SKRIPSI
Oleh :
ABDUL MALIK LAKIBULA
NIM : 105260013415
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Muhammadiyah Makassar.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka
vii
penulis senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca demi
Muhammadiyah Makassar.
7. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
viii
di bangku perkuliahan, semoga menjadi amal jariyah yang diterima
Allah SWT.
10. Segenap keluarga yang telah membantu baik dalam doa maupun
materi dalam menuntut Ilmu dan penyelesaian skripsi ini, dan lebih
terlebih khusus kepada istri tercinta Sitti Mulia Sora P yang telah
ix
di cintainya untuk menuntut Ilmu di perantauan dalam waktu yang tidak
sebentar semoga Allah menjaga dan memberikan umur yang berkah serta
kemuliaan dunia dan akhirat. Amin dan Ibunda kami Ambiya Mokoagow
banyak tentang banyak hal semasa hidup beliau dari sosok ayah yang
Negara.
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
xi
4. Jenis dan Unsur Gharar ................................................ 19
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan . ........................................................................ 73
B. Saran. .................................................................................. 75
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah jual beli. Jual beli secara bahasa merupakan proses memiliki atau
memberi atau menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tertentu.
Kata aslinya diambil dari kata bai‟ karena dari masing masing pihak akan
1457 adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
peradaban islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari
teologis dan spiritual. Aspek inilah yang merupakan dasar dari mu‟amalah
tersebut.2
1
2
untuk melakukan interaksi dengan makhluk lainnya, dalam hal ini manusia
adalah makhluk Allah SWT, karena itu sebagai makhluk hidup tidak bisa
mu‟amalah yang harus ditaati yang dituangkan dalam Al-Qur‟an dan as-
Sunnah.
pengharaman.
2. Tidak ada paksaan satu pihak kepada pihak lain (sukarela dan
saling ridho).
mendahulukan kemaslahatan.
tukar menukar benda atau barang bernilai manfaat yang didasari rasa
sukarela diantara kedua belah pihak. Salah satu pihak bertindak selaku
mereka: yaitu tukar menukar harta atau manfaat dengan yang semisal
dan kiyas, dan ini lebih jelas untuk menetapkan suatu hukum, Allah ta‟ala
ِ َّ َ َوأ َ ْم ُر ُه ِإلَى
َّللا َو َم ْن َ الربَا فَ َم ْن جَا َءهُ َم ْو ِع َظةٌ ِم ْن َر ِبّ ِه فَا ْنتَهَى فَلَهُ َما
َ س َل َّ الربَا َوأ َ َح َّل
ّ ِ َّللا ُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم ّ ِ ِمثْ ُل
Terjemahnya:
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
dalamnya3.
3
Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:
Syamil Qur’an, 2007
5
فإن صدقا- حتى ٌتفرقا: او قال- البٌعان با لخٌار مالم ٌتفرقا: قال رسول هللا: عن حكٌم ابن حزام قال
. وإن كتما وكذب محقت بركة بٌعهما. وبٌنا بورك لهما فً بٌعهما
Artinya:
Dalam hadits ini, disebutkan adanya khiar untuk dua orang yang
keduanya menggurkannya.
4
Muslim bin al Hajjaj Abu al Hasan al Qusyairy an Naisaburiy, al Musnad as Shahih, (daar
Ihyaau at Turats al „Araby) jilid 3, hal. 1164.
6
transaksi tampak jelas. Hal itu d imaksudkan agar tidak ada satu pihak
agama.
disebut gharar.
secara umum dan kaum muslimin secara khusus. Karena itu, penelitian ini
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut
2. Manfaat Penelitian
gharar.
sumbangsih kepada pelaku transaksi jual beli pada umumnya dan bagi
BAB II
JK TTUT AUAJTIT
judul yang berkaitan dengan hukum jual beli gharar, diantaranya adalah:
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Nur Elafi Hudayani, dengan judul
Skripsi ini membahas tentang jual beli rosok tidak menggunakan alat timbang
namun hanya dengan taksiran.5 Dari transaksi jual beli dengan taksiran
maka menimbulkan adanya unsur gharar dalam akad jual beli tersebut,
yaitu konsumen. Hal ini bertentangan dengan hukum Islam yang melarang
adanya unsur gharar dan menyuruh umatnya agar bertransaksi dengan cara
dengan Cara Borongan”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana akad dan
praktek jual beli hasil pertanian dengan cara borongan di Desa Kolomayan
5
Nur Elafi Hudayani, Unsur Gharar dalam Jual Beli Rosok (studi kasus di Kebonharjo Semarang
Utara), (Semarang : IAIN, 2013).
8
9
tersebut dapat menimbulkan adanya unsur gharar karena jual beli dengan
adanya ketidakjelasan.
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Milatul Habibah, dengan judul “Studi
Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Padi yang di Tangguhkan pada Tingkat
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah Secara Borongan”. Skripsi ini
karena pembeli hanya melihat sebagian dan tidak keseluruhan. Hal ini
6
Ahmad Syaifuddin, Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Jual Beli Hasil Pertanian dengan Cara
Borongan (Studi kasus di Desa Kelomayan Kec. Wonodadi Kab. Blitar), (Malang: UIN Malang, 2007).
7
Milatul Habibah, Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Padi yang Ditangguhkan Pada
Tingkat harga Tertinggi (studi kasus di Desa Ringin kidul Kec. Gubug Kab. Grobogan), (Semarang:
IAIN, 2010).
8
Siti Magfiroh, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah secara Borongan (studi kasus di Pasar
Induk Giwangan Yogyakarta), (Yogyakarta: UIN SUNAN KALIJAGA, 2008).
10
sama meneliti tentang unsur gharar (penipuan) pada akad jual beli.
1. Pengertian Gharār
demikian, jual beli gharār adalah semua jual beli yang mengandung
terimakan.10
berbagai elemen subjek dan objek akad. Gharār adalah semua jual beli
9
Abdul „Azim Bin Badawi Al-Khalafi, Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih Dalam Al-Qur‟an As-Sunnah
As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), Hlm.655.
10
Ghufran A. Mas‟adi, Fiqh Muamalh Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 133.
11
membahayakan. Oleh karena itu, setiap jual beli yang masih belum
terjadi bila kita mengubah sesuatu yang bersifat pasti (certain) menjadi
1. Kuatitas;
2. Kualitas;
3. Harga; dan
4. Waktu penyerahan.
ini, agar kedua belah pihak tidak didzalimi atau terdzalimi. Karena itu
11
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 29
12
adalah:
a. Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas dan berat jenis yang
ditimbang)
b. Barang dan harga yang jelas serta dimaklumi, dan tidak boleh harga
yang hebat dalam menjamin keadilan. Contoh jual beli ghārar ini adalah
membeli dan menjual anak lembu yang masih dalam perut ibunya.
tidak sempurna, lalu pembeli tidak puas hati, hingga terjadi permusuhan
dan keributan.
12
Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syārh Al-Muhazzāb, Jilid. 9. (Terj. Muhammad Najib Al-
Muthi‟i), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), Hlm. 210.
13
apakah suku cadang masih orisinil, terawat dan maih layak pakai.
yang dijual, hal ini menunjukkan jual beli ini mengandung unsur ghārar.
a. Al-Qur‟an
mengandung unsur memakan harta orang lain dengan cara yang bathil.
Terjemahnya:
mengetahui.13
13
Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:
Syamil Qur’an, 2007
14
b. Hadist
عن أبً هرٌرة قال نهى رسول هللا صلّى هللا علٌه وسلّم عن بٌع الحصاة وعن بٌع الغرر
Artinya:
beli (dengan cara lemparan batu kecil) dan jual beli barang
ghārar dan jual beli secara melempar krikil. Yang dimaksud dengan
ghārar di sini yaitu suatu objek yang tidak dapat dipastikan apakah
akan bisa diserahkan atau tidak. Menurut Imam Nawawi, jual beli
sebagian pakaian ini, yang terkena lemparan batu saya”. Atau dia
berkata kepada pembeli, “saya menjual tanah ini dari sini sampai
14
Muslim Bin Hajjaj Abu Hasan Al Qusyairi An Naisabury, Musnad Shahih Mukhtashar, Jilid 3,
Cet Darul Ihya At Turats Bairut, Hal. 1153
15
penjual, “apabila saya lempar pakaian dengan batu, maka ia saya beli
عن عبد هللا ابن عمر رضً هللا عنهما اّن رسول هللا صلّى هللا علٌه وسلّم نهى عن بٌع حبل الحبلة وكان
بٌعا ٌتباٌعه اهل الجاهلٌة كان الرجل ٌبتاع الجزور إلى عن تنتج الناقة ث ّم تنتج التى فى بطنها
Artinya:
melarang jual beli habalu habalah. Dulu jual beli seperti itu
(HR. Bukhari)16
seperti ini, tidak diketahui dalam perut onta ini jantan atau betina, hidup
15
Abdul „Azim bin Badawi Al-Khalafi, Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih dalam Al-Qur’an As- Sunnah
As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), hlm. 658-659.
16
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al Bukhary al Ja‟fy, al Jami’ al Musnad, (Daru Tuq an
Najah, cetakan pertama tahun 1422 H) jilid 3, hlm: 70
16
membolehkannya.17
nikah.
17
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University,
2007), hlm. 87
18
8Abd. Atang Hakim, Fiqh Perbankan Syari’ah, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 142.
17
berarti salah satu pihak tidak memiliki informasi yang jelas terhadap
pihak yang melakukan transaksi tidak memiliki informasi yang utuh dan
karena akan ada satu pihak atau malah kedua belah pihak yang akan
mempunyai
Apabila salah satu pihak tidak memiliki informasi seperti yang dimiliki
pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi
kecurangan/penipuan.
19
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 4 (Terj. Nor Hasanuddin), (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006),
hlm. 140
18
atau kualitas
barang yang buruk yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati
antara si penjual
dan pembeli.
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena tidak
penting.
19
transaksi (bai „ataini fiī bai‟ah). Para ulama ahli fiqh sepakat dengan
penjual.20
karena adanya unsur gharār dan resiko serta memakan harta tanpa
20
Husain Shahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Ad-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,
(Terj. Saptono Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 154
20
(3). Jual Beli Jahiliyah (Bai „Al-Hāshah, Bai „Al-Mulāmasah, Bai „Al-
Munabāzāh)
unsur gharār juga terdapat dalam tiga macam jual beli yang telah
komoditas itu rela atau tidak. Atau seorang penjual berkata kepada
seorang pembeli, Jika ada yang menyentuh baju ini maka itu berarti
21
Muhamad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al-Muqtashid (Terj. Syaikh
Muhammad Wa‟iz, Dr. Muhammad Khadhrah) (Jakarta: Akbar Media, 2003), Hlm. 162.
22
Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Islam, Cet. 1. (Yogyakarta: Ekonsia FE UII, 2004), hlm.
107
21
maka kain tersebut menjadi milikmu dengan harga sekian.” Jual beli ini
“saya jual rumahku kepada anda dengan harga sekian jika si Fulan
maka transaksi bisnis jual beli tersebut menjadi rusak, karena ada
unsur gharār.23
23
Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,
(Terj. Sapto Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 159
22
Unsur gharār dalam jual beli muallāq adalah ketika kedua belah
keinginan pembeli atau penjual berubah seketika. Oleh karena itu jelas
terdapat unsur gharār baik dari aspek terlaksana tidaknya akad, aspek
rela atau tidaknya antara kedua belah pihak ketika ada syarat yang
menyertainya.
suatu hal yang karenanya akad dibuat dan berlaku akibat-akibat hukum
akad. Objek akad dapat berupa benda, manfaat benda, jasa atau
Syari‟ah.24
termasuk bagian yang harus ada (rukun) dalam suatu perjanjian Islam.
24
Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,
(Terj. Sapto Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 159
23
terbebas dari unsur ghārar yang dapat terjadi dalam objek akad dan
perjanjian:
sahnya jual beli. Maka jual beli yang obyeknya tidak diketahui tidak sah
mengetahui dengan jelas jenis barang apa yang akan ia beli. Namun
transaksi jual beli yang jenis obyek transaksinya tidak diketahui, jika
jual beli sebagaimana terjadi dalam jenis obyek akad. Tidak sahnya
25
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 137
26
Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al Muqtasid,
(Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 154.
24
yang mana.27
jelas. Dasar ketentuan ini adalah larangan Nabi saw. Mengenai jual beli
kerikil (bai‟ alhashah) yang mirip dengan judi dan biasa dilakukan oleh
orang jahiliyyah. Yaitu jual beli dengan cara melempar batu kerikil
kepada obyek jual beli, dan obyek mana yang terkena lemparan batu
tersebut maka itulah jual beli yang harus dilakukan. Dalam hal ini
mensyaratkannya.
27
Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al Muqtasid, (Jakarta:
Akbar Media, 2003), hlm. 154.
28
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqh Muamalah,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 191.
25
ru‟yah.29
dan karakter.30
beli yang tidak jelas sifat dan karakter komoditas hukumnya tidak sah
kecuali jika pembeli diberi hak untuk melakukan khiyār ru‟yah. Mazhab
29
Suhrawardi Lubis K, Hukum Ekonomi Islam, Cet. 3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 22.
30
Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam, ...,
hlm. 168
31
Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al-Mukthashid, hlm. 154
26
diantara akad jual beli yang terlarang adalah berbagai jenis akad jual
b. Ketidakpastian akad;
c. Ketidakpastian harga;
Islam menutup pintu ini, guna menjaga utuhnya persatuan dan terjaga
apakah gharār yang ada termasuk terlarang atau yang dimaafkan. Al-
benar bagus dan jelas dalam mengidentifikasi gharār yang ada pada
suatu akad. Beliau berkata: “hakikat gharār yang terlarang dalam akad
jual beli ialah suatu keadaan yang memiliki dua kemungkinan, tetapi
hukum jual beli. Sebaliknya, jika gharār itu dapat dihindari tanpa
diperdagangkan;
yang diperdagangkan;
29
dengan perjanjian.
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
mengetahui apa yang akan terjadi dan kapan musibah akan menimpa,
risiko.
dan tunduk pada beberapa ketentuan yang misalnya dalam jual beli,
meliputi:
ditimbang);
b. Barang dan harga yang jelas serta dimaklumi, dan tidak boleh harga
34
Al Imam Al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab, Jilid 9. (Terj. Muhammad Najib Al
Muthi‟i), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm. 210
31
tidak bisa terhindar dari dua realitas, realitas untung dan realitas rugi,
atau realitas baru, yaitu realitas tidak untung dan realitas tidak rugi.
menanggung risiko. Namun hal ini sangat absurd terjadi, karena hanya
35
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekomomi Islam (P3EI) Dan Bank Indonesia,
Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 329-330.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Masail Fiqih jual beli. Dari literatur tersebut dapat ditemukan berbagai
permasalahan penelitian.
Kedua, data yang terkumpul membentuk kata kata atau gambar, sehingga
36
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 15. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana,
2008), h. 65-70.
33
34
B. Pendekatan Penelitian
penelitian.37
ini berusaha mencari makna, baik makna di balik kata, kalimat maupun
37
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis dan Desertasi (Makassar: UIN Alauddin 2008), h. 11-12.
35
tertulis berupa ide, pikiran dan gagasan yang dalam istilah penelitian
wawancara kepada dokter ahli atau pasien yang mengalami hal tersebut
lainnya, dapat dijadikan data instrumen, juga data yang bersumber dari
38
Neong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), h. 83
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 134
36
halus/pilihan.
40
Koenijaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Cet. XI; Jakarta: PT, Gremedia
Pustaka Utama, 1991), h.3
41
Lexx J.Koleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Cet. XIII; Bandung: PT. Renajayakarya, 2000),
h. 163.
37
data, kelas data, dan sub kelas data. Hal ini untuk merujuk
terpakai.
BAB IV
PEMBAHASAN
rugi) dalam praktek gharar disebut atau pihak yang merasa ditipu
hasilnya atau apa yang belum diterima hasilnya atau apa-apa yang belum
Surah Al-Faathir: 5
42
Ibnu Mandzur, Lisan al-‘Arab, (Bairut: Dar al-Sadir, t.t. juz. 5) 11
43
Ahmad bin Ali Al-Muqri Al-Fiumi, Kitabul Misbah Al-Munir fi ghoribu Al-Syrhi al-Kabir, bab
Al-ghain, Juz 6, H.496
44
Ghufran A.Mas‟adi, Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002.
38
39
Terjemahnya :
dalam gharar.47
45
Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:
Syamil Qur’an, 2007
46
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdloi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,
(Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, cet. 3, 1998), 1347.
47
Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Sadr, jil. 5, cet. 3, 1993), 11, dan Ibrahim
Mustafa, Mu‟jam al-Wasit (Istanbul: Dar al-Da‟wah, jil. 2, tt), 648.
48
Abu Sulaiman Hamdi bin Muhammadal-Khattabi al-Busti, Ma’alim al-Sunan Sharh
Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Cet. 1 Jil.3, 1991),75.
40
keduanya. 50
dan penting dalam jual beli. Oleh sebab itu, Imam Muslim
49
MazhabHanafiyah membagi jual beli yang tidak sah kepada dua macam,yaitu
jualbeli bathil dan fasakh. Jual beli bathil bila tidak terpenuhi salah satu rukun jual
belinya.Sedangkan asakh, adalah tidak terpenuhinya salah satu syarat atau
lebih.terpisalah satu rukun jual belinya.Sedangkan fasakh,adalah tidak terpenuhinya
salah satu syarat atau lebih.
50
Abu Bakar bin Muhammad bun Ibrahim bin al-Mundzir al-Naisaburi, Al-Ausat fi al-
Sunan wa al-Ijma’ wa al-Ikhtilaf, Tahqiq oleh Dr. Sagir Ahmad bin Muhammad
Hanif, (Riyad: Dar Tayyibah, Cet. 2, 1998), h. 314.
41
jual beli ikan dalam kolam yang berisikan banyak air, air
51
Sahih Muslim Bisharhi al-Nawawi (Kairo: Dar al-Rayyan, Jil. 10, 1407H), 156.
52
Majiduddin Ubai al-Sa‟adat al-Mubarak bin Muhammad bin al-Utsair al-Jazari, Jami
al-Usulfi Ahaditsal- Rasul Saw,Tahqiq oleh Abdal Qadiral Arnaut (Damaskus: Daral
Bayan,jil.10, 1969),156.
53
Rashid Abdul Rahman al-‘Ubaidi (Tahqiq),Almustadrak tahdzib al-Lugha
Lilazhari,h.83-84.
42
tentang gharar.
56
7. Senada dengan gurunya, Ibnual-Qayyim menerangkan
54
Ibnu Taimiyah, Majumu’ Fatawa, Tahqiq oleh Abdul Rahman bin Muhammad
binQasim, (Madinah Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, tt.
55
Ibnu Taimiyah (syaikh al-Islam) Nazariyat al-‘Aqd, (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, tt), 224.
56
Ibnu al-Qayyim adalah murid dari IbnuTaimiyah.
57
Ibnu al-Qayyim al-Jauzi, Zad al-Ma‟ad fi Hadyi Khair al-„Ibad,
43
takarannya. 60
58
al-Malaqih adalah jual beli air mani pejantan yang nantinya dapat disuntikkan
kepada betinanya.Jual beli cairan seperti ini tidak diperbolehkan karena mengandung
gharar,atau adanya ketidakjelasan dan karaguan apakah penggunaan cairan ini akan
dapat jadi sesuai harapan saat disuntikan ke cairan betina.
59
al-Madamin adalah jenis jual beli pada obyek yang masih belum jelas atau tersembunyi
sehingga tidak bisa dilihat. Misalnya, jual beli janin binatang yang masih dalam perut
induknya. Ataupun jual beli apa saja yang tidak bisa disaksikan langsung. Jelas, seperti
ini masuk kategori gharar.
60
Ibnu al-Qayyim al-Jauzi, Zad al-Ma‟ad,... jil. 5, 818.
61
Muhammad Amin al-Shahir bi Ibnu „Abidin, Hashiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dar al-
Mukhtar, (Mesir: Matba‟ah Mustafa al-Bab al-Halabi, Cet. 2, jil. 5, 1386 H), 62.
44
atau tidak.
pengungkapan.
probabilitas.62
62
Muhammad Siddiq Hasan Khan al-Qanuji, Al-Raudah al-Nadiyah Sharh al-Darar al-
Bahiyah, Riyad: Maktabah al-Kautsar, Cet. 4, jil. 2, 1996., h.197.
45
satunya.
63
Zami Iqbal dan Abbas Mirakhor, An Introduction To Islamic Finance: Theory and
Practice, (Terj. Oleh A.K. Anwar dengan judul Pengantar Keuangan Islam: Teori dan
Praktek, (Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2008), 88.
64
Adiwarman Karim, Islamic banking: Fiqh and Financial Analysis, Jakarta: Rajawali Press,
Ed. 4, 2011. h.31
46
ini hanya menyebutkan tentang sifat dan jumlah obyek, tapi tidak
kasus jual beli kuda yang lepas dari kandangnya. Akad ini
ini adalah contoh gharar. tapi berbeda dengan Ibnu Hazm, yang
65
Ibnu Hazm al-Zahiri, al-Mahalli , Tahqiq: Ahmad Muhammad Shakir, Cairo: Maktabah
Dar al-Turats, jil. 8, tt., h.389.
66
Ibnu Hazm al-Zahiri, al-Mahalli ,... h.388.
67
Abdullah Muhammad bin Yusuf al-Mawwaq, Al-Majallah al-„Adliyah (Beirut: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, cet. 1, Lihat pula, Ahkam al-Mu‟amalat al-Shar‟iyah h. 377-380.
68
Al-Taj wa al-Iklil (jil. 6), h. 349. Lihat pula Abdul Karim al-Rafii, Fath al-„Aziz sharh
al- Wajiz , dikutip dalam kitab al-Majmu‟ Sharh al-Muhadzdzab (Beirut: Dar al-Fikr jil.
8, tt), h. 333.
47
dilakukan”. 69
perbuatan saja.
perkataan.
69
Mustafa al-Zarqa, al-Madkhal al-„Am ( jil. 1), h. 379.
48
sebab itu, tidak cukup hanya gharar pada perkataan saja. Hal
penjelasannya.
tidak dari pihak yang bertransaksi saja, tapi juga bisa dari
dan lain-lain.
keputusan jual beli. Ini adalah gharar dari sifat akad. Selanjutnya,
gharar dari sighat. Misalnya, jual beli dua transaksi dalam satu akad,
70
Abdullah al-Salami, al-Taghrir fi al-Mudarabat fi Bursah al-Auraq al-Maliyah
Tausifuhu wa Hukumuh, Workshop ke-20 Majlis al-Fiqh al-Islami yang diadakan di
Makkah al-Mukarramah 25-29 Desember 2010, (Makkah al-Mukarramah: Rabitah al-
„Alam al-Islami, Majma‟ al-Fiqh al- Islami, tt) h. 9.
71
Wahbah al-Zuhaili, Mausu'ah al-Fiqhi al-Islami wa al-Qadayah al-Mu'asirah, Damaskus:
Dar al-Fikir al-Mu'asir, Jil. 4, Cet. 1, 2010. H. 198
50
sisi sifat luar obyek maupun keadaan obyek itu sendiri. Ini pula
yang disebut oleh Wahbah al-Zuhaili bahwa makna jual beli gharar
hukumnya. 74
Gharar ada pada bagian yang pokok dan tidak ada kebutuhan
72
Khalid bin Abdul „Aziz al-Batili, Ahadits al-Buyu‟ al-Manhiyu „anha, (Riyad: Dar al-
Kunuz Isybiliya, Cet 1, 2004), 53.
73
(Ibnu Rajab, al-Furuq, 3/265).
74
Dalam kajian fikih klasik, transaksi kategori gharar katsir (excessive) yang benar-benar
dilarang syariah
51
mendesak. 75
berikut :
menerima. 76
75
Al-Mi‟yar al-Shar‟i No. 31, “Dabit al-Gharar al-Mufsid Lilmu‟amalat al-Maliyah”,
502.
76
Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud wa Atsaruhu fi al-Tatbiqat
al-Mu’asirah, (Saudi Arabiyah: al-Ma‟had al-Islami Lilbuhuts wa al-Tadrib [IDB], Cet.
1, 1993),mlh. 8
52
atau salah satu unsurnya tidak ada, maka transaksi yang dimaksud
pada transaksi bisnis. Ketiga, Gharar ada pada bagian yang pokok.
77
Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud,... 39-47.
53
membolehkan.
di dalamnya.
78
Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud ... 39
54
sedikit. Misalnya:
tanah.
diserahterimakan.
bersamaan, tapi
h. Pertanian.
79
Sulaiman bin Khalaf al-Baji, al-Muntaqa Sharh al-Muwatta’, Penerbit as-Sa‟adah,
Jilid. 1, h.41
56
akad-akad bisnis.
dan tidak pula memakan harta milik orang lain secara bathil.
apa.
yang dapat merusak akad adalah bila terjadi pada pokok objek
Terjemahnya
kesulitan/kesempitan...(QS.Al-Haj:78.)”80
Qur‟an dan hadis. Larangan jual beli gharar didasarkan pada ayat-ayat al-
Qur‟an yang melarang memakan harta orang lain dengan cara batil,
Terjemahnya :
80
Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:
Syamil Qur’an, 2007
81
Al-Qur’an dan Terjemahan ibid.,
59
Terjemahnya :
1. Jenis Gharar
sisi.
Pertama : Jual-beli barang yang belum ada (ma‟dum), seperti jual beli
Kedua : Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak,
harga sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau
82
. Al-Qur’an dan Terjemahan ibid.,
60
“Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran
jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.. Ketidak
jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada akad jual belinya.
pembayarannya.
remeh,
tidak mengetahui kadar air susu pada kambing yang sedang hamil.
61
ringan (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak menjadi
obyek akad pada waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah
penjual
hilang obyek akad, sehingga akad jual beli pertama dan kedua
menjadi batal.
(3) Tidak ada kepastian tentang jenis sifat tertentu dari barang yang
dikonsumsi.
sesuai dengan harga yang berlaku pada hari ini”. Padahal jenis
Yaitu ada dua macam atau lebih yang berbeda dalam satu
barang lainnya, dan dengan itu jual beli harus dilaksanakan tanpa
83
M. Ali Hasan, op. cit., h. 148-149.
63
“jika ada yang menyentuh baju ini maka itu berarti anda harus
dan pembeli bersepakat atas jual beli suatu barang pada harga
merugikan orang lain. Dalam setiap transaksi kegiatan jual beli , dapat
transaksi tertsebut. Rukun berarti tiang atau sandaran atau unsur yang
tidak adanya sesuatu itu. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah
ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara ridha, baik
Adapun rukun jual beli meliputi : Akid yaitu Bai‟ (penjual) dan
Mustari (pembeli), Shighat (ijab dan qabul), Ma‟qud „alaih (benda atau
barang).86
86
Abu malik al-kamal bin sayyid salim, Shahih fiqih sunnah, j 4 hlm 257.
65
menjual benda atau barang kepada pihak lain atau pembeli baik
kelompok.
Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan
Subyek akad (aqid) yaitu penjual dan pembeli yang dalam hal ini
yaitu:
1). Berakal, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang
Terjemahnya:
kepadamu”87
87
(QS. An-Nisa’ : 29
67
Terjemahnya:
88
Departemen Agama RI. h. 61.
89
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010, h. 281
68
Misal:
90
M. Ali Hasan, op. cit, h. 120.
69
bersangkutan.91
91
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, PT. Pustaka Rizki
Putra Semarang, 1997, h. 29.
70
c. Ma‟qud „alaih
(sewa).92
1). Halal, bersih barangnya. Barang najis tidak sah untuk diperjual
3). Barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
92
Dimyauddin Djuwaini, op, cit, h. 57.
71
5). Mengetahui atau barang yang dijual ini diketahui oleh pihak
takarannya96.
95
Ahmad bin ali al-muqri al-fiumi, Kitabal-misbah Al-munir fi ghoribu Al-syarhi Al-kabir, bab
al-ghain, juz 6, H. 496.
96
Ibnul Qoyyim kitab Zadul Ma‟ad juz 5 Hlm 725
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah hal yang belum diketahui hasilnya atau apa yang belum
takarannya.
2. Cakupan gharar
a. Jual-beli barang yang belum ada (ma‟dum), seperti jual beli habal
sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa
73
74
beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.. Ketidak
jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada akad jual
merugikan orang lain. Dalam setiap transaksi kegiatan jual beli , dapat
transaksi tersebut. Rukun berarti tiang atau sandaran atau unsur yang
tidak adanya sesuatu itu. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli
B. Saran
saran
sebgai berikut:
Islam, sehingga tidak didapati lagi aplikasi jual beli yang bertentangan
DAFTAR PUSTAKA
al Bukhary al Ja‟fy, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al Jami’ al Musnad, (Daru
Tuq an Najah, cetakan pertama tahun 1422 H)
Al-Khalafi, Abdul „Azim bin Badawi Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih dalam Al-Qur’an
As-
Sunnah As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006).
Ali, Atabik. & Muhdloi, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia,
Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, cet. 3, 1998.
Al-Jauzi, Ibnu al-Qayyim. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, Tahqiq Shu‟aib
al-Arnauti dan Ba‟du al-Qadir al-Arnauti, Beirut: Muassasah al-Risalah,
Cet. 14, 1996.
Al-Busti, Abu Sulaiman Hamdi bin Muhammad al-Khattabi. Ma’alim al-Sunan
Sharh Sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Cet. 1,1991.
Al-Darir, Siddiq Muhammad al-Amin. Al-Gharar fi al-‘Uqud wa Atsaruhu fi al-
Tatbiqat al-Mu’asirah, Saudi Arabiyah: al-Ma‟had al-Islami Lilbuhuts wa
al-Tadrib [IDB], Cet. 1, 1993.
Al-Mi‟yar al-Shar‟i No. 31, “Dabit al-Gharar al-Mufsid Lilmu‟amalat al-
Maliyah”.
Al-Naisaburi, Abu Bakar bin Muhammad bun Ibrahim bin al-Mundzir. Al-
Ausatfial-Sunanwaal-Ijma’waal-Ikhtilaf, Tahqiq : Sagir Ahmad bin
Muhammad Hanif, Riyad: Dar Tayyibah, Cet. 2,1998.
Al-Nawawi,AbuZakariyaMuhyiddinbinSharf.Al-Majmu‟Sharhal-
Muhadzdzab, Tahqiq: Muhammad bin Najib al-Muti‟i, Cairo:
Dar al-Turats al-„Arabi, 1994.
Al-Nawawi, Abu Zakariyah Muhyiddin Ibn Sharaf. Al-Majmu’ Sharh al-
Muhadhab, Matba‟ah al-Tadamun al-Akhwa, 676.H.
Al-Jazari, Majiduddin Ubai al-Sa‟adat al-Mubarak bin Muhammad bin al-
Utsair. Jami al-Usul fi Ahadits al-Rasul Saw, Tahqiq oleh Abd al-Qadir
al-Arnaut Damaskus: Dar al-Bayan,1969.
Al-Zahiri, Ibnu Hazm. Al-Mahalli, Tahqiq: Ahmad Muhammad Shakir,
Cairo: Maktabah Dar al-Turats,tt.