SKRIPSI
Disusun Oleh:
NIM: 2019.AS.2.0004
MANONJAYA-TASIKMALAYA
2023 M / 1445 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lembar ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke siding panitia ujian
Tasikmalaya pada:
Hari :………………………………..
Tanggal :………………………………..
Pembimbing I pembimbing II
Mengetahui,
i
RIWAYAT HIDUP
maret 2001, penulis putri ketiga dari bapak Dudung Dulhalim dan Ibu Nunung
Nurul Huda, penulis memeliki 2 orang kaka yaitu (1) Nesa Fuadatul Hasaniah (2)
Dzikri Mudrikul Hikam dan 2 orang adik yaitu (1) Muhammad Faizun
Kec.Cigandamekar Kab.Kuningan
ii
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI
Bismillaahirrahmaanirrahiim
NIM : 2019.AS.0004
Judul : Hak dan kewajiban istri sebagai wanita karir menurut kitab ‘Uqūd Al-
Lujayn dan Undang- Undang No 1 Tahun 1974
1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang di ajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di STISA Ash-
Shofa manonjaya, Tasikmalaya
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah di
cantumkan sesuai dengan ketentuan dan pedoman karya tulis ilmiah.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini sebagian maupun seluruh
isinya merupakan karya plagiat, maka penulis bersedia menerima sanksi yang
berlaku di STISA Ash-Shofa Tasikmalaya.
NIM.2019.AS.2.0004
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena
berkat ramat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini banyak
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Bantuan berupa dukungan moral dan materil dari
keluarga, teman-temang, sahabat sunguh sangat membantu penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tuaku, Bapa Dudung Dulhalim dan Ibu Nunung Nurul Huda. Yang
selalu memberikan semangat dan do’a tanpa henti untuk anakmu ini agar dapat
menyelesaikan kuliah pada waktunya, yang sekaligus guru terbaik sepanjang
masa karena selalu menginspirasi anaknya untuk selalu semangat dalam
menjalani alur hidup yang Allah SWT berikan.
2. Keluarga besar KH Hasan Halmi dan Bapa Sarma, keluarga besarku yang
selalu memotivasiku untuk terus belajar dan belajar.
3. Guru-guruku di Pondok Pesantren Nurul Barokah, Cikijing, Majalengka yang
telah mendo’akan dan memberi restunya untuk ku melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi, yang mengajariku nilai-nilai kehidupan yang sangat
bermanfaat untuk masa depanku.
4. Dosen-dosen fakultas Syari’ah yang selalu memberi motivasi, bimbingan dan
ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan.
5. Kakaku Nesa fuadatul Hasniah dan Dzikri Mudrikul Hikam yang selalu
membimbing dalam penulisan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan semoga kita tetap bisa menjaga silaturahmi
pertemanan kita walaupun sudah tak lagi bersama-sama dalam satu lembaga.
iv
MOTTO HIDUP
َو الْس َتِع ْيُنْو ا ِبا الَّصْبِر َو الَّص َلوِة َو َاَّنَها َلَك ِبْيَر ٌة َااَّل َع َلى اْلَخ َش َعْيَن
v
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan rasa terima kasih atas
bantuan dukungan dan motifasi yang telah diberikan
Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan,
ksusunya pembelajaran bagi wanita yang memilih untuk berkarir. Semua tulisan
dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
Penulis,
vi
NIM: 2019.AS.2.0004
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................i
RIWAYAT HIDUP................................................................................................ii
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI...........................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN...............................................................................iv
MOTTO HIDUP....................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Pembatasan Masalah.....................................................................................6
C. Rumusan Masalah.........................................................................................7
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................8
F. Metodologi Penelitian...................................................................................8
G. Sistematika Penelitian.................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................13
A. Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani...........................................................13
B. Definisi Wanita...........................................................................................19
C. Wanita Karir................................................................................................24
D. Sejarah Wanita Karir dalam Islam..............................................................26
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri..................................................................27
1. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Literatur yang lain.....................28
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Tinjauan Kitab ‘Uqūd al-Lujayn..........41
3. Hak Dan Kewajiban Suami Istri Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974 dan KHI.................................................................................................46
vii
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................52
A. Hak dan Kewajiban Istri sebagai wanita karir tinjauan kitab ‘Uqūd al-
Lujayn.................................................................................................................52
B. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974....................................................................................................................63
C. Persamaan Dan Perbedaan Peran Istri Sebagai Wanita Karir Antara
Kitab‘Uqūd al-Lujayn Dan Undang-Undang No 1 Tahun 1974........................67
BAB IV PENUTUPAN........................................................................................71
A. Kesimpulan.................................................................................................71
B. Saran............................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
viii
ABSTRAK
Pergeseran peran dan fungsi suami istri terjadi pada hampir semua lapisan
rumah tangga yang berperan mencari nafkah. Istri yang bekerja di ranah publik,
menghasilkan uang dan ditekuni dalam waktu lama demi mencapai prestasi
disebut wanita karier. Terdapat konsekuensi bagi wanita karier yaitu adanya peran
ganda dalam waktu bersamaan antara pekerjaan dengan keluarganya. Tidak ada
satupun ayat dalam Al-Qur’an maupun hadits yang melarang perempuan untuk
bekerja, akan tetapi baik istri maupun suami harus menjalankan hak dan
penelitian ini adalah kualitatif dengan studi literatur. Teknik analisis data
yang diteliti.
Kata Kunci: Karier, Istri, Rumah Tangga, Perceraian, Hak dan Kewajiban
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berhubungan antara pria dan wanita, seperti yang dinyatakan dalam surah Ar-Rum
ayat 21 yaitu 1:
َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ ِاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت
٢ ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
hidup lahir dan batinnya, sehingga timbulah kebahagiaan, yakni kasih sayang
1
Abdul rahman ghozali, fiqih munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), cet. 4,
hal. 28
2
Abdul rahman ghozali, fiqih munakahat, Hal. 22
1
2
juga Komplikasi Hukum Islam sudah menetapkan hak dan kewajiban yang harus
tentang perkawinan yang berbunyi sebagai berikut pada pasal 30 “suami memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang menjadi sendi dasar
dari susunan masyarakat”, pada pasal 31 ayat (1) juga berbunyi “hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.” Ayat
(3) berbunyi “suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga”3.
Adapun hak dan kewajiban suami istri di dalam KHI (Komplikasi Hukum
Islam) pasal 83 ayat (1) Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir
dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan hukum islam, ayat
baiknya4.
istri dalam pola interaksi yang positif, harmonis, dan suasana hati yang damai,
yang ditandai oleh hak dan kewajiban keduanya. Keluarga sakinah akan terwujud
jika keseimbangan hak dan kewajiban menjadi landasan etis yang mengatur relasi
Al-Qur’an juga menetukan hak istri dan suaminya, yaitu persamaan dalam
3
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika) cet. 6 hal. 54
4
Abdurrahman, Komplikasi Hukum Islam, (Jakarta,Akademik Presindo, 2010, edisi pertama)
hal.134
5
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang, UIN-Malang Press,2008) hal.
178
3
ُك َّن ُيْؤ ِم َّن َو اْلُم َطَّلٰق ُت َيَتَر َّبْص َن ِبَاْنُفِس ِهَّن َثٰل َثَة ُقُر ْۤو ٍۗء َو اَل َيِح ُّل َلُهَّن َاْن َّيْكُتْم َن َم ا َخ َلَق ُهّٰللا ِفْٓي َاْر َح اِم ِهَّن ِاْن
ِباْلَم ْع ُرْو ِۖف ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِۗر َو ُبُعْو َلُتُهَّن َاَح ُّق ِبَر ِّد ِهَّن ِفْي ٰذ ِلَك ِاْن َاَر اُد ْٓو ا ِاْص اَل ًحاۗ َو َلُهَّن ِم ْثُل اَّلِذ ْي َع َلْيِهَّن
َو ِللِّر َج اِل َع َلْيِهَّن َد َر َج ٌةۗ َو ُهّٰللا َع ِزْيٌز َحِكْيٌم
Diantara beberapa hak suami terhadap istri yang paling pokok adalah:6
Adapun kewajiban suami terhadap istrinya dapat dibagi kedalam dua bagian:7
Adapun pendapat M.Quraish Shihab dari segi hukum, istri tidak berkewajiban
sedikitpun untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarga, akan tetapi,
dari segi pandangan moral dan esensi kehidupan rumah tangga, suami istri
6
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet.
4, ed 1, hal. 158
7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. (Jakarta: Prenada Media), hal. 160
4
dituntun agar bekerja sama, guna menciptakan keluarga sakinah dan harmonis,
yang antara lain lahir dari pemenuhan kebutuhan hidup, karna itu kerja sama
dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga khususnya saat suami dalam kesuliatan
merupakan tuntunan agama. Sekian banyak riwayat yang menjelaskan bahwa istri
berat.. Tentu saja suami diharapkan pengertiannya serta terima kasihnya atas budi
baik sang istri itu, karna jika mengikuti pendapat ibnu Hazm, istri berhak
menerima dari suaminya pakaian jadi dan makanan yang sudah siap.8
berarti kita telah memberikan beban di luar rumah sekaligus. Ia tidak akan
Tidak jarang kita melihat kaum perempuan yang berkarir di luar rumah
dengan karirnya, akan tetapi tugas rumah juga menantinya untuk menyediakan
makanan, mendidik anak-anak dan sebagainya, salah satu dari perempuan tersebut
terkadang terlihat sangat lelah sepulang dari kantor. Akan tetapi, sesampainya di
oleh putra-putrinya ketika ia berada di luar rumah. Setelah selesai dengan anak-
anaknya, kini giliran suaminya yang datang dan meminta haknya, akan tetapi
Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk memasuki barbagai profesi yang
sesuai dengan keahliannya seperti menjadi guru, dosen, dokter, pengusaha, mentri
8
M. Quraish Shihab, 1001 Soal keislaman yang patut anda ketahui, (Jakarta: Penerbit Lentera
Hati), hal. 572
9
Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fikih Perempuan Muslimah, hal.139
5
atau aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh islam. Misalnya tidak terbengkalai
urusan dan tugasnya dalam rumah tangga, harus ada izin dan persetujuan dari
suaminya bila ia seorang yang bersuami, jika tidak mendatangkan yang negatif
terhadap agama.
Terlepas dari apa yang menjadi penyebabnya, realita sosial dewasa ini
melanda hampir semua orang, laki-laki atau perempuan. Fenomena ini semakin
nyata dalam era industry sekarang ini. Bahkan realita sosial juga memperlihatkan
bahwa perburuan manusia mencari kesenangan ekonomi dan sesuap nasi oleh
kaum perempuan, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga
gilirannya harus melakukan peran ganda selain mengurus suami dan anak-anak
bekerja di luar rumah, yaitu: karna kondisi keluarga yang mendesak, keluar
baur dengan mereka, pekerjaan tersebut sesuai dengan tugas seorang perempuan. 11
Indonesia memperlakukan istri yang berkarir tersebut? apakah hak dan kewajiban
10
Husain Muhammad, Fiqih Perempuan, Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender,
(Yogyakarta, LkiS), cet. 2, hal. 119-120
11
Syaikh Mutawalli As-Sya’rawi, Fiqih Perempuan Muslimah, hal. 141
6
istri yang berkarir berbeda dengan hak dan kewajiban istri yang tidak berkarir?
apakah istri yang ikut bekerja mencari nafkah keluarga yang semestinya hanya di
tanggung suami bisa memiliki hak lebih dalam keluarga, misal istri bisa sebagai
kewajibannya di rumah akan kehilangan hak nafkah dari suami? banyak persoalan
lain yang muncul terkait dengan hak dan kewajiban istri bagi wanita berkarir
membahas mengenai
B. Pembatasan Masalah
pembahasannya tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok pembahasan
disamping itu juga untuk mempermudah melakukan penelitian. Oleh sebab itu,
No 1 Tahun 1974.
C. Rumusan Masalah
oleh si istri maka tentuya kewajiban istri tidak dapat dilakukan dengan baik”.
1. Bagaimana Hak dan Kewajiban istri sebagai wanita karir tinjauan kitab
Uqudullijain?
2. Bagaimana Hak dan Kewajiban istri sebagai wanita karir Tinjauan Undang-
3. Apa Persamaan dan Perbedaan Hak dan Kewajiabn istri sebagai Wanita Karir
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban istri sebagai wanita karir tinjauan
kitab Uqudullijain
2. Untuk Mengetahui Hak dan Kewajiban istri sebagai wanita karir Tinjauan
tahun 1974
E. Manfaat Penelitian
8
lain :
Tugas penulis akhir ini di harapkan dapat dijadikan referensi akademisi untuk
F. Metodologi Penelitian
satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis
1. Metode pendekatan
suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip – prinsip hukum,
maupun doktrin – doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang di hadapi.
Dalam penelitian ini yang di cari adalah pandangan islam terhadap wanita karir
2. Jenis penelitian
untuk memberikan data yang seteliti mungkin dengan keadaan atau gejala lainnya.
Metode deskriftif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas
dan dapat di berikan data setiliti mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal
3. Sumber Data
a. Data Primer
pertama dimana sebuah data di hasilkan. Sumber data dalam hal ini adalah
b. Data Sekunder
10
Hadist.
ada relavansinya dengan obyek yang di teliti, dengan cara menelaah atau
analisa data. Pada tahap ini, data akan dimanfatkan sedemikian rupa sehingga
yang diajukan dalam penelitian. Setelah jenis data yang dikumpulkan maka
analisa data dalam penulisan dilakukan secara deduktif yakni dengan cara menarik
G. Sistematika Penelitian
Penelitian Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan
12
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009) 393
11
BAB I :
BAB II :
dan kewajiban istri sebagai wanita karir tinjauan kita Uqudullijain dan Undang-
Undang No 1 Tahun 1974. Dari sub pembahasan tersebut dapat ditarik rujukan
untuk menganalisis setiap data yang diperoleh dari buku, dokumen dan yang
laninnya.
BAB III :
Membahas tentang penyajian data, penyajian data berisi tentang hasil penelitian
dan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban istri
Tahun 1974.
BAB IV :
peneliti memuat poin-poin yang merupakan inti pokok dari data yang telah
dikumpulkan. Kesimpulan ini berisi atas jawaban dari rumusan masalah yang
peneliti paparkan. Sedangkan saran yang memuat tentang berbagai hal yang dirasa
penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Syekh Nawawi lahir pada tahun 1230 H atau 1815 M di kampung Tanara,
Abu Abdu Al-Mu’thi Muhammad ibn ‘Umar al-Tanara al-Bantani. Dia juga
Nusantara, dan juga dikenal dengan nama Abu Abdul Mu’thi di kalangan
oleh ulama dan pesantren di Indonesia. Dalam beberapa halaman judul kitab
umum. Babaknya bernama KH. Umar bin Arabi dan menjadi penghulu di Tanara
dari Tanara..
12
13
Sunyanyaras, putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten) dan Tajul Arsyi. Pada
Imam Ali Zainal Abidin, dan Sayyidina Husein Fatimah az-Zahra, dia
Pada umur lima belas tahun, Syekh Nawawi berangkat ke Mekkah dan
Syi’ib Ali, dimana banyak orang setah airnya menetap. Pemukiman ini terletak
kia-kira 500 meter dari Masjidil haram. Rumahnya bersebelahan dengan rumah
Syekh Arsyad dari Batavia dan Syekh Syukur ‘Alwan dan Madrasah Darul Ulum.
Selama di Mekkah dan sampai akhir hayatnya, beliau mempunyai dua istri,
Ruqoyyah.dan dari istri kedua. Hamdanah Cuma satu anak perempuan bernama
Zahro. Dari seluruh penelitian yang ada, tidak diketahui kalau Syekh Nawawi
mempunyai anak laki-laki dari kedua istrinya. Syekh Nawawi meninggal dunia di
Nabi Muhammad SAW, dekat dengan kuburan Asma, khalifah Abu Bakar, dan
1. Pendidikan
Nawawi belajar bahasa arab, ilmu kalam, fikih, tafsir Al-Qur’an. Ia juga belajar
13
Tim Penyusun, Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003), 23
14
ilmu keislaman kepada Haji Sahal, seorang guru yang dihormati di Banten pada
masa itu. Di samping itu juga muridnya banyak berasal dari Jawa Barat daerah
Purwakarta, Kerawang ketika menjelang usia de;apan tahun, Syeh Nawawi pergi
ke Jawa Timur untuk menuntut ilmu bersam-sama temannya selama tiga tahun.
Belajar selama beberapa tahun di pusat keilmuan di tanah Jawa menjadikan Syekh
Nawawi seorang yang memiliki ilmu yang memadai untuk mengajar di Banten.
Tetapi, ia adalah pribadi yang tidak pernah puas dengan ilmu. Ilmu Agama Islam
Hanya bisa didapat di Mekkah, pusat dunia Islam. Karena itu, pada tahun1828, di
usia lima belas tahun, Syekh Nawawi berangkat ke Mekkah untuk belajar ilmu
Menurut Snouck Hurgronje seperti yang dikutip Asep dalam “Mekka in the
Letter Part of the 19 Century Daily Life, Customs and Learning, the Muslims of
saudaranya di usia sangat muda, setelah menunaikan ibadah haji, ia tidak kembali
untuk menuntut ilmu di pusat dunia islam itu. Seperti muslim lain dari kepulauan
Melayu-Indonesia yang dating ke Mekkah untuk belajar untuk belajar pada msa
itu, Syekh Nawawi pertama kali belajar kepada guru sarjana Jawa yanag sudah
lama menetap di sana. Pertama kali ia belajar kepada Abdul Ghani di Bima NTB,
Ahmad Khatib dari Sambas Kalimantan Barat, dan Ahmad Zaini Dahlan, Mufti
14
Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES,1982), 87
15
Asep Muhamad Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur’an, 51
15
menjadi salah satu gurunya. Kehausannya akan ilmu pengetahuan islam rupanay
belum terpuaskan hanya dengan belajar di Mekkah dan Madinah. Syekh Nawawi
cukup belajar di dalam negri atau satu negri, tapi pergilah di luar negri. Disana
engkay akan banyak kawan-kawan baru sebagai pengganti teman lama. Jangan
untuk belajar kepada ulama-ulama besar di sana. Setelah itu syekh Nawawi di
ulama di sana16.
2. Aktivitas Mengajar
salah seorang sayyid17 di daerah Karawang Jawa Barat, dan kota-kota lainnya di
jawa Timur. Beberapa kemudian beliau belajar disana dan memutuskan untuk
ketanah lahirannya ini, Syekh Nawawi sempat mengajar beberapa waktu lamanya.
16
Ahmad Syatibi, Jejak Syekh Nawawial-bantani, 5
17
Berasal dari kata Arab yang berarti “tuan”atau “junjungan”. Dalam masyarakat Arab dikenal
suatu golongan yang menamakan dirinya “golongan sayyid” yaitu mereka yang mengaku sebagai
keturunan Nabi Muhammad SAW. Melalui putrinya, Fatimah Az-Zahra. Lihat Tim Penuyusun,
Ensiklopedia Islam, 257
16
pantai Tanara. Setelah kurang lebih tiga tahun mengajar di daerahnya, syekh
Nawawi pergi lagi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam
ilmu keagamaan18.
islam dengan membawa ilmu keagamaan yang luas menarik banyak murid untuk
belajar dengannya. Namun, karena popularitas dan jumlah murid yang terus
Merasa diawasi, syekh Nawawi tidak betah dan kurang merasa nyaman.beliaupun
akhirnya memutuskan untuk kembali ke Mekkah, sekitar tahun 1855 dan menetap
disana, tepatnya di perkampungan Syi’ib Ali dan setelah itu tidak pernah lagi
Masjid al-Haram dimana sekitar dua ratus orang menghadiri kuliahnya. Diantara
murid-mudrid da anak didiknya yang kemudian dikenal oleh bangsa umat islam
(Jawa Tengah), KH.Tubagus Muhammad Asnawi Caringin (Jawa Barat), dan lain-
lain20.
3. Karya-Karya
18
Asep Muhammad Iqbal, Yahudi dan Nasrani dalam Al-Qur’an, 53
19
Ahmad Syatibi, Jejak Syekh Nawawi al-Bantani, 7
20
Ahmad Syatibi, Jejak Syekh Nawawi al-Bantani, 51
17
mengarang kitab. Ia mulai menulis Ketika sudah menetap di Mekkah setelah tidak
betah dengan Belanda sebagai pengabdian intelektual 21. Menurut beberapa orang
yang meneliti karya-karyanya, sekitar 115 buah kitab lahir dari tangannya. Namun
ada pula yang menyebutkan 99 buah kitab yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu
Nawawi tidak ada kesempatan mengenai jumlah buku yang ditulis oleh Nawawi
yang Sebagian besar ditulis dalam Bahasa Arab itu. Menurutnya hanya data dari
Sarkis yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai hal ini sebab ia telah
Menurutnya ada 38 karya Syekh Nawawi yang sempat diterbitkan dan masih
hampir tak terbendung. Seorang muridnya Bernama Syekh Abdus Satar ad-
Puluhan sampai ratusan kitab yang lahir dari tangannya itu juga terdiri dari
21
Asep Muhammad Iqbal, Yahudi dan Nasroni dalam Al-Qur’an, 71
22
Tim Penyusun, Ensiklopedia islam, 24
18
ta’wil juga dikenal dengan Marah Labid li Kasyf Ma’na Qur’an al-Majid.
d. Sulam al-Munajat
e. Muroqi al-Ubudiyyah
f. Nihayat al-Zain
g. Qami al-Thugyan
h. Nasha”ih al-Ibad
B. Definisi Wanita
Wanita atau perempuan dalam kasus Bahasa Arab yaitu ا لنساءatau إمراةatau
juga disebut مرأة. Akan tetapi dalam bahasa Indonesia kata wanita dan perempuan
Kata wanita diyakini berasal dari Bahasa Sansakerta, dengan kata dasar wan
yang berarti nafsu atau objek seks dalam Bahasa Jawa (jarwa dosok), kata wanita
berarti wani ditata, artinya berani diatur. Sedangkan menurut Kamus Besae
Bahasa Indonesia, kata wanita adalah istri, bini, perempuan dewasa : kaum putri
dewasa yang berada pada rentang umur 20-40 taun yang notabene dalam
penjabarannya yang secara teoritis digolongkan atau tergolong masuk pada area
Menurut wikipedia perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin
manusia. Kata perempuan berasal dari kata dasar empu yang berarti tuan atau
19
orang yang berkuasa. Kata ini yang berarti bahwa perempuan memiliki penuh
tubuhnya dan menjadi tuan bagi dirinya sendiri Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil,
kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak. Sedangkan
penyebutan wanita itu lebih condong disematkan kepada orang yang sudah
dewasa.
Ideologi dan pandangan dunia islam mengenai dan hak-hak asasi manusianya
dipandang sebagai sebuah revolusi besar dan agung di dunia. Islam menghadirkan
kepada umatnya sebuah model baru dalam hubungan social dengan wanita24.
Dalam tradisi dan hukum romawi kuno, wanita disebut sebagai makhluk yang
selalu bergantung pada laki-laki. Jika dia menikah, secara otomatis diri dan
seluruh hartanya menjadi milik suaminya. Tidak jauh berbeda pada masa
jahiliyah, wanita dipaksa untuk selalu taat kepada kepala suku atau suami mereka.
Mereka dipandang seperti binatang ternak yang bisa dikontrol, dijual atau bahkan
bisa diwariskan25.
Pada masa jahiliyah, anak perempuan yang baru lahir dikubur hidup-hidup
karena memiliki anak dianggap hal yang tercela. Mereka menguburnya bahwa
anak perempuan hanya akan merepotkan keluarga. Selain itu, dalam peperangan
wanita lebih mudah ditangkap musuh dan kemudian harus ditebus. Wanita pada
23
Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai pustaka,
1989)
24
Khamenei, Risalah Hak Asasi Wanita, (Jakarta: Al-Huda , 2004) 32
25
Mia Siti Aminah, Muslimah Career, Mencapai Karir Tertinggi di Hadapan Allah, keluarga dan
Pekerjaan, (Yogyakarta: Pustaka Grahtama, 2010), 11
20
masa itu tidak diperbolehkan mendapatkan warisan, bahkan wanita (istri) dapat
melarang praktek ini. Bahkan, setelah mewarisi istri ayahnya, seorang laki-laki
lebih tua atau anggota keluarga lainnya mempunyai hak untuk memilik janda atau
kawin atau mengawinkannya dengan orang lain, atau melarang mereka kawin
sama sekali26.
ibadah, pahala dan semua hak. Al-Qur’an menegaskan bahwa antara laki-laki dan
perbuatan. Siapa saja melakukan amal (perbuatan) akan mendapat ganjaran yang
setimpal dengan apa yang mereka perbuat. Dalam kaitannya dengan persoalan
ِاَّن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلٰم ِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم ٰن ِت َو اْلٰق ِنِتْيَن َو اْلٰق ِنٰت ِت َو الّٰص ِدِقْيَن َو الّٰص ِد ٰق ِت َو الّٰص ِبِرْيَن َو الّٰص ِبٰر ِت
ّٰۤص
َو اْلٰخ ِش ِع ْيَن َو اْلٰخ ِش ٰع ِت َو اْلُم َتَص ِّد ِقْيَن َو اْلُم َتَص ِّد ٰق ِت َو الَّص ۤا ِٕىِم ْيَن َو ال ِٕىٰم ِت َو اْلٰح ِفِظ ْيَن ُف ُرْو َج ُهْم َو اْلٰح ِفٰظ ِت
٣٥ َو الّٰذ ِك ِرْيَن َهّٰللا َك ِثْيًرا َّوالّٰذ ِكٰر ِت َاَع َّد ُهّٰللا َلُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًرا َع ِظ ْيًم ا
26
Asghar Ali Enggineer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, (Bentang), 28
27
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,
(Yogyakarta: LkiS, 2007), 20
21
َفاْسَتَج اَب َلُهْم َر ُّبُهْم َاِّنْي ٓاَل ُاِض ْيُع َع َم َل َعاِمٍل ِّم ْنُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ىۚ َبْعُض ُك ْم ِّم ْۢن َبْع ٍضۚ َفاَّلِذ ْيَن َهاَج ُرْو ا
َو ُاْخ ِر ُجْو ا ِم ْن ِدَياِرِهْم َو ُاْو ُذ ْو ا ِفْي َس ِبْيِلْي َو ٰق َتُلْو ا َو ُقِتُلْو ا ُاَلَك ِّفَر َّن َع ْنُهْم َس ِّيٰا ِتِه ْم َو ُاَلْد ِخ َلَّنُهْم َج ّٰن ٍت َتْج ِر ْي ِم ْن
١٩٥ َتْح ِتَها اَاْلْنٰه ُۚر َثَو اًبا ِّم ْن ِع ْنِد ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا ِع ْنَدٗه ُح ْسُن الَّثَو اِب
memilih agama dan mencapai kebebasan yang utuh, dalam hal ini pertumbuhan
intelektual dan persamaan laki-laki dan wanita. Mereka sama dalam beribadah
kepada Allah, yang merupakan praktik (ibadah) yang paling tinggi. Mereka sama
dalam hal kebenaran dan kesabaran. Mereka sama dalam hal kesederhanaan,
praktis, kemerdekaan ekonomi dan penitian jalan ilahi. Allah telah menyiapkan
ampunan dan pahal yang besar keduanya. Ayat ini cukup mengungkapkan sudut
pandang islam tentang wanita dan statusnya yang mulia 30. Manusia dihadapan
Allah, baik laki-laki maupun wanita itu adalah sama, wanita juga menerima
28
QS.Al-Ahzab (33): 35
29
QS.Al-Imran (3): 195
30
Khamenei, Risalah Hak Asasi Wanita, 32
22
perintah seprti halnya perintah Allah kepada kaum laki-laki. Secara bersamaan
Jelas sekali terpahami dalam ayat di atas, islam tidak membedakan antara
laki-laki dan wanita. Wanita dalam setiap masyarakat sama seperti kaum laki-laki,
sama memiliki hak yang dapat mereka nikmati, demikian pula tiap-tiap dari
dilakukannya, tidak ada penempatan yang lebih ataupun penempatan yang kurang
dari posisi itu. Keduanya harus saling mendukun. Ini juga yang ditegaskan oleh
ٰۤل
١٢٤ َو َم ْن َّيْع َم ْل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت ِم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفُاو ِٕىَك َيْدُخ ُلْو َن اْلَج َّنَة َو اَل ُيْظَلُم ْو َن َنِقْيًرا
saja.keduanya mempunyai peran dan fungsi yang sama dan setara. Bahkan Al-
Qur’an menegaskan bahwa keduanya harus terjalin kerja sama dan slaing antu
َو اْلُم ْؤ ِم ُن ْو َن َو اْلُم ْؤ ِم ٰن ُت َبْع ُض ُهْم َاْو ِلَي ۤا ُء َبْع ٍۘض َي ْأُم ُرْو َن ِب اْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَه ْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيِقْيُم ْو َن الَّص ٰل وَة
ٰۤل
٧١ َو ُيْؤ ُتْو َن الَّز ٰك وَة َو ُيِط ْيُعْو َن َهّٰللا َو َر ُسْو َلٗه ۗ ُاو ِٕىَك َسَيْر َحُم ُهُم ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِز ْيٌز َحِكْيٌم
31
Muhammad Sa’id Ramdhan Al-Buthi, Perempuan dalam Pandangan hukum Barat dan Islam,
(Yogyakarta: Suluh Press, 2005), 10
23
C. Wanita Karir
Wanita karir terdiri dari dua kata, yaitu wanita dan karir. Wanita adalah
alat reproduksi lawan jenis dari wanita adalah pria atau laki-laki. Wanita adalah
yang sudah menikah juga biasa dipanggil sebutan ibu. Untuk perempuan yang
belum menikah atau berada antara umur 16-21 tahun disebut juga dengan anak
gadis. Sedangkan kata “karir” sebenarnya berasal dari Bahasa Latin “Carrus”
yang artinya kereta. Pada zaman dahulu, Ketika sepasang pengantin baru saja
ditasbihkan (bagi islam disebut dengan ijab qobul) dalam sebuah acara
pernikahan, mereka akan menaiki sebuahkereta yang ditarik oleh sepasang kkuda.
Kereta ini dikemudikan sendiri oleh pasangan pengantin baru menuju rumahnya.
keberhasilan pernikahan mereka. Tetapi, dalam perjalan waktu, entah dari mana
mulainya, justru wanita karir diidentikan dengan tidak menikah atau hidup
yang tinngi, jika sudah menikah, mereka tidak lagi dikatakan sebagai wanita karir.
24
Dari pergentian diatas dapat dipahami bahwa wanita karir adalah seorang
Ketika seorang wanita tampil di arena public dengan keahlian dan profesi
tertentu maka pada saat itu ia dicap sebagai wanita karir dan sekaligus
sebagai makhluk hidup. Jika tidak demikian maka dia bukanlah manusia.
Khususnya sebagai seorang istri, aktifitas yang baik adalah taat kepada suaminya.
Taat dalam berumah tanggga taat dalam mengambil keputusan, taat menjalankan
peran sebagai seorang istri, dan taat menjalani kehidupan dengan suami. Tetapi
Sedangkan istilah “tenaga kerja” atau sering disingkat TKW ialah wanita
Dilihat dari definisi ini, tenaga kerja wanita lebih berorientasi kepada wanita yang
bekerja dengan orang lain untuk menghasilkan suatu produk dan lebih ditekankan
Adapun peranan wanita pada masa hidupnya Nabi Muhamma SAW. Yaitu
32
Samsu, “Jurnal Studi Gneder dan Anak” Harakat An-Nisa’, 1 (Agustus 2016), 5
33
Mia Siti Aminah, Muslimah Career, Mencapai Karir Tertinggi di Hadapan Allah, Keluarga dan
Pekerjaan, 38
25
menjadi pengasuhnya bagi beliau adalah Ummu Aiman R.A dan Habasyah. Dari
beberapa wanita pada masa hidup Rasulallah SAW yang menjadi wanita karir
a. Siti Khadijah
Rasulullah SAW mempunyai seorang istri yang tidak hanya berdiam diri serta
aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau menikahinya, beliau pernah
istrinya itu berhenti dari aktifitasnya. Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Siti
Khadijah R.A itu amat banyak menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu,
belum ada sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-
satunya adalah dari kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang pebisnis .
Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Siti Khadijah R.A
adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab bila demikian,
bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan baik, sementara dia tidak
punya akses informasi sedikit pun di balik tembok rumahnya. Di sini kita bisa
paham bahwa seorang istri nabi sekalipun punya kesempatan untuk keluar rumah
mengurus bisnisnya. Bahkan meski telah memiliki anak sekalipun, sebab sejarah
mencatat bahwa Siti Khadijah R.A. dikaruniai beberapa orang anak dari
Rasulullah SAW.
b. Siti Aisyah
wanita cerdas, muda dan cantik yang kiprahnya di tengah masyarakat tidak
26
diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang istri tidak menghalanginya dari aktif di
tengah masyarakat. Semasa Rasulullah masih hidup, beliau sering kali ikut keluar
Siti Aisyah R.A adalah guru dari para shahabat yang mampu memberikan
penjelasan dan keterangan tentang ajaran Islam bahkan, Siti Aisyah R.A pun tidak
mau ketinggalan untuk ikut dalam peperangan. Sehingga perang itu disebut
dengan perang unta (jamal), karena saat itu Siti Aisyah R.A naik seekor unta.
Suami dan istri merupakan cikal bakal keluarga. Sedangkan keluarga adalah
cikal bakal masyarakat34. Bila hak dan kewajiban suami istri dijalankan secara
teratur, keluargapun akan teratur dan tentram, dan apabila keluarga tentram,
Yang dimaksud dengan hak disini adalah apa -apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa
Maka islam memberikan sejumlah hak dan kewajiban terhadap suami dan
istri, dalam hubungan suami istri di dalam rumah tangga suami mempunyai hak
dan begitu istri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai beberapa
34
Sobri Mersi Al-Faqi, Solusi Problematika Rumah Tangga Modern, (Surabaya, Pustaka Yasir,
2011), 96
35
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Kencana, 2007), 159
27
dipandang sebagai mitra sejajar laki-laki yang harmonis. Tidak ada perbedaan
kedudukan laki-laki dan perempuan, baik sebagai individu (hamba Allah), sebagai
anggota, keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat. Begitu juga halnya dalam
Yang dimaksud dengan Hak disini adalah apa-apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa
yang mesti dilakukan seseorang terhadap oaring lain. Kalaupun ada perbedaan, itu
hanyalah sebagai akibat fungsi dan tugas utama yang dibebankan Allah kepada
yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain, keduanya saling melengkapi
dan kewajiban.
hubungan suami istri. Paling tidak ada dua hikmah yang dapat kita Tarik
menjadikan sesuatu yang pada awalnya dilarang dan termasuk kategori dosa besar
sehingga semua jalan yang menuju kepadanya turut diharamkan menjadi sebuah
amal ibadah yang dihitung sebagai kenikamatan yang berisi sedekah. Kedua,
Halalnya hubungan suami istri menjadi awal swmua interaksi antara laki-laki dan
wanita secara mendalam. Ketika suami dan istri di halalkan melakukan interaksi
dan mereka hidup dalam satu naungan rumah tangga, maak Allah menetapkan
28
beberapa untuk mengatur kehidupan suami isrti ini. Allah menetapkan posisi yang
khas untuk suami dan istri yang memiliki peranan dan keutamaan masing-masing.
Dari perbedaan posisi dan peranan inilah hak dan kewajiban yang bersifat timbal
balik36.
dengan seorang wanita (suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah kepada
Allah disatu pihak dan dipihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang
menimbulkan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Oleh karena itu, antara
hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dan istrinya37.
Adapun hak-hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam Al-Qur’an
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َيِح ُّل َلُك ْم َاْن َتِرُث وا الِّنَس ۤا َء َكْر ًه اۗ َو اَل َتْعُض ُلْو ُهَّن ِلَت ْذ َهُبْو ا ِبَبْع ِض َم ٓا ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن ِآاَّل َاْن
َّيْأِتْيَن ِبَفاِح َش ٍة ُّم َبِّيَنٍةۚ َو َعاِش ُرْو ُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِف ۚ َفِاْن َك ِرْهُتُم ْو ُهَّن َفَع ٰٓس ى َاْن َتْك َر ُهْو ا َش ْئًـا َّوَيْج َعَل ُهّٰللا ِفْيِه َخْي ًرا
١٩ َك ِثْيًرا
Adapun hak-hak dan kewajiban suami istri dalam perkawinan itu ada yang
36
Dedi Susanto,Kupas Tuntas Masalah Gono-Gini Buku Pegangan Keluarga, Akademisi dan
Praktisi, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), 63-65
37
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 51
29
kebendaan, misalnya: hak dan kewajiban bergaul baik sebagai suami istri didalam
harus dipenuhinya sebagai hak istri. Hak-hak suami terhadap istrinya yang
1) Pemelihaharaan
penyalahgunaan.
masuk surga. Akan tetapi kewajiban isteri untuk taat kepada suami
3) Tidak boleh puasa sunnah saat suami ada di rumah tanpa seizinnya.39
artinya:
izinnya.”(HR. Bukhari). 40
38
Muhammad bin Sayyid Al-Muslimah, Ensiklopedia Fikih Wanita Menurut Al-Qur-an dan As-
Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2019), 424
39
Ibid..., 426.
40
Al-Bukhari, al-Imam al-Hafidz Abi ‟Abdillah Ibn Isma‟il, Shahihu-l-Bukhari, Dar Ibn Hazm,
Beirut-Libanon.
31
kebenaran atau karena perintah syara‟ maka sang isteri wajib tidak
ۗ َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُق ْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم
َفالّٰص ِلٰح ُت ٰق ِنٰت ٌت ٰح ِفٰظ ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهّٰللاۗ َو اّٰل ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظْو ُهَّن َو اْهُج ُرْو ُهَّن ِفى
٣٤ اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِرُبْو ُهَّن ۚ َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلًّيا َك ِبْيًرا
41
Muhammad bin Sayyid Al-Muslimah, Ensiklopedia Fikih Wanita Menurut Al-Qur-an dan As-
Sunnah.., hlm. 428.
32
Berhiasnya isteri demi suami adalah salah satu hak yang berhak
seorang isteri berhias untuk dipamerkan dan dilihat oleh banyak laki-
ungkit harta atau nafkah yang sudah diberikan atau di nafkahkan untuk
a). Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah.
٤ َو ٰا ُتوا الِّنَس ۤا َء َص ُد ٰق ِتِهَّن ِنْح َلًةۗ َفِاْن ِط ْبَن َلُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِّم ْنُه َنْفًسا َفُك ُلْو ُه َهِنْۤي ًٔـا َّم ِرْۤي ًٔـا
dirham, tapi penetapan ini tidak berdasar pada dalil yang layak
diperhitungkan. 43
pauk, daging, sayur mayor, buah, minyak, mentega, dan semua yang
mud kurang lebih setara denga 543 gram). Sedangkan orang yang
19:
ٰٓيَاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا اَل َيِح ُّل َلُك ْم َاْن َتِرُث وا الِّنَس ۤا َء َكْر ًه اۗ َو اَل َتْع ُض ُلْو ُهَّن ِلَت ْذ َهُبْو ا ِبَبْع ِض َم ٓا
ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن ِآاَّل َاْن َّي ْأِتْيَن ِبَفاِح َش ٍة ُّم َبِّيَن ٍةۚ َو َعاِش ُرْو ُهَّن ِب اْلَم ْع ُرْو ِف ۚ َف ِاْن َك ِرْهُتُم ْو ُهَّن َفَع ٰٓس ى َاْن
١٩ َتْك َر ُهْو ا َش ْئًـا َّوَيْج َعَل ُهّٰللا ِفْيِه َخْيًرا َك ِثْيًرا
Adapun tujuan dari hak dan kewajiban suami istri adalah suami
istri dapat menegakan rumah tangga yang merupakan sendi dasar dari
susunan masyarakat, oleh karna itu suami istri wajib saling mencintai,
44
Wahbah Az-Zuhaili,”Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7”,hal 437
35
larangan-Nya.
ayat 6.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم َناًرا َّو ُقْو ُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة َع َلْيَها َم ٰۤل ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل
٦ َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن
dia hanyalah manusia biasa yang bisa saja baik dan jahat, benar dan
salah. Karna itu, suami harus suami harus sabar dan kuat
istri agar tidak hancur. Laki-laki muslim sejati adalah yang bijaksana
ٰٓياُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َيِح ُّل َلُك ْم َاْن َتِرُثوا الِّنَس ۤا َء َكْر ًهاۗ َو اَل َتْعُض ُلْو ُهَّن ِلَتْذ َهُبْو ا ِبَبْع ِض َم ٓا
ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن ِآاَّل َاْن َّيْأِتْيَن ِبَفاِح َش ٍة ُّم َبِّيَنٍةۚ َو َعاِش ُرْو ُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِف ۚ َفِاْن َك ِرْهُتُم ْو ُهَّن َفَع ٰٓس ى َاْن
١٩ َتْك َر ُهْو ا َش ْئًـا َّوَيْج َعَل ُهّٰللا ِفْيِه َخْيًرا َك ِثْيًرا
“Jika istri salah seorang dari kalian meminta izin untuk pergi ke
seizinnya (suami)46
terhadap istri:
َح ُّق َز َو اِج َع َلى َز ْو َجِتِه ااَّل: ُع َم َر َاَّن َر ُسْو َل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم َقا ل َع ْن ُع َبْيِد ِهَّللا اْبِن
َك اَن َع َلى َظْهٍرُقُطٍب َو اِح ًدا ِااَّل َو َاْن اَّل َتُصْو ُم َيْو ًم ا ِبِإ ْذ ِنِه ِلَفِرْيِضِه َفِإْن َتْم َنَع ُه َنْفَسَها َو َلْو
45
Abu Hafs Usamah Bin Kamal Bin ‘Abdir Razzaq, Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” Sampai
“Z”), (Bogor, Pustaka Ibnu Katsir), Cet 1,2,3,H. 324
46
Abdul Rohman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), H.
159
37
َع ِم َلْت َاِئَم ْت َو َلْم َيَتَقَّبْل ِم ْنَها َو َاْناَل ُتْع ِط َي ِم ْن َبْيِتَها َشْيًأ ِااَّل ِبِإ ْذ ِنِه َفِإ ْن َفَع َلْت َك اَن َلُه اَاْلْج َر
َو َع َلْيَها اْلِو ْز َر َو َااَّلَتْخ ُر َج ِم ْن َبْيِتِه ِااَّل ِبِإ ْذ ِنِه َفِإ ْن َفَع َلْت َلْعَنَها هلَّلا َو َم اَل ِئَك َتُه اْلَغ َضِب َاْو َتْر ِج َع
)َو ِاْن َك اَن َظا ِلًم ا (رواه ابو دود
e) Mencampuri isteri
hubungan biologis.47
47
Samsul Bahri, Mimbar Hukum, No 52, Nafkah Batin dan Kompensasi Materilnya, hlm. 24.
38
perkawinan tersebut.
21).
َوِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّوَر ْح َم ًةۗ ِاَّن
٢١ ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن
dengan baik.48
(في صورة النساء (وعاشروهن بالمعروف) اي بالعدل في المبيت والنفقة )قال هللا تعالي
)وباالجمال في القول (وقال) في سورة البقراة (ولهن) على الزواج (مثل الذي) لهم (عليهن
من الحقوق قى الوجوب واستحقاق المطالباة عليها ال فى الجنس (بالمعروف) اى بما
يستحسن شرعا من حسن الشرة وترك الضرر منهم ومنهن قال ابن عباس رضي هللا عنهما
معنى ذالك انى احب ان اترين ال مر اتى كما تحب ان تتزين لى لهذه اال ية (وللر جال عليهن
درجة) اى فضيلة فى الحق من وجوب طاعتهن لهم لما دفعوه اليهن من المهر وال نفاقهم فى
مصالهن49
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا اَل َيِح ُّل َلُك ْم َاْن َتِرُث وا الِّنَس ۤا َء َكْر ًه اۗ َو اَل َتْع ُض ُلْو ُهَّن ِلَت ْذ َهُبْو ا ِبَبْع ِض َم ٓا
ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن ِآاَّل َاْن َّيْأِتْيَن ِبَفاِح َش ٍة ُّم َبِّيَنٍةۚ َو َعاِش ُرْو ُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِف ۚ َف ِاْن َك ِرْهُتُم ْو ُهَّن َفَع ٰٓس ى َاْن
١٩ َتْك َر ُهْو ا َش ْئًـا َّوَيْج َعَل ُهّٰللا ِفْيِه َخْيًرا َك ِثْيًرا
48
Hamid Sarong, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Banda Aceh: Pena, 2010), hlm. 165-
167.
49
Muhammad bin Amr Nawawi,Syarh ‘Uqudullujain fi Bayani Huquq Az-Zaujain, (Surabaya:
Toko Kitab Hidayah), hlm. 3
40
hak untuk diperlakukan secara baik menurut syariat dan hak unruk
suka berdandan untuk saya”. Akan tetapi, suami memiliki hak yang
lebih atas istrinya, karena itu istri wajib patuh kepadanya. Ini
bersabda:
حق المراة على الزوج ان يطمعها اذا طعم ويكسوها اذا كسنى و ال يضرب الوجه وال
يقبح وال يهجراال فى المبيت50
patuhan)
50
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh ‘Uqudullujain fi bayani Huquq az-Zaujain, 4
41
ۗ َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُق ْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم
َفالّٰص ِلٰح ُت ٰق ِنٰت ٌت ٰح ِفٰظ ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِف َظ ُهّٰللاۗ َو اّٰل ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظ ْو ُهَّن
َو اْهُجُرْو ُهَّن ِفى اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِرُبْو ُهَّن ۚ َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن
٣٤ َع ِلًّيا َك ِبْيًرا
قال المفسرون تفضيل الرجال عليهن من وجوه كثيرة حقيقة وشرعية فمن االول ان
عقولهم وعلوهم اكثر وقلوبةم على االعمال االشاقة صبر وكذلك القوة والكتابة غالبا
والفروسية وفيهم العلماء واالمامة الكبرى والصغرى والجهاد واالذن والحطبة والجمعة
واالعتكاف والشهادة فى الحدود والقصاص واالنكحة ونحوها وزيادة الميراث
والتعصيب وتحمل الدية والية النكاح والطالق والرجعة وعدد االواج واليهم االنتساب
ومن الثانى عطية المهر والنفقة ونحوهما كذا فى الزواجر
laki atas wanita dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi “hakiki”
(اى مطبعات ال رواجهن (حافظات للغيب) اى لما يجب عليها )فا الصالحات قانتات
حفظه اي حال غيبة ازواجهن من الفروج واسوال الزوج وسره وامتعة بيته (بما حفظ
هللا) اى بحفظ ايا هن وبتوفيقه لهن او بالوصية منه تعالى عليهن او بنهيهن عن
المخالفة52
51
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh ‘Uqudullujain fi Bayan az-Zaujain, hlm. 6-7
52
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh ‘Uqudullujain fi Bayan az-Zaujain, 7
43
adalah:
2) Istri tidak boleh memberikan apa saja dari rumah suaminya jika
Hak dan kewajiban suami istri di dalam rumah tangga telah diatur
sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat”
Dari kedua pasal tersebut yaitu hak dan kewajiban yang menjelaskan
warohmah. Yaitu keluarga yang bahagia dan penuh rahmat. Pasal ini juga
dalam menegakkan rumah tangga dengan maksud yaitu suami istri harus
dikarenakan perceraian.
dan pasal 79 ayat (2) KHI dinyatakan ‚hak dan kedudukan istri adalah
pasal ini bahwa kedudukan suami istri dalam rumah tangga dan
seperti yang tertera pada pasal 31 ayat (3) UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974 dan di KHI pada pasal 79 ayat (1) yaitu: suami adalah kepala
bahwa istri tidak tahu hak dan kewajibannya dalam rumah tangga seperti
pasal tersebut di atas dan bahkan yang lebih buruk lagi, suami berbuat
harta bendanya secara tidak wajar. Maka dalam hal ini istri juga berhak
untuk melakukan perbuatan hukum jika terjadi hal-hal seperti itu seperti
yang telah di tetapkan pada pasal 31 ayat (2) UU Perkawinan No.1 Tahun
1974 dan juga pasal 79 ayat (3) KHI yang berbunyi: “masing-masing
dan (2) yaitu: ayat (1) suami istri harus mempunyai tempat kediaman
yang tetap dan ayat (2) nya rumah tempat kediaman yang dimaksudkan
46
dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama. Isi dari pasal
32 tersebut juga tertuang dalam KHI pada pasal 78 ayat (1) dan (2).
tersebut juga diatur pada pasal 33 UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 dan
juga KHI pasal 77 ayat (2) yaitu: ‚suami istri wajib saling cinta
yang satu kepada yang lain‛. Selain itu juga terdapat kewajiban bagi
34 UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 dan KHI pasal 80 ayat (2) bahwa:
Tidak hanya pada ayat (2) pasal 80 itu tentang kewajiban suami. Pada
pasal 80 ayat (1): suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah
agama, nusa dan bangsa. Ayat (4) bahwa: sesuai dengan penghasilannya
suami menanggung: (a). nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri,
(b). biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak, (c). biaya pendidikan bagi anak. Ayat (5): kewajiban suami
terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai
berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. Ayat (6): istri dapat
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b. Dan yang terakhir ayat (7) yaitu:
nusyuz.
48
Perkawinan No.1 Tahun 1974 terdapat pada pasal 34 ayat (2) yang
ayat (1) dan (2) yaitu: (1) ‚kewajiban utama bagi seorang istri ialah
berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam yang dibenarkan oleh
terdapat pada pasal 34 ayat (3) UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang
Dalam KHI terdapat pasal yang menjelaskan mengenai istri yang tidak
terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak atau durhaka yang
tersebut di bahas di KHI pasal 84 ayat (1) sampai (4) yaitu: (1) istri dapat
yang sah. (2) selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap
49
istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku
tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri nusyuz (4)
ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus
Pada bab ini peneliti akan menjawab permasalahan yang telah di rumuskan
Pada bab ini penelliti akan lebih rinci dan jelas dalam menjawab serta akan
menganalisis pada masa kini. Yakni membandingkan tinjauan kitab, anara kitab
A. Hak dan Kewajiban Istri sebagai wanita karir tinjauan kitab ‘Uqūd al-
Lujayn
kelarganya, maka istri harus mendapatkan izin dari suaminya. Dia tidak boleh
meninggalkan rumah tanpa seizin suaminya karena istri layaknya tahanan bagi
suaminya.
(اي اخرحجة صلى هللا عليه وسلم وهو حجة )روي عن النبي صلى هللا عليه وسلم انه قال فى حجة الوداع
الجمعة (بعد ان حمد هللا) تعالى(والثني عليه ووعظ) الحاضرين56
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW. Ketika
melakukan haji wada (haji terakhir yang bertepatan dengan hari jumat) setelah
memuji Allah dan menasehati orang-orang yang hadir itu, beliau bersabda:
56
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh ‘Uqudullujain fi Bayan az-Zaujain (Surabaya: Toko Kitab
Hidayah), 3-4
50
51
فان هن عوان عند كم ليس تملكون منهن شيئا غير ذالك اال ان ياتين بفاحشة.أال واستوصوا بالنساء خيرا
فان فعلن فاهجروهن فى المضاجيع واضربوهن ضربا غير مبرح فان اطعنكم فال تبغوا.مبين
فحقكم عليهن ان ال يوطئن فزاشكم من. اال ان لكم علىنسائكم حق ولنسائكم غليم حقا.عليهن سبيال
اال وحقهن عليكم ان تحسنو اليهن فى كسوتهن. وال ياذن في بيوتكم لمن تكرهن.تكرهونز.
berkenaan dengan istri, yaitu mengasihi dan memperbaikinya dengan baik, karena mereka
adalah orang-orang yang lemah dan membutuhkan orang lain untuk menyediakan hal-hal
yang menjadi keperluan mereka. Nabi mengumpamakan mereka dengan tawanan, karena
pada dasarnya mereka adalah tahanan suami atau pinjaman yang diamanatkan oleh Allah.
Akan tetapi, jika melakukan perbuatan keji seperti nusyuz, maka suami diperbolehkan
melakukan tindakan berupa pasah ranjang dalam waktu yang tidak terbatas sesuai dengan
kebutuhan. Jika sudah ada tanda-tanda membanik, maka pisah ranjang dihentikan.
Menurut sebagian ulama’, masa pisah ranjang itu maksimal satu bulan. Demikian pula,
suami diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak berbahaya jika pisah ranjang
tidak membuat mereka sadar. Akan tetapi, apabila mereka kembali patuh kepada suami,
amak suami dilarang mencari berbagai alasan untuk memukul mereka secara dzalim.
57
Hadist di atas diriwayatkan oleh At-Turmudzi (Hadist Nomor 1163) dan Ibn Majah (Hadist
Nomor 1851) dari jalur Sulayman bin ‘Amr bin al-Ahwash dari ayahnya secara marfu’. Menurut
at-Turmudzi, hadist ini hasan sahih, menurut al-Albani dalam sanad hadist ini terdapat
“kesamaran” tetapi ia memiliki beberapa penguat (syahid) yang menguatkannya (Irwa’ al-ghalil,
Juz VII, 54, hadistNo. 1997)
52
Sebab istri yang telah menyadari kesalahannya dan bertaubat, seperti orang yang tidak
Syaikh Nawawi Banten mengatakan bahwa kata “Awanin” adalah bentuk jama’ dari
“Aniyah’ seorang istri dikatakan sebagai Aniyah karena dia dipenjara, seperti tawanan
atauta hanan bagi suaminya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa mereka (kaum
istri) adalah awanin bentuk jama dari Aniyah) yang berarti pinjamanan karena kaum
حق المرأة على الزوج ان يطعمها اذا طعم ويكسو ها اذا كتسى وال يضرب الوجه وال يقبحو وال يهجرو
اال فى المبيت59
dibenarkan.
58
Husain Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kini dan Wacana Agama dan Gender,
(Yogyakarta:
:LKiS,2007), 176
59
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain, 4
53
Hadist di atas menjelaskan tentang kewajiban suami terhadap istri, juga sikap
dan perilakuan yang baik kepada istri. Seorang suami tidak diperbolehkan
menyakiti istrinya, baik secara lahir maupun batin, fisik maupun mental.
Seorang wanita (kaum istri) boleh bekerja di luar rumah untuk membantu
kebutuhan dalam keluarga, dengan syarat telebih dahulu mendapatkan izin dari
suaminya. Karena di sini, wanita (kaum istri) dikatakan sebagai tawanan atau
tahanan bagi suaminya. Pada dasarnya mencari nafkah adalah kewajiban yang
وان التخرج من بيتها اال باذنه فان فعلت) بان خرجت بغير اذنه (لعنتها المالئكة) اى مال ئكة السماء
)واالرض ومال ئكته الرحمة ومال ئكة العذاب (حتى تتوب) اي المراة (اوترجع) اى الى بيته (وان كان
اي الزوج (ظالما) بمنع خروجها فان خرجت باذنه فمختفية في هيئة رثة تطلب المواضع الخالية دون
الشوارع واالسواق محترزة من ان يسمع غريب صوتها او يعرفها بشحصها60
Istri hendaknya tidak bepergian dari rumah kecuali mendapatkan izin dari
suaminya. Jika keluar tanpa izin suaminya, maka ia mendapatkan kutukan dari
pada malaikuat, yaitu para malaikat langit dan bumi, serta malaikat pembawa
rahmat dan pembawa azab hingga ia meminta maaf atau hingga ia kembali ke
rumahnya, sekalipun larangan suami terhadap istri itu merupakan perbuatan yang
dzalim. Kalau keluar rumah dengan izin suami, hendaknya dengan menyamar dan
menggunakan pakaian yang tidak bagus. Carilah tempat yang sepi, bukan jalan
umum atau pasar, juga menjaga diri agar orang lain tidak sampai mendengar suara
( هذا ( اذا خرجت ) اى المرأة ( من بيتها ) اي الرجل ( يغمز بعينه ) اي يشير اليها بعينه ) اما زماننا
وحاجبه ويجسها بيده ( وهذا ) اى الرجل ( يقبص بيده ) والقبص بالصاد المهملة التناول با طرف
60
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain, 9
54
االصابع ( وهذا ) اي الرجل ( يتكلم بكالم فا حش ال يرضاه ) اي ذلك الكالم ( ذو دين الهله ) اى
زوجاته وبناته واتباعه61
Di masa sekarang ini, jika wanita keluar dari rumahnya mereka pasti akan
berbicara dengan ucapan-ucapan yang jorok yang tidak enak didengar oleh
mereka yang teguh beragama dan oleh para wanita sholihah bilamana ucapan itu
ditunjukan kepada istri, anak perempuan, anggota keluarga wanita yang lain.
pasti akan jadi sasaran godaan laki-laki, (Forum Kajian Kitab Kuning)
mengatakan bahwa ini terlalu berelebihan. Apabila pada era keterbukaan sekarang
ini, norma dan nilai dalam tata kehidupan bermasyarakat pun berubah pula.
Wanita yang keluar dan mendapat godaan dengan laki-laki baik dengan dicolek,
disentuh atau dengan kata-kata yang jorok, dianggap sebagai pelecehan seksual
وقال احمد ابن احمد بن على ( ابن حجر ) فى الزواجر عن اقتراف الكبائر ( اذااضطرت امرأة للخروج
لزيارة والد ) اى مثال ( خرجت لكن باذن زوجها بغير متبرجة ) اى غير مظهرة للزينة والمحاسن
لرجال وحال كو نها ( فى ملحفة وسخة وثياب بذلة وتغض طرفها فى مشيها وال تنظر ) اى المرأة
( يمينا وال شمال واال ) تكن كذ لك بان خالفت المذكور ( كانت عاصية ) هلل ولرسوله ولزوجها63
Dalam kitab az-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir (juz II. H. 78). Ahmad bin
Muhammad bin Ali bin Hajar berkata: “jika seorang wanita terpaksa harus keluar
rumah untuk menjenguk orang tuanya, maka ia boleh keluar dengan syarat seizin
suaminya dan tanpa bersolek dan tidak menampakan perhiasan dan kecantikannya
61
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain, 19
62
Forum Kajian Kitab Kuning, Wajah Baru Relasi Suami-Istri Telaah Kitab ‘Uqudu al-Lujjayn,
174
63
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain, 19
55
dihadapan kaum laki-laiki. Ia keluar dengan memakai mantel dan kain hariannya.
rumah, (diperumpamakan) untuk menjenguk orang tuanya yang sedang sakit. Jika
keluarga, maka juga diperbolehkan dengan syarat atas izin suaminya. Istri menjadi
wanita karir yang bekerja diluar rumah, diberikan cara bagaimana berpakaian
yang sederhana tanpa bersolek berlebihan. Semisal bekerja menjadi dokter, bidan,
tukang laundry, dan lain-lain dengan menggunakan pakaian kerja yang sederhana.
َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُقْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم ۗ َفالّٰص ِلٰح ُت
ّٰل ٰظ ٰق
ِنٰت ٌت ٰح ِف ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهّٰللاۗ َو ا ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظْو ُهَّن َو اْهُجُرْو ُهَّن ِفى اْلَم َض اِج ِع
.٣٤ َو اْض ِرُبْو ُهَّن ۚ َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلًّيا َك ِبْيًرا
(اىمسلطون على تاديهن (بما فضل هللا) به (بغضهم) اى الرجال )الرجال قوامون على النساء
(على بعض) اى النساء (وبما انفقوا) اى غليهن (من اموالهم) فى نكاحهن كالمهر والنفقة64
64
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain, 6
56
Bahwa yang dimaksud kaum laki-laki sebagai pemimpin bagi kaum wanita
adalah suami meiliki kekuasaan untuk mendidik istri. Allah melebihkan laki-laki
atas wanita karena kaum laki-laki (suami) memberikan harta kepada kaum wanita
Berdasarkan ayat di atas, mayoritas ulama fiqh dan ahli tafsir berpendapat
bahwa arti kepemimpinan hanyalah terbatas pada kaum laki-laki dan bukan
berfikir, kekuatan fisik dan mental. Lain halnya dengan wanita yang bersifat
lembut dan tidak berdaya, sehingga para ulama menganggap unggulan ini bersifat
mutlak. Wanita juga berhak mendapatkan didikan dari suami, mengenai hal yang
Para ulama tafsir mengatakan bahwa keutamaan kaum laki-laki atas kaum
wanita dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi “hakiki” dan “syar’i”.
Pertama dari segi hakiki atau kenyataannya, mereka melebihi wanita antara
saksi dalam had, qisas, nikah dan sebagainya, memperolah warisan dan asobah
mempunyai hak untuk menjatuhkan talak dan melakukan ruju’, mempunyai hak
Kedua, dari segi Syar’i yaitu melaksanakan dan memenuhi haknya sesuai
dengan ketenuan syara’, seperti memberikan mahar dan nafkah kepada istri.
Dari penjelasan dari segi hakiki dan segi syar’i, istri mendapatkan hak
perlindungan dari suami, dan juga istri mendapatkan hak dari suami, suami
(اى مطيعات الزواجهن (حافظات للغيب) اى لما يجب عليها حفظه اى حال غيبة )فالصالحات قانتات
ازواجهن من الفروج واموال الزوج وسره وامتعة بيته (بما حفظ هللا) اى بحفظ ايا هن وبتو فيقه
لهن او بالوصية منه تعالى عليهن او بنهيهن عن المخالفة65
Wanita-wanita yang sholihah dalam ayat di atas (al-Qur’an surat an-Nisa (4)
ayat 34 adalah mereka yang taat kepada suami. Mereka melaksanakan kewajiban
ketika suami sesuai ketentuan Allah, karena Allah telah menjaga dan memberikan
Dari penjelasan di atas, wanita (istri) yang shalihahn ialah istri yang taat
kepada suaminya, sehingga menjadi kewajiban bagi istri untuk tunduk taat
terhadap suami.
ادخلى الجنة من:اذا صلت المراة خمسها وصامت سهرها وحفظت فرجها واطاعت زوجها قيل لها
اي ابواب الجنة شئت
65
Muhammad bin Amr Nawawi, Syarh “Uqudullijain fi bayani Huquq az-Zaujain 7
66
Hadist ini diriwayatkan oleh Ahmad (juz 1, 191) dan ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-
Awsath (juz IX, 6-7, Hadist no 8805)
58
Ada seorang datang kepada Nabi SAW. Seraya berkata: “Wahai Rasulallah!
Saya utusan kaum wanita datang menghadap engkau untuk menanyakan tentang
peranan wanita dalam berjihad. Allah telah menetapkan kewajiban berjihad bagi
kaum laki-laki. Kalau mereka luka dan terbunh, mereka memperoleh pahala yang
besar dan hidup di sisi Tuhan dalam limpahan rejeki. Sedangkan kami wanita
tetap melayanimereka. Lalu apa yang kami dapatkan dari itu semua?
Nabi bersabda:
ابلغي من لقيت من نساء ان طاعة الزوج واعترا فا بحقه يعدل ذلك وقيل منكن من يفعله
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas, apabila wanita (istri) bekerja
diluar rumah atau menjadi wanita karir dalam hal ini diperbolehkan dengan izin
suami, yang mana hal ini izin dari suami itu juga termasuk dari kewajiban yang
harus ditaati oleh istri. Dan juga peran sebagai istri tidak dilalaikan. Seperti dalam
menunaikan kewajiban istri terhadap suami, biak itu memenuhi dari segi
pelayanan lahir maupun batin. Istri tetap harus mentaati suami, sebagaimana
mentaati suami itu pahalanya setara dengan pahala jihad, jika istri keluar dari
rumah (dalam hal ini untuk bekerja) maka istri harus dapat menjaga kehormatan,
67
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-kabir dan Ibn-
Abbas.
59
Dalam hal ini istri di berikan aturan sebagai kewajiban yang diemban oleh
wanita karir atau wanita pekerja terlebih khusu wanita yang melakukan
kiri dan ke kanan dari kaum laki-laki lain, seperti halnya terdapat penjelasan dari
syaikh Nawawi mengenai moral dan tata Susila yang terpuji dalam penjelasan di
bawah ini.
Wajib bagi orang yang takut kepada Allah dan Rasulnya dan orang yang
keluar pada hari-hari besar68. Seorang wanita yang dapat menjaga dirinya
laki-laki.
b) Menjaga keluarga secara optimal, terlebih di zaman ini. Dan hendaklah dia
tidak mengizinkan mereka keluar rumah kecualu pada malam hari disertai
sekalipun wanita budak. Bila budak itu laki-laki maka tidak percaya,
68
Lihat Shahih al-Bukhari, Hadist Nomor 318 dan 931 serta Shahih Muslim Hadist Nomor 890
dari Ummu ‘Athiyah
60
amanat). Hal inio disebabkan karen seorang wanita akan merasa malu jika
1974.
secara khusus mengenai hak dan kewajiban suami istri diatur dalam Bab V
69
Pasal 30- 34 , namun di beberapa tempat (Pasal) yang lain dijumpai pula
ketentuan-ketentuan tersebut. Adapun materi hak dan kewajiban suami istri dalam
Pasal 30- 34 (BAB Hak dan Kewajiban Suami Istri) Undang-Undang Perkawinan
Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
Pasal 31
1. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
masyarakat.
Pasal 32
69
R. Subekti dan R. Tjitrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Tambahan
Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkawinan cet 18 (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1984), 547-548.
61
2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
Pasal 34
1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup
suami istri dalam Pasal-Pasal di atas, Sayuti Thalib mencatat 5 hal penting yaitu:
2. Kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah
tangga.
3. Suami wajib menyediakan tempat tinggal yang tetap, sebaliknya istri harus
mengikuti suami.
4. Kebutuhan rumah tangga menjadi kewajiban bagi suami, dan istri juga
Berbicara mengenai hak dan kewajiban suami istri, maka hal tersebut
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: hak dan kewajiban yang berupa
70
kebendaan dan hak dan kewajiban yang bukan berupa kebendaan . Hak dan
kewajiban yang berupa kebendaan yaitu suami wajib memberikan nafkah kepada
istrinya. Maksudnya, bahwa suami harus memenuhi kebutuhan istri yang meliputi
makanan, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan rumah tangga pada umumnya 71.
(Pasal 45 ayat 1). Kewajiban tersebut berlaku sampai anak-anak mereka kawin
atau dapat berdiri sendiri dan kewajiban akan terus berlaku meskipun perkawinan
di antara kedua suami istri putus. Ketentuan bagi suami untuk memberikan nafkah
kepada istri merupakan konsekuensi dari Pasal 31 (3) yang menempatkan suami
sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Kedudukan suami
Adapun yang menjadi hak dan kewajiban suami istri yang bukan
kebendaan, antara lain: suami wajib memperlakukan istri dengan baik, suami
wajib menjaga istri dengan baik, suami wajib bersikap sabar selalu membina dan
membimbing istri, istri wajib melayani suami dengan baik dan istri wajib
memelihara diri.
70
Parawita Budi Asih, “Hak dan Kewajiaban Suami Istri menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” (Jurnal
Ilmiah, Mataram: Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2013)
71
Tempat tinggal atau tempat kediaman Pasal 32 (1) dalam artian rumah yang bisa ditempati
pasangan suami istri dan anak-anak mereka. Q.S at-Thalaq: 6, yang artinya: “Tempatkanlah
mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkannya.”
63
Tahun 1974 tentang Perkawinan sudah mengaturnya dalam BAB VII Pasal 35-37,
yaitu:
Pasal 35
2. Harta bawaan dan masing-masing suami dan istri dan harta benda yang
Pasal 36
1. Mengenai harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua
belah pihak.
Pasal 37
hukumnya masing-masing.
Selain hak dan kewajiban suami istri, dalam perkawinan juga terdapat
kedudukan suami istri. Secara garis besar kedudukan suami istri dalam Pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah sama,
keluarga. Tujuan dari Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan adalah agar tidak ada dominasi dalam rumah tangga diantara
64
suami dan istri, baik dalam membina rumah tangga maupun membentuk
bagi suami istri untuk menelaah lebih dalam makna dari sebuah perkawinan,
termasuk hak dan kewajiban masing-masing suami istri maupun hak dan
hari
Peran istri sebagai wanita karir, sebelumnya telah dibahas di atas, dengan
Wanita sebagai istri menurut dari keduanya diperbolehkan dalam syari’at. Sepertti
َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا
٩٧ َيْع َم ُلْو َن
Dari paparan ayat di atas, islam membenarkan siapa saja baik laki-laki
maupun wanita untuk beramal shaleh. Wanita (istri) yang bekerja dalam
Islam tidak melarang adanya wanita (istri) yang bekerja di luar rumah.
1974, tidak mengabaikan bahwasannya istri tetap mempunyai hak dan kewajiban
sebagai istri salam rumah tangga meskipun istri bekerja di luar rumah.
kewajiban yang sudah ditentukan dalam kitab ‘Uqūd al-Lujayn dan Undang-
Undang No 1 Tahun 1974 seperti halnya, wanita jika keluar rumah tidak boleh
Akan tetapi terdapat perbedaan dari keduanya. Antara kitab ‘Uqūd al-
karir yang telah di jelaskan dalam kitab‘Uqūd al-Lujayn bahwa wanita karir atau
wanita yang melakukan aktifitas di luar rumah itu diperbolehkan, akan tetapi
hendaknya terlebih dahulu harus mendapat izin dari suaminya. Jika si suami tidak
memberikan izin membolehkan kepada istri untuk bekerja di luar rumah, maka
istri wajib mentaati dan tidak bekerja atau melakukan aktifitas di luar rumah, dan
akan mendapatkan pahala, layaknya pahala orang yang berjihad bagi istri yang
ابلغي من لقيت من نساء ان طاعة الزوج واعترافا بحقه يعدل ذلك وقليل منكن من يفعله
72
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dan at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-kabir dan Ibn
Abbas.
66
Persamaan hak dan kewajiban suami istri dalam kitab ‘Uqūd al-Lujayn
sebagai kepala keluarga, suami wajib memberi nafkah istri, istri sebagai ibu
rumah tangga yang wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
dan suami istri wajib saling mencintai, setia dan membantu. Sedangkan perbedaan
dari keduanya terletak pada pengaturan hak dan kedudukan suami istri, sanksi
bagi yang lalai dalam menjalankan kewajiban dan tentang kewajiban izin bagi istri
kepada suami.
Istri pada zaman sekarang ialah istri yang sudah banyak memiliki
Membahas mengenai tentang peran istri wanita karir ini dengan dilihat
konteks masa kini, maka penulis berpendapat akan lebih cocok diterapkan dengan
menggunakan kitab Uqudullijain. Karna disini penulis melihat dari kaidah fiqih
yang berbuyi:
mendapatkan izin dari suaminya seperti yang dijelaskan dalam kitab ‘Uqūd Al-
67
Lujayn, maka hal ini bagi penulis, akan lebih menimbulkan suatu permasalahan
yang baru antara suami dengan istri dan bisa saja antara suami istri akan
A. Kesimpulan
1. Kitab ‘Uqūd al-Lujayn dalam mengatur hak dan kedudukan suami istri
menempatkan hak suami di atas setingkat lebih tinggi dibanding istri atas
2. Persamaan hak dan kewajiban suami istri dalam kitab ‘Uqūd al-Lujayn
suami sebagai kepala keluarga, suami wajib memberi nafkah istri, istri
sebagai ibu rumah tangga yang wajib mengatur urusan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya dan suami istri wajib saling mencintai, setia dan
hak dan kedudukan suami istri, sanksi bagi yang lalai dalam menjalankan
hak dan kedudukan suami istri dalam kitab ‘Uqūd al-Lujayn adalah Q.S al-
Baqarah (2): 228, hadis Nabi Muhammad SAW dan faktor lemahnya
68
69
dan asas Undang-Undang Perkawinan yang keenam, Pasal 31 (1) dan (2)
B. Saran
1. Bagi setiap calon dan pasangan suami dan istri sebaiknya mengetahui
dalam kondisi keluarga yang sesuai dengan syari’at Islam serta tidak
Asmani, Jamal Ma’ruf. Fiqih Sosial Kiai Sahal Mahfudz, Antara Konsep dan
Inplementasi, Surubaya: Khalista 2007.
Aminah, Mia Siti. Muslimah Career, Mencapai Karir Tertinggi di hadapan Allah,
Keluarga dan Pekerjaan, Yogjakarta: Pustaka Grhatama, 2010.
Imam Abi Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail Bukhori. Shahih Bukhari,
Riyadh: Dar Assalam,tt.
Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj nin Muslim. Shahih Muslim, Riyadh: Dar
Assalam,tt.
Tim Penyusun. Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003.
70
Assubki, Ali Yusuf, Fiqih Keluarga, Jakarta: Amzah, 2010.
Jurnal
Koran
Syatibi, Ahmad. Jejak Syeikh Nawawi Al-Bantani, Banten: Harian Pajar Banten,
2004.
Undang-Undang
71