Oleh :
Oleh :
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN
Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
ilmia akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya nyatakan dengan
benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah
Surabaya.
Yang menyatakan,
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 1630070
Surabaya
menyetujui laporan karya ilmiah akhir ini guna memenuhi sebagian persyaratan
NERS (Ns.)
Pembimbing
iii
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
1. TK Nurul Huda (1999-2000)
2. SDN 442 Bangkingan (2000-2006)
3. SMPN 40 Surabaya (2006-2009)
4. SMAN 18 Surabaya (2009-2012)
5. PT STIKES Hang Tuah Surabaya (2012-2016)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
1. Orangtuaku, Mama dan Papa yang telah senantiasa memberikan dukungan dan
doa sehingga bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan baik dan
tepat waktu.
2. Hildan Faktiansyah yang telah memberikan dukungan, nasehat dan semangat
dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.
3. Teman-teman sealmamater khususnya khususnya Profesi Ners A7,
terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kalian selama ini sehingga Karya
Ilmiah Akhir ini bisa selesai dengan tepat waktu.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Profesi Ners.
bukan hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari berbagai
pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, Yng telah memberikan ijin dan lahan
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Stikes Hang Tuah
tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian
vi
5. Ibu ,selaku pembimbing ruangan yang dengan tulus ikhlas memberikan arahan
6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna
dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini, juga kepada seluruh
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal
baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Karya
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang
Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................................... 44
BAB 3 LAPORAN KASUS .................................................................................... 45
3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 45
3.1.1 Identitas ......................................................................................................... 45
3.1.2 Riwayat Kesehatan ........................................................................................ 45
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 47
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 51
3.1.5 Terapi ............................................................................................................. 52
3.2 Diagnosa ......................................................................................................... 53
3.2.1 Analisa Data .................................................................................................. 53
3.3 Prioritas Masalah ............................................................................................ 55
3.4 Rencana Keperawatan ................................................................................... 56
3.5 Tindakan Keperawatan .................................................................................. 60
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................... 71
4.1 Pengkajian ...................................................................................................... 71
4.2 Diagnosa ........................................................................................................ 80
4.3 Perencanaan .................................................................................................... 83
4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi............................................................................... 87
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................... 90
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 90
5.2 Saran ............................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
DM : Diabetes Melitus
DS : Data Subyektif
DO : Data Obyektif
HCT : Hematokrit
HGB : Hemoglobin
x
PAD : Peripheral Arterial Disease
TD : Tekanan Darah
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
hormone insulin dari sel beta pancreas atau akibat gangguan fungsi insulin, atua
kondisi kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah melebihi batasan normal,
hal ini disebabkan oleh karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara adekuat. Kadar gula normal dalam waktu 2 jam. American Diabetes
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan
kedua-duanya.
pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030,
1
2
kasus DM di ruang III Rumkital dr. Ramelan didapatkan pasien dengan prevalensi
mencapai angka 16,12% dari 217 pasien yang dirawat inap di ruang III Rumkital
perlahan namun pasti akan merusak jaringan dalam tubuh jika tidak ditangani
secara tepat dan serius (Agus, dkk, 2011). Diabetes mellitus di sebabkan oleh
penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta. Penyebab resistenis insulin pada
diabetes mellitus ada faktor yang berperan antara lain, kelainan genetic, usia, gaya
hidup stress, pola makan yang salah, obesitas dan infeksi. Distribusi penyakit ini
juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dan tingkst social ekonomi
rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala
menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air
kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun (Murwani, 2009). Jika
organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantungm pembuluh darah, syaraf dan lain-
lain.
perawatan diri dan pemantauan terhadap glukosa darah. Peran perawat dalam
makanan atau minuman, minum obat secara teratur, mengajarkan cara pemberian
3
gula darah secara rutin di klinik. Perencanaan akan atau diet, kunci keberhasilan
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim yaitu dokter, ahli gizi,
petugas kesehatan, dan pasien sendiri. Pada pasien Diabetes Melitus perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
ilmiah akhir tentang Asuhan Keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 1
Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya?”
1.3 Tujuan
Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di ruang Paviliun3 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
4
Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya ilmiah akhir
dari karya ilmiah akhir ini secara teoritis maupun praktis seperti dibawah ini:
1. Secara Teoritis
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena diabetes
mellitus, dan juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang
2. Secara Praktis
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam
pasien dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di
profesi keperawatan
6
Manfaat karya ilmiah akhir ini bagia pasien dan keluarga yaitu untuk
mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus serta perawatan yang benar agar
d. Bagi Pembaca
Manfaat karya ilmiah akhir bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi
dan informasi bagia orang yang membbaca karya ilmiah akhir ini menjadi lebih
1.5.1 Metode
yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
dengan diagnose media Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang
1. Wawancara
Data diperoleh melalui tahap kontrak awal dengan pasien dan keluarga,
penyampaian maksud dan tujuan, bina hubungan saling percaya pada pasien dan
mengenai identitas pasien, keluhan utama, keluhan lain saat pengkajian, riwayat
keluarga, riwayat alergi, pemeriksaan fisik dan pola-pola fungsi kesehatan , pola
aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola nutrisi, pola eliminasi, pola kognitif
perceptual, pola konsep diri, pola koping, pola seksual reproduksi, pola peran
2. Observasi
terjadi pada pasien secara obyektif selama tiga hari berturut-turut. Observasi yang
yang meliputi pola persepsi terhadap kesehatan, pola aktivitas dan latihan, pola
istirahat tidur, pola nutrisi, pola eliminasi, pola kognitif perseptual, pola konsep
diri, pola koping, pola seksual reproduksi, pola peran hubungan dan pola nilai
kepercayaan.
3. Pemeriksaan
sakit yang dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang
4. Rekam Medis
2. Bagian inti, pada bagian inti terdiri atas lima bab yang masing-masing
penulisan.
BAB 2 :L Landasan teori yang berisi tentang konsep dasar penyakit dari
gangrene.
BAB4 : Pembahasan kasus yang ditemukan berisi data, teoris dan opini
serta analisa
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan di uriakan secara teoritis mengenai diabetes mellitus
dan mengenai asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dan ulkus.
masalah yang muncul pada penyakit diabetes mellitus dengan melakukan asuhan
dan evaluasi.
Diabetes melitus berasal dari dua kata, diabainein dari bahasa Yunani,
yang berarti tembus atau pancuran air dan mellitus dari bahasa latin yang berarti
rasa manis (Lakshita,2012). Diabetes Mellitus atau penyakit kencing manis adalah
penyakit yang disebabkan oleh pankreas atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara aktif (Sari,2015). Diabetes
berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan, sedangkan melitus
atau mellitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secra bahasa, diabetes
melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula, yang
dimksud dalam hal ini adalah air kencing. Diabetes mellitus adalah suatu keadaan
yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau
10
11
tahun, mengalami onset akut penyakit ini, tergantung pada terapi insulin dan
tipe 1 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula dalam tubuh karena kerusakan
sepenuhnya.
Pancreas atau kelenjar liur perut adalah sebuah kelenjar yang letaknya
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta
yang mengeluarkan hormone insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar
25cm, tebal ±2,5cm dan beratnya sekitar 80 gram menurut Ernawati, (2013).
1. Kepala pancreas : merupakan bagian yang paling lebar, terletak diselah kanan
3. Ekor pancreas : merupakan bagian rungcing sebelah kiri dan berdekatan dan
menyentuh limpah.
duodenum
pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau Langerhans
sebagai berikut :
like activity.
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Sel beta
penderita DM berbeda dengan sel beta normal, yakni sel beta tidak menunjukkan
insulin yaitu membuka jalan glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk
menghasilkan energi, menekan produksi gula dihati dan otot, serta mencegah
mengeluarkan insulin dalam jumlah kecil setiap hari. Pada penderita diabetes
mellitus, insulin tidak tersedia didalam tubuh. Kondisi ini bisa terajadi karena
yaitu :
a. Faktor genetik
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
c. Faktor Lingkungan
contoh hasil penelitian menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok Etnik
adanya gejala khas berupa polifagi (banyak makan), poliuri (banyak kencing),
polidipsi (cepat haus), lemas, dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin
dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria
serta pruritus vulva pada wanita. Tipe 1 diabetes, mulanya disebut “diabetes usia
muda”, biasanya diagnosis awal bagi anak-anak, remaja dan dewasa muda. Pada
kekurangan insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan
Adapun pada diabetes mellitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-
anak (diabetes mellitus juvenile), mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
1. Fase Inisial
ini sering didahului oleh infeksi, guncangan emosi, maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi
Fase ini khas pada oenyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin
menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila
insulin harus dihentikan. Pada fase ini, perlu observasi dan pemeriksaan urine
reduksi secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung
penyandang DM atau orang tua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan
penyakitnya.
4. fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakkan. Pada fase ini
metabolisme yaitu proses komplek yang selalu terjadi dalam tubuh manusia.
glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Zat-zat
makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh
didalam tubuh sebagai “bahan bakar” metabolisme. Zat makanan harus masuk
dulu kedalam sel dengan dibantu oleh insulin agar dapat berfungsi sebagai “bahan
bakar”. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel. Bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga tubuh tidak
berada didalam pembuluh darah sehingga kadar gula darah akan meningkat.
menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.
protein makanan ke dalam sel. Pada waktu antara jam-jam makan dan pada saat
tidur malam, pankreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah kecil
pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui
18
hati membentuk glukosa dari pemecah zat lain sekain karbohidrat yang mencakup
parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes
ini muncul ketika prankeas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali.
Diabetes mellitus Tipe 1 diduga disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan
yang menyerang seorang dengan system imun yang secara genetis merupakan
kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pancreas tidak
mampu mesintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang
cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada
kualitasnya cukup atau normal (jumlah reseptor insulin DMtipe 1 antara 30.000-
35.000) jumlah reseptor insulin orang normal ±35.000 sedang pada DM dengan
menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh
karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap
19
harinya. DM tipe 1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi
(Riskesdas, 2007)
peradangan pada sel beta insulitis. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan
mungkin pula lingkungan seperti infeksi virus-virus cocksakie, rubella, herves dan
lain-lain.
a. Faktor-faktor genetik:
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
DRA. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya individu yang memiliki salah satu HLA ini
mempunya risiko tiga hingga lima kali lipat untuk menderita DM tipe 1. Hampir
sebagian besar (95%) suku Caucasian yang berkulit putih dengan DM tipe 1
memiliki HLA yang spesifik (DR3 dan DR4). Individu yang memiliki HLA-DR3
dan DR4 memiliki risiko terkena DM tipe 1 sebanyak 10 hingga 20 kali lipat jika
b. Faktor-faktor imunologi:
menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell
Antibody). Reaksi antigen (sel beta) denga antibody (ICA) yang ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel beta, namum sel alfa dan delta tetap utuh.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
20
Disamping itu glukosa yang berasal dari makana tidak dapat disimpan dalam hati
(sesudah makan), bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrate
mulai dibuang kedalam urin. Jika jumlah filtrasi glumerolus yang terbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah meningkat 180
karena efek osmotik glukosa didalam tubulus mencegah reabsorpsi cairan oleh
tubuluus. Keadaan ini dinamakan duiresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam amino serta subtansi
lain), namum pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia, disamping itu akan
sebagai akibat produksi lain dari pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
Franisisca, (2012):
diabetes.
5. Kurang berolahraga
6. Diet yang buruk dimana mengkonsumsi tinggi kalori dan rendah serat.
secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya
meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi
10. Kurang gizi terjadi selama kehamilan, masa kanak-kanak dan pada usia
dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin
selama hamil, sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau
kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,
tergolong gemuk.
11. Pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah antara
140-200mg/dl
hidrokortison.
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau
menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa
menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang
Menurut Corwin (2009) ada beberapa jenis komplikasi akut pada diabetes
mellitus yaitu:
dapat terjadi setelah stress fisik sperti kehamilan atau penyakit akut atau
trauma
dijumpai pada pengidap diabetes tipe II. Kondisi ini juga merupakan
karbohidrat.
laktat, dengan dihambatnya kadar laktat ini maka kadar laktat didalam
laktat.
atau obat hipoglikemik oral. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya
2. Komplikasi Berat
mellitus yaitu :
Karbihidrat adalah sumber panting bagi energi tubuh, baik dari biji-bijian,
adalah pola makan yang benar dengan pengaturan jumlah karbohidrat setiap kali
makan. Seorang ahli diet dapat membatu dalam mengatur dan mempelajari berapa
banyak kalori dan nutrisi yang tepat bagi penderita diabetes untuk mencukupi
2. Berolahraga
peredaran darah dalam tubuh. Olahraga tidak harus berat, yang penting rutin dan
terus menerus. Pilih jenis olahraga yang disukai, bisa jalan santai, senam, menari
bersepeda atau sekedar jalan ditempat. Lakukan olahraga setengah jam sehari,
bahkan saat bekerja jika tidak sempat melakukannya secara khusus. Olahraga
tekanan darah dan menjaga berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi stress
Kegiatan fisik dan olahraga bermanfaat bagi setiap orang karena dapat
jantung, paru dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus
dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis
melakukan kegiatan lain yang setara. Kegiatan lain yang bisa dilakukan misalnya
membiasakan dari naik tangga 2-6 lantai secara bertahap dan teratur, walaupun
ditempat itu tersedia lift. Biasakan juga untuk memarkirkan mobil ditempat yang
lebih jauh sehingga memungkinkan untuk berjalan secara sehat ke tempat kerja.
Menurunkan berat bedan denga perlahan dan mulai dari yang terkecil, sekitar 4-6
26
kg setiap bulan, dapat mengurangi risiko komplikasi DM. Ini sangat membantu
menurunkan gula darah dan tekanan darah. Cara termuda untuk mulai mengontol
berat badan adalah mencoba mengurangi makanan dengan kadar lemak yang
4. Tidur Cukup
Tidur cukup sangatah baik untuk kesehatan. Sebaliknya, kurang tidur akan
meningkatkan kadar glukosa darah dan mendorong orang untuk makan makanan
dengan karbohidrat tingi. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan penambahan berat
badan, juga meningkatkan risiko komplikasi, seperti penyakit jantung dan ginjal.
Coba untuk tidur cukup, sekitar 7-8 jam setiap malam. Jika memiliki keslitan
tidur, coba atasi dan konsultasikan dengan ahlinya. Memperbaiki pola tidur dapat
Bagi yang terkena DM, sepertinya kondisi gula darah setiap hari tidaklah
penting. Namun, melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala sangat penting
dan dapat menghindarkan dari penyakit DM. Bahkan, bagi mereka yang sudah
komplikasi yang lebih buruk, seperti nyeri saraf, jantung dan lain-lain. Memantau
kondisi gula darah dapat membantu melakukan langkah antisipasi terbaik untuk
menentukan pola makan dan jenis olahraga yang harus dilakukan. Kondisi gula
6. Manajemen Stress
Stress dapat memicu naiknya gula darah. Oleh karena itu, singkirkan
segala sesuatu yang dapat membuat stress, baik itu tekanan secara fisik maupun
mental. Kalau ada masalah yang berat dan harus diselesaikan, usahakan secepat
minta bantuan kepada ahlinya. Jangan lari dari masalah dan melakukan tindakan
buruk lainnya, seperti mmengkonsumsi munuman keras atau narkotika. Ini tidak
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress, teknik relaksasi, seperti latihan
pernapasan, yoga, dan meditasi dapat sangat efektif untuk mengatasi stress.
mempercepat kerusakan ginjal. Untuk mendapatkan rasa asin dan gurih dalam
pemberi rasa asin dan gurih. Sebisa mungkin hindari makan makanan olahan.
Perbanyak makan dari bahan-bahan segar dan tidak diawetkan. Berbelanja dipasar
supermarket besar.
8. Berhenti Merokok
menurunkan risiko terbesar DM. Jadi lakukan dengan perlahan untuk berhenti
merokok, tiga kali lebih cepet meninggal karena penyakit jantung daripada
28
kinerja jantung dan paru-paru. Ini menurunkan tekanan darah dan risiko stroke,
serangan jantung, kerusakan saraf, dan penyakit ginjal. Tanyakan kepada dokter
dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah
diderita pada usia <30 tahun dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak
1. Fase akut/ketoasidosis
Fase akut bertujuan untuk mengobati koma dan dehidrasi dengan pemberian
insulin.
30
2. Fase Subakut/transisi
jasmani.
3. Fase Pemeliharaan
Pada fase ini, tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolic
dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi. Untuk itu, WHO
hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperature. Kaki penderita
Diabetes Melitus memiliki resiko potensial patologi meliputi infeksi, ulserasi dan
penyakit pembuluh darah perifer dan atau komplikasi metabolic Diabetes Melitus
31
yang tidak terkendali (Tarwoto, et al, 2012). Ulkus kaki diabetic adalah kerusakan
sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full thickenss) pada kulit yang
meluas ke jaringan di bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang
terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi
ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Jika
ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh,
luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi sering mengakibatkan gangrene
dan amputasi ekstermitas bagian bawah (Tarwoto, et al, 2012). Beberapa istilah
yang biasanya pada luka diabetic adalah luka yang terjadi pada pasien dengan
Perawatan ulkus kaki diabetic memerluka kerja sama dari berbagai disiplin
ilmu. Dengan melibatkan banyak disiplin perlu adanya kesamaan informasi dalam
proses perawatan luka sehingga penyembuhan ulkus kaki diabetic bila optimal.
Klasifikasi ulkus kaki diabetic yang sering digunakan adalah menggunakan skala
1. Teori Sorbitol
dan jaringan tertentu dan dapat memindahkan glukosa tanpa insulin. Glukosa
yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui
glikolisis, tetapi sebagian dengan perantara dan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan
2. Teori Glikosilasasi
1. Faktor Endogen
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetic
33
2. Faktor Eksogen
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
Lumpuh) (Suriadi,2004).
34
2.3.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data dan
analisa data.
1. Data Umum
a. Pengumpulan data
komprehensif secara lengkap dan relevan untuk mengenal pasien agar dapat
b. Identitas
Nama pasien, (Kebanyakan terjadi pada usia paruh baya dan tua) tanggal
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
35
kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Luka diabetes
(gangren) apabila sudah sampai pada tahap sepsis maka akan dilakukan amputasi,
pasien post amputasi biasanya akan mengeluh nyeri akut (Dalimartha, 2013;
Prince, 2012)
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
(Wijaya&Yessie, 2013). Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada
anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes melitus. Perwarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan
2. Pemeriksaan Fisik
sistem organ tubuh karena efek sirosis memengaruhi seluruh organ tubuh.
36
a. Pernafasan (B1/Breathing)
b. Sirkulasi (B2/Blood)
menurun, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Neurosensori (B3/Brain)
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental. Refleks tendon dalam
d. Eliminasi (B4/bladder)
oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan
e. Makanan/cairan (B5/bowel)
37
Gejala: hilang nafsu makan. Mual dan muntah. Tidak mengikuti diet,
lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Hasu. Penggunaan diaretik.
Tanda: kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau distensi
dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton)
f. Aktivitas (B6/Bone)
Gejala: adanya perubahan warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
beraktivitas.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dL, GDP > 120 mg/dL dan
b. Urine
warna urine : Hijau (+) , kuning (++), merah (+++) , dan merah bata
(++++).
c. Kultur Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
2.3.2 Diagnosa
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis
asupan makanan
a. Diagnosis keperawatan 1
Tujuan:
berkurang.
Kriteria Hasil:
3. istirahat cukuo
Intervensi:
hangat/dingin)
Rasional:
pasien.
nyeri klien.
b. Diagnosis Keperawatan 2
Tujuan:
kelambatan pemulihan.
Kriteria Hasil:
Intervensi:
tidak menggaruk.
Rasional:
c. Diagnosis Keperawatan 3
Tujuan:
41
imobilitas.
Kriteria Hasil:
sendi pasien.
Intervensi:
Rasional
kerusakan kulit.
42
pemulangan.
d. Diagnosis Keperawatan 4
Resiko infeksi
Tujuan:
infeksi.
Kriteria Hasil:
Intervensi :
ke perawat
Rasional:
e. Diagnosis Keperawatan 5
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Pasien atau keluarga melakukan program hiegene dan mandi setiap hari.
Intervensi:
2. Bantu sebagian atau sepenuhnya saat mandi atau higene setiap hari.
Rasional:
kebutuhan pasien.
2.3.4 Pelaksanaan
kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi
2.3.5 Evaluasi
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin di
capai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum,
TINJAUAN KASUS
2017 dengan data pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 pukul 08.15 WIB untuk
pasien dengan diabetes melitus tipe 1 + ulkus manus dextra maka penulis
menyajikan suatu kasus yang. Anamnesa di peroleh dari pasien, keluarga pasien
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Pasien adalah seorang laki-laki bernama Tn “T” usia 30 tahun, bahasa yang
sering digunakan adalah bahasa Indonesia, pasien belum menikah. Pasien tinggal
pasien dengan menggunakan BPJS. Pasien MRS tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.30
WIB.
1. Keluhan utama
Lemas
45
46
Mei 2017 pukul 13.06 dengan keluhan lemas seluruh badan. Terdapat luka di
bagian tangan kanan pasien dengan panjang luka 9,5cm lebar dan kedalaman
2ml,luka muncul berawal dari terkena oven sudah diberikan obat namun tidak
Pertama kali didiagnosis Diabetes Melitus karena kesemutan mulai dari dengkul
ke bawah. Pasien juga mengeluhkan mata masih bisa melihat tapi kabur. Keluarga
hipertensi, pernah mengalami DBD, demam tifoid, TB, dan tidak ada asma.
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai DM.
5. Genogram
Pasien merupakan seorang anak yang memiliki orang tua tinggal ibu dan 3
2 kakak perempuan, orang tua laki-laki Tn. T sudah meninggal, Tn. T merupakan
anak ketiga dari 3 saudara. Tn. T tinggal satu rumah dengan orang tua dan kakak
yang ke 2.
6. Riwayat alergi
tanda vital observasi pasien tekanan darah: 120/90 mmHg, nadi: 89x/mnt, suhu:
36°c, RR: 18 x/mnt, tinggi badan 175cm dan berat badan 58kg.
Bentuk dada normochest, dada kanan dan dada kiri simetris, keseimbangan
gerak nafas dada dan perut simetris bentuk dada normal tidak ada penggunaan
otot bantu napas sternokleidomastoideus, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi
dada, tidak ada fail chest, dan airway paten. Tidak ada krepitasi, tidak ada fail
chest dan teraba taktil fremitus pada semua lapang paru. Terdengar sonor
(resonan) pada semua lapang paru, pada ICS 3 sampai 5 pada dada kiri terdengar
lebih redup. Suara napas vesikuler, tidak terdapat mucus, dan tidak terdapat suara
Dada kanan dan dada kiri simteris dan tampak denyutan ictus cordis pada
Suara jantung S1 S2 tunggal, irama jantung regular, tidak terdapat mur-mur atau
gallop.
spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada kejang.
Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+, Refleks patologis : babinski -
/-, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-, bruzunki -/-,, pada
dan obat, Nervus cranial II pasien dapat melihat lapang pandang secara normal,
Nervus cranial III pasien mampu membuka kelopak mata, Nervus cranial IV
mata ke arah lateral, Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada
masalah, Nervus cranial VIII pasien dapat mendengar dengan baik, Nervus cranial
IX pasien tidak ada kesulitan menelan, Nervus cranial X pasien dapat menelan
dengan baik, Nervus cranial XI bahu pasien simetris tidak ada. masalah, Nervus
terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, eliminasi urin
Kondisi mulut bersih, membrane mukosa bibir dan mulut tampak lembab,
gigi lengkap, tidak ada caries, tidak nyeri, tidak ada gigi palsu, faring tidak nyeri
saat menelan, Diit SMRS frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, lauk pauk
dan sayur.
Diit MRS pasien diit diabetasol 200, porsi makan habis, pasien
menggunakan alat bantu makan, tida ada mual dan muntah. Bentuk abdomen
simteris, peristaltic normal, tidak ada kelainan pada abdomen, tidak ada
pembesaran pada hepar, tidak ada pembesaran lien, pada rectum dan anus tidak
ada hemoroid dan tidak ada lesi. Eliminasi alvi SMRS: Frekuensi 1x/hari,
Keadaan umum lemah, tidak terdapat fraktur, dan turgor kulit elastis.
Terdapat kelainan jaringan karena gangren warna dasar luka, kulit sekitar luka
merah mudah, tidak ada oedema, terdapat bekas amputasi pada ibu jari, tepi luka
merah, terdapat eksudat pada gangren di tangan kanan luas 9,5cm, lebar
2,5cm,kedalaman 2ml.
3. Melawan gravitasi
5. Normal
7. Endokrin
Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1
memotong kuku sebanyak 1 minggu/1x. Selama pasien masuk rumah sakit pasien
mandi dengan cara di seka sebanyak 1x/hari, pasien belum keramas selama masuk
rumah sakit, pasien ganti pakaian sebanyak 1x/hari, pasien memotong kuku
Persepsi terhadap sehat sakit : Pasien mengatakan bahwa sehat itu tidak
sakit, dan pasien berharap agar cepat sembuh. Pasien menganggap sakit yang
menimpanya adalah ujian dari Tuhan dan pasien mengatakan ikhlas menerimanya.
51
Konsep diri :
a. Gambaran Diri : Pasien tidak menyukai bagian tangannya karena
telah dioperasi bagian ibu jari sebelah kanan.
b. Ideal Diri : pasien berperilaku baik dan berperan sebagai anak
dan adik yang baik.
c. Harga Diri : Pasien bersabar dan menerima dengan iklas atas
penyakitnya.
d. Identitas Diri : Pasien mengatakan dia seorang Laki-laki berusia
30 tahun. Pasien belum menikah.
e. Peran : Pasien adalah seorang mahasiswa.
Kemampuan berbicara : Pasien dapat berkomunikasi
Kemampuan adaptasi terhadap masalah
Ansietas : Tidak ada
Rekreasi : Pasien menonton tv dan jalan-jalan dengan
keluarga
Olahraga : jalan pagi di sekitar komplek rumah.
System pendukung : keluarga
Hubungan dengan orang lain : baik
Kegiatan ibadah : pasien beragama katolik.
1. Laboratorium
3.1.5 Terapi
Tabel 3.3 Terapi obat Tn. T tanggal 19 Juni 2017 dengan diagnosis medis
diabetes melitus dengan ulkus manus dextra.
Tgl. Terapi Dosis Indikasi Kontraindika Efek
Obat si Samping
19/062017 Cefoperazo 1000m Diindikasikan Dikontraindika
Gangguan sel
ne g/vial untuk penyakit sikan pada
cerna: diare,
2x1 infeksi saluran pasien yang
mual,
napas, infeksi alergi terhadap
muntah.
saluran kemih, penicillin, Reaksi kulit
peritonitis, cefoperazone,seperti ruam,
kolangitis, sulbactam atau
urtikaria.
infeksi intra sefalosprin Peningkatan
abdominal. lainnya. sementara
SGOT
SGPT,
bilirubin.
19/062017 Ranitidine 2mg Untuk Penderita yang Dapat terjadi
2x1/IV penderita sakit diketahui takikardi
maag dan hipersensitifita (jarang),
terjadi s terhadap agitasi,
peningkatan ranitidine. gangguan
asam lambung penglihatan,
dan luka pada alopesia,
lambung. nefritis
interstisial.
19/062017 Levemir 4 ui/SC Insulin untuk Hipersensitivit Efek
pasien dengan as individu samping
diabetes untuk obat. yang paling
mellitus. sering
adalah
hipoglikemia
, yang terjadi
ketika dosis
yang
diberikan
relative
tinggi untuk
kebutuhan
tubuh untuk
insulin.
53
Tabel 3.4 Analisa Data Tn. T dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe I +
Ulkus manus dextra.
No. Data (Symptom) Penyebab Masalah (Problem)
(Etiologi)
1. DS : Gangguan Hambatan mobilitas
- Pasien mengatakan neuromuscular fisik
lemah pada kedua kaki.
Skala otot 5555 5555
4444 4444
- Pasien mengatakan
capek ketika
menggerakkan bagian
kaki.
DO :
- Pasien dapat
mengangkat kedua kaki
dengan melawan
gravitasi.
- Pasien tampak lemah
semua kebutuhan
pasien dibantu keluarga
DO :
- Pasien tampak
menyeringai ketika
dikaji.
- Terdapat ulkus pada
manus dextra gambaran
luka pada tangan yaitu
warna dasar luka
kekuningan, terdapat
pus, panjang ±9,5cm,
54
3. DS : Penurunan Kerusakan
- Klien mengatakan ada sirkulasi Intergritas Jaringan
luka di tangan sebelah
kanan.
DO :
- Terdapat bercak merah
di seluruh tubuh.
- Terdapat luka ulkus
manus dextra dengan
luas 9,5cm, lebar
2,5cm, kedalaman 2ml.
- Terdapat eksudat pada
ulkus manus dextra.
4. DS : Kelemahan Defisit perawatan
- Keluarga pasien diri : mandi
mengatakan pasien
mandi hanya diseka 1x
sehari
DO :
- Klien tampak Lemah
- Semua kebutuhan
pasien dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak bedrest
dengan posisi
semifowler.
55
Tabel 3.5 Prioritas masalah Tn. T dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe I +
Ulkus manus dextra
No. Masalah Keperawatan Tanggal Paraf
Ditemukan Teratasi
Ϣ
1. Hambatan mobilitas fisik 19-06-2017 21-06-2017
berhubungan dengan
Gangguan neuromuscular
Ϣ
2. Nyeri akut berhubungan 19-06-2017
dengan Agen Cedera Akut:
(luka gangrene)
Ϣ
3. Kerusakan Intergritas 19-06-2017
Jaringan berhubungan dengan
penurunan sirkulasi
Ϣ
4. Defisit perawatan diri b/d 19-06-2017 21-06-2017
kelemahan
56
Senin, Dx 1
1,2,3,4 19/062017 Mengobservasi TTV Tn. T Zr Vebby S: Zr Vebby
08.00 TD : 120/90 mmHg Pasien mengatakan lukanya disebelah
N : 98 x/menit tangan kanan. Luka pasien berawal
S : 36 C dari oven karena memasak bulan
RR : 20 x/menit januari yang lalu.
Mengobservasi kadar gula darah : 207 O:
mg/dl - keadaan umum lemah
- Kesadaran : composmentis
2 08.20 Mengkaji karakteristik nyeri pasien - GCS : E:4 V:5 M:6
P: Nyeri karena ulkus diabetikum - Luka dibagian tangan kanan
Q: Tertusuk-tusuk pasien
R: manus dextra - Gerakan lambat pada ekstermitas
S: 3 (1-10) bawah, mobilitas dibantu
T: Hilang timbul keluarga.
- Kekuatan otot
2 08.35 Memberikan alternative dan mengajarkan 5555 5555
teknik relaksasi seperti napas dalam ketika 4444 4444
nyeri mulai muncul. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
61
R: manus dextra
1,2,3,4, 11.30 Memberikan terapi obat sesuai dengan S: 4 (1-10)
5 hasil kolaborasi dengan dokter : T: Hilang timbul
- Cefoperazone 3x1 IV
- Levemir 4 unit/SC O:
- Pasien tampak masih
1 12.00 Membantu memiringkan pasien dengan menyeringai ketika dilakukan
mengganjal bantal rawat luka
- Terdapat luka pada manus dextra
1 14.00 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang dengan gambaran luka warna
teknik untuk meningkatkan mobilitas di dasar kekuningan, terdapat pus,
tempat tidur. tidak ada odema, panjang luka
9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
3 15.00 Merawat luka membersihkan dan 2ml, tepi luka berwarna merah
mengganti balutan. terdapat luka gangren muda
pada tangan kanan. Gambaran luka - TD : 120/80 mmHg
gangren pada tangan kanan yaitu warna - N : 95x/menit
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - S : 36,6 C
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan - RR : 18 x/menit
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah
muda.
O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- Rambut pasien tampak tidak
rapi.
- Pasien diseka oleh keluarganya
sehari dua kali.
1,2,3,4 12.06 Memberikan terapi obat sesuai dengan 2ml, tepi luka berwarna merah
hasil kolaborasi dengan dokter : muda
- Cefoperazone - TD : 120/80 mmHg
- Novorapi 4 unit. - N : 95x/menit
- S : 36,6 C
1 15.00 Membantu memiringkan pasien dengan - RR : 18 x/menit
mengganjal bantal
Mengajarkan pasien dan keluarga tentang A:
teknik untuk meningkatkan mobilitas di Masalah belum teratasi
tempat tidur. P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
1,2,3,4, 16.00 Merawat luka membersihkan dan
5 mengganti balutan. terdapat luka gangren
pada tangan kanan. Gambaran luka Dx 3
gangren pada tangan kanan yaitu warna S:
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - pasien mengatakan ada luka di
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan tangan kanan pasien.
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah O:
muda. - keadaan umum pasien lemah
- terdapat bercak-bercak merah
1,2,3,4, 18.00 Mengobservasi TTV Tn. T diseluruh bagian tubuh pasien.
5 TD : 110/70 mmHg - Terdapat luka pada manus dextra
N : 80 x/menit dengan gambaran luka warna
18.05 S : 36 C dasar kekuningan, terdapat pus,
RR : 18 x/menit tidak ada odema, panjang luka
9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
1,2,3,4, 20.00 Melakukan Cek GDA 2ml, tepi luka berwarna merah
5 Hasil : 93 mg/dl muda
70
PEMBAHASAN
pada pasien Tn. T dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus
Manus Dextra Diruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang dilaksanakan
mulai tanggal 19 Juni sampai dengan 22 Juni 2017. Melalui pendekatan studi
4.1 Pengkajian
pada pasien, melakukan pemeriksaan penunjang medis, serta dari rekam medis
1. Identitas
sering dijumpai pada usia muda yaitu pada usia <40 tahun, sedangkan DM tipe 2
biasa terjadi pada usia >40 tahun. (Robins & Cotran, 2008).
pustaka dan tinjauan kasus. Pasien dengan diabetes mellitus yang diketahui sejak
usia 12 tahun hingga saat ini usia 30 tahun dikarenakan kerja pankreas yang
menurun. Faktor lain yang juga bisa berpengaruh adalah aktivitas yang padat yang
71
72
Keluhan utama Tn. T mengeluh lemas pada kedua kaki karena terlalu lama
bedrest.
dextra yang sudah lama tidak sembuh. Komplikasi pada DM dapat dibedakan
menjadi komplikasi akut dan kronis. Salah satu komplikasi kronis serta efek dari
Awal terjadinya luka pada Tn. T adalah karena terkena api saat memasak
kemudian luka semakin membengkak dan sukar sembuh. Sebelumnya Tn. T telah
diamputasi pada Ibu jari tangan kanan yang mengalami nekrosis di Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
pendidikan di Universitas gula darah tidak terkontrol dan pasien sering mangalami
hal ini dibuktikan dengan luka gangrene dan post amputasi pada Ibu jari tangan
kanan. Amputasi perlu dilakukan pada jaringan yang telah mari untuk
sekarang dan reaksi pemakaian yang berlebih dan obat-obatan yang diresepkan
73
pada masa lalu) (Wijaya& Yessie, 2013). Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi
terhadap agen alergi apapun (makanan, minuman, obat, udara, air, bulu hewan,
dengan tinjauan kasus Tn. T tidak mengalami riwayat alergi obat-obatan maupun
riwayat alergi, namun penurunan pancreas yang dialami oleh pasien dikarenakan
kerusakan pada pancreas yang tidak bisa bekerja dengan maksimal sehingga tubuh
kekurangan insulin.
3. Pemeriksaan Fisik
sebagai data dalam menegakkan diagnsoa keperawatan yang actual maupun masih
dibawah ini:
Pada pasien diabetes mellitus tahap awal masih dalam keadaan fisiologis
menjadi lambat dan dalam atau disebut juga pernapasan khusmaul. Pernapasan
74
keseimbangan gerak napas dada dan perut simetris bentuk dada normal tidak ada
penggunaan otot batu napas sternokleidomastoideus, tidak ada sianosis, tidak ada
retraksi dada, tidak ada fail chest dan airway paten. Tidak ada krepitasi, terdengar
sonor, pada semua lapang paru, pada ICS 3 sampai 5 pada dada kiri terdengar leih
redup. Suara nafas vesikuler, tidak ada mucus, tidak terdapat suara nafas
20x/menit. Pernafasan khusmaul bisa terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus
hal ini disebabkan karena tubuh mengalami defisit energy sehingga tubuh
teratur, misalnya pada pasien diabetes mellitus yang memiliki riwayat penyakit
b. Sistem Kardiovaskuler
jantung seperti gallop ataupun murmur, bunyi jantung S1S2 tunggal nadi dalam
batas normal, tidak ada takikardi maupun bradikardi, irama denyut nadi regular.
Tekanan darah 120/90 mmHg, CRT 2 detik tidak terdapat edema di ekstermitas
bawah, palpasi nadi dorsalis pedis melemah, akral hangat dan tidak ada nyeri
dada.
pada pembuluh darah diseluruh tubuh disebut angiopati diabetic. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi menjadi 2 yaitu gangguan pembuluh darah besar
2012)
c. System Persyarafan
kesemutan dan nyeri. Sirkulasi ke jaringan perifer yang kurang optimal akibat
Pada tinjauan kasus ditemukan pasien GCS E4V5M6, dengan pupil isokor,
positif terhadap reaksi cahaya, reflek fisiologis positif (bisep, trisep, patella,
Setelah operasi amputasi dapat merasakan rangsang tajam, namun saat sebelum
Tn. T mengeluh sedikit nyeri pada ulkus diabetikum. Ulkus manus dextra
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5P yaitu
d. System Perkemihan
Tn. T selama dirawat tidak terpasang kateter jumlah urine ±1500 cc/hari.
Sering kencing (poliuri) pada pasien diabetes melitus dapat terjadi karena
glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena
ini akan mengakibtakan diuresis osmotik yang menyebabkan dehidrasi dan timbul
Pada pasien dengan diabetes mellitus sering kencing dan setiap kali air
kencing yang dikeluarkan cukup banyak (poliuri). Keadaan ini terjadi karena
kadar glukosa darah yang tinggi. Saat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal
(renal threshold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi)
urgeni, dysuria, enuresis, inkontinensia urine, retensi urin dan kandung kemih
Berdasarkan tinjauan kasus tidak ada lesi pada daerah perkemihan, tidak
ada lesi pada muara uretra, tidak ada pus, tidak ada perdarahan dan tidak ada
tanda-tanda inflamasi. Tidak ada nyeri tekan pada vesika urinaria, tidak teraba
massa dan tidak ada pembesaran. Tidak ada nyeri pada daerah costo vertebra,
Tn. T selama sakit tidak mengalami penurunan nafsu makan, setiap kali
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (Konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka klien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
f. Sistem Muskuloskeletal
mobilisasi tempat tidur, kemampuan pergerakan sendi bebas tapi agak lemah pada
tempat tidur hanya terbaring ditempat tidur. Berdasarkan tinjauan kasus warna
kulit pasien kecoklatan, tidak terdapat kontraktur, tidak terdapat hipertrofi, tidak
terdapat atrofi pada otot trisep dan otot femoralis, terdapat luka post operasi
amputasi pada ibu jari sebelah kanan dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada
daerah luka (rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsiolesa). Mobilitas dibantu oleh
keluarga. Tidak terdapat nyeri rekan pada semua bagian musculoskeletal dan
rentang kekuatan otot pada ekstermitas bawah 4 sedangkan pada ekstermitas atas
Tn. T hanya terbaring di tempat tidur sehingga pasien sedikit lemah. Hal
fungsi sel. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jarngan
– jaringan peripheal yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan
glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi akan
menggunakan asam lemak benas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan
massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah (Riyadi & Sukarmin, 2007).
g. Sistem Integumen
masalah kulit, beberapa laoiran yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti
jaringan parut, termasuk kulit dan lapisan subkutan yang mudah melekat pada
tulang. Infeksi juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada punting jika
Pada Tn. T terdapat ulkus manus dextra. Gambaran luka gangren pada
tangan kanan yaitu kondisi luka lembab, warna dasar luka kemerahan, terdapat
pus, panjang luka ±9,5 cm lebar ±2,5 cm dan kedalaman ±2 ml. Tepi luka
Ulkus diabetikum (Gangren) adalah proses atau keadaan luka kronis yang
ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis (Maghfuri, 2016). Gangren
atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan mati yang disebabkan oleh
adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai
sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Sehingga berpotensi terjadinya
infeksi.
h. Sistem Endokrin
Berdasarkan tinjauan kasus hasil GDA Tn. T tanggal 19 Juni 2016 yaitu
207 mg/dL. Pada diabetes mellitus ada tanda dan gejala yang klasik yaitu poliuria,
diagnosis medis mengalami diabetes mellitus. Kelebihan glukosa ini terjadi akibat
tubuh kekurangan insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
sehingga penderita merasa lapar dan ingin makan. Polyuria, saat kadar glukosa
darah melebihi ambang ginjal (renal threshold) maka glukosa dalam kecing
banyak air (H20). Hal inilah yang menyebabkan penderita sering kencing
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi pasien, pasien
ditempat tidur.
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan penurunan atau
aliran darah pada klien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan
sehingga badan cepat lelah, kurang bertenaga, bahkan sering mengantuk (Sujono
dan Sukarmin
81
pengalaman sensori yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau
risiko infeksi yang dapat merusak jaringan sekitar atau jaringan yang lain. Maka
pasien dengan luka diabetikum yang parah dilakukan amputasi. Post operasi
Tanda-tanda vital pasien tekanan darah: 120/90 mmHg, nadi : 98x/menit, suhu :
36°C, RR : 20x/menit, tinggi badan: 174cm dan berat badan : 58kg. Menurut
Nanda 2015-2017, batasan karakteristik dari nyeri akut yaitu ekspresi wajah nyeri,
penulis, rasa nyeri timbul jika tidak ada disfungsi neuropati otonom, sehingga
pada saat terjadi infeksi pada luka, pasien masih bisa merasakan nyeri.
kornea, system integument, facia muscular, tendon, otot, tulang, kartilago, kapsul
dextra dengan gambaran luka pada tangan yaitu warna dasar luka kekuningan,
terdapat pus, panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, dan kedalaman ±2ml dan terdapat
luka bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh yang mongering mengelupas.
Hal ini disebabkan karena penyakit autoimun yang mengenai kulit, ditandai
dengan sisik yang berlapis dan berwarna keperakan, disertai dengan penebalan
warna kemerahan dan rasa gatal atau perih. Bila sisik ini dilepaskan maka akan
terkadang untuk jangka waktu yang lama atau hilang/timbul secara klinis tidak
yang dimulai dari epidermis, dermis, jaringan subkutan dan dapat menyebar ke
jaringan yang lebih dalam seperti tulang dan otot (Kristianto, 2010)
karena pasien telah lama menderita DM, dan luka pasien berawal dari terkena
benda panas ketika memasak, yang menyebabkan trauma pada jaringan, karena
luka tidak dirawat dengan baik maka menyebabkan luka semakin parah,
terbentuknya jaringan nekrosis. Luka gangrene pada Tn. T disebabkan oleh cedera
yang menyerang. Hal ini menyebabkan penyumbatan aliran darah dan infeksi
semakin memburuk. Sel darah putih sebagai sel imun tubuh tidak dapat mencapai
daerah yang terkena luka. Karena tidak diobati dengan benar makan gangren lebih
cepat menyebar dan dapat menyebabkan komlikasi yang mengancam jiwa seperti
memotong kuku sebanyak 1 minggu/1x. Selama pasien masuk rumah sakit pasien
mandi dengan cara di seka sebanyak 1x/hari, pasien belum keramas selama masuk
rumah sakit, pasien ganti pakaian sebanyak 1x/hari, pasien menyikat gigi
sebanyak 2x/hari, pasien memotong kuku selama masuk rumah sakit seminggu
1x.
4.3 Perencanaan
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi pasien, pasien
ditempat tidur.
pasien dalam mempertahankan posisi tubuh yang benar secara anatomis dan
fungsional anjurkan mengatur kembali posisi setiap 2 jam di tempat tidur, ajarkan
pasien dan keluarga tentang teknik untuk meningkatkan mobilitas di tempat tidur.
hilang, Wajah tampak tenang, TTV dalam batas normal. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah Kaji jenis dan tingkat nyeri px. Kaji faktor yang dapat
pengalihan rasa nyeri dan relaksasi/ nafas dalam, Kolaborasikan dengan Dokter
nyeri akut bertujuan utnuk mengurangi respon nyeri agar hilang atau terkontrol,
observasi kemampuan pasien dalam mobilisasi setiap shift 3 kali sehari, dengan
walker atau kursi roda pada saat pasien ingin mobilisasi berjalan dengan rasional
membantu mobilisasi berjalan. Anjurkan pasien untuk mika miki setiap minimal 2
Pada intervensi nyeri akut Tn. T dilakukan observasi TTV dengan rasional
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
Lumpuh) (Suriadi,2004).
pemulihan dengan kriteria hasil lesi atau luka sembuh dan pasien melaporkan
tingkat kenyamanan.
Rencana keperawatan yang dilakukan adalah Kaji luas dan keadaan kulit
untuk tidak menggaruk. Rawat luka dengan baik dan benar: membersihkan luka
secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iriatif, angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati untuk menjaga
montaminasi luka dan larutan yang iriatif akan merusak jaringan granulasi yang
Menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iriatif akan merusak jaringan
granulasi yang timbul. Anjurkan pada pasien agar mentaati diet, latihan fisik,
dan antibiotic, insulin dapat menurunkan kadar gula darah dan antibiotik untuk
membunuh bakteri.
dengan kriteria hasil pasien atau keluarga melakukan program hiegene dan mandi
fungsional pasien, bantu sebagian atau sepenuhnya saat mandi atau hiegene setiap
hari, ajarkan pasien atau keluarga tentang hiegene pada pasien, dan kolaborasi
ketidaknyamanan oada pasien. Untuk mengatasi hal ini akan dilakukan beberapa
tertinggi sesuai kemampuannya. Sediakan alat bantu, seperti sikat gigi untuk
mandi dan perawatan hygiene tujuannya alat bantu yang tepat akan meningkatkan
kemandirian pasien.
87
hasil pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi
Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan hasil
pergerakan pasien terganggu. Pasien dapat mengubah posisi dari tidur ke duduk di
bantu oleh keluarga, rentang pergerakan ekstermitas atas 5 dan ekstermitas bawah
4, pasien menggunakan alat bantu makan (NGT), pasien mandi dibantu oleh
Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan hasil pasien
dapat mengubah posisi dari tidur ke duduk dan berpindah ke kursi roda, kekuatan
otot pasien ektermitas atas dan bawah 5 hal ini menunjukkan kemajuan sebab
sebelumnya untuk mengubah posisis dari tidur ke duduk pasien perlu dibantu oleh
durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi (P,Q,R,S,T) dengan skala 1-10.
tampak tenang, TTV dalam batas normal yaitu mengobservasi TTV TD 120/90
untuk mengurangi nyeri, px mengatakan masih sedikit nyeri. Pada saat dikaji
88
karakteristik nyeri didapatkan nyeri karena ulkus diabetikum manus dextra, nyeri
dirasa seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 3 (1-10), dan nyeri hilang timbul.
Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan Tekanan
pasien untuk melakukan napas dalam, pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan Tekanan
tidak terjadi kelambatan pemulihan dengan kriteria hasil lesi atau luka sembuh
dan pasien melaporkan tingkat kenyamanan, adanya jaringan granulasi dan bau
dan keadaan luka serta proses penyembuhan dan merawat luka dengan baik dan
benar: membersihkan luka secara aseptic menggunakan larutan yang tidak iriatif,
angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati
Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan hasil tampak
bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh. Terdapat luka manus dextra
dengan panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml. pasien mengeluh nyeri
berkurang skala 2 (1-10), hasil GDA pukul 08.00 52mg/dl, pukul 11.00 108
Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan hasil tampak
bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh. Terdapat luka manus dextra
dengan panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml tidak ada oedema sekitar
luka. Hasil GDA pukul 08.00 187 mg/dl, pukul 12.00 111mg/dl (2JPP), pukul
pasien agar terpenuhi dengan kriteria hasil pasien atau keluarga melakukan
program hiegene dan mandi setiap hari. Memberikan dorongan kepada pasien
sikat gigi untuk mandi dan perawatan hygiene. Membantu sebagian atau
sepenuhnya saat mandi atau hygiene setiap hari pada waktu pagi dan sore hari.
Bantu pasien hanya jika dia mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya.
PENUTUP
Keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasis diagnosis medis Diabetes
Melitus tipe 1 + Ulkus Manus Dextra Di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya, maka penulis dapat menarik simpulan sekaligus saran yang dapat
diabetes mellitus.
5.1 Simpulan
2. Diagnosis Keperawatan yang muncul adalah Nyeri Akut b/d Agen cedera
Kelemahan.
90
91
pasien tampak lemah dan terdapat luka manus dextra. Gambaran luka pada
tangan kanan yaitu kondisi luka lembab, warna dasar luka kekuningan,
terdapat pus, panjang luka ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml, tepi
5.2 Saran
berikut:
dan mid line untuk membantu pasien mengukur lingkar abdomen sehingga
Arisman. (2011). Diabetes Melitus, Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC
Hasdiana, H.R. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan
Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Lakshita, Nattaya. (2012). Anak Aktif, Bebas Diabetes. Jakarta : PT. BUKU KITA
93
94
Rendy & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011). Cara Jitu Mrngatasi Hipertensi.
Yogyakarta: CV Andi Offset
Wijaya, Andra Safey & Yessie, Mariza P. (2013) keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Lampiran 1
1. Pengertian
Merupakan suatu cara mencuci tangan dengan menerapkan 6 langkah cara
mencuci tangan dan melakukannya dalam 5 moment menggunakan air sabun atau
desinfektan sesuai dengan prosedur yang benar atau sensasi setandar yang telah di
tetapkan oleh WHO.
2. Tujuan
Agar petugas mampu melakukan cuci tangan dengan kewaspadaan
universal dan sesuai dengan standar WHO.
3. Prosedur
a. Alat dan Bahan
1) Wastafel
2) Tissue
3) Sabun anti septic/cuci tangan
4) Tempat sampah
4. Langkah-Langkah
a. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan sehingga bersih.
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
e. Gosok dsn putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
96
Lampiran 2
1. Pengertian
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah
seseorang. Macam-macam pemeriksaan gula darah:
Criteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤200mg/dl.
2. Indikasi
Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya.
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien
b. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya
4. Persiapan Alat
a. Glukometer
b. Kapas alcohol
c. Hand scone
d. Stik GDA
e. Lanset
f. Bengkok
g. Sketsel
5. Persiapan Pasien
Pasien diberitahukan tindakan pengambilan gula darah acak yang akan
dilakukan serta tujuan perawatan.
6. Prosedur Tindakan
a. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
b. Mencuci tangan
c. Pasang sketsel
d. Memakai handscone
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin
f. Dekatkan alat disamping pasien
97
Lampiran 3
98
2. Tujuan
a. Mencegah timbulnya infeksi
b. Observasi keadaan luka.
3. Prosedur
a. Alat-alat Steril
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomi 1
3) Pinset Chirrurgie 2
4) Gunting lurus/bengkok
5) Kapas lidi 2
6) Kasa steril secukupnya
7) Kasa penekan/depress
8) Mangkok kecil/cucing 2 buah.
b. Alat-alat Non-Steril
1) Gunting verband
2) Plester
3) Bengkok/kantong plastic
4) Verband secukupnya
5) Larutan Clorin 0,5%
6) Cairan Nacl 0,9%
7) Betadine
8) Semua alat tersedia dalam baki/kereta balut dengan kondisi baik.
c. Menyiapkan pasien
1) Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur
2) Meminta persetujuan pasien
3) Mengatur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
d. Pelaksanaan
1) Menempatkan alat kedekat pasien
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Memakai sarung tangan
4) Bekas plester dibersihkan yod bensin dari arah dalam keluar
5) Luka dibersihkan dengan pinset dan taruh di bengkok
6) Pembalut dibuka dengan pinset dan taruh di bengkok
7) Kapas kotor taruh di bengkok, pinset masukan di larutan
clorin0,5%
99
Lampiran 4
100
1. Pengertian
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian
yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
penyakit, diabilitas, atau trauma.
2. Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang
dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
3. Gerakan-Gerakan ROM
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pergelangan tangan pasien.
4) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
5) Catat perubahan yang terjadi.
b. Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauh sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
3) Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
4) Letakkan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
5) Catat perubahan yang terjadi.
c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
3) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke
arahnya.
101
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
3) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
4) Gerakkan kaki mendekati badan pasien
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Catat perubahan yang terjadi.
Sumber:
Buku kompetensi i. (2006). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya: STIKES Hang Tuah
Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
104
Lampiran 5
Hasil Foto Luka Tn. T dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus
Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
105