SKRIPSI
Oleh
Nur saiful
NIM: 105251104217
SKRIPSI
Oleh
Nur saiful
NIM: 105251104217
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nur Saiful. 105 251 104 217. 2021. Analisis Kerjasama Pengelolaan
Lahan Pertanian dengan Sistem Mukhabarah (Study Kasus di Desa Panaikang
Kec Pattallassang Kab. Gowa). dibimbing oleh Saidin Mansyur Dan Siti.
Walidah Mustamin.
vi
Kata Pengantar
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga
akhir zaman yang telah menyelamatkan ummat manusia dari gelap kejahiliyaan
Laporan ini disusun dan diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar
penyusunan Laporan Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan penghargaan yang
orang tua, bapak Muhammad Arasy dan Ibu Norma J yang tak lelah memberikan
support, doa dan semangat kepada peneliti. Ucapan terima kasih yang tak
Muhammadiyah Makassar
vii
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP Selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi
motivasi.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Agama Islam yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang
viii
menyemangati sehingga dapat melewati rintangan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Dan terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk segala
balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis jazakumullah khoiro
jaza‟, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan
cinta-Nya. Amiin.
dari kata sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun
analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan
penulis sendiri, bagi Fakultas Agama Islam dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
x
2. Landasan Hukum ........................................................................... 28
3. Bagi Hasil Produksi........................................................................ 29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diberi bekal serta fasilitas berbentuk ide benak, nafsu, budi pekerti agama, tiada
lain sekedar beribadah kepadanya. Sebaliknya buat penuhi kebutuan hidup supaya
kapada manusia, sejauh tidak melewati batas-batas yang sudah ditetapkan ataupun
orang lain, sebab menindas orang yang lemah serta menyepelehkan orang yang
religius, tidak manusiawi serta melanggar norma- norma moral. Islam datang guna
di dunia ini. Islam mengajarkan bagi seorang hamba muslim, hendaknya tidak
saling memakan harta di antara sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.2 Tidak terkecuali
untuk warga petani, spesialnya petani penggarap lewat sistem bagi hasil yang
1
Andi Arwini,Sistem Bagi Hasil Pada Masyarakat Petani Penggarap Dan Pemilik Lahan
di Desa Tanjongan Kec.Turatea Kab. Je’neponto Menurut Tinjauan Hukum Islam, Skripsi
(Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum Islam UIN Alauddin Makassar, 2014)
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, hal. 122.
1
kebutuhan keluarga sebagian warga menyibukkan dirinya dengan aktivitas selaku
petani penggarap.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari bermu‟amalah antara
satu dengan yang lainnya. Mu‟amalah dalam arti luas adalah aturan-aturan
(hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi
Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
Salah satu bidang mu‟amalah yang sangat penting bagi masyarakat adalah
Terjemahnya:
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Depok: PT Raja Grafindo Prasada, 2014, hal.2-3
2
dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya, yang
minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-
Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.4
terhadap tiap-tiap pihak yang melaksanakan ikatan pekerjaan, supaya tidak terjalin
silih merugikan satu sama yang lain sehingga bisa tercapai tujuan dari akad
tersebut. Islam hendak membukakan pintu kerja untuk tiap muslim supaya dia
Banyak sektor-sektor pekerjaan yang dapat dicoba salah satunya merupakan area
Terjemahnya:
Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya
biji-bajian, maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya
kebun-kebun kurma dan anggu dan kami pancarkan padanya beberapa
mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari yang
4
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S. An Nur
Ayat 35. hal. 353
3
diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak
bersyukur.5
wilayah dimana warga hidup serta tinggal. Di wilayah pedesaan warga pada
biasanya menggantungkan hidup mereka pada zona pertanian, baik itu berbentuk
bergerak pada bidang persawahan.6 Pertanian dalam pengertian yang luas yaitu
dan hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan
tumbuhan dan hewan tersebut.7 Pengertian Pertanian dalam arti sempit yaitu
Lebih lanjut, studi yang dilakukan oleh Syafa'at menerangkan bahwa sektor
dalam beberapa hal sebagai berikut. Sebagai sumber pendapatan dan kesempatan
5
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S. Yasin
Ayat 33-35. hal. 442
6
Abdul Muttalib, Analisis Sistem Bagi Hasil Muzara’ah Dan Mukhabarah Pada
Usahatani Padi Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Dan
Pemilik Lahan Di Kecamatan Praya Timur, Jurnal Vol 1, no.2, h.2.
7
Aarsten, Van. 1953. Pengertian Pertanian. Di akses 20 Januari 2015 jam 20.00 di
halaman website http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html
8
Sumantri. Pengantar Agronomi, 1980 Jakarta: PT. Gramedia, hal 30
4
memenuhi kebutuhan dasar bagi penduduk yang jumlahnya semakin bertambah.9
Kerapkali terdapat orang yang ahli dalam pertanian tetapi tidak memiliki lahan,
serta kebalikannya banyak orang yang memiliki lahan namun tidak sanggup
menanaminya. Dalam hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dapat
dilihat dari hadits berikut. Dari ibnu Umar sesungguhnya Nabi Muhammad SAW
telah memberikan kebun beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh
mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan, baik dari
yang memiliki sebagian bidang tanah akan tetapi tidak bisa menggarapnya sebab
adanya aktifitas atau kesibukan yang lain sehingga penggarapannya diwakili oleh
orang lain. Praktek muamalah pada pengolahan tanah pada umumnya dilakukan
dengan metode bagi hasil. Bagi hasil dalam pertanian ialah wujud pemanfaatan
tanah dimana pembagian hasil terdapat 2 faktor produksi, ialah modal serta kerja
dilakukan dengan kedua belah pihak yang berakad, terdapat selaku pemilik lahan
serta terdapat selaku penggarap kemudian salah satu dari keduanya meyediakan
modal ataupun benih. Di Indonesia sendiri, issue bagi hasil bukanlah ialah sesuatu
perihal yang baru. Dalam system hukum adat Indonesia perjajian semacam ini
diketahui dengan bermacam istilah sesuai dengan wilayah yang ada, semacam
maro, martelu di jawa tenga serta jawa timur, nenga ataupun jejuron di jawa barat,
9
Syafaat, Kinerja Sektor Pertanian Indonesia Periode 2012-2016 Jurnal
10
Shahih Imam Muslim, kitab 9 imam, hadits no. 981
5
nyakap Lombok, toyo Minahasa, Tesang Sulawesi Selatan serta di Sumatera barat
Salah satu wujud kerjasama yang dilakukan warga pada masa saat ini ini
ialah dalam lingkup penggarapan lahan. Penggarapan lahan ini sendiri pada
dasarnya mempunyai 2 tata cara, Pertama bisa diolah sendiri oleh pemilik lahan,
yang mana dia wajib sediakan sendiri modal serta tenaganya dalam mengelolah
ataupun Kedua, dengan metode meminjamkan lahan tersebut kepada orang 2 lain
guna dikelola serta hasilnya bakal dibagi menurut konsep akad yang disepakati,
ataupun perkebunan antara pemilik lahan serta penggarap, di mana pemilik lahan
dari pengadaan bibit, di mana muzara’ah bibitnya berasal dari pemilik lahan,
mengelola tanah di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari
11
Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Adat, Yogyakarta: Liberti, 1981, hal 37.
12
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke-7, 2007, hal. 156
6
pengelola. Adapun muzara’ah, sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya
hendaknya jelas dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak. Ketiga waktu
penggarapan atau pemeliharaan harus jelas batasnya, apakah satu tahun, satu
musim, satu kali panen, atau lebih dari itu, hal ini dimaksudkan agar tidak ada
pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur penipuan oleh satu pihak.
Keempat persentase pembagian harus jelas dan pasti, baik bagi pengelola
Sulawesi Selatan lebih dari 70% penduduknya merupakan petani khusunya petani
Padi. Untuk itu penerapan kerjasama bagi hasil penggarapan lahan pertanian ini
ialah sesuatu traksaksi yang sudah tumbuh di warga secara turun temurun
penerapan bagi hasil pengolaan lahan pertanian ini diketahui dengan sebutan“
Tesang”. Perihal ini disebabkan tidak seluruh warga memiliki lahan yang cukup
ataupun malahan tidak memiliki lahan sama sekali buat digarap, kebalikannya
terdapat sebagian orang yang memiliki lahan yang agak luas sehingga jika digarap
13
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, hal. 206
14
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, hal. 208-209
7
sendiri jelas mereka tidak bakal mampu. Jadi dalam traksaksi ini tidak cuma
semata buat memenui kebutuhan tetapi pula silih membantu antara pemilik lahan
dilaksanakan. Dari ilustrasi tersebut nampak jika dalam akad tidak disepakati
kapan berkahirnya perjanjian pengelolaan lahan tersebut, sebab dalam akad ini
yang disepakati cuma bagi hasil yang diberikan kepada sipemilik lahan tiap masa
panen datang dengan membayarnya menggunkan hasil panen yang di dapat. Guna
lebih jelasnya berikut penulis paparkan contoh ilutrasi tranksaksi di atas, Pertama
Pak Jamal selaku pihak pengelola hendak membagikan hasil panennya kepada pak
Rasyid sebanyak 40% dari jumlah keseluruhan yang ia miliki tiap kali panen.
Kedua Seluruh peralatan yang diperlukan dalam proses pengelolaan sampai panen
di tanggung oleh Pak Jamal selaku penggarap baik itu pupuk, pembasmi hama dll.
berakhirnya akad lahan pertanian tersebut. Dengan kata lain pihak yang memiliki
lahan sewaktu-waktu bisa menarik kembali lahan yang di garap orang lain.Tidak
yang kurang baik bagi penggarap maupun pemilik lahan. Bagi penggarap jika
8
kehilangan lahan garapannya sedangkan ia sangat bergantung pada ada atau
tidaknya lahan yang ia garap. Sebaliknya bagi pemilik lahan jika lahannya
akan terancam terlantar jika pemilik tidak sanggup untuk menggarap lahannya
sendiri karena tentu ia akan menemukan calon penggarap yang baru dalam waktu
Kabupaten Gowa”.
9
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
D. Manfaat Penelitian
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara
lain:
1. Secara Teoritis
10
b. Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Secara Aplikatif
peneliti.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan Pertanian
1. Pengertian Lahan
Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh
pengertian Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi,
dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan
penggunaan lahan.15
padat, cair bahkan gas.16 Definisi lain juga dikemukakan oleh arsyad yaitu Lahan
diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan
sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang
merugikan seperti yang tersalinasi.17 Selain itu lahan memiliki pengertian yang
hampir serupa dengan sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah suatu daerah
tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan
manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat
15
Purwowidodo, Teknologi Mulsa, Jakarta Dewaruci Press,1983 hal 1
16
Rafi‟I, Ilmu Tanah, Bandung:Angkasa Bandung. 1985 hal 1
17
Arsyad, Konservasi tanah dan air, Bogor:IPB 1989 hal 1
12
tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia
Menurut Arsyad sifat lahan adalah Atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang
dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, jumlah curah
hujan, distribusi hujan, temperatur, darinase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya.
Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan
a. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau
struktur tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumber daya lahan
b. Kualitas Lahan
18
Sitorus, S.R.P. . Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito Bandung. 2005 Hal 37
19
Arsyad, Konservasi tanah dan air, Bogor:IPB, 1989 hal 1
20
Jamulya, , Evaluasi Sumber daya Lahan Yogyakarta:Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.hal 2
13
mempengaruhi. Suatu ciri lahan yang bisa mempengaruhi pada sesuatu
c. Pembatas Lahan
Pembatas lahan ialah aspek pembatas bila tidak ataupun nyaris tidak bisa
2. Pengertian Pertanian
kehutanan, pengelolaan hasil bumi serta pemasaran hasil bumi (pertanian dalam
arti luas). Dimana zat– zat ataupun bahan–bahan anorgani dengan dorongan
dalam kelompok ilmu–ilmu kemasyarakatan ialah ilmu yang menekuni sikap serta
upaya dan hubungannya antar manusia. Dalam perihal ini yang dipelajari
14
perkara ekonomi yang lain yang langsung berhubungan dengan penciptaan,
khatulistiwa, terdapat 2 aspek alam yang lain yang turut berikan corak pertanian
bergunung- gunung. Dalam hubungan ini posisinya di antara 2 lautan besar, ialah
lautan Indonesia serta lautan Pasifik dan 2 daratan ialah daratan Asia serta daratan
Australia, serta turut pengaruhi iklim Indonesia, paling utama pergantian arah
angin dari wilayah tekanan tinggi ke wilayah tekanan rendah. Wujud tanah yang
berbeda- beda pada sesuatu wilayah tertentu. Pada wilayah pegunungan yang kian
besar, pengaruh cuaca tropik kian menurun serta digantikan oleh semacam cuaca
tumbuhan cuaca lagi semacam teh, kopi, kina, sayur-mayur serta buah-buahan
Perihal itu diakibatkan cuaca yang menunjang dan penduduk yang sebagian besar
21
Mubyarto 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Edisi Ke-tiga, LP3S.hal 39
15
B. Kerjasama Pertanian dalam Islam
1. Kerjasama
(syirkah) adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan antara dua orang atau lebih
Ulama Hanafiyah, kerjasama adalah akad antara dua orang yang berserikat pada
kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah
dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama antara pemilik lahan dan petani penggarap. Pada dasarnya pemilik lahan dan
2. Muzara‟ah
pihak pemilik tanah dan petani penggarap. Secara istilah, menurut Hanafiyah
Muzara‟ah adalah akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari
22
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta :Teras,2011,hal.99
23
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah :Fiqh Muamalah, Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2012, hal.218
16
bumi.24 Muzara‟ah adalah akad kerjasama tranksaksi pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
dan bibit kepada si penggarap untuk menanami dan memelihara dengan imbalan
suatu akad sewa pekerja untuk mengelolah atau menggarap tanah dengan upah
sebagian dari hasil yang keluar dari padanya. Dengan kata lain pekerja atau
tidak bertanggung jawab untuk mengeluarkan benih atau bibit tanaman. Dalam
hal ini yang bertanggung jawab mengeluarkan benih atau bibit tanaman adalah
Dalam Al qur‟an
Terjemahnya:
24
Hadist Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta:PT. Raja Gravindo Persada, 2013, hal.
153
25
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012,
hal. 240
17
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan .26
mereka yang musyrik, durhaka, dan bodoh itu yang dari saat ke saat dan secara
bagimu, wahai nabi yang agung, tidak kami telah membagi melalui penetapa
hukum-hukum kami tetap kan atara mereka serta berdasar kebijaksanaan kami
baik yang bersifat umum maupun khusus kami telah membagi-bagi sarana
sendiri dan kami telah meningkatkan sebagian mereka dalam harta benda, ilmu,
kekuatan, dan lain-lain atas sebagian yang lain peninggian beberapa derajat agar
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan terjemah: Bandung CV Dipoogoro, 2010, Q.S
Al- Zukhruf Ayat 32 hal.491
27
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Letera hati, Jln. Kertamukti, jakarta,
2010, hal. 240-241
18
Dalam Hadist
قال رسُل هللا صلى هللا علًٍ َ سلم:عه أبً ٌزٌزة رضً هللا عىً قال
(ًأرض )مه كاوت لً أرض فلٍشرعٍا أَ لٍمىحٍا أخاي فإن أبى فلٍمسك
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw (barangsiapa yang
saudaranya jika ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu.” (HR. Muslim)
َ َسَرع) أ
ِ َخز َجًُ البُخ
اري ٍ ََماٌََخ ُز ُج ِمىٍَا ِمه ثَ َم ٍز أ
Artinya :
berbentuk pernyataan pemilik tanah,“ Aku serahkan tanah ini kepada Kamu
penggarap“ Aku terima ataupun aku sepakat”. Sebaliknya bagi jumhur ulama,
sebagai mana dalam akad- akad yang lain, rukun muzara‟ ah terdapat 3
yaitu:28
28
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat , Jakarta: Amzah, 2010 hal. 395-396
19
b) Ma‟ uqu, alaih ataupun objek akad, ialah manfaat tanah serta pekerjaan
penggarap,
atas tanah. Dengan demikian, qabul- nya dengan perbuatan (il fi‟li). Ada pula
sifat akad muzara‟ ah bagi Hanafiah, sama dengan akad syirkah yang lain,
ialah termasuk akad yang ghair lazim (tidak mengikat). Bagi Malikiyah,
apabila telah dilakukan penanaman bibit hingga akad jadi lazim (mengikat).
musaqah ialah akad yang ghair lazim (tidak mengikat), yang dapat dibatalkan
oleh tiap- tiap pihak serta batal sebab meninggalnya salah satu pihak.29
a) Syarat yang menyangkut orang yang berakad keduanya wajib telah baligh
serta berakal.
b) Syarat yang menyangkut benih yang hendak ditanam wajib jelas, sehingga
1. Bagi adat di golongan para petani, tanah itu boleh digarap serta
29
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010 hal. 395
20
menghasilkan. Bila tanah itu tandus serta kering sehingga tidak
tidak sah.
2. Hasil itu betul- betul milik bersama orang yang berakad, tanpa boleh
terdapat pengkhususan.
buat pekerja, ataupun satu karung, sebab bisa jadi segala hasil panen
jauh di bawah itu ataupun bisa pula jauh melampaui jumlah itu.
e) Syarat yang menyangkut jangka waktu pula wajib dipaparkan dalam akad
sejak semula, sebab akad muzara‟ah memiliki arti akad al- ijarah( sewa-
Oleh karena itu, jangka waktunya mesti jelas. Untuk penentuan jangka
30
AbdulRahman,FiqhMuamalat, Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup,2012 hal 116-117
21
3. Mukhabarah
ataupun“ lunak”. Kata mukhabarah ( )خات زجini ialah maşdar dari fi‟il madhi
dari ات زخserta fi‟il mudhari‟ dariخات ز. Sebaliknya menurut istilah, mukhabarah
mempunyai makna mengerjakan tanah milik orang lain, baik itu semacam sawah
ataupun ladang dengan adanya pembagian hasil di antara para pihak (boleh
pengelola.
ataupun perkebunan antara pemilik lahan serta penggarap, di mana pemilik lahan
menyediakan bibit serta mengelola lahan, yang hasilnya bakal dibagi sesuai
kerjasama dalam pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan petani, dimana
22
untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari
hasil panen.31
Dari beberapa uraian mengenai arti mukhabrah di atas, bisa kita lihat
ke satu arah yang sama. Bersumber pada perihal tersebut, bisa diambil kesimpulan
jika yang diartikan dengan mukhabarah merupakan sesuatu aktivitas kerja sama
antara pemilik lahan serta pengelola dalam menggarap sesuatu lahan baik itu
adalah bentuk aktualisasi nyata dari ibadah sosial yang dilakukan oleh segelinitir
masyarakat dalam hal ini pemilik tanah dan petani, karena ada proses saling
tolong menolong antara kedua belah pihak ada yang bertindak untuk mengerjakan
tanah orang lain seperti sawah atau ladang dengan mendapatkan imbalan sebagian
a. Landasan Hukum
petani, dengan demikian merupakan salah satu bentuk tolong menolong. Adapuan
ayat Al-qur‟an yang membahas mengenai hal ini adalah firman allah yang
31
Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdulllah, Fiqih Muamalah Bogor: halia Indonesia,2013
hal 213.
23
Terjemahnya:
Dari Thawus r.a bahwa ia suka bermukhabarah. Amru berkata : lalu aku
katakan kepadanya : Ya Abu Abdurahman, kalau engkau tinggalkan
mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi saw telah
32
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, QS.Al-maidah
ayat 2 hal. 106
24
melarang Mukhabarah. Lantas thwaus berkata : Hai Amr. Telah
menceritakan kepadaku orang yang sungguh – sungguh mengetahui akan
hal itu, yaitu ibnu abbas bahwa Nabi SAW tidak melarang Mukhabarah
itu, hanya beliau berkata : seseorang memberi manfaat kepada
saudaranya lebih baik daripada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu
dengan upah tertentu”. (HR.Muslim)33
manfaatnya kepada masyarakat dan sepanjang tidak ada niatan dalam mencari
keuntungan untuk dirinya sendiri dan upaya dari memperkejakan orang lain tanpa
b. Rukun Mukhabarah
kemauan 2 belah pihak, oleh sebab itu wajib terdapat di dalam sesuatu akad
ataupun perjanjian, baik secara foral dengan perkataan ijab qabul, ataupun dengan
sehingga wajib penuhi rukun. Ada pula secara rinci, ulama Hanafiah
1) Tanah
2) Perbuatan pekerja
3) Modal
33
Misbahul Munir, Ajaran-Ajaran Ekonomi RasulullahKajian Hadits Nabi dalam
Perspektif Ekonomi, Malang: UIN-Malang Press, Cet. I, 2007, hal. 40
34
Suhendi,.fiqih Muamalah. Jakarta:Rajawali Pers,2014 hal 159.
25
4) Alat- alat buat menanam.
Adapun rukun mukhabarah yang dikemukakan oleh jumhur ulama, yaitu :35
1) Pemilik lahan
2) Petani
3) Objek mukhabarah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja petani
bahwa yang menjadi rukun dari mukhabarah yaitu adanya pemilik lahan, petani
adanya manfaat/hasil kerja pengelola dan adanya akad (ijab dan kabul).
c. Syarat-Syarat Mukhabarah
Melihat rukun- rukun diatas, sehingga tidak akan lepas dari syarat- syarat
yang didetetapkan mengenai rukun- rukunnya. Ada pula syarat- syarat penerapan
pada saat akad), hasil ialah milik bersama, bagian kedua belah pihak telah
26
maklum.
4) Perihal yang berhubungan dengan tanah yang hendak ditanami ialah tanah
tersebut bisa ditanami serta tanah tersebut bisa diketahui batas- batasnya.
5) Perihal yang berkaitan dengan waktu, syarat- syarat ialah waktunya sudah
C. Bagi Hasil
hasil adalah perjanjian pengelolaan tanah, dengan upaya sebagai dari hasil yang
tahun tahun 1960 dalam pasal 1 mengemukakan bahwa perjanjian bagi hasil
adalah perjanjian dengan nama apapun itu juga yang diadakan antara pemilik
usaha pertanian diatas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua
belah pihak”.37
Undang- undang tersebut adalah hasil usaha pertanian yang diselenggarakan oleh
penggarap dalam perjanjian bagi hasil setelah dikurangi biaya untuk bibit, pupuk,
37
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islamJakarta
sinar Grafika, 2004, hal 61.
27
ternak dan biaya guna menanam serta panen. Pembagian hasil ini kepada pihak
macam, terdapat yang separuh, sepertiga ataupun lebih rendah dari pada itu
terdapat syarat khusus tentang pembagian dari perjanjian untuk hasil ini.38
a. Landasan Hukum
perbuatan nabi Muhammad SAW dan juga pernah di praktikkan oleh para sahabat
beliau. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa Rasulullah
SAW mempekerjaan penduduk khaibar dengan upah sebagian dari bebijian dan
Muhammad Al Baqir bin Ali bin Al Husain r.a berkata bahwa tidak ada
seorang muhajirin yang ada di madinah kecuali mereka menjadi petani dan
mendapatkan sepertiga atau seperempat. Ali r.a, Said bin Malik, Abdullah bin
Mas‟ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasyim Urwah, keluarga abu bakar, keluarga Ali,
keluarga Umar Ibnu sirin semua terjun kedunia pertanian (Riwayat Al-Bukhari).40
Adapaun dalam Al Qur‟an di jelaskan tentang bagi hasil pada Q.S An nisa/4:29
yaitu:
38
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam (Jakarta
sinar Grafika, 2004), h 61.
39
Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qazuiny, Ibnu Majah, Siman Ibnu
Majah, Juz II, Dar al-Fikr Li al-Thaba‟ah wa al- Nasyr wa al-Tauzi‟y, t. Th., hal, 824
40
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 62.
28
Terjemahnya:
hasil tidak berlawanan dengan hukum islam, apalagi Nabi Muhammad SAW serta
para sahabat pernah melakukan perjanjian bagi hasil. Apalagi perjanjian bagi hasil
ini dipandang lebih baik daripada sewa menyewa tanah pertanian, karena sewa
menyewa tanah pertanian ini lebih bersifat untung- untungan dari pada perjanjian
bagi hasil sebab hasil yang diperoleh dari tanah pertanian yang di sewa tersebut
terlebih dulu. Berbeda halnya dengan perjanjian bagi hasil, penentuan bagian
masing buat pemilik lahan serta penggarap didetetapkan sesudah hasil produksi
terapkan terlebih dulu. Berbeda halnya dengan perjanjian untuk hasil, penentuan
bagian tiap-tiap (buat pemilik lahan serta petani) didetetapkan sehabis hasil
Menyangkut pembagian hasil tanah dari perjanjian bagi hasil ini dalam
syarat hukum islam tidak ada ditemukan petunjuk yang jelas dan tidak
41
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S An nisa
Ayat 4:29 hal. 83
42
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 62.
29
terdapatnya syarat macam mana metode serta berapa besar jumlah pembagian
bagian tiap-tiap pihak antara pihak pemilik tanah serta pihak penggarap. Sayid
Sabit berkata kalau pembagian hasil buat mengelolah ataupun menanami tanah
dari yang dihasilkan semacam separuh, ataupun sepertiga, ataupun lebih dari itu
ataupun pula lebih rendah cocok dengan konvensi kedua belah pihak petani serta
Pemilik tanah.43
pihak pemilik tanah dan petani telah dikeluarkan keputusan bersama menteri
menjelaskan perimbangan hak antara pemilik tanah dan penggarap yang mana
besarnya imbalan bagian hasil tanah yang menjadi hak petani dan pemilik lahan.44
43
Sayid sabit, Fiqh Sunnah XI, Bandung, AL-Ma‟arif 1987, hal 18
44
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 64.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-
menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti
2. Pendekatan Penelitian
yang menjadi instrumen inti dalam penelitian ini. Dalam Kamus Lengkap Bahasa
45
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, hal. 60.
46
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2005, hal. 166.
47
Sonny leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: Dari Metodologi ke Metode
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2015 hal. 181.
31
yang menjadi objek penyelidikan yang hasil temuannya berupa uraian-uraian
Kabupaten Gowa dan yang menjadi objek penelitian adalah petani di Desa
1. Fokus Penelitian
b. Sistem Mukhabarah
usaha bersama antara invidu dengan individu lainnya dalam hal ini
kehidupan ekonomi.
akad yang dilakukan oleh pihak pertama dan pihak kedua yaitu
32
menentukan hasil pembagian yang akan diperoleh setelah melakukan
hasil panen.
D. Sumber Data
Karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Oleh
metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari: sumber data primer dan
1. Data Primer
penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung
keputusan. data primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan
secara terperinci.49
2. Data Sekunder
bentuk. Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau
data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam
48
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis, Yogyakarta:Graha Ilmu,
2010, hal. 79
49
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis, Yogyakarta:Graha Ilmu,
2010, hal. 79
33
statistic biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa data,
data.50
dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder didapat
penelitian ini.
data.
50
Moehar Daniel, Metode Penelitian sosial ekonomi, Jakarta:Bumi Aksara, 2002. Hal 113
34
E. Instrumen Penelitian
a. Pedoman Observasi
suara.
sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar
jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system,
yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang
variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau
diabaikan saja.51
51
Anonim.. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003, hal. 122
35
gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data,
dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai
kebutuhan.
b. Pedoman Wawancara
tertentu yang diinginkan peneliti dan hanya membahas pada konten spesifik
menjawab, tidak hanya sekedar “ya” atau “tidak” atau memberikan peringkat
c. Catatan Dokumentasi
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas
52
Moehar Daniel, Metode Penelitian sosial ekonomi, Jakarta:Bumi Aksara, 2002. Hal 113
36
tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti
langkah yang amat penting dalam metode ilmiah. Pada umumnya, data yang
1. Observasi
dengan jalan turun langsung ke lapangan mengamati objek secara langsung guna
53
Mantra, I.B.. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2004. Hal 201
54
Moehar Daniel, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi Jakarta: Bumi Aksara, 2002
hal.113.
37
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi langsung dan
langsung mengambil peran dalam kegiatan yang dilakukan oleh sumber data
sehingga data yang peneliti dapatkan selama observasi lebih akurat dan lengkap.
2. Wawancara
tentang perkara secara terbuka, pihak informan dimohon pendapat serta ide-
idenya, sebaliknya peneliti mencermati secara cermat serta mencatat apa yang
mengenai kerjasama pengelolaan lahan selama ini yang anda lakukan, bagaimana
cara pembagian hasil kerjasama usaha tani padi, siapa yang membiayai usaha tai
padi, bagaimana sistem mukhabarah yang anda lakukan dan masih banyak lagi
55
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 95.
56
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 320.
38
3. Dokumentasi
kutipan materi dan berbagai bahan reperensi lain yang berada di lokasi penelitian
dan dibutuhkan untuk memperoleh data yang valid. Pada teknik dokumentasi ini,
peneliti mengumpulkan data dalam bentuk catatan-catatan penting, karya tulis dan
buku-buku yang sesuai dengan pembahasan masalah usaha tani padi yang dibahas
analisis data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian karena dalam analisis ini akan diperoleh temuan, baik substantif
maupun formal. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1. Reduksi data
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan
asing, tidak dikenal dan belum memliki pola maka hal itulah yang dijadikan
perhatian kerena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang
2. Penyajian data
57
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 209
39
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
3. Penarikan Kesimpulan
58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 210
40
BAB IV
1. Kondisi Geografis
Luas daerah desa Panaikang sebesar 3. 500 Ha. Bersumber pada tata guna lahan
terdiri atas:
termasuk daerah yang datar. Curah hujan 2000 milimeter dengan jumlah bulan 6
tiap tahunnya, kelembapan 18 dan temperatur rata- rata 25 derajat Celcius. Serta
41
pula mempunyai hawa tropis dengan musim hujan serta musim panas silih
2. Kondisi Demografis
Kabupaten Gowa terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk 2.862 yang
terdiri dari 1.418 laki-laki dan 1.444 perempuan dengan jumlah kepala keluarga
694 KK dengan kepadatan penduduk 1.4 per km. Adapun rincian sebagai
berikut:
59
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 3-4
42
Adapun Jumlah Penduduk Desa Panaikang berdasarkan Usia dan jenis
Kelamin yaitu.60
2.826 Orang
Pattallassang
dan kelurahan Desa Panaikang, penduduk yang merupakan petani sebanyak 827
60
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 18
43
jiwa, sedangkan tukang batu sebanyak 250 jiwa, profesi lainnya seperti tukang
kayu sebanyak 150 jiwa, montir sebanyak 8 jiwa, tukang kue sebanyak 56 dan
ton/ha dan ubi atau singkong dengan luas 400 ha mampu menghasilkan
10.000.000 ton/ha.62
a. Aspek Keagamaan
tidak ada penganut agama lain kecuali islam. Oleh karena itu, di Desa
61
Daftar Isian tingkat perkembangan Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 6
62
Daftar Isian tingkat perkembangan Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 6
44
dalam bidang pendidikan. Pola pikir masyarakat desa Panaikang sudah
pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang, baik bagi
tinggi swasta yang ada di Gowa dan Makassar. Selain itu, majunya
63
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal.20
45
Pattallassang yang berjarak 1 Kilometer dari Desa Panaikang sehingga
TK Buah Hati
TK Hamnur
berikut.
46
B. Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian Desa Panaikang Kecamatan
Dalam upaya penuhi kebutuhan tiap hari, manusia tidak bakal terlepas dari
hubungan sesama manusia. Tanpa hubungan dengan orang lain, tidak mungkin
Prinsip utama dari kerjasama bagi hasil dalam pengelolaan lahan pertanian
pihak bisa berbentuk modal ataupun benda, tenaga serta keahlian. Dengan begitu
kebutuhan hidup kedua belah pihak yang ikut serta didalam kerjasama
Apa yang ada dalam skripsi ini menggambarkan upaya manusia dalam
dalam penuhi kebutuhan hidup yang rata-rata bermata pencaharian selaku petani
sehingga warga setempat melaksanakan bagi hasil Pemilik Lahan dan Petani
47
supaya dapat terpenuhi hidupnya.64
bagi hasil pengelolaan lahan persawahan yang dilakukan dengan sistem bagi
hasil. Pengelolaan lahan dilakukan antar petani serta pemilik lahan dimulai
dengan pembuatan akad, di mana kedua belah pihak atau lebih sudah lebih
melaksanakan akad dalam wujud lisan. Seperti yang diungkapkan oleh Salellah
ketentuan yang wajib dimiliki oleh penggarap yang hendak mengelola lahan milik
orang lain, sebagai bahan untuk mengantisipasi atau bahan pertimbangan dalam
bahwa :
“sebelum saya memberikan lahan saya untuk di garap oleh orang lain
terlebih dahulu saya memastikan bahwa petani yang menggarap
lahannya itu memiliki sifat yang jujur, rajin dan tentunya berakal agar
64
Salellah Mangka. Wawancara, Tanggal 04 Mei 2021, desa Panaikang
65
Salellah Mangka. Wawancara, Tanggal 04 Mei 2021,desa Panaikang
48
lahan saya bisa digunakan secara maksimal dan tentunya bisa di olah
dengan benar dan baik”66
Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Amir pada saat di
lahan pertanian. Dalam melakukan kerjasama antara pemilik lahan dan petani
hanya menggunakan akad secara lisan saja tampa adanya perjanjian yang
tertuliskan karena dianggap lebih mudah tidak memakan waktu yang terlalu
dengan seseorang, ada beberapa pertimbangan yang dirasa perlu dipenuhi oleh
petani penggarap agar kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan apa yang
66
Muhammad Ilyaz. Wawancara, Tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang
67
Muhammad Amir. Wawancara, Tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang
49
C. Sistem Kerjasama Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan
a. Kerjasama
penduduknya berprofesi selaku petani. Bidang pertanian sendiri ialah salah satu
sumber pencaharian yang utama buat penuhi kebutuhan sehari hari. Apalagi
dalam bertani padi karena merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat selain
bisa diolah sebagaimana makanan pokok untuk tubuh manusia, padi juga bisa
dirasakan oleh warga Desa Panaikang dimana ada sebagian orang yang memiliki
tanah yang sangat banyak sehingga tidak sanggup untuk menggarap seluruh
tanahnya sendiri. Disisi lain ada warga yang cuma memiliki sedikit lahan
malahan terdapat yang sama sekali tidak memiliki lahan sehingga tidak cukup
guna penuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang melatar belakangi masyarakat
mengadakan kerjasama antara pemilik lahan dan petani penggarap sebagai cara
untuk menghasilkan dan bisa saling tolong menolong dalam hal kebaikan.
Sebelum terjadinya akad kerja sama antara pemilik lahan dan petani di
antara pemilik tanah dan petani penggarap di desa Panaikang baik secara
50
langsung maupun pertemuan tidak langsung. Dalam melakakuan Akad
tanpa ada tulisan hitam diatas putih, Perihal ini dilakukan sebab adanya rasa silih
percaya antar pihak, apalagi perjanjian ini tidak butuh memperkenalkan saksi.
Tidak hanya itu, perjanjian tertulis dinilai sangat ribet buat diterapkan dalam
kerjasama bagi hasil pertanian, sedang rasa saling yakin dinilai cukup. Rata-rata
pemilik lahan yang memang sudah tidak mampu lagi Mengelola lahannya,
secara langsung meminta orang lain buat menggarap sawahnya dengan metode
bagi hasil (Tesang). Tidak hanya itu terdapat pula penggarap yang berniat
menawarkan diri kepada pemilik tanah buat mengelola sawah miliknya. Seperti
yang di ungkapkan oleh Bapak Muhammad Amir sebagai pemilik lahan yang
“Perjanjian dilakukan secara lisan saja itu telah cukup, umumnya saya
menawarkan kepada saudara terdekat yang saya anggap sanggup
untuk menggarap sawah saya, namun kadangkala terdapat pula orang
yang datang dirumah serta meminta guna menggarap sawah saya”68
Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak Rahman Bani pada saat di lakukan
“secara lisan saja serta umumnya memanglah semacam itu, sebab bila
tertulis itu prosesnya sangat ribet bila diterapkan dalam kerjasama
pertanian disini. Umumnya pemilik lahan yang mendatangi saya
setelah itu terkadang saya langsung datang kerumah sang pemilik
lahan”69
Menurut dari pernyataan diatas diketehui Bapak Rahman Bani selaku salah
68
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
69
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
51
serta meminta lahannya guna digarap oleh ia, sebab pemilik lahannya mempunyai
banyak lahan yang digarap. Jadi saya bersedia buat menggarap lahan milik
pemilik tanah tersebut. Ia pula memiliki lahan sendiri tetapi dirasa kurang cukup
eksplisit menerangkan mengenai hak serta kewajiban serta hak dari tiap-tiap
diterima oleh tiap-tiap pihak. Perihal ini dipaparkan oleh Bapak Muhammad Ilyas
Sama halnya yang dituturkan oleh bapak Subair ada saat dilakukan wawancara
Pemilik tanah hendak memilah penggarap yang dinilai sanggup serta bersungguh-
sungguh buat mengelola sawah miliknya. Tidak hanya itu, terdapat pula yang
70
Muhammad Ilyas, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
71
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
52
“sawah saya serahkan kepada orang lain guna digarap dengan metode
bagi hasil, umumnya saya kasih kepada keluarga/ kerabat yang saya
anggap sanggup buat menggarap sawah saya”72
Sesuai yang dituturkan oleh bapak Rahman Bani yang menyatakan kalau:
Jadi, mengenai jenis tumbuhan, warga desa Panaikang cuma menanam padi,
setelah itu untuk jenis padi yang ditanam diserahkan kepada petani penggarap
Melihat akad diatas maka bentuk akad yang dilakukan oleh warga desa
panaikang ialah lahan ataupun sawah pertanian berasal dari pemilik sawah sedang
benih berasal dari petani penggarap. Dalam pemilihan jenis tidak terdapat
kesepakatan jika benih dari kedua belah pihak, akan tetapi benih dari penggarap
“dalam melakukan akad kerjasama ini lahan atau sawah berasal dari
saya untuk mengenai bibit saya serahkan kepada penggarap karena dia
lebih paham mana yang cocok untuk ditanam”74
padi. Sebab lahan yang terluas merupakan persawahan. Tetapi tidak hanya benih
72
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
73
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
74
Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
75
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
53
padi yang dapat jadi objek Mukhabarah tersebut. Benih Jagung, Semangka dapat
desa Panaikang karena dianggap lebih mudah dan tidak banyak memerlukan
pengeluaran.
d. Biaya Penggarapan
sekedar sebab para pemilik lahan serta para petani penggarap mau
aktivitas yang dialami oleh pemilik lahan yang tidak memiliki waktu untuk
76
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
54
menggarap sawahnya sendiri sehingga menjadi suatu penanda terjadinya
dengan metode bagi hasil. Dalam proses wawancara bersama para petani
Tidak hanya itu, Muhammad Amir salah satu pemilik lahan pula
sebagai berikut:
“saya pula menggarap lahan saya sendiri, tetapi tidak cuma itu
lahan sawah saya juga berikan kepada orang lain sebab untuk
menggarap lahan saya sendiri rasanya berat buat saya sebab
alhamdulillah saya memiliki lahan sawah yang luas serta banyak,
jadi saya takut jika nanti sawah saya terlantar tidak terurus”78
77
Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
78
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
55
umur telah tua serta tenaganya tidak sanggup lagi mengerjakan yang berat-
berat serta Pemilik lahan memiliki tanah yang banyak serta luas sehingga
tidak mampu lagi untuk mengelolah sendiri lahan yang iya memiliki.
Sehingga mencari orang lain yang mampu untuk mengelolah lahannya buat
menjalakan kersama sekalian saling menolong antara satu dengan yang yang
lain.
menggarap lahan orang lain, biasanya tidak memiliki lahan sawah garapan
ataupun tidak memiliki tanah yang luas sehingga dirasa butuh untuk
menggarap sawah milik orang lain, tidak hanya itu guna penuhi kebutuhan
keluarga. Perihal ini semacam yang dituturkan oleh bapak Subair selaku
berikut:
“saya menggarap lahan sawah orang lain karena saya sendiri tidak
memiliki banyak lahan sawah untuk dijadikan sebagai mata
pencarian dan saya anggap kerjasama bagi hasil ini bisa
memberikan keuntungan bagi saya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga saya”79
79
Subair, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
80
Rahman Bani, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
56
lahan yang dimiliki dan dirasa masih kuat untuk menggarap beberapa lahan
sawah lainnya, selain itu seseorang yang memiliki lahan sedikit, dan masih
lahan sendiri untuk digarap, dan Kebutuhan keluarga yang tinggi (Faktor
ekonomi).
presentasenya adalah 50: 50, perihal itu sebab pada kesepakatan awal akad
antara pemilik tanah serta petani penggarap sawah sudah setuju apabila nanti
serta petani penggarap tidak ada yang merasa dirugikan, sebab diantara
81
Bapak Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
57
mereka saling menguntungkan serta saling membutuhkan. Walaupun petani
beruntung, sebab walaupun dia tidak memiliki tanah untuk ditanami, namun
dia masih dapat bercocok tanam serta dapat memperoleh hasil panen. Begitu
yaitu :
terhitung dari bagian 50:50 tersebut. Artinya bagian 50% untuk petani
karena sudah modal sawah dan modal pemeliharaan (Pupuk dan Racun).
82
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
58
paling tidak hasil panen itu dapat menjadi kebutuhan hidup
(dimakan serta dapat dijual)”83
Muhammad Ilyas sebagai pemilik lahan yang lahan sawahnya digarap oleh
bapak Subair dengan luas sawah 400 M2 serta menghasilkan hasil panen
berupa padi sebanyak 20 Karung, setelah itu hasil tersebut dibagi rata antara
karung buat Bapak Muhammad Ilyas selaku pemilik lahan serta 10 karung
Panaikang tidak terdapat jangka waktu yang pasti, jadi perjanjian bisa
berakhir sewaktu waktu kala salah satu pihak mau mengakhirinya. Perihal
ini dapat diakibatkan sebab pemilik lahan tidak puas pada pekerjaan para
penggarap telah tidak mampu untuk menggarap sawah sebab tidak memiliki
salah satu pihak guna mengakhirinya. Bila tidak terdapat kemauan dari salah
tanpa wajib adalagi akad ataupun perjanjian dari kedua belah pihak hingga
83
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
84
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
59
Perihal yang sama pula dituturkan Bapak Rahman Bani dalam wawancara
“Jika jangka waktu tidak terdapat dalam kerjasama ini, namun jika
misalkan saya telah tidak mampu ya saya serahkan lagi sawahnya
kepada pemilik sehabis panen serta pemilik lahan tinggal mencari
pengganti untuk menggarap lahannya ataupun memutuskan untuk
digarap sendiri”85
sawah tersebut untuk digarap serta kebalikannya apabila dari pihak petani
pada saat melakukan akad secara lisan dan tidak menggunakan akad secara
85
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
60
tertulis yang dihadiri oleh saksi. Karena hal ini dianggap lebih mudah
diterapkan dan yang menjadi pertimbangan karena antara pemilik lahan dan
dirasa dengan akad secara lisan itu sudah cukup. Dalam menentukan benih
untuk memilih jenis benih yang akan ditanam. Namun, dalam penentuan
dianggap mudah dilakukan antara petani dan pemilik lahan dari pada harus
menyewakan lahan kepada orang lain. Dengan demikian pemilik lahan dan
petani lebih memilih bagi hasil daripada sewa lahan. Pelaksanaan kerjasama
dengan konsep islam yang ada, karena terdapat beberapa syarat yang belum
terpenuhi.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dilakukan antara invidu dengan individu lainnya dalam hal ini antara
lahan dan petani hanya menggunakan akad secara lisan saja tampa
kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan apa yang diinginkan sesuai
62
benihnya ditanggung orang yang mengerjakan. Akad mukhabarah di desa
Panaikang dilakukan oleh dua orang antara pemilik sawah serta petani
penggarap. Akad yang dilakukan merupakan akad secara lisan yang berisi
antara pemilk sawah serta petani penggarap ialah 50%: 50% ataupun
B. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, hingga penulis hendak memberikan
sebagai berikut:
perjanjian tersebut ditulis secara jelas mengenai hak serta kewajiban untuk
2. Dalam melaksanakan kerja sama bagi hasil dengan sistem mukhabarah ini
63
DAFTAR PUSTAKA
Arwini, Andi. Skripsi: Sistem Bagi Hasil Pada Masyarakat Petani Penggarap Dan
Pemilik Lahan di Desa Tanjongan Kec.Turatea Kab.Je’neponto Menurut
Tinjauan Hukum Islam. Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum Islam UIN
Alauddin, 2014.
Kaslan A tohir, 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Jakarta
:Bina Aksara.
64
Muttalib, Abdul, 2015. Analisis Sistem Bagi Hasil Muzara’ah Dan Mukhabarah
Pada Usaha Tani Padi Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Keluarga
Petani Penggarap Dan pemiliklahan Di kecamatanprayatimur, Vol 1, no.2.
Shihab M. Quraish, 2010.Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Jakarta: Letera hati, Jln.
Kertamukti.
65
RIWAYAT HIDUP
Nur Saiful, anak pertama dari tiga bersaudara ini adalah anak
Tahun 2011) dan SMKN 1 Pattallassang (lulus tahun 2014) kemudian melanjutkan
didunia akademik, penulis juga menghabiskan waktu selama dikampus dengan aktif
Mahasiswa jurusan Hukum ekonomi Syariah (HMJ HES) dan Ikatan Mahasiswa
tinggi untuk terus belajar dan berusaha. Penulis telah berhasil menyelesaikan
pekerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini
KERANGKA WAWANCARA
7. Apa akad yang dilakuan untuk menjalankan kerja sama bagi hasil lahan
pertanian?
3. Akad apa yang dilakukan dalam melakukan kerja sama pengelolaan lahan
pertanian ini?
4. Bagaimana pemahaman Anda tentang bagi hasil dalam konsep Islam?
1. Sejarah Desa
2. Susunan Pemerintahan
3. Keadaan Penduduk
4. Keadaaan Pendidikan
6. Keadaan Ekonomi
7. Keadaan Keagamaan
DOKUMENTASI