OLEH:
INTAN AYU R.
163.0030
OLEH:
INTAN AYU R.
163.0030
Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk, saya nyatakan
dengan benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan bertanggung
jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah
Surabaya.
Intan Ayu R
163.0030
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NERS (Ns.)
Pembimbing
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-
Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan Profesi Ners.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya ilmiah ini bukan
hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari berbagai pihak,
yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Laksamana Pertama TNI Dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp.B., Sp.BTKV
(K) selaku Kepala Rumiktal Dr. Ramelan Surabaya atas pemberian izin
dan lahan praktik untuk penyusunan karya ilmiah akhir.
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep. selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami menyelesaikan
pendidikan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak Ns. Nuh Huda, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Kepala Program studi
pendidikan profesi ners yang selalu memberikan dorongan penuh dengan
wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Ibu Qori’ Ila Saidah, M.Kep., Ns., Sp.An selaku pembimbing yang dengan
tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian
dalam memberiakn dorongan, bimbingan dan arhaan dalam penyusunan
Karya Ilmiah Akhir ini.
5. Ibu S. Reni, S.Kep., Ns selaku pembimbing ruangan yang dengan tulu
sikhlas telah memberiakn arahan dan bimbingan dalam penyusunan
penyelesaian karya ilmiah akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan
makna yang dalam penyempurnaan penulisa Karya Ilmiah Akhir ini, juga
kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan
penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
iii
7. Sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah
surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat terselsaikan, saya hanya dapat mengucapkan
semoga hubungan pserhabatna tetap terjalin.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebuatkan satu persatu, teirmaka
kasih atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT
membalas amal baiks emua pihak yang telah membantu dlaam proses
penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan krtik yang
konstruktif senantiasa penulis harpakan. Akhirnya penulis berharap, semoga
Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saa yang membaca
terutama bagi civitas Stikes Hang Tuah Surabaya
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan............................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan.............................................................................................. 5
1.5 Sistematikan Penulisan.......................................................................................6
v
3.2 Analisa Data.................................................................................................... 54
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................... 58
3.4 Implementasi....................................................................................................60
3.5 Evaluasi........................................................................................................... 70
BAB 4 Pembahasan............................................................................................... 75
4.1 Pengkajian....................................................................................................... 75
4.1.1 Data Dasar.....................................................................................................75
4.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang.......................................................................... 75
4.1.3 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................77
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 79
4.2.1 Resiko Kekurangan Volume Cairan............................................................. 79
4.2.2 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan................................. 81
4.2.3 Hipertermia.................................................................................................. 82
4.2.4 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas........................................................ 84
4.2.5 Ketakutan..................................................................................................... 85
BAB 5 Penutup..................................................................................................... 86
5.1 Simpulan......................................................................................................... 86
5.2 Simpulan......................................................................................................... 87
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Diare adalah kondisi dimana anak mengalami buang air besar dengan
konsisntensi yang lembek dan bahkan dapat berupa air saja dengan frekueni lebih
sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari (Kemenkes, 2011). Penyebab diare
dengan tingkat kebersihan serta sanitasi yang rendah serta terbatasnya jalur untuk
mendapatkan air bersih. Pada kondisi yang lain, seperti malnutrisi, menjadi salah
satu alasan meningkatnya faktor resiko anak-anak mengidap diare pada negara
berkembang (Saeed dkk, 2015). Dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh yang
mana tersusund ari air dan garam. Ketika seorang anak muntah atau diare, mereka
dapat kehilangan air dan garam dalam jumlah yang banyak dari tubuh mereka dan
dehidrasi dapat terjadi dengan cepat (CPS, 2013). Dehidrasi pada anak dapat
dilihat dari beberapa tanda, yaitu haluaran urine yang kurang (jika anak memakai
popok, maka anak hanya berganti 4 popok basah karena urine), anak menangis
tanpa air mata, membran kulit, mulut dan lidah kering. Mata cowong (sunken
eyes), warna kulit tidak cemerlang dan ubun-ubun anak yang berusia kurang dari
Hasil survei dan wawancara dengan perawat di Ruang Anak Paviliun V pada
tanggal 19 Juni 2017, berdasar data dari mulai bulan Januari 2017 hingga Mei
2017 ada 89 pasien anak yang mengalami diare disertai dehidrasi sedang dari total
1
2
363 pasien anak. Berdasarkan data Kemenkes RI pada tahun 2014, angka
kejadian diare di Surabaya didapatkan hasil 8,689 kejadian diare yang ditangani.
Sementara di Jawa Timur angka kejadian diare menyentuh angka 214 kejadian per
1000 penduduk dengan jumlah 10 juta penduduk di Jawa Timur. Berdasarkan data
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (kejadian luar biasa) yang
sering disertai dnegan kematian. Pada tahun 2015, terjadi 18 kali KLB Diare yang
dan kematian 30 orang. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2008 menunjukkan sekitar 9 juta anak dibawah 5 tahun meninggal dan 50%
diantaranya meninggal karena pneumoni dan diare. Secara global, diare adalah
penyebab kematian anak dibawah lima tahun terbesar nomor dua, menyebabkan
satu diantara lima kejadian kematian pada anak. Sayangnya, ini membuktikkan
bahwa diare membunuh lebih banyak anak jumlah daripada AIDS, malaria dan
Ada beberapa masalah keperawatan yang banyak muncul pada pasien anak
dengan diare disertai dehidrasi sedang adalah kekurangan volume cairan. Ketika
anak diare, anak akan banyak kehilangan cairan melalui pembuangan feses yang
tidak normal. Saat anak diare, ini akan merubah frekuensi BAB, konsistensi feses,
serta urgensi dan kontinensia usus (Surawicz & Ocha, 2007). Saat anak terserang
diare, biasanya anak akan kehilangan banyak cairan dari diare ini. Meskipun
sedang, namun diare juga dapat membuat anak menuju pada dehidrasi yang berat
sebagai tanda bahwa anak telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit (Surawicz
& Ocha, 2007). Selain masalah cairan, anak juga beresiko untuk mengalami
3
dan kejadian muntah yang sering akan membuat nutrisi pada anak terganggu.
Muntah juga dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dimana ketika muntah mineral
dan nutrisi yang lain ikut keluar (Medical, 2015). Asupan nutrisi oleh anak
terpantau mengalami penurunan yang dapat dilihat pada pemasukan makanan dan
karenanya pemasukan kalori juga ikut berkurang pada saat mereka sakit.
Infeksi juga hal yang harus diperhatikan jika diare disebabkan oleh proses
infeksi dan inflamasi di dalam usus. Ketika usus diserang dengan patogen-patogen
asing seperti virus atau bakteri tulang sumsum akan memproduksi banyak sel
darah putih untuk melawan infeksi. Infeksi ini dapat mengarah ke inflamasi yang
mana akan membuat jumlah sel darah putih meningkat. Ketika tubuh terinfeksi,
maka sistem imun akan mendeteksi virus atau bakteri sebagai benda asing dan
akan banyak proses yang akan memicu tubuh untuk membunuh benda asing
tersebut. Dari beberapa proses tersebut akan muncul hasil kimiawi yang disebut
pirogen yang akan masuk dalam aliran darah. Ketika pirogen ini berjalan menuju
otak, mereka akan berinteraksi dengan bagian otak yaitu hipotalamus yang mana
secepat mungkin melalui cairan parenteral secara tepat agar anak tidak sampai
mengalami kejang hingga menuju ke syok. Diare yang disebabkan oleh infeksi
pun harus juga ditangani secara tepat agar infeksi cepat mereda dan akan
menyebabkan diare akan berkurang hingga berhenti. Setelah itu, ini ditunjang
4
dengan intake makanan yang cukup dan adekuat agar anak mendapatkan
energinya kembali.
tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pasien dengan GEADS, untuk itu penulis
Ramelan Surabaya?”
1.3 Tujuan
1.4.1 Metode
Studi kasus yaitu meotde yang memusatkan perhatian pada satu obyek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan
selanjutnya.
1. Data Primer
2. Data sekunder
6
Adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan
3. Studi Kepustakaan
1.5.2 Bagian ini meliputi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari subbab
berikut
studi kasus.
BAB 2 : Landasan teori yang berisi tentang konsep penyakit dari sudut
BAB 4 : Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram dalam 24 jam. Definisi lain mamakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Nurarif, 2013)
2.1.2 Etiologi
Menurut Nurarif (2013) ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan diare:
1. Diare akut
2. Diare Kronik
patogenesis terjadinya:
a. Diare ostmotik
b. Diare sekretorik
7
8
d. Diare inflamatorik
e. Malabsorbsi
f. Infeksi kronik
1. Diare akut
Diare ini akan hilang dalam waktu 72 jam dari muncul. Onset yang tak
terduga dari buang air besar encer, gas gas dalam perut, rasa tidak enak
dan nyeri perut. Nyeri akan terada pada kuadran kanan bawah disertai
2. Diare kronik
Pada diare jenis ini serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang. Ini akan diikuti penurunan berat badan dan nafsu makan. Serta
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare yang paling terlihat
adalah anak akan baung air besar dengan konssitensi fese cair atau encer lebih dari
3 kali dalam 24 jam. Anak akan gelisah dan rewel. Badan lemah dan lesu, muntah
INFEKSI MAKANAN
DIARE
Kekurangan volume
Resiko Syok
cairan
10
2.1.6 Komplikasi
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
hipovolemik sudah idak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut
ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak
tercapai.
EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
masih kontroversial.
feses. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai
penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non-infeksi. Sampel harus diperiksa
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung pada jenis
terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi, laktoferin feses dideteksi
2.1.8 Pencegahan
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan,
setelah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah
bermain dengan binatang piaraan.
2. Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Jelaskan pada ibu bahwa:
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali pemberian.
2) Jika anak memperoleh ASI ekskulisi , berikan oralit atau air matang
sebagia tamabhan.
3) Jika anak tidak memproleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kauh sayur, air tajin) atau air
matang.
4) Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika anak tidak dapat
BAB
mangkuk/cangkir/gelas
periode 3 jam
2.2.1 Definisi
Dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh yang mana tersusun oleh air dan
garam. Ketika seorang anak sakit muntah atau mengalami diare, mereka akan
kehilangan garam dan air dalam jumlah yang besar dari tubuh dan menjadi
dehidrasi dengan sangat cepat. Dehidrasi dapat sangat berbahaya apalagi bagi
14
anak-anak dan bayi. Anak-anak bahkan dapat meninggal jika mereka tidak diobati
dengan tepat.
4. Mata cowong
5. Kulit kusam
6. Ubun-Ubun cekung.
Seorang anak yang sehat dapat muntah atau BAB tanpa berada dalam bahaya
dehidrasi
kontinu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati’
(The progressive and continous change in the organism from birth to death).
(Yusuf, 2010)
15
pematangan fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau
waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa
1. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-
jaringan otot.
2. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa
sekolah.
dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang
baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ
tubuh.
(antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini
sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada
motorik.
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs
rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa
bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua
Pada usia ini anak disebut dalam kelompok preschool atau belums ekolah.
Dalam tahun-tahun ini, anak akan berubah dari yang mulanya ceroboh menjadi
beberapa area seperti: pada perkembangan fisik, anak akan menjadi lebih kuat dan
dapat berpikir sesuai dengan alasan. Pada tahun-tahun ini anak belajar berhitung,
huruf dan warna. Anak juga akan dapat mengerti perintah yang menggunakan
posisi seperti diatas atau di dalam. Dalam tata berbahasa, anak akan dapat
2000 sekian kata, saat berbicara anak menggunakan 100% huruf konsonan dengan
Selain itu, perkembangan emosional dan sosial, pada anak usia ini anak
akan belajar bagaimana mengatur perasaan mereka. Anak akan lebih dramatis atau
dogmatik, anak juga dapat secara fisik lebih agresif. Anak juga dapat beragrumen,
itu anak dapat melompat menggunakan satu kaki kira-kira 4 sampai 9 kali, dan
juga seharusnya dapat menyeimbangkan tubuh dengan satu kaki selama 8 sampai
10 detik. Pada bagian motorik halus anak akan dapat mencontoh garis dan kotak,
18
bisa memotong pada garis lurus dan mulai menunjukkan tangan mana yang lebih
dominan.
1. Definisi
metode skrining yang baik (Sulistyawati, 2014). Tes ini mudah dan cepat
karena hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, tetapi dapat diandalkan dan
Menurut Adriana (2013) dan Sulistyawati (2014) denver II terdiri atas 125
item tugas perkembangan yang sesuai dengan umur anak 0-6 tahun dan
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
19
c. Bahasa (language)
mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Bicara adalah bahasa lisan yang
Sulistyawati, 2014).
Sulistyawati, 2014).
Skoring dari setiap komponen yang dilakukan pada sebelah kiri dari kotak
a. P = Pass/lulus
b. F = Fail/gagal
karena ada hambatan. Skor ini hanya digunakan untuk item yang ada kode
L/Laporan orang tua atau pengasuh anak. Misalnya pada anak reardasi
d. R = Refusal/menolak
a) Apabila anak lulus pada uji coba item yang teretak disebelah
b) Nilai lebih diberikan jika anak dapat lulus/lewat dari item tes
dari umurnya.
Kondisi ini wajar, karena item disebelah kanan garis umur pada
b) Lulus atau gagal atau menolak pada item dimana garis umur
berhasil melakukannya.
3) Penilaian Caution/peringatan
a) Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada di
antara 75-90%.
4) Penilaian Delayed/keterlambatan
umur.
a) Pada item test yang orang tua laporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan.
1) Normal
2) Suspect
penolakan/refused.
(Sisilaningrum, 2013).
dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya
dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak
Untuk mengurangi dampak rawat inap dai rumah sakit, peran perawat sangat
Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai periode pra
sekolah khususnya anak yang berumur 6 bulan sampai 30 bulan adalah cemas
karena perpisahan.
a) Menangis kuat
b) Menjerit
c) Menendang
d) Berduka
e) Marah
anak akan mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya. Anak juga akan
dengan orang yang baru dikenal. Anak juga mulai terlihat gembira.
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan
Anak masih ragu tentang persepsi apakah body image tersebut, tetapi
memahami arti dari organ tubuhnya, misal: sedih atau cemas jika ada
berada di sekitar mulut dan daerah genital. Hal ini diperjelas apabila anak cemas
karena perpisahan, kehilangan kontrol, gangguan body image dan nyeri anak akan
b.5.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagia sumber data
proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data
1. Pengumpulan data
a) Identitas
Buang air besar cair lebih dari tiga hari. BAB kurang dari 4 kali
kurang dari 14 hari itu adalah diare akut dan jika lebihd ari 14
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila pasien telah
Berat badan turun dan pada bayi ubun-ubun akan teraba cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
terjadi sebelum,s elamat atua setelah diare. Hal ini untuk melihat
e) Kebutuhan Dasar
Untuk nutrisi menurut WHO (2008), nafsu makan pada anak akan
sedang sampai berat ada tanda bayi minum lebih lahap, atau
cairan pada bayi berbeda menurut berat badan, bila berat badan < 3
kg, kebutuhan cairan antara 150 – 180 cc/kg BB/hari. Bila berat
jam tekronsentrasi pada malam hari sekitar 70% bayi tidur selama
Nelson, 2012).
29
(Muttaqin, 2011).
f) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum baik dan sadar (tanpa dehidrasi), gelisah dan
(Susilaningrum, 2013).
(Sodikin, 2011).
(7) Mata: Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata
(Susilaningrum, 2013).
(8) Pada anus dan area sekitarnya timbul lecet karena sering
2013).
g) Tingkat perkembangan
terdiri dari dua suku kata, dan dapat membuat dua bunyi vocal
h) Pemeriksaan Penunjang
dan fosfat.
ginjal.
32
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
frekuensi BAB
proses penyakit.
4. Intervensi Keperawatan.
ditentukan.
dan elektrolit
metabolisme.
oral.
optimal.
34
faktor pencetus.
komplikasi.
malu pasien.
usus.
35
medik segera.
Loperamid.
terjadi.
lamanya sakit.
atau teh.
36
tinggi.
terapeutik.
program diet.
frekuensi BAB
dan air.
kulit.
terkena udara.
perih.
proses penyakit.
kesehatan lainnya.
5. Implementasi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
inin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah rencana sudah tercapai
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
dimulai dari:
kelamin laki-laki, usia 4 tahun, dan belum bersekolah. Diare paling sering
dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan
75
Keluhan utama pada anak adalah anak BAB cair sebanyak 6 kali
dalam sehari dan demam tinggi. Ditemukan saat pengkajian anak dengan
keadaan umum lemas, mata cowong, membran mukosa yang kering serta
76
77
seorang anak sakit muntah atau mengalami diare, mereka akan kehilangan garam
dan air dalam jumlah yang besar dari tubuh dan menjadi dehidrasi dengan sangat
cepat. Dehidrasi dapat sangat berbahaya apalagi bagi anak-anak dan bayi. Anak-
anak bahkan dapat meninggal jika mereka tidak diobati dengan tepat (CPS, 2013).
haluaran urine yang kurang (jika anak memakai popok, maka anak hanya
berganti 4 popok basah karena urine), anak menangis tanpa air mata,
membran kulit, mulut dan lidah kering. Mata cowong (sunken eyes), warna
kulit tidak cemerlang dan ubun-ubun anak yang berusia kurang dari 12
Ini disebabkan adanya infeksi yang terjadi pada usus anak yang
makanan di usus menurun, dan lalu mineral serta air yang harusnya dapat
kembali ke tubuh malah keluar lewat diare (Nurarif & Kusuma, 2013).
Demam tinggi juga dapat disebabkan oleh infeksi yang terjadi di usus.
Ketika tubuh terinfeksi, maka sistem imun akan mendeteksi virus atau
bakteri sebagai benda asing dan akan banyak proses yang akan memicu
tersebut akan muncul hasil kimiawi yang disebut pirogen yang akan masuk
dalam aliran darah. Ketika pirogen ini berjalan menuju otak, mereka akan
pirogen, dia akan membuat suhu tubuh naik dan membuat tubuh memulai
78
proses pembasmian benda asing dan menambah suhu tubuh, yang mana ini
normal. Tidak ada otot bantu nafas atau pernafasan cuping hidung. Pada
Batuk juga membantu menjaga agar anak tidak menghirup sesuatu ke jalan
masuk rumah sakit, namun anak belum kecing sejak pukul 22.00 WIB
hingga waktu pengkajian. Saat kencing, urine yang keluar bewarna kuning
dengan jumlah yang keluar sangat sedikit. Salah satu ciri-ciri anak dengan
79
dehidrasi sedang adalah tidak ada haluaran urine pada anak. Namun pada
terlihat kering. Anak muntah dua kali saat pengkajian. Anak BAB dengan
bising usus 18 x/menit. Diare terjadi karena adanya infeksi pada usus yang
menunjukkan nilai Leukosit 17,1 10^3/mL yaitu diatas batas normal yang
10,7 10^3/mL yang menunjukkan bahwa saat diare anak juga beresiko
juga mampu membuat kekurangan pada status nutrisi pada anak. Diantara
penyakit infeksi yang sering terjadi, penyakit diare adalah yang paling
yang menyebabkan pengeluaran feses lebih dari tiga kali kali dalam sehari
mengalami penurunan turgor kulit, turgor kulit kembali setelah tiga detik.
menurut orang tua, anak mudah diajak interaksi dan di dekati. Namun
setelah masuk rumah sakit, anak sangat sulit diajak berinteraksi dan
berkomunikasi.
sebanyak 8 kali hingga waktu pengkajian dan muntah 2 kali saat pagi hari.
Anak juga terlihat lemas. Tanda-tanda vital anak didapatkan suhu: 37,7oC
kehilangan air saja tanpa ada perubahan natrium (Wilkinson, 2015). Pada
81
membuat nutrisi pada anak terganggu. Ketika anak mual, anak tidak akan
mau makan, ini dapat mengakibatkan kehilangan nutrisi secara tidak sehat.
folat dan vitamin dari diare yang terjadi pada anak. Muntah juga dapat
yang lain ikut keluar (CPS, 2003). Meskipun anak mengalami diare akut
secepat mungkin untuk mengganti cairan tubuh anak yang hilang. Anak
dari sistem pencernaan (WHO, 2017). Volume ciran yang kurang pada
adekuat dan status nutrisi yaitu asuan makanan dan cairan yang adekuat
pula. Selain itu anak akan memiliki konstrasi urien yang normal dan hasil
masalah teratasi.
akut diare disertai dengan dehidrasi sedang. Akut diare terjadi saat
intensitas buang air besar pada pasien lebih dari yang biasa pasien
lakukan, dan bertahan kurang dari dua minggu. Diare ini dapat
dengan kejadian muntah yang sering, ini membuat anak akan menjadi lemas.
Anak terlihat kurang minat pada makanan dan menolak untuk makan, anak hanya
makan beberapa sendok nasi tim. Bising usus anak 18 x/menit dan hasil
hemoglobin anak yang kurang dari normal yaitu 10,2 10^3/mm. Berat badan anak
sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk tidak mengalami perubahan yang
dari kebutuhan metaoblik baik kalori total maupun zat gizi tertentu (Wilkinson,
2016). Diagnosa ini diangkat dengan beberapa faktor pendukung yaitu pada data
subyektif nyeri abdomen, anak menolak makan. Serta pad adata obyektif, anak
mengalami diare, adanya bukti kurangnya makan, membran mukosa yang buruk
Gangguan pencernaan dan gangguan absorpsi cairan dapat terjadi pada anak yang
yang disebabkan oleh infeksi (NRSCUS, 2012). Kurangnya intake anak dan
kejadian muntah yang sering akan membuat nutrisi pada anak terganggu. Muntah
juga dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dimana ketika muntah mineral dan
nutrisi yang lain ikut keluar (Medical, 2015). Asupan nutrisi oleh anak terpantau
mengalami penurunan yang dapat dilihat pada pemasukan makanan dan karenanya
pemasukan kalori juga ikut berkurang pada saat mereka sakit. Setelah dilakukan
implementasi di harapkan status nutrisi yaitu asupan zat gizi untuk anak memenhi
bahwa anak malas makan dengna hanya menghabiskan setengah porsi makanan
hiperaktif dan memmbran mukosa yang buruk serta tonus otot yang melemah.
84
100x/menit, suhu anak 37,7oC. Hasil leukosit yang lebih dari batas normal
yaitu 17.000 uL. Anak terlihat rewel, malas minum serta ekstrimitas
(2016) diagnosa ini terjadi karena anak beresiko terhadap kegagalan untuk
secara berkala dan memberikan suhu ruangan yang stabil. Suhu ruangan
yang lebih tinggi dari suhu tubuh akan membuat sistem tubuh berpikir
bahwa anak membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk hangat. Maka
suhu ruangan yang diatur akan membuat anak lebih nyaman serta demam
minum yang cukup. Saat demam, anak merasa enggan untuk makan dan
minum. Namun dehidrasi juga salah satu penyebab suhu tubuh naik dan
di darah, tulang sumsum akan memproduksi banyak sel darah putih untuk
melawan infeksi. Infeksi ini dapat mengarah ke inflamasi yang mana akan
membuat jumlah sel darah putih meningkat. Ketika tubuh terinfeksi, maka
sistem imun akan mendeteksi virus atau bakteri sebagai benda asing dan
akan banyak proses yang akan memicu tubuh untuk membunuh benda
asing tersebut. Dari beberapa proses tersebut akan muncul hasil kimiawi
yang disebut pirogen yang akan masuk dalam aliran darah. Ketika pirogen
ini berjalan menuju otak, mereka akan berinteraksi dengan bagian otak
tubuh naik dan membuat tubuh memulai proses pembasmian benda asing
dan menambah suhu tubuh, yang mana ini disebut sebagai demam (Cathy,
2015).
infeksi dalam usus. Ini akan mengakibatkan inflamasi dalam perut dan
usus. Pasien juga akan mengalami beberapa gejala seperti muntah, sakit
perut dan diare. Ini dapat terjadi akrena kurangnya kebersihan. Infeksi juga
terjadi dan masalah teratasi bersamaan dengan diare yang berhenti. Ini
86
sekret.
terdengar batuk berdahak dengan suara nafas tambahan ronkhi. Tidak ada
otot bantu nafas dan sputum tidak dapat keluar. Tanda-tanda vital anak:
RR: 20x/menit dan irama nafas reguler. Batuk dengan sputum yang tidak
jalan nafas yang bersih (Wilkinson, 2016). Diagnosa ini diangkat dan
nafas tambahan (ronkhi), adanya sputum berlebihan dan tidak ada batuk
efektif.
paru-paru dan anak dapat mengalami batuk disertai dengan dahak yang
seperti clapping dada dan minum air hangat. Anak tidak mendapatkan
menangis, namun saat di rumah sakit anak menangis keras saat di dekati
dalam situasi yang berpotensi menimbulkan stress dan dalam hal ini
membuat sakit untuk dirinya. Anak juga satu kamar dengan pasien lain
lain. Dalam hal ini, saat dikenalkan akan juga diberikan contoh bahwa
yang sama seperti; di suntik obat atau makan. Penulis juga mengajarkan
(Wilkinson, 2016).
hari terakhir anak dirawat. Pada hari kedua, anak hanya diberikan
percaya dan saling mengenal dengan teman sebaya dalam satu kamar.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
konsistensi cair, disertai anak batuk dengan dahak yang tidak dapat keluar.
mentis dengan keadaan umum lemas. Tanda-tanda vital anak: suhu 37,7 oC,
5.1.2 Pasien muncul beberapa diagnosa yaitu: resiko kekurangan volume cairan
nutrisi yang hilang serta mematenkan jalan nafas dan menghilangkan resiko
86
87
Mg, vitamin zinc 1 x 1, infus Ka-En 3B, melakukan clapping dada untuk
5.1.5 Hasil evaluasi pada tanggal 21 Juni 2017, anak mulai makan dengan lahap,
tidak ada muntah, BAB satu kali dengan konsistensi yang lembek, tanda-
tanda vital 36,5oC, nadi 98 x/menit. Intensitas batuk sudah berkurang suara
nafas vesikuler tanpa ada suara nafas tambahan. Tidak ditemukan adanya
5.2 Saran
5.2.2 Perawat harus memberikan edukasi pada orang tua tentang makanan apa
yang dapat dikonsumsi anak saat masih dalam perawatan diare. Karena anak
Amin, Lukman Zulkifli .(2015). Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol.42 no. 7,
tahun 2015. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo: Jakarta.
Canadian Pediatric Society .(2003). Science Article: A Note From The Doctor:
Advice for Parents and Caregivers; Dehydration and Diarrhea. Pediatric Child
Health, Vol 8, No 7, September 2003. Diunduh tanggal 21 Juni 2017.
Departemen Kesehatan .(2015). Diare. Diunduh tanggal 21 Juni 2017.
Healthy Child Manitoba (HCM) .(2006). Caring a Child with Fever. Di unduh
tanggal 19 Juli.
Johnso, Cathy .(2015). Does having a fever mean in your infection is bacterial or
viral. Diakses tanggal 11 Juni 2017.
Jum’atil Fajar dkk .(2016). Informasi Kapuas. Kalimantan Selatan: Andalas.
Diunduh tanggal 1 Juni 2017.
Kementrian Kesehatan RI .(2011). Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Diunduh tanggal 1 Juni 2017
Marcin, Judith .(2016). Medical Reviewed:Bacterial Gastroenteritis.
http://www.healthline.com/health/bacterial-gastroenteritis#overview1. Diakses
pada tanggal 4 Juni 2017
National Research Council Subcomitte on Nutrition and Diarrheal Disease
Control (NRCS) .(2012). Science Article: Nutritional Management of Acute
Diarrhea in Infants and Children. Unites States: National Academy Sciences.
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi .(2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC Ed. I. Mediaction
Publishing: Yogyakarta
Parashar, UD dkk .(2006). Rotavirus and Severe Chilhood diarrhea. Emerging
Infec Dis. 2006; 12(2): 304-6. Di unduh tanggal 30 Juli 2017
Saeed, Amir dkk .(2015). Microbial Aetiology of Acute Diarrhea in Childer
Under Fiver Years of Age in Khartoum, Sudan. Journal of Medical
Microbiology (2015), 64, 432-437. Di unduh tanggal 30 Juli 2017
Surawicz, Christina M. Ochoa, Blanca .(2007). Diarrheal Diseases. United States:
The Amrican College of Gastroenterology.
88
WHO .(2017). Zinc supplementation in the management of diarrhoea.
http://www.who.int/elena/titles/bbc/zinc_diarrhoea/en/ diakses tanggal 19
Juni 2017.
89