SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Irinna Ika Wulandari
NIM: 21111034
malaikat ku di dunia.
mu terwujud.
kapanpun.
terimakasih
kebersamaan kita.
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
(AS).
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
ini.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Kata Kunci: Fiqh Imam Abu Hanifah, Adat ruwatan rambut Gimbal
Perkembangan Islam di Indonesia mengalami proses yang
berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan lainnya yang bermacam-
macam. Salah satunya termasuk bersinggungan langsung dengan tradisi
dan budaya masyarakat Indonesia. Berkenaan dengan itu, maka perlu
ditegaskan bahwa unsur-unsur budaya lokal yang dapat menjadi sumber
hukum Islam ialah yang sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam. Agama sebagai sistem nilai pasti akan mengalami
proses akulturasi, terhadap kemajemukan budaya. Oleh karena itu,
bagaimana hukum Islam menghadapinya dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang timbul di masyarakat dengan baik serta mendatangkan
kemaslahatan dari penetapan hukum dan menghindarkan dari
kemudharatan.
Kemudian peneliti merumuskan sebagai berikut untuk mengetahui
penyebab munculnya ruwatan rambut gimbal masyarakat Sembungan,
Kejajar,Wonosobo, untuk mengetahui prosesi ruwatan rambut gimbal,
Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Imam Abu Hanifah
terhadap prosesi ruwatan rambut gimbal. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metode yang akan digunakan adalah dengan melakukan wawancara,
observasi, catatan lapangan dan pemanfaatan dokumen.
Ruwatan rambut gimbal merupakan prosesi pemotongan pada anak
rambut gimbal yang bertujuan untuk menghilangkan bala‟/bencana rambut
gimbal, agar si anak memiliki rambut yang normal, pemotongan rambut
gimbal bersifat simbolis dari Tafa‟ul dengan maksud untuk memperoleh
keberkahan, kesehatan, dan mengharap kebaikan di masa yang akan
datang. Namun apabila adanya keyakinan atau kepercayaan dengan cara
memotong rambut gimbal akan menghilangkan nasib buruk maka
termasuk Thiyaroh (merasa bernasib sial) dan berujung pada kemusyrikan
dengan alasan misalnya jika rambut tidak dipotong hidupnya akan celaka.
Karena hal seperti itu jelas bertentangan dengan hukum Islam.
Kepercayaan kepada yang lain misalnya Bhatara Kala, hingga meyakini
jika dengan diadakan ruwatan maka dapat terhindar dari mangsa Bhatara
Kala atau terbuang sialnya. Dalam Al Qur‟an maupun hadis telah
dijelaskan tidak ada nasib buruk. Karena Semua itu datangnya hanya dari
Allah semata.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN LOGO ................................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ........................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
E. Penegasan Istilah .................................................................. 9
F. Tinjauan Penelitian ................................................................ 10
G. Metode Penelitian .................................................................. 12
H. Sistematika Penulisan............................................................. 18
BAB II : RUWATAN MENURUT FIQH
A. Adat Istiadat (al-„urf) ............................................................. 20
B. Ruwatan bagian dari Tafa‟ul.................................................. 25
C. Harmoni Islam dan budaya Jawa ........................................... 33
BAB III : DESA SEMBUNGAN DAN MUNCULNYA TRADISI
RUWATAN RAMBUT GIMBAL
A. Gambaran umum Desa Sembungan....................................... 36
B. Struktur Organisasi Rt/Rw ..................................................... 39
C. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ........................................ . 40
D. Sejarah Ruwatan di Sembungan ............................................. 42
E. Rangkaian Prosesi Ruwatan....................................................... 44
1. Pra Acara ............................................................................ 44
2. Prosesi Ruwatan.......................................................... ....... 44
3. Petugas Pencukur rambut gimbal........................ ............... 47
4. Urutan Kirab Budaya ........................................................ 48
5. Daftar nama anak yang diruwat tgl 1 Agustus 2015 .......... 51
F.Sejarah Mitos Kepercayaan ruwatan rambut gimbal ................. 52
BAB IV : TRADISI RUWATAN RAMBUT GIMBAL DALAM
PERSPEKTIF FIQH IMAM ABU HANIFAH
A. Tradisi dan Keyakinan ........................................................... 55
B. Prosesi dan Makna Ruwatan Rambut Gimbal ....................... 58
C. Prosesi Ruwatan Rambut Gimbal dalam Perspektif Fiqh
Imam Abu Hanifah ..................................................................... 64
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 74
B. Saran-saran ............................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat Indonesia. Namun bukan berarti tradisi dan budaya yang telah ada
hilang begitu saja. Berkenaan dengan itu, maka perlu ditegaskan bahwa
unsur-unsur budaya lokal yang dapat menjadi sumber hukum Islam ialah
Yaitu tidak ada unsur yang bertentangan dengan dalil syara‟ yang dilarang.
pemikiran dan sikap manusia. Oleh karena itu, bagaimana hukum Islam
merupakan warisan bangsa yang tidak ternilai harganya, karena itu menjadi
Ruwatan menurut bahasa Jawa berarti “lepas” yang bermakna lepas dari
Supaya rambut gimbal nya tidak akan tumbuh gimbal lagi. Anak-anak
gembel tersebut sering disebut anak sukerta (diganggu). Anak sukerta adalah
anak yang dicadangkan menjadi mangsa dari Bathara kala. Agar kembali
menjadi anak yang wajar maka harus disucikan dan dibersihkan gimbalnya.
Ruwatan. Rambut ini muncul pertama kali disertai demam tinggi dan
menggigau (ngrumil) merupakan bahasa Dieng saat tidur. Gejala ini baru
berhenti dengan sendirinya ketika rambut sang anak menjadi kusut (gimbal)
dan menyatu antara yang satu dengan lainnya, menyerupai rambut orang-
gimbal ini merupakan keturunan orang pertama yang hidup di dataran tinggi
Dieng yaitu Kyai Kolodete, bagi mereka anak gimbal adalah anak titipan
namun tidak semua anak Dieng berambut gimbal. Hanya mereka yang terpilih
Ada juga yang percaya rambut gimbal merupakan bala‟/ bencana sehingga
anak yang telah dipotong rambut gimbalnya dipercayai akan tumbuh menjadi
anak baik panjang umur, dan banyak rezeki. Sebaliknya jika tidak dicukur,
dia akan tumbuh menjadi anak nakal dan selalu mengalami masalah, oleh
karena itu ruwatan pemotongan rambut gimbal menjadi tradisi yang sejak
terkadang aneh dan tidak masuk akal (irasional), akan tetapi bagaimanapun
juga hal ini merupakan hak asasi kepercayaan setiap orang. Anak yang
yang sering diluar dugaan, anak-anak gimbal ini belum akan dipotong
rambutnya sampai anak tersebut meminta dengan sendirinya atau atas inisiatif
dari orang tua dengan terlebih dahulu ditannya permintaan anak gimbal.
Kemudian sang anak akan mengatakan permintaannya, dan permintaan ini
pun sering diluar dugaan orang tuanya seperti minta telur satu keranjang,
minta tikus, minta gethuk, dan sebagainya. Dan permintaan ini tidak akan
berubah dari sejak pertama dia bicara sampai ketika akan dilakukan ruwatan
pemotongan. Hal ini nampaknya aneh tapi itulah kenyataan yang ada. Anak
gimbal tidak terlahir gimbal namun tumbuh pada usia 2-5 tahun, gejala awal
yang muncul anak panas antara 1-2 minggu tidak kunjung sembuh, setelah
beberapa hari kemudian akan tumbuh gimbal pada bagian rambut kepalanya.
Dan jika rambut itu dipotong sewaktu-waktu tanpa melalui prosesi ruwatan
menggunakan cara islam yang sedikit digabung dengan adat jawa dengan
jajanan pasar) yang nantinya semua itu akan dimakan bersama oleh
pengunjung. Iringan solawat atau rebana, pengajian dan doa-doa tolak bala
sholawat atau rebana kemudian dibuka dengan sambutan oleh salah satu
jajanan pasar, pembawa bucu robyong (nasi tumpeng di tusuki jajanan pasar),
masyarakat dan keluarga anak yang diruwat, kesenian liong (naga), dan
masyarakat Sembungan. Namun bagi orang luar, peristiwa ini adalah sesuatu
yang aneh, unik, dan mungkin sulit diterima dengan logika. Yang jelas, anak-
anak gimbal ini ibarat menjadi “raja” yang akan dikabulkan semua
rambut gimbalnya”.
pemotongan rambut anak Gimbal dengan tujuan untuk keselamatan dari anak
yang akan diruwat, di dalam Islam sendiri Slametan (doa, ucapan pernyataan
kurang satu apapun) bertujuan untuk menghindarkan suatu hal yang tidak di
inginkan atau dengan kata lain untuk meminta keselamatan dan kesehatan
dalam suatu acara selametan (doa, ucapan pernyataan dan sebagainya yang
sholawat. Barang siapa yang membaca sholawat untuk nabi, maka akan
ini juga menunjukkan bahwa adat itu mencakup persoalan yang amat luas,
pemikiran yang baik dan yang buruk. Adat juga bisa muncul dari sebab alami,
seperti cepatnya seorang anak menjadi baligh di daerah tropis, disamping itu
adat juga bisa muncul dari hawa nafsu dan kerusakan akhlak, seperti korupsi,
„urf menurut ulama ushul fiqh Mushtafa Ahmad al-Zarqa dalam buku Haroen
(1996:138) adalah:
kepada selain Allah terhadap sesuatu hal itu termasuk kemusyrikan yang
ِ ًَّكَإِذ
َ تَفَِإن ِ ِ وٍلَتَ ْدع َِمن
َاَم َن َ ضُّرَكَفَِإ ْنَفَ َع ْل
ُ َك ََوٍلَي َ َدونَاللَّو
َ َُماٍَلَيَْن َفع ُ ْ ُ َ
ََ الظَّالِ ِم
َََََي
“Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat
memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu,jika kamu
berbuat (hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk
orang-orang yang dhalim (musyrik).” (QS. Yunus: 106).
ََ ِاىل
َََََََََََََََََََََََََََََََََََي ِ َاْل
َْ َع ِن
َ ض
ِ ِ
ْ ُخذَالْ َع ْف َو ََوأْ ُم ْرَبِالْعُْرف ََوأ َْع ِر
ََََ
“Berikanlah maaf dan perintahkanlah mengerjakan ma‟ruf dan
berpalinglah dari orang-orang jahil / bodoh” (QS. Al-A‟raf: 199)
B. RUMUSAN MASALAH
muncul?
C. TUJUAN
Kejajar, Wonosobo.
Wonosobo.
D. MANFAAT
1. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti , untuk mengetahui bagaimana dan apa saja yang ada
Wonosobo.
b. Bagi ilmu hukum untuk mengetahui adakah hal-hal yang tidak sesuai
yang berlaku dalam syariat Islam dan melestarikan kebudayaan yang telah
ada.
2. Manfaat Teoritis
E. PENEGASAN ISTILAH
2. Hukum : Peraturan yang dibuat oleh suatu kekuasaan/ adat yang dianggap
berlaku oleh dan untuk orang banyak( Kamus besar bahasa Indonesia,
1976:363)
3. Islam : Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW( kamus besar
bahasa indonesia,1976:388)
4. Prosesi : Pawai atau perarakan dengan upacara( kamus besar bahasa
indonesia,1976:769)
5. Adat : aturan (peraturan dsb) yang lazim diturut atau dilakukan sejak
8. Gimbal : adalah lebat dan tidak teratur (kamus besar bahasa indonesia
http://ebsoft.web.id)
F. TINJAUAN PUSTAKA
Adat memanglah sesuatu yang sudah ada dan tidak dapat dihilangkan.
Yang lahir secara turun-temurun dari para leluhur. Seperti dalam kaidah adat
Hukum Islam (di kelurahan kangkung kecamatan Teluk Betung selatan kota
bandar lampung) skripsi yang ditulis oleh Riki Dian Saputra UIN Syarif
budaya dan agama, karena dengan melaksanakan ruwatan laut tersebut ada
dilaksanakan.
masyarakat Gemurung yang biasa diadakan setahun sekali dalam bulan ruwah
yang telah menjadi tradisi sejak lama di desa tersebut. Pada dasarnya upacara
dalam ajaran Islam karena sabagian dapat lebih mendekatkan diri kepada
Allah karena telah diberi rizki dan menjadikan desanya sejahtera tentram
bahwa upacara Ruwah Desa yang mereka lakukan hanyalah niat untuk
sedekah kepada Allah agar desanya terhindar dari bahaya dan tidak terdapat
unsur syirik, khurafat ataupun tahayul. Karena dalam upacara tersebut diisi
sholawat.
Dengan demikian, upacara Ruwatan Desa di desa Gemurung tidak
bagaimana asal mula tradisi ruwatan cukur anak gimbal di Desa Dieng.
Dijelaskan juga bagaimana prosesi ruwatan serta makna upacara ruwatan bagi
G. Metode Penelitian
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Dari pengertian tersebut, sudah
tentu sesuai dengan judul yang telah ada ini, peneliti akan berada pada
latar yang alamiah sehingga metode yang akan digunakan adalah dengan
dokumen.
2. Kehadiran Peneliti
4. Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari
yang menunjang. Data yang peneliti gali berasal dari unsur-unsur yang
a. Observasi Langsung
acara.
b. Wawancara
masyarakat.
c. Dokumen
6. Analisis Data
7. Keabsahan Data
data:
a. Triangulasi Sumber
informan satu dengan yang lain yang diwawancara dan dari sini
b. Triangulasi metode
8. Tahap-tahap Penelitian
penelitian
H. Sistematika Penulisan
masalah yang berbeda. Akan tetapi, hal itu merupakan satu kesatuan
sebagai beriku:
memberikan gambaran objek kajian secara umum. Pada bab ini akan
menjadi latar belakang ritual adat ruwatan rambut gimbal serta fiqh
deskripsi yang ada pada bab tiga, tidak lain merupakan hasil dari
ulama ushul fiqh Mushtafa Ahmad al-Zarqa dalam buku Haroen (1996:138)
adalah:
adat lebih umum dari „urf. Suatu „urf, menurutnya harus berlaku pada
tertentu dan „urf bukanlah kebiasaan alami sebagaimana yang berlaku dalam
acara-acara khusus.
dengan dalil-dalil syara‟ dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syara‟.
Dari berbagai kasus „urf yang dijumpai para ulama ushul fiqh
َّ َََم
1. ٌكم َة َ ُالع َّادة
َ
َ
Adat kebiasaan itu bisa menjadi hukum
2. كنََِة
ِ ٍلَي ْن َكرَتَغَيُّراْألَحكاَِمَبِتَ غَُِّْياْأل َْزِمنَ ِةَواْألَم
ْ َ َ ُ ُ ُ
Tidak diingkari perubahan hukum disebabkan perubahan zaman dan
tempat.
4. ِّ تَباَِلن
ََّص ِ الشَّابِتَباِلْعر
ِ ِفَ َكاَلشَّاب
ُْ ُ
Yang ditetapkan melalui „urf sama dengan yang ditetapkan melalui nash
(ayat atau hadis)
Syarat-syarat ‘Urf
„urf dapat dijadikan sebagai salah satu dalil dalam menetapkan hukum
perbuatan dan ucapan berlaku secara umum. Artinya, „urf itu berlaku
hukumnya itu muncul. Artinya, „urf yang akan dijadikan sandaran hukum
itu lebih dahulu ada, sebelum kasus yang akan ditetapkan hukumnya.
3. „Urf itu tidak bertentangan dengan yang diungkapkan secara jelas dalam
suatu transaksi. Artinya dalam suatu transaksi apabila kedua belah pihak
yang dikandung nash itu tidak bisa diterapkan. „urf seperti ini tidak bisa
dijadikan dalil syara‟, karena kehujjahan „urf bisa diterima apabila tidak
Legalitas Al-‘Urf
dianggap sebagai salah satu sumber hukum syariat. Mereka bersandar pada
2. Hadits Rasulullah SAW, “Apa yang dilihat kaum muslimin baik maka ia
juga baik di sisi Allah”. Hadits ini menunjukkan bahwa setiap yang
dianggap baik oleh kaum muslimin maka hal itu juga baik di sisi Allah dan
jika memang begitu maka wajib diamalkan dan dijadikan sandaran hukum.
kepada pembunuhan yang tidak disengaja. Selain itu, Islam juga telah
sesuatu yang sudah menjadi adat kebiasaan mereka karena sama artinya
tidak terjatuh dalam jurang ini, kita harus mengakui adat kebiasaan mereka
(Khalil,2009:169)
B. Ruwatan merupakan bagian dari Tafa’ul
lawan dari Tafa‟ul adalah Tafaum yang artinya pesimis, dan Tafaum
dilarang dalam Islam. Tafa‟ul telah dijelaskan dalam hadis Nabi SAW.
suatu ucapan yang baik. Contohnya ada seorang yang sakit, lalu kawannya
datang dan menziarahinya. Ketika hendak masuk, kawan itu berkata: “Ya
panggilan itu ia menaruh keyakinan dalam hatinya bahwa ia akan sehat atau
selamat. Menaruh keyakinan atau harapan seperti ini disebut al-Fa‟l atau at-
Tafa‟ul.
Allah setiap saat.Contoh hadis Nabi tentang Tafa‟ul yaitu Hadis riwayat Abu
Qatadah:
gimbalnya yang hanya bersifat simbolis, mengharap yang baik untuk masa
yang akan datang. Namun jika beranggapan dengan niat memotong rambut
gimbal akan membuang bala‟ bencana atau sial maka termasuk musyrik.
contohnya bala hilang dan tersingkir dari si anak. Sial ataupun beruntung
itu datangnya hanya dari Allah Ta‟ala, maka mestinya meminta hanya
nasib buruk karena melihat burung, binatang dan lainnya, atau apa saja.
(http://www.arrahmah.com/news/2014/10/24/ruwatan-dan-bahayanya-bagi-
aqidah-islam.html)
2. tidak berlawanan dengan maksud syar‟iat atau salah satu dalilnya yang
sudah dikenal.
masyarakat.(Hanafie,1993:144)
Bukhari Muslim).
2. Membaca Sholawat
membaca sholawat untuk nabi, maka akan menjadi cahaya nanti di hari
akhir.
3. Bersedekah
4. Membaca doa-doa
ََََََََََََََََََإذاَملَيستحلها,وٍلَنكفرَمسلماَبذنبَمنَالذنوبَوإنَكانتَكبْية
َ َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ
“kita tidak mengkafirkan orang muslim, meskipun melakukan dosa.
Meskipun dosa besar, selama tidak menghalalkan dosa itu”.(Alkidah
Wal ilmu Kalam:621).
Sebagai berikut(Zakariya:565)
bersabda “Barang siapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kafir
“Saya berpegang pada kitab Allah, jika tidak saya mengambil sunah
rasulullah SAW, jika tidak aku dapati juga dikitab Allah dan sunnah
rasulnya, saya mengambil pendapat sahabat yang aku kehendaki dan
meninggalkan pendapat yang tidak aku kehendaki pula”.
selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan
hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain
berhak, yakni Allah, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
ِ بَأ َْعظَم
ََعْن َد ِ َْالذن
َّ َيُّ أَ م ََّعلَْي ِو ََو َسل و َّصلَّىَالل َ ِ
َِّبن َال ت ل
َْأ س : َ
ال
َ ق
َ َ ِ َّعنَعب ِدَالل
و
ُ َ َ ُ َ َّ ُ َ َْ ْ َ
ِ ِ ِ َْ َ"َأَ ْن:َاللََِّو ؟ َقَ َال
ََ)ََ"َ(رواهَالبخاريَوَمسلم...َك َ َخلَ َق َ ََت َع َلَللَّوَند
َ ًّاَوُى َو
Dari Abdullah ia berkata : Saya telah bertanya kepada Rasulullah
saw. dosa apakah yang lebih besar menurut Allah ? Beliau menjawab :
“Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dial ah yang
menciptakanmu” (HR. Bukhari dan Muslim )
syirik dimasukkan ke dalam tiga kelompok, yaitu Syirik besar dan Syirik
meninggal dunia dan belum bertaubat kepada Allah. Syirik besar adalah
kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah, yang
Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan
syirik kecil. Sehingga syirik dapat dibagi menjadi dua jenis syirik besar
yang terkait dengan keyakinan hati, dan syirik kecil yang terkait dengan
(http://abufathirabbani.blogspot.co.id/2012/11/syirik-pengertian-sebab-sebab-dan-
jenis.html)
hadis yang ditulis oleh Drs. Muslich Shabir adalah sebagai berikut
(Sabir,1986:171,173,174).
ِ
ََََصليَّ ُر َّ َِعنٌوَُاَ َّنَلن
َ ََِّبَصلىَاهللَعلوَوسيلمَكاََ َنٍَلَيَت َ َُع ٌَنَبَُريٌ َد َة ََرض َىَاهلل
َََََََََََََََ
“Dari Buraidah ra. Bahwasanya “Nabi Saw tidak pernah merasa
sial dengan sesuatu apapun” ( Riwayat Abu Daud).
Kamus Bahasa Inggris Indonesia yang dikutip oleh Roqib kata harmoni
berasal dari bahasa Inggris harmonius yang berarti rukun, seia sekata.
semua interaksi sosial berjalan secara wajar dan tanpa adanya tekanan-
menghormati orang tua dan pimpinan, ojo ngono ora ilok (jangan
begitu tidak baik), tidak baik dinyatakan dengan ora ilok, menunjukkan
bahwa ada kesan sakral, dan masih banyak istilah yang dipakai oleh
membuat nasi golong (nasi putih yang dibentuk bulatan seukuran bola
berupa ikan, itu berarti kita harus terus menerus melestarikan tumbuhan
melestarikan laut dan sungai agar tetap menjadi sumber kehidupan bagi
bagi anak atau orang yang kehadirannya di dunia ini dianggap tidak
Apabila hal itu terjadi atau dilakukan, anak atau orang itu diancam akan
dimakan Batara Kala. Hal lain yang perlu diruwat adalah jika seseorang
kepada Tuhan agar selamat dari bahaya dan sehat (waras) dari segala
manusia dengan alam, baik alam fisik maupun alam nonfisik. Terkait
terhadap tradisi lama yang baik. Keserasian dengan tradisi lokal ini
memiliki posisi penting bagi orang Jawa. Hal ini juga ditunjukkan oleh
para wali, Meski Sunan Kalijaga menjadi anggota Wali Songo, tetapi
dia tetap berpakaian ala Jawa. Sunan tidak menggunakan jubah atau
bajunya sendiri yang disebut baju takwa (yaitu baju pas model Jawa
dengan kerah tegak dan panjang). Dengan kreasi seperti inilah Sunan
telah berkolaborasi dengan budaya Jawa dan menjadi Islam Jawa yang
yang memiliki kearifan lokal (local wisdom) yang tidak akan dibongkar
wal-k
BAB III
Dieng berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “di” yang artinya tempat
yang tinggi dan “hyang” yang berarti kahyangan. Maka Dieng bisa berarti
Terletak diatas ketinggian 2.093 DPL, mempunyai udara yang sejuk dengan
suhu antara 10-15º C. Dieng juga dapat diartikan dalam bahasa Jawa “adi tur
Aeng‟‟ yang artinya indah dan unik, dimana Dieng mempunyai kelebihan dan
Sembungan.
Terong belanda. Selain hasil pertanian, wisata Sunrise Sikunir juga menjadi
salah satu daya tarik sendiri bagi wisatawan. Disana kita dapat melihat
indahnya matahari terbit dari bukit Sikunir secara langsung. Selain itu, juga
rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Untuk tahun 2015 ini
Batas Wilayah
Kondisi Geografis
Kondisi Demografis
Jumlah Penduduk : 1354 jiwa
2. Telaga Cebong
4. Telaga Warna
6. Kawah Sikidang
7. Gunung Prau
8. Telaga Menjer
Ketua Rw II
Ketua Rw 1 Dusun Dusun
Sembungan Sembungan
FATKHUROHMAN MAHPUL
Ketua Rt 4
H. IBNU HAJAR
Ketua Rt 1
A. NASRUN
Ketua Rt 5
ZAENAL
Ketua Rt 2
KHOIRI
Ketua Rt 6
A. KOSIM
LEMBAGA Ketua Rt 7
Ketua Rt 3 MASYARAKA GIYANTO
A. SUDDIN T
C. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
mendirikan home stay atau penginapan bagi para wisatawan. Bahkan juga
uap kawah yang ada. Desa Sembungan juga mempunyai kebudayaan khas
satunya terjalin sangat erat dan masih bersifat kekeluargaan. Mereka masih
Dalam hal pertanian yang dahulu mereka hanya jalan kaki dan
sendiri sudah ada SD dan SMP yang berupa sekolah Islam. Karena di
Sembungan sendiri masyarakatnya lebih mengepentingkan masalah
namun bagi mereka beranggapan pada akhirnya mereka juga akan menjadi
di masyarakat Sembungan.
rasional. Salah satu ritual yang masih dipegang masyarakat seperti ruwatan
Sembungan sendiri berasal dari nama pendiri desa Sembungan yaitu Mbah
Adam Sari atau lebih populer dengan sebutan Mbah Sembung, sehingga
nama beliau dijadikan nama Desa Sembungan. Awal mula ruwatan tidak
lepas dari salah satu dari tiga orang kyai yaitu Kyai Walik, Kyai Karim,
sebagai seorang yang sakti dan mempunyai ciri khas rambutnya yang
gimbal atau gembel. Di daerah Tinggi Dieng ini banyak anak kecil yang
dataran tinggi Dieng dan sekitarnya hingga lereng barat gunung Sindoro
(diganggu).
Bathara kala. Agar kembali menjadi anak yang wajar maka harus
bahasa Jawa yang berarti “lepas” yaitu lepas dari karakter anak gimbal
dimakan oleh Bathara kala. Upacara Ruwatan rambut gimbal di Dieng ini
bencana.
Seperti dalam upacara ini terdapat jajan pasar, bucu, dan ingkung sebagai
akan terbebas dari sesuker yang dititipkan oleh Kyai Kolodete. Dan
masyarakat Sembungan.
E. Rangkaian Prosesi Ruwatan
1. Pra Acara
Kirab Budaya Kelompok kesenian dan anak yang akan diruwat start dari
melakukan ruwatan.
2. Prosesi Ruwatan
1. Sholawat Rebana
Sesampainya di telaga cebong tempat melakukan prosesi
tokoh masyarakat.
penitia pelaksana.
5. Larungan
7. Pentas Kesenian
3. Ketua DPRD
4. Dandim Wonosobo
5. Kapolres Wonosobo
9. Sekretaris Daerah
1. Kesenian Thek-thek
Makna yang terkandung dalam simbol ini adalah bahwa hidup selalu
5. Pembawa Bebana
6. Pasukan Tombak
menjadi kesemangatan.
9. Kelompok anak-anak
Banjarnegara:
Iringan solawat atau rebana, pengajian dan doa-doa tolak bala (bencana)
jajan pasar) dan jajanan pasar dari warga sekitar secara bersama-sama.
yang telah dicukur dibungkus kain putih lalu dilarung di telaga warna
Salah satu ritual yang masih dipegang masyarakat seperti ruwatan anak
yang normal, selain itu si anak yang dicukur rambutnya agar memperoleh
Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal dalam Perspektif Fiqh Imam Abu Hanifah
Ruwatan menurut bahasa Jawa berarti “lepas” yang bermakna lepas dari
Supaya rambut gimbal nya tidak akan tumbuh gimbal lagi. Dalam
keturunan orang yang pertama hidup dan melakukan babat alas di dataran
Wonosobo, selain beliau ada juga mbah Kyai Karim, dan mbah Adam Sari.
lereng barat gunung Sindoro dan gunung Sumbing diyakini keturunan Kyai
Bathara kala. Agar kembali menjadi anak yang wajar maka harus disucikan
itulah yang dinamakan Ruwatan. Ada juga yang percaya bahwa anak rambut
dicukur dia akan menjadi anak nakal dan selalu mengalami masalah. Dalam
tradisi kejawen atau lokal dengan nilai-nilai Islam. Seperti dalam upacara ini
terdapat jajan pasar, bucu, dan ingkung sebagai perlengkapan ruwatan yang
menggambarkan sebagai tradisi lokal dan nilai-nilai Islam nya terdapat pada
ruwatan.
Dieng Banjarnegara:
Iringan sholawat atau rebana, pengajian dan doa-doa tolak bala (bencana)
rebana kemudian dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara.
Telaga Cebong, permintaan anak dipenuhi dan rambut siap dipotong. Doa-
dilarung ditengah Telaga Cebong, dengan iringan sholawat Nabi dan musik
tumpeng nasi putih di atasnya ditancapkan jajan pasar) dan jajanan pasar dari
warga sekitar secara bersama-sama. Kemudiaan dimeriahkan oleh pawai
seperti di goa sumur, prosesi cukur rambut gimbal dilengkapi dengan sesajen,
doa, tokoh spiritual mengasapi kepala si anak dengan kemenyan, dan barulah
yang sejak dulu terus dipertahankan sampai sekarang dengan berbagai model
ruwatan, maka anak Gimbal tadi akan menjadi Gimbal seperti semula, jadi
bagi orang lain yang tidak bisa harus selalu dinalar dan dimasukkan logika.
atau rebana kemudian dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana
iringan Sholawat Nabi dan musik rebana. Kegiatan terakhir adalah makan
Bucu Robyong (nasi tumpeng yang ditusuki dengan jajanan pasar) dan jajanan
selain itu si anak yang dicukur rambutnya agar memperoleh keberkahan dan
kesehatan. Mashlahah dan tradisi Islam yang terdapat dalam ruwatan rambut
gimbal diantarannya:
2. Membaca Sholawat
membaca sholawat untuk nabi, maka akan menjadi cahaya nanti di hari
akhir.
3. Bersedekah
Tawakaltu allallah.
Menurut kepercayaan masyarakat Sembungan, mereka memaknai
dari suatu tindakan tersebut yang disebut dengan Tafa‟ul. Berbeda dengan
kejawen kentungan hari tertentu dan tanggal-tanggal, hal ini sama halnya
keuntungan, sedangkan dalam Islam, tidak ada seperti itu, karena dalam
Islam setiap hari itu bagus, setiap waktu juga baik. Apalagi hari yang
Salah satu hal yang telah hilang dari ruwatan rambut Gimbal di desa
ingkung dan jajan pasar yang dimaksud sebagai sedekah dari orang yang
masih terdapat budaya Jawa, yang artinya ada Akulturasi percampuran dua
sebagaimana adat budaya Islam. Yang mana tradisi dan budaya merupakan
kekayaan warisan bangsa yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu
Jajan Pasar, Bucu dan Ingkung itu semua merupakan sedekah atau
Selametan dari orang yang mempunyai hajat untuk meruwat anaknya yang
zat yang Maha pemberi rezeki, yang Maha kaya menjamin terjaganya
rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin kikir kita akan semakin
jauh kita dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya.
kita membuat wasilah dengan membaca sholawat. Barang siapa yang mau
membaca sholawat untuk nabi, maka akan menjadi cahaya nanti diyaumul
nanti dia dewasa dan membutuhkan suatu hal kebersihan secara Jisim yang
artinya mensucikan diri. Seperti telah dijelaskan pada hadis berikut ini:
arti, hanya sebagai simbolik saja. Artinya segala doa-doa yang dibaca juga
doa-doa mohon keselamatan pada Allah. Dngan tujuan anak gimbal tadi
sekali. Berbeda antara dengan orang kejawen, ketika ruwatan juga harus
adanya kenutungan hari dan tanggal tertentu, berarti sama seperti dengan
sedangkan dalam Islam, tidak ada perhitungan seperti itu, karena dalam
Islam setiap hari itu bagus, dan setiap waktu juga baik. Apalagi hari yang
tradisi lama yang baik. Keserasian dengan tradisi lokal ini memiliki posisi
penting bagi orang Jawa. Hal ini juga ditunjukkan oleh para wali, Meski
Sunan Kalijaga menjadi anggota Wali Songo, tetapi dia tetap berpakaian
ala Jawa. Sunan tidak menggunakan jubah atau surban. Sunan tetap
yang disebut baju takwa. Yaitu baju pas model Jawa dengan kerah tegak
kebudayaan yang memiliki kearifan lokal (local wisdom) yang tidak akan
(akhlaq wal-karimah).
C. Prosesi Ruwatan Rambut Gimbal dalam Perspektif Fiqh Imam
Abu Hanifah
lawan dari Tafa‟ul adalah Tafaum yang artinya pesimis, dan Tafaum
dilarang dalam Islam. Tafa‟ul telah dijelaskan dalam hadis Nabi SAW.
:ََلَاَهللَِصلىَاَهللَعلىوَوسلم
ُ َل ََر ُس ْو
َ ََقا:ََل
َ ََعْنوَُقا ِ ٍ َعنَاََن
َ ُس ََرض َىَاهلل َْ
terdengar suatu ucapan yang baik. Sama hal nya dengan ruwatan, orang-
saja, mengharap yang baik untuk masa yang akan datang, seperti bala
masa yang akan datang. Dengan demikian bagi orang yang belum
terasa tidak masuk akal atau irasional. Dari adanya tindakan Irasional tadi
maka belum tentu musyrik. Karena kita tidak bisa langsung mengatakan
selain Allah.
Ruwatan itu ada yang menyebutnya adat, ada pula yang menilainya
sebagai kepercayaan. Islam memandang, adat itu ada dua macam, adat
yang mubah (boleh) dan adat yang haram. Sedang mengenai keyakinan
misalnya jika rambut tidak dipotong hidupnya akan celaka. Karena hal
َضلِ ِو
ْ الَر َّادَلَِف ٍ ِ ِ ُ ِفَلَوَُإ
َ ٍَلَى َو ََوإ ْنَيُِرْد َكَِبَْْيَف
ِ
ُ ِكَاللَّوَُب
َ ضٍّرَفَالَ َكاش َْ َوإِ ْنََيَْ َس
َس
َيم ِ َّ َعب ِادهَِوىوَالْغَ ُفور
ِ ِ ِِ ص ِ
ُ َالرح ُ َ ُ َ َ َم ْنَيَ َشاءَُم ْن
َ يبَبو
ُ ُي
“Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya selain Dia; sedang jika Allah
menghendaki untukmu sesuatu kebaikan, maka tidak ada yang dapat
menolak karunia- Nya… Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”(QS.Yunus: 107).
terbuang sialnya. Sial ataupun beruntung itu datangnya hanya dari Allah,
selain Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah atau mendekatkan diri
baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain
Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan
selain Allah.
bahwa:
ََََََََََََََََََإذاَملَيستحلها,وٍلَنكفرَمسلماَبذنبَمنَالذنوبَوإنَكانتَكبْية
َ َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ
“kita tidak mengkafirkan orang muslim, meskipun melakukan dosa.
Meskipun dosa besar, selama tidak menghalalkan dosa itu”.(Alkidah
Wal ilmu Kalam:621).
perbuatan orang muslim. Meskipun dia melakukan dosa besar, dia tetap
tidak boleh dihukumi kafir. Hanya dihukumi dia berdosa. Selama dia
yang melakukan dosa itu tidak menghalalkan dosa tersebut. Namun jika
bala‟ bencana atau sial maka termasuk musyrik. contohnya bala‟ hilang
dan tersingkir dari si anak. Sial ataupun beruntung itu datangnya hanya
dari Allah Ta‟ala, maka mestinya meminta hanya kepada Allah, bukan
atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang dan lainnya,
“Saya berpegang pada kitab Allah, jika tidak saya mengambil sunah
rasulullah SAW, jika tidak aku dapati juga dikitab Allah dan sunnah
rasulnya, saya mengambil pendapat sahabat yang aku kehendaki dan
meninggalkan pendapat yang tidak aku kehendaki pula”.
2. tidak berlawanan dengan maksud syar‟iat atau salah satu dalilnya yang
sudah dikenal.
masyarakat.(Hanafie,1993:144)
2. Membaca Sholawat
hari akhir.
3. Bersedekah
„Urf dapat dijadikan sebagai salah satu dalil dalam menetapkan hukum
1. „Urf itu baik yang bersifat khusus dan umum maupun yang bersifat
perbuatan dan ucapan berlaku secara umum. Artinya, „urf itu berlaku
hukum itu lebih dahulu ada, sebelum kasus yang akan ditetapkan
hukumnya.
belah pihak telah menentukan secara jelas hal-hal yang harus dilakukan.
4. „Urf itu tidak bertentangan dengan nash, sehingga menyebabkan
hukum yang dikandung nash itu tidak bisa diterapkan. „urf seperti ini
tidak bisa dijadikan dalil syara‟, karena kehujjahan „urf bisa diterima
dihadapi.
ruwatan sudah menjadi tradisi atau suatu kebiasaan yang dilakukan oleh
b. Adat tersebut dapat diterima oleh akal sehat dan bisa memberi
manfaat.
sholawat karena barang siapa yang mau membaca sholawat untuk nabi,
maka akan menjadi cahaya nanti di yaumul qiyamah atau hari akhir.
yaitu sama-sama meminta kepada Tuhan agar selamat dari bahaya dan
sehat (waras) dari segala penyakit. Tujuan lain adalah untuk menjaga
keserasian manusia manusia dengan alam, baik alam fisik maupun alam
terhadap tradisi lama yang baik. Keserasian dengan tradisi lokal ini
memiliki posisi penting bagi orang Jawa. Hal ini juga ditunjukkan oleh
para wali, meski Sunan Kalijaga menjadi anggota Wali Songo, tetapi
dia tetap berpakaian ala Jawa. Sunan tidak menggunakan jubah atau
bajunya sendiri yang disebut baju takwa (yaitu baju pas model Jawa
dengan kerah tegak dan panjang). Dengan kreasi seperti inilah Sunan
PENUTUP
A. Kesimpulan
ada juga mbah Kyai karim, dan mbah adam sari (Jaka Sembung). Ruwatan
rambut yang normal dan untuk meminta keselamatan. Bagi yang tidak
maka anak akan sakit-sakitan dan rambut akan tumbuh gimbal lagi. Jadi
sholawat atau rebana kemudian dibuka dengan sambutan oleh salah satu
dilarung ditengah Telaga Cebong, dengan iringan sholawat Nabi dan musik
rebana. Kegiatan terakhir adalah makan Bucu Robyong (nasi tumpeng yang
ditusuki dengan jajanan pasar) dan jajanan pasar dari warga yang
“Saya berpegang pada kitab Allah, jika tidak saya mengambil sunah
rasulullah SAW, jika tidak aku dapati juga dikitab Allah dan sunnah
rasulnya, saya mengambil pendapat sahabat yang aku kehendaki dan
meninggalkan pendapat yang tidak aku kehendaki pula”.
mengharap yang baik untuk masa yang akan datang. Namun jika
bala‟ bencana atau sial maka termasuk musyrik. contohnya bala hilang
dan tersingkir dari si anak. Sial ataupun beruntung itu datangnya hanya
dari Allah Ta‟ala, maka mestinya meminta hanya kepada Allah, bukan
atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang dan lainnya,
Ruwatan itu ada yang menyebutnya adat, ada pula yang menilainya
sebagai kepercayaan. Islam memandang, adat itu ada dua macam, adat
yang mubah (boleh) dan adat yang haram. Adanya keyakinan atau
misalnya jika rambut tidak dipotong hidupnya akan celaka. Karena hal
yang lain misalnya Bhatara Kala, hingga meyakini jika dengan diadakan
ruwatan maka dapat terhindar dari mangsa Bhatara Kala atau terbuang
sialnya. Sial ataupun beruntung itu datangnya hanya dari Allah, maka
sudah semestinya meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selain-
B. Saran-saran
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi ilmu hukum untuk mengetahui adakah tradisi hal-hal yang tidak
Hanifah.
DAFTAR PUSTAKA
Segara.
Daymon, Cristine. 2002. Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relation dan
Giri, Wahyana. 2009. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Jamil, Abdul. 2002. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Rosdakarya.
Sarasin.
Roqib, Moh. 2007. Harmoni Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roibin. 2009. Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer: Malang: UIN
Malang Press.
Soekanto dan Soerjono. 2002. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Penerbit Alumni.
Shabir, Muslich. 1986. 400 Hadis Pilihan tentang akidah, syari‟ah, dan akhlak.
Bandung: PT Alma‟arif.
Persada.
http://ebsoft.web.id.
digilib. Uinsby.ac.id/896/2/Bab%20/pdf.
digilib.uinsby.ac.id/1/240/4/bab 1/pdf.
Cabiklunik.blogspot.co.id/2011/07/buku-kajian-agama-dalam-perspektif-html.
Makalah-perkuliahan-blogspot.co.id/2012/07/hukum-adat-sebagai-aspek-
kehidupan-html.
(http://www.arrahmah.com/news/2014/10/24/ruwatan-dan-bahayanya-bagi-
aqidah-islam.html)
(http://abufathirabbani.blogspot.co.id/2012/11/syirik-pengertian-sebab-sebab-dan-jenis.html)
(https://rumaysho.com/2248-beranggapan-sial-berbau-syirik.html)
Daftar Pertanyaan Wawancara
umumnya?
berlangsung?
6. Apa yang terjadi jika tidak diadakan ruwatan terhadap anak berambut gimbal?
9. Apa makna dari nilai-nilai Islam yang terdapat di dalam tradisi tersebut?
NIM : 21111034
Agama : Islam
Penulis,