SKRIPSI
OLEH:
ASWARUDIAN
NIM. 11623100700
PROGRAM S1
JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
ABSTRAK
Kata Kunci: Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i, hukuman had bagi
peminum khamr.
i
KATA PENGANTAR
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis diberi kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam tak lupa penulis
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai junjungan kita yang telah
membawa manusia dari yang tak berilmu sampai kepada manusia berilmu dan
beriman.
Dengan izin dan rahmat yang Allah berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hukuman Had Bagi Pelaku Peminum
Khamr (Studi Komparatif Pemikiran Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-
Syafi’i ”. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil dan pemikiran yang sangat
berharga dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
1. Ayahanda Syaiful Bahri dan Ibu Hasniwati tercinta dan tersayang yang telah
bersusah payah mendidik dan menjaga penulis dari kecil hingga saat ini, selalu
waktu agar dapat meraih cita-cita serta doa dan ridho dari ayah dan ibu yang
selalu penulis harapkan. Untuk seluruh abang dan kakak dan seluruh keluarga
besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam memotivasi penulis baik
ii
dari segi materi maupun non materi mulai dari pengajuan judul hingga proses
2. Rektor UIN Suska Riau Prof. DR. H. Akhmad Mujahidin, S.Ag., M.Ag
beserta wakil Rektor I, II, dan III yang telah berjasa memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Suska Riau.
3. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yaitu Dr. Drs. H. Hajar, M.Ag beserta
pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan kemudahan selama
Madzhab serta Sekretaris Jurusan Bapak Ahmad Fauzi, S.HI, M.A yang telah
5. Bapak Marzuki, M.Ag selaku dosen pembimbing tersayang yang telah banyak
memberikan ide dan saran serta selalu sabar kepada penulis dalam penelitian
ini.
iii
8. Bapak/ibu dosen yang telah membekali ilmu sejak semester pertama hingga
akhir dan seluruh pegawai pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska
Riau.
dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung
Akhir kata, penulis amat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya kepada para pembaca. Akhirnya, kami memohon do‟a dan restu
semoga segala bantuan dan sumbangan fikiran tersebut tercatat sebagai amal
ASWARUDIAN
11623100700
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................. 6
C. Rumusan Masalah .............................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................ 7
E. Metode Penelitian............................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II BIOGRAFI IMAM ABU HANIFAH DAN IMAM ASY-
SYAFI’I
A. Biografi Imam Abu Hanifah .............................................. 14
1. Kelahiran dan Nasab .................................................... 14
2. Suasana Politik Pada Masa Imam Abu Hanifah........... 15
3. Guru-guru, Murid-murid dan Karya-karyanya............. 16
4. Metode Istinbath Hukum .............................................. 21
B. Biografi Imam Asy-Syafi‟i ................................................ 26
1. Kelahiran dan Nasab .................................................... 26
2. Suasana Politik Pada Masa Imam Asy-Syafi‟I ............ 27
3. Guru-guru, Murid-murid dan Karya-karyanya............. 29
4. Metode Istinbath Hukum .............................................. 39
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN HAD
KHAMR
A. Tinjauan Umum Tentang Khamr ....................................... 47
1. Pengertian Khamr ......................................................... 47
2. Dasar Pengharaman Khamr .......................................... 48
3. Macam-macam khamr .................................................. 51
4. Hukuman Bagi Peminum Khamr ................................. 53
v
5. Hikmah di Haramkan Khamr ....................................... 54
B. Tinjauan Umum Tentang Hudud........................................ 55
1. Pengertian Hudud ......................................................... 55
2. Macam-macam Hudud ................................................. 57
3. Jenis-jenis Hudud ......................................................... 58
4. Unsur-unsur Jarimah Hudud ........................................ 61
5. Pelaksanaan Hukuman ................................................. 64
6. Tatacara Pelaksanaan Hukuman................................... 65
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
keamanan, dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh jika setiap muslim taat
Rasulullah SAW.1
Islam juga suatu agama yang memuliakan akal dan juga menempatkan
pada kedudukan yang terhormat. Islam meletakkan akal pada tempat yang
layak, tidak menjadikan akal itu sesuatu yang dapat dipertuhankan, tidak
meletakkan akal pada tempat yang terendah atau suatu yang dihinakan, dan
perbedaan antara manusia dengan hewan salah satunya terletak pada akal.
Akal adalah salah satu nikmat besar yang Allah SWT berikan kepada manusia
dipelihara, Islam telah mengaturnya dengan cara makan makanan yang halal
dan baik karena jenis makanan dan minuman dapat mempengaruhi jiwa dan
1
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 3-5
2
Muhammad bin Musa Alu Nashr, Al-„Aql Wa Manzilatuhu fil Islam, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 1997), h. 5
1
2
4
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik
yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata
bagimu”.
makanan dan minuman yang telah dilarang didalam syariat, salah satunya
meminum khamr. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 90:
5
Artinya: “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr,
berjudi, (bekorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
beberapa organ tubuh yang juga bisa menyebabkan bentuk yang fatal, dapat
mengeruhkan dan menutupi akal, dan merusak daya tangkap. 6 Bagi orang
3
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Al-I‟tishom, 2008), h. 537
4
Manteri Agama RI,Al-Quran dan Terjemah,(Cv Penerbit J-ART,Bandung,2005), h. 25
5
Ibid, h. 123
6
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Hadisah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1997), h.
147
3
yang meminum khamr akalnya mulai padam cahaya, rasa malunya hilang dan
kepekaan terhadap lingkungan juga tidak ada.7 Oleh karena itu khamr disebut
yang keluar dari mulutnya. 8 Oleh sebab itu seorang muslim tidak
dalam Islam merupakan satu ketentuan yang pasti (qat‟iy) dan telah menjadi
Abu Hanifah, Malik, Al-Syafi‟I dan Ahmad bin Hanbal) sepakat bahwa
pendapat tentang minuman Nabiz yaitu minuman keras yang dibuat selain
dari perasan anggur.10 Imam Abu Hanifah berpendapat khamr adalah yang
terbuat dari anggur, sedangkan minuman selain itu (perasan anggur) atau
Nabiz hanya terkandung pada kadar yang tidak memabukkan maka tidak
tersebut dibuat.11
: قال قل رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم,عن عبد اهلل بن عمرو بن العاص
فإن عاد، فإن عاد فاجلده، فإن عاد فاجلده،من شرب اخلمر فاجلده
فاقتلوه
Artinya: “Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata: Rasulullah SAW
bersabda, “barang siapa yang meminum khamr maka jilidlah ia,
apabila ia mengulanginya maka jilidlah ia, apabila ia
mengulanginya lagi maka bunuhlah ia””. (H.R Ahmad)
had bagi peminum khamr, mereka berbeda pendapat mengenai jumlah jilid
bagi peminum khamr.13 Menurut Imam Abu Hanifah tentang hukuman had
orang yang meminum khamr adalah 80 djilid, terdapat dalam kitab Al-
11
Ibid, h. 345
12
Musnad Imam Ahmad, Musnad Abdullah bin „Amr bin „Ash. Juz 11, h. 397
13
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Penerjemah Nor Hasanudin, Lc, MA, Dkk, Fiqih
Sunnah, Jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h. 296
14
Syamsuddin Al-Sarakhsi,Al-Mabsuth,(Beirut,Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah,1993/1414 H,
Jilid 24, h. 56
5
واألصل يف حد الشرب ما روي أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم أتى
بشارب مخر وعنده أربعون رجال فأمرىم أن يضربوه فضربوه كل رجل منهم
بنعليو فلما كان زمان عمر رضي اهلل عنو جعل ذلك مثانني سوطا واخلرب وإن
كان من أخبار اآلحاد فهو مشهور وقد تأكد باتفاق الصحابة رضي اهلل
عنهم إمنا العمل بو يف زمن عمر رضي اهلل عنو فإنو جعل حد الشرب مثانني
سوطا من ىذا احلديث ألنو دلا ضربو كل رجل منهم بنعليو كان الكل يف
معىن مثانني جلدة
Artinya: “Dan asal yang berkaitan dengan had meminum khamar adalah hadis
yang diriwayatkan bahwa rasulullah saw di datangi peminum
khamar dan disisnya ada empat puluh orang lelaki. Maka nabi
memerintahkan mereka untuk memukulnya, maka memukullah
setiap seorang dari mereka dengan sendalnya.maka tatkalah sampai
pada masa umar r.a maka ia menjadikan nya delapan puluh kali
pukulan.dan khabar ini apabila bersumber dari khabar ahad, maka
ia masyhur dan ia telah di kuatkan dengan kesepakatan para sahabat
radiallahu anhum dan sesungguhnya telah beramal dengannya pada
masa umar radiallahu anhu dan menjadikan hukuman had peminum
khamar delapan puluh kali pukulan berdasarkan hadist ini,
dikarenakan tatkalah memukul setiap lelaki dari pada mereka
adalah menggunakan dua sendal maka adalah semua itu bermakna
delapan puluh kali jilid”.
وما زاد، ال جيوز أن ينقص منها، قال الشافعي إىل أن حد اخلمر أربعون
وجيوز، يقف على اجتهاد اإلمام ال يزيد عليها، عليها إىل الثمانني تعزير
أن ينقص منها
15
Al-Imam Syafi‟i,Al-Umm, (Berut, darul fikir, 1990) Jilid 6, h. 144
6
tentang:
B. Batasan Masalah
Asy-Syafi‟i dalam masalah jumlah dera hukuman had bagi pelaku peminum
khamr. Maka dalam penelitian ini penulis ingin membatasi penelitian hanya
C. Rumusan Masalah
2. Bagaimana dalil yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-
peminum khamr.
khamr.
a. Bagi penulis penelitian ini juga sebagai syarat untuk meraih gelar
Hukum Islam.
E. Metode Penelitian
sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
yang dibahas. Artinya seluruh data dikumpulkan dan diperoleh dari hasil
bagian :
dalam kitab-kitab fikih imam mazhab. Imam Abu Hanifah dan Imam
9
makalah dan data lain yang berkaitan langsung dengan topik yang
Sayyid Sabiq.
3. Analisa Data
unsur lain, penelaahan isi salah satu bahan pustaka di cek dengan bahan
pustaka lainnya.
10
penelitian. Hal ini dilakukan untuk memilih mana tulisan yang akan
6. Metode Penulisan
berikut :
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
1. Pengertian Khamr
3. Macam-macam khamr
1. Pengertian Hudud
2. Macam-macam Hudud
3. Jenis-jenis Hudud
5. Pelaksanaan Hukuman
IMAM ASY-SYAFI‟I
Peminum Khamr
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB II
Nama lengkap Abu hanifah adalah al-Nu‟man ibn Tsabit ibn Al-
Zutha Al-Farisi.16 Atas dasar ini dia berasal dari keturunan Persia.
Kakeknya berasal dari daerah Kabul yang menjadi tawanan ketika kabul
pada masa Khalifah Bani Umayyah, „Abdul Malik ibn Marwan. 17 Pada
saat itu dia masih sempat melihat sahabat Anas ibn Malik, ketika beliau
berita ini.18 Dan meninggal dunia pada tahun 767 Masehi/ 150 Hijriah.19
Bapak Imam Abu Hanifah berasal dari Anbar dan ia pernah tinggal
di Tarmuz dan Nisa. Dia seorang pedagang beliau satu keturunan dengan
16
Tariq Suwaidan, Al-Imam Hanifah al-Nu‟man, Penerjemah: M. Taufik Damas, dkk.,
(Jakarta: Zaman, 2013), h. 18
17
Muchlis M Hanafi, Imam Abu Hanifah, (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h. 2
18
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Penerjemah: Masturi Irham,dkk.,
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), h. 169
19
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Gaung
Persada, 2011), h. 105
14
15
kepada suku Tamim. Ada pula pendapat yang tidak setuju dengan
menjadi saksi saat dinasti Umayyah mencapai puncak kejayaan dan saat di
Umayyah.22
pemberontakan yang dilakukan keturunan Ali ibn Abu Thalib, baik dimasa
20
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, Penerjemah: Sabil
Huda & H. A. Ahmadi, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 15
21
Ibid, h. 15
22
Tariq Suwaidan, loc. it., h. 186
23
Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Empat Imam Mazhab, Penerjemahan: Arif
Mahmudi, dkk., (Jakarta: Beirut Publishing, 2013), h. 11
16
2) Muhammad Al-Baqir
4) Ja‟far Shadiq
1) Abu Yusuf
24
Huzaemah Tahido Yanggo, loc. it., h. 113
17
Hadi, Al-Mahdi.25
Ikhtilaf Al-Amshar, Kitab Ar-Radd „Ala Malik ibn Anas, Risalah Al-
yang ditulisnya untuk Yahya ibn Khalid dan terdiri dari empat puluh
yang diriwayatkan oleh Basyar ibn Al-Walid dan terdiri dari tiga
dengan nasab aslinya. Lahir pada 132 Hijriah dan meninggal dunia
25
Ahmad Asy-Syurbasi, loc. it., h. 18
26
Tariq Suwaidan, op. cit., h. 308
18
pada 189 Hijriah.27 Saat Imam Abu Hanifah meninggal dunia, Asy-
atsar yang dijadikan hujjah oleh gurunya Imam Abu Hanifah. Kitab
27
Huzaemah Tahido Yanggo, loc.it., h. 113
28
Tariq Suwaidan, op, cit, h. 314
29
Ibid, h. 315
19
Imam Abu Hanifah dari pada dua sahabat lain, Abu Yusuf dan
Jadi, Zufr memiliki kelebihan berasal dari dua unsur yang berbeda.
sahabat Imam Abu Hanifah yang qiyasnya paling unggul. Zufr tidak
30
Ibid, h. 315
31
Ibid, h. 316
32
Huzaemah Tahido Yanggo, Loc. It., h. 113
33
Tariq Suwaidan, op.cit., h. 316
34
Hudhari Bik, Tarikh al Tasyri‟ Al-Islami, (Indonesia: Daarul Ihya, t.th.), h. 414
20
Murid lain Imam Abu Hanifah adalah Hafsh ibn Ghiyats ibn
kodifikasi. Sang Imam juga tidak memfokuskan diri ntuk menulis atau
Al-Hasan.38
35
Tariq Suwaidan, op. cit., h. 317
36
Syaikh Ahmad Farid, loc. It., h. 206
37
Muchlis M Hanafi, loc. It., h. 177
38
Tariq Suwaidan, loc. It., h. 319
21
Imam Abu Hanifah juga orang pertama yang merumuskan kitab waris
disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dinukil dari Imam Abu Hanifah:
Imam Abu Hanifah sangat teliti dalam melihat mana hadis yang
akan merujuk hadis bila hadis itu jelas dari Nabi Saw melalui sahabat. Ia
menguasai hadis penduduk kufah. Ia berpegang teguh pada hadis yang ada
a. Alquran
39
Ibid, h. 320
40
Ibid, h. 217
22
bersifat mutlak dan tidak ada satu huruf pun darinya yang diragukan.
Tidak ada yang mencapai tingkat seperti itu kecuali Hadis Mutawatir,
b. Sunnah
menjadi penjelas dan merinci dari ayat-ayat Alquran yang masih umum.
41
Ibid, h. 226
42
Ibid, h. 227
43
Hadis ahad, menurut istilah berarti hadis yang diriwayatkan oleh orang perorangan,
atau dua prang atau lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukan de dalam kategori hadis
mutawatir. Artinya, hadis ahad adalah hadis yang jumlah perawinya tidak sampai pada tingkat
mutawatir.lihat: Norr Sulaiman,Antologi Ilmu Hdits,(Jakarta, Gaung Persada Press, 2009), cet II,
h. 90
23
oleh mereka.44
hadis itu didahulukan, karena hadis dinisbatkan pada Nabi Saw yang
lemah dan tidak akan menisbahkan kepada Nabi Saw. Imam Abu
Hanifah lalu akan menetapkan hukum dengan kaidah umum yang tidak
c. Fatwa Sahabat
Imam Abu Hanifah juga merujuk pada pada fatwa sahabat dan
44
Tarik Suwaidan, op,cit ,h. 228
45
Hadis mutawatir, artinya secara etimologi adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang
banyak, dari orang banyak dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka sepakat untuk
berdusta. Lihat : Norr Sulaiman,Antologi Ilmu Hdits, (Jakarta, Gaung Persada Press, 2009), cet II,
h. 86
45
Tarik Suwaidan, op,cit, h. 228
46
Tarik Suwaidan, op,cit, h. 228
24
tabiin.47
d. Ijma‟
pada satu masa tentang hukum suatu perkara. Menurut Imam Abu
para ahli fikih di negerinya. Ketika tidak ada teks, Imam Abu Hanifah
dan Hadis. Itu demi menjaga keutuhan jemaah dan kesatuan pendapat
e. Qiyas
47
Ibid, h. 230
48
Ibid, h. 231
49
Ibid, h. 231
50
Ibid, h. 231
25
tidak hanya mengkaji hukum berbagai masalah fikih yang belum terjadi
sebelum terjadi.51
f. Istihsan
Istihsan adalah namqa untuk dalil yang menjadi lawan qiyas jali,
Hanifah. Bahwa Istihsan Imam Abu Hanifah tidak melenceng dari teks
dan qiyas tapi justru berpijak kuat pada keduanya. Istihsan yang
belakang dengan nash atau ijma‟, atau agar ketika terjadi pertentangan
antara „illat dilakukan pemenang atas „illat yang paling kuat. Misalnya,
g. „Urf (adat)
51
Ibid., h. 231
52
Ibid., h. 234
53
Ibid., h. 237
26
dengan wafatnya Imam Abu Hanifah, guru para fikih Irak dengan Imam
memboyongku ke Asqalan.‟”55
ibn Idris ibn Al-Abbas ibn Utsman ibn Syafi‟ ibn As-Sa‟ib ibn „Ubaid ibn
Abd Yazid Ibn Hasyim ibn Muthalib ibn Abdi Manaf. Akar nasab Imam
Imam Asy-Syafi`i; Naufal, kakek dari Jabir ibn Muth`im; dan Abd Syams,
54
Ibid, h. 239
55
Tariq Suwaidan, Biografi Imam Syafi`i, Penerjemah: Imam Firdaus, (Jakarta: Zaman,
2015), h. 14
56
Muhammad Abu Zahrah, Imam Syafi‟i: Biografi&Pemkirannya dalam Masalah
Akidah, Politik, dan Fikih, penerjemah: Abdul Syukur, dkk., cet. I, (Jakarta: Lentera, 2007), h. 27
27
Nabi Saw., tepatnya di Abdi Manaf sebagai Kakek moyang Nabi Saw. 57
menetap disana hingga wafat. Ketika itu Imam Asy-Syafi`i masih dalam
satu kabilah Arab yang masih murni. Ia tidak termasuk kabilah Quraisy,
aku Bahwa ibunda Asy-Syafi`i berasal dari kaum Quraisy Alawi. Pendapat
yang benar Adalah ia berasal dari kaum Azad karena Riwayat yang
oleh faktor politik baik dari dalam maupun luar negeri, faktor dalam
57
Muchlis M Hanafi, Imam Syafi`i, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 4
58
Tariq Suwaidan, loc. it., h. 15
59
Ibid, h. 20
60
Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi, Ensklopedia Imam Asy-Syafi`i, (Jakarta:
Hikmah, 2008), h. 9
28
negeri menjadi salah satu pengaruh, karena latar belakang beliau tidak
sehingga orang yang tidak hubungan nasab dan raja tidak berhak
ketentuan Allah Swt. dan bukan atas ketentuan manusia. Keyakinan ini
61
Tariq Suwaidan, op. cit., h. 21
62
Ahmad Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid. III, Penerjemah: Moh. Labib
Ahmad, (Jakarta: Al-Hasan Dzikra, 1997), h. 11
29
ijtihad, tetapi cukup mengikuti salah satu dari mazhab yang ada. Di Iraq
saat itu mazhab yang dipakai adalah mazhab Hanafi, di Syam adalah
Mesir.63
ajaran agama, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifah yang
dipenjarakan.64
ditekuni. 65
63
K. Ali, Sejarah Islam, Penerjemah: Gufran A. Masudi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), h. 253
64
Ahmad Nahwari, loc. it., h. 171
65
Ibid, h. 172
30
kepadanya.66
dengan bermacam pendapat dan aliran. Abu Al-Walid ibn Abi Al-
Jarud berkata:67
66
Abdul Aziz Asy-Syinawi, loc. it., h. 491
67
Tariq Suwaidan, loc. it., h. 265
31
Al-Makki, Muhammad ibn Ali ibn Syafi`, Muhammad ibn Abi Al-
Abbas ibn Utsman ibn Syafi`, Ismail ibn Abdullah ibn qasthantin
ibn`Iyyadh, Abdul Majid ibn Abdul Aziz ibn Abi Ruwwad, Abu
Shafwan `Abd ibn Sa‟id ibn Abdul Malik ibn Marwan ibn Al-
Sa`ad ibn Ibrahim Ibn Abdurrahman ibn Auf, Abdul Aziz ibn
68
Ibid., h. 266
32
Ismail ibn Abi Fudaik, Abdullah ibn Nafi` al- Shaigh, Ibrahim ibn
Amr.69
Umar ibn Abi Salamah (sahabat Al-Auza‟i), dan Yahya ibn Hassan
Kufiyan, Ismail ibn Aliyah, dan Abdul Wahhab ibn Abdul Majid
Al-Bashriyani.71
69
Ibid, h. 268
70
Ibid, h. 268
71
Abdul Aziz Asy-Syinawi, loc. it., h. 492
33
Syafi`i memiliki banyak sahabat dan murid di Hijaz, Irak dan Mesir.
b) Ibrahim ibn Muhammad ibn Al-Abbas ibn Utsman ibn Syafi` Al-
Muththalibi
Ali)
Al-Bashari
furu‟, fikih dan dalil-dalilnya, bahkan di bidang tafsir, dan sastra. Ibn
Irak kali kedua pada 195 Hijriah, banyak riwayat yang menyatakan
karyanya.
72
Ibid, h. 492
35
para penentangnya.73
Al-Muradi.
a) Kitab Al-Umm
75
Muchlis M Hanafi, loc. it., h. 225
38
b) Kitab Al-Risalah
model baru yang unik dalam hal metode ilmiah dan tata cara
Risalah.77
1) Alquran
78
Ibid, h. 234
79
Ibid, h. 235
40
Alquran tidak bisa me-nasakh sunnah dan sunnah tidak bias me-
sunnah maka harus ada dalil dari sunnah yang menegaskan adanya
nasakh tersebut.80
2) Sunnah
mubayyin (penjelas).81
80
Ibid, h. 237
81
Ibid, h. 242
41
b. Ijma‟
ulama pada satu zaman terhadap satu hukum yang bersifat praktis yang
Seperti shalat lima waktu dan jumlah rakaat. Kedua, ijma‟ terhadap
membagikan tanah yang telah dibebaskan untuk para tentara yang ikut
membebaskannya.85
82
Ibid, h. 240
83
Ibid, h. 243
84
Ibid, h. 244
85
Ibid, h. 245
42
masalah itu telah disepakati oleh ulama seluruh negeri Islam, seperti
qaul sahabat, baik dalam fikih baru maupun fikih lamanya, tidak seperti
pertama, pendapat yang disepakati para sahabat dan tidak ada yang
kitab dan sunnah maka tak seorang pun boleh berpaling darinya. Jika
tidak ada maka Imam Asy-Syafi`i akan memilih pendapat para sahabat
yang paling dekat dengan Kitab dan Sunnah atau mengambil pendapat
86
Ibid. h. 245
43
d. Qiyas
tertulis didalam nash dengan kasus lain yang hukumnya tertulis dalam
berarti ijtihad.88
ada nash yang jelas maka ia harus diikuti. Jika tidak ada maka bisa jadi
Premis kedua, ilmu syariat itu dibagi dua bagian; ilmu yang bersifat
87
Ibid, h. 245
88
Ibid, h. 248
44
yang cukup dengan dugaan yang paling kuat. Diantara contoh bagian
Kitab dan Sunnah. Ijtihad tak bisa dilakukan kecuali dengan melihat
dasar yang bisa dijadikan patokan untuk melakukan qiyas. Seorang ahli
hukum.91
dalam masalah cabang lebih jelas dari masalah pokoknya, maka ini
dengan „illat masalah pokok maka ini qiyas tingkatan kedua. Jika
89
Ibid, h. 253
90
Ibid, h. 254
91
Ibid, h. 254
45
„illat-nya lebih kurang jelas dari „illat pada masalah asli maka ini
e. Istihsan
ini bathil.
92
Ibid, h. 256
93
Manteri Agama RI,Al-Quran dan Terjemah,(Cv Penerbit J-ART,Bandung,2005), h.
578
46
Nabi Saw. akan melakukannya sebelum turun wahyu. Dan beliau bukan
seorang kafir yang lari, lalu bersembunyi di balik pohon, dan berkata,
“aku telah masuh Islam karena Allah Swt.”. Menyikapi kasus ini, para
nash.
makna ini diterima, niscaya orang alim dan awam bisa melakukannya
BAB III
1. Pengertian Khamr
Pertama karena menutupi akal, kedua dari kata khimar yang bermakna
menutupi wanita, ketiga dari al-khamar yang berarti sesuatu yang bisa
dipakai bersembunyi dari pohon dan tumbuhan atau dengan kata lain
semak-semak, dan yang keempat dari kata khamir yang bermakna orang
khamr ialah zat yang memabukkan dan terbuat dari sari anggur atau semua
94
Tafsir al-Lubāb, al-Maktabah al-Syamilah, (Pustaka Ridwan: 2008)
95
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, (Jakarta Timur,
Pustaka Al-Kautsar, 2012) h. 622
96
Al-Alusi, Ruh al-Ma‟ani, al-Maktabah al-Syamilah, (Pustaka Ridwan:2008), h. 123
47
48
bahwa secara tegas telah dilarang dan harus dijauhi.97 Menurut Imam Abu
berpendapat khamr adalah segala yang sedikit atau banyak, baik minuman
itu dari buah anggur, kurma atau madu, baik masih mentah ataupun sudah
dimasak.
(Ummul Khaba‟its), merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta.98 Atas dasar
97
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan Jinayat, (Jakarta Selatan, DU Publishing, 2011),
h. 129
98
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h.71
99
Abdul Qodir Audah, at-Tasyri al-Jina‟a al-Islamy, terj. Tim Tsaliyah, (Bogor: PT
Kharisma Ilmu), Juz. 5, h. 59
49
Ijma‟.100 Oleh sebab itu, sanksi hukumanya juga sangat keras sebab
melanggar apa yang telah Allah SWT larang. Dalil hukum yang mengatur
tentang sanksi hukum peminum khamr diungkapkan oleh Allah dalam Al-
َّت ِ َّ
ٰ َّ ار ٰى َح َ آم نُوا َال تَ ْق َربُوا ال صَّ َال ةَ َوأَنْ تُ ْم ُس َكَ ين َ يَا أَيُّ َه ا ا ل ذ
َّت تَ غْ تَ ِس لُوا ٍ ِتَ عْ لَ ُم وا َم ا تَ قُ ولُو َن َوَال ُج نُبًا إِ َّال عَ ا بِرِي َس ب
ٰ َّ يل َح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
100
Shaleh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Mulakhassul Fiqhi, Jus 3, (Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir, 2013), h. 391
101
Manteri Agama RI,Al-Quran dan Terjemah,(Cv Penerbit J-ART,Bandung,2005), h. 34
102
Ibid, 85
50
ض اءَ ِيفَ ْبَ يْ نَ ُك مُ ا لْعَ َد َاوةَ َوا لْبَ غ يد الشَّيْ طَا ُن أَ ْن يُوقِ َع ُ ِإِ َّمنَا يُر
ذِ ْك رِ ال لَّوِ َوعَ نِ ال صَّ َال ةِ ۖ فَ َه ْل ا ْخلَ ْم رِ َوا لْ َم يْ ِس رِ َويَصُ َّد ُك ْم عَ ْن
أَنْ تُ ْم ُم نْ تَ ُه و َن
Artinya:“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).
103
Ibid, h. 123
104
Ibid, h. 123
51
adalah haram.
3. Macam-macam Khamr
banyak maupun sedikit hukumnya haram. Segala hal yang menutupi atau
105
A. Hasan, Soal Jawab Masalah Agama, h. 482
52
menghilangkan akal disebut dengan Khamr, baik yang berasal dari anggur
yang dimasak sampai mendidih maupun yang bersal dari korma, madu,
ataupun gandum, bahkan yang berasal dari susu sekalian, atau bahan
anggur:
b. Al-Badziq adalah anggur yang direbus hingga tersisa dua per tiganya
tidak memabukkan.
beberapa macam:
a. As-Sakar adalah korma basah direndam dalam air sampai rasa manis
tanpa direbus.
53
b. Al-Fadhikh adalah korma kering direndam dalam air sampai rasa manis
keras dan memabukkan. Campuran korma dan anggur yang disebut Al-
Khasysyaf jika beraroma keras dan memabukkan dan begitu juga dengan
oleh karena itu hukuman jilid bagi peminum minuman keras sangatlah
106
Muhammad fuad abdul baqi, Al-lu‟lu wal marjan, jakarta:pustaka as-sunnah, 2008,
hlm. 138
54
Ketika datang masa Umar bin Khatab, masyarakat waktu itu sangat
sahabat, akhirnya menerima usulan dari Abdurhman bin Auf yaitu 80 kali
cambukan dengan alasan bahwa ukuran paling sedikit dari had adalah 80
mudharat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Bersumber dari khamr
akal, dan harta benda. Prespektif Ushul Fiqh menjaga akal dan jiwa
Islam terdapat teori yang bernama maqasid al-syari‟ah yang berarti tujuan
107
Abdul Qodir Audah, loc.cit., h. 506
108
Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad al Husaini, Kifayatul ahyar fi Hali Goyatul
Ihtishor, jilid 2, Damaskus: Darul Khoir, 1994. hlm. 178
55
1. Pengertian Hudud
Secara bahasa, kata hudud adalah bentuk jamak dari had yang
dari Allah SWT tentang hal-hal yang telah diharamkannya. 111 Sehingga
hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT juga disebut dengan istilah
ِ ك ح ُد ِ
َ ُود اللَّو فَ َال تَ ْقَرب
وىا ُ ُ َ ت ْل
Artinya: “Itulah hudud (larangan) Allah dan janganlah kamu
melanggarnya”.
ketetapan dari Allah atas pelanggaran dosa, dimana bentuk, tata cara dan
111
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan Jinayat, op.cit., h.79
112
Manteri Agama RI,Al-Quran dan Terjemah,(Cv Penerbit J-ART,Bandung,2005), h. 29
113
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, op.cit., h. 599
114
Prof. K.H. Alie Yafie, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Kharisma
Ilmu) Jilid 3, h. 41
57
2. Macam-macam Hudud
Menurut Abu Ya‟la hudud jenis yang pertama adalah semua jenis
semua hal yang diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan
hudud jenis yang kedua adalah semua jenis sanksi yang diberlakukan
mencuri dan meminum khmar.118 Hudud jenis kedua terbagi menjadi dua,
115
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi, Qut Al-Habib Al-Gharib,
Tausyikh „ala fath Al-Qarib Al-Mujib, (Semarang: Toha Putera), h. 245
116
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983) jilid II, h. 302
117
Abu Ya‟la, Al- Ahkam Al-Sultaniyyah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1983), h.
260
118
Ibid, h. 260
58
Pertama, hudud yang merupakan hak Allah seperti hudud atas jarimah
hudud yang merupakan hak manusia, seperti had qadzhaf dan qishahsh.119
3. Jenis-jenis Hudud
moral atau kepentingan individu yang harus ditaati oleh setiap orang.
tergantung pada kualitas iman, taqwa dan hati nurani seseorang, juga
melanggarnya.120
hudud ini menjadi harapan dapat menjadi sebuah hukuman yang dapat
memberikan efek jera bagi si pelaku tindak pidana. Tindak pidana yang
119
Ibid, h. 262
120
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 60
59
a. Perzinaan
b. Pencurian
Pencurian adalah orang yang mengambil benda barang milik orang lain
c. Qadzaf
d. Murtad (Riddah)
121
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimias, 1984), h. 123
122
Faizal Ismail, Undang-Undang Jinayah Islam,( Jakarta: Pustaka Islam,1996), h. 192
123
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Raja Grafika, 1995), h. 67
124
Yusran Hadi, Sanksi Kriminal Dalam Islam, (Banda Aceh, Acehong), h. 13
125
H.A Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 25
60
e. Pembunuhan
f. Meminum Khamr
g. Ta‟zir
126
Imam Al-Mawardi, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syari‟at Islam,
(Jakarta: Dar al Falah, 2006), h. 390
127
Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syari‟at Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
2006), h. 567
128
Ahmad Mushtfa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1993), h.
203
61
memenuhi beberapa unsur, yaitu unsur umum dan unsur khusus. Unsur-
perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. Unsur ini biasa disebut
khusus yang harus dipenuhi oleh pelaku peminum khamr. Adapun unsur-
a. Asy-Syurbu
haus, padahal ada air yang dapat diminumnya. Akan tetapi, apabila hal
129
TM. Hasbi ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, h. 211
130
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: BulanBintang, 1993, h. 6
62
dikenai hukuman.
dikenai hukuman had, karena tidak ada unsur melawan hukum. Apabila
tahu bahwa minuman tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur
a. Saksi
adalah dua orang yang memenuhi syarat yaitu: Islam, baligh, berakal,
adil, dapat berbicara, dan tidak ada penghalang untuk menjadi saksi.
131
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, h. 74
132
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, h. 36
63
b. Pengakuan
Adanya pengakuan pelaku. Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak
meminum khamr.133
c. Qarinah
1) Bau Minuman
Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟i, dan pendapat yang rajih dari
2) Mabuk
dalam keadaan mabuk itu harus dikenai hukuman had. Imam Asy-
133
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, h.79
64
3) Muntah
lebih kuat daripada sekedar bau minuman, karena pelaku tidak akan
5. Pelaksaan Hukuman
hukuman untuk jarimah hudud adalah kepala negara (imam) atau wakilnya
134
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, h.79
135
Ibid, h.175
65
cambuk bagi pezina. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam
Dalam hal ini orang yang berwenang atau diberi wewenang oleh
b. Cambuk
136
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Al-I‟tishom, 2008), h. 559
137
H.M.K. Bakrie, Hukum Pidana Dalam Islam, Sala: Ramadhani, 1958, h. 60
138
Muhammad Ruwas Qal‟aji,Mausuah Fiqh Umar Ibn Khatab, Kuwait: Maktabah al-
Falah, h. 191
66
dalam masjid.139
139
Muhammad Ruwas Qal‟aji, Ibid, h. 191
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi‟i tentang hukuman had bagi pelaku
terbuat dari selain anggur boleh diminum apabila sedikit dan tidak sampai
itu dari buah anggur, kurma atau madu, baik masih mentah ataupun sudah
dimasak.
diberlakukan pada masa Umar bin Khattab. Metode istinbath Imam Abu
79
80
empat puluh kali cambukan jika orang itu merdeka dan duapuluh
dilakukan Abu Bakar. Metode istinbath yang dipakai oleh Imam Asy-
Syafi‟I adalah Hadist, dan Qaul Sahabi. Menurut Imam Asy-Shafi‟I jika
B. Saran
bagi pelaku peminum khamr (Studi komparatif menurut pemikiran Imam Abu
Hanifah dan Imam Asy-Syafi‟i) Oleh karena itu, penulis menyarankan supaya
penelitian ini dapat dilanjutkan ke dalam pembahasan yang lebih dalam dan
Abdu al-Rahman al-jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Madzahib ala alarba‟ah, Beirut:
Dar Ihya‟ al-Turas bal-Arabi.
Abdul Qodir Audah, at-Tasyri al-Jina‟a al-Islamy, terj. Tim Tsaliyah, Bogor: PT
Kharisma Ilmu.
Abu Ya‟la, Al- Ahkam Al-Sultaniyyah, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1983.
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1990.
Ahmad Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid. III, Penerjemah: Moh.
Labib Ahmad, Jakarta: Al-Hasan Dzikra, 1997.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2005.
Al-Wazir Yahya bin Muhammad bin Hubairah, Fikih Empat Madzhab: Hanafi,
Maliki, Syafi‟I, Hanbali: penerjemah, Ali Mh, Jakarta: Pustaka Azzam,
2016.
Bambang Subandi, Studi Hukum Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2011.
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Raja Grafika, 1995.
Duski Ibrahim, Metode Penetapan Hukum Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008.
Ibrahim bin Ali bin Yusuf assyarozi bin Ishak, Al- Muhadzab fiy al-Syafi‟i, Beirut:
Dar Al-Fiqr.
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Almahali, almhali juz 4, Beirut: Dar al Fikri.
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Hadisah, Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1997.
Muhammad bin Musa Alu Nashr, Al-„Aql Wa Manzilatuhu fil Islam, Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 1997.
Muhammad Nawawi bin Umar al Jawi Assyafii, Tausyih ‟Ala Ibnu Qosim, Darul
kutub al-islamiah.
Musnad Imam Ahmad, Musnad Abdullah bin „Amr bin „Ash. Juz 11.
Prof. K.H. Alie Yafie, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Erlangga, 2011.
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Penerjemah Nor Hasanudin, Lc, MA, Dkk, Fiqih
Sunnah, Jilid 3, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.
Shaleh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Mulakhassul Fiqhi, Jus 3, Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir, 2013.
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, Jakarta Timur,
Pustaka Al-Kautsar, 2012.
Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi, Indahnya Syari‟at Islam, Jakarta: Gema Insani
Press, 2006.
Taufik Rahman, Hadis-Hadis Ahkam Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 223
TM. Hasbi ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.
Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang dan lulus pada tahun 2016. Selanjutnya
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Sebagai tugas akhir perkuliahan penulis
Khamr (Studi Komparatif Pemikiran Imam Abu Hanifah Dan Imam Asy-
2020 jurusan Perbandingan Madzhab pada Fakultas Syariah dan Hukum dengan
IPK terakhir 3.62 (Sangat Memuaskan) dan berhak menyandang gelar Sarjana
Hukum (S.H).