SKRIPSI
Oleh:
JIKA HARI INI KITA MASIH LAGI BOLEH MENGHIRUP UDARA SEGAR
JIKA HARI INI KITA MASIH LAGI BOLEH SOLAT DENGAN PENUH KHUSYUK
JIKA HARI INI KITA MASIH LAGI BOLEH BERSAMA INSAN TERSAYANG
Rabiatul Adawiah binti Mohd Said, (2019): Hukum Imam Wanita dalam
Shalat Berjamaah, Studi
Komperatif Imam Malik dan
Imam Syafi’i
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sanjung tinggikan ke hadirat Allah SWT,
Syafi’i).” Kemudian, shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun umat manusia ke arah yang di ridhai oleh Allah SWT.
tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para
1. Ayahanda yang dihormati Mohd Said bin Jusoh dan bunda tercinta Rohana
binti Chik yang tidak pernah putus mendoakan penulis, adinda-adinda yang
Nabilah, dan Mus‟ab al-Khairi yang banyak membantu, serta seluruh anggota
keluarga dan saudara mara sebagai pemberi motivasi, dorongan moral dan
materil beserta doa, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis
2. Bapak Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, M.Ag selaku Rektor UIN Suska Riau
beserta jajarannya.
ii
3. Bapak Dr. H. Hajar Hasan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum
Mazhab Dan Hukum beserta Bapak H. Akhmal Abdul Munir, LC, MA selaku
serta petunjuk sejak dari awal sampai selesai karya ilmiah ini.
6. Seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Suska Riau, Fakultas dan
8. Semua dosen Fakultas Syariah yang telah membekali ilmu sejak semester
9. Bapak Afrizal S.Ag, dosen yang banyak memberi nasihat dan membimbing
10. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
Hadirah, Fatisa, Atiqah, Fatimoh, dan lain-lain lagi yang telah banyak
iii
Akhir kata, penulis amat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya kepada para pembaca. Akhirnya, kami memohon do‟a dan restu
semoga segala bantuan dan sumbangan fikiran tersebut tercatat sebagai amal
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Batasan Masalah...................................................................... 11
C. Rumusan Masalah ................................................................... 11
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 11
E. Metode Penelitian.................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
v
E. Orang yang Paling Berhak Menjadi Imam .............................. 52
F. Mengimami Jamaah Laki-laki dan Wanita ........................... 55
G. Imamah Wanita terhadap Laki-laki ......................................... 56
H. Cara Imam Wanita Mengimami Jamaah Wanita .................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman kemajuan sekarang ini, para wanita ikut serta mengambil
buruh serta pembantu rumah tangga, dianggap lapisan paling bawah. 1 Wanita
sebelum Islam (masyarakat Jahiliyah) tidak memiliki peran apa pun. Dirampas
1
Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah al-Haditsah pada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islami, (Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 1997), h. 185.
2
M. Anis Qasim Ja‟far, Perempuan & Kekuasaan: Menelusuri Hak Politik dan Persoalan
Gender dalam Islam, (Bandung: Zaman, 1998), h. 11.
1
2
Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-nahl:
58-59)
kasih antara pria dan wanita. Perhatian yang penuh dari al-Quran,
Islam. Kedudukan yang demikian itu belum pernah diperoleh kaum wanita
hukum.4
tanggungjawab laki-laki.5
3
QS. An-Nisa‟: 19.
4
Mahmud Syaltut, Akidah dan Syariah Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. III, h.
216
5
Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
382.
3
56,
beribadah kepada-Ku.”
sama benar dengan kaum pria. Bukan karena kekurangan penghargaan, akan
Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan
nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih
adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika
(suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).”
Artinya: “Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah
melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang
dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. “Dan aku
memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu
untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk."
umat manusia. Tidak ada penyebab yang menjadi sebab lebih tingginya derajat
manusia yang satu dengan yang lain, kecuali peringkat iman dan
kesamaan yang mencapai derajat yang tinggi dan akan memperoleh kemuliaan
yang tinggi di sisi Allah, tanpa melihat jenis kelamin baik itu laki-laki maupun
bagi semua umat Islam di seluruh dunia secara spiritualitas. Shalat adalah
5
jalinan (hubungan) yang kuat antara langit dan bumi, antara Allah dan hamba-
Nya. Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun
ibadah yang terdiri dari perkataan, perbuatan tertentu yang di awali dengan
Menurut Wahbah Zuhaili definisi shalat menurut arti bahasa adalah doa atau
doa meminta kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat at-Taubah ayat 103,
syara‟, shalat beerti semua perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai
6
Hilmi al-Khuli, Ajaibnya Gerakan Shalat Bagi Kesehatan Fisik dan Jiwa, (Jakarta:
Buku Kita, 2013), h. 27.
7
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Cairo: Al-Fath lia‟lam „Arobi,tt), jil. I, h. 63.
8
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2010),
jil. I, h. 541.
6
Dikatakan, thariq (jalan) mu‟abbad dan unta yang mu‟abbad, artinya yang
sudah disiapkan. Semua makna ini sesuai dengan isytiqaq-nya, Allah SWT
ibadah lebih dalam maknanya karena merupakan puncak ketundukan dan tidak
ada sesuatu pun yang berhak mendapat penghambaan, kecuali yang memiliki
Secara garis besar ibadah itu dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu: Ibadah mahdhah (pokok). Kelompok ibadah ini adalah segala sesuatu
yang menjadi rukun Islam, apabila hilang salah satu ibadah tersebut di saat
kurang dan bahkan batalnya status keislaman seseorang. Macam ibadah ini
antara lain, shalat yang harus diawali dengan bersuci dan disertai penegasan
syahadat, puasa, zakat, dan haji. Kemudian bagian ibadah lainnya adalah
ghairu mahdhah (ibadah yang bukan pokok), atau ibadah selain hal-hal yang
tersebut di atas, namun masuk bagian ibadah apabila dilakukan dengan ikhlas
harus menyentuh setiap aspek ajaran Islam. Secara umum Islam mengajarkan
Pelaksanaan shalat dapat dilakukan dengan dua cara, sendiri (fardiyah) dan
9
Prof. Dr. Su‟ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 3.
10
Dr. Zulkifli, M. Ag, Rambu-rambu Fiqh Ibadah, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2016), h.
11.
7
harus ada imam dan ada makmum sebagaimana yang di sampaikan oleh
قَا َل َر ُسو ُل َا ه َِّلل صىل هللا ػليه وسمل ( اه ه َما:َو َغ ْن َأ ِِب ه َُرْي َر َة ريض هللا غنه قَا َل
ِ
, َوا َذا َر َك َع فَ ْار َك ُؼوا, َو َْل تُ َك ِ ّ َُّبوا َح هَّت يُ َك ِ ّ ََّب, فَا َذا َك ه ََّب فَ َك ِ ّ َُّبوا,ُج ِؼ َل َا ْْل َما ُم ِم ُي ْؤ َ هَت ِب ِه
, ُ َانلههُ هم ِ َربهنَا َ ََل َامْ َح ْمد: فَ ُقومُوا, َ ِوا َذا قَا َل َ َِس َع َا ه َُّلل ِم َم ْن َ َِحدَ ُه,َو َْل تَ ْر َك ُؼِوا َح هَّت يَ ْر َك َع
َوا َذا, َوا َذا َص هىل قَائِ ًما فَ َصلُّوا ِق َيا ًما, َ َو َْل ِ ت َ ْس ُجدُ وا َح هَّت ي َْس ُجد,َوا َذا ََسَدَ فَ ْاَسُدُ وا
َو َه َذا مَ ْف ُظه َُو َأ ْص ُ ُُل ِ ِِف,ََ ِص هىل قَا ِػ ًدا فَ َصلُّوا قُ ُؼودًا َأ ْ َْج ِؼ َني ) َر َوا ُه َأبُ ِو د َُاود
.14 َا همص ِحي َح ْني
Artinya: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya imam itu
dijadikan untuk diikuti. Maka apabila ia telah bertakbir,
bertakbirlah kalian dan jangan bertakbir sebelum ia bertakbir.
Apabila ia telah ruku', maka ruku'lah kalian dan jangan ruku'
11
Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui Shalat
Yang Benar, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 123.
12
Al-Imam Al-Hafiz Abul Husain Muslim Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Saudi Arabia:
International Ideas Home, 1998), h. 522
13
Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Shalat, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007), h. 314.
14
Op. Cit., h. 178.
8
menjadi imam adalah orang yang paling bagus (fasih) dalam membaca Al-
Quran (mengetahui makharijul huruf yaitu tempat keluar huruf, tidak keliru
قَا َل َر ُسو ُل َا ه َِّلل صىل هللا ػليه وسمل ( ي َ ُؤ ُّم:َو َغ ْن َأ ِِب َم ْس ُؼو ٍد ريض هللا غنه قَا َل
فَا ْن ََكهُوا ِِف, فَا ْن ََكهُوا ِِف َامْ ِق َرا َء ِة َس َوا ًء فَأَػْلَ ُمه ُْم ِب ُّمس نه ِة,َامْ َق ْو َم َأ ْق َر ُؤ ُ ُْه ِم ِكتَ ِاب َا ه َِّلل
: ِ َو ِِف ِر َواي َ ٍة- ِ فَا ْن ََكهُوا ِِف َامْهِ ْج َر ِة َس َوا ًء فَأَ ْقدَ ُمهُ ْم ِسلْ ًما,ًَا ُّمس نه ِة َس َوا ًء فَأَ ْقدَ ُمه ُْم ِِه َْرة
ِ
َو َْل ي َ ْق ُؼ ْد ِِف بَيْ ِت ِه ػَ َىل تَ ْك ِر َم ِت ِه ا هْل, َو َْل ي َ ُؤ هم هن َا همر ُج ُل َا همر ُج َل ِِف ُسلْ َطا ِه ِه-ِس نًّا
ِ 16
) َر َوا ُه ُم ْس ِمل."ِب ْذ ِه ِه
ِ
Artinya: Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Yang mengimami kaum
adalah orang yang paling pandai membaca al-Qur'an di antara
mereka. Jika dalam bacaan mereka sama, maka yang paling banyak
mengetahui tentang Sunnah di antara mereka. Jika dalam Sunnah
mereka sama, maka yang paling dahulu berhijrah di antara mereka.
Jika dalam hijrah mereka sama, maka yang paling dahulu masuk
Islam di antara mereka." Dalam suatu riwayat: "Yang paling tua."
"Dan Janganlah seseorang mengimami orang lain di tempat
15
Shalaih bin Fauzan bin Abdullah Ali Fauzan, Ringkasan Fikih Syaikh Al Fauzan,
penerjemah: Kamaluddin Sahar, (Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2006), h. 210.
16
Al-Imam Al-Hafiz Abul Husain Muslim Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Saudi Arabia:
International Ideas Home, 1998), h. 264.
9
sebagai imam.17 Salah satu syarat dalam shalat berjamaah adalah imamnya
harus seorang laki-laki tulen. Oleh karena itu tidak sah hukumnya shalat
fardhu berjamaah jika dipimpin oleh seorang wanita atau seorang khuntsa
mereka adalah seorang laki-laki, dan sah shalat seorang wanita yang dipimpin
oleh wanita lainnya, atau juga oleh seorang khuntsa. Hukum ini disepakati
laki-laki; baik dalam shalat fardhu ataupun shalat sunnah. Sedangkan jika
makmumnya adalah kaum wanita maka tidak disyaratkan imamnya harus laki-
laki, menurut mayoritas ulama. Karena itu, sah saja kepemimpinan shalat
hadits yang diriwayatkan dari Aisyah, Ummu Salamah dan Atha, bahwa
17
Op. Cit., h. 209
18
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Madzhab, penerjemah: Shofa‟u Qolbi
Djabir, Lc, MA, Dudi Rosyadi, Lc dan Rasyid Satari, Lc, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR,
2015), jil. II, h.12-13.
10
laki-laki, kaum wanita, dan sekelompok anak laki-laki, maka shalat kaum
wanita itu sah namun shalat kaum laki-laki dan sekelompok anak laki-laki
menjadi tidak sah.20 Menurut imam Malik, wanita tidak boleh menjadi imam
bagi laki-laki dan tidak pula kepada wanita dalam shalat fardhu dan shalat
sunat. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Abu Hanifah dan jumhur
fuqaha.21
Syafi’i.”
B. Batasan Masalah
1. Apakah pendapat Imam Malik tentang hukum imam wanita dalam shalat
2. Apakah pendapat Imam Syafi‟i tentang hukum imam wanita dalam shalat
19
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2010), jil. I, h. 308.
20
Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan kitab Al Umm,
penerjemah: Mohammad Yasir Abd Mutholib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h. 232.
21
Al-Qadhi Abi al-Walid Sulaiman bin Khalaf bin Sa‟id bin Ayyub al-Baji, Al-Muntaqa
Syarah Muwaththa‟ Malik, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiah, 1999), jil. I, h. 203.
11
C. Rumusan Masalah
wanita dalam shalat berjamaah studi perbandingan Imam Malik dan Imam
Syafi‟i.
1. Tujuan Penelitian
Malik dan Imam Syafi‟i tentang hukum imam wanita dalam shalat
berjamaah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan yang utama dari hasil penelitian ini yaitu mencapai ridha
Allah SWT, serta menambah ilmu, dan sebagai bahan informasi bagi
atau literatur bacaan bagi para pembaca dalam kajian fiqih dan ilmu
hukum.
pengetahuan.
Kasim Riau.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
mempelajari buku- buku, kitab- kitab, maupun informasi lainnya yang ada
2. Sumber Data
sebagainya.
Shahih Fikih Sunnah, Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Fiqih
Jaziri.
5. Metode Penulisan
secara khusus.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Adalah bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,
BAB II : Di dalam bab ini menjelaskan biografi Imam Malik dan Imam
ijtihadnya.
BAB III : Bab ini menjelaskan tentang tinjauan teoritis tentang imamah
BAB IV : Pada bab ini berisikan hasil penelitian terdiri dari pendapat
Masihi di kota Madinah dengan nama Malik bin Anas bin Abu Amr bin
Amar bin Harits bin Ghaiman bin Kutsail bin Amr Harits al-Ashbahi al-
Nenek moyang mereka berasal dari Bani Tamim bin Murrah dari suku
kota Madinah sampai wafatnya pada tahun 179 Hijrah bersamaan 795
Datuknya yang kedua, Abu Amir bin Amr salah seorang sahabat
perang Badar. Datuk Malik yang pertama yaitu Malik bin Amar dari
22
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
260.
23
Zulkayandri, Fikih Muqaran, (Yogyakarta: Pelangi Aksara: 2008), h. 51.
24
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
cet. 10, h. 41.
16
17
buku sejarah. Apa yang diketahui beliau tinggal di suatu tempat bernama
Madinah. Bapak Imam Malik bukan seorang yang biasa menuntut ilmu
nafkah bagi hidupnya. Ibu Imam Malik bernama Al-Ghalit binti Syarik bin
Abdul Rahman bin Syarik al-Azdiyyah dan ada pula yang mengatakan
namanya Talhah. Tetapi dia lebih terkenal dengan nama yang pertama.26
kala itu. Malik dapat melihat perselisihan antara pro-Abbasiyyah dan pro-
„Alwiyyin dan juga orang Khawarij, dan juga perselisihan antara golongan
Syi‟ah dan golongan Ahli Sunnah dan orang Khawarij. Beliau juga dapat
25
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta:
AMZAH, 2013), h. 72-73.
26
Ibid., h. 73.
27
Ibid., h. 71-72.
18
orang-orang telah mengambil hadits darinya di saat dia masih muda belia.
mulai ramai menuntut ilmu kepadanya ketika pada zaman khalifah ar-
para tabi‟in, para cerdik pandai, dan para ahli hukum agama. Guru beliau
tengah-tengah mereka itu sebagai seorang anak yang cerdas pikiran, cepat
menerima pelajaran, kuat ingatan, dan teliti. Dari kecil beliau membaca al-
Quran dengan lancar di luar kepala dan mempelajari pula tentang sunnah
dan selanjutnya setelah dewasa beliau belajar kepada para ulama dan
28
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
260-261.
29
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.
195.
19
bagus tidak disenangi oleh orang banyak, oleh karena itu ibunya minta
apa yang kita ketahui imam Malik adalah terkenal seorang yang tampan
wajahnya.30
maka imam Malik bintangnya, dan tidak ada seorang pun yang lebih
Malik”. Beliau juga berkata: “Tidak ada di muka bumi ini seorang pun
30
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta:
AMZAH, 2013), h. 74.
31
M. Ali Hasan, op. cit.,h. 196.
20
pada masa itu yang lebih dipercayai tentang hadits selain imam
Malik”.
d. Imam Yahya bin Mu‟in pernah berkata: “Imam Malik adalah seorang
raja bagi orang-orang yang beriman tentang ilmu hadits, yakni seorang
Malik pernah belajar kepada sembilan ratus orang syeikh. Tiga ratus
darinya golongan tabi‟in dan enam ratus lagi dari tabi‟-tabi‟in. Mereka
semua adalah orang yang terpilih dan cukup dengan syarat-syarat yang
kurang lebih tujuh tahun. Dalam masa tersebut beliau tidak pernah pergi
belajar kepada guru yang lain. Beliau pernah memberi buah kurma kepada
bahwa imam Malik sedang sibuk. Tujuan beliau ialah supaya Syeikh
32
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, op. cit., h. 75-76.
33
Ibid., h. 76.
21
ialah ucapannya terhadap ibunya: “Aku pergi dan aku menulis pelajaran”.
bin Zakuan, Yahya bin Said al-Ansari, Abu Hazim Salmiah bin Dinar,
Muhammad bin al-Munkadir dan Abdullah bin Dinar, dan masih banyak
Nawawi.35
dan ilmu falak, buku-buku ini disifati oleh mereka sebagai buku yang baik
waktu yang cukup lama. Beliau juga memiliki buku dalam bidang tafsir
yaitu “Risalah kepada Ibnu Wahab” dalam bidang tauhid, buku Imam
34
Ibid.
35
Ibid.
22
hadits Nabi selama empat puluh tahun dan dalam suatu riwayat lagi ada
yang menyatakan bahwa imam Malik telah hafal seratus ribu hadits dan
yang banyak itu beliau sedikit lebih lanjut dan beliau periksa lebih dalam
lagi, sehingga dari hadits yang sekian banyak itu tinggal sepuluh ribu pun
masih beliau teliti dan beliau cocokkan dengan al-Quran dan akhirnya
hanya lima ribu haditslah yang beliau himpun kemudian hadits-hadits itu
disusun dalam bentuk sebuah buku yang diberi nama kitab al-
Muwaththa‟.37
al-Muwaththa‟.38
penjuru negeri. Oleh karena itu beliau tinggal di Madinah, maka keadaan
36
Syaikh Muhammad Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), h. 44.
37
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.
198.
38
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
275.
23
ini dapat memberi kesempatan yang baik kepada orang-orang yang naik
tahun.39
muridnya ialah guru-guru dari golongan tabi‟in mereka itu ialah az-Zuhri,
Yahya bin Said al-Ansari, Musa bin „Uqbah dan Hisyam bin „Arwah. Dan
golongan bukan tabi‟in ialah Nafii‟ bin Abi Nu‟im, Muhammad bin Ajlan,
Salim bin Abi Umaiyyah, Abu an-Nadri, Maula Umar bin Abdullah dan
Hamad bin Salamah, Hamad bin Zaid, Sufyan bin Uyainah, Abu Hanifah,
Abu Yusuf, Syarik ibnu Lahi‟aj dan Ismail bin Kathir dan lain-lain. Di
ibnu al-Qasim, Asyhab bin Abdul Aziz, Asad bin al-Furat, Abdul Malik
mazhab Maliki yang dijelaskan Qadi „Iyadh dalam kitab al-Madarik dan
39
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta:
AMZAH, 2013), h. 89-90.
40
Ibid., h. 90.
24
a. Al-Kitab
b. Al-Sunnah
c. Amal Ahli Madinah.
d. Fatwa Shahabat
e. Al-Qiyas
f. Maslahah Mursalah
g. Istihsan
h. Adz-Dzari‟ah.41
Abbas bin Utsman bin Syafi‟i, tinggal di tanah Hijaz, ia adalah keturunan
tentang Idris ini kecuali bahwa dia menikah dengan Fathimah Al-
Azdiyyah salah satu kabilah di Yaman; yang hidup dan menetap di Hijaz.
memegang agamanya dengan kuat dan sangat taat kepada Rabb-Nya. Dia
juga dikenal sangat cerdas dan mengetahui seluk beluk Al-Quran dan As-
Al-Abbas bin Utsman bin Syafi‟i bin As-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid
bin Hashim bin Al-Muthalib bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟ai bin Ghalib. Nama panggilannya adalah Abu
41
Zulkayandri, Fiqh Muqaran, (Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2008), cet. ke-1,
h. 55-56.
42
Syaikh Muhammad Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2003), h. 59.
25
Abdillah.43 Abd. Al-Manaf ibn Qushay kakek kesembilan dari Imam Asy-
Syafi‟i adalah Abd Manaf ibn Qushay kakek keempat dari Nabi
Muhammad SAW. Jadi nasab Imam Syafi‟i bertemu dengan nasab Nabi
Muhammad SAW pada Abd Manaf. Adapun nasab Imam Syafi‟i bin
Fathimah binti Abdullah ibn Hasan ibn Husen ibn Ali ibn Abi Thalib.
Dengan demikian, maka ibu Imam Syafi‟i adalah cucu dari Sayyidina Ali
ibn Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad SAW dan khalifah keempat
yang terkenal. Dalam sejarah ditemukan, bahwa Saib ibn Yazid, kakek
tahun 150 Hijrah bersamaan dengan 767 Masihi, yaitu pada tahun
sana selama 6 tahun.46 Ayah beliau meninggal dunia saat itu umur Asy-
dididik oleh ibunya. Ibunya melihat bahwa jika tetap tinggal di Ghazzah
43
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
355.
44
Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos,
1997), h. 121.
45
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
cet. 10, h. 44.
46
Zulkifli Ahmad, Pendidikan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kelantan: Pustaka Media Jaya,
2006), h. 334.
26
dapatkan sangat minim, tidak cukup untuk membayar guru yang bisa
dengan mudah, yaitu ketika beliau masih kecil dan beliau menghafal serta
47
Syaikh Muhammad Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2003), h. 61.
48
Prof. H. A. Djazuli, Ilmu Fiq: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum
Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7, h. 129.
49
Syaikh Muhammad Al-Jamal, loc. cit.
50
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta:
AMZAH, 2013), h. 143.
27
tokoh bahasa dan sastra Arab. Al-Ashmu‟i pernah berkata bahwa syair
Muhammad bin Idris. Ini jelas menunjukkan bahwa dia adalah imam
Beliau pernah berkata: Cita-citaku adalah dua perkara: panah dan ilmu,
Muslim bin Khalid al-Zanji hingga Imam asy-Syafi‟i mendapat izin untuk
memberikan fatwa. Pada masa itu, Imam asy-Syafi‟i baru berumur kira-
kira 15 tahun. Setelah itu, beliau pergi ke Madinah. Di sana beliau menjadi
murid Imam Malik bin Anas. Beliau belajar dan menghafal al-Muwaththa‟
hanya dalam masa sembilan malam saja. Dalam suatu riwayat disebutkan
51
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
cet. 10, h. 44.
52
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, op. cit., h. 144.
53
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
359.
28
meriwayatkan hadits dari Sufyan bin Uyainah, Fudhail bin Iyadh, dan
untuk kedua kalinya pada tahun 195 Hijrah. Beliau telah mempelajari
kitab fuqaha Iraq dari Muhammad ibnul Hassan. Beliau juga mengadakan
bertemu dengan Imam asy-Syafi‟i di Makkah pada tahun 187 Hijrah dan
di Baghdad pada tahun 195 Hijrah. Beliau belajar ilmu fiqih dan usul fiqih
serta ilmu nasikh dan mansukh Al-Quran dari Imam asy-Syafi‟i. Dia wafat
di Mesir dalam keadaan syahid karena ilmu pada akhir bulan Rajab, hari
a. Muslim bin Khalid az-Zanji, Mufti Makkah tahun 180 Hijrah yang
Makhzum.
54
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2007),
cet. 10, h. 44.
55
Ibid. h. 44-45.
56
Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab al-Umm, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2004), h. 4-5.
29
kitab. Dugaan paling kuat bahwa kumpulan tersebut diberi nama Al-
57
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.
376-377.
30
ini telah ditahkik Ahmad Syakir dan terbit di Kairo pada tahun 1940
Masihi.
karya Imam asy-Syafi‟i yang lain. Kitab Musnad ini dicetak menjadi
e. Kitab Ikhtilaf Al-Hadits yang dicetak menjadi satu dengan kitab Al-
Umm.
f. Kitab Al-Aqidah.
k. Kitab Washiyah.
l. Kitab Al-Fiqh Al-Akbar yang telah dicetak di Kairo pada tahun 1900
Masihi.
31
empat orang:58
b. Ibrahim ibn Muhammad ibn al-Abbas ibn Utsman ibn Syafi‟ al-
Syafi‟i.
d. Imam Abu Bakar al-Humaidi. Ia adalah seorang ahli fikih dan ahli
pengikut setianya.
a. Imam Ahmad ibn Hanbal. Ia adalah pemuka ahli hadits pada zamannya
58
Dr. Tariq Suwaidan, Biografi Imam Syafi‟i, (Jakarta: Zaman, 2007), h. 273-275.
59
Ibid., h. 276-282.
32
b. Ibrahim ibn Khalid al-Kalbi (Abu Tsaur). Abu Tsaur termasuk orang
yang paling utama dalam ilmu fikih, tentang halal dan haram. Dia
tersendiri.
Ali adalah imam ketiga yang termasuk murid Imam asy-Syafi‟i di Irak.
Ia seorang imam yang sangat mulia, seorang ahli fikih dan ahli hadits,
e. Abu Ali al-Husain ibn Ali ibn Yazid al-Karabisi. Dia termasuk ulama
60
Ibid., h. 284-294.
33
besar dan mulia. Ia salah seorang murid Syafi‟i dan bergelar Abu
e. Yunus ibn Abdul A‟la al-Shadafi. Ia termasuk tokoh murid Imam asy-
hukum adalah:61
61
Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandinagn Mazhab, (Jakarta: Logos,
1997), h. 128-131.
34
kecuali hadits ahad tidak sama nilainya dengan al-Quran dan hadits
seperti al-Quran.
sebagai berikut:
tidak dipercaya.
5) Perawi itu tidak menyalahi para ahli ilmu yang juga meriwayatkan
hadits itu.
b. Ijma‟62
62
Ijma‟ adalah kesepakatan para ulama di satu masa terhadap satu hukum yang bersifat
praktis berdasarkan dalil yang menjadi sandaran mereka.
35
masa di seluruh dunia Islam, bukan ijma‟ suatu negeri saja dan bukan
bahwa ijma‟ sahabat merupakan ijma‟ yang paling kuat. Imam asy-
Sunnah.
adalah ijma‟ yang disandarkan kepada nash atau ada landasan riwayat
berstatus dalil hukum itu adalah ijma‟ sahabat. Imam asy-Syafi‟i hanya
mengambil ijma‟ sharih sebagai dalil hukum dan menolak ijma‟ sukuti
c. Qiyas63
64
Abi „Isa Muhammad ibn „Isa ibn Saurah At-Tirmidzi, Jami‟ At-Tirmidzi, (Jordan:
International Ideas Home, TT), h. 233.
37
wahyu dalam setiap masalah yang tidak ada nashnya. Jika istihsan
pohon, dan berkata, “Aku telah masuk Islam karena Allah.” Menyikapi
65
Dr. Tariq Suwaidan, Biografi Imam Syafi‟i, (Jakarta: Zaman, 2007), h. 263-264.
38
Sikap para sahabat ini dikecam oleh Nabi SAW. Kelima, istihsan tidak
niscaya orang alim dan orang awam bisa melakukannya karena mereka
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
berfirman,66
perkataan dan perbuatan yang dimulai oleh takbir dan diakhiri dengan salam.67
kepada hamba-Nya yang beriman. Shalat wajib adalah shalat lima waktu yang
66
Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, alih bahasa oleh Muhammad Rais, MA., (Depok: PT
Fathan Prima Media, 2014), h. 78.
67
Hasan Ayyub, loc. Cit.
68
Dr. Zulkifli, M. Ag, Rambu-rambu Fiqh Ibadah, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2016), h.
79.
39
40
harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam sehari semalam. Shalat adalah
kedua setelah membaca dua kalimat syahadat. Baru setelahnya adalah zakat,
lain adalah,
َ ٍََّللاِ ت ُْي ُهْ َصى قَا َل أَ ْخثَ َسًَا َح ٌْظَلَحُ ت ُْي أَ ِتً ُص ْف
اى َع ْي ِع ْك ِس َهحَ تْ ِي خَالِ ٍد َع ْي ات ِْي َّ َح َّدثٌََا ُعثَ ٍْ ُد
70
اى
َ ضَ َز َه
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah
bin Khalid dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Islam dibangun diatas lima (landasan);
persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadhan".
69
Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah, alih bahasa oleh Muhammad Rais, MA., (Depok: PT
Fathan Prima Media, 2014), h. 85.
70
Imam Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari,
(Saudi Arabia: International Ideas Home for Publishing & Distribution, 1998), h. 25.
41
B. Shalat Berjamaah
konsep umat yang satu, bertanah air satu, dan berkiblat satu, bahkan berjasad
masing (takaful) sesama mereka. Semuanya itu, dipandang sangat penting bagi
masyarakat Muslim di satu negara atau yang hidup di satu tempat yang sama
mengantarkan kita untuk dapat bertemu setidaknya lima kali atau minimal satu
shalat berjamaah dengan membentuk shaf yang satu (barisan yang rapi) dan
71
Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui
Shalat yang Benar, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 125-126.
42
(iltiham) yang menutup peluang munculnya rasa dengki dan saling membenci
berpendapat hukumnya adalah wajib, hal ini sesuai dengan hadits dari Abu
ت أَ ْى
ُ لَقَ ْد َُ َو ْو،ٍِ (ّالَّ ِري ًَ ْف ِضً تٍَِ ِد َ َصلَّى َّللا َعلَ ٍْ َِ َّ َصلَّ َن ق
َ :ال َ َّللا
ِ ْل َ أَ َّى َز ُص:ََع ْي أَتًِ ُُ َس ٌْ َسج
Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, demi Dzat
yang menggenggam diriku, sungguh aku ingin menyuruh orang-orang
membawa kayu lalu mengumpulkannya, kemudian aku perintahkan
seseorang untuk menyerukan adzan shalat, kemudian aku
memerintahkan seseorang untuk menjadi imam. Kemudian aku akan
menemui orang-orang yang tidak shalat berjamaah lalu aku bakar
rumah-rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
apabila salah seorang mereka mengetahui bahwa ia memperoleh
tulang yang gemuk atau daging yang baik, niscaya ia akan
menghadiri shalat Isya’.”75
72
Ibid., h. 126.
73
Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Shalat Menurut Empat Madzhab,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 313.
74
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Abi Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari,
(Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002), cet. ke-1, h. 162.
75
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih
Al-Bukhari, alih bahasa oleh Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), cet. ke-8, jilid 4, h. 137.
43
syarat sahnya shalat, seperti shalat yang dilakukan secara jama‟ karena dalam
Dan shalat dua hari raya menurut madzhab yang mengatakan bahwa
berjamaah adalah syarat bagai shalat dua hari raya. Terkadang hukumnya
mandub (dianjurkan), seperti shalat tarawih dan witir dalam bulan Ramadhan,
serta shalat gerhana. Dan terkadang hukumnya mubah, yaitu untuk shalat
sunnah mutlak.76
pembiasaan diri untuk patuh, bersabar, berani, dan tertib aturan, disamping
satu dari mereka maju menjadi imam di kalangan mereka. Kaum perempuan
boleh datang ke masjid untuk melakukan shalat jamaah dengan syarat harus
dapat merangsang nafsu syahwat. Namun, yang lebih utama bagi kaum
ِ ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ََل َتَْن عوا نِساء ُكم الْمس
اج َد ُ ال َر ُس
َ َال ق َ ََع ْن ابْ ِن ُع َمَر ق
َ َ ْ َ َ َُ َ َ َ ْ َ ُ َ
79
َوبُيُوتُ ُه َّن َخْي ٌر ََلُ َّن
Artinya: Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda,
'Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid, akan tetapi
sebenarnya rumah-rumah mereka itu lebih baik bagi mereka. "
disyaratkan harus benar-benar aman dari fitnah. Jika tidak, maka mereka tidak
boleh, Aisyah ra berkata: “Seandainya Nabi saw mendapati apa yang terjadi
77
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
Fiqh Ibadah, alih bahasa oleh Karman As‟at Irsyady, Lc., Ahsan Taqwim, Lc., Al-Hakam Faishol,
Lc., (Jakarta: AMZAH, 2013), Cet. Ke-3, h. 238.
78
Ibid., h. 240-241.
79
Abi Daud Sulaiman bin Al-„Asy‟ats Al- Sujastani, Sunan Abi Daud, (Jordan:
International Ideas Home, tt), h. 85.
45
pergi ke masjid sebagaimana kasus pelarangan serupa pada kaum wanita Bani
Israil”.80
خشبة البناء اليت يتبعها يف: واإلمام، اَلقتداء واإلمام املقتدى بو:اإلمامة يف اللغة
، واملأموم املقتدي، منها – تشيبها هبا، وقيل أصل إمام اَلقتداء،استقامة أعمالو
.81دماغو واملأموم من شج يف رأسو فوصلت إىل أم
Maksud imamah dari segi bahasa adalah mengikuti. Manakala imam
adalah orang yang diikuti. Dan (asal makna perkataan imam) adalah kayu
binaan yang diikuti (diukur) dalam menegakkan suatu kerja. Dan dikatakan,
yang mengikuti, dan makna lain bagi makmum adalah orang yang luka di
1. Islam. Shalat tidak sah dengan imam seorang kafir. Jika dia orang fasiq
80
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
loc. cit.
81
Syihabuddin Ahmad bin Idris Al-Qarafi, Adz-Dzakhirah, (Beirut: Dar al-Gharib al-
Islamiyy, 1994), cet. ke-1, jilid 1, h. 237.
82
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Madzhab, alih bahasa oleh Abu Firly
Bassam Taqiy, (Jogjakarta: HIKAM PUSTAKA, 2007), h. 297-302.
46
صلوا َعلَى ِ ُ ال رس َ ََو َع ْن ابْ ِن ُع َمَر َر ِض َي اللُ َعْن ُه َما ق
َ ول الل صلى الل عليو وسلم ُ َ َ َ ق:ال
. ََل إِلَوَ إََِّل الل:ال
َ َف َم ْن ق
َ ْصلوا َخل َ ََل إِلَوَ إََِّل الل َو:ال
َ ََم ْن ق
Artinya: Dan dari Ibnu Umar RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Shalatlah kalian atas orang yang mengucapkan laa ilaaha illa Allah
(tiada tuhan selain Allah) dan shalatlah di belakang orang yang
mengucapkan laa ilaaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah)83
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Ibnu „Umar pernah shalat di
kepada Walid bin „Uqbah bin Abu Mu‟ith, padahal dia seorang peminum
khamr.
83
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subulussalam Syarah Bulughul Maram,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016), cet. ke-1, jilid 1, h. 664.
47
2. Baligh. Tidak sah hukumnya seorang dewasa shalat di belakang imam yang
seorang anak kecil yang telah mumayyiz dalam shalat fardhu dan shalat
sunnah. Kecuali pada shalat Juma‟at jika jumlah jama‟ah tidak sempurna
tanpa adanya anak kecil tersebut. Pendapat ini berdasarkan dari „Amr bin
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َكانُوا إِ َذا َّ َِّاس إِ َذا أَتَ ْوا الن
َ َِّب ِ ٍِ ِ ِ
ُ َع ْن َع ْمرو بْ ِن َسلَ َم َة قَ َال ُكنَّا ِبَاضر ََيُر بنَا الن
ت غُ ََّل ًما َحافِظًا ِ
ُ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َال َك َذا َوَك َذا َوُكْن
ِ َ َن رس
َ ول اللَّو ُ َ َّ َخبَ ُرونَا أ ْ َر َجعُوا َمروا بِنَا فَأ
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِيف نَ َف ٍر ِم ْن ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ك قُ ْرآنًا َكث ًريا فَانْطَلَ َق أَِِب َواف ًدا إِ َىل َر ُسول اللَّو َ ت ِم ْن َذل ُ ْفَ َحفظ
ِ َّ قَ ْوِم ِو فَ َعلَّ َم ُه ْم
تُ َّم ِوِن فَ ُكْنُ ظ فَ َقد ُ َح َف ْت أ ُ ت أَقْ َرأ َُى ْم ل َما ُكْن ُ الص ََّل َة فَ َق َال يَ ُؤم ُك ْم أَقْ َرُؤُك ْم َوُكْن
ِّس ِاء ِ
َ ت ْامَرأَةٌ م ْن الن ْ َت َع ِِّّن فَ َقال ْ ت تَ َك َّش َفُ ت إِ َذا َس َج ْد ُ ص ْفَراءُ فَ ُكْن
ِ أ َُؤمهم وعلَي ب ردةٌ ِِل
َ ٌصغ َرية َ َ ُْ َّ َ َ ْ ُ
اإل ْس ََّلِم فَ َرِحي بِِو ِْ ت بِ َشي ٍء بَ ْع َد ِ ِ ِ ِ
ً َو ُاروا َعنَّا َع ْوَرةَ قَا ِرئ ُك ْم فَا ْشتَ َرْوا ِِل قَم
ْ ُ يصا عُ َمانيًّا فَ َما فَر ْح
.ني ِِ ِ ِِ
َ ني أ َْو ََثَان سن َ ت أ َُؤم ُه ْم َوأَنَا ابْ ُن َسْب ِع سن ُ فَ ُكْن
Artinya: Dari Amr bin Salamah RA, dia berkata, "Kami pernah berada di
suatu tempat yang sering dilewati oleh orang-orang yang datang
menghadap kepada Nabi SAW. Apabila mereka pulang, mereka
melewati kami, lalu memberitahukan kepada kami bahwa Rasulullah
SAW bersabda, "Begini dan begini. " Saya adalah seorang pemuda
yang kuat hafalannya, karena itu saya telah mampu menghafal
banyak Al Qur'an. Ayahku pernah datang menghadap kepada
Rasulullah SAW bersama beberapa orang sebagai utusan kaumnya.
Lalu beliau SAW mengajarkan kepada mereka tentang shalat, yaitu
dengan sabdanya, "Yang berhak menjadi imam kamu (dalam shalat)
84
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, alih bahasa oleh
Tajuddin Arief, Abdul Syukur Abdul Razak, Ahmad Rifa‟i Utsman, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2006), jilid 1, h. 193-194.
48
adalah yang paling ahli dalam membaca Al Qur'an." (Pada saat itu)
akulah yang paling ahli dalam membaca Al Quran di antara mereka,
karena aku sudah dapat menghafalnya, lalu mereka mempersilahkan
aku maju (untuk jadi imam). Aku biasa menjadi imam mereka
dengan memakai kain yang kecil berwarna kuning, sehingga kalau
aku sujud, terbuka auratku sedikit. Lalu seorang wanita di antara
mereka berkata, "Tutupilah dari kami aurat ahli Al Qur'an (yang
jadi imam) di antara kamu!. Lalu mereka membelikan untukku baju
buatan Oman. Betapa gembiranya aku, karena sejak aku masuk
islam, belum pernah merasakan kegembiraan seperti itu. Aku
menjadi imam bagi mereka, sedang usiaku baru tujuh atau delapan
tahun.
3. Berakal. Tidak sah shalat di belakang imam seorang yang gila jika dia
4. Laki-laki tulen. Tidak sah shalat seorang laki-laki dengan imam seorang
perempuan atau banci, baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah.
Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Jabi RA, bahwa Nabi SAW
bersabda:
wanita atau banci. Hal itu sebagaimana tertera dalam riwayat Ummu
85
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-„Asqolani, Terjemah Bulughul Maram, alih bahasa oleh Ust.
Badru Salam, Lc., (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2006), cet. ke-1, jilid 1, h. 166.
49
berdiri bersama mereka dalam satu shaff. Begitu pula dengan Ummu
berpendapat tidak sah shalat dengan imam seorang wanita atau banci secara
5. Membaguskan bacaan pada bacaan wajib yang tidak sah shalat kecuali
makmumnya adalah orang yang bagus bacaannya pula. Oleh karena itu
seorang yang buta huruf tidak boleh menjadi imam, kecuali semua
makmumnya juga buta huruf. Hal tersebut berdasarkan hadits Jabir yang
6. Bebas dari kotoran (najis), seperti mimisan terus menerus atau kencing
menurut mereka orang yang menanggung najis sah menjadi imam, hanya
7. Suci dari hadats dan najis. Orang yang berhadats atau terkena najis tidak
sah menjadi imam. Jika dia lupa bahwa dia sedang berhadats dan menjadi
imam serta hal itu tidak diketahui oleh makmumnya hingga shalatnya
50
selesai, maka shalatnya makmum sah dan shalatnya imam batal. Hal ini
ت ْ َع ْن أَِِب َعلِ ٍّي ا َْلَ ْم َد ِاِنِّ أَنَّوُ َخَر َج ِيف َس ِفينَ ٍة فِ َيها ُع ْقبَةُ بْ ُن َع ِام ٍر
ْ َاْلُ َه ِِّن فَ َحان
ِ ك أَنْت ِ ِ َّ ص ََّلةٌ ِمن
ب ُ صاح َ َ َ َحقنَا بِ َذل َك أ َ َّالصلَ َوات فَأ ََم ْرنَاهُ أَ ْن يَ ُؤَّمنَا َوقُلْنَا لَوُ إِن ْ َ
ِول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَيو ِ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَأ َََب فَ َق ِ ِ
َْ ُ َ َ ت َر ُس ُ ال إِ ِِّن ََس ْع َ َر ُسول اللَّو
ِ
ك َشْيئًاَ ص ِم ْن َذل َ الص ََّلةُ لَوُ َوََلُ ْم َوَم ْن انْتَ َق
َّ َاب ف َ َص َ َّاس فَأ َ ول َم ْن أ ََّم الن ُ َو َسلَّ َم يَ ُق
.فَ َعلَْي ِو َوََل َعلَيْ ِه ْم
Artinya: Dari Abu Ali Al Hamdani, bahwa dia pergi dengan menaiki
perahu, dan di dalam perahu itu ada Uqbah bin Amir Al Juhani.
Ketika tiba waktu shalat, kami memerintahkannya untuk
mengimami kami, dan kami mengatakan kepadanya bahwa
kamu lebih berhak menjadi imam daripada kami, karena kamu
adalah sahabat Rasulullah SAW". Lalu Uqbah menolak dan
berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda, 'Barangsiapa mengimami orang-orang
kemudian ia benar, maka pahala shalat tersebut baginya dan
bagi orang yang diimami. Barangsiapa mengimami shalat lalu
salah (berkurang), maka kesalahan itu hanya dilimpahkan
kepadanya dan bukan kepada mereka'. "86
86
Muhammad Nasiruddin Al Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, alih bahasa oleh Iqbal
Mukhlis, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-2, jilid 1, h. 406-407.
51
tengah-tengah shalat, maka dia harus minggir dan digantikan oleh orang
seperti orang yang merubah bunyi “ra” menjadi “ghain”, “sin” menjadi
“tsa”, atau “dzal” menjadi “zai” kecuali jika makmum seluruhnya juga
batal shalat mereka seluruhnya. Jika memang tidak mampu sama sekali
87
Ibid.
52
maka sah shalat dengan imam yang demikian itu bagi sesama mereka yang
tidak mampu.
dalam berbicara banyak mengulang penyebutan “ta’” atau “fa’”, maka sah
imam dari jama‟ah yang masbuq setelah imam sebelumnya salam, kecuali
Bagi imam shalat Juma‟at ada tambahan khusus yaitu harus orang
yang merdeka, maka tidak sah menjadikan imam shalat Juma‟at seorang
budak. Kecuali ulama Hanafiyah yang mengatakan bahwa tidak ada syarat
orang yang merdeka dalam imam shalat Juma‟at. Pendapat ini disepakati
hitungan jumlah jama‟ah yang harus terpenuhi dalam shalat Juma‟at. Sebab
Juma‟at.
Orang yang paling berhak menjadi imam adalah imam yang ditunjuk
dan digaji oleh negara, karena meskipun ia adalah wakil yang ditunjuk oleh
pemerintah tetapi tetap dia yang lebih utama, dan jika dipilih dengan
yang lebih utama darinya untuk menjadi imam shalat. Hikmahnya adalah jika
seorang menjadi imam bagi orang lain di rumah atau wilayah orang lain tanpa
dalam shalat hari raya dan shalat Juma‟at. Tidak diperbolehkan pula
Jika tidak ditemukan imam yang dipilih pemerintah dan juga tidak ada
imam dari tuan rumah yang pantas menjadi imam, maka yang berhak menjadi
imam berikutnya dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadis narasi Abu
ِ ِ َول اللَِّو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ي ؤم الْ َقوم أَقْ رُؤىم لِ ِكت ٍ أَبا مسع
ت ْ َاب اللَّو فَِإ ْن َكان ْ ُ َ َ ْ َُ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ول قَ َال َر ُس ُ ود يَ ُق ُْ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ت ا َْل ْجَرةُ َس َواءً فَ ْليَ ُؤَّم ُه ْم أَ ْكبَ ُرُى ْم سنًّا َوََل يَُؤَّم ْ َقَراءَتُ ُه ْم َس َواءً فَ ْليَ ُؤَّم ُه ْم أَقْ َد ُم ُه ْم ى ْجَرًة فَِإ ْن َكان
.س َعلَى تَ ْك ِرَمتِ ِو ِيف بَْيتِ ِو إََِّل بِِإ ْذ ٍن أ َْو بِِإ ْذنِِو ِِ ِ ِ ِ ِ َّ
ْ َالر ُج ُل يف أ َْىلو َوََل يف ُس ْلطَانو َوََل ُُْيل
Artinya: Dari Abu Mas'ud, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda,
'Hendaknya yang menjadi imam pada suatu kaum —dalam shalat—
adalah yang paling banyak hafalan Al Qur'annya. Seandainya
hafalan Al Quran mereka sama, maka hendaknya yang menjadi
imam adalah orang yang paling dulu hijrah di antara mereka.
Seandainya hijrah mereka sama, maka hendaklah yang menjadi
imam adalah yang paling tua di antara mereka. Seseorang tidak
boleh menjadi imam bagi orang yang dipimpinnya dan juga dalam
kekuasaannya, serta tidak boleh duduk pada tempat duduk (yang
dikhususkan bagi) orang yang terhormat kecuali dengan izin (atau
dengan izinnya)'. "88
88
Ibid.
54
mengartikan sulthan sebagai segala urusan yang menyangkut tuan rumah dan
imam masjid. Hal ini sejalan dengan disyariatkannya shalat jamaah berupa
Dikatakan bahwa maksud األَ ْق َس ْأdalam hadits di atas adalah orang yang
paling bagus bacaannya atau orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya.
Dari aspek literal hadis ini dapat dipahami bahwa orang yang paling
Abu Bakar dibanding yang lain karena ia merupakan sahabat yang paling
antara kalian adalah Abu Bakar.” Mereka berargumen bahwa yang dimaksud
mengingat tidak ada seorang pun sahabat yang hafal satu ayat pun kecuali jika
telah mengetahui perkara halal, haram, perintah dan larangan yang terkandung
di dalamnya.89
89
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
Fiqh Ibadah, alih bahasa oleh Karman As‟at Irsyady, Lc., Ahsan Taqwim, Lc., Al-Hakam Faishol,
Lc., (Jakarta: AMZAH, 2013), Cet. ke-3, h. 253-255.
55
90
Abu Alula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al Mubarakfuri, Syarah Sunan
Tirmidzi, alih bahasa oleh Shafaul Qaldi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), cet. ke-1, jilid 1, h. 498-
499.
91
Muhammad Nasiruddin Al Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, alih bahasa oleh Iqbal
Mukhlis, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-2, jilid 1, h. 403.
56
jama‟ah wanita.92
Abdurrahman bin Ghanim, dari Abu Malik Al-Asy‟ari, dari Rasulullah SAW,
anak-anak dan wanita) di dalam bacaan, waktu berdiri dan menjadikan rakaat
anak.93
shalat, hal ini dibahas juga dalam Musyawarah Nasional (Munas) MUI VII
pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H/26-29 Juli 2005, menetapkan fatwa tentang
wanita menjadi imam dalam shalat. Ketetapan tersebut adalah sebagai berikut:
terdapat pria hukumnya haram dan tidak sah. Dan bila wanita yang menjadi
92
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, alih bahasa oleh M. Abdul Ghoffar
E.M, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), cet. ke-1, h. 165-166.
93
Ibid.
57
menjadi imam shalat jamaah dengan makmumnya pria. Wanita boleh menjadi
fitnah dari suaranya yang merdu, oleh karenanya tidak boleh baginya untuk
laki-laki, kaum wanita, dan sekelompok anak laki-laki, maka shalat kaum
wanita itu sah namun shalat kaum laki-laki dan sekelompok anak laki-laki
94
Dr. Muhammad Utsman Al-Khasyt, Fikih Wanita Empat Madzhab, alih bahasa oleh
Abu Khadijah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2017), h. 113
58
menjadi tidak sah, karena Allah SWT telah menjadikan kaum laki-laki sebagai
pemimpin bagi kaum wanita, maka tidak boleh bagi seorang wanita menjadi
imam bagi laki-laki dalam keadaan bagaimana pun. Begitu juga apabila ada di
antara mereka wanita khuntsa musykil (banci yang sulit diketahui apakah lebih
menyerupai laki-laki atau wanita), maka ia tidak boleh shalat bersama wanita
itu. Apabila ia (khuntsa musykil) shalat bersama wanita dan ia tidak mengganti
shalatnya hingga diketahui dengan jelas bahwa banci itu jauh lebih
memimpin imam shalat Juma‟at pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2005 pukul
Di Gereja Katedral Saint John The Divine, New York terjadi sebuah
prosesi ibadah yang tidak lazim berlangsung yakni shalat Jumat dengan imam
dan khatib seorang wanita. Imam wanita itu adalah Dr. Amina Wadud asisten
Commonwealth University. Ritual itu disponsor oleh Muslim Wake Up! dan
Karena itu, Juma‟atan dengan imam wanita terasa lain. Sejam sebelum
acara dimulai, 50-an jamaah sudah antre masuk kompleks gereja yang diawasi
oleh polisi New York. Badan mereka diperiksa dengan detector dan harus
menyerahkan kunci dan peralatan besi. Namun ada yang menentang acara
95
Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al Umm, alih
bahasa oleh Mohammad Yasir Abd Mutholib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h. 232-233
96
Nasrul Latif, Pendapat Amina Wadud tentang Wanita sebagai Imam Shalat,
https://www.academia.edu/7146564/30_BAB_III_PENDAPAT_AMINA_WADUD_TENTANG_
WANITA_SEBAGAI_IMAM_SHALAT, h. 44-46.
59
Acara itu diawali dengan ucapan selamat datang dari Asra Nomani,
itu, dilanjutkan dengan azan dari Sueyhla El-Attar, penyiar radio di Atlanta,
dengan zikir diketua oleh Saleemah Abdul Ghafur, pengarang buku Living
dua buku catatan untuk bahan khutbah. Isi khutbahnya menceritakan tentang
gambaran bahwa Islam adalah agama cinta damai. Katanya lagi. “wanita
bukanlah seperti dasi yang menjadi pelengkap busana saja, wanita memiliki
posisi yang sama dengan laki-laki di segala bidang. Tidak ada ayat dalam al-
Quran yang menyebutkan bahwa wanita tidak boleh menjadi imam. Pada abad
menjadi imam dalam shalat Jumat bagi jamaah di luar kota Madinah. Kita
sebagai umat Islam yang hidup di abad ke-21, mempunyai mandat untuk
kontak dengan wanita, maka wanita harus diperlakukan sejajar dan seimbang.
Melalui shalat Jumat kali ini, kita sama-sama melangkah ke depan. Langkah
terlindung. Cara yang demikian ini adalah jika makmumnya banyak. Jika
makmumnya hanya satu orang wanita, maka berdirinya imam wanita adalah di
97
Dr. Muhammad Utsman Al-Khasyt, op.cit., h. 115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan oleh penulis, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
dalam shalat berjamaah sekalipun sesama wanita, sama ada dalam shalat
fardhu maupun shalat sunat. Karena beliau berpandangan bahwa wanita itu
tidak sempurna akal dan agamanya. Imam Malik menggunakan dalil dari
Abu Sa’id al-Khudhri yang menceritakan tentang kaum wanita itu paling
bahwa wanita adalah makhluk yang kurang akal dan agamanya. Dalam
2. Imam Syafi’i pula menyatakan bahwa wanita boleh menjadi imam dalam
sesama wanita lainnya itu adalah suatu sunnah. Imam Syafi’i berpegang
pada dalil hadits Ummu Waraqah yang menceritakan bahwa Nabi SAW
81
82
wanita.
Akan tetapi, penulis meraikan pendapat Imam Malik karena wanita itu
tidak bisa lari dari fitrah kejadiannya yang tidak sempurna akal dan
mencela mereka, sebab yang demikian itu sudah merupakan sifat dasar
penciptaan.
B. Saran
mendalam lagi bagi ummat Islam tentang hukum imam wanita dalam
karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Orang yang salah, khilaf,
mengetahui lebih mendalam lagi tentang hukum imam wanita dalam shalat
83
3. Akhirnya, penulis sadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
dari itu, sangatlah dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar penulisan skripsi di lain kesempatan bisa jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Madzhab, alih bahasa oleh Abu
Firly Bassam Taqiy, (Jogjakarta: HIKAM PUSTAKA, 2007)
Abi Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri, Al-Hawi al-
Kabir, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994)
Abi Yahya Zakaria al-Anshori asy-Syafi’i, Asna al-Mathalib Syarh Raudhatu ath-
Thalib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt, 2009)
Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Sujastani, Sunan Abu Daud, (Jordan: Dar
ar-Risalah al-‘Alamiyah, 2009)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, Terjemah Bulughul Maram, alih bahasa oleh
Ust. Badru Salam, Lc., (Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2006)
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Abi Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari,
(Beirut: Dar Ibn Kathir, 2002)
Al-Imam Hafiz Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari,
(Riyadh: Baitul Afkar, 1998)
Al-Qadhi Abi al-Walid Sulaiman bin Khalaf bin Sa’id bin Ayyub al-Baji, Al-
Muntaqa Syarah Muwaththa’ Malik, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiah,
1999)
Dr. Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta:
AMZAH, 2013)
Hasan Ayub, Fiqih Ibadah, alih bahasa oleh Muhammad Rais, MA., (Depok: PT
Fathan Prima Media, 2014)
Hilmi al-Khuli, Ajaibnya Gerakan Shalat Bagi Kesehatan Fisik dan Jiwa,
(Jakarta: Buku Kita, 2013)
Imam Malik bin Anas al-Ashbahi, Al-mudawwanah al-Kubro, (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1994)
Imam Muhammad Ibn Idris Asy-Syafi’i, Al-Umm, (Mesir: Dar Al-Wafa’, 2001)
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al Umm, alih
bahasa oleh Mohammad Yasir Abd Mutholib, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2013)
Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui
Shalat Yang Benar, (Jakarta: Kencana, 2006)
M. Anis Qasim Ja’far, Perempuan & Kekuasaan: Menelusuri Hak Politik dan
Persoalan Gender dalam Islam, (Bandung: Zaman, 1998)
Mahmud Syaltut, Akidah dan Syariah Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud, alih bahasa oleh
Tajuddin Arief, Abdul Syukur Abdul Razak, Ahmad Rifa’i Utsman,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)
Muhammad Nasiruddin Al Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah, alih bahasa oleh
Iqbal Mukhlis, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)
Nasrul Latif, Pendapat Amina Wadud tentang Wanita sebagai Imam Shalat,
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed
Hawwas.
Prof. Dr. Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, alih bahasa oleh Dr.
Nadirsah Hawari, M.A., (Jakarta: AMZAH, 2011)
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2007)
Shalaih bin Fauzan bin Abdullah Ali Fauzan, Ringkasan Fikih Syaikh Al Fauzan,
penerjemah: Kamaluddin Sahar, (Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2006)
Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Shalat, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007)
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, alih bahasa oleh M. Abdul
Ghoffar EM, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998)
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) untuk mendapat gelar sarjana