan agroindustri
masih dilakukan secara sederhana, bahkan sagu yang bersifat pro pasar Strategi ini
tergolong tertinggal dibandingkan kabupaten merupakan upaya penggunaan 2 (dua)
lain di Provinsi Riau. Hal ini tentu perlu eleman kekuatan yaitu Motivasi pemerintah
menjadi perhatian mengingat faktor utama daerah dan kemampuan keuangan Daerah
penyebabnya adalah kemampuan dan Posisi wilayah yang cukup strategis,
sumberdaya yang masih terbatas. Untuk memperoleh 2 (dua) peluang yang
Selanjutnya, pengolahan hasil sagu terdiri dari Dukungan Kebijakan dari
dihadapkan kepada isu lingkungan yang pemerintah Pusat dan Provinsi, dan
disinyalir berdampak negatif kepada Dukungan Iklim Investasi dan Usaha. Strtegi
ekosistem perairan. Maka kedepan, pro pasar tidak menyampingkan aspek
koordinasi pihak terkait yang berhubugan lingkungan kerena sejatinya kedua aspek
dengan kenyamanan dan keamanan tersebut saling mendukung jika dikaitkan
investasi perlu dilakukan tanpa mengurangi dengan upaya pembangunan yang
perbaikan-perbaikan dari sisi teknis bagi berkelanjutan. Jaminan sarana produksi dan
pelaku usaha pengolahan sagu. Kelompok jaminan pasar tentunya meningkatan
Kategori Strategis terdiri dari 3 strategi yaitu motivasi usaha yang diawali dengan
; 1. Membangun akses distribusi, peningkatan keseriusan pengelolaan
pemasaran, dan ketersediaan sarana tanaman sagu baik ditingkat petani, maupun
produksi packaging,dll) Strategi ini ditingkat pelaku usaha.
merupakan pemanfaatan dari 2 (dua)
elemen kekuatan yaitu Motivasi
pemerintah daerah dan kemampuan
keuangan Daerah dan Sifat multiguna
produk olahan sagu untuk mendapatkan
setidaknya 2 (dua) peluang yang terdiri dari
dukungan Kebijakan dari pemerintah Pusat

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 157


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

kesejahteraan (kemiskinan)
masyarakat petani sagu. Kelompok
yang di bawah garis kemiskinan
harus didahulukan.
5. Program peningkatan kepemilikan
lahan sagu tersebut juga dapat
dilakukan melalui program
ekstensifikasi atau pembukaan lahan
perkebunan sagu yang baru.

Gambar 1. Priorities Derived from Pairwise b. On Farm Agribisnis


Comparisons 1. Untuk berswasembada pangan,
Kabupaten Indragiri Hilir dapat
5. KESIMPULAN DAN SARAN mengembangkan program
1. Strategi pengembangan agroindustri penganekaragaman sumber pangan.
sagu di Kabupaten Indragiri Hilir Tanaman sagu merupakan alternatif
dilakukan berdasarkan sistem agribisnis. bahan pangan yang sudah tersedia,
a. Subsistem Agribisnis Hulu (Upstream sehingga yang diperlukan adalah
Agribisnis) penganekaragaman jenis
1. Memfasilitasi dan memotivasi pengolahan dan menu makanan
terbentuknya lembaga formal dan berbahan baku sagu. Dengan
informal, untuk penyedia dan penganekaragaman jenis olahan
pendistribusian sarana produksi sagu, dapat meningkatkan kegiatan
pertanuan sagu seperti koperasi, agroindustri sagu, meningkatkan
kios dan lain-lain. kesejahteraan petani, secara umum
2. Program revitalisasi perkebunan penganekaragaman jenis makanan
sagu yang ada pada saat ini dengan dari sagu tersebut mampu
program intensifikasi dan menjadikan trade merk tersendiri
pemeliharaan tanaman sagu melalui bagi Kabupaten Indragiri Hilir.
teknik budidaya yang benar (lestari). 2. Meningkatkan jiwa kewirausahaan
Perkebunan sagu di Kabupaten (entrepreneurship) dan
Indragiri Hilir tidak dapat lagi keterampilan petani sagu.
dibiarkan tumbuh secara alami, 3. Mengembangkan model pertanian
dengan mengandalkan kemurahan terpadu (integrated farming system)
alam, namun pengusahaan sagu pada usaha tani sagu dengan usaha
harus dilakukan dengan upaya ternak sapi. Komoditi sagu dalam
budidaya seperti layaknya tanaman proses produksi selain memproduksi
perkebunan lainnya. pangan, juga mendatangkan hasil
3. Revitalisasi perkebunan sagu melalui sampingan seperti ampas sagu yang
penambahan luas lahan tanaman dapat digunakan untuk makanan
sagu. Berdasarkan potensi lahan ternak. Tanaman sagu dalam proses
yang ada, masih memungkin untuk produksi selain memerlukan pupuk
dilakukan pembukaan lahan sagu anorganik, juga memerlukan pupuk
baru. organik yang dihasilkan oleh ternak.
4. Revitalisasi perkebunan sagu melalui 4. Meningkatkan skala usaha pada
program mengembalikan tingkat efisiensi, sehingga petani
kepemilikan kebun sagu milik sagu dapat memperoleh pendapatan
masyarakat, yang selama ini yang optimal. Coreporate farming
’’tergadai’’ di tangan toke. Program tidak saja dapat dilakukan pada
mengembalikan kepemilikan lahan usaha budidaya, tapi juga dapat
tersebut dapat dilakukan melalui melakukan kegiatan pengolahan
jaminan atau bantuan pemerintah hasil dan pemasaran.
untuk menebus surat kepemilikan 5. Pengembangan Kawasan Sentra
sagu yang berada di tangan toke. Produksi (KSP) komoditi sagu di
Luasan pengembalian lahan sagu Kabupaten Indragiri Hilir.
masyarakat yang dapat ditebus
melalui penjaminan pemerintah c. Down Stream Agribisnis
tersebut harus ditentukan jumlah 1. Mengembangkan dan memfasilitasi
maksimalnya dan jumlah kepala agroindustri skala kecil dan
keluarga yang akan terlibat, dengan menengah di lokasi bahan baku.
mempertimbangkan tingkat

158 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

2. Untuk skala menengah, industri pakan (food and feed) dan kluster energi
yang dibutuhkan untuk nabati (biodiesel, etanol) berbahan baku
pengembangan agroindustri sagu di sagu. Kluster pakan dapat mengurangi
Kabupaten Indragiri Hilir adalah dan meminimalisasi limbah akibat
industri pakan ternak dan industri industri tepung sagu. Karena industri
bio etanol. pakan ternak diharapkan akan dapat
3. Mengembangkan pasar-pasar yang memanfaatkan limbah industri tepung
membutuhkan/membeli hasilhasil sagu yang diduga menjadi penyebab
agroindustri sagu. pencemaran lingkungan.
4. Memberikan pelatihan dan 3. Untuk membangun keunggulan bersaing
pembinaan tentang pasca panen dan pada kluster pangan dan pakan serta
pengolahan sagu secara berkala klaster energi nabati tersebut,
kepada kelompok-kelompok Kabupaten Indragiri Hilir memerlukan
masyarakat (petani) sagu. suatu roadmap pengembangan
5. Mengembangkan informasi agroindustri. Roadmap yang dimaksud,
pasar/menginformasikan permintaan yakni bergerak dari agroindutri yang
dari produk-produk yang dihasilkan dihela oleh pemanfaatan sumberdaya
dari tanaman sagu melalui alam dan sumberdaya manusia (SDM)
kelembagaan informasi mandiri. yang belum terampil atau factor-driven,
6. Memperbanyak pasar (peluang lalu bergerak ke agroindustri yang dihela
pasar) dari produk sagu dan pemanfaatan modal dan SDM lebih
turunannya agar harga yang terampil atau capital-driven, dan
diterima petani menjadi lebih baik. kemudian melangkah maju pada
agroindustri yang dihela pemanfaatan
d) Supporting Institution ilmu pengetahuan-teknologi dan SDM
1. Pembangunan dan peningkatan terampil atau innovation-driven. Bila
infrastruktur pendukung perkebunan roadmap pengembangan agroindustri
sagu, melalui pembangunan sarana yang demikian dapat dilakukan secara
dan prasarana pengembangan konsisten, Kabupaten Indragiri Hilir
seperti sarana transportasi, gudang- berkesempatan unggul pada kluster
gudang (terminal agribisnis), dan agroindustri pangan dan pakan serta
fasilitas lainnya. klaster energi nabati. Pada kluster
2. Mengurangi dan membuat petani industri energi nabati, misalnya,
sagu tidak terlalu tergantung Kabupaten Indragiri Hilir berkesempatan
kepada toke dalam memenuhi menjadi salah satu produsen energi
kebutuhan dan keperluannya akan nabati terbesar di Indonesia, karena
uang, melalui program pembentukan potensi lahan sagu yang ada memang
lembaga-lembaga keuangan mikro di sangat besar dibandingkan daerah lain.
lokasi pertanian sagu, dengan Selain itu, bila pengembangan
pinjaman bunga yang layak, agroindustri yang demikian berhasil
mengkondisikan agar lembaga dilakukan, akan menarik sektor atau
keuangan yang ada, seperti industri lainnya sehingga industrialisasi
perbankan, modal ventura dan lain- di Kabupaten Indragiri Hilir dapat
lain tertarik dan bersedia melakukan diperluas ke industri-industri lain
pembiayaan kredit untuk
pengembangan agroindustri sagu, UCAPAN TERIMA KASIH
bantuan modal atau keuangan Tulisan ini merupakan bagian dari Kajian
tersebut dapat digunakan untuk Pemetaan Potensi Sagu di Kabupaten
pembukaan lahan, pembelian sarana Indragiri Hilir kerjasama antara Badan
produksi dan kebutuhan lainnya. Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Melakukan pembinaan usaha dan Kabupaten Indragiri Hilir dengan Fakultas
penataan kelembagaan petani sagu, Pertanian Universitas Riau tahun 2017
dengan membentuk kelompok petani
sagu. DAFTAR PUSTAKA
2. Adapun konsep pengembangan [1] Iqbal, M dan Sumaryanto, 2007. Strategi
agroindustri sagu di Kabupaten Indragiri Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Hilir adalah agroindustri berbasis tropis Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat.
(tropical based agroindustry) melalui Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
pengembangan beberapa kluster. Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2,
Kluster agroindustri yang dimaksud Juni 2007 : 167-182. Bogor.
adalah kluster agroindustri pangan dan

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 159


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

[2] F. Rangkuti, Analisis SWOT Teknik


Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
[3] P. Kotler, Manajemen Pemasaran. Julid I.
Hendra Teguh, Ronny A Rusli dan
Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta:
Penerbit Prenhallindo. Terjemahan Dari
Buku: Marketing Managemen, 1997
[4] C. Dirgantoro, Manajemen Stratejik.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2004.
[5] T.L. Saaty. The Analytic Hierarchy
Procces, New York: McGraw Hill, 1980

160 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

Lampiran. Matriks SWOT Pengembangan Tanaman Sagu di Kabupaten Indragiri Hilir


Faktor Internal Strength Weaknesses
1. Penguasaan Teknologi budidaya dan Pengolahan
1. Potensi tanaman sagu yang tinggi masih terbatas
2. Pengalaman masyarakat dalam kegiatan budidaya 2. Lemahnya SDM dan Kelembagaan Usaha
tanaman sagu yang memberikan dampak bagi 3. Minimnya Infrastruktur dan Karakteristik Wilayah
nilai sosial dan budaya sagu yang kurang mendukung pada wilayah-wilayah
tertentu
3. Motivasi pemerintah daerah dan kemampuan 4. Tidak Ada Perawatan Berkala Tanaman Sagu
keuangan Daerah 5. Terbatasnya Modal Industri Pengolahan
6. Terbatasnya Serapan pasar produk primer
4. Posisi wilayah yang cukup strategis
7. Terbatasnya jumlah Pabrik Pengolahan Sagu 8.
Faktor Eksternal 5. Sifat multiguna produk olahan sagu Minimnya kuantitas dan kualitas penyuluh/tenaga
pendamping,
9. Kesulitan memperluas jaringan pemasaran sagu,
akibat akses ke sumber-sumber informasi sulit,
10. Kerjasama antar pengelola sagu rendah
Opportunities STRATEGI S-0 STRATEGI W-0
1. Peluang pasar lokal dan ekspor terbuka luas 1. Pengoptimalan pemanfaatan potensi untuk 1. Optimalisasi peran Pemerintah dalam mendukung
2. Dukungan Kebijakan dari pemerintah Pusat dan memenuhi permintaan pasar S1,S2,S4,O1,O4) permodalan usaha Tanaman dan Industri Pengolahan
Provinsi 2. Penyusunan kebijakan pengembangan usaha tani Sagu W1,W2,W3W5,W7,W10,O1,O2,03,)
3. Dukungan Iklim Investasi dan Usaha dan agroindustri sagu yang bersifat pro pasar 2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani
4. Produk Sagu potensial mendukung diversifikasi S3,S4,02,O3) dan pengusaha melalui bimbingan teknis budidaya
pangan 3. Penyiapan kondisi pengelola sagu dalam rangka dan pengolahan sagu
5. Munculnya perkembangan teknologi di bidang optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam W1,W2,W4,W9,W10,O2,O4,O5) 3. Penyiapan
panga sagu S1,S3,02,O5) penyuluh/tenaga pendamping yang berkompeten di
4. Fasilitasi pihak ketiga stakeholders) yang dapat bidang pengelolaan sagu W1,W2,W8,O2,O5)
memberikan subsidi benih ,subsidi biaya produksi
lainnya S1,S2,O1,O4)
5. Membangun akses distribusi, pemasaran, dan
ketersediaan sarana produksi packaging,dll) S3,S5,
O2,05)
Treaths STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Konversi Ekosistem Sagu untuk peruntukan lain 1. Penguatan kelembagaan masyarakat melalui 1. Pemantapan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan
2. Ancaman abrasi lahan, Kebakaran Gambut dan pembentukan kelompok tani dan kelompok usaha perencanaan program pengembangan sagu antar
Ekosistem Sagu agroindustri Sagu S1,S2, T1,T2,T3,T4) lembaga pemerintah dengan pihak-pihak terkait
3. Ancaman kerusakan lingkungan akibat limbah 2. Penguatan kesadaran dan pengakuan masyarakat W3,W5,W8,W9,W10,T1,T2,)
pabrik pengolahan terhadap fungsi sosial dan budaya sagu untuk 2. Bantuan teknis operasional dan lingkungan dan
4. Kepastian hukum/perizinan industri pengolahan menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan sagu hukum dari stakeholders bagi pengelolaan kebun dan
Sagu sebagai salah satu budaya S3,S4,S5,T1) usaha agroindustri W1,W2,W4,W6,W10,T2,T3)

Strategi Pengembangan Agroindustri....(Debi Kurnia Et Al.) 161


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

162 Jurnal BAPPEDA, Vol. 3 No. 3, Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai