OLEH :
FEBRI IKA SAFITRI, S.Kep
NIM. 183.0042
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners
OLEH :
FEBRI IKA SAFITRI, S.Kep
NIM. 183.0042
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
Ners.
bukan hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari
berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya
penulisan, oleh karena itu paada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, yang telah memberikan ijin dan lahan
Tuah Surabaya
3. Bapak Ns. Nuh Huda, M. Kep., Sp. Kep.MB., selaku Kepala Program
yang dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
5. Bapak dan ibu dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah
nilai dan makna dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT
membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik
semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................
iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................
iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
xi
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................……...
1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................
4
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................
5
1.5 Metode Penulisan..............................................................................................
6
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................
7
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................
82.............................................................................................................................
4.1 Pengkajian.........................................................................................................
82
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
89
4.3 Perencanaan.......................................................................................................
93
4.4 Implementasi....................................................................................................
93
4.5 Evaluasi.............................................................................................................
95
BAB 5 PENUTUP................................................................................................
98
5.1 Simpulan............................................................................................................
98
5.2 Saran.................................................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
100
DAFTAR TABEL
Laboratorium....................................................
Obat................................................................
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1 CV........................................................................................103
Lampiran 2 SPO tensi..............................................................................103
Lampiran 3 SPO mengukur nadi..............................................................105
Lampiran 4 SPO mengukur suhu.............................................................106
Lampiran 5 SPO RR.................................................................................107
Lampiran 6 SPO injeksi............................................................................108
Lampiran 7 SPO relaksasi.........................................................................110
Lampiran 8 SPO kompres hangat..............................................................112
Lampiran 9 Hasil pemeriksaan..................................................................114
9
BAB 1
PENDAHULUAN
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
CVA bleeding adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir. Penyebab CVA bleeding
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
perdarahan di suatu bagian otak. Pasien yang menderita CVA bleeding akan
mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung dari histologi, tipe, dan
lokasinya. Diagnosa awal dari CVA atau yang sering dikenal dengan stroke
timbul masalah keperawatan prioritas yang ditemukan pada pasien dengan CVA
merupakan gangguan pola tidur dan defisit perawatan diri. Hasil observasi di
1
10
kepala. Orang yang menderita CVA bleeding sering tidak menyadari bahwa
nyeri kepala, kelainan pada sarafnya seperti kelemahan fisik dan penurunan
jantung. Serangan stroke lebih banyak dipicu karena hipertensi yang disebut
silent killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke
otak. Angka kejadian stroke didunia kira-kira 200 per 100.000 penduduk. Di
stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya
mengalami cacat ringan bahkan bisa menjadi cacat berat (Pudiastuti, 2011).
Untuk prevalensi CVA bleeding belum ada data. Berdasarkan data yang didapat
dari Ruang VII Saraf Rumkital dr. Ramelan Surabaya dari Januari-Juni 2019
menunjukkan bahwa dari total 412 pasien (100%) terdapat 56 pasien (13,59%)
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin,2008). Hal ini
darah di dalam otak. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicunya, antara lain
di otak sejak lahir (cacat bawaan berupa malformasi pembuluh darah arteri dan
vena).
mengatasi masalah yang dihadapi pada CVA bleeding. Seperti masalah pada
nyeri yang terjadi perawat mengajarkan teknik distraksi untuk mengatasi nyeri
pada pasien, risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif perawat berkolaborasi
yang mandiri. Langkah pertama pada pengobatan tumor serebri ialah pemberian
hebat, defisit motorik, afasia dan kesadaran yang menurun. Mekanisme kerja
menurunkankan tingkat nyeri pada pasien, risiko perfusi jaringan cerebral tidak
pasien untuk perawatan diri yang mandiri. Pengaturan posisi bagian kepala
peningkatan intrakranial agar tidak terjadi defisit neurologi yang lebih parah.
dengan latihan ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pada ekstremitas yang
tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pasien dengan CVA bleeding, untuk itu
1.3 Tujuan
Ramelan Surabaya.
13
Ramelan Surabaya.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan umum maupun khusus maka karya tulis ilmiah ini
dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti dibawah ini :
darurat dalam 6 jam pertama. Selain itu agar keluarga mampu melakukan
berkepanjangan.
yang terbaru.
1. Metode
Studi kasus adalah metode yang memusatkan perhatian pada satu objek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
a. Wawancara
Auto anmnesa yaitu data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik
dengan klien dan keluarga. Allo anamnesa yaitu wawancara antara perawat
b. Observasi
terhadap keadaan, reaksi, sikap dan perilaku klien yang dapat diamati, maupun
tidak langsung melalui kondisi aktual pasien maupun rekam medis pasien.
c. Pemeriksaan
3. Sumber data
Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari keluarg atau orang terdekat dengan pasien, catatan
2. Bagian inti meliputi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
masalah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 akan diuraikan mengenai konsep penyakit dan asuhan
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10
berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc. Otak pada
laki-laki lebih besar 10% dari perempuan dan tidak ada korelasi yang berarti
antara besar otak dengan intelejensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil (750
cc) dan ukuran otak besar (2100 cc) secara fungsional adalah sama. Otak lebih
kompleks dari batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan
sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap
harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakan energi dalam
seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Jaringan rentan dan kebutuhan oksigen dan glukosa melalui aliran
9
18
darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu,
tanpa ada masa istirahat. Bila aliran terhenti selama 10 detik saja, maka
kesadaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat
dapat merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini
berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi
impuls yang keluar dan tingkah laku. Otak terdiri dari serebrum, sereberum, dan
batang otak.
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Serebrum
19
merupakan struktur sistem saraf yang terbesar dan paling rumit. Serebrum
terdisri dari sepasang hemisfer yang tersusun dari 3 hal, yaitu korteks serebrum,
massa putih, dan gamglia basal. Korteks terdiri dari sel saraf, dan massa putih
keduanya. Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
Lobus ini terletak di fosa anterior dan memiliki 2 fungsi utama yaitu
emosi, moral dan tingkah laku etika. Fungsi aktivitas motorik diekspresikan
melalui korteks somato motorik primer, korteks premotor dan suplemen, frontal
eye field dan pusat bicara broca. Kontrol ekspresif, emosi dan moral
Lobus parietal dikaitkan untuk evaluasi sensorik umum dan rasa kecap,
lobus ini menjadi girus pascasentral, yang merupakan pusat integrasi seluruh
sensasi, lobus parietal superior dan inferior dan girus supramarginalis. Area
mempunyai dua sulkus yaitu sulkus temporalis superior dan inferior yang
membagi atas tiga girus : girus temporalis superior, medius, dan inferior. Di
permukaan atas lobus ini ada satu girus lainnya yaitu girus ransversum lobus
(Satyanegara, 2010).
Lobus oksipitalis berfungsi sebagai korteks visual. Lobus ini terdiri dari
beberapa area yang mengatur penglihatan dan juga sebagai pusat asosiasinya.
Korteks visual primer adalah pada area striata yang terletak di sekitar sulkus
(Satyanegara, 2010).
otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas.
juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau
tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya (Clark, 2005).
c. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering
timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi,
kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
1). Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf
kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata pembesaran pupil mata,
2). Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain
dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial
3). Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga
sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla
2. Pelindung Otak
Jaringan otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan
tulang belakang, serta tiga lapisan jaringan penyambung atau meningen, yaitu
piamater, arakhnoid dan duramater. Meningen adalah selaput jaringan ikat yang
dari jaringan fibrosa yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina meningialis
dan lamina endostealis terdapat spatium epiduralis yang berisi jaringan ikat
longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara durameter dan arachnoid terdapat
septum subdurale yang berisi cairan limfe. Pada encephalon lamina endostealis
melekat erat pada permukaan interior kranium, terutama pada sutura, basis
permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu sel dan membentuk 4 buah septa
lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae. Arachniod
Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang berisi
tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant.
dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi semua permukaan otak dan
medulla spinalis.
2.2.1 Definisi
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
CVA bleeding adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir. Penyebab CVA bleeding
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
kelumpuhan.
2.2.2 Etiologi
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
sehingga darah arteri langsung masuk vena menyebabkan mudah pecah dan
2.2.3 Patofisiologi
darah masuk ke dala jaringan otak membentuk massa atau hematom yang
TIK yang terjadi dengn cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon dan cerebellum. Hipertensi kronis
percabangan pemuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada
jaringan otak dipermukaan pia mater dan ventrikel otak ataupun didala ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darang keruang
meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke
afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala
darah.
20
2.2.4 Pathway
Hipertensi
Pecahnya pembuluh darah otak
Perdarahan otak
Edema serebral Penambahan massa Tekanan intrakranial meningkat
Pada serebelum Batang otak Jaringan otak hipoksia Menekan jar otak (serebrum)
Defisit motorik Oblongata Kesadaran Metabolisme Ggn fugsi motorik Ggn persepsi sensori
tertekan menurun anaerob meningkat
Gerakan tdk sinkron Kelemahan ekstremitas Penurunan fungsi indra
Asam laktat meningkat
Gangguan mobilitas Gangguan Apatis Hemiplegi Defisit nutrisi
Fisik pola nafas Nyeri
Koma Ggn mobilitas fisik
Imobilisasi Gangguan pola tidur
Kematian Ggn pusat bicara
Dekubitus Konstipasi
Gangguan Reflek batuk menurun Massa menekan pembuluh darah otak Disfasia/disratsia
Intregitas kulit
Bersihan jalan nafas Ggn suplai darah arteri Ggn komunikasi verbal
tidak efektif Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2.2.4 Manifestasi klinis
yang terkena.
mengenai, daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh serebri media,
2.2.5 Komplikasi
TIK. Dengan melakuan head up 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
pada fase akut), Obat anti trombotik (pemberian ini diharapkan mencegah
dan adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau
dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
atau paralisis, mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot). Data
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan, kegembiraan, kesulitan
berekspresi diri
4. Eliminasi
sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang
gangguan tingkah laku (seperti letargi, apatis dan menyerang) dan gangguan
pupil: tidak sama dilatasi dan tidak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
bervariasi intensitasnya. Data obyektif ditandai dengan tingkah laku yang tidak
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit, tidak mampu mengenali
obyek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenali, gangguan berespon
berkomunikasi.
dan bentuk pupil, monitor tingkat kesadaran, monitor tanda-tanda vital, monitor
keluhan nyeri kepala, mual dan muntah, monitor respon klien terhadap
pengobatan, hindari aktivitas jika TIK meningkat, observasi kondisi fisik klien,
terapi oksigen (bersihkan jalan nafas dari sekret, pertahankan jalan nafas tetap
efektif, berikan oksigen sesuai instruksi , monitor aliran oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier, beri penjelasan pada klien tentang pemberian oksigen,
oksigen, anjurkan klien tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur.
sirkulasi ke otak
klien, dengarkan setiap ucapan dari klien dengan penuh perhatian, gunakan kata-
kata sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien, dorong klien untuk
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
neurovaskuler
Intervensi: Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi
ekstremitas yang sehat, ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstremitas yang
fisik
Intervensi: Beri penjelasan klien tentang resiko adanya luka tekan, tanda
dan gejala luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan, berikan
manajemen tekanan.
1. Identitas
masjid dekat rumah, sudah menikah dan memiliki 3 anak yang hidup 2 anak
Surabaya melalui IGD RSAL dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 15 Juli 2019
(13.40) dan masuk Ruang 7 syaraf RSAL dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 15
2. Keluhan utama
3. Riwayat kejadian
Tanggal 10 Juli 2019 hari rabu saat pasien akan sholat dhuhur mengatakan
kepala, kejang tidak ada, mual dan muntah. Keluarga memberi obat sakit kepala
tapi tidak membaik. Keluarga membawa pasien ke RS Adi Husada diberi terapi
karena alat kurang memadai dan kekurangan biaya langsung dirujuk ke RS dr.
Soetomo saat itu juga. MRS di RS dr. Soetomo sampai hari senin tanggal 15 Juli
2019 diberi terapi Nacl 0,9 % drip nicardipin 0,5-20 mmg/kgbb/jam, manitol
6x100cc (sejak tgl 12 Juli 2019), metamizole 3x1, ranitidin 2x1, amlodipin 10 mg
(malam), candesartan 16 mg, piracetam 3x1 keluarga pasien mengatakan ingin
pindah RS lain (pulang paksa). Dari IGD MRS ke Pav 7 tanggal 15 Juli 2019
pukul 17.00 di IGD memasang infus disebelah kanan tetapi dicabut lalu dipasang
lagi sebelah kiri dan dilakukan fiksasi tangan kiri dan kaki. Infus terpasang drip
citicolin 250 mg dengan NS 16 tpm. Advice dr. Purwoko Sp.S (15.10) head up 30
derajat, inf Nacl 0,9 % : RL = 1 : 1, drip nicardipin stop, drip diturunkan menjadi
manitol 4x100 cc, inj ranitidin 2x1 amp, amlodipin 10 mg 0-0-1, candesartan 16
mg 1x1, inj citicolin 250 mg 1x1 amp dalam NS 0,9 % 500 cc (16 tpm), inj vit K
3x1 amp, vit C 3x50 mg (tablet), subsensi lactulac 1xcth 1 (jam 22.00), diet BLC
KV 2100 kal. Keluarga pasien mengatakan pasien belum BAB dari tanggal 10
Juli 2019. Saat pengkajian didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi
didapatkan nervus VI (Abducent) pasien tidak bisa melirik kekanan kekiri dan
saat digerakkan
5555 1111
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pasien disarankan untuk MRS di Ruang VII
Inf NS 0,9 % 500 cc, drip diturunkan menjadi manitol 4x100 cc, inj
250 mg 1x1 amp dalam NS 0,9 % 500 cc (16 tpm), inj vit K 3x1 amp, vit C 3x50
mg (tablet).
tahun 2011.
6. Riwayat alergi
7. Pengkajian persistem
irama nafas reguler dengan suara nafas vesikuler, pasien tidak mengalami sesak
nafas, tidak ada suara nafas tambahan, frekuensi nafas 20 kali/menit, Spo2 99
%.
ada nyeri dada, tidak ada sianosis, akral teraba hangat merah basah, CRT kurang
(Olfactory) tidak ada masalah, nervus II (Optic): mata pasien mampu merespon
cahaya, nervus III (Oculomotorius) pasien mampu berkedip saat diminta, nervus
tidak bisa melirik kekanan dan kekiri, nervus VII (Facial): pasien mampu
reflek telan yang bagus dan tidak tersedak saat makan dan minum, nervus X
(Vagus): pasien tidak merasakan nyeri telan dan makan selalu habis 1 porsi,
produksi urine saat dikaji 100cc per 3 jam, warna kuning jernih, tidak ada
Abdomen supel, teraba distensi di perut bagian bawah, suara bising usus
4x /menit, pasien mengatakan pengeluaran feses lama dan sulit tidak terasa nyeri
tekan, hepar dan ginjal tidak teraba, saat diperkusi menghasilkan suara timpani,
makanan pasien melalui oral yaitu diet BLC KV 2100 kal. Keluarga pasien
Pada saat pemeriksaan inspeksi, pasien hanya tiduan di tempat tidur saja.
ROM terbatas, tidak ada deformitas dan tidak ada kontraktur, turgor elastis dan
Kekuataan otot :
5555 1111
5555 1111
Integumen :
Tidak terdapat luka pada tubuh pasien. Semua aktivitas dibantu oleh
perawat dan keluarga pasien. Pasien terpasang infus di tangan sinistra dengan
a. Laboratorium
b. Foto thorax RS dr. Soetomo Surabaya: 10 Juli 2019 (belum ada bacaan)
c. Foto CT Scan kepala RSAL dr. Ramelan Surabaya: 15 Juli 2019 dengan
hasil bacaan
Inj ranitidin 2x1 amp Mengobati ulkus Lansia, ibu Diare, muntah-
lambung dan hamil, ibu muntah, sakit kepala,
duodenum, menyusui, insomnia, vertigo,
melindungi lambung kanker lambung, ruam, konstipasi,
dan duodenum agar penyakit ginjal sakit perut, sulit
tidak sampai teradi menelan, urine
ulkus, mengobati tampak keruh,
masalah yang bingung,
disebabkan oleh berhalusinasi.
asam
pada kerongkongan,
mencegah tukak
lambung agar tidak
berdarah
Analisa Data
Implementasi
Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Paraf Tanggal/ Evaluasi Paraf
jam
16/7/19 Penurunan Mengobservasi TTV @ 16/7/19 S: @
09.00 kapasitas Mengidentifikasi lokasi, 12.10 pasien mengatakan
adaptif karakteristik, durasi, frekuensi, belakang kepala
intrakranial b.d kualitas dan intensitas nyeri dan dahi sakit
Stroke Mengidentifikasi skala nyeri sampai tidak bisa
hemoragic Menghindarkan klien dari aktivitas tidur, nyeri skala
yang meningkatkan TIK (mengedan) 6(1-10)
Mengajarkan teknik distraksi O:
Memberikan oksigen sesuai Pasien terpasang
kebutuhan infus NS drip
citicolin 16 tpm,
Memberikan posisi head up 30
pasien sesekali
derajat
menjambak
Memberi obat sesuai advise dokter
rambutnya, tangan
kiri terfiksasi,
wajah
menyeringai,
bising usus
5x/menit
TD 160/100
RR 20
Nadi 110x/menit
A: masalah belum
teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,
7 dan 8
Injeksi ranitidin
per IV
Injeksi Vit K per
IV
09.10 Konstipasi b.d Mendengarkan bising usus, @ S: @
Perubahan mengetahui karakteristik feses Pasien tidak
lingkungan (konsistensi, bentuk dan warna) merasakan perut
Mengidentifikasi faktor risiko begah, pasien
konstipasi belum BAB dari
Menganjurkan diet tinggi serat tanggal 10 Juli
Memberikan enema jika perlu 2019, keluarga
Menganjurkan peningkatan asupan pasien mengatakan
cairan pasien sudah
meminum lactulac
10 cc
O:
Tidak terdapat
distensi abdomen
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan 1,2 dan
4
09.30 Hipertermia Memonitor suhu tubuh @ S: @
b.d Proses Mengedukasi penggunaan pakaian Pasien mengatakan
penyakit yang menyerap keringat merasa gerah dan
Mengedukasi kompres hangat di ingin mandi
aksila dan dahi O:
Mengedukasi pemberian air mineral Akral hangat merah
yang cukup basah dan
Memberi paracetamol peroral berkeringat, suhu
37,7
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan 1,3 dan
5
09.40 Gangguan Mengajarkan klien untuk latihan @ S: @
mobilitas fisik rentang gerak aktif pada sisi Klien mengatakan
b.d Gangguan ekstremitas yang sehat kepalanya sakit saat
neuromuskular Mengajarkan rentang gerak pasif digerakkan atau
pada sisi ekstremitas yang menoleh
parese/plegi dalam toleransi nyeri O:
Menopang ekstremitas dengan Kelemahan badan
bantal sebelah kiri, tangan
Mengajarkan ambulasi sesuai kiri terdapat fiksasi
dengan tahapan dan kemampuan A:
klien Masalah belum
Motivasi klien untuk melakukan teratasi
latihan sendi seperti yang disarankan P:
Libatkan keluarga untuk membantu Intervensi
klien latihan sendi dilanjutkan 1,2,3,4
dan 6
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
PEMBAHASAN
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa CVA bleeding di ruang
4.1 Pengkajian
1. Identitas
(Goldstein dkk., 2006). Dengan tinjauan kasus, dimana pada umumnya CVA
bleeding lebih sering dijumpai pada laki – laki, namun bisa juga terjadi pada
wanita.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Data yang ditemukan pada kasus, CVA bleeding pada TNn. R. Pasien
mengatakan nyeri pada belakang kepala. Sedangkan pada tinjauan pustaka, Hal
yang sering menjadi keluhan utama pada pasien biasanya berhubungan dengan
adanya nyeri talamik spontan (Muttaqin, 2008). Dari hasil data tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa pada pasien terjadi perdarahan pembuluh darah otak
suplai darah pada otak dan terjadi penurunan kapasitas adaptif intrakranial
dengan salah satu gejala yang muncul adalah rasa nyeri di kepala.
utama sampai pada saat pengkajian (Muttaqin, A, 2008). Pada pengkajian pada
tanggal 16 Juli 2019 keluarga menceritakan tanggal 10 Juli 2019 hari rabu saat
berdiri hilang, kepala sakit dibelakang kepala, kejang tidak ada, mual dan
muntah. Keluarga memberi obat sakit kepala tapi tidak membaik. Keluarga
mg, captopril, antrain, tranexid, ondansentron tapi karena alat kurang memadai
dan kekurangan biaya langsung dirujuk ke RS dr. Soetomo saat itu juga. MRS di
RS dr. Soetomo sampai hari senin tanggal 15 Juli 2019 diberi terapi Nacl 0,9 %
piracetam 3x1 keluarga pasien mengatakan ingin pindah RS lain (pulang paksa).
Dari IGD MRS ke Pav 7 tanggal 15 Juli 2019 pukul 17.00 di IGD memasang
infus disebelah kanan tetapi dicabut lalu dipasang lagi sebelah kiri dan
dilakukan fiksasi tangan kiri dan kaki. Infus terpasang drip citicolin 250 mg
dengan NS 16 tpm. Advice dr. Purwoko Sp.S (15.10) head up 30 derajat, inf
4x100 cc, inj ranitidin 2x1 amp, amlodipin 10 mg 0-0-1, candesartan 16 mg 1x1,
inj citicolin 250 mg 1x1 amp dalam NS 0,9 % 500 cc (16 tpm), inj vit K 3x1
amp, vit C 3x50 mg (tablet), subsensi lactulac 1xcth 1 (jam 22.00), diet BLC
KV 2100 kal. Keluarga pasien mengatakan pasien belum BAB dari tanggal 10
Juli 2019. Saat pengkajian didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi
Data pada tinjauan pustaka penyakit yang pernah di diderita pada masa
lalu, seperti adakah riwayat stroke ringan pada tahun 2011. Pengkajian ini
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
Data yang ditemukan pada kasus, Pasien mengatakan ibu kandung pasien
memiliki riwayat darah tinggi. Dari hasil data tersebut maka dapat disimpulkan
serupa.
3. Pemeriksaan fisik persistem
inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan
masalah pada pernapasan. Dari hasil data tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pasien dengan kesadaran compos mentis tidak mengalami gangguan pada
sistem pernapasan.
Pada tinjauan pustaka pengkajian pada sistem cardio Pengkajian ini pada
dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardia
dan aritmia. Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostatis
tanda awal dari syok. Mewaspadai adanya tanda peningkatan TIK seperti gejala
mual, pusing, papil edema (Muttaqin, 2008). Pada tinjauan kasus pada
tidak ada nyeri dada, tidak ada sianosis, akral teraba hangat merah basah, CRT
TIK dapat disimpulkan juga melalui tanda – tanda salah satunya seperti pasien
ada masalah, Nervus II (Optic): mata pasien mampu merespon cahaya, Nervus
tidak bisa melirik kekanan dan kekiri, Nervus VII (Facial): pasien mampu
reflek telan yang bagus dan tidak tersedak saat makan dan minum , Nervus X
(Vagus): pasien tidak merasakan nyeri telan dan makan selalu habis 1 porsi
setiap disuapi istri atau anggota keluarga yang lain, Nervus XI (Accesory):
kepala pasien tidak mampu digerakkan seperti menengok atau melihat keatas
karena merasa sakit saat digerakkan, Nervus XII (Hypoglossal): pasien mampu
Dari hasil data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kateter folley ukuran 16, pada pemeriksaan palpasi tidak adanya distensi vesika
urinaria, tidak ada pembesaran ginjal, Sebelum masuk rumah sakit, frekuensi
urine kuning jernih, tidak ada nyeri saat berkemih. Selama di rumah sakit pasien
terpasang folley kateter dipasang pada tnggal 16 Juli 2019, produksi urine saat
dikaji 100cc per 3 jam, warna kuning jernih, tidak ada distensi vesika urinaria.
Pasien minum 1,5 L setiap 24 jam. Kateter masih terpasang karena kondisi
pengganti dan pencegah kelebihan cairan (Muttaqin, 2008). Pada tinjauan kasus
x/menit. Sebelum masuk rumah sakit, frekuensi makan di rumah adalah 3x/hari,
jenisnya adalah nasi, sayur, lauk, dan kadang buah, porsinya 1 piring habis,
tidak ada makanan khusus yang disukai. Selama di rumah sakit setelah operasi
pasien mendapatkan diit khusus diet BLC KV 2100 kal. Nafsu makan selama di
rumah sakit tidak ada perubahan, makan habis 1 porsi bahkan sering
ditambahkan roti. Pada pemeriksaan palpasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tahanan atau massa. Hepar, limpa, ginjal tidak teraba. Pada pemeriksaan perkusi
tidak menggunakan NGT. Sebelum masuk rumah sakit, frekuensi BAB pasien
adalah 1x/hari pada pagi hari, konsistensinya padat lunak, dan berwarna kuning
Pada pasien dengan CVA sering datang dalam keadaan parese atau
paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi
antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf
di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus
simetris, kedua lengan dan tungkai sama panjang, pasien mengatakan masih
lemas, pada ekstremitas kiri terpasang infus RL. Pada pemeriksaan palpasi tidak
pemeriksaan inspeksi, pasien hanya tiduan di tempat tidur saja. ROM terbatas,
turgor kulit elastis dan pasien dilakukan fiksasi agar tidak menarik infus.
Kekuataan otot :
5555 1111
5555 1111
Pasien Tn R mengalami parese atau paraplegi yang disebakan karena
hemoragic
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
mengakibatkan proses kerja otak sebagai pusat kendali tubuh yang menyalurkan
Seperti pada pasien Tn. R ini yang mengalami kelemahan pada ekstremitas
tubuh bagian kiri. Dengan kondisi tubuh pasien yang sudah terjadi perdarahan
otak. Dari data tersebut menunjukan pasien juga mengalami sesuai dengan
total menyebabkan pasien merasa tidak nyaman untuk memenuhi activity daily
living selama dilakukan perawatan di rumah sakit terutama untuk harus buang
air besar di atas tempat tidur menggunakan popok atau pispot yang disediakan di
ruang rawat inap. Hal ini menyebabkan terkadang pasien akan merasa risih.
Adanya upaya mengedan saat defekasi merupakan salah satu dari tanda
makanan yang diperlukan tidak maksimal (Potter & Perry, 2005). Pada
belum BAB dari awal dirawat pada tanggal 10 Juli 2019, bising usus selama
auskultasi juga.
stroke serta keluarganya. Kecacatan pasca stroke pada sudut pandang pasien
risiko stroke dan penyakit penyerta antara lain seperti infeksi dan proses
mempengaruhi luaran stroke (Samanci, dkk., 2004; Townsend, dkk, 2012). Pada
tinjauan kasus yang terjadi pada Tn. R kondisi suhu tubuh pasien mengalami
fluktuasi. Dari data tersebut menunjukan pasien juga mengalami sesuai dengan
tinjauan teori yang didapat jika pasien dengan perdarahan otak akan mengalami
suhu tubuh.
Pasien dengan penyakit CVA bleeding harus bedrest total dan dilakukan
oleh proses penyakit yang sedang dialami (Aziz, 2009). Pada tinjauan kasus
yang terjadi pada Tn. R kondisi tubuh pasien mengalami kelemahan dibagian
ekstremitas kiri yang harus dilakukan imobilasi fisik agar tidak mengalami
kerusakan pada pembuluh darah yang lebih parah dan juga mengurangi risiko
jatuh. Dari data tersebut menunjukan pasien juga mengalami sesuai dengan
tinjauan teori.
tinjauan kasus yang terjadi pada Tn. R kondisi tubuh pasien tampak tidak rapi
dan keluarga mengatakan pasien hanya bisa diseka bagian depan tubuh saja
karena untuk dilakukan miring kiri dan miring kanan, pasien mengatakan nyeri
jika kepala digerakkan. Dari data tersebut menunjukan pasien juga mengalami
4.3 Perencanaan
yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan,
namun intervensi tetap menacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang
ditetapkan.
fungsi sensori atau motorik pada pasien, menampakkan stabilisasi tanda vital
dan tidak ada peningkatan tekanan intrakranial, peran klien menampakkan tidak
intervensi keperawatan selama 1x24 jam tujuannya adalah Akral hangat kering
merah dan suhu badan normal 36,5 serta tidak tampak tanda gejala dehidrasi.
pasien mampu melakukan activity daily living secara mandiri namun bertahap
sesuai dengan kondisi pasien, tiidak ada tanda deformitas, ekstremitas yang
intervensi keperawatan.
terintegrasi . Untuk diagnosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan
keperawatan yaitu adanya kerja sama yang baik dari perawat maupun dokter
ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasaran diruangan
adanya penulis.
hemoragic. Melakukan observasi TTV selama 8 jam sekali atau jika ada
skala nyeri yang dirasakan pasien. Hindarkan klien dari aktivitas yang
intravena. 2 obat injeksi ini diberikan pada pukul 08.00dan 14.00. Selain itu
infus juga diganti drip citicolin drip NS 250 pada pukul 08.00 serta manitol
pukul 16.00.
risiko konstipasi. Anjurkan diet tinggi serat. Berikan enema jika perlu.
lancarnya pencernaan.
suhu tubuh secara berkala setiap 8 jam sekali atau jika ada perubahan kondisi
terhadap keluarga pasien. Edukasi kompres air hangat di bgaian aksila dan dahi.
Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstremitas yang sehat.
Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstremitas yang parese/plegi dalam
dengan tahapan dan kemampuan klien. Motivasi klien untuk melakukan latihan
sendi seperti yang disarankan. Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan
sendi.
tinjauan kasus karena hal ini disesuaikan dengan keadaan pasien sebenarnya.
Pada pelaksanaan tindakan tidak ditemukan hambatan karena pasien dan
4.5 Evaluasi
Pada evaluasi yang dilakukan pada tanggal 16 Juli 2019, pasien merasa
sakit kepala dibagian belakang dan dahi dengan skala 6 dari 10. Pasien
mengatakan semalaman tidak bisa tidur karena rasa nyeri. Pasien menunjukkan
Pasien terpasang infus NS drip citicolin 16 tpm pada pukul 08.00 dan
konstipasi yang terjadi pasien tidak merasakan perut begah, pasien belum BAB
dari tanggal 10 Juli 2019, keluarga pasien mengatakan pasien sudah meminum
lactulac 10 cc. Tidak teraba distensi saat dilakukan palpasi pada perut pasien.
Pada diagnosa hipertermi pasien mengatakan merasa gerah dan ingin mandi.
Lalu untuk diagnosa gangguan mobilitas fisik Klien mengatakan kepalanya sakit
saat digerakkan atau menoleh. Hanya bagian ekstremitas kanan yang bisa
Pada evaluasi yang dilakukan pada tanggal 17 Juli 2019. Keluarga pasien
mengatakan semalam Tn. R sudah bisa tidur tapi hanya 5 jam, pasien
mengatakan rasa sakit kepalanya saat diberi cairan manitol pada tanggal 16 Juli
2019 pada pukul 16.00 merasa lebih baik,pasien mengatakan merasa nyeri skala
5 dari 10. Saat dilakukan pengecekan tanda vital pukul 08.00 didapatkan TD
170/100,suhu tubuh 36, GDA 196, kolesterol low, asam urat 3,6. Pasien tidak
merasakan perut begah, keluarga mengatakan pasien sudah bisa BAB pada sore
hari pukul 16.00 konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan. Ekstremitas kiri
pasien sudah sedikit demi sedikit bisa digeser tetapi untuk kepala masih belum
bisa di gunakan untuk menoleh atau digerakkan sedikit karena masih terasa
nyeri.
Pada evaluasi yang dilakukan pada tanggal 18 Juli 2019. Keluarga pasien
mengatakan pasien mengatakan belakang kepala dan dahi sakit sampai tidak
bisa tidur, nyeri skala 5(1-10), saat membuka mata terasa sakit, saat
menggerakkan badan terasa sakit. Pasien tidak merasakan perut begah, keluarga
mengatakan pasien sudah bisa BAB sore tadi lumayan banyak, konsistensi lunak
besar. Tekanan darah pasien saat diobservasi masih 170/100 mmhg karena
proses BAB. Suhu badan pasien 36,6. Ekstremitas kiri pasien sudah sedikit
demi sedikit bisa diangkat tetapi untuk kepala masih belum bisa di gunakan
Pada evaluasi yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2019. Keluarga pasien
mengatakan pasien mengatakan belakang kepala dan dahi sakit sampai tidak
bisa tidur dengan nyenyak tetapi pasien masih bisa mengtasi dan mengalihkan
rasa nyeri di kepala dengan tidur, nyeri skala 5(1-10), saat membuka mata terasa
sakit, saat menggerakkan badan terasa sakit. Pasien tidak merasakan perut begah
dan tidak teraba distensi abdomen. Keluarga mengatakan pasien minum sehari 1
botol besar setiap hari dan mengkonsumsi buah sedikit demi sedikit tapi tidak
seberapa selera untuk makan nasi yang diberikan dari RS. Tekanan darah pasien
saat diobservasi masih 160/100 mmhg Nadi 82x/mnt. Suhu badan pasien 36,6.
Ekstremitas kiri pasien sudah sedikit demi sedikit bisa diangkat tetapi untuk
kepala masih belum bisa di gunakan untuk menoleh atau digerakkan sedikit
pada tanggal 17 Juli 2019. Tetapi untuk diagnosa penurunan kapasitas adaptif
intrakranial dan hipertermia masih berlanjut sesuai dengan kondisi medis yang
data ini masih belum ada tindakan medis yang dilakukan seperti kraniotomi
keperawatan.
BAB 5
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada pasien dengan CVA bleeding Di Ruang VII
5.1 Simpulan
sebagai berikut :
1. Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 Juli 2019 pukul 09.00
pasien mengeluh nyeri kepala di bagian belakang dan dahi yang membuat tidak
bisa tidur karena harus menahan nyeri. Keluarga pasien mengatakan Tn. R
belum BAB sejak MRS tanggal 10 Juli 2019. TD 160/100 mmHg, nadi
98
3. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan CVA bleeding+
yang berbeda-beda.
adanya tanda-tanda peningkatan TIK yaitu nyeri kepala, muntah tanpa mual,
5.2 Saran
hubungan baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan perawat sehingga timbul
rasa saling percaya yang akan menimbulkan kerjasama dalam pemberian asuhan
keperawatan bersama.
bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam meberikan asuhan keperawatan.
alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang membahas
tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien. Perawat juga perlu
pelatihan maupun soft skill yaitu dengan disiplin dan ramah sehingga dengan
tanggung jawab serta tanggung gugat perawat jika kelak ada masalah yang
keperawatan yang profesional serta dapat bekerja sama dengan tenaga medis
Hidayat, Aziz Alimul. 2005 . Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC
Saini, M., Saqqur, M., Kamruzzaman, A. & Lees, K. R., 2009. Effect of
Hyperthermia on Prognosis After Acute. Journal of The American,
Volume 40, pp. 3051-3059.
Samanci, N. et al., 2004. Factors affecting one year mortality and functional
outcome after first ever ischemic stroke in the region of Antalya, Turkey (a
hospital-based study).. Journal of Stroke, Volume 104(4), pp. 154-160.
101
http://isjd.pdii.lipi. go.id/admin/jurnal/22103844_20 85-028X.pdf\
(Diakses tanggal 28 Juli 2019).
Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
Email : f.ika70@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
Lampiran 3
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MENGUKUR NADI
Lampiran 4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MENGUKUR SUHU AXILLA
Lampiran 5
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MENGUKUR PERNAPASAN (RESPIRATORY RATE)
Lampiran 6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRA VENA MELALUI SALURAN
INFUS
Lampiran 7
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
LATIHAN TENIK RELAKSASI
Lampiran 9
29