Anda di halaman 1dari 119

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIABETES MELITUS TIPE 1 + ULKUS MANUS DEXTRA DI RUANG
PAVILIUN 3 RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Oleh :

VEBBY RIZTA VERATARA S.Kep


NIM. 1630070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DIABETES MELITUS TIPE 1 + ULKUS MANUS DEXTRA DI RUANG
PAVILIUN 3 RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Karya Ilmiah Akhir diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Ners

Oleh :

VEBBY RIZTA VERATARA S.Kep


NIM. 1630070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN

Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya

ilmia akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya. Berdasarkan pengetahuan dan keyakinan

penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya nyatakan dengan

benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan bertanggung jawab

sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah

Surabaya.

Surabaya, 19 Juli 2017

Yang menyatakan,

Vebby Rizta Veratara S.Kep


NIM. 1630070

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Vebby Rizta Veratara

NIM : 1630070

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. “T” Dengan

Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus

Manus Dextra Di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui laporan karya ilmiah akhir ini guna memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh gelar:

NERS (Ns.)

Surabaya, 19 Juli 2017

Pembimbing

Christina Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


03.017

iii
CURICULUM VITAE

Nama : Vebby Rizta Veratara, S.Kep


Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 09 Juli 1995
Alamat : Jl. Bangkingan Gg. IV. RT04 RW01 No. 68
Surabaya.

Riwayat Pendidikan
1. TK Nurul Huda (1999-2000)
2. SDN 442 Bangkingan (2000-2006)
3. SMPN 40 Surabaya (2006-2009)
4. SMAN 18 Surabaya (2009-2012)
5. PT STIKES Hang Tuah Surabaya (2012-2016)

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Every Day May Not Be Good, But There Is

Something Good In Every Day

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kerendahan hati, kuhanturkan rasa syukurku kehadirat


Allah SWT yang telah memberikanku kemudahan dan kekuatan dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini. Aku persembahkan Karya Ilmiah Akhir ini
untuk …………………

1. Orangtuaku, Mama dan Papa yang telah senantiasa memberikan dukungan dan
doa sehingga bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan baik dan
tepat waktu.
2. Hildan Faktiansyah yang telah memberikan dukungan, nasehat dan semangat
dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.
3. Teman-teman sealmamater khususnya khususnya Profesi Ners A7,
terimakasih atas motivasi dan kebersamaan kalian selama ini sehingga Karya
Ilmiah Akhir ini bisa selesai dengan tepat waktu.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Profesi Ners.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya ilmiah ini

bukan hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari berbagai

pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan,

oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Laksamana Pertama TNI dr. I.D.G Nalendra D.I,Sp.B,Sp.BTKV(K) selaku

Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, Yng telah memberikan ijin dan lahan

praktek untuk penyusunan karya ilmiah akhir.

2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Stikes Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami menyelesaikan

pendidikan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

3. Bapak Ns. Nuh Huda, M.Kep.,Sp.Kep.MB., selaku Kepala Program studi

Pendidikan Profesi Ners yang selalu memberikan dorongan penuh dengan

wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

4. Ibu Christina Yuliastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing , yang dengan

tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian

dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya

Ilmiah Akhir ini.

vi
5. Ibu ,selaku pembimbing ruangan yang dengan tulus ikhlas memberikan arahan

dan bimbingan dalam penyusunan penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan

bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna

dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini, juga kepada seluruh

tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama

menjalani studi dan penulisannya.

7. Sahabat-sahabat perjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga Karya Ilmiah

Akhir ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga

hubungan persahabatan tetap terjalin.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal

baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Karya

Ilmiah Akhir ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang

konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga

Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang

membaca terutama bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 19 Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iii
CURICULUM VITAE ............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 4
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5
1.4.1 Teoritis ........................................................................................................... 5
1.4.2 Praktis ............................................................................................................ 5
1.5 Metode Penulisan .......................................................................................... 6
1.5.1 Metode ........................................................................................................... 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 7
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10
2.1 Konsep Diabetes Melitus ............................................................................. 10
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus .............................................................................. 10
2.1.2 Anatomi Fisiologis Pancreas ......................................................................... 11
2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus .............................................................................. 14
2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus .............................................................. 15
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................................... 17
2.1.6 Faktor Risiko Diabetes Melitus ...................................................................... 21
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus ......................................................................... 22
2.1.8 Pencegahan Diabetes Melitus......................................................................... 24
2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus ................................................................. 28
2.2 Konsep Gangren ............................................................................................. 30
2.2.1 Definisi Gangren ............................................................................................ 30
2.2.2 Klasifikasi Luka Diabetik .............................................................................. 31
2.2.3 Patofisiologi Luka Diabetik ........................................................................... 32
2.2.4 Etiologi Luka Diabetik ................................................................................... 32
2.2.5 Tanda dan Gejala Luka Diabetik .................................................................... 33
2.2.6 Manifestasi Klinis Luka Diabetik .................................................................. 33
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................ 34
2.3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 34
2.3.2 Diagnosa ......................................................................................................... 38
2.3.3 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 39
2.3.4 Pelaksanaan .................................................................................................... 44

viii
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................................... 44
BAB 3 LAPORAN KASUS .................................................................................... 45
3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 45
3.1.1 Identitas ......................................................................................................... 45
3.1.2 Riwayat Kesehatan ........................................................................................ 45
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 47
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 51
3.1.5 Terapi ............................................................................................................. 52
3.2 Diagnosa ......................................................................................................... 53
3.2.1 Analisa Data .................................................................................................. 53
3.3 Prioritas Masalah ............................................................................................ 55
3.4 Rencana Keperawatan ................................................................................... 56
3.5 Tindakan Keperawatan .................................................................................. 60
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................... 71
4.1 Pengkajian ...................................................................................................... 71
4.2 Diagnosa ........................................................................................................ 80
4.3 Perencanaan .................................................................................................... 83
4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi............................................................................... 87
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................... 90
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 90
5.2 Saran ............................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus .................................................... 29

Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner ............................................................. 31

Tabel 3.1 Kemampuan Perawatan diri Tn. T ............................................................ 50

Tabel 3.2 Pemeriksaan Laboratorium Tn. T ............................................................. 51

Tabel 3.3 Terapi Obat Tn. T....................................................................................... 52

Tabel 3.4 Analisa Data Tn. T .................................................................................... 53

Tabel 3.5 Prioritas Masalah Tn. T ............................................................................. 55

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan Tn. T ..................................................................... 56

Tabel 3.5 Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan ................................ 60

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ................................................................................. 12

Gambar 3.1 Ulkus Diabetikum Manus Dextra Tn. T ................................................ 49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 SOP Cuci Tangan ................................................................................ 94

Lampiran 02 SOP Pemeriksaan Gula Darah .............................................................. 95

Lampiran 03 SOP Rawat Luka .................................................................................. 97

Lampiran 04 SOP ROM ............................................................................................ 98

Lampiran 05 Hasil Foto Ulkus Manus Dextra Tn. T ................................................. 103

ix
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association

BB : Berat Badan

BMI : Body Mass Index

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

DM : Diabetes Melitus

DMT1 : Diabetes Mellitus Tergantung Insulin

DMTTI : Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin

DS : Data Subyektif

DO : Data Obyektif

GDA : Gula Darah Acak

GCS : Glasgow Coma Scale

GDS : Gula Darah Sewaktu

HCT : Hematokrit

HDL : High Densisty Lipoprotein

HGB : Hemoglobin

HLA : Human Leucocyte Antigen

ICA : Islet Cell Antibody

IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus

IMT : Indeks Massa Tubuh

LDL : Low Densisty Lipoprotein

NGT : Nasograstic Tube

NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus

x
PAD : Peripheral Arterial Disease

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PJK : Penyakit Jantung Koroner

ROM : Range Of Motion

RTD : Refleks Tendon Dalam

SGPT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SPO : Standart Operasional Prosedur

SSP : Susunan Saraf Pusat

TD : Tekanan Darah

TNI : Tentara Nasional Indonesia

TTV : Tanda-Tanda Vital

WBC : White Blood Cell

WHO : World Health Organization

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama

metabolism karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan

hormone insulin dari sel beta pancreas atau akibat gangguan fungsi insulin, atua

keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus merupakan sebuah penyakit, dimana

kondisi kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah melebihi batasan normal,

hal ini disebabkan oleh karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan

insulin secara adekuat. Kadar gula normal dalam waktu 2 jam. American Diabetes

Association (ADA), (2010), dalam Ernawati, (2011), mendefinisikan Diabetes

Melitus (DM) sebagai suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, dan

kedua-duanya.

Prediksi World Health Organization (WHO) bahwa pada tahun-tahun

mendatang akan terjadi peningkatan jumlah penyandang DM yang cukup besar.

WHO juga memprediksi kenaikan jumlan penyandang DM di Indonesia yang

pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030,

sehingga Indonesia menduduki ranking keempat setelah Amerika Serikat, China

dan India diantara Negara-negara yang memiliki penyandang diabetes terbanyak,

dengan populasi penduduk terbesar di dunia (Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia) (PERKENI, 2011). Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi DM di

Indonesia berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1,5%. DM

berdasarkan diagnosis dengan gejala sebesar 2,1%. Pravalensi DM pada

1
2

perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Dalam 3 bulan terakhir

kasus DM di ruang III Rumkital dr. Ramelan didapatkan pasien dengan prevalensi

mencapai angka 16,12% dari 217 pasien yang dirawat inap di ruang III Rumkital

dr. Ramelan Surabaya.

Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemik kronis dan

perlahan namun pasti akan merusak jaringan dalam tubuh jika tidak ditangani

secara tepat dan serius (Agus, dkk, 2011). Diabetes mellitus di sebabkan oleh

penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta. Penyebab resistenis insulin pada

diabetes mellitus ada faktor yang berperan antara lain, kelainan genetic, usia, gaya

hidup stress, pola makan yang salah, obesitas dan infeksi. Distribusi penyakit ini

juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dan tingkst social ekonomi

rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala

DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak

menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air

kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun (Murwani, 2009). Jika

diabetes mellitus tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi

organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantungm pembuluh darah, syaraf dan lain-

lain.

Diabetes Melitus memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,

perawatan diri dan pemantauan terhadap glukosa darah. Peran perawat dalam

asuhan keperawatan pasien diabetes mellitus disertai gangrene, perawat bertindak

sebagai konselor dan sebagai pemberi pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan yang dapat diberikan meliputi pembatasan asupan glukosa dalam

makanan atau minuman, minum obat secara teratur, mengajarkan cara pemberian
3

insulin, mengajarkan menjaga kebersihan diri, dan menganjurkan kontrol kadar

gula darah secara rutin di klinik. Perencanaan akan atau diet, kunci keberhasilan

adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim yaitu dokter, ahli gizi,

petugas kesehatan, dan pasien sendiri. Pada pasien Diabetes Melitus perlu

ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan

jumlah makanan (Hartono, 2013)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat karya

ilmiah akhir tentang Asuhan Keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 1

+ Ulkus Manus Dextra untuk itu penulis merumuskan permasalahan sebagai

berikut “Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes

Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengkaji individu secara mendalam yang dihubungkan dengan

penyakitnya melalui proses asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di ruang Paviliun3 Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.
4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosis medis Diabetes

Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya

2. Melakukan analisa masalah, prioritas masalah dan menegakkan diagnosis

keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1

+ Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

3. Menuyusn rencana tindakan keperawatan pada masing-masing diagnosis

keperawatan pasien dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 +

Ulkus Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

4. Melaksanakan tindakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang

III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis

medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang III

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

6. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang

III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


5

1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir

Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya ilmiah akhir

ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik bagi kepentingan pengembangan

program maupun bagi kepentingan ilmu pengetahuan, adapun manfaat-manfaat

dari karya ilmiah akhir ini secara teoritis maupun praktis seperti dibawah ini:

1. Secara Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan

pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena diabetes

mellitus, dan juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang

terjadi dilapangan sesuai atau tidak.

2. Secara Praktis

a. Bagi Institusi Rumah Sakit

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam

melakukan tindakan keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan system

endokrin Diabetes Melitus.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kulitas asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di

Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya serta meningkatkan pengembangan

profesi keperawatan
6

c. Bagi Keluarga dan Klien

Manfaat karya ilmiah akhir ini bagia pasien dan keluarga yaitu untuk

mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus serta perawatan yang benar agar

klien mendapat perawatan yang tepat.

d. Bagi Pembaca

Manfaat karya ilmiah akhir bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi

dan informasi bagia orang yang membbaca karya ilmiah akhir ini menjadi lebih

mengetahui dan memahami bagaimana cara merawat pasien dengan DM.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskripsi yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian keperawatan, perumusan

diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,

evaluasi keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien

dengan diagnose media Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus Manus Dextra di Ruang

III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


7

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diperoleh melalui tahap kontrak awal dengan pasien dan keluarga,

penyampaian maksud dan tujuan, bina hubungan saling percaya pada pasien dan

keluarga, dan wawancara terstruktur dengan pasien, keluarga dan tenaga

kesehatan yang lain. Wawancara yang dilakukan secara structural, mengkaji

mengenai identitas pasien, keluhan utama, keluhan lain saat pengkajian, riwayat

kejadian, riwayat penyakit terdahulu, riwayat kesehatan keluarga, genogram

keluarga, riwayat alergi, pemeriksaan fisik dan pola-pola fungsi kesehatan , pola

aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola nutrisi, pola eliminasi, pola kognitif

perceptual, pola konsep diri, pola koping, pola seksual reproduksi, pola peran

hubungan dan pola nilai kepercayaan.

2. Observasi

Data diperoleh melalui observasi langsung terhadap segala sesuatu yang

terjadi pada pasien secara obyektif selama tiga hari berturut-turut. Observasi yang

yang meliputi pola persepsi terhadap kesehatan, pola aktivitas dan latihan, pola

istirahat tidur, pola nutrisi, pola eliminasi, pola kognitif perseptual, pola konsep

diri, pola koping, pola seksual reproduksi, pola peran hubungan dan pola nilai

kepercayaan.

3. Pemeriksaan

Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik selama pasien di rawat dirumah

sakit yang dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang

meliputi pernafasan, kardiovaskuler, neurologi, perkemihan, pencernaan,

muksuloskeletal, integument dan penginderaan.


8

4. Rekam Medis

Data diperoleh dari rekam medis meliputi catatan pendokumentasian

riwayat kesehatan terdahulu, hasil laboratorium, dan terapi-terapi yang didapatkan

pasien selama dirumah sakit.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam studi kasus secara keseluruhan dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Bagian awal memuat halaman judul, abstrak penulisan, persetujuan

pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar

isi, daftar gambar dan daftar lampiran dan abstraks.

2. Bagian inti, pada bagian inti terdiri atas lima bab yang masing-masing

subbab berikut ini:

BAB 1: pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusah masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB 2 :L Landasan teori yang berisi tentang konsep dasar penyakit dari

sudut medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosis DM

gangrene.

BAB 3: hasil yang berisi tentang data pengakjian, diagnosis keperawatan,

perencanaanm pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB4 : Pembahasan kasus yang ditemukan berisi data, teoris dan opini

serta analisa

BAB 5: Simpulan dan saran


9

3. Bagian Akhir, bagian akhir meliputi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran

yang meliputi SOP perawatan luka diabetikum, SOP GDA.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan di uriakan secara teoritis mengenai diabetes mellitus

dan mengenai asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dan ulkus.

Konsep penyakit akan diuraikan definisi, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi

klinis, patofisiologi, faktor resiko, komplikasi, pencegahan, penatalaksanaan dan

cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-

masalah yang muncul pada penyakit diabetes mellitus dengan melakukan asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus berasal dari dua kata, diabainein dari bahasa Yunani,

yang berarti tembus atau pancuran air dan mellitus dari bahasa latin yang berarti

rasa manis (Lakshita,2012). Diabetes Mellitus atau penyakit kencing manis adalah

penyakit yang disebabkan oleh pankreas atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara aktif (Sari,2015). Diabetes

berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan, sedangkan melitus

atau mellitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secra bahasa, diabetes

melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula, yang

dimksud dalam hal ini adalah air kencing. Diabetes mellitus adalah suatu keadaan

yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau

tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan

10
11

(Maghfuri,2016). Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin –Dependent Diabetes

Melitus/IDDM) adalah gangguan autoimun dimana terjadi penghancuran sel-sel β

pancreas penghasil insulin. Pasien dengan IDDM biasanya berusia dibawah 30

tahun, mengalami onset akut penyakit ini, tergantung pada terapi insulin dan

cenderung lebih mudah mengalami ketoasidosis (Rubenstein, 2007)

Menurut American Diabetic Assosiation (ADA) (2010) Diabetes mellitus

tipe 1 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula dalam tubuh karena kerusakan

sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya produksi insulin

sepenuhnya.

2.1.2 Anatomi Fisiologi Pankreas

Pancreas atau kelenjar liur perut adalah sebuah kelenjar yang letaknya

dibelakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti

pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta

yang mengeluarkan hormone insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar

glukosa darah. Fransisca, (2012)

Pancreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak dibelakang dan

dibawah lambung, diatas lengkung pertama duodenum. Panjangnya antara 20-

25cm, tebal ±2,5cm dan beratnya sekitar 80 gram menurut Ernawati, (2013).

Pancreas terdiri atas :

1. Kepala pancreas : merupakan bagian yang paling lebar, terletak diselah kanan

rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum.

2. Badan pancreas : merupakan bagian utama dari organ pancreas, letaknya

dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.


12

3. Ekor pancreas : merupakan bagian rungcing sebelah kiri dan berdekatan dan

menyentuh limpah.

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas (Maghfuri,2016)

Pankreas terdiri atas dua jaringan utama, yaitu sebagai berikut :

1. Sel Asini yang berfungsi menyekresi getah pencernaan ke dalam

duodenum

2. Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretny, tetapi menyekresi

insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari

pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau Langerhans

berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau

Langerhans yang terkecil adalah 50 , sedangkan yang terbesar 300, terbanyak

adalah besarnya 100-225. Jumlah semua pulau Langerhans di pankreas

diperkirakan antara 1-2 juta.


13

Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu

sebagai berikut :

1. Sel-sel A (Alfa), jumlahnya sekitar 20-40 %; memproduksi glikagon yang

menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti-insulin

like activity.

2. Sel-sel B (beta), jumlahnya sekitar 60-80% membuat insulin

3. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin.

Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan

sifat pewarnaan. Dibawah mikroskop pulau-pulau Langerhans ini tampak

berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Sel beta

penderita DM berbeda dengan sel beta normal, yakni sel beta tidak menunjukkan

reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.

Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Tiga fungsi

insulin yaitu membuka jalan glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk

menghasilkan energi, menekan produksi gula dihati dan otot, serta mencegah

pemecahan lemak sebagai sumber energi. Normalnya, pancreas akan

mengeluarkan insulin dalam jumlah kecil setiap hari. Pada penderita diabetes

mellitus, insulin tidak tersedia didalam tubuh. Kondisi ini bisa terajadi karena

pankreas tidak dapat memproduksi insulin, akibatnya tubuh tidak dapat

memeperoleh energi dan dapat berbahaya bagi tubuh (Maghfuri, 2016).


14

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus

Beberapa penyebab Diabetes Melitus menurut (Rendy&Margareth, 2012)

yaitu :

1. Diabetes Melitus tergantung Insulin (DMT1)

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetappi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke darah terjadinya

diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang

memiliki tipe antigen HLA (Human Leucyte Antigen) tertentu. HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun

lainnya.

b. Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing.

c. Faktor Lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas. Sebagai

contoh hasil penelitian menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTT1)

Secara pasti penyebab DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetic,

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya retensi insulin. Faktor

risiko berhubungan dengan proses terjadinya DM Tipe II, diantaranya adalah:


15

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat Keluarga

d. Kelompok Etnik

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1

Menurut Lakshita (2012) Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan

adanya gejala khas berupa polifagi (banyak makan), poliuri (banyak kencing),

polidipsi (cepat haus), lemas, dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin

dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria

serta pruritus vulva pada wanita. Tipe 1 diabetes, mulanya disebut “diabetes usia

muda”, biasanya diagnosis awal bagi anak-anak, remaja dan dewasa muda. Pada

diabetes tipe 1, pancreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Karena

kekurangan insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan

tidak dapat digunakan sebagai energy (PERKENI, 2011)

Adapun pada diabetes mellitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-

anak (diabetes mellitus juvenile), mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,

tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya

datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. DM tipe 1 pada anak

di Indonesia relative jarang dibandingkan dengan Negara barat sehingga dokter

maupun orangtua kurang memikirkan atau memperhatikan tentang kemungkinan

adanya penyakit ini.


16

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:

1. Fase Inisial

Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase

ini sering didahului oleh infeksi, guncangan emosi, maupun trauma fisik.

2. Fase Penyembuhan

Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit

ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.

3. Fase Remisi

Fase ini khas pada oenyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin

menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila

dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebbakan hipoglikemia, pemberian

insulin harus dihentikan. Pada fase ini, perlu observasi dan pemeriksaan urine

reduksi secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung

selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada

penyandang DM atau orang tua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan

penyakitnya.

4. fase Intensifikasi

Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakkan. Pada fase ini

terjadi kekurangan insulin endogen.


17

2.1.5 Patofisiologis Diabetes Melitus

Patofisiologi Diabetes Melitus menurut Ernawati (2013) merupakan proses

metabolisme yaitu proses komplek yang selalu terjadi dalam tubuh manusia.

Setiap hari manusia mengkonsumsi korbohidrat yang akan dirubah menjadi

glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Zat-zat

makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh

darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ

didalam tubuh sebagai “bahan bakar” metabolisme. Zat makanan harus masuk

dulu kedalam sel dengan dibantu oleh insulin agar dapat berfungsi sebagai “bahan

bakar”. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak

kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel. Bila insulin

tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga tubuh tidak

mempunyai sumber energi untuk melakukan metabolisme. Glukosa akan tetap

berada didalam pembuluh darah sehingga kadar gula darah akan meningkat.

Insulin dapat menimbulkan beberapa efek dalam tubuh seperti

menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen.

Insulin juga meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan

adipose dan mempercepat pengangkutan asam-asam amino yang berasal dari

protein makanan ke dalam sel. Pada waktu antara jam-jam makan dan pada saat

tidur malam, pankreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah kecil

insulin bersama dengan glukagon. Insulin dan glukagon secara bersama-sama

mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah dengan menstimulasi

pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya hati menghasilkan glukosa melalui
18

pemecahan glikogen (glikogenolisis). Setelah 8 hingga 12 jam tanpa makanan,

hati membentuk glukosa dari pemecah zat lain sekain karbohidrat yang mencakup

asam amino (glukoneogenesis).

Menurut Lakshita, (2012) Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes

parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes

ini muncul ketika prankeas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu

memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali.

Diabetes mellitus Tipe 1 diduga disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan

yang menyerang seorang dengan system imun yang secara genetis merupakan

predisposisi untuk terjadinya suatu respons autoimun kuat yang menyerang

antigen sel β pancreas.

Pada DM tipe 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DM tipe 1

kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pancreas tidak

mampu mesintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang

cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada

kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro, 2007)

Pada Dm tipe 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan

kualitasnya cukup atau normal (jumlah reseptor insulin DMtipe 1 antara 30.000-

35.000) jumlah reseptor insulin orang normal ±35.000 sedang pada DM dengan

obesitas ± 20.000 reseptor insulin. (Tjokroprawiro, 2007). DM tipe 1 biasanya

terdiagnosa usia kanak-kanak. Pada DM tipe 1 tubuh penderita hanya sedikit

menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh

karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap
19

harinya. DM tipe 1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi

(Riskesdas, 2007)

Pada DM tipe 1 terjadi proses autoimun yang disebabkan adanya

peradangan pada sel beta insulitis. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan

mungkin pula lingkungan seperti infeksi virus-virus cocksakie, rubella, herves dan

lain-lain.

a. Faktor-faktor genetik:

Penderita DM tipe 1 mewarisi suatu predisposisi atau suatu kecenderungan

genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditentukan

pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu seperti HLA-B8, HLA-B15, HLA-B18, HLA-Cw3, HLA-DR3 dan HLA-

DRA. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya individu yang memiliki salah satu HLA ini

mempunya risiko tiga hingga lima kali lipat untuk menderita DM tipe 1. Hampir

sebagian besar (95%) suku Caucasian yang berkulit putih dengan DM tipe 1

memiliki HLA yang spesifik (DR3 dan DR4). Individu yang memiliki HLA-DR3

dan DR4 memiliki risiko terkena DM tipe 1 sebanyak 10 hingga 20 kali lipat jika

dibandingkan dengan populasi umum.

b. Faktor-faktor imunologi:

Pada DM tipe 1 ditemukan respon autoimmune dimana hal ini

menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell

Antibody). Reaksi antigen (sel beta) denga antibody (ICA) yang ditimbulkannya

menyebabkan hancurnya sel beta, namum sel alfa dan delta tetap utuh.

Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
20

Disamping itu glukosa yang berasal dari makana tidak dapat disimpan dalam hati

meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulakan hiperglikemia postprandial

(sesudah makan), bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrate

glumerulus meningkat diatas 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna

mulai dibuang kedalam urin. Jika jumlah filtrasi glumerolus yang terbentuk tiap

menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah meningkat 180

mg/dl. Kehilangan glukosa di dalam urin (glukosuria) menyebabkan diuresis

karena efek osmotik glukosa didalam tubulus mencegah reabsorpsi cairan oleh

tubuluus. Keadaan ini dinamakan duiresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan

cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliuria) dan rasa halus (polidipsi). Keseluruhan efeknya adalah dehidrasi

ruangan ekstrasel, yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan intrasel dan

sering disertai dengan kolapsnya sirkulasi. Defisiensi insulin juga mengganggu

metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien

akan mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya

simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Keadaan

normal insulin mengendalikan glikogenesis (pemecahan glukosa yang disimpan)

dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam amino serta subtansi

lain), namum pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia, disamping itu akan

terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton

sebagai akibat produksi lain dari pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam

yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.


21

2.1.6 Faktor Resiko Diabetes Melitus

Berbagai faktor risiko diabetes mellitus penting antara lain menurut

Franisisca, (2012):

1. Kedua orang tuanya menderita diabetes

2. Salah satu saudara kandungnya mengidap diabetes

3. Salah satu anggota keluarganya, nenek, paman, bibi, sepupu, mengidap

diabetes.

4. Pernah melahirkan bayi dengan berat lebih 4kg

5. Kurang berolahraga

6. Diet yang buruk dimana mengkonsumsi tinggi kalori dan rendah serat.

7. Pengaruh usia. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang

secara drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

muncul setelah seseorang memasuki usia rawan, terutama setelah usia 45

tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya

tidak peka terhadap insulin.

8. Stress kronis yang cenderung embuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak

serotonin otak. Serotonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk

meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi

mereka yang beresiko diabetes.

9. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko

diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pancreas, sedangkan

obesitas megakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).


22

10. Kurang gizi terjadi selama kehamilan, masa kanak-kanak dan pada usia

dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin

mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol

selama hamil, sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau

kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,

sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat

berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang

tergolong gemuk.

11. Pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah antara

140-200mg/dl

12. Menderita penyakit lever (hati) yang kronik atau berat.

13. Terlalu lama mengkonsumsi obat-obatan, suntikan atau minuman tablet

golongan kortikosteroid (sering digunakan oleh penderita asma, penyakit

kulit dan rematik) seperti: dexametashone, metylprednisolon, kortison,

hidrokortison.

2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasi menjadi:

1. Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau

menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa

menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang

besar dan mendadak dapat berakibat fatal. (Lakshita, 2012)


23

Menurut Corwin (2009) ada beberapa jenis komplikasi akut pada diabetes

mellitus yaitu:

a. Ketoasidosis diabetik, hampir selalu hanya dijumpai pada pengidap

diabetes tipe I, ketasidosis diabetik merupakan komplikasi akut yang

ditandai dengan perburukan semua gejala diabetes. Ketoasidosis diabetik

dapat terjadi setelah stress fisik sperti kehamilan atau penyakit akut atau

trauma

b. Koma Nonketotik Hiperosmolar, merupakan komplikasi akut yang

dijumpai pada pengidap diabetes tipe II. Kondisi ini juga merupakan

petunjuk perburukan drastis penyakit. Koma nonketonik hiperosmolar

biasanya dijumpai pada lansia pengidap diabetes setelah mengkonsumsi

karbohidrat.

c. Asidosis Laktat, merupakan efek smaping terberat penggunaan metformin

(salah satu obat untuk DM). Metformin mencegah terjadinya

glukoneogenesis. Pembentukan glukosa oleh hepar ini membutuhkan

laktat, dengan dihambatnya kadar laktat ini maka kadar laktat didalam

darah akan meningkat. Jika ginjal mengalami gangguan (tidak bisa

mengeluarkan asam melalui urin) maka dapat terjadi keadaan asidosis

laktat.

d. Hipoglikemia adalah keadaan dengan keadaan dengan kadar glukosa darah

dibawah 60 mg/dL. Yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin

atau obat hipoglikemik oral. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya

kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipohglikemia berat.


24

2. Komplikasi Berat

Komplikasi menurut Ali Maghfuri (2016) Komplikasi kronis diabetes

mellitus yaitu :

a. Mata : Retinodiabetik, katarak

b. Ginjal : Glumerulosklerosis, intrakapiler, infeksi

c. Saraf : Neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom

d. Kulit : Dermopati diabetik, nekrobiosis lipoidika diabetikum

e. Sistem Kardiovaskular : Penyakit jantung dan gangren pada kaki

f. Infeksi tidak lazim : fasilitis dan miositis nekrotikans

meningitis mucar, kolesitis emfisemantosa, atitis eksterna maligna.

2.1.8 Pencegahan Diabetes Melitus

Pencegahan Diabetes Melitus menurut Susilo dan Ari (2011) sangatlah

penting untuk menghindari penyakit yang mematikan ini. Berikut cara-cara

bijaksana yang dapat dilakukan untuk mencegah DM:

1. Mengatur Asupan Karbohidrat

Karbihidrat adalah sumber panting bagi energi tubuh, baik dari biji-bijian,

kacang-kacangan, sayuran segar, dan buah-buahan. Yang harus diperhatikan

adalah pola makan yang benar dengan pengaturan jumlah karbohidrat setiap kali

makan. Seorang ahli diet dapat membatu dalam mengatur dan mempelajari berapa

banyak kalori dan nutrisi yang tepat bagi penderita diabetes untuk mencukupi

kebutuhan setiap hari.


25

2. Berolahraga

Kegiatan olahraga fisikk sangat baik untuk kesehatan dan memperlancar

peredaran darah dalam tubuh. Olahraga tidak harus berat, yang penting rutin dan

terus menerus. Pilih jenis olahraga yang disukai, bisa jalan santai, senam, menari

bersepeda atau sekedar jalan ditempat. Lakukan olahraga setengah jam sehari,

bahkan saat bekerja jika tidak sempat melakukannya secara khusus. Olahraga

yang teratur dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, kolesterol,

tekanan darah dan menjaga berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi stress

dan tentu saja dapat membantu mengurangi konsumsi obat DM.

Kegiatan fisik dan olahraga bermanfaat bagi setiap orang karena dapat

meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi

jantung, paru dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus

dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis

kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari

kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau

melakukan kegiatan lain yang setara. Kegiatan lain yang bisa dilakukan misalnya

membiasakan dari naik tangga 2-6 lantai secara bertahap dan teratur, walaupun

ditempat itu tersedia lift. Biasakan juga untuk memarkirkan mobil ditempat yang

lebih jauh sehingga memungkinkan untuk berjalan secara sehat ke tempat kerja.

Kurang gerak atau hidup bersantai merupakan faktor pencetus DM.

3. Kontrol Berat Badan

Obesitas adalah pemicu berbagai macam penyakit serius dan mematikan.

Oleh karena itu, menjaga keseimbangan berat badan sangatlah penting.

Menurunkan berat bedan denga perlahan dan mulai dari yang terkecil, sekitar 4-6
26

kg setiap bulan, dapat mengurangi risiko komplikasi DM. Ini sangat membantu

menurunkan gula darah dan tekanan darah. Cara termuda untuk mulai mengontol

berat badan adalah mencoba mengurangi makanan dengan kadar lemak yang

tingii, seperti keripik atau kentang goreng.

4. Tidur Cukup

Tidur cukup sangatah baik untuk kesehatan. Sebaliknya, kurang tidur akan

meningkatkan kadar glukosa darah dan mendorong orang untuk makan makanan

dengan karbohidrat tingi. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan penambahan berat

badan, juga meningkatkan risiko komplikasi, seperti penyakit jantung dan ginjal.

Coba untuk tidur cukup, sekitar 7-8 jam setiap malam. Jika memiliki keslitan

tidur, coba atasi dan konsultasikan dengan ahlinya. Memperbaiki pola tidur dapat

menurunkan kadar gula darah dan mencegah DM.

5. Pantau Gula Darah

Bagi yang terkena DM, sepertinya kondisi gula darah setiap hari tidaklah

penting. Namun, melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala sangat penting

dan dapat menghindarkan dari penyakit DM. Bahkan, bagi mereka yang sudah

terkena DM, memeriksa gula darah mejadi kewajiban untuk menghindari

komplikasi yang lebih buruk, seperti nyeri saraf, jantung dan lain-lain. Memantau

kondisi gula darah dapat membantu melakukan langkah antisipasi terbaik untuk

menentukan pola makan dan jenis olahraga yang harus dilakukan. Kondisi gula

darah dapat mengidentifikasi keadaan keadaan kesehatan yang lain dan

menghindari jenis penyakit berat lainya.


27

6. Manajemen Stress

Stress dapat memicu naiknya gula darah. Oleh karena itu, singkirkan

segala sesuatu yang dapat membuat stress, baik itu tekanan secara fisik maupun

mental. Kalau ada masalah yang berat dan harus diselesaikan, usahakan secepat

mungkin untuk menyelesaikannya. Jika tidak sanggup menghadapi sendirian,

minta bantuan kepada ahlinya. Jangan lari dari masalah dan melakukan tindakan

buruk lainnya, seperti mmengkonsumsi munuman keras atau narkotika. Ini tidak

akan menyelesaikan masalah, malah menambah permasalahan. Ada banyak cara

yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress, teknik relaksasi, seperti latihan

pernapasan, yoga, dan meditasi dapat sangat efektif untuk mengatasi stress.

Berwisata, berkebun, berolahraga, ataupun menekuni hobi lainnya juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk mengusir stress.

7. Batasi Konsumsi Garam

Garam yang berlebihan akan meningkatkan tekanan darah dan

mempercepat kerusakan ginjal. Untuk mendapatkan rasa asin dan gurih dalam

makanan, hindari garam dan gantikan dengan bumbu-bumbu dan rempah-rempah

pemberi rasa asin dan gurih. Sebisa mungkin hindari makan makanan olahan.

Perbanyak makan dari bahan-bahan segar dan tidak diawetkan. Berbelanja dipasar

tradisional lebih baik bagi kesehatan daripada berbelaja bahan-bahan makanan di

supermarket besar.

8. Berhenti Merokok

Rokok adalah musuh terbesar kesehatan. Berhenti merokok dapat

menurunkan risiko terbesar DM. Jadi lakukan dengan perlahan untuk berhenti

merokok, tiga kali lebih cepet meninggal karena penyakit jantung daripada
28

mereka yang tidak merokok. Berhenti merokok juga membantu memperbaiki

kinerja jantung dan paru-paru. Ini menurunkan tekanan darah dan risiko stroke,

serangan jantung, kerusakan saraf, dan penyakit ginjal. Tanyakan kepada dokter

tentang bantuan untuk berhenti merokok.

2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1

Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk

menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. tujuan tersebut dilaksanakan

dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah

tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan

pasien secara holistic dan mengajarkan kegiatan mandiri. Kriteria pengendalian

DM dapat dilihat pada tabel berikut. (Lakshita, 2012)


29

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

Baik Sedang Buruk


Glukosa darah 80-109 110-139 >140
plasma vena 110-159 160-199 >200
(mg/dl)
- Puasa
- 2 jam
HbA1c 4-6 6-8 >8
Kolstrol total <200 200-239 >240
(mg/dl)
Kolestrol LDL <130 130-159 >159
- Tanpa PJK <100 11-129 >129
- Dengan PJK
Kolestrol HDL >45 35-45 <35
(mg/dl)
Trigiliserida <200 <200-249 >250
(mg/dl) <150 <150-199 >200
- Tanpa PJK
- Dengan PJK
BMI/IMT 18,9-23,9 23-25 >25 atau <16,5
- Perempuan 20-24,9 25-27 >27 atau <20
- Laki-Laki
Tekanan darah <140/90 140-60 >160/95
(mmHg) /90-95

Akan tetapi, perbedaan utama anatara penatalaksanaan DM tipe 1 yang mayoritas

diderita pada usia <30 tahun dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak

insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dalam Lakshita (2012)

dibagi dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase akut/ketoasidosis

Fase akut bertujuan untuk mengobati koma dan dehidrasi dengan pemberian

cairan, memperbaiki keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian

insulin.
30

2. Fase Subakut/transisi

Fase subakut bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi,

stabilisasi penyakit dengan insulin, menyuusn pola diet dan penyuluhan

kepada penyandang DM/ keluarga mengenai pentingnya pemantauan

penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urine,

pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan

jasmani.

3. Fase Pemeliharaan

Pada fase ini, tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolic

dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi. Untuk itu, WHO

mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan

penyandang DM tipe 1, diantaranya:

a. Bebas dari gejala penyakit

b. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhnya

c. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya.

2.2 Konsep Gangren

2.2.1 Definisi Luka Diabetik (Gangren)

Gangrene adalah kematian bagian jaringan tubuh perifer yang

mempengaruhi pada saraf sensori dan system motoric yang menyebabkan

hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperature. Kaki penderita

Diabetes Melitus memiliki resiko potensial patologi meliputi infeksi, ulserasi dan

destruksi jaringan bagian dalam yang dikaitkan dengan abnormalitas neurologi,

penyakit pembuluh darah perifer dan atau komplikasi metabolic Diabetes Melitus
31

yang tidak terkendali (Tarwoto, et al, 2012). Ulkus kaki diabetic adalah kerusakan

sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full thickenss) pada kulit yang

meluas ke jaringan di bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang

terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi

ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Jika

ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh,

luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi sering mengakibatkan gangrene

dan amputasi ekstermitas bagian bawah (Tarwoto, et al, 2012). Beberapa istilah

yang biasanya pada luka diabetic adalah luka yang terjadi pada pasien dengan

diabetic yang melibatkan gangguan pada syaraf peripehal dan autonomic

(Tarwoto, et al, 2012)

2.2.2 Klasifikasi Luka Diabetci (Gangren)

Perawatan ulkus kaki diabetic memerluka kerja sama dari berbagai disiplin

ilmu. Dengan melibatkan banyak disiplin perlu adanya kesamaan informasi dalam

proses perawatan luka sehingga penyembuhan ulkus kaki diabetic bila optimal.

Klasifikasi ulkus kaki diabetic yang sering digunakan adalah menggunakan skala

dari Wagner (2,1) dan klasifikasi (Tarwoto, et al, 2012).

Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner


Grade Deskripsi
0 Tidak ada lesi, kemungkinan deformitas kaki atau selulitas
1 Ulserasi superficial
2 Ulserasi dalam meliputi persendian, tendon, atau tulang
3 Ulserasi dalam dengan pembentukan abses, osteomyelitis,
infeksi pada persendian
4 Nekrotik terbatas pada kaki depan atau tumit.
5 Nekrotik pada seluruh bagian kaki
Sumber (Tarwoto, et al, 2012)
32

2.2.3 Patofisiologi Luka Diabetic (Gangren)

Patofisiologi gangren menurut (Mubarok et al,2015) ada dua teori utama

mengenai terjadinya komplikasi kronik diabetes melitus gangren akibat

hiperglikemia yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasasi.

1. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel

dan jaringan tertentu dan dapat memindahkan glukosa tanpa insulin. Glukosa

yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui

glikolisis, tetapi sebagian dengan perantara dan enzim aldose reduktase akan

diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan

menyebabkan kerusakan perubahan fungsi

2. Teori Glikosilasasi

Hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasasi pada semua

protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasasi

pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik

makrovaskular maupun mikrovaskular.

2.2.4 Etiologi Luka Diabetikum

Etiologi gangren menurut Ali Maghfuri (2016) ulkus kaki diabetik

biasanya terjadi akibat triad berikut :

1. Faktor Endogen

a. Genetik dan Metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetic
33

2. Faktor Eksogen

a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

2.2.5 Tanda dan Gejala Luka Diabetik (Gangren)

Menurut Tarwoto, et al (2012) tanda dan gejala luka diabetikum meliputi:

1. Adanya fistura dan kering pada kaki

2. Pembentukan kalus pada area yang tertekan.

3. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal.

4. Luka biasanya dalam dan berlubang.

5. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitas.

2.2.6 Manifestasi Klinis Luka Diabetikum

Ulkus kaki diabetik akibat makroangiopatik disebut juga ulkus panas

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

peradangan dan biasanya teraba pulsasi dibagian distal. Proses mikroangiopati

menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli

memberikan gejala klinis 5P yaitu : Pain (nyeri), Paleness (kepucatan),

Parasthesia (kesemutan), pulselesness (denyut nadi hilang) dan Paralysis (

Lumpuh) (Suriadi,2004).
34

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan pasien. Data yang

dikumpulkan dalam pengkajian ini meliputi bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam

proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data dan

analisa data.

1. Data Umum

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengkajian dengan mengumpulkan

informasi tentang status kesehatan pasien secara sistematis dan terus-menerus

(Deswani, 2009). Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun

informasi (Data-data) dari pasien yang meliputi unsur bio-psiko-spiritual yang

komprehensif secara lengkap dan relevan untuk mengenal pasien agar dapat

memberi arah kepada tindakan keperawatan.

b. Identitas

Nama pasien, (Kebanyakan terjadi pada usia paruh baya dan tua) tanggal

lahir, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penanggung

biaya, no register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama
35

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien, biasanya adanya rasa

kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang

tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Luka diabetes

(gangren) apabila sudah sampai pada tahap sepsis maka akan dilakukan amputasi,

pasien post amputasi biasanya akan mengeluh nyeri akut (Dalimartha, 2013;

Prince, 2012)

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya

yang telah dilkaukan oleh penderita untuk mengatasinya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada

kaitanyya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat

jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus

(Wijaya&Yessie, 2013). Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada

anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya

menderita diabetes melitus. Perwarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan

ke cicit walaupun risikonya sangat kecil (H.R, Hasdiana, 2012)

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik Menurut Sari (2011) dilakukan pada seluruh

sistem organ tubuh karena efek sirosis memengaruhi seluruh organ tubuh.
36

a. Pernafasan (B1/Breathing)

Gejala: Merasa kekurangan oksigen. Batuk dengan atau tanda sputum

purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)

Tanda: Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak.

Parastesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.

b. Sirkulasi (B2/Blood)

Gejala: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kebas dan kesemutan pada

ekstermitas, terdapat ulkus dan penyembuhan yang lama.

Tanda: takikardia, perubahan tekanan darah, hipertensi, nadi yang

menurun, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Neurosensori (B3/Brain)

Gejala: pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan. Kebas. Kelemahan

pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan.

Tanda: Disorientasi, mengantuk, latergi, stupor atau koma (tahap lanjut).

Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental. Refleks tendon dalam

(RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)

d. Eliminasi (B4/bladder)

Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar,

kesulitan berkemih, ISK baru atau berulang, nyeri tekan abdomen.

Tanda: Urin encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi

oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau

busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan

menurun, hiperaktif (diare).

e. Makanan/cairan (B5/bowel)
37

Gejala: hilang nafsu makan. Mual dan muntah. Tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa dan karbohidrat. Penurunan berat badan

lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Hasu. Penggunaan diaretik.

Tanda: kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau distensi

abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik

dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah (napas

aseton)

f. Aktivitas (B6/Bone)

Gejala: adanya perubahan warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.

Tanda: Penurunan kekuatan otot. Penurunan kemampuan dalam

beraktivitas.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dL, GDP > 120 mg/dL dan

gula jam post pandial > 200 mg/dL

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara benedict ( reduksi) . Hasil dapat dilihat melalui

warna urine : Hijau (+) , kuning (++), merah (+++) , dan merah bata

(++++).

c. Kultur Pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai

dengan jenis kuman


38

2.3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis

keperawatan (Deswani, 2009), masalah keperawatan berdasarkan NANDA

Internasional 2015-2017 antara lain :

1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik

2. Kerusakan integritas kulit sampai b/d imunodefisiensi

3. Hambatan mobilitas fisik b/d neuromuscular

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang

asupan makanan

5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

a. Diagnosis keperawatan 1

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri beradaptasi atau

berkurang.

Kriteria Hasil:

1. skala nyeri menurun

2. ekspresi wajah tenang

3. istirahat cukuo

4. klien mampu mengatasi nyeri dengan teknik non farmakalogis

5. tekanan darah dalam rentang normal (100-130/70-80 mmhg)


39

6. nadi dalam rentang normal (60-100 x/menit)

7. RR dalam rentang normal 18-24 x/menit)

8. Suhu dalam rentang normal (36,5-37,5 C)

Intervensi:

1. Bina hubungan saling percaya.

2. Monitor vital sign (tekanan darah, nadi, rr, suhu.

3. Monitor kualitas nyeri pasien

4. Berikan alternative tindakan kenyamanan mengatasi nyeri

(lingkungan yang tenang, posisi nyaman, message, kompres

hangat/dingin)

5. Pertahankan kestabilan immobilisasi bagian tubuh yang sakit

dengan tirah baring.

6. Ajarkan manajemen nyeri non famakologis (relaksasi : nafas

dalam)\kolaborasikan dengan dokter pemberian obat analgetik.

Rasional:

1. R/ tercapainya hubungan saling percaya antara pasien dan perawat.

2. R/vital sign menunjukkan keadaan umum pasien.

3. R/ skala nyeri menunjukkan kualitas nyeri yang dialami oleh

pasien.

4. R/ tindakan mengatasi nyeri membantu meringankan nyeri

5. R/ stabilisasi immobilisasi bagian tubuh yang sakit mengurangi

nyeri klien.

6. R/ membantu meringankan nyeri klien.

7. R/ pemberian analgesic membantu meringankan beban nyeri.


40

b. Diagnosis Keperawatan 2

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi

kelambatan pemulihan.

Kriteria Hasil:

1. Lesi atau luka membaik atau sembuh

2. Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan

Intervensi:

1. Observasi atau inspeksi kulit pasien

2. Bantu pasien dalam melakukan hygiene dan kenyamanan untuk

tidak menggaruk.

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan pelembab.

Rasional:

1. R/ untuk menunjukkan keefektifan program perawatan kulit.

2. R/ untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.

3. R/ untuk menghindari cedera kulit.

4. R/ untuk mengendalikan atau meminimalkan efek pada kulit.

c. Diagnosis Keperawatan 3

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromukular.

Tujuan:
41

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi

imobilitas.

Kriteria Hasil:

1. Pasien mempertahankan atau menigkatkan kekuatan otot dan ROM

sendi pasien.

2. Pasien mempertahankan keamanan pada saat ditempat tidur.

3. Pasien mencapai tingkat mobilitas di tempat tidur.

Intervensi:

1. Identifikasi tingkat ketergantungan pasien dengan menggunakan

skala mobilitas fungsional.

2. Bantu pasien dalam mempertahankan posisi tubuh yang benar

secara antomis dan fungsional anjrukan mengatur kembali posisi

setiap 2 jam ditempat tidur.

3. Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik untuk meningkatkan

mobilitas di tempat tidur.

4. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mengembangkan program

peningkatan mobilitas di tempat tidur.

Rasional

1. Untuk menunjang kontinuitas perawatan.

2. Pengaturan posisi yang tepat dapat menurunkan mencegah

kerusakan kulit.
42

3. Guna membantu menyiapkan pasien dan anggota untuk

pemulangan.

4. Untuk membantu mobilitas deficit musculoskeletal.

d. Diagnosis Keperawatan 4

Resiko infeksi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tidak terdapat tanda

infeksi.

Kriteria Hasil:

1. Tidak terdapat tanda infeksi ( Tumor, Rubor, Kalor, Dolor).

Intervensi :

1. Pantau Hygiene personal pasien

2. Merawat luka dengan prinsip steril

3. Edukasi ke keluarga untuk melaporkan jika ada tanda-tanda infeksi

ke perawat

4. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antibiotic

Rasional:

1. Untuk perlindungan terhadap infeksi

2. Mencegah masuknya bakteri ke luka

3. Memberikan perawatan sesegera mungkin

4. Mencegah terjadinya infeksi

e. Diagnosis Keperawatan 5

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.


43

Tujuan:

Setelah dilakukan keperwatan 2x24 jam diharapkan kebutuhan perawatam

dari pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil:

Pasien atau keluarga melakukan program hiegene dan mandi setiap hari.

Intervensi:

1. Observasi tingkat fungsional pasien.

2. Bantu sebagian atau sepenuhnya saat mandi atau higene setiap hari.

3. Ajarkan pasien atau keluarga tentang higiene pada pasien.

4. Kolaborasi dengan keluarga untuk melakukan hygiene.

Rasional:

1. Dapat menentukan tindakan yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan pasien.

2. Untuk meningkatkan perasaan mandiri.

3. Guna memenuhi kebutuhan perawatan diri pada pasien.

4. Untuk memberikan kenyamanan dan kesejahteraan pada pasien.

2.3.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan

kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi

menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan

tergantung pada situasi dan kondisi pasien.


44

2.3.5 Evaluasi

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin di

capai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum,

dapat juga tercapai sebagian atau timbul masalah baru.


BAB 3

TINJAUAN KASUS

Penulis mengamati mulai tanggal 19 Juni 2017 sampai dengan 22 Juni

2017 dengan data pengkajian pada tanggal 19 Juni 2017 pukul 08.15 WIB untuk

mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien dengan diabetes melitus tipe 1 + ulkus manus dextra maka penulis

menyajikan suatu kasus yang. Anamnesa di peroleh dari pasien, keluarga pasien

dan file No.Register 51.82.xx sebagai berikut:

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pasien adalah seorang laki-laki bernama Tn “T” usia 30 tahun, bahasa yang

sering digunakan adalah bahasa Indonesia, pasien belum menikah. Pasien tinggal

di Surabaya, pasien beragama katolik. Penanggung jawab biaya rumah sakit

pasien dengan menggunakan BPJS. Pasien MRS tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.30

WIB.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Lemas

45
46

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pasien datang ke poli diabetes pada tanggal 24

Mei 2017 pukul 13.06 dengan keluhan lemas seluruh badan. Terdapat luka di

bagian tangan kanan pasien dengan panjang luka 9,5cm lebar dan kedalaman

2ml,luka muncul berawal dari terkena oven sudah diberikan obat namun tidak

sembuh, pasien dilakukan operasi debridement pada tanggal 14 Juni 2017.

Pertama kali didiagnosis Diabetes Melitus karena kesemutan mulai dari dengkul

ke bawah. Pasien juga mengeluhkan mata masih bisa melihat tapi kabur. Keluarga

pasien mengatakan pasien pernah menjalani terapi HBO sebanyak 14 kali.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan mengalami DM sejak usia 12 tahun, tidak ada

hipertensi, pernah mengalami DBD, demam tifoid, TB, dan tidak ada asma.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai DM.

5. Genogram

Pasien merupakan seorang anak yang memiliki orang tua tinggal ibu dan 3

2 kakak perempuan, orang tua laki-laki Tn. T sudah meninggal, Tn. T merupakan

anak ketiga dari 3 saudara. Tn. T tinggal satu rumah dengan orang tua dan kakak

yang ke 2.

6. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.


47

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pasien lemah, kesadaran pasien composmentis. Tanda-

tanda vital observasi pasien tekanan darah: 120/90 mmHg, nadi: 89x/mnt, suhu:

36°c, RR: 18 x/mnt, tinggi badan 175cm dan berat badan 58kg.

1. B1 Sistem pernafasan (breathing)

Bentuk dada normochest, dada kanan dan dada kiri simetris, keseimbangan

gerak nafas dada dan perut simetris bentuk dada normal tidak ada penggunaan

otot bantu napas sternokleidomastoideus, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi

dada, tidak ada fail chest, dan airway paten. Tidak ada krepitasi, tidak ada fail

chest dan teraba taktil fremitus pada semua lapang paru. Terdengar sonor

(resonan) pada semua lapang paru, pada ICS 3 sampai 5 pada dada kiri terdengar

lebih redup. Suara napas vesikuler, tidak terdapat mucus, dan tidak terdapat suara

napas tambahan (tidak ada krekels, ronkhi, wheezing, dan stidor.

2. B2 Sistem kardiovaskuler (blood)

Dada kanan dan dada kiri simteris dan tampak denyutan ictus cordis pada

ICS 5 midklavikula sinistra. Teraba ictus cordis di ICS 5 midklavikula sinistra.

Suara jantung S1 S2 tunggal, irama jantung regular, tidak terdapat mur-mur atau

gallop.

3. B3 Sistem pengindraan dan persyarafan (brain)

Kesadaran pasien composmentis, GCS 4-5-6 (membuka mata dengan

spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada kejang.

Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+, Refleks patologis : babinski -

/-, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-, bruzunki -/-,, pada

pemeriksaan Nervus cranial I pasien mampu membedakan antara bau makanan


48

dan obat, Nervus cranial II pasien dapat melihat lapang pandang secara normal,

Nervus cranial III pasien mampu membuka kelopak mata, Nervus cranial IV

pasien mampu menggerakkan bola mata, Nervus cranial V pasien mampu

mengunyah dengan baik, Nervus cranial VI pasien mampu menggerakkan bola

mata ke arah lateral, Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada

masalah, Nervus cranial VIII pasien dapat mendengar dengan baik, Nervus cranial

IX pasien tidak ada kesulitan menelan, Nervus cranial X pasien dapat menelan

dengan baik, Nervus cranial XI bahu pasien simetris tidak ada. masalah, Nervus

cranial XII pasien dapat membedakan rasa pahit dan manis.

4. B4 Sistem perkemihan (bladder)

Kebersihan bersih, tidak terdapat ekskresi. Pada pemeriksaan palpasi tidak

terdapat distensi urin pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, eliminasi urin

SMRS frekuensi 5-6x/hari, pasien menggunakan diapers.

5. B5 Sistem Pencernaan (bowel)

Kondisi mulut bersih, membrane mukosa bibir dan mulut tampak lembab,

gigi lengkap, tidak ada caries, tidak nyeri, tidak ada gigi palsu, faring tidak nyeri

saat menelan, Diit SMRS frekuensi makan 3x/hari, jenis makanan nasi, lauk pauk

dan sayur.

Diit MRS pasien diit diabetasol 200, porsi makan habis, pasien

menggunakan alat bantu makan, tida ada mual dan muntah. Bentuk abdomen

simteris, peristaltic normal, tidak ada kelainan pada abdomen, tidak ada

pembesaran pada hepar, tidak ada pembesaran lien, pada rectum dan anus tidak

ada hemoroid dan tidak ada lesi. Eliminasi alvi SMRS: Frekuensi 1x/hari,

konsistensi lunak, warna kuning.


49

6. B6 sistem muskuloskeletal (bone) dan Integumen

Keadaan umum lemah, tidak terdapat fraktur, dan turgor kulit elastis.

Terdapat kelainan jaringan karena gangren warna dasar luka, kulit sekitar luka

merah mudah, tidak ada oedema, terdapat bekas amputasi pada ibu jari, tepi luka

merah, terdapat eksudat pada gangren di tangan kanan luas 9,5cm, lebar

2,5cm,kedalaman 2ml.

Gambar 3.1 Ulkus Diabetikum Manus Dextra Pada Tn. T

Kekuatan otot : 5555 5555


4444 4444

Keterangan: 1. Kontraksi otot dapat dilihat/ dipalpasi

2. Gerakan otot dengan bantuan topangan

3. Melawan gravitasi

4. Dapat melawan gravitasi

5. Normal

7. Endokrin

Pasien memiliki penyakit riwayat diabetes mellitus diketahui sejak usia 12

tahun, tidak ada Pembesaran Kelenjar Thyroid.

8. Sistem Reproduksi dan Genetalia

Tn. T berjenis kelamin laki-laki, pasien belum menikah


50

9. Kemampuan Perawatan Diri

Tabel 3.1 Kemampuan perawatan diri Tn. T dengan diagnosis Diabetes


melitus dengan ulkus manus dextra.
SMRS MRS Skor
Mandi 1 3 1 : mandiri
Berpakaian/dandan 1 3 2 : alat bantu
Toleting/eliminasi 1 3 3 : dibantu orang lain dan
alat
4 : tergantung/ tidak
mampu
Mobilitas tempat tidur 1 3
Berpindah 1 3
Berjalan 1 3
Naik tangga 1
Berbelanja 1

Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1

Alat bantu berupa : tidak ada

10. Personal Hygiene

Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, keramas sebanyak 3

hari/1x, ganti pakaian sebanyak 2x/hari, menyikat gigi sebanyak 2x/hari,

memotong kuku sebanyak 1 minggu/1x. Selama pasien masuk rumah sakit pasien

mandi dengan cara di seka sebanyak 1x/hari, pasien belum keramas selama masuk

rumah sakit, pasien ganti pakaian sebanyak 1x/hari, pasien memotong kuku

selama masuk rumah sakit seminggu 1x.

11. Kognitif Perseptual Psikososiospiritual

Persepsi terhadap sehat sakit : Pasien mengatakan bahwa sehat itu tidak

sakit, dan pasien berharap agar cepat sembuh. Pasien menganggap sakit yang

menimpanya adalah ujian dari Tuhan dan pasien mengatakan ikhlas menerimanya.
51

Konsep diri :
a. Gambaran Diri : Pasien tidak menyukai bagian tangannya karena
telah dioperasi bagian ibu jari sebelah kanan.
b. Ideal Diri : pasien berperilaku baik dan berperan sebagai anak
dan adik yang baik.
c. Harga Diri : Pasien bersabar dan menerima dengan iklas atas
penyakitnya.
d. Identitas Diri : Pasien mengatakan dia seorang Laki-laki berusia
30 tahun. Pasien belum menikah.
e. Peran : Pasien adalah seorang mahasiswa.
Kemampuan berbicara : Pasien dapat berkomunikasi
Kemampuan adaptasi terhadap masalah
Ansietas : Tidak ada
Rekreasi : Pasien menonton tv dan jalan-jalan dengan
keluarga
Olahraga : jalan pagi di sekitar komplek rumah.
System pendukung : keluarga
Hubungan dengan orang lain : baik
Kegiatan ibadah : pasien beragama katolik.

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Tabel 3.2 Pemeriksaan laboratorium Tn. T dengan diagnosis diabetes melitus


dengan ulkus manus dextra
Tanggal Jenis Hasil Batas Normal
Pemeriksaan
19 Juni 2017 WBC 8,34 10^3/uL 4.00-10.00

19 Juni 2017 HGB 11,8 g/dL 11.0 – 16.0

19 Juni 2017 HCT 33.2 % 37.0 – 54.0

19 Juni 2017 SGPT 11 U/L 0 – 37


52

3.1.5 Terapi

Tabel 3.3 Terapi obat Tn. T tanggal 19 Juni 2017 dengan diagnosis medis
diabetes melitus dengan ulkus manus dextra.
Tgl. Terapi Dosis Indikasi Kontraindika Efek
Obat si Samping
19/062017 Cefoperazo 1000m Diindikasikan Dikontraindika
Gangguan sel
ne g/vial untuk penyakit sikan pada
cerna: diare,
2x1 infeksi saluran pasien yang
mual,
napas, infeksi alergi terhadap
muntah.
saluran kemih, penicillin, Reaksi kulit
peritonitis, cefoperazone,seperti ruam,
kolangitis, sulbactam atau
urtikaria.
infeksi intra sefalosprin Peningkatan
abdominal. lainnya. sementara
SGOT
SGPT,
bilirubin.
19/062017 Ranitidine 2mg Untuk Penderita yang Dapat terjadi
2x1/IV penderita sakit diketahui takikardi
maag dan hipersensitifita (jarang),
terjadi s terhadap agitasi,
peningkatan ranitidine. gangguan
asam lambung penglihatan,
dan luka pada alopesia,
lambung. nefritis
interstisial.
19/062017 Levemir 4 ui/SC Insulin untuk Hipersensitivit Efek
pasien dengan as individu samping
diabetes untuk obat. yang paling
mellitus. sering
adalah
hipoglikemia
, yang terjadi
ketika dosis
yang
diberikan
relative
tinggi untuk
kebutuhan
tubuh untuk
insulin.
53

3.2 Diagnosis Keperawatan

3.2.1 Analisis Data

Tabel 3.4 Analisa Data Tn. T dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe I +
Ulkus manus dextra.
No. Data (Symptom) Penyebab Masalah (Problem)
(Etiologi)
1. DS : Gangguan Hambatan mobilitas
- Pasien mengatakan neuromuscular fisik
lemah pada kedua kaki.
Skala otot 5555 5555
4444 4444
- Pasien mengatakan
capek ketika
menggerakkan bagian
kaki.

DO :
- Pasien dapat
mengangkat kedua kaki
dengan melawan
gravitasi.
- Pasien tampak lemah
semua kebutuhan
pasien dibantu keluarga

2. DS : Agen Cedera : Nyeri Akut


- Pasien mengatakan (luka gangrene)
nyeri pada tangannya
yang luka.
P: Nyeri karena ulkus
diabetikum
Q: Tertusuk-tusuk
R: manus dextra
S: 3 (1-10)
T: Hilang timbul

DO :
- Pasien tampak
menyeringai ketika
dikaji.
- Terdapat ulkus pada
manus dextra gambaran
luka pada tangan yaitu
warna dasar luka
kekuningan, terdapat
pus, panjang ±9,5cm,
54

lebar ±2,5cm, dan


kedalaman ±2ml.
- TD : 120/90 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- RR : 20x/menit

3. DS : Penurunan Kerusakan
- Klien mengatakan ada sirkulasi Intergritas Jaringan
luka di tangan sebelah
kanan.
DO :
- Terdapat bercak merah
di seluruh tubuh.
- Terdapat luka ulkus
manus dextra dengan
luas 9,5cm, lebar
2,5cm, kedalaman 2ml.
- Terdapat eksudat pada
ulkus manus dextra.
4. DS : Kelemahan Defisit perawatan
- Keluarga pasien diri : mandi
mengatakan pasien
mandi hanya diseka 1x
sehari
DO :
- Klien tampak Lemah
- Semua kebutuhan
pasien dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak bedrest
dengan posisi
semifowler.
55

3.3 Prioritas Masalah

Tabel 3.5 Prioritas masalah Tn. T dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe I +
Ulkus manus dextra
No. Masalah Keperawatan Tanggal Paraf
Ditemukan Teratasi

Ϣ
1. Hambatan mobilitas fisik 19-06-2017 21-06-2017
berhubungan dengan
Gangguan neuromuscular

Ϣ
2. Nyeri akut berhubungan 19-06-2017
dengan Agen Cedera Akut:
(luka gangrene)

Ϣ
3. Kerusakan Intergritas 19-06-2017
Jaringan berhubungan dengan
penurunan sirkulasi

Ϣ
4. Defisit perawatan diri b/d 19-06-2017 21-06-2017
kelemahan
56

3.4 Rencana Keperawatan


Tabel 3.6 Rencana Keperawatan Tn. T dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe I + Ulkus Manus Dextra
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Hambatan Setelah dilakukan Observasi
mobilitas fisik tindakan Asuhan 1. Identifikasi tingkat ketergantungan 1. R/ untuk menunjang
berhubungan Keperawatan Selama pasien dengan menggunakan skala kontinuitas perawatan.
dengan 2x24 jam diharapkan mobilitas fungsional.
neuromukular. tidak terjadi imobilitas. Mandiri
Kriteria Hasil : 2. Bantu pasien dalam 2. R/ pengaturan posisi
1. Pasien mempertahankan posisi tubuh yang yang tepat dapat
mempertahankan benar secara antomis dan menurunkan mencegah
atau menigkatkan fungsional anjrukan mengatur kerusakan kulit.
kekuatan otot dan kembali posisi setiap 2 jam
ROM sendi pasien. ditempat tidur.
2. Pasien 3. Ajarkan dan dukung pasien dalam 3. R/ untuk meningkatkan
mempertahankan latihan ROM aktif atau pasif. kekuatan dan ketahanan
keamanan pada saat otot.
ditempat tidur. Edukasi
3. Pasien mencapai 4. Ajarkan pasien dan keluarga 4. R/ untuk membantu
tingkat mobilitas di tentang teknik untuk meningkatkan mobilitas deficit
tempat tidur. mobilitas di tempat tidur. musculoskeletal.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik
untuk mengembangkan program
peningkatan mobilitas di tempat
tidur.
57

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukanObservasi 1. R/vital sign
2. berhubungan tindakan Asuhan 1. Monitor vital sign (tekanan darah, menunjukkan keadaan
dengan agen Keperawatan Selama nadi, RR, suhu. umum pasien.
cedera fisik ( luka 3x24 jam diharapkan 2. Monitor kualitas nyeri pasien 2. R/ skala nyeri
gangren ) nyeri teradaptasi atau Mandiri menunjukkan kualitas
berkurang. 3. Berikan alternative tindakan nyeri yang dialami oleh
kenyamanan mengatasi nyeri pasien.
Kriteria Hasil : (lingkungan yang tenang, posisi 3. R/ tindakan mengatasi
1. skala nyeri menurun nyaman, message, kompres nyeri membantu
2. ekspresi wajah tenang hangat/dingin) meringankan nyeri
3. istirahat cukup 4. Pertahankan kestabilan 4. R/ stabilisasi
4. klien mampu immobilisasi bagian tubuh yang immobilisasi bagian
mengatasi nyeri sakit dengan tirah baring. tubuh yang sakit
dengan teknik non Edukasi mengurangi nyeri klien.
farmakalogis 5. Ajarkan manajemen nyeri non 5. R/ membantu
5. tekanan darah dalam famakologis (relaksasi : nafas meringankan nyeri klien.
rentang normal (100- dalam)\kolaborasikan dengan
130/70-80 mmhg) dokter pemberian obat analgetik
6. nadi dalam rentang
normal (60-100
x/menit)
7. RR dalam rentang
normal 18-24
x/menit)
58

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
3. Kerusakan Setelah dilakukan Observasi
integritas jaringan tindakan Asuhan 1. Observasi atau inspeksi kulit 1. R/ untuk menunjukkan
b.d Penurunan keperawatan selama pasien. keefektifan program
sirkulasi 3x24 jam diharapkan Mandiri perawatan kulit.
tidak terjadi kelambatan 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. R/ untuk meningkatkan
pemulihan. hygiene dan kenyamanan untuk kenyamanan dan
tidak menggaruk. kesejahteraan.
Kriteria Hasil : Edukasi 3. R/ untuk menghindari
1. Lesi atau luka 3. Anjurkan kepada keluarga untuk cedera kulit.
membaik atau membantu memberikan
sembuh pelembab.
2. Pasien Kolaborasi
melaporkan 4. Lakukan Rawat Luka 2x sehari.
peningkatan
kenyamanan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan Observasi 1. R/Dapat menentukan
diri berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi tingkat fungsional tindakan yang sesuai
dengan kelemahan. selama 1x24 jam pasien. untuk memenuhi
diharapkan perawatan Mandiri kebutuhan pasien
diri pasien terpenuhi 2. Anjurkan pasien untuk mengganti 2. Untuk melindungi pasien
Krteria Hasil : pakaian yang kotor dengan yang dari kuman dan
Pasien atau bersih. meningkatkan rasa
keluarga 3. Bantu sebagian atau sepenuhnya nyaman.
melakukan saat mandi atau higene setiap hari
59

program hiegene Edukasi 3. R/Untuk meningkatkan


dan mandi setiap 4. Ajarkan pasien atau keluarga perasaan mandiri.
hari. tentang higiene pada pasien. 4. R/Guna memenuhi
Kolaborasi kebutuhan perawatan diri
5. Kolaborasi dengan keluarga untuk pada pasien.
melakukan hygiene. 5. R/Untuk memberikan
kenyamanan dan
kesejahteraan pada
pasien.
60

3.5 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan


Tabel 3.7 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan Pada Tn. T Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 1 +
Ulkus Manus Dextra
No. Tgl/Jam Tindakan TT Catatan Perkembangan TT
Dx

Senin, Dx 1
1,2,3,4 19/062017 Mengobservasi TTV Tn. T Zr Vebby S: Zr Vebby
08.00 TD : 120/90 mmHg Pasien mengatakan lukanya disebelah
N : 98 x/menit tangan kanan. Luka pasien berawal
S : 36 C dari oven karena memasak bulan
RR : 20 x/menit januari yang lalu.
Mengobservasi kadar gula darah : 207 O:
mg/dl - keadaan umum lemah
- Kesadaran : composmentis
2 08.20 Mengkaji karakteristik nyeri pasien - GCS : E:4 V:5 M:6
P: Nyeri karena ulkus diabetikum - Luka dibagian tangan kanan
Q: Tertusuk-tusuk pasien
R: manus dextra - Gerakan lambat pada ekstermitas
S: 3 (1-10) bawah, mobilitas dibantu
T: Hilang timbul keluarga.
- Kekuatan otot
2 08.35 Memberikan alternative dan mengajarkan 5555 5555
teknik relaksasi seperti napas dalam ketika 4444 4444
nyeri mulai muncul. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
61

1 08.40 Mengkaji skala kekuatan pasien. Dx 2


5555 5555 S:
4444 4444 Pasien mengatakan nyeri sedikit
berkurang
4 10.00 Mengobservasi atau inspeksi kulit pasien. P: Nyeri karena ulkus diabetikum
Menganjurkan kepada keluarga untuk Q: Tertusuk-tusuk
Memberikan makanan susu melalui selang R: manus dextra
NGT S: 4 (1-10)
T: Hilang timbul
3 10.05 Membantu memberikan pelembab.
O:
4 10.10 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang - Pasien tampak masih
higiene pada pasien. menyeringai ketika dilakukan
rawat luka
1,2,3,4 11.00 Mengobservasi TTV Tn. T - Terdapat luka pada manus dextra
TD : 120/90 mmHg dengan gambaran luka warna
N : 85 x/menit dasar kekuningan, terdapat pus,
S : 36 C tidak ada odema, panjang luka
RR : 20 x/menit 9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
2ml, tepi luka berwarna merah
1,2,3,4, 12.00 Melakukan Cek GDA 2JPP muda
5 Hasil : 105 mg/dl - TD : 120/80 mmHg
- N : 95x/menit
1,2,3,4, 12.05 Memberikan terapi obat sesuai dengan - S : 36,6 C
5 hasil kolaborasi dengan dokter : - RR : 18 x/menit
- Cefoperazone 1000 mg/IV
- Levemir 4 unit/SC
62

1,2,3,4, 12.10 Membantu memiringkan pasien dengan A:


5 mengganjal bantal Masalah belum teratasi
P:
1 13.00 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
teknik untuk meningkatkan mobilitas di
tempat tidur.
Dx 3
1,2,3,4 15.00 Merawat luka membersihkan dan S:
mengganti balutan. terdapat luka gangren - pasien mengatakan ada luka di
pada tangan kanan. Gambaran luka tangan kanan pasien.
gangren pada tangan kanan yaitu warna O:
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - keadaan umum pasien lemah
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan - terdapat bercak-bercak merah
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah diseluruh bagian tubuh pasien.
muda. - Terdapat luka pada manus dextra
dengan gambaran luka warna
1,2,3,4, 16.00 Mengobservasi TTV Tn. T dasar kekuningan, terdapat pus,
TD : 110/70 mmHg tidak ada odema, panjang luka
N : 80 x/menit 9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
S : 36 C 2ml, tepi luka berwarna merah
RR : 18 x/menit muda

1,2,3,4 17.00 Melakukan Cek GDA A : Masalah belum teratasi


Hasil : 95 mg/dl P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

3 20.00 Menganjurkan kepada


keluarga untuk membantu memberikan
pelembab.
63

1,2,3,4 21.00 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang Dx 4


higiene pada pasien. S:
- Pasien mengatakan mengetahui
1,2,3,4 22.00 Melakukan Cek GDA tentang membersihkan diri
Hasil 231 mg/dl ketika di rumah sakit.
Memberikan terapi insulin Lavemir 4 ui
O:
1,2,3,4 04.00 Merawat luka membersihkan dan - Keadaan pasien tampak lemah
mengganti balutan. terdapat luka gangren - Rambut pasien tampak tidak
pada tangan kanan. Gambaran luka rapi.
gangren pada tangan kanan yaitu warna - Pasien diseka oleh keluarganya
dasar luka kekuningan, terdapat pus, sehari dua kali.
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah A : masalah teratasi sebagian.
muda.
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
1,2,3,4 05.00 Mengobservasi TTV Tn.T
- TD : 120/80 mmHg
- N : 95x/menit
- S : 36,6 C
- RR : 18 x/menit
64

No. Tgl/Jam Tindakan TT Catatan Perkembangan TT


Dx
Selasa, Dx 1
20 Juni Mengobservasi TTV Tn. T S:
2017 TD : 120/90 mmHg Zr Vebby Pasien mengatakan lukanya disebelah
Zr Vebby
N : 98 x/menit tangan kanan. Luka pasien berawal
1,2,3,4 08.00 S : 36 C dari oven karena memasak bulan
RR : 20 x/menit januari yang lalu.
Mengobservasi kadar gula darah : 52 mg/dl O:
1 - keadaan umum lemah
08.05 Mengkaji skala kekuatan pasien. - Kesadaran : composmentis
5555 5555 - GCS : E:4 V:5 M:6
4444 4444 - Luka dibagian tangan kanan
pasien
3 08.15 Menganjurkan kepada keluarga untuk - Gerakan lambat pada ekstermitas
membantu memberikan pelembab. bawah, mobilitas dibantu
keluarga.
1,2,3,4, 08.17 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang - Kekuatan otot
higiene pada pasien. 5555 5555
4444 4444
1,2,3,4 11.00 Mengobservasi TTV Tn. T A : Masalah belum teratasi
TD : 120/90 mmHg P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
N : 85 x/menit Dx 2
S : 36 C S:
RR : 20 x/menit Pasien mengatakan nyeri sedikit
berkurang
1,2,3,4, 11.05 Cek GDA P: Nyeri karena ulkus diabetikum
5 Hasil : 108 mg/dl Q: Tertusuk-tusuk
65

R: manus dextra
1,2,3,4, 11.30 Memberikan terapi obat sesuai dengan S: 4 (1-10)
5 hasil kolaborasi dengan dokter : T: Hilang timbul
- Cefoperazone 3x1 IV
- Levemir 4 unit/SC O:
- Pasien tampak masih
1 12.00 Membantu memiringkan pasien dengan menyeringai ketika dilakukan
mengganjal bantal rawat luka
- Terdapat luka pada manus dextra
1 14.00 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang dengan gambaran luka warna
teknik untuk meningkatkan mobilitas di dasar kekuningan, terdapat pus,
tempat tidur. tidak ada odema, panjang luka
9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
3 15.00 Merawat luka membersihkan dan 2ml, tepi luka berwarna merah
mengganti balutan. terdapat luka gangren muda
pada tangan kanan. Gambaran luka - TD : 120/80 mmHg
gangren pada tangan kanan yaitu warna - N : 95x/menit
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - S : 36,6 C
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan - RR : 18 x/menit
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah
muda.

16.00 Mengobservasi TTV Tn. T A:


1,2,3,4 TD : 110/70 mmHg Masalah belum teratasi
N : 80 x/menit P:
S : 36 C Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
RR : 18 x/menit
66

1,2,3,4, 16.05 Melakukan Cek GDA Dx 3


5 Hasil : 95 mg/dl S:
- pasien mengatakan ada luka di
4 18.05 Menganjurkan kepada tangan kanan pasien.
keluarga untuk membantu memberikan O:
pelembab. - keadaan umum pasien lemah
- terdapat bercak-bercak merah
1,2,3,4 20.00 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang diseluruh bagian tubuh pasien.
higiene pada pasien. - Terdapat luka pada manus dextra
dengan gambaran luka warna
1,2,3,4 22.00 Melakukan Cek GDA dasar kekuningan, terdapat pus,
Hasil 231 mg/dl tidak ada odema, panjang luka
Memberikan terapi insulin Lavemir 4 ui 9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
2ml, tepi luka berwarna merah
1,2,3,4 04.00 Merawat luka membersihkan dan muda
mengganti balutan. terdapat luka gangren
pada tangan kanan. Gambaran luka A : Masalah belum teratasi
gangren pada tangan kanan yaitu warna P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
dasar luka kekuningan, terdapat pus,
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah
muda.
Dx 4
1,2,3,4 05.00 Mengobservasi TTV Tn.T S:
- TD : 110/70 mmHg - Pasien mengatakan mengetahui
- N : 82x/menit tentang membersihkan diri
- S : 36 C ketika di rumah sakit.
- RR : 18 x/menit
67

O:
- Keadaan pasien tampak lemah
- Rambut pasien tampak tidak
rapi.
- Pasien diseka oleh keluarganya
sehari dua kali.

A : masalah teratasi sebagian.

P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,

No. Tgl/Jam Tindakan TT Catatan Perkembangan TT


Dx
Rabu, Dx 1
1,2,3,4 21-06- Mengobservasi TTV Tn. T Zr Vebby S:
17 TD : 110/90 mmHg - Pasien mengatakan lukanya
08.00 N : 88 x/menit disebelah tangan kanan. Luka
S : 36 C pasien berawal dari oven karena
RR : 20 x/menit memasak bulan januari yang
1,2,3,4 08.10 Mengobservasi kadar gula darah : 187 lalu.
mg/dl - Pasien mengatakan aktivitas bisa
dilakukan secara mandi hanya
2 08.20 Mengkaji karakteristik nyeri pasien beberapa aktivitas yang di bantu
P: Nyeri karena ulkus diabetikum oleh keluarganya.
Q: Tertusuk-tusuk O:
R: manus dextra - keadaan umum baik
S: 2 (1-10) - Kesadaran : composmentis
T: Hilang timbul - GCS : E:4 V:5 M:6
68

2 08.35 Memberikan alternative dan mengajarkan - Luka dibagian tangan kanan


teknik relaksasi seperti napas dalam ketika pasien
nyeri mulai muncul. - Kekuatan otot
5555 5555
1 08.35 Mempertahankan kestabilan immobilisasi 5555 5555
bagian tubuh yang sakit dengan tirah A : Masalah teratasi sebagian
baring. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

1 08.40 Mengkaji skala kekuatan pasien. Dx 2


5555 5555 S:
4444 4444 - Pasien mengatakan nyeri sedikit
berkurang
1,2,3,4 10.00 Memberikan makanan susu melalui selang - P: Nyeri karena ulkus
NGT diabetikum
- Q: Tertusuk-tusuk
3 11.00 Membantu memberikan pelembab. - R: manus dextra
- S: 2 (1-10)
1,2,3,4 12.00 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang - T: Hilang timbul
higiene pada pasien.
O:
1,2,3,4 12.00 Mengobservasi TTV Tn. T - Pasien tampak masih
TD : 120/90 mmHg menyeringai ketika dilakukan
N : 85 x/menit rawat luka
S : 36 C - Terdapat luka pada manus dextra
RR : 20 x/menit dengan gambaran luka warna
dasar kekuningan, terdapat pus,
1,2,3,4 12.05 Melakukan Cek GDA 2JPP tidak ada odema, panjang luka
Hasil : 111 mg/dl 9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
69

1,2,3,4 12.06 Memberikan terapi obat sesuai dengan 2ml, tepi luka berwarna merah
hasil kolaborasi dengan dokter : muda
- Cefoperazone - TD : 120/80 mmHg
- Novorapi 4 unit. - N : 95x/menit
- S : 36,6 C
1 15.00 Membantu memiringkan pasien dengan - RR : 18 x/menit
mengganjal bantal
Mengajarkan pasien dan keluarga tentang A:
teknik untuk meningkatkan mobilitas di Masalah belum teratasi
tempat tidur. P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
1,2,3,4, 16.00 Merawat luka membersihkan dan
5 mengganti balutan. terdapat luka gangren
pada tangan kanan. Gambaran luka Dx 3
gangren pada tangan kanan yaitu warna S:
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - pasien mengatakan ada luka di
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan tangan kanan pasien.
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah O:
muda. - keadaan umum pasien lemah
- terdapat bercak-bercak merah
1,2,3,4, 18.00 Mengobservasi TTV Tn. T diseluruh bagian tubuh pasien.
5 TD : 110/70 mmHg - Terdapat luka pada manus dextra
N : 80 x/menit dengan gambaran luka warna
18.05 S : 36 C dasar kekuningan, terdapat pus,
RR : 18 x/menit tidak ada odema, panjang luka
9,5cm, lebar 2,5 cm, kedalaman
1,2,3,4, 20.00 Melakukan Cek GDA 2ml, tepi luka berwarna merah
5 Hasil : 93 mg/dl muda
70

1,2,3,4 21.00 Menganjurkan kepada


keluarga untuk membantu memberikan A : Masalah belum teratasi
pelembab. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

4 21.05 Mengajarkan pasien atau keluarga tentang Dx 4


higiene pada pasien. S:
- Pasien mengatakan mengetahui
1,2,3,4, 05.00 Merawat luka membersihkan dan tentang membersihkan diri
5 mengganti balutan. terdapat luka gangren ketika di rumah sakit.
pada tangan kanan. Gambaran luka O:
gangren pada tangan kanan yaitu warna - Keadaan pasien baik
dasar luka kekuningan, terdapat pus, - Rambut pasien tampak rapi
panjang luka 9,5 cm lebar 2,5 cm dan - Pasien diseka oleh keluarganya
kedalaman ±2 ml tepi luka berwarna merah sehari dua kali.
muda.
A : masalah teratasi.
1,2,3,4, 06.00 Mengobservasi TTV Tn.T P : intervensi dipertahankan.
5 - TD : 120/70 mmHg
- N : 80x/menit
- S : 36,3 C
- RR : 20 x/menit
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab 4 akan dilakukan pembasahan mengenai asuhan keperawatan

pada pasien Tn. T dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus

Manus Dextra Diruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang dilaksanakan

mulai tanggal 19 Juni sampai dengan 22 Juni 2017. Melalui pendekatan studi

kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.

Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,

rumusan masalah, perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada Tn. T dengan melakukan anamnesa

pada pasien, melakukan pemeriksaan penunjang medis, serta dari rekam medis

pasien. Pembahasan akan dimulai dari:

1. Identitas

Data yang didapatkan, Tn. T berjenis kelamin laki-laki, berusia 30 tahun.

Pada faktor-faktor diabetes mellitus disebutkan bahwa diabetes mellitus tipe 1

sering dijumpai pada usia muda yaitu pada usia <40 tahun, sedangkan DM tipe 2

biasa terjadi pada usia >40 tahun. (Robins & Cotran, 2008).

Berdasarkan data ini dapat dianalisis terdapat kesamaan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus. Pasien dengan diabetes mellitus yang diketahui sejak

usia 12 tahun hingga saat ini usia 30 tahun dikarenakan kerja pankreas yang

menurun. Faktor lain yang juga bisa berpengaruh adalah aktivitas yang padat yang

71
72

akan menyebabkan pasien fokus dengan kerjanya sehingga lupa untuk

memberikan suntik insulin untuk dirinya.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan utama Tn. T mengeluh lemas pada kedua kaki karena terlalu lama

bedrest.

Riwayat Sakit sekarang disebutkan bahwa terdapat luka pada manus

dextra yang sudah lama tidak sembuh. Komplikasi pada DM dapat dibedakan

menjadi komplikasi akut dan kronis. Salah satu komplikasi kronis serta efek dari

hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein yang melibatkan fungsi saraf

yaitu ulkus diabetikum (Maghfuri, 2016).

Awal terjadinya luka pada Tn. T adalah karena terkena api saat memasak

kemudian luka semakin membengkak dan sukar sembuh. Sebelumnya Tn. T telah

diamputasi pada Ibu jari tangan kanan yang mengalami nekrosis di Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya.

Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan sejak usia 12 tahun pasien

mengetahui telah menderita Diabetes Melitus. Pada saat pasien memasuki

pendidikan di Universitas gula darah tidak terkontrol dan pasien sering mangalami

penurunan kondisi “drop”.

Pasien mengalami riwayat penyakit diabetes mellitus sejak usia 12 tahun,

hal ini dibuktikan dengan luka gangrene dan post amputasi pada Ibu jari tangan

kanan. Amputasi perlu dilakukan pada jaringan yang telah mari untuk

memperlancar sirkulasi pada luka hingga luka dapat membaik.

Riwayat alergi atau riwayat pengobatan (obat-obatan yang diberikan

sekarang dan reaksi pemakaian yang berlebih dan obat-obatan yang diresepkan
73

pada masa lalu) (Wijaya& Yessie, 2013). Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi

pancreas yang menyebabkan radang pancreas, radang pada pancreas akan

mengakibatkan fungsi pancreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormone-

hormon untuk proses metabolism tubuh termasuk insulin (Hasdiana, 2012)

Berdasarkan tinjauan kasus diketahui pasien tidak memiliki riwayat alergi

terhadap agen alergi apapun (makanan, minuman, obat, udara, air, bulu hewan,

dll). Berdasarkan fakta tersebut terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus Tn. T tidak mengalami riwayat alergi obat-obatan maupun

bahan kimia yang dapat mengiritasi pancreas dan mengakibatkan penurunan

fungsi pancreas. Tn. T mengalami penurunan fungsi pancreas bukan karena

riwayat alergi, namun penurunan pancreas yang dialami oleh pasien dikarenakan

kerusakan pada pancreas yang tidak bisa bekerja dengan maksimal sehingga tubuh

kekurangan insulin.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa dipergunakan

sebagai data dalam menegakkan diagnsoa keperawatan yang actual maupun masih

resiko. Adapun pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan persistem seperti

dibawah ini:

a. System Pernapasan (B1 Breath)

Pada pasien diabetes mellitus tahap awal masih dalam keadaan fisiologis

normal tetapi jika permasalahan berlanjut akan menyebabkan pasien mengalami

pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga pernapasan

menjadi lambat dan dalam atau disebut juga pernapasan khusmaul. Pernapasan
74

khusmaul terjadi karena digunakan untuk mengatasi kekurangan energy makan

tubuh menggunakan cadangan lemak (Tarwoto&Wartona, 2011)

Berdasarkan tinjauan kasus dada kanan dan dada kiri simetris,

keseimbangan gerak napas dada dan perut simetris bentuk dada normal tidak ada

penggunaan otot batu napas sternokleidomastoideus, tidak ada sianosis, tidak ada

retraksi dada, tidak ada fail chest dan airway paten. Tidak ada krepitasi, terdengar

sonor, pada semua lapang paru, pada ICS 3 sampai 5 pada dada kiri terdengar leih

redup. Suara nafas vesikuler, tidak ada mucus, tidak terdapat suara nafas

tambahan (krekels, ronkhi, wheezing, stridor).

Berdasarkan pemaparan tersebut diketahui Tn. T tidak mengalami

pernafasan kusmaul, dibuktikan dengan pernafasan irama regular dengan RR

20x/menit. Pernafasan khusmaul bisa terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus

hal ini disebabkan karena tubuh mengalami defisit energy sehingga tubuh

menggunakan cadangan lemak untuk bermetabolisme. Cadangan lemak dirombak

(lipolysis) dan mengakibatkan kadar lemak didalam darah meningkat

(hyperlipidemia). Lipolysis yang berlebihan mengakibatkan ketoasidosis (asidosis

metabolik) dan menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan dalam (pernapasan

khusmaul). Dyspnea, yaitu kesulitan bernapas kadang terjadi, misalnya pada

pasien dengan asma. Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam

kemudian berangsur-angsur dangkal diikuti periode apnea yang berulang secara

teratur, misalnya pada pasien diabetes mellitus yang memiliki riwayat penyakit

jantung dan penyakit ginjal.


75

b. Sistem Kardiovaskuler

System kardiovaskuler pada Tn. T tidak didapatkan kelainan pada bunti

jantung seperti gallop ataupun murmur, bunyi jantung S1S2 tunggal nadi dalam

batas normal, tidak ada takikardi maupun bradikardi, irama denyut nadi regular.

Tekanan darah 120/90 mmHg, CRT 2 detik tidak terdapat edema di ekstermitas

bawah, palpasi nadi dorsalis pedis melemah, akral hangat dan tidak ada nyeri

dada.

Penyakit DM menyebabkan gangguan atau komplikasi melalui kerusakan

pada pembuluh darah diseluruh tubuh disebut angiopati diabetic. Penyakit ini

berjalan kronis dan terbagi menjadi 2 yaitu gangguan pembuluh darah besar

(makrovaskuler) dan pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) (Dalimartha%Adrian,

2012)

c. System Persyarafan

Sebagian pasien dengan diabetes mellitus post amputasi sering merasa

kesemutan dan nyeri. Sirkulasi ke jaringan perifer yang kurang optimal akibat

hiperglikemia menyebabkan neuropati yang menjadi pencetus gangrene.

Neuropati merupakan sekelompok gejala pada penyakit diabetes mellitus yang

menyerang tipe saraf terutama saraf perifer (sensorimotor) (Arisman, 2011).

Pada tinjauan kasus ditemukan pasien GCS E4V5M6, dengan pupil isokor,

positif terhadap reaksi cahaya, reflek fisiologis positif (bisep, trisep, patella,

archilles) dan reflek patologis negative (babinsky, brunzinsky, dan kernig).

Setelah operasi amputasi dapat merasakan rangsang tajam, namun saat sebelum

amputasi pasien merasakan kesemutan dan rangsang tajam menurun.


76

Berdasarkan pemaparan tersebut terdapat kesamaan antara tinjauan

pustaka dengan tinjauan kasus. Tn. T mengalami penurunan rangsang ketajaman

sebelum diamputasi dikarenakan sirkulasi ke jaringan perifer yang kurang optimal

akibat hiperglikemia menyebabkan neuropati yang menjadi pencetus gangrene.

Tn. T mengeluh sedikit nyeri pada ulkus diabetikum. Ulkus manus dextra

diabetik akibat makroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,

daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya

teraba pulsasi dibagian distal. Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan

pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5P yaitu

: Pain (nyeri), Paleness (kepucatan), Parasthesia (kesemutan), pulselesness

(denyut nadi hilang) dan Paralysis ( Lumpuh) (Suriadi,2004).

d. System Perkemihan

Tn. T selama dirawat tidak terpasang kateter jumlah urine ±1500 cc/hari.

Sering kencing (poliuri) pada pasien diabetes melitus dapat terjadi karena

hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (Konsentrasi

glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glukosuria karena

tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria

ini akan mengakibtakan diuresis osmotik yang menyebabkan dehidrasi dan timbul

polidipsi (Mubarak et al, 2015).

Pada pasien dengan diabetes mellitus sering kencing dan setiap kali air

kencing yang dikeluarkan cukup banyak (poliuri). Keadaan ini terjadi karena

kadar glukosa darah yang tinggi. Saat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal

(renal threshold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi)

melalui kencing (Dalimartha, 2006). Perubahan eliminasi urine meliputi, nokturia,


77

urgeni, dysuria, enuresis, inkontinensia urine, retensi urin dan kandung kemih

neurogenic (Kozier et al, 2010).

Berdasarkan tinjauan kasus tidak ada lesi pada daerah perkemihan, tidak

ada lesi pada muara uretra, tidak ada pus, tidak ada perdarahan dan tidak ada

tanda-tanda inflamasi. Tidak ada nyeri tekan pada vesika urinaria, tidak teraba

massa dan tidak ada pembesaran. Tidak ada nyeri pada daerah costo vertebra,

tidak terdengar bruit ginjal.

e. System Pencernaan (B5 Bowel)

Tn. T selama sakit tidak mengalami penurunan nafsu makan, setiap kali

makan 1 porsi habis. Berat badan 58 kg.

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defiseiensi insulin

tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau

toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang

ginjal normal (Konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan

timbul glukosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibtakan diuresis osmotik yang

menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama

urine maka klien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan

menurun serta cenderung polifagi (Mubarak et al, 2015).

f. Sistem Muskuloskeletal

Tn. T mengeluh mudah lelah sehingga malas untuk beraktivitas, pasien

mobilisasi tempat tidur, kemampuan pergerakan sendi bebas tapi agak lemah pada

bagian ekstermitas bawah dikarenakan pasien jarang melakukan mobilisasi dari


78

tempat tidur hanya terbaring ditempat tidur. Berdasarkan tinjauan kasus warna

kulit pasien kecoklatan, tidak terdapat kontraktur, tidak terdapat hipertrofi, tidak

terdapat atrofi pada otot trisep dan otot femoralis, terdapat luka post operasi

amputasi pada ibu jari sebelah kanan dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada

daerah luka (rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsiolesa). Mobilitas dibantu oleh

keluarga. Tidak terdapat nyeri rekan pada semua bagian musculoskeletal dan

rentang kekuatan otot pada ekstermitas bawah 4 sedangkan pada ekstermitas atas

5. Tidak ada edema anasarka.

Tn. T hanya terbaring di tempat tidur sehingga pasien sedikit lemah. Hal

ini disebabkan dampak proses kompensasi seluler untuk tetap mempertahankan

fungsi sel. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jarngan

– jaringan peripheal yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan

lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan

glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi akan

menggunakan asam lemak benas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan

massa otot, kelemahan otot, dan rasa mudah lelah (Riyadi & Sukarmin, 2007).

g. Sistem Integumen

Permaslaahan integumen yang terjadi saat amputasi adalah terdapat

masalah kulit, beberapa laoiran yang berdekatan di ujung akhir tulang seperti

jaringan parut, termasuk kulit dan lapisan subkutan yang mudah melekat pada

tulang. Infeksi juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada punting jika

sifatnya terbuka memerlukan terapi antibiotic, jika sifatnya tertutup harus

dilakukan insisi serta terapi antibiotic (Beckley, 2009)


79

Pada Tn. T terdapat ulkus manus dextra. Gambaran luka gangren pada

tangan kanan yaitu kondisi luka lembab, warna dasar luka kemerahan, terdapat

pus, panjang luka ±9,5 cm lebar ±2,5 cm dan kedalaman ±2 ml. Tepi luka

berwarna merah muda.

Ulkus diabetikum (Gangren) adalah proses atau keadaan luka kronis yang

ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis (Maghfuri, 2016). Gangren

atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan mati yang disebabkan oleh

adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai

darah terhenti (Mubarok et al, 2015)

Gangren disebabkan oleh adanya trauma jaringan yang berawal dari

cedera. Karena hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai

mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Mikroorganisme tersebut

sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Sehingga berpotensi terjadinya

infeksi. Sehingga intervensi dan implementasi dapat difokuskan untuk menangani

infeksi.

h. Sistem Endokrin

Berdasarkan tinjauan kasus hasil GDA Tn. T tanggal 19 Juni 2016 yaitu

207 mg/dL. Pada diabetes mellitus ada tanda dan gejala yang klasik yaitu poliuria,

polidipsi, poliplagia, badan yang lemah (Maghfuri, 2016).

Berdasarkan pemaparan tersebut terdapat kesamaan antara tinjauan

pustaka dengan tinjauan kasus Tn. T mengalami hiperglikemi sehingga di

diagnosis medis mengalami diabetes mellitus. Kelebihan glukosa ini terjadi akibat

tubuh kekurangan insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.

Akibat kekurangan glukosa intraseluler maka timbullah rangsangan ke SSP


80

sehingga penderita merasa lapar dan ingin makan. Polyuria, saat kadar glukosa

darah melebihi ambang ginjal (renal threshold) maka glukosa dalam kecing

disebut glukosuria. Untuk mengeluarkan glukosa melalui ginjal dibutuhkan

banyak air (H20). Hal inilah yang menyebabkan penderita sering kencing

(polyuria) dan rasanya manis.

4.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada kasus Tn. T yaitu :

1. Hambatan Mobilitas Fisik

Tujuan diharapkan tidak terjadi imobilitas dengan kriteria hasil pasien

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi pasien, pasien

mempertahankan keamanan pada saat tidur. Pasien mencapai tingkat mobilitas

ditempat tidur.

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan

dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan penurunan atau

tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kelemahan yang terjadi

pada pasien dengan diabetes terutama DM hipoglikemi terjadi akibat gangguan

aliran darah pada klien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan

ketidakmampuan sebagaian besar sel untuk menggunkan glukosa sebagai energy,

sehingga badan cepat lelah, kurang bertenaga, bahkan sering mengantuk (Sujono

dan Sukarmin
81

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik (Luka Gangren)

Diagnosis keperawatan prioritas pada pasien Tn. T dengan diagnosis

medis Diabetes Melitus Tipe 1+Ulkus Manus Dextra di tandai dengan

pengalaman sensori yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan jaringan (Herdmen, 2014).

Neuropati dalam diabetes mellitus mengacu pada sekelompok penyakit yang

menyerang system saraf perifer (sensorimotor). Luka diabetikum menyebabkan

risiko infeksi yang dapat merusak jaringan sekitar atau jaringan yang lain. Maka

pasien dengan luka diabetikum yang parah dilakukan amputasi. Post operasi

amputasi merupakan pemutusan inkontinuitas jaringan yang menyebabkan nyeri

akut (Brunner&Suddarth, 2007)

Tn. T mengatakan sedikit nyeri seperti tertusuk-tusuk di tangan kanan,

skala 3 (1-10), nyeri hilang timbul, pasien lemah, kesadaran composmentis.

Tanda-tanda vital pasien tekanan darah: 120/90 mmHg, nadi : 98x/menit, suhu :

36°C, RR : 20x/menit, tinggi badan: 174cm dan berat badan : 58kg. Menurut

Nanda 2015-2017, batasan karakteristik dari nyeri akut yaitu ekspresi wajah nyeri,

pasien mengeluh nyeri, perilaku distraksi (pengalihan rasa nyeri). Menurut

penulis, rasa nyeri timbul jika tidak ada disfungsi neuropati otonom, sehingga

pada saat terjadi infeksi pada luka, pasien masih bisa merasakan nyeri.

3. Kerusakan Intergritas Kulit

Kerusakan intergritas jaringan merupakan cedera pada membrane mukosa,

kornea, system integument, facia muscular, tendon, otot, tulang, kartilago, kapsul

sendi dan ligament (Herdman&Kamitsuru, 2015)


82

Tn. T dengan diagnosis medis diabetes mellitus tipe 1 + ulkus manus

dextra dengan gambaran luka pada tangan yaitu warna dasar luka kekuningan,

terdapat pus, panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, dan kedalaman ±2ml dan terdapat

luka bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh yang mongering mengelupas.

Hal ini disebabkan karena penyakit autoimun yang mengenai kulit, ditandai

dengan sisik yang berlapis dan berwarna keperakan, disertai dengan penebalan

warna kemerahan dan rasa gatal atau perih. Bila sisik ini dilepaskan maka akan

timbul bintik perdarahan pada kulit dibawahnya. Kemunculan penyakit ini

terkadang untuk jangka waktu yang lama atau hilang/timbul secara klinis tidak

mengancam jiwa dan tidak menular.

Luka diabete mellitus merupakan suatu kondisi kerusakan jaringan kulit

yang dimulai dari epidermis, dermis, jaringan subkutan dan dapat menyebar ke

jaringan yang lebih dalam seperti tulang dan otot (Kristianto, 2010)

Timbulnya kerusakan jaringan pada Tn. T juga bisa disebabkan oleh

karena pasien telah lama menderita DM, dan luka pasien berawal dari terkena

benda panas ketika memasak, yang menyebabkan trauma pada jaringan, karena

luka tidak dirawat dengan baik maka menyebabkan luka semakin parah,

terbentuknya jaringan nekrosis. Luka gangrene pada Tn. T disebabkan oleh cedera

mengalami pembengkakan yang berlebihan akibat pelepasan racun dari bakteri

yang menyerang. Hal ini menyebabkan penyumbatan aliran darah dan infeksi

semakin memburuk. Sel darah putih sebagai sel imun tubuh tidak dapat mencapai

daerah yang terkena luka. Karena tidak diobati dengan benar makan gangren lebih

cepat menyebar dan dapat menyebabkan komlikasi yang mengancam jiwa seperti

syok septic atau sepsis.


83

4. Defisit Perawatan Diri

Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x/hari, keramas sebanyak 3

hari/1x, ganti pakaian sebanyak 2x/hari, menyikat gigi sebanyak 2x/hari,

memotong kuku sebanyak 1 minggu/1x. Selama pasien masuk rumah sakit pasien

mandi dengan cara di seka sebanyak 1x/hari, pasien belum keramas selama masuk

rumah sakit, pasien ganti pakaian sebanyak 1x/hari, pasien menyikat gigi

sebanyak 2x/hari, pasien memotong kuku selama masuk rumah sakit seminggu

1x.

4.3 Perencanaan

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

Tujuan diharapakan tidak terjadi imobilitas dengan kriteria haasil pasien

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi pasien, pasien

mempertahankan keamanan pada saat tidur. Pasien mencapai tingkat mobilitas

ditempat tidur.

Rencana keperawatan yang dilakukan adalah identifikasi tingkat

ketergantungan pasien dengan menggunakan skala mobilitas fungsional, bantu

pasien dalam mempertahankan posisi tubuh yang benar secara anatomis dan

fungsional anjurkan mengatur kembali posisi setiap 2 jam di tempat tidur, ajarkan

pasien dan keluarga tentang teknik untuk meningkatkan mobilitas di tempat tidur.

Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mengembangkan program peningkatan

mobilitas di tempat tidur.


84

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik (Luka Gangren)

Tujuan Nyeri berkurang ; Kriteria Hasil Px mengatakan nyeri berkurang/

hilang, Wajah tampak tenang, TTV dalam batas normal. Rencana keperawatan

yang dilakukan adalah Kaji jenis dan tingkat nyeri px. Kaji faktor yang dapat

mengurangi atau memperberat nyeri, lokasi, durasi, karakteristik nyeri, Bantu

pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman , Edukasikan tentang teknik

pengalihan rasa nyeri dan relaksasi/ nafas dalam, Kolaborasikan dengan Dokter

untuk pemberian analgesik jika nyeri bertambah.

Pada nyeri akut terjadi penekanan pada saraf perifer sensorimotor.

Hiperglikemia menyebabkan sirkulasi kejaringan perifer tidak optimal yang dapat

menimbulkan iskemia jaringan kulit dan nefropati sehingga menimbulkan luka

gangrene (Prince, 2012; Brunner&Suddarth, 2007). Perencanaan penanganan

nyeri akut bertujuan utnuk mengurangi respon nyeri agar hilang atau terkontrol,

mengungkapkan metode yang memberikan teknik manajemen nyeri seerta

mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi dan kolaborasi untuk menghilangkan

nyeri akut (Doengoes, 2014).

Pada hambatan mobilitas intervensi yang dilakukan pada Tn. T adalah

observasi kemampuan pasien dalam mobilisasi setiap shift 3 kali sehari, dengan

rasional mengetahui kelemahan dalam mobilisasi pasien. Berikan alat bantu

walker atau kursi roda pada saat pasien ingin mobilisasi berjalan dengan rasional

membantu mobilisasi berjalan. Anjurkan pasien untuk mika miki setiap minimal 2

jam sekali dengan rasional mencegah dekubitus.


85

Pada intervensi nyeri akut Tn. T dilakukan observasi TTV dengan rasional

mengetahui karakteristik peningkatan nyeri yang meliputi perubahan tekanan

darah, nadi, dan pernapasan

Ulkus kaki diabetik akibat makroangiopatik disebut juga ulkus panas

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

peradangan dan biasanya teraba pulsasi dibagian distal. Proses mikroangiopati

menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli

memberikan gejala klinis 5P yaitu : Pain (nyeri), Paleness (kepucatan),

Parasthesia (kesemutan), pulselesness (denyut nadi hilang) dan Paralysis (

Lumpuh) (Suriadi,2004).

3. Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi

Tujuan tercapainya proses penyembuhan atau tidak terjadi kelambatan

pemulihan dengan kriteria hasil lesi atau luka sembuh dan pasien melaporkan

tingkat kenyamanan.

Rencana keperawatan yang dilakukan adalah Kaji luas dan keadaan kulit

serta proses penyembuhan, bantu pasien melakukan hygiene dan kenyamanan

untuk tidak menggaruk. Rawat luka dengan baik dan benar: membersihkan luka

secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iriatif, angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati untuk menjaga

montaminasi luka dan larutan yang iriatif akan merusak jaringan granulasi yang

timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

Menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iriatif akan merusak jaringan

granulasi yang timbul. Anjurkan pada pasien agar mentaati diet, latihan fisik,

pengobatan yang ditetapkan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin


86

dan antibiotic, insulin dapat menurunkan kadar gula darah dan antibiotik untuk

membunuh bakteri.

5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan yang diharapkan kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi

dengan kriteria hasil pasien atau keluarga melakukan program hiegene dan mandi

setiap hari. Rencana keperawatan yang dilakukan adalah observasi tingkat

fungsional pasien, bantu sebagian atau sepenuhnya saat mandi atau hiegene setiap

hari, ajarkan pasien atau keluarga tentang hiegene pada pasien, dan kolaborasi

dengan keluarga untuk melakukan hyegene.

Tn. T dengan masalah defisit perawatan diri akan mengakibatkan

ketidaknyamanan oada pasien. Untuk mengatasi hal ini akan dilakukan beberapa

intervensi diantaranya: pantau pencapaian mandi dan hygiene setiap hari

tujuannya penguatan dan penghargaan akan mendorong pasien untuk terus

berusaha. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan mengenai

defisit perawatan diri untuk membantu pasien mencapai tingkat fungsional

tertinggi sesuai kemampuannya. Sediakan alat bantu, seperti sikat gigi untuk

mandi dan perawatan hygiene tujuannya alat bantu yang tepat akan meningkatkan

kemandirin. Lakukan program penanganan terhadap penyebab kelemahan pada

pasien. Penanganan harus dilakukan secara konsisten untuk mendorong

kemandirian pasien.
87

4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi

1. Hambatan Mobilitas Fisik

Implementasi yang dilakukan untuk tidak terjadi imobilitas dengan kriteria

hasil pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan ROM sendi

pasien, pasien mempertahankan keamanan pada saat tidur. Pasien mencapai

tingkat mobilitas ditempat tidur.

Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan hasil

pergerakan pasien terganggu. Pasien dapat mengubah posisi dari tidur ke duduk di

bantu oleh keluarga, rentang pergerakan ekstermitas atas 5 dan ekstermitas bawah

4, pasien menggunakan alat bantu makan (NGT), pasien mandi dibantu oleh

keluarga dengan di seka.

Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan hasil pasien

dapat mengubah posisi dari tidur ke duduk dan berpindah ke kursi roda, kekuatan

otot pasien ektermitas atas dan bawah 5 hal ini menunjukkan kemajuan sebab

sebelumnya untuk mengubah posisis dari tidur ke duduk pasien perlu dibantu oleh

keluarga. Pasien menggunakan alat bantu makan (NGT)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik ( luka gangren )

Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan cara

mengkaji tingkat nyeri pasien secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi (P,Q,R,S,T) dengan skala 1-10.

untuk mencapai Kriteria Hasil Px mengatakan nyeri berkurang/ hilang, Wajah

tampak tenang, TTV dalam batas normal yaitu mengobservasi TTV TD 120/90

mmHg N: 85 x/menit S: 36oC RR: 20 x/menit, Mengajarkan teknik napas dalam

untuk mengurangi nyeri, px mengatakan masih sedikit nyeri. Pada saat dikaji
88

karakteristik nyeri didapatkan nyeri karena ulkus diabetikum manus dextra, nyeri

dirasa seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 3 (1-10), dan nyeri hilang timbul.

Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan Tekanan

Darah 110/80 mmHg, N: 82x/menit, S: 36,3oC, RR: 18x/menit. Mendampingi

pasien untuk melakukan napas dalam, pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.

Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan Tekanan

Darah 120/80 mmHg, N: 72x/menit, S: 36oC, RR: 20x/menit. Pasien mengatakan

nyeri berkurang skala 2 (1-10)

3. Gangguan Intergritas Kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi

Implementasi yang dilakukan untuk tercapainya proses penyembuhan atau

tidak terjadi kelambatan pemulihan dengan kriteria hasil lesi atau luka sembuh

dan pasien melaporkan tingkat kenyamanan, adanya jaringan granulasi dan bau

busuk luka berkurang. Dilakukan implementasi melakukan pemeriksaan GDA,

melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic (injeksi

cefoperazone 1000mg/iv, memberikan diit susu diabetasil 200cc, mengkaji luas

dan keadaan luka serta proses penyembuhan dan merawat luka dengan baik dan

benar: membersihkan luka secara aseptic menggunakan larutan yang tidak iriatif,

angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati

Evaluasi pada hari ke-2 perawatan (20 Juni 2017) didapatkan hasil tampak

bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh. Terdapat luka manus dextra

dengan panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml. pasien mengeluh nyeri

berkurang skala 2 (1-10), hasil GDA pukul 08.00 52mg/dl, pukul 11.00 108

mg/dl, pukul 16.00 95 mg/dl, diit susu diabetasol habis,


89

Evaluasi pada hari ke-3 perawatan (21 Juni 2017) didapatkan hasil tampak

bercak-bercak merah dan lesi di seluruh tubuh. Terdapat luka manus dextra

dengan panjang ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml tidak ada oedema sekitar

luka. Hasil GDA pukul 08.00 187 mg/dl, pukul 12.00 111mg/dl (2JPP), pukul

16.00 93 mg/dl, pasien menghabiskan diit susu diabetasol.

5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan

Implementasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

pasien agar terpenuhi dengan kriteria hasil pasien atau keluarga melakukan

program hiegene dan mandi setiap hari. Memberikan dorongan kepada pasien

untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan mengenai defisit perawatan diri

tujuannya untuk membantu pasien mencapai tingkat fungsional tertinggi sesuai

kemampuannya dan kenyamanan pada pasien. Menyediakan alat bantu, seperti

sikat gigi untuk mandi dan perawatan hygiene. Membantu sebagian atau

sepenuhnya saat mandi atau hygiene setiap hari pada waktu pagi dan sore hari.

Bantu pasien hanya jika dia mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya.

Melakukan program penanganan terhadap kelemahan pada pasien.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan Asuhan

Keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasis diagnosis medis Diabetes

Melitus tipe 1 + Ulkus Manus Dextra Di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya, maka penulis dapat menarik simpulan sekaligus saran yang dapat

bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasien dengan

diabetes mellitus.

5.1 Simpulan

Mengacu pada hasil uraian yang telah menguraikan tentang Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian didapatkan pasien terjadi ulkus diabetikum adalah Tn. T

berjenis kelamin laki-laki, berusia 30 tahun pasien mengeluh nyeri pada

luka tangan kanannya yang tidak sembuh.

2. Diagnosis Keperawatan yang muncul adalah Nyeri Akut b/d Agen cedera

fisik (Luka Gangren), Gangguan Intergritas Kulit b/d penurunan sirkulasi,

hambatan Mobilitas Fisik b/d Neuromuskular, Defisit Perawatan Diri b/d

Kelemahan.

3. Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan diagnosis keperawatan

dengan tujuan utama diharapkan tercapainya proses penyembuhan luka

dengan kriteria hasil berkurangnya edema disekitar luka, adanya jaringan

granulasi dan berbau khas luka.

90
91

4. Pelaksanaan/Implementasi yang dilakukan adalah melakukan rawat luka,

pemberian diit DM, menganjurkan dan mendampingi latihan gerak aktif,

memberikan pengetahuan tentang penyakit, serta mengontrol kadar

glukosa darah secara rutin.

5. Pada akhir evaluasi tanggal 21 Juni 2017, didapatkan kondisi evaluasi

pasien tampak lemah dan terdapat luka manus dextra. Gambaran luka pada

tangan kanan yaitu kondisi luka lembab, warna dasar luka kekuningan,

terdapat pus, panjang luka ±9,5cm, lebar ±2,5cm, kedalaman ±2ml, tepi

luka berwarna merah muda.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Hendaknya untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, pasien

dan keluarga lebih memperhatikan diit, aktivitas fisik dan pengetahuan

tentang diabetes mellitus untuk menghindari komplikasi yang dapat timbul

akibat diabetes mellitus.

2. Bagi ruangan, diharapkan ruangan menyediakan timbangan berat badan

dan mid line untuk membantu pasien mengukur lingkar abdomen sehingga

dapat mengetahui perkembangan output dan input pasien.

3. Bagi rumah sakit agar dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan

yang profesional alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau pertemuan

yang membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2011). Diabetes Melitus, Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC

Buku kompetensi i. (2006). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan


Dasar Manusia. Surabaya: STIKES Hang Tuah
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Deswani. (2009). Asuhan Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba


Medika

Ernawati. (2013). Pentalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu.


Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media

Fransisca, Kristiana. (2012). Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Jakarta:


Penerbit Cerdas Sehat

Hasdiana, H.R. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan
Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika

Herdman, T. H & Kamitsuru., S.(2015). Diagnosis Keperawatan


Definisi&Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC

Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kristianto, Heri. (2010). Perbandingan Perawatan Luka Teknik Modern&


Konvensional terhadap Transforming Growth Factor Beta 1 pada Luka
Diabetes Melitus. Tesis. FIK Universitas Indonesia

Kozier, Erb. Berman. Synder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses & Praktik. Volume :1, Edisi: 7. Jakarta: EGC

Lakshita, Nattaya. (2012). Anak Aktif, Bebas Diabetes. Jakarta : PT. BUKU KITA

Nurarif. A.H dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

PERKENI, (2011). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Prince,% Wilson. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Volume 2 Edisi6. Jakarta: EGC

93
94

Rendy & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Richard N, Mitchell et all. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit


robbins&Cotran. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Drpartemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rubenstein, David, et al. (2007). Lecture Notes: Kedokteran KLinis. Jakarta: PT


Gelora Aksara Pratama

Sugianto. (2016). Diabetes Melitus Dalam Kehamilan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sukarmin, Sujono Riyadi. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan


Gangguan Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Cetakan ke 1. Jakarta: CV Sagung Seto

Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. (2011). Cara Jitu Mrngatasi Hipertensi.
Yogyakarta: CV Andi Offset

Sutedo, S. Y. (2010). Strategi Penderita Diabetes Melitus Berusia Panjang.


Jogjakarta : Kanisus

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta : Trans Info Media

Tjokroprawiro, Askandar. (2007). ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya:


Airlangga University Press

Wijaya, Andra Safey & Yessie, Mariza P. (2013) keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika

Waspadji, S. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga
95

Lampiran 1

STANDART PROSEDUR OPERASIONAL


CUCI TANGAN

1. Pengertian
Merupakan suatu cara mencuci tangan dengan menerapkan 6 langkah cara
mencuci tangan dan melakukannya dalam 5 moment menggunakan air sabun atau
desinfektan sesuai dengan prosedur yang benar atau sensasi setandar yang telah di
tetapkan oleh WHO.

2. Tujuan
Agar petugas mampu melakukan cuci tangan dengan kewaspadaan
universal dan sesuai dengan standar WHO.

3. Prosedur
a. Alat dan Bahan
1) Wastafel
2) Tissue
3) Sabun anti septic/cuci tangan
4) Tempat sampah

4. Langkah-Langkah
a. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan sehingga bersih.
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
e. Gosok dsn putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
96

Lampiran 2

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMERIKSAAN GULA DARAH

1. Pengertian
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah
seseorang. Macam-macam pemeriksaan gula darah:
Criteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤200mg/dl.

2. Indikasi
Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya.

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien
b. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya

4. Persiapan Alat
a. Glukometer
b. Kapas alcohol
c. Hand scone
d. Stik GDA
e. Lanset
f. Bengkok
g. Sketsel

5. Persiapan Pasien
Pasien diberitahukan tindakan pengambilan gula darah acak yang akan
dilakukan serta tujuan perawatan.

6. Prosedur Tindakan
a. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
b. Mencuci tangan
c. Pasang sketsel
d. Memakai handscone
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin
f. Dekatkan alat disamping pasien
97

g. Pastikan alat bisa digunakan


h. Pasang stik GDA pada alat glukometer
i. Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
j. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA
k. Meletakkan stik GDA di jari tangan pasien.
l. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alcohol.
m. Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca
n. Membereskan dan mencuci alat
o. Mencuci tangan.
p. Dokumentasi
q. Evaluasi sikap
r. Sabar
s. Teliti
t. Sopan-santun.

Lampiran 3
98

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


RAWAT LUKA
1. Pengertian
Merawat luka terinfeksi. Luka+ serum+pus+necrose

2. Tujuan
a. Mencegah timbulnya infeksi
b. Observasi keadaan luka.

3. Prosedur
a. Alat-alat Steril
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomi 1
3) Pinset Chirrurgie 2
4) Gunting lurus/bengkok
5) Kapas lidi 2
6) Kasa steril secukupnya
7) Kasa penekan/depress
8) Mangkok kecil/cucing 2 buah.
b. Alat-alat Non-Steril
1) Gunting verband
2) Plester
3) Bengkok/kantong plastic
4) Verband secukupnya
5) Larutan Clorin 0,5%
6) Cairan Nacl 0,9%
7) Betadine
8) Semua alat tersedia dalam baki/kereta balut dengan kondisi baik.
c. Menyiapkan pasien
1) Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur
2) Meminta persetujuan pasien
3) Mengatur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
d. Pelaksanaan
1) Menempatkan alat kedekat pasien
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Memakai sarung tangan
4) Bekas plester dibersihkan yod bensin dari arah dalam keluar
5) Luka dibersihkan dengan pinset dan taruh di bengkok
6) Pembalut dibuka dengan pinset dan taruh di bengkok
7) Kapas kotor taruh di bengkok, pinset masukan di larutan
clorin0,5%
99

8) Olesi luka dengan betadine, kemudian bersihkan dengan betadine


dan Nacl 0,9%
9) Tutup luka dengan kasa steril, kemudian pasang plester/verband
10) Buang banah terkontaminasi ke tempat sampah medis
11) Lakukan dekontaminasi alat-alat yang habis digunakan ke dalam
larutan clorine 0.9%
12) Lepas sarung tangan dan masukkan ke dalam larutan clorin 0,5%.
13) Pasien dirapikan dan alat-alat dibersihkan
14) Dokumentasikan

Sumber : Depwat Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, 2008

Lampiran 4
100

STANDART PROSEDUR OPERASIONAL


Range Of Motion (ROM)

1. Pengertian
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian
yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
penyakit, diabilitas, atau trauma.

2. Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang
dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

3. Gerakan-Gerakan ROM
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pergelangan tangan pasien.
4) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
5) Catat perubahan yang terjadi.
b. Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauh sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
3) Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
4) Letakkan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
5) Catat perubahan yang terjadi.
c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
3) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke
arahnya.
101

7) Kembalikan ke posisi semual


8) Catat perubahan yang terjadi.
d. Pronasi Fleksi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya.
3) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
4) Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5) Catat perubahan yang terjadi.
e. Abduksi dan Adduksi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
3) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
4) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
(Abduksi)
5) Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
6) Kembalikan ke posisi semula.
7) Catat perubahan yang terjadi.
f. Rotasi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
3) Letakkan satu tangan perawat dilengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
4) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah.
5) Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
6) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
7) Kembalikan lengan ke posisi semula.
8) Catat perubaha yang terjadi
g. Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain
memegang kaki
3) Bengkokkan (yekuk) jari-jari kaki ke bawah.
4) Luruskan jari-jari kemudian doorng ke belakang.
5) Kembalikan ke posisi semula.
102

6) Catat perubahan yang terjadi.


h. Infersi dan Efersi Kaki
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
3) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
4) Kembalikan ke posisi semula.
5) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
6) Kembalikan ke posisi semula
7) Catat perubahan yang terjadi.
i. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Letakkan satu tangan perawat pada kaki pasien dan satu tangan yang
lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
3) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kea rah dada pasien.
4) Kembalikan ke posisi semula
5) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
6) Catat perubahan yang terjadi
j. Fleksi dan Ekstensi Lutut
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
3) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
4) Lanjutkan menekuk lutut kea rah dada sejauh mungkin.
5) Ke baawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke
atas
6) Kembalikan ke posisi semula
7) Catat perubahan yang terjadi.
k. Rotasi Pangkal Paha
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan
yang lain di atas lutut
3) Putar kaki menjauhi perawat
4) Putar kaki kea rah perawat
5) Kembalikan ke posisi semula
6) Catat perubahan yang terjadi.

l. Abduksi dan Adduksi pangkal paha


103

Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
3) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
4) Gerakkan kaki mendekati badan pasien
5) Kembalikan ke posisi semula.
6) Catat perubahan yang terjadi.

Sumber:
Buku kompetensi i. (2006). Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia. Surabaya: STIKES Hang Tuah
Hidayat, AAA. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
104

Lampiran 5
Hasil Foto Luka Tn. T dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 1 + Ulkus
Manus Dextra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
105

Anda mungkin juga menyukai