Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
NIM: 11180454000008
1443 H / 2022 M
II
III
IV
ABSTRAK
Nasir Wirawan Sinaga. NIM 11180454000008. "PENEGAKAN HUKUM
PIDANA ILLEGAL LOGGING PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM. (Analisis Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk)". Program Studi Hukum
Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1443 H / 2022 M.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana penerapan sanksi yang tepat terhadap
pelaku illegal logging, bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap pelaku illegal logging, bagaimana analisis putusan terhadap pelaku illegal
logging, dan bagaimana perspektif hukum pidana dan hukum pidana islam terhadap pelaku
illegal logging. Tentunya hal itu berdasarkan UU. No. 41/1999 tentang kehutanan dan UU.
No. 18/2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan. Serta tidak lupa
juga berdasarkan Al Quran dan Hadits.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, sumber data terdiri
dari data primer yaitu putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk terhadap pelaku illegal
logging, UU. No. 41/1999 tentang kehutanan dan UU. No. 18/2013, tentang pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan. Serta data sekunder berupa data pustaka yang
dihimpun dari sejumlah buku, jurnal, surat, kabar, media internet, dan sumber bacaan
lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini adalah menjawab mengenai putusan tindak pidana illegal
logging melalui peraturan perundang-undangan, dan analisa penulis terhadap putusan
perkara No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk.
Kata kunci : Tindak Pidana, Illegal Logging, Maqashid Syariah.
Pembimbing : Ali Mansur, M.A. dan Fathudin, S.Hi., S.H., MA.Hum., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1976 s.d. Tahun 2018
V
KATA PENGANTAR
VI
3. Kepada Prof. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Kepada Bapak H. Qosim Arsadani, M.A. selaku Ketua Program Studi Hukum
Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Yang mana selalu mendorong penulis dengan nasihat, motivasi dan bantuannya lah
penulis selalu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Bapak M. Mujibur Rohman, M.A. selaku Sekertaris Program Studi Hukum
Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Yang telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai macam
keperluan berkas-berkas persyaratan untuk untuk menyelesaikan skripsi ini,
sekaligus memberi arahan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi penulis
hingga tuntas.
6. Kepada dosen pembimbing akademik penulis yaitu Bapak Dr. Mu'Min Roup, M.A.
yang senantiasa membantu proses akademik penulis selama berkuliah di awal
semester hingga tuntas.
7. Kepada Bapak Ali Mansur, M.A selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
meluangkan waktu membantu dengan memberi masukan, nasihat dan saran yang
tak kenal lelah dalam proses penyusunan tulisan ini dari awal hingga akhir, hingga
dapat terselesaikan seperti sekarang ini.
8. Kepada Bapak Fathudin, S.Hi., S.H., MA.Hum., M.H. selaku Dosen Pembimbing
II yang selalu meluangkan waktu membantu dengan memberi masukan, nasihat dan
saran yang tak kenal lelah dalam proses penyusunan tulisan ini dari awal hingga
akhir, hingga dapat terselesaikan seperti sekarang ini.
9. Kepada keluarga penulis yaitu adik kandung penulis yaitu Ajlan Najib, Khairuddin,
dan Najril Arba, serta sanak family penulis.
10. Kepada Mutiara Kemala yang selalu support penulis, memberi semangat dan selalu
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan studi.
VII
11. Kepada teman-teman sejawat penulis yaitu: Aji, Sukma, Arif, Rifqi, Taufik, Amin,
Samsul, Udin, Luqman, Bimas, Sulhan, Adil, Alfan, Hafis, Wahid, Fandi, Istofa,
Dermawan, Agung, Anwar, dll
12. Kepada para senior ciputat yaitu bang Hafis, Heri Mukhtar, Syukrian, Dhika, Jijay,
Herman, Ibong, Enday, Adnan, Mail, Baginda, Try, Dimas, Eka, Ucok, Dani,
Santo, Irfan, dan bang Maman, dll
13. Keluarga Besar LKBHMI Cabang Ciputat, yang selalu support penulis dan menjadi
tempat berdialektika penulis dan tempat ter-istimewa penulis selama di ciputat
sehingga penulis bisa menjadi sebagaimana diri penulis hari ini.
14. Keluarga Besar Pemuda Muhammadiyah Cabang Barus Mudik yang menjadi
tempat berproses penulis selama berada di Barus.
15. Para senior dan guru-guru yang telah memberi arahan, support, dan motivasi
kepada penulis sehingga bisa terselesaikannya tugas akhir ini.
VIII
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... II
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................... III
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... IV
ABSTRAK ........................................................................................................................V
KATA PENGANTAR .................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ................................................................................................................... IX
BAB I. PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................5
C. Pembatasan Masalah ...............................................................................................5
D. Perumusan Masalah .................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................................6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................................6
G. Metode Penelitian ...................................................................................................7
H. Sistematika Pembahasan .........................................................................................9
BAB II. ILLEGAL LOGGING PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
A. Kerangka Teori ......................................................................................................10
1. Teori Maqashid Syar’iah..................................................................................10
2. Teori Pemidanaan ............................................................................................12
3. Teori Penegakan Hukum..................................................................................13
4. Teori Pertanggungjawaban Pidana ..................................................................14
B. Kerangka Konseptual
1. Illegal Logging .................................................................................................15
2. Illegal Logging Menurut Undang-Undang ......................................................16
3. Illegal Logging Menurut Fikih Jinayah ...........................................................17
C. Studi Terdahulu ......................................................................................................18
BAB III. DESKRIPSI KASUS ILLEGAL LOGGING.
A. Illegal Logging didalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 .............................22
IX
B. Duduk Perkara .......................................................................................................26
1. Identitas Terdakwa ...........................................................................................26
2. Kronologis Kasus .............................................................................................27
3. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum .....................................................................28
4. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ......................................................................28
5. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara ..............................................29
6. Amar Putusan ...................................................................................................29
C. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara ....................................................30
BAB IV. ANALISISIS HUKUM PUTUSAN NO. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk.
A. Analisis Putusan Hakim Terhadap Pelaku Illegal Logging Dalam Perspektif
Hukum Pidana ........................................................................................................32
B. Analisis Putusan Hakim Terhadap Pelaku Illegal Logging Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam ..............................................................................................39
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................51
B. Saran-Saran ............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... XI
LAMPIRAN
X
BAB I
PENDAHULUAN
1
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014, Cet-4), hlm.,
27.
2
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan, dan Satwa, (Jakarta:
Erlangga, 1995, Cet-1), hlm., 1.
1
2
3
UU No. 60 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Hutan.
4
Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafik, 2012, Cet-2), hlm., 300.
3
5
UU RI No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan
Hutan.
6
Dyes Supardi. Pembebasan Hak yang Tersandera, (Yogyakarta: Penerbit BP Arupa,
2006), hlm., 2.
7
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013,
Cet-3), hlm., 163.
8
Sahrul Amin, Sains Tekhnologi dan Islam, (Jakarta: Dinamika, 1996), hlm., 134.
4
9
Ahmad Syafi’i. Fiqh Lingkungan: Revitalisasi Ushul al-Fiqh Untuk Konservasi dan
Restorasi Kosmos, hlm., 3.
10
Yusuf Al Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, Terjemahan Abdullah Hakim
Shah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar: 2001, Cet-1), hlm., 46.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka identifikasi beberapa permasalahan yang timbul dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Ketentuan Hukum Positif tentang Penegakan Hukum Pidana illegal
logging.
2. Ketentuan Hukum Islam tentang Penegakan hukum pidana illegal
logging.
3. Penegakan hukum pidana illegal logging di wilayah hukum Sidikalang.
4. Kurangnya tindakan yang tegas dari aparat yang berwenang.
C. Pembatasan Masalah
Merujuk pada pembahasan diatas, penulis membatasi permasalahan
yang akan dituangkan dalam penulisan skripsi agar tidak terlalu luas di
dalam pembahasannya. Penulis akan membahas mengenai penegakan
hukum pidana illegal logging perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam"
(analisis putusan no. 139/pid.b/lh/2020/pn sdk)
D. Perumusan Masalah
Setelah dipaparkan identifikasi masalah dan batasan masalah, dalam
hal ini peneliti akan merumuskan beberapa permasalahan yang berhubungan
6
dengan judul skripsi ini yang akan dijadikan pedoman dalam membahas
obyek penelitian sehingga hasilnya mencapai sasaran yang dimaksudkan.
Maka, rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana perspektif Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam
tentang illegal logging?
2. Bagaimana penerapan hokum dalam putusan no. 139/pid.b/lh/2020/pn
sdk dalam penegakan illegal logging?
E. Tujuan Penelitian
Setelah dipaparkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan
dari penulisan skripsi ini terdiri dari tujuan akademik dan tujuan umum, dua
tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran maupun penjelasan serta pandangan
hukum pidana dan hukum Islam terhadap putusan no.
139/pid.b/lh/2020/pn sdk.
2. Untuk menganalisis pertimbangan hakim dalam memutus perkara
dalam penegakan hukum pidana Illegal Logging pada putusan
no.139/pid.b/lh/2020/pn sdk.
F. Manfaat Penelitian
Adapun mengenai manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi
ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, dua manfaat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Menambah keilmuan mengenai hukum pidana Islam dan hukum
pidana positif khususnya penegakan hukum pidana Illegal Logging
dalam melestarikan lingkungan dan memperkaya dunia pendidikan
dengan menjadi acuan akademisi Indonesia dalam penulisan karya
ilmiah lainnya di masa sekarang ataupun di masa depan.
7
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada pemerintah, penegak hukum serta masyarakat
mengenai pentingnya melestraikan fungsi lingkugan. Sehingga nantinya
negara akan lebih memperhatikan hal seperti ini agar kedepannya Illegal
Loging bisa lebih dimaksimalkan penegakannya dan berbuah pada
lingkungan yang baik dan terjaga.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.11 Dalam pendekatan penelitian ini
penulis menggambarkan pengaturan penerapan hukuman tindak pidana
hasil hutan yang tidak sah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pembahasan senantiasa berpijak pada landasan hukum positif dan
syara', yaitu Al-Quran dan as- Sunnah, undang-undang tentang
kehutanan, undang-undang perlindungan hutan, serta kaidah-kaidah
hukum baik untuk pembenarannya maupun norma atas masalah yang
ada.
2. Jenis Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman yang mendalam terhadap suatu
masalah sesuai yang diteliti. Penelitian kualitatif ini ditujukan untuk
memahami segala fenomena sosial dari sudut pandang masyarakat.
Penelitian kualitatif yakni penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah dimana peneliti serta masyarakat menjadi
instrumen penting. Serta data kualitatif yaitu data yang berbentuk
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hlm., 35.
8
12
Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:
Ciputat, 2010, Cet-1), hlm., 12.
13
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014, Cet-5),
hlm., 176.
9
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memahami isi skripsi dan mencapai sasaran
seperti yang diharapkan, maka penulis membagi isi skripsi ke dalam lima
bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab. Secara teknis penulisan
skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:
Bab I Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II Bab ini memuat deskripsi umum tentang hukum
pidana, tindak pidana, dan kerangka teori serta
kerangka konseptual illegal logging.
BAB III Bab ini memuat deskripsi kasus putusan Mahkamah
Agung, meliputi kronologis perkara dan putusan
hakim terhadap pelaku illegal logging.
Bab IV Bab ini membahas analisa putusan dalam perspektif
hukum pidana dan hukum pidana islam, serta
persamaan hukum islam dan hukum pidana terhadap
pelaku tindak pidana illegal logging.
Bab V Bab ini merupakan bab penutup yang memuat
kesimpulan dan saran yang diambil berdasarkan hasil
dari penelitian yang dilakukan.
14
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV
Jejak, 2018, Cet-1), hlm., 237.
BAB II
ILLEGAL LOGGING PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
A. Kerangka Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teori adalah pendapat
yang telah dikemukakan sebagai suatu keterangan tentang suatu peristiwa
atau kejadian dan asas-asas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar dari
suatu kesenian atau ilmu pengetahuan serta adanya cara-cara dan aturan-
aturan untuk melakukan sesuatu.
Analisis penelitian dalam skripsi ini dapat direalisasikan dengan
rinci dan sistematis serta menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, maka dalam hal ini dibutuhkan teori yang mendukung yang dapat
digunakan serta dapat membantu dalam menganalisis masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
1. Teori Maqashid Syar’iah
Secara bahasa Maqashid Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu
Maqashid dan Syariah. Maqashid yang berarti kesengajaan atau tujuan,
Maqashid merupakan bentuk jama’ dari Maqsud yang berasal dari suku
kata Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan. Dalam hal
ini yang dimaksud dengan Maqashid adalah hal-hal yang di kehendaki
dan dimaksudkan. Sedangkan Syariah secara bahasa berarti artinya
jalan menuju sumber air, jalan menuju air juga diartikan berjalan
menuju kehidupan.1
Maqashid Al-Syariah adalah maksud dan tujuan yang di
syariatkannya hukum Islam. Secara umum bisa juga dikatakan bahwa
Maqashid Al-Syariah adalah konsep untuk mengetahui nilai-nilai dan
sasaran yang mengandung syara’ yang tersurat dan tersirat dalam al-
Qur’an dan Hadist. Allah SWT menetapkannya terhadap manusia dan
1
Ahmad Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif; 1997, Cet-14), hlm., 712.
10
11
tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan
dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Untuk
mencapai kemaslahatan tersebut manusia harus memenuhi kebutuhan
Dahrurriat (Primer), dan menyempurnakan kebutuhan Hajiyat
(sekunder) dan Tahsiniat (tersier). Dalam kemaslahatan tersebut dengan
sinkronisasi dalam Maqashid Al-Syariah bisa di kategorikan juga
menjadi dua pokok baik yang pencapaiannya dengan cara menarik
kemanfaatan atau dengan cara menolak kemudharatan.
Kemaslahatan inilah yang menjadi dasar dalam Maqashid Al-
Syariah sebagai tujuan Syariah, seperti yang telah dihitung juga oleh
ulama dengan nama al-Kulliyat alKhams (lima hal inti/pokok) yang
mereka anggap sebagai dasar-dasar dan tujuan syariat yang harus dijaga.
Ada 5 hal inti yang harus dijaga dan di lindungi dalam Maqashid Al-
Syariah yaitu: 1) Menjaga Agama (Hifdz ad-Din), 2) Menjaga Jiwa
(Hifdz an-Nafs), 3) Menjaga Akal (Hifdz al-Aql), 4) Menjaga Harta
(Hifdz al-Mal), 5) Menjaga Keturunan (Hifdz an-Nasl). Dengan
demikian inilah yang menjadi pokok inti dalam Maqashid Al-Syariah
yang harus di perhatikan untuk tetap berjalan sesuai dengan syariat
Islam.2
Bagi Abdul Wahhab Khallaf, Maqasid al-Syariah adalah suatu alat
bantu untuk memahami redaksi Al-Qur’an dan Al-Hadits,
menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan dan menetapkan hukum
terhadap kasus yang tidak tertampung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dari apa yang disampaikan Abdul Wahhab Khallaf ini, menunjukkan
Maqasid Al-Syariah tidaklah mandiri sebagai dalil hukum tetap
merupakan dasar bagi penetapan hukum melalui beberapa metode
pengambilan hukum.
2
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Jakarta: AMZAH, 2013, Cet-3), hlm., 25.
12
2. Teori Pemidanaan
3
Bambang Waluyo, pidana dan Pemidanaan, (Jakarta; Sinar Grafika, 2004), hlm.,
135-137
13
perbedaan antara jenis pidana pokok dan jenis pidana tambahan ialah
sebagai berikut;
a. Penjatuhan salah satu jenis pidana pokok memiliki sifat keharusan,
sedangkan penjatuhan pidana tambahan memiliki sifat fakulatif.
b. Penjatuhan jenis pidana pokok tidak harus dengan adanya
penjatuhan pidana tambahan (berdiri sendiri), sedangkan
menjatuhkan jenis pidana tambahan tidak boleh tidak ada
penjatuhan pokok.
c. Jenis pidana pokok yang dijatuhkan, apabila telah mempunyai
kekuatan hukum tetap diperlukan suatu tindakan pelaksanaa.
4
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996), hlm., 75.
14
5
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta:
Aksara Baru, 1990), hlm., 80.
6
S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Storia
Grafika, 1996), hlm., 245.
7
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm., 130.
15
B. Kerangka Konseptual
1. Illegal Logging
Illegal Logging menurut Undang- Undang No 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan adalah perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh setiap orang atau kelompok orang atau badan hukum dalam bidang
kehutanan dan perdagangan hasil hutan berupa; menebang atau
memungut hasil hutan kayu (HHK) dari kawasan hutan tanpa izin,
menerima atau membeli HHK yang diduga dipungut secara tidak sah,
serta mengangkut atau memiliki HHK yang tidak dilengkapi Surat
Keterangan Sahnya.
Illegal logging (pembalakan liar) berdasarkan Inpres No. 5 Tahun
2001, tentang Pemberantasan Penebangan Kayu illegal (Illegal
Logging) dan Peredaran Hasil hutan Illegal di Kawasan Ekosistem
Leuser dan Taman Nasional Tanjung Putting adalah penebangan kayu
dikawasan hutan dengan tidak sah.
Tindak pidana illegal logging menurut undang-undang No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan dirumuskan dalam Pasal 50 dan
ketentuan pidana diatur dalam Pasal 78. Yang menjadi dasar adanya
perbuatan illegal logging adalah karena adanya kerusakan hutan.
Dapat dikatakan unsur-unsur yang dapat dijadikan dasar hukum
untuk penegakan hukum pidana terhadap kejahatan illegal logging yaitu
sebagai berikut:
a. Setiap orang pribadi maupun badan hukum dan atau badan usaha.
b. Melakukan perbuatan yang dilarang baik karena sengaja maupun
karena kealpaannya.
c. Menimbulkan kerusakan hutan, dengan cara-cara yakni:
1) Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.
2) Kegiatan yang keluar dari ketentuan perizinan sehingga merusak
hutan.
3) Melanggar batas-batas tepi sungai, jurang, dan pantai yang
ditentukan Undang-undang.
16
8
J.E Sahetapy, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm., 27.
17
9
Abdul Qodir Audah, Tasyri Al-Jina’i, hlm. 66.
10
Hanafi Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: 2005), hlm, 12.
11
Sayid Sabiq, Fiqh-us Sunnah, Terj. Muzakir A. S (Bandung: Al – Maa’rif, 1987),
hlm., IX: 177-181
18
C. Studi Terdahulu
Penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang terdapat tema yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti sekalipun arah dan tujuan
yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa
sumber kajian lain yang telah terlebih dahulu membahas terkait dengan
penegakan hukum pidana illegal logging, yaitu:
1. Skripsi yang pertama berjudul Tindak Pidana Illegal Logging Dalam
Perspektif Hukum Pidana Islam (Analisis Pasal 82 Undang-Undang
No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan). Diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Gunung Djati Bandung. Masalah kejahatan illegal logging yang
diteliti adalah kejahatan terhadap perusakan hutan. Penebangan liar
termasuk penebangan di kawasan hutan secara ilegal atau tanpa izin dari
pemerintah atau pihak yang berwenang. Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
mengatur tentang tindak pidana pembalakan liar. 12
2. Fathin Teguh Saputra, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakart, Tahun 2017. Judul skripsi “Penerapan Hukum
Pidana Serta Fiqih Lingkungan Terhadap Pelaku Penebangan Liar yang
Bermukim di Sekitar Kawasan Hutan Milik Negara (perkara no: 2615
K/ Pid.Sus/2015)”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan pelaku tindak
pidana penebangan liar di kawan hutan yang tempat tinggalnya dalam
kawan hutan milik negara.
3. Jurnal ketiga dengan judul Penerapan Sanksi Tindak Pidana Illegal
Logging di Kawasan Hutan Lindung Ditinjau dari Uu N0. 18 Tahun
2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Studi
Kasus Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah) Diterbitkan
oleh Fakulktas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-raniry. Permasalahan yang
12
Siti Sarah Raudah, yang berjudul Tindak Pidana illegal logging Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam (Analisis Pasal 82 Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan), Diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.
19
13
Reza Maulana, yang berjudul Penerapan Sanksi Tindak Pidana Illegal Logging di
Kawasan Hutan Lindung Ditinjau dari Uu N0. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan (Studi Kasus Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener
Meriah), Diterbitkan oleh Fakulktas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-raniry, 2018.
20
14
Tri Cahyadiputra, Pencegahan Serta Penanggulangan Penebangan Hutan Secara
Liar (Illegal Logging) Oleh Polisi Kehutanan (Studi Di Kabupaten Sumbawa)”, Diterbitkan
Oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. 2013.
21
22
23
Pada pembahasan skripsi ini lebih difokuskan pada pasal 83 ayat (1)
huruf (a) jo pasal 12 huruf (d) UU RI No. 18 Tahun 2013 tentang
pencegahan dan pemberantasan pengrusakan hutan di dalam penerapan
putusan Pengadilan Negeri Sidikalang.
1
Irwan, Efektivitas penyelesaian perkara Tindak Pidana Kehutanan di Kantor
Kejaksaan Negeri Sinjai, UMM Vol. 1 hlm., 51.
26
B. Duduk Perkara.
Sebelum penulis melakukan analisis terhadap putusan Mahkamah
Agung No. 139/Pid.B/LH/2020/ Pengadilan Negeri Sidikalang, maka
sebelumnya penulis akan menuliskan identitas lengkap terdakwa, kasus
posisi, dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa, tuntutan yang diajukan
oleh penuntut umum, pertimbangan-pertimbangan hakim terhadap fakta-
fakta hukum yang terungkap di persidangan dan amar putusan yang di
jatuhkan oleh hakim kepada terdakwa.
1. Identitas Terdakwa.
Nama lengkap terdakwa adalah Irpan Napitupulu, lahir di Siboras,
umur 23 tahun, 20 Desember 1997, jenis kelamin laki-laki,
2
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: BP UNDIP, 1995),
hlm., 45.
27
3
Dalam Salinan, Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk tentang lingkungan hidup,
(Sidikalang: Pengadilan Negeri Sidikalang, 2020), hlm., 1.
4
Dalam Salinan, Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk tentang lingkungan hidup,
hlm., 3.
28
5
Dalam Salinan, Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk tentang lingkungan hidup,
hlm., 2.
29
6
A. Hamzah, Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987, Cet-
1), hlm., 9.
30
1
Dalam Salinan, Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk tentang lingkungan hidup,
(Sidikalang: Pengadilan Negeri Sidikalang, 2020), hlm., 23.
32
33
2
Arif Zulkifli, Dasar-dasar Ilmu Lingkungan, (Jakarta: Salemba Teknika, 2014), hlm.,
62.
34
3
Dalam Salinan, Putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk tentang lingkungan hidup,
hlm., 19.
36
apabila tidak dapat dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan.
Dengan pertimbangan hukum bahwa, perbuatan terdakwa merusak
kelestarian lingkungan hidup yang diprogram serta dilaksanakan oleh
pemerintah, dan terdakwa melakukan penebangan hutan tanpa memiliki izin
dan membuat pihak lain merasa dirugikan. Dengan penjatuhan 1 tahun
penjara dan denda uang sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah),
dengan ketentuan apabila tidak dapat dibayar maka diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan”.4
Selain itu, perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak
pidana illegal logging, yang terdapat dalam Pasal 12 yang berbunyi a)
Melakukan penebangan, memuat, mengangkut, menguasai, dan menjual
hasil hutan b) bertujuan c) kawasan hutan d) tanpa izin pejabat yang
berwenang.5 Maka dikategorikan dalam tindak pidana illegal logging yang
ketentuan pidananya diatur dalam Pasal 83 Undang-Undang No. 18 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
Adapun hal ini tidak lepas dari fakta bahwa tujuan hukum pidana
adalah untuk memidana seseorang yang telah melakukan suatu tindak
pidana dalam rangka menegakkan tertib hukum demi melindungi
masyarakat.6 Sebab, menurut Ted Honderrich, sanksi pidana dapat menjadi
alat pencegah yang ekonomis (economical detterents) apabila memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pidana itu sungguh-sungguh mencegah;
2. Pidana itu tidak menyebabkan timbulnya keadaan yang lebih berbahaya
atau merugikan daripada yang akan terjadi apabila pidana itu tidak
dikenakan; dan
4
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet-2),
hlm., 67.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013, hlm., 9-10.
6
Remmelink, J. Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Indonesia (Tristam Pascal Moeliono, Penerjemah). (Gramedia Pustaka Utama,
2014), Hlm., 14.
38
3. Tidak ada pidana lain yang dapat mencegah secara efektif dengan
bahaya atau kerugian yang lebih kecil.
Pandangan Ted Honderich diatas menunjukkan bahwa sanksi
pidana pada dasarnya adalah sama seperti konsep obat dalam ilmu
kedokteran, baik dalam definisinya yang secara terminologis diartikan
sebagai “bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit” maupun dalam konteks obat yang
diartikan sebagai zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Hanya saja, jika sanksi pidana adalah obat, maka hakim adalah dokter yang
menulis preskripsi resep melalui putusannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsepsi keadilan
didalam putusan tersebut sejak awal berada dalam ranah keadilan korektif
yang fokus utamanya ada pada pembetulan sesuatu yang salah manakala
kesalahan dilakukan. Sayangnya, hingga saat ini belum ada suatu pedoman
pemidanaan yang dapat digunakan oleh hakim dalam menjatuhkan putusan
pidana guna menjamin nilai keadilan, kepastian maupun kemanfaatan
hukum dimasyarakat sehingga seringkali putusan yang dihasilkan oleh
hakim dianggap tidak berkualitas, kurang adil dan kurang
bertanggungjawab meskipun asas res judicata pro varitate habetur
“putusan hakim harus dianggap benar” tetap berlaku bagi semua pihak yang
terlibat dalam suatu peradilan pidana.
Menurut penulis dalam konstruksi hukum Majelis Hakim dan Jaksa
Penuntut Umum dalam memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu
perkara harus mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan. Semestinya
Hakim jangan mengabaikan fakta-fakta yang di ungkapkan para saksi dan
terdakwa yaitu kayu yang sudah di olah 1.5 Ton, dan hal-hal yang
memberatkan lainnya. Penjatuhan pidana melalui putusan hakim agar
dilaksanakan secara sepadan dengan nilai perbuatan terdakwa. Putusan
Pengadilan Negeri Sidikalang dalam menjatuhkan hukuman terhadap
terdakwa belum maksimal. Selain itu, dalam hukum pidana berlaku teori
39
7
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syari’ah Menurut As-Syatibi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996, Cet-1), hlm., 7.
8
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logios Wacana Ilmu, 1997,
Cet-1), hlm., 125.
40
Alsyariah yang dimana lingkung hidup ini harus kita jaga kelestariannya
untuk kesejahteraan beraneka ragam makhluk hidup lainnya. 9
Menurut Yusuf al-Qardhawi, menjaga lingkungan hidup sama
dengan menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga harta.
Rasionalitasnya adalah bahwa jika aspek-aspek jiwa, akal, keturunan, dan
harta rusak, maka eksistensi manusia dalam lingkungan menjadi ternoda.
Dalam konsep fiqh lingungan yang dirumuskan oleh para cendekiawan
Muslim mencerminkan dinamika fiqh terkait dengan adanya perubahan
konteks dan situasi. Ada dua rumusan metode yang digunakan dalam fiqh
lingkungan, yakni mashlahah dan maqasahid syariah. Olehnya itu
penulisan ini lebih mencondongkan lingkungan hidup dalam pandangan
hukum Islam terkhusus kepada metode Maqashid Al-Syariah.10
Keserasian antara menjaga lima hal inti dalam syari’ah ini
mencakup juga dengan menjaga lingkungan hidup yang ada di muka bumi
ini. Keselarasan di setiap point dalam Maqashid Al-Syariah dengan
lingkungan demi kemaslahatan adalah:
1. Menjaga lingkungan dalam point menjaga agama.
Keselarasan dalam konsep ini merupakan sama hal-nya dengan
menjaga agama, maka dari itu landasan pokok ini merupakan hal yang
paling penting atau paling vital dalam point ini. Mencemari lingkungan
yang hidup di bumi ini maka pada dasarnya akan menodai dari substansi
keberagamaan yang benar dan secara tidak langsung meniadakan tujuan
eksistensi manusia di muka bumi ini dan sekaligus menyimpang dari
perintah secara konteks horizontal. Disisi lain perbuatan yang
sewenang-wenang akan menghilangkan sikap yang adil dan ihsan yang
diperintahkan oleh Allah. Kegiatan yang di kategorikan menodai fungsi
manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini adalah merusak alam dan
lingkungan karena alam ini bukan milik manusia namun milik Allah
9
Ahmad Syafi’i, Fiqh Lingkungan: Revitalisasi Ushul al-Fiqh Untuk Konservasi Dan
Restorasi Kosmos, hlm., 3.
10
Sahrul Amin. Sains Tekhnologi Dan Islam, (Jakarta; Dinamika, 1996), hlm., 134.
42
11
Yusuf Al-Qardhawi, Agama Ramah Lingkungan (Jakarta: Pustaka Kautsar; 2002),
hlm., 3.
43
manusia. Kedua adalah bahwa lingkungan dan seisinya, satu sama lain
akan mendukung dan saling menyempurnakan serta saling tolong
menolong sesuai dengan sunnah-sunnah Allah yang berlaku di jagad
raya ini.12 Sehingga dengan terbentuk nya susunan lingkungan yang
tertata rapi sesuai dengan hukum alam Allah tersebut, antara lingkungan
dengan satu dan yang lain (manusia) akan saling melengkapi dan
menyempurnakan. Dari peran yang dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan yang mana setelah Allah menundukkan alam beserta isi-
isinya dan semua ruang melingkupinya, maka tahap selanjutnya adalah
tuntutan untuk berinteraksi dengan baik sesuai dengan garis perintah
Allah dan melaksanakan serta memelihara hukum-hukum tersebut
dalam pengaplikasian yang nyata.
4. Menjaga lingkungan dalam point menjaga akal.
Pemberian akal oleh Allah kepada manusia adalah karunia yang
sangat unggul, olehnya itu manusia dianggap sebagai tingkatan
makhluk hidup yang paling tinggi dengan adanya akal tersebut. Dan
adanya akal ini maka manusia diberlakukan taklif. Yaitu suatu beban
untuk menjalankan Syari’at agama dan segala amal perbuatannya nanti.
Akan tetapi apabila jika akal manusia tidak berjalan dan tidak bisa
membedakan mana yang dikatakan hak atau batil maka manusia tidak
ada bedanya dengan hewan dan pada hakekatnya upaya ubntuk menjaga
kelangsungan hidup manusia tidak akan berjalan. Olehnya itu Al-
Qur’an sering menyindir perilaku manusia dengan menggunakan
analogi: “Apakah kamu tidak berfikir?”, hal tersebut karena kebanyakan
hasrat manusia ingin merusak lingkungan, sehingga dengan sindiran
tersebut diharapkan akan sadar dan menggunakan akalnya untuk
berfikir serta menjaga lingkungan dengan baik dan dirinya sesuai
dengan yang telah di gariskan oleh agama.
5. Menjaga lingkungan dalam point menjaga harta.
12
Yusuf Al-Qardhawi, Agama Ramah Lingkungan (Jakarta: Pustaka Kautsar; 2002),
hlm., 6-7
44
13
Yusuf Al-Qardhawi, Agama Ramah Lingkungan (Jakarta: Pustaka Kautsar; 2002),
hlm., 45.
14
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Radar
Jaya Offset, 2004, Cet. Ke-1), hlm., 125.
45
15
Hasan Muafif Ambary; dkk, Ensiklopedia Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1999, Cet-1), hlm., 308.
46
melestarikan serta menjaga bumi ini dari hal-hal yang negatif yang dapat
merusak alam semesta.
Berkaitan alam dan lingkungan hidup ini, Allah SWT telah
menciptakan alam semesta dengan segala isinya dalam susunan yang
seimbang dan teratur. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Al-Hijr (15):
19:
ْۢ ِ
َاس ََيَ َواَنابَ ات نَاَفِاي َهاَ ِم اَنَ ُك َِلَ َش ايءََ َّم اوُزاون
ضَ َم َد اد هٰنَاَ َواَلا َقاي نَاَفِاي َهاَ َرَو
ََ َو ااْلَار
16
Sahrul Amin, Sains Tekhnologi Dan Islam, (Jakarta: Dinamika; 1996), hlm., 134.
47
17
Daud Effendy, Manusia, Lingkungan, dan Pembangunan (Prospektus Islami),
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm., 7.
49
18
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol-4, hlm.,
405.
19
Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dalam Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm., 65.
20
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet-1),
hlm., 202.
50
21
Wahbah al-Zuhailî, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh, (Beirut: Dâr al-fikr, 1997, Cet-
4, Jilid-7), hlm., 5300.
22
Jimly ash-Shidiqie, Pembaharuan hukum Pidana Islam: Studi Bentuk-bentuk Pidana
dalam Tradisi Hukum Fiqh. (Bandung: Angkasa, 1996), hlm, 144.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Pidana Islam memandang putusan Mahkamah Agung tentang
Illegal Logging sudah tepat hal ini didasarkan atas hal-hal sebagai berikut:
1. Praktik Illegal Logging dapat berakibat buruk terhadap masalah ekonomi
tetapi juga terdampak pada ekologi, sosial, dan budaya, sehingga Illegal
Logging bukan merupakan kejahatan yang biasa. Baik hukum pidana Islam
maupun hukum positif meninjau Illegal Logging sebagai suatu tindak
pidana. Hukum pidana Islam dan hukum positif sama-sama mengancam
pelaku tindak pidana Illegal Logging dengan hukuman pidana. Dalam hal
ini hukum positif mengancam pelakunya dengan 3 (tiga) alternatif hukuman
yaitu penjara, denda dan perampasan benda. Sedangkan hukum pidana
Islam diserahkan kepada hakim sebab dalam hukum pidana Islam tidak
terdapat ketentuan secara bersifat eksplisit yang diatur dalam nash Al-
Quran maupun Hadits.
2. Pandangan hukum terhadap putusan No. 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk,
terhadap pelaku penebangan liar belum cukup memenuhi rasa keadilan
kepada masyarakat karena penerapan hukum yang didapat dari putusan
terebut masih terkesan sepotong-sepotong. Dalam pandangan fiqih
lingkugan pelaku penebangan liar tidak dapat dibenarkan, karena
menyebabkan kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor, pencemaran
udara, dan lain sebagainya. Perilaku tersebut adalah prilaku yang zhalim
sehingga merugikan mahluk hidup lainnya. Yusuf Qardhawi bahkan
menegaskan penerapan hukuman sanksi berupa kurungan (at-tazir) bagi
pelaku pengrusakan lingkungan hidup.
51
52
B. Saran-Saran
1. Jika ditinjau dari segi subtansinya UU No.41 Tahun 1999 dan UU No. 18
Tahun 2013 sudah cukup baik, kelemahan utama pencegahan Illegal
Logging adalah penerapan beserta aparat pemerintah dalam hal polisi,
kejaksan, hendaknya secara konsisten dapat menindak dengan tegas pelaku
tindak pidana Illegal Logging.
2. Masyarakat diharapkan dapat menjaga kelesatarian hutan dengan tidak
menebang pohon secara berlebihan dan tidak digunakan untuk kepentingan
pribadi. Masyarakat juga tidak membakar hutan hanya untuk membuka
lahan baru karena akan mengakibatkan banyak kerugian serta bencana alam
yang merugikan masyakat itu sendiri seperti; banjir, tanah longsor, serta
kebakaran dan lain-lain. Bahwa dalam tindakan tersebut perlu adanya
bantuan dari semua elemen dalam sehingga akademi atau mahasiswa di
pandang perlu untuk dapat memberikan pengetahuan, pendidikan serta
teguran jika terdapat perbuatan tindak pidana tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ahmad Sudirman, Qawaid Fiqihiyyah Dalam Prespektif Fiqh, Cet. 1; Jakarta:
Radar Jaya Offset, 2004.
Ahmad, Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: 2005.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode penelitian Hukum. Cet. 1;
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum, Cet. 5; Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Ali. Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana, Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafik, 2012.
Al-Mursi, Ahmad, Maqashid Syariah, Cet. 3; Jakarta: AMZAH; 2013.
Al-Qardhawi, Yusuf. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002.
Al-Qardhawi, Yusuf. di Terjemahan Abdullah Hakim Shah. Agama Ramah
Lingkungan. Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.
Al-Zuhailî, Wahbah. al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh. Cet. 2; Beirut: Dâr al- Fikr, 1997.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet.1; Sukabumi:
CV. Jejak, 2018.
ash-Shidiqie, Jimly, Pembaharuan hukum Pidana Islam: Studi Bentuk-bentuk Pidana
Dalam Tradisi Hukum Fiqh. Bandung: Angkasa, 1996.
Audah, Abdul Qodir, Tasyri Al-Jina’i, Kairo, 2005.
Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqasid Syari’ah Menurut As-Syatibi. Cet. 2; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996.
Cahyadiputra, Try, Pencegahan Serta Penanggulangan Penebangan Hutan Secara
Liar Illegal Logging Oleh Polisi Kehutanan (Studi Di Kabupaten Sumbawa),
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. 2013.
Dahlan, Abdul Aziz. “Jarimah” Ensiklopedi Hukum Islam. Cet. 2; Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996.
XI
XII
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Cet. 1; Jakarta: Logios Wacana Ilmu.
1997.
Djazuli. Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), Cet. 2;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.
Effendy, Daud, Manusia, Lingkungan, dan Pembangunan (Prospektus Islami), Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Hamzah, Andi. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Hamzah, Andi. Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Cet. 1; Jakarta: Bina Aksara,
1987.
Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Cet. 2; Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Irwan, Efektivitas penyelesaian perkara Tindak Pidana Kehutanan di Kantor
Kejaksaan Negeri Sinjai, Vol. 1, UMM.
Kartanegara, Satochid. Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian 1. Jakarta: Balai
Lektur Mahasiswa, 1995.
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: Citra Aditya Bakti,
1997.
Marpaung, Leden. Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan, dan Satwa. Cet. 1;
Jakarta: Erlangga, 1995.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011.
Maulana, Reza. yang berjudul Penerapan Sanksi Tindak Pidana Illegal Logging di
Kawasan Hutan Lindung Ditinjau Dari Uu N0. 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Studi Kasus Kecamatan
Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah), Diterbitkan oleh Fakulktas Syari’ah
dan Hukum UIN Ar-raniry, 2018.
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara, 1993.
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: BP UNDIP, 1995.
Munawwir, Ahmad, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. 14; Surabaya: Penerbit
Pustaka Progresif; 1997.
XIII
Nawawi, Arief Barda. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Prasetyo, Teguh. Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Prodjohamidjojo Martiman. Memahami Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Cet.
2; Jakarta: Pradnya Paramita, 1997.
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 139/Pid.B/LH/2020/PN Sdk.
Rahmadi, Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. Cet. 3; Jakarta: PT Raja Grafindo,
2013.
Raudah, Siti Sarah. Yang berjudul Tindak Pidana Illegal Logging Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam (Analisis Pasal 82 Undang-Undang No. 18 Tahun 2013
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan), Diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018.
Remmelink, J, Hukum Pidana: Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia (Tristam Pascal Moeliono,
Penerjemah). Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Sabiq, Sayid, Fiqhus Sunnah, Terjemahan. Muzakir A. S, Bandung: Al-Maa’rif, 1987.
Sahetapy, J.E, Hukum Pidana, Yogyakarta: Liberty, 2005.
Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Aksara
Baru, 1990.
Salim, Kamus Indonesia Inggris, Jakarta: Modern English Press, 1987.
Santoso, Topo. Menggagas Hukum Pidana Islam, Cet. 2; Bandung: Asy Syaamil &
Grafika, 2001.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sianturi, S.R. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya. Jakarta: Storia
Grafika, 1996.
Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Cet. 4; Jakarta:
Alumni ahaem petehaem, 1996.
XIV
Lampiran