SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
Khomsun Masyhadi
221 08 021
1
2
PERNIKAHAN DI DEPAN JENAZAH ORANG TUA
MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir,
Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
Khomsun Masyhadi
221 08 021
i
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
ُْم َحافَظَةُ َعلَى قَ ِدي ِْم الصَّا ِلحْ َو ْاْلَ ْخ ُذ َعلَى َج ِد ْي ِد ْاْلَ صْ لَح
Artinya: “Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik”
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan
penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
2. Ayahanda dan Ibunda tercinta & tersayang yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan
dukungan dan doa restunya kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini
telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai
harganya, agar saya menjadi lebih baik.
4. Kakak-kakak saya, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum
dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran
semangat yang menggebu.
5. Teman, sahabat dan sejawat tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan
kalian semua tak kan mungkin aku sampai di sini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn.
viii
KATA PENGANTAR
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal Al-
4. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
skripsi ini.
ix
5. Seluruh Dosen Fakultas Syaria’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah IAIN
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya
cita-cita.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
‘alamien.
Khomsun Masyhadi
NIM : 221 08 021
x
ABSTRAK
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
E. Penegasan Istilah .................................................................. 6
F. Telaah Pustaka ..................................................................... 8
G. Kerangka Teoritik ................................................................ 12
H. Metode Penelitian ................................................................ 13
I. Sistematika Penulisan .......................................................... 18
xii
BAB II KAJIAN PUSAKA
A. Pernikahan ........................................................................... 19
1. Definisi Nikah................................................................ 19
2. Dasar Hukum Pernikahan .............................................. 21
3. Hukum Pernikahan ........................................................ 22
B. Akad Nikah .......................................................................... 24
1. Pengertian Akad Nikah dan Dasar Hukum.................... 24
2. Syarat dan Rukun Akad Nikah ...................................... 26
C. Bentuk-bentuk Nikah Terlarang Dalam Islam ..................... 28
D. Teori-teori Ushul Fiqh Dalam Hukum Islam....................... 36
E. Ruang Lingkup Pembahasan Ushul-Fiqh dan Fiqh ............. 37
F. Adat Istiadat (‘urf) Dalam Perspektif Hukum Islam ........... 41
G. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pernikahan di
Depan Jenazah Orang Tua ................................................... 47
xiii
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Akad Nikah Depan Jenazah Orang Tua di
Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga .................................................................................. 76
B. Faktor Terjadinya Pernikahan Depan Jenazah Orang
Tua di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir,
Kota Salatiga ........................................................................ 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 92
B. Saran ....................................................................................... 94
C. Penutup ................................................................................... 95
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.5 Data Kepengurusan Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga
Tabel 3.6 Susunan Pengurus Tim Penggerak PKK Kelurahan Tingkir Lor
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
adat istiadat dan budaya masing-masing, salah satunya adalah adat istiadat
(http://glesyer.wordpress.com/2010/07/13/hukum-nikah-di-depan-jenazah/diakses
di dekat jenazah. Akad nikah di depan mayat terjadi apabila seorang laki-laki
1
yang telah melakukan peminangan kepada seorang gadis dan menentukan hari
tanggal tersebut tiba, orang tua dari pihak laki-laki meninggal dunia. Adapun
pada waktu yang telah ditentukan, namun ternyata dalam waktu yang (relatif)
bersamaan ada anggota keluarga yang meninggal dalam hal ini orang tua
secara Islam, tetapi masih banyak yang mengikuti dan mentaati sistem
tersebut sudah terjadi, maka kedua mempelai yang akan menikah melakukan
2
Kabul sebagaimana yang telah direncanakan semula. Hal ini dikarenakan
waktu. Hal ini dilakukan ketika Kerubuhan Gunung diikat kembali setelah
bahwa pernikahan itu adalah kegembiraan bukan kesedihan. Selain itu, tradisi
3
ketika ada yang meninggal dunia hendaknya menyegerakan mengurus dan
sebuah pertimbangan hukum atau adat fasid yang harus dieliminasi karena
kemafsadatannya.
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu kiranya bagi
4
kasus tersebut. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum
C. Tujuan Penelitian
Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
5
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
bersangkutan.
E. Penegasan Istilah
kuat dan kokoh untuk hidup bersama yaitu, di antara seorang lelaki
6
membentuk sebuah keluarga yang kasih-mengasihi, yang lebih tepat
sebuah keluarga.
mempelai saja, tetapi juga orang tua. Kedua belah pihak, sudara-
hidup.
atau akad nikah yang dilakukan di dekat jenazah (orang tua mempelai),
7
2. Perspektif Hukum Islam
a. Perspektif
Yaitu gambaran suatu hal yang tidak dapat kita temukan dalam hal ini
kebiasaan/tradisi.
b. Hukum Islam
dengan syariat Islam, dalam hal ini biasa disebut syariat. Secara
etimologi, syariat berarti jalan, sedangkan dari segi bahasa syariat bisa
adalah tinjauan hukum positif dalam hal ini hukum Islam terhadap adanya
prosesi akad nikah yang dilakukan di dekat jenazah (orang tua mempelai) dan
F. Telaah Pustaka
8
Penelitian serupa telah dilakukan Siti Aminah (2007) Mahasiswa
Ibrahim dengan judul “Tradisi Kawin Mayit” studi tentang pandangan tokoh
penelitian studi kasus (case study), adapun sifat dari penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah adalah bahwa para tokoh
kawin mayit selama rukun dan syarat sah perkawinan terpenuhi. Golongan
negatifnya dari pada sisi positifnya, maka lebih baik tradisi tersebut untuk
9
penelitian yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah penelitian
faktor adat kebiasaan yang merupakan warisan budaya dan menjadi jati
diri sang Bima serta disepakati untuk menjadi dasar pemerintahan kerajaan
Bima. Tradisi Kaboro Co’i pada kaedah yang menegaskan bahwa peraturan
yang terlarang secara adat adalah sama saja terlarang secara hakiki. Dan di
sana juga ada saling keterkaitan antar keduanya (Tradisi Kaboro Co’i) sama
menjadi sesuatu yang telah diterima dan ditetapkan oleh masyarakat secara
yang akan kami teliti yakni tentang kedudukan sebuah tradisi perkawinan
pada pernikahan di depan jenazah orang tua menurut perspektif hukum Islam.
status hukum dari pernikahan di depan jenazah orang tua yang hingga saat
ini masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat. Tinjauan seperti inilah yang
10
membedakan judul skripsi ini dengan judul skripsi yang pernah ditulis
dikaji dalam bentuk kajian ilmiah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
tua menurut perspektif hukum Islam yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor,
belum pernah diteliti, akan tetapi perspektif atau tinjauan yang digunakan
meneliti lebih dalam dengan mengambil sudut pandang yang berbeda yaitu
masyarakat.
orang tua yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota
Salatiga.
11
G. Kerangka Teoritik
suatu kasus tertentu, misalnya kasus seperti yang penulis teliti di Kelurahan
Pernikahan di depan mayat adalah salah satu bentuk tradisi atau adat kebiasan
(‘urf) yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh kelompok masyarakat
tertentu. Mengingat penelitian ini adalah studi kasus terhadap adat kebiasan
(‘urf), maka secara otomatis yang menjadi acuan umum atau landasan teori
dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan tentang nikah dan adat-
kebiasaan (‘urf).
rukunnya sesuai dengan ketentuan yang ada dalam hukum perkawinan Islam.
Syarat dan rukun akad nikah merupakan dasar bagi suatu perkawinan,
yang mana jika syarat dan rukun tersebut terpenuhi, maka perkawinan menjadi
12
sah dan sebaliknya jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi, maka
perkawinan tersebut dianggap tidak sah dan tidak ada. Syarat dan rukun dalam
akad nikah adalah sesuatu yang berbeda. Syarat adalah sesuatu yang harus ada
dalam suatu perkawinan namun di luar perbuatan itu. Sedangkan rukun adalah
sesuatu yang harus ada dan menjadi bagian dari perbuatan tersebut. Sebagian
dari rukun nikah merupakan bagian dari persyaratan nikah. Oleh karena itu,
Akad nikah merupakan hal yang mutlak atau harus dilakukan dalam
suatu perkawinan. Akan tetapi tidak semua akad nikah dapat dianggap benar
menurut hukum perkawinan Islam. Akad nikah baru dianggap benar dan sah
jika memenuhi syarat dan rukun yang ditentukan oleh syari’at Islam. Namun
para ulama fiqh. Mengenai sahnya nikah para ulama mazhab sepakat bahwa
pernikahan dianggap sah apabila dilakukan dengan akad, yang meliputi ijab
dan qabul antara perempuan yang dilamar (wakil atau wali) dengan lelaki
H. Metode Penelitian
13
Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat
2. Subjek Penelitian
3. Pengumpulan Data
a. Wawancara
14
b. Dokumentasi
Mencari data mengenai beberapa hal baik yang berupa catatan, data
orang tua dan lain sebagainya. Metode ini digunakan sebagai salah
c. Studi pustaka
1990:135).
4. Analisis Data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai
serta disusun lebih sistematis sehingga mudah dipahami, maka dalam hal
a. Deduktif
suatu kelas antar jenis, berlaku juga untuk semua peristiwa yang
termasuk dalam kelas/jenis itu. Dalam arti apa yang berlaku pada suatu
yang bersifat umum berlaku juga pada sesuatu yang sejenis (Hadi,
1991:42).
15
b. Komparatif
c. Kualitatif
siklus.
5. Sumber Data
16
b. Sumber data sekunder
7. Tahap-Tahap Penelitian
17
I. Sistematika Pembahasan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian
sebagai berikut :
Akad Nikah meliputi; tentang akad nikah dan dasar hukumnya, syarat dan
rukun akad nikah, bentuk-bentuk nikah yang terlarang, teori ushul fiqh,
pandangan ulama.
nikah di depan jenazah orang tua yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor,
depan jenazah orang tua yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan
tua, pandangan hukum Islam terhadap pernikahan di depan jenazah orang tua.
dibahas, saran-saran.
18
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pernikahan
1. Definisi Nikah
dan arti kiasan, arti yang sebenarnya dari “nikah” ialah “ضم
ٌ ” yang
Pernikahan atau lebih dikenali ialah Nikah dari segi bahasa ialah bersatu
sama lain.
19
Dari segi syara’, nikah adalah satu akad yang menghalalkan
dua manusia dan menyatukan di antara satu sama lain. Orang Arab
20
Makna hakiki nikah dalam syariat menurut fukaha’, yakni
ketika makna kiasan lebih diutamakan atas makna sinonim, maka hal
makna hakikat nikah dalam syariat adalah akad dan makna kiasannya
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak
dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?”(QS. Al-Nahl 16:72)
21
Selain dari Al-Qur’an, terdapat banyak hadits dari Rasulullah
berbunyi:
3. Hukum Pernikahan
Namun demikian kalau dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan
a. Wajib
dalam perzinaan wajiblah bagi dia untuk kawin, sedangkan untuk itu
Kata Qurtuby :
Orang bujang yang sudah mampu kawin dan takut dirinya dan
agamanya jadi rusak, sedang tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri
22
kecuali dengan kawin, maka tidak ada perselisihan pendapat tentang
b. Sunnah
mampu kawin, tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina,
c. Haram
23
menjelaskan keadaannya kepada istrinya atau sampai datang saatnya
d. Makruh
Juga makruh hukumnya jika karena lemah syahwat itu ia berhenti dari
e. Mubah
B. Akad Nikah
Akad Nikah berasal dari dua kata, yaitu akad dan nikah. Istilah
akad berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata عقد yang jamaknya عقود
24
menurut istilah Akad Nikah adalah pernyataan sepakat (perjanjian) dari
pihak calon suami dan pihak calon isteri untuk mengikatkan diri
dalam ilmu fiqh disebut sighat akad nikah. Sighat akad nikah merupakan
dilakukan oleh kedua belah pihak yang membuat akad, baik melalui lisan,
melalui ucapan diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah
pernyataan pihak pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak yang
mengartikan ijab dengan suatu ungkapan atau pernyataan awal dari salah
satu orang yang membuat akad yang menunjukkan kemauan atau kerelaan
membuat ijab.
rangkaian ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dengan disaksikan oleh dua orang saksi
25
Adapun yang menjadi dasar disyari’atkannya akad nikah adalah
Artinya: “bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal
sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat” (Departemen
Agama RI, 1994:120).
Di samping itu, karena akad nikah merupakan salah satu bentuk dari
nikah dapat juga didasarkan pada QS. Al-Maidah ayat 1, sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu
(Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada
Allah dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam
pergaulan sesamanya). Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)
dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-
hukum menurut yang dikehendaki-Nya” (Departemen Agama
RI, 1994:156).
26
pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
merupakan dasar bagi suatu pernikahan, yang mana jika syarat dan
jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi, maka pernikahan tersebut
Syarat dan rukun dalam akad nikah adalah sesuatu yang berbeda.
Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam suatu pernikahan namun di
luar perbuatan itu. Sedangkan rukun adalah sesuatu yang harus ada dan
nikah ada lima rukun yang harus dipenuhi, yaitu: calon suami; calon isteri;
wali nikah; dua orang saksi dan Sighot / Ijab dan qabul (Al-Jaziri,
1969:12).
27
c. Wali Nikah, syaratnya: laki-laki; dewasa; mempunyai hak perwalian;
d. Saksi Nikah, syaratnya: minimal dua orang laki-laki; hadir dalam ijab
antara ijab dan qabul jelas maksudnya; orang yang berkait dengan ijab
dan qabul tidak sedang ihram haji atau umrah; majelis ijab dan qabul
atau wakilnya, wali dari mempelai perempuan atau wakilnya dan dua
pernikahan yang dilarang dilakukan. Oleh karenanya, wajib bagi seluruh kaum
istri di antara para wali untuk dinikahkan dengan calon suami yang telah
28
disepakati atau untuk dirinya masing-masing dengan suatu perjanjian
tanpa mahar.
sallam:
2. Nikah Tahlil
kembali oleh suami sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali) setelah
masa ‘iddah wanita itu selesai. Nikah semacam ini haram hukumnya dan
3. Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah disebut juga nikah sementara atau nikah terputus. Yaitu
tertentu; satu hari, tiga hari, sepekan, sebulan atau lebih. Para ulama kaum
muslimin telah sepakat tentang haram dan tidak sahnya nikah mut’ah.
Masa ‘iddah adalah masa menunggu bagi wanita karena beberapa sebab
29
‘iddah dimaksudkan untuk mengetahui kosongnya rahim, dalam rangka
Artinya: “dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
(yang suaminya telah meninggal dan masih dalam 'iddah)
dengan sindiran (wanita yang boleh dipinang secara sindiran
ialah wanita yang dalam 'iddah karena meninggal suaminya,
atau karena Talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah Talak
raji'i tidak boleh dipinang walaupun dengan sindiran) atau
kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam
hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut
mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji
kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf
(perkataan sindiran yang baik) dan janganlah kamu ber'azam
(bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya.
dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada
dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
30
31
dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu,
menurut jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam
pemeliharaannya); saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”
8. Nikah yang menghimpun wanita dengan bibinya, baik dari pihak ayahnya
maupun dari pihak ibunya.
dengan orang lain dengan pernikahan yang wajar (bukan nikah tahlil), lalu
Artinya: kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua),
Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin
32
dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas
suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau)
mengetahui.
yang sedang ihram tidak boleh menikah atau melamar” (Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1409), at-Tirmidzi (no. 840) dan an-Nasa-i
33
Artinya: dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami,
kecuali budak-budak yang kamu miliki / maksudnya: budak-
budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-
samanya (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-
Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian
(selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An
Nisaa' ayat 23 dan 24) yaitu mencari isteri-isteri dengan hartamu
untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah
kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu
(menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali
maskawin yang telah ditetapkan). Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
34
Artinya: wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka
ampunan dan rezki yang mulia/surga (menunjukkan kesucian
'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan
kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka
pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau).
yang dizinainya, beliau berkata, “Yang pertama adalah zina dan yang
35
sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami
sampai empat orang saja), atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.
at-Tirmidzi (no. 1128), Ibnu Majah (no. 1953), al-Hakim (II/192-193), al-
Baihaqi (VII/149, 181) dan Ahmad (II/44). Begitu juga ada seorang
a. Teori kompromitas (jam'iy) atau teori taufiqiy sebagai salah satu sistem
pencarian jalan keluar dari adanya dua dalil yang secara lahiriyah
36
kontradiktif (tanaqud), misalnya antara ayat dengan ayat atau antara
sekaligus.
mahkum fih.
pembahasan syari'ah.
37
Syathibiy dalam kitabnya al-Muwafaqat), seperti status ijab, fardlu,
sah dan syarat wajib, syarat hakiki dan syarat ja'liy dan sebagainya.
di.dalamnya.
(mashadir asasi).
1) Masalah fungsi sunnah atau hadis sebagal penjelas atau bayan bagi
al-Qur'an.
menarik petunjuk hukum dari nash syar'i al-Qur'an dan sunnah/hadis. Hal
38
pengembangan manthuq dan mafhum.
penentuan illat hukum untuk teori qiyas, proses terjadinya ijma dan
dalil nash dan dalil ijtihad, begitu juga masalah teori nasakh dan tarjih.
4. Mujtahid dan Ijtihad. Hal ini penekanan uraiannya pada sisi persyaratan,
Sejalan dengan maksud ini, maka Alyasa Abu bakar (1991:177) menyebutkan
bahwa setiap perintah dan larangan pasti mempunyai alasan-alasan logis (nilai
itu tidaklah lahir atau ditetapkan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor yang
disebut terakhir ini dijadikan sebagai dasar pijakan atau landasan pemikiran
untuk melihat dan menentukan kira-kira apa yang menjadi pendorong atau
dari semua ketentuan hukum yang telah ditetapkan itu, maka para ulama ushul
39
antara suatu ketentuan hukum dengan alasan yang yang mendasarinya
1972:49) hukum atau Ta‘lîl al-Ahkâm )األح كام (تعلي ل, yaitu teori ke-‘illat-an
hukum.
atau manâth al-hukm )اِل كم (مناط, yaitu pautan hukum serta apa pula yang
menjadi indikator bahwa ‘illat yang dimaksud adalah merupakan alasan yang
suatu ‘illat hukum serta apa-apa saja yang menjadi keriteria atau persyaratan
dari suatu ‘illat tersebut. Kemudian, pembahasan tentang ‘illat hukum ini juga
pengkajian tentang ‘illat. Artinya, dari sini akan terlihat bagaimana eksistensi
dan posisi ‘illat yang dipandang sebagai faktor penentu atau alasan yang tidak
dapat dipisahkan dari pensyari‘atan hukum syara‘. Bertitik tolak dari sini
ulama ushul merumuskan teori ‘illat hukum yang dapat dijadikan sebagai alat
40
dan tidak adanya ‘illat (al-Subkî, 1984:71). Artinya ‘illat-lah yang menjadi
pembentukan ketentuan hukum. Karena itu ‘illat menjadi kata kunci yang
sampai abad XV, ia harus berhadapan dengan kaum kolonial sejak abad XVI.
Karena itu, tradisi hukum Islam yang sudah mulai mendapatkan tempat pada
Barat, hukum adat. Lebih jauh lagi, pada masa berikutnya, hukum Islam
41
hukum sehingga merupakan sebuah kaidah pasti bahwa hukum haruslah
menentukan pada perubahan hukum dalam teori hukum Islam (ushûl fiqh).
bahwa perkembangan setiap hukum dapat dan harus dilihat dari perspektif
sosialnya.
masyarakat, kata urf atau adah menurut pendapat sebagian ahli bahasa
dari sudut pandang kebahasaan (etimologi) maka kata ‘urf dapat dipahami
42
sebagai sebuah tradisi yang baik sedangkan kata al-‘âdah sendiri
diartikan sebagai tradisi yang netral dalam arti bisa baik atau buruk.
kemudian diterima oleh akal sehat dan keberadaan ‘urf sendiri dikenal
sebagai dasar hukum (hujjah). Sementara itu, adat diartikan sebagai yang
rasional.
yang telah diketahui dan dikerjakan oleh manusia kebanyakan, baik berupa
kebiasaan mayoritas umat Islam baik berupa perkataan dan atau perbuatan
a. Materi yang biasa dilakukan, yang dalam hal ini terbagi menjadi 2
43
itulah yang kemudian dipahami dan terlintas dalam pikiran
masyarakat.
daerah-daerah tertentu.
c. Penilaian baik dan buruk atau keabsahannya, dalam pola pandang ini
44
hukum harus meneliti terlebih dahulu kebiasaan-kebiasan yang
3. Kehujjahan ‘Urf
baik menurut adat istiadat adalah sama halnya dengan dengan sarat dan
mempunyai dua pandangan hukum yaitu qaul qadîm dan qaul jadîd
(Khalâf, 1978/1398:90).
45
dalam segi bahasa, maka hal tersebut dikembalikan kepada adat
istiadat”
.س ٌن ِ ِ ِ ِ
َ َم َار أَهُ الْ ُم ْسل ُم ْو َن حْي نَا فَ ُه َو عْن َد اهلل َح
Artinya: “Segala sesuatu yang baik dalam pandangan orang-orang Islam,
maka hal itu juga baik menurut Allah”
Hadits inilah yang kemudian juga menjadi sumber dari lahirnya sebuah
maka dapatlah kita simpulkan bahwa ‘urf atau ‘adah tersebut dapat
akal sehat.
c. ‘Urf atau ‘adah tersebut telah ada (berlaku) pada saat itu.
46
G. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pernikahan di Depan Jenazah
Orang Tua
nikah yang terpenuhi, tentulah pernikahan itu sah. Sepanjang ada kedua
apakah jenazah itu masuk dalam syarat dan rukun nikah? Misalnya, karena
kesempatan itu sebagai wali. Tentu hal ini sangat menyalahi aturan dan
alat pukul. Semua itu memberi isyarat bahwa pernikahan itu adalah
mewalikan anaknya bisa diwakilkan oleh nasab atau sanak keluarga yang lain,
seperti: kakak laki-laki, adik laki-laki, paman, uwak dan seterusnya menurut
urutan hak wali. Karena dalam tuntunan Islam, jika yang menjadi wali
meninggal, maka hak wali itu akan beralih ke yang berikutnya. Jika dalam hal
ini si bapak (kandung sudah meninggal), maka kakek atau saudara laki-
Merujuk pada sabda rasulullah saw yang berbunyi: ”Hai Ali, ada tiga
perkara yang tidak boleh ditunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila sudah
47
tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap penguburannya dan wanita bila
syarat nikah. Hanya saja kembali pada pokok persoalan, sejauh mana
jenazah.
mereka tetap berpegang teguh pada syar’i dalam artian mereka tidak
meninggalkan syarat-syarat yang ditentukan oleh para ahli fiqh. Hal ini
terlihat dengan adanya ijab dan qabul yang tetap dilaksanakan oleh
jenazah, karena yang mereka lakukan hanya sebuah tradisi yang dilakukan
oleh sekelompok masyarakat dan bukan menjadi satu bagian daripada syarat
maupun rukun nikah itu sendiri. Bila dilihat dari kedudukan jenazah itu
dalam pelaksanaan akad nikah tidak memiliki peran sama sekali, baik sebagai
48
Ditinjau dari sisi normatifnya masyarakat setempat tidak pernah
merasakan hal ini sebagai sebuah aib bagi pelakunya. Yang menjadi landasan
Dalam Islam diajarkan, bahwa syarat akad nikah antara lain adalah (a)
adanya calon istri dan calon suami (b) masing-masing bukan termasuk
Berkaitan dengan keharusan untuk melakukan tradisi ini, banyak para ulama
49
50
BAB III
Bab ini berisi tentang gambaran umum warga masyarakat Kelurahan Tingkir
jenazah orang tua yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir,
berikut :
geografis tinggi dari permukaan air laut 660 m serta keadaan suhu rata-rata
50
23 C, curah hujan rata-rata per tahun 2,250 mm, secara umum beriklim
berbagai faktor antara lain jarak orbitrasi / jarak dari pusat pemerintahan
sebagai berikut :
Lain-lain : 55,943 Ha
51
2. Potensi Wilayah
yang tinggal di Kelurahan Tingkir Lor bisa dilihat dari jumlah penduduk
Tingkir Lor sebanyak 4.874 orang terdiri dari 1.634 KK dengan perincian :
Tabel 3.1.
Data Jumlah Penduduk
No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 tahun 186 197 383
1.
5 – 9 tahun 186 191 377
2.
10 – 14 tahun 188 179 367
3.
15 – 19 tahun 177 225 402
4.
20 – 24 tahun 168 193 361
5.
25 – 29 tahun 208 195 403
6.
30 – 34 tahun 230 232 462
7.
35 – 39 tahun 197 183 380
8.
40 – 44 tahun 203 185 388
9.
45 – 49 tahun 170 202 372
10.
50 – 54 tahun 160 160 320
11.
52
55 – 59 tahun 113 101 214
12.
60 – 64 tahun 82 83 165
13.
65 – 69 tahun 43 49 92
14.
70 – 74 tahun 33 41 74
15.
> 75 tahun 53 61 114
16.
lainnnya. Kerukunan umat dan antar agama sangat baik. Adapun rincian
jumlah penduduk menurut agama bisa dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2.
Data Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1. Islam 4.643
2. Kristen Protestan 158
3. Khatolik 71
4. Hindu -
5. Budha -
6. Lain –lain 2
Jumlah 4.874
53
Jika dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Tingkir
Lor bisa sebetulnya bisa dibedakan menjadi dua. Yaitu pendidikan formal
dan pendidikan non formal. Yang dimaksud pendidikan non formal adalah
tersebut tidak mengeluarkan ijazah. Data ini lumayan sulit untuk didata.
Tabel 3.3.
Data Tingkat Pendidikan Terakhir
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak/Belum Sekolah 700
2. Belum tamat SD 646
3. SD / Sederajat 1.045
4. SLTP 735
5. SLTA 1.231
6. D1 – D3 175
7. S1 318
8. S2 20
9. S3 4
54
jalannya roda pemerintahan di suatu wilayah. Adapun sarana prasarana
SD /Sederajat : 3 Buah
SLTA / Sederajat : -
c. Sarana prasarana olah raga. Prasarana olah raga yang ada di Kelurahan
bermain sepak bola dan juga jenis olah raga yang lainnya.
55
3) Melaksanakan serta mengendalikan pembangunan.
masyarakat kelurahan
pembangunan di Kelurahan.
Tabel 3.4.
Susunan Pengurus LPMK Periode Tahun 2015-2018
No Jabatan Nama
Ketua Drs. Akhsin
1.
Wakil Ketua Edy Sugijono
2.
Sekretaris Lagiyem
3.
Bendahara Muamir Marzuqi
4.
Bidang – Bidang
Pembangunan Afifudin
1.
Zumroni
56
No Jabatan Nama
Kesehatan dan Kependudukan Ari Herayati
3.
Perekonomian dan Koperasi Haryono
4.
Keagamaan Tuba Rubai
5.
Keamanan dan Ketertiban Muh Rifai
6.
Ahmad Sholikun
b. Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Tingkir Lor
berikut :
Tabel 3.5.
Data Kepengurusan
Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT)
Kelurahan Tingkir Lor
No RW RT Nama Ketua RW / RT
I Nuryanto
1.
01 Armedi
02 Khoerun
03 Jarmanto
II Nurchan
2.
01 Sofyan Fuadi
02 M. Fauzan Thoironi
III M. Fanani
3.
57
No RW RT Nama Ketua RW / RT
01 Sofyan Sauri
03 Faisol Faruq
IV Hardiyo
4.
01 Ja’farin
02 Sunaryo
03 Suali
V Muslim
5.
01 Ma’ani Azis
02 Munir
VI Lantip
6.
01 Arif Budianto
02 Mujiyono
VII Sudarmono
7.
01 Sapari
02 Sudarto
03 Haryanto
04 Sunar Suryadi
05 Supriyanto
58
No RW RT Nama Ketua RW / RT
01 Sahadad
02 Eko Sudianto
03 Purwanto
04 Muh Toha
Tabel 3.6.
Susunan Pengurus Tim Penggerak PKK Kelurahan Tingkir Lor
Masa Bakti Tahun 2013 – 2016
No Nama Jabatan Ket
2 3 4
1
Ny. Udiyani Sumadi Ketua SK Lurah Tingkir
1.
59
No Nama Jabatan Ket
2 3 4
1
Ny. Purwanto Wakil Ketua Lor No :
2.
421.1/01/302.02/2013
Ny. Suyati Sekretaris I
3.
Ny. Ruminah Sekretaris II
4.
Ny. Sri Karyanti Bendahara I
5.
Ny. Suali Bendahara II
6.
Ny. Sukaesi Akhla Pokja I
7.
Ny. Suherman Pokja I
8.
Ny. Nasiroh Pokja I
9.
Ny. Siti Munawaroh Pokja II
10.
Ny. Nur Hidayati Pokja II
11.
Ny. Sri Mulyani Pokja II
12.
Ny. Himatul Aliyah Pokja II
13.
Ny. Rohmiyati Pokja III
14.
Ny. Anis Hudaya Pokja III
15.
Ny. Yuli Parnawati Pokja III
16.
Ny. Ari Herayati Pokja IV
17.
Ny. Kholila Hidayati Pokja IV
18.
Ny. Nur Hasanah Pokja IV
19.
60
PKK merupakan sebuah organisasi perempuan secara nasional yang
paham informasi.
informasi.
dengan Pemerintah.
61
masyarakat sehingga masyarakat memperoleh pemahaman dan
Lor bisa dilihat dari jenis pekerjaan atauapun mata pepncaharian. Mata
pedagang, PNS dan lain-lain. Untuk data lengkapnya bisa dilihat dalam
Tabel 3.7.
Data Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah
1. Pelajar / mahasiswa 1.083
2. Mengurus rumah tangga 597
3. Pensiunan 58
4. Pegawai negeri sipil 137
5. Tni – polri 21
6. Pedagang/perdagangan 198
7. Petani/pekebun 81
8. Karyawan swasta 565
9. Buruh harian lepas 308
10. Buruh tani 76
11. Guru 78
12. Tukang jahit 89
13. Wiraswasta 624
62
14. Lain-lain 188
15. Belum / tidak bekerja 771
Jumlah 4.874
potensi keagamaan yang sangat tinggi. Banyak kyai dan juga tokoh agama
Islam yang sejak kecil tinggal di wilayah ini. Hal ini terbukti banyaknya
satu kelurahan ada empat pondok pesantren yaitu pondok pesantren al-
di rumah para kyai dengan mengkaji berbagai kitab klasik baik fiqh, tafsir,
Tabel 3.8.
Daftar Nama Masjid dan Mushola
Nama Alamat
No
Masjid Jami’ Sabilal Muttaqien Sanggrahan RT 02 / RW 01
1.
Masjid Al Maslahah Dukuh RT 01 / RW 02
2.
Masjid Luhur Al Qhofuru Dukuh RT 02 / RW 02
3.
Masjid Al Fudlola Krajan RT 02 / RW 05
4.
63
Nama Alamat
No
Masjid Misykatul Atsar Kradenan RT 02 / RW 06
5.
Masjid Darul Amanah Cinderejo RT 01 / RW 07
6.
Masjid An Nur Cinderejo RT 02 / RW 07
7.
Masjid Al Hidayah Tingkir Indah RT 02 / RW 08
8.
Mushola Baitus Surur Sanggrahan RT 01 / RW 01
9.
Mushola Baitus Su’ada Wonosaren RT 03 / RW 01
10.
Mushola Darusssalam Dukuh RT 01 / RW 02
11.
Mushola Nurul Burhan Dukuh RT 02 / RW 02
12.
Mushola As Salam Dukuh RT 02 / RW 02
13.
Mushola Al Amin Ngentak RT 01 / RW 03
14.
Mushola Al Hikmah Ngentak RT 02 / RW 03
15.
Mushola Ma’wan Na’asik (H. Ngentak RT 03 / RW 03
16. Cholid Trenggono)
64
Nama Alamat
No
Mushola Nurul Huda Timur Kradenan RT 01 / RW 06
24.
Mushola Nurul Huda Barat Kradenan RT 01 / RW 06
25.
Mushola Al Muttaqien Timur Kradenan RT 02 / RW 06
26.
Mushola Al Muttaqien Barat Kradenan RT 02 / RW 0628.
27.
Mushola Assalam (Titik Istiati) Cinderejo RT 02 / RW 07
28.
Mushola Darul Fallah Cinderejo RT 02 / RW 07
29.
Mushola Baitul Maghfiroh Cinderejo RT 05 / RW 07
30.
Mushola Rahmad Salam Al Salam Perum Tingkir Indah RT 03 /
31. RW 08
dari tingkat ula, wustha, dan ulya. Masyarakat juga memiliki antusias
materi agama. Hal ini bisa dibuktikan banyak santri yang belajar di
kelurahan Tingkir Lor memiliki tradisi keagamaan yang tinggi. Hal ini
hanya belajar ngaji ke rumah kyai yang ada lingkungan tempat tinggalnya.
65
B. Penyajian Data
berikut:
berikut:
66
3) Minggu, 26 Mei 2013 adalah hari yang dipilih untuk
jantung.
*طا ِن ال َّر ِجي ِْم * بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ْي ِم َ اَعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْي
ب َواَتُوْ بُ ِالَ ْي ِه ُّ
ِ ْص ْي َوالذنُو ِ ِم ْن َج ِمي ِْع ال َم َعا3× … اَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظي ِْم
ْ
*َِّرسُوْ ُل هللا ُم َح َّمدًا َّ
أن َو اَ ْشهَ ُد * ُ اَ ْشهَ ُد اَ ْن آلاِلَهَ اِْلَّهللا
صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلى َرسُوْ ِل هللِ َسـيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد اب ِْن َع ْب ِد هللاِ َوعَلى آلِ ِه
َ َّ بِس ِْم هللاِ َو ْال َح ْم ُد هللِ َوال
ص ْي ُك ْم ُ
ِ أ َو: صـَرهُ َو َم ْن وَّالَهُ – َوْلَ َحوْ َل َوْلَقُ َّوةَ اِْلَّبِاهللِ اَ َّما َب ْع ُد
َ ََواَصْ َحا بِ ِه َو َم ْن تَبِـ َعهُ َون
ُ َّ ْ
–فا َزال ُمتقوْ ن َ َ
فق ْدَ هللا بِتَ ْق َوي يَ َواِيَّا
َوزَ َّوجْ ـتُكَ ِا ْبنَتِ ْي َ ُاَ ْنكَحْ ـت
ك ! ………… بِ ْن ..……… يَا
ْ
نَـقدًا..………… بِ َمه ِْر..…………………………
67
membaik akhirnya pihak keluarga berinisiatif membawanya ke RS.
PAW. Akan tetapi setelah sampai di pintu masuk RS. PAW, H.M
warga Kelurahan Tingkir Lor, apabila ada salah satu warga yang
DUR (anak pertama dan kedua jenazah) yang tinggal di luar kota
yang ditinggalkan..
almarhum, Kiai S beserta ulama yang lain (H.M AS, KH. N, Kiai
68
10) Selanjutnya KH. N dengan menggunakan telefon selluler
secepatnya.
(dengan catatan, nikah pada 24 Mei 2013 tetap sah, hanya sebagai
b. Bapak HDY selaku Ketua RW. 04, Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan
dari sekian banyak adat yang lain yang masih dipatuhi dan
69
dilaksanakan, khususnya di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga. Akan tetapi tidak mudah adat istiadat ini
namun sebelum hari dan tanggal tersebut tiba orang tua dari salah satu
menjelaskan:
dilaksanakan saat itu juga di depan jenazah orang tua yang meninggal
dunia. Mungkin tidak ada akibat hukum yang ditimbulkan pada saat
berperan, baik sebagai saksi maupun sebagai wali, akan tetapi apabila
dianggap tidak syah menurut hukum adat mereka) dan harus dilakukan
70
menurut perhitungan tahun Hijriyah/tahun Islam. Kalau memang kedua
dengan rencana awal, maka sanksi sosial yang akan mereka terima
harus bertepatan dengan meninggalnya orang tua dari salah satu pihak
salah satu dari sekian banyak rahasia Tuhan yang tidak dapat diterka
2015, menerangkan:
71
dan sudah membudaya dalam masyarakat.
masih tetap memperhatikan sisi syar’i-nya. Ini terlihat dari syarat yang
harus dipenuhi dalam pelaksanaan akad nikah itu sendiri. Hal ini
dan lain sebagainya. Ternyata hal ini tidak dapat merubah adat yang
bahwa sebenarnya salah satu kewajiban anak terhadap kedua orang tua
mengajarkan bahwa seorang anak itu harus bisa mikul duwur mendhem
orang tua sekalipun. Mereka yang tidak melakukan tradisi ini akan
72
dipandang sebagai anak yang tidak berbakti pada orang tua. Pada
wasallam bersabda:
ثَالثَةٌ يَا َعلِ ُّي ْلَ تُ َؤ ِّخرْ هُ َّن: َواألَيِّ ُم، ت َ َو ْال َجنَا َزةُ إِ َذا َح، َت
ْ ض َر ْ الصَّالةُ إِ َذا أَت
ت ُكفُؤًا ْ إِ َذا َو َج َد
Artinya: “Wahai Ali, ada tiga perkara yang tidak boleh engkau tunda,
yakni shalat jika telah tiba waktunya, jenazah apabila telah
hadir, dan wanita apabila telah ada calon suami yang
sekufu” (HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan)
73
pernikahan tersebut, merupakan bagian adat istiadat daerah kelurahan
tingkir lor. Menurut mitos, apabila khitbah atau akad tidak dilakukan
saat itu. Selain itu, juga merupakan wujud rasa hormat atau
Shalat bila telah tiba waktunya, jenazah bila telah siap dan perempuan
bila telah ditemukan jodohnya yang sepadan” (HR. Baihaqi dan lain-
74
Pada Jum’at, 24 Mei 2015 akhirnya prosesi pernikahan di depan
nikah) (dengan catatan, nikah pada 24 Mei 2013 tetap sah, nikah pada
hari ini sifatnya hanya untuk menguatkan saja agar sesaui dengan
Salatiga
75
Sebab Rasulullah selalu memposisikan pernikahan itu dengan
oleh nasab atau sanak keluarga yang lain, seperti: kakak laki-laki, adik
Karena dalam tuntunan Islam, jika yang menjadi wali meninggal, maka
hak wali itu akan beralih ke yang berikutnya. Jika dalam hal ini si
76
nikah dengan disaksikan keluarga dan pegawai KUA yang berfungsi
terpenuhi rukun dan syarat nikah. Hanya saja kembali pada pokok
sisi mereka tetap berpegang teguh pada syar’i dalam artian mereka
Hal ini terlihat dengan adanya ijab dan qabul yang tetap dilaksanakan
depan jenazah, karena yang mereka lakukan hanya sebuah tradisi yang
daripada syarat maupun rukun nikah itu sendiri. Bila dilihat dari
77
pernah merasakan hal ini sebagai sebuah aib bagi pelakunya. Yang
Dalam Islam diajarkan, bahwa syarat akad nikah antara lain adalah
(a) adanya calon istri dan calon suami (b) masing-masing bukan
individu maupun sebagai masyarakat, tidak bisa lepas dari mitos ini.
hukum agama.
78
79
BAB IV
ANALISIS DATA
menganalis tentang pelaksanaan akad di depan jenazah orang tua yang terjadi
disepakati bersama oleh para fuqaha, yang diambil dari Al-Quran dan
As-Sunnah. Dari kaidah-kaidah ini, dalil akan diambil dan hukum akan
Oleh karena nikah merupakan salah satu anjuran, maka para ahli fiqh
dari perbuatan yang dilarang oleh agama. Melihat pelaksanaan akad nikah
79
didepan jenazah yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir
Kota Salatiga, penulis menilai bahwa disatu sisi mereka tetap berpegang
teguh pada syar’i dalam artian mereka tidak meninggalkan syarat-syarat yang
ditentukan oleh para ahli fiqh. Hal ini, terlihat dengan adanya ijab dan
qabul yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat. Mengenai ucapan atau lafal
dengan bacaan ijab sebagaimana yang dilakukan oleh DUR dan TW, yakni:
* اَ ُعو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم * بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم
ب َواَتُ ْوبُ ِالَ ْي ِه ِ ص ْي َوال ُّذنُ ْو ِ ِم ْن َج ِمي ِْع ْال َم َعا3× … اَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظي ِْم
َّ * اَ ْشهَ ُد اَ ْن آلاِلَهَ اِْلَّهللا ُ * َو اَ ْشهَ ُد
ِأن ُم َح َّمدًا َّرس ُْو ُل هللا
صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َرس ُْو ِل هللِ َسـيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ا ْب ِن َّ بِس ِْم هللاِ َو ْال َح ْم ُد ِِهللِ َوال
صـَرهُ َو َم ْن َّوالَهُ – َوْلَ َح ْو َل َ ََع ْب ِدهللاِ َو َعلى آلِ ِه َواَصْ َحا بِ ِه َو َم ْن تَبِـ َعهُ َون
ي بِتَ ْق َوي هللا فَقَ ْد فَاز َْال ُمتَّقُ ْون ِ أ ُ َو:– َوْلَقُ َّوةَ اِْلَّبِاهللِ اَ َّما بَ ْع ُد
َ ص ْي ُك ْم َواِيَّا
َ ُ بِ ْن ………… ! اَ ْنكَحْ ـت..……… يَا
َ ُك َو َز َّوجْ ـت
ك ِا ْبنَتِ ْي
نَـ ْقدًا..………… بِ َمه ِْر..…………………………
bagian daripada syarat maupun rukun nikah itu sendiri. Bila dilihat dari
80
terhadap syar’i sebab jenazah dalam pelaksanaan akad nikah tidak memiliki
ada penyimpangan. Dalam Islam diajarkan, bahwa syarat akad nikah antara
lain: (a) adanya calon istri dan calon suami (b) masing-masing bukan
bentuk ‘urf sebagaimana telah dipaparkan bab II dapat dikatakan bahwa kasus
yang terjadi di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ini
termasuk ‘urf shahih mengingat apa yang dilakukan dengan tradisi ini
ternyata bisa diterima oleh masyarakat dimana tradisi tersebut dijalankan dan
juga tidak bertentangan dengan syara’. Oleh karena itu, implikasi dari
melaksanakan.
syarat adat secara umum sebuah tradisi dapat dijadikan pijakan hukum, yakni:
1. Adat tidak bertentangan atau berbenturan dengan teks syari’at artinya adat
tersebut berupa adat shahih. Sehingga tidak akan menganulir seluruh aspek
substansial nash. Sebab bila seluruh isi subtantif nash tidak teranulir,
81
terdapat beberapa unsur nash yang tak tereliminasi. Contohnya adalah
kalangan mayoritas. Bilapun ada yang tidak mengerjakan, maka itu hanya
lakukan atau tidak. Yang dimaksud adat konstan adalah adat yang
transaksi jual beli, wakaf atau wasiat. Konstruksi hukum pada ketiga jenis
para ulama, sementara menunjuk orang-orang ahli fiqh, bukan ahli selain
fiqh.
akad nikah (ijab qobul) disertai dengan mas kawin (mahar) dimana
berlandaskan pada kaidah ushul fiqh yaitu ‘Ali r.a mengabarkan, Rasulullah
S.A.W pernah bersabda kepadanya: “Hai ‘Ali, tiga perkara janganlah engkau
82
mengakhirkannya. Yaitu sholat apabila tiba (waktunya), jenazah apabila telah
amanah dari mendiang almarhum sebelum meninggal dunia yang intinya ingin
tidak tertulis dan ditaati oleh individu yang bersangkutan pula. Pola
Urusan pernikahan yang terkait dengan masa depan, mereka tidak terlepas
83
perhitungan hari, pasaran calon mempelai serta dicari hari yang baik.
dicarikan hari-hari yang baik pula. Karena dengan perhitungan yang baik
malapetaka.
2. Menjalankan Amanah/Wasiat
penulis bahwa akad nikah di depan jenazah dipahami sebagai satu bentuk
pesan Allah SWT bagi manusia untuk melihat apa yang ada merupakan
jenazah, penulis dalam hal ini juga tetap merujuk pada realitas yang ada
seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ibn Qayyim dalam bukunya I`ilam
al-Muwaqqi`in;
84
dengan realitas yaitu memahami hukum Allah yang ditetapkan
dalam kitab- Nya atau melalui Rasul-Nya, kemudian
menerapkan salah satu (Al-Quran/Sunnah) pada yang lain.
Siapa yang melakukan usaha dan upaya yang demikian itu, tidak
akan hilang darinya dua pahala atau satu pahala” (Ibn Qayyim,
I`lam al-Muwaqqi`iin, As-Sa`aadah, Juz I, hlm. 77-78)
depan jenazah akan lebih bisa diterima. Dalam pemikiran ushul fiqh
merupakan satu tradisi suatu daerah, sehingga untuk mencari nas khusus,
pada para individu. Kemudian dari sini muncullah pola budaya ideal yang
dalam keadaan tertentu dan pola seperti ini kemudian sering disebut
85
kehidupan, kesepakatan untuk merubahnya pun memerlukan satu
yang harus dikoreksi lagi, mengingat dalam unsur tradisi tersebut mengandung
seorang anak terhadap orang tua. Wujud berbakti kepada orang tua
dalam agama Islam tidak mengenal waktu atau usia. Adapun, bentuk-
bentuk bakti anak terhadap orang tua dalam Islam, sebagai berikut:
semuanya.
86
Menurut penulis bentuk bakti terakhir kepada orang tua dalam
bentuk pernikahan di depan jenazah orang tua tidak sesuai dengan bentuk
dan macam bakti kepada orang tua yang dianjurkan oleh Islam. Apabila
pernikahan tersebut dijadikan alasan rasa bakti anak terhadap orang tua,
b. Bala’ (malapetaka/musibah)
masalah musibah, semua itu yang mengatur adalah Allah SWT bukan
karena sesuatu yang lain. Jadi pada dasarnya kepercayaan terhadap akan
bala’, musibah dan kesialan datangnya dari Allah. Dan tathayyur (merasa
87
golongan kami orang yang bertathayyur atau meminta ditathayyurkan,
Nabi SAW yang berbunyi: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa
Nabi SAW bersabda percepatlah pengurusan jenazah. Jika dia orang baik,
maka segera kau antarkan kebaikan/kenikmatan dan jika dia orang tidak
baik maka segera kau hindarkan kejelekan itu darimu (HR. Al-Bukhari,
diantaranya yaitu mengundur waktu pernikahan hingga ganti tahun. Hal ini
depan jenazah dalam pandangan Islam yaitu boleh. Hal ini karena
88
menganjurkan untuk segera menyegerakan pernikahan jika sudah
pernikahan adalah suatu hal sangat tepat, karena pada saat peristiwa
berlaku.
al-amr (perintah) dan al-nahy (larangan), hukum nikah dalam Islam masih
kurang jelas. Hal ini, bisa dijadikan satu landasan dalam menentukan hukum
pelaksanaan akad nikah di depan jenazah yang bagi penulis sah menurut
hukum Islam, dalam artian tidak adanya satu pelanggaran terhadap hukum
Islam. Hal ini penulis lakukan dengan landasan pada dalil yang menerangkan
bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan tujuan, itulah yang
harus disadari oleh orang yang beriman sebagaimana termaklub dalam QS. Ali
89
Artinya: (Yaitu) Orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka perihalah kami dari siksa api neraka”(Departemen
Agama RI., 1994:110).
yang pernah muncul di dalam berita media masa, atas meninggalnya sang
ayah salah satu calon mempelai. Salah satu motivasinya, mungkin mereka
ingin agar sang ayah yang sudah meninggal ikut menyaksikan pelaksanaan
logika dan perasaan. Jika mereka bermaksud agar sang ayah menjadi wali
dalam pernikahan, hal ini tidak dibenarkan oleh syariat, karena ia sudah
meninggal. Orang yang meninggal sudah tidak lagi berfungsi seluruh organ-
memandang lagi, dan jantungnya pun sudah tidak berdetak lagi. Sedangkan
secara syariah, orang yang meninggal artinya rohnya sudah terlepas dari jasad,
dan itu artinya ia sama sekali tak mampu lagi melakukan perbuatan apa pun
Islam itu sendiri. Banyak hal yang terlihat begitu berbeda namun secara
90
ketentuan-ketentuan dasar dari perkawinan Islam. Hal ini terbukti dari banyak
dan beragamnya perkawinan adat yang hingga saat ini masih dilestarikan
diberbagai daerah. Akan tetapi, terkadang ada hal yang sengaja dilupakan,
Perkawinan adat yang seperti ini sudah barang tentu akan menuai
benturan dari ajaran Islam (karena adanya jenazah pada saat terjadinya akad
memungkinkan. Alasan yang seperti ini pasti akan dijumpai meski tidak
suci, sehingga untuk memenuhi hal tersbut rukun dan syarat sah pernikahan
harus terpenuhi. Rukun dan syarat memiliki kedudukan yang sangat penting
terutama akad nikah. Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang
91
menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu
dalam Islam karena dalam pelaksanaan tradisi tersebut, rukun dan syarat sah
Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, status hukum dari perkawinan tersebut
sah menurut hukum pernikahan Islam, karena terpenuhinya unsur dalam rukun
atau tradisi dapat dijadikan sebagai pertimbangan hukum. Oleh karena itu
Adatu Muhakkamah merupakan kaidah fikih asasi yang kelima dari kaidah-
kaidah fiqhiyyah yang utama. Kaidah tersebut kurang lebih bermakna bahwa
92
adat (tradisi) merupakan variabel sosial yang mempunyai otoritas hukum
(hukum Islam).
tradisi, baik yang bersifat umum maupun khusus, dapat menjadi suatu
dapat menjadi hukum yang dapat melegitimasi dari hukum Islam, apabila
tidak ada nash yang menyatakan tentang hal itu, maka hukum dari nash itu
Norma yang bersifat individual adalah seperti kebiasaan dalam tidur, makan,
2. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 228 dan QS. An-Nisa’
dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu ‘ammah dan khassah. Adat
‘ammah (adat umum) maksudnya adalah suatu perbuatan atau perilaku yang
93
maksudnya adalah suatu perbuatan atau perilaku yang berlaku umum
diperhitungkannya adat, baik adat yang umum maupun yang khusus. Jadi
apabila tidak ada nash (Al-Qur’an dan Sunnah) yang menentang maka tidak
diperbolehkan asal memenuhi syarat dan rukun nikah sesuai dengan apa yang
perkawinan serta kompilasi hukum nikah tidak secara serta merta menjelaskan
Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga telah mendapat ijin
dari KUA Kecamatan Tingkir akan tetapi ada konsekuensi tersendiri bahwa
namun akad nikah yang telah dilaksanakan sebelumnya tetap dianggap sah
secara hukum.
94
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan analisis tentang pernikahan di depan jenazah orang tua, maka peneliti
yang ditentukan oleh para ahli fiqh. Hal ini, terlihat dengan adanya
tersebut telah mendapat ijin dari KUA Tingkir. Bila dilihat dari kedudukan
sebab jenazah dalam pelaksanaan akad nikah tidak memiliki peran sama
95
Artinya: “Wahai Ali, ada tiga perkara yang tidak boleh engkau tunda,
yakni shalat jika telah tiba waktunya, jenazah apabila telah
hadir, dan wanita apabila telah ada calon suami yang sekufu”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan)
merasakan hal ini sebagai sebuah aib bagi pelakunya. Yang menjadi
pernikahan dalam Islam, yaitu rukun dan syarat sah pernikahan terpenuhi)
jenazah tidaklah memenuhi kriteria adat yang baik ‘amm (adat umum)
B. Saran
Islam tentang budaya ataupun tradisi lokal yang ada di Indonesia. Oleh karena
96
1. Kepada para peneliti mengenai hukum Islam dan kebudayaan untuk
budaya lokal suatu daerah bila suatu saat akan mengadakan penelitian
yang serupa.
terhadap fiqh Islam. Selain itu, dalam setiap warisan luhur dari nenek
moyang kita seperti tradisi jangan langsung kita telaah secara utuh
semua itu perlu kiranya untuk menelaah ulang apa yang sudah kita terima
dan kita lakukan hingga saat ini, agar kita tidak salah dalam
C. Penutup
97
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan dan
perbaikan kelak.
98
99
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshari, Zakaria. t.th. Fath al- Wahab Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi)
Al-Jaziri, Abdurrahman. 1969. Kitab Fiqh ‘ala Mazhab al-Arba’ah, Juz. IV,
(Mesir: al Maktabah al –Tijaroh al-Kubro).
Al-Khin, Mustofa dan Mustofa Al-Bugho. 2005. Kitab Fikih Mazhab Syafie,
Undang-Undang Kekeluargaan ( Nikah, Talak, Nafkah, Penjagaan
Anak-anak, Penyusuan, Membentuk Keturunan, Anak Buangan),
(Kuala Lumpur: Pustaka Salam Sdn Bhd).
Anoname. 1999. Ensiklopedi Islâm, Vol. I (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve).
Dahlan, Abdul Azis. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, (Jakarta: PT. Ikhtiar
Baru Van Hoeve).
Imam Abi al- Husain Muslim Ibn. Hajjaj Qusairy an-Naisabury. t. th. Shahih
Muslim, (Mishr: Darul Fikr).
1
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2006. Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga
Sakinah (Bogor: Pustaka At-Taqwa).
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu ushul Fikih
(Jakarta: Bumi aksara).
Mubarok, Jaih. 2002. Kaidah Fiqh : Sejarah dan Kaidah Asasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada).
Muchtar, Kamal. 1995. Ushul Fiqh, Jilid I (Yogyakarta: Dana Bakhti Wakaf).
Nasution, Khoirudin. 2004. Islam tentang Relasi Suami dan Istri (Hukum
Perkawinan I) Dilengkapi Perbandingan Unadang-Undang Negara
Muslim. (Yogyakarta : Tazzafa Academia).
Prasetyo, Joko Tri. 1998. Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT. Rineka Cipta).
2
Syafi’I, Rahmat. 1999. Ilmu Ushul Fikih (Bandung: Pustaka Setia).
Syarifuddin, Amir. 2001. Ushul Fikih, Jilid II (Jakarta: Logos Wacana Ilmu).
Truna, Dody S. dan Ismatu Ropi. 2002. Pranata Islam di Indonesia: Pergulatan
Sosial, Politik Hukum, dan Pendidikan (Jakarta: Logos Wacana Ilmu).
Zaidan, Abdul Karim. 2008. 100 Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Sehari-hari
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).
(http://tausyiah275.blogsome.com/2009/08/11/menikah-di-depan-jenazah-ajaran-
3
4
DATA PRIBADI
PENDIDIKAN FORMAL
2008 – sekarang : IAIN Salatiga (Fakultas Syari’ah – Hukum Perdata
Islam)
2000 – 2003 : MA AL-Muayyad Surakarta (Berijazah)
1997 – 2000 : Sekolah Menengah Pertama (Berijazah)
1991 – 1997 : Sekolah Dasar (Berijazah)
KEMAMPUAN
5
6
7
8
9