Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN

PERTANIAN DENGAN SISTEM MUKHABARAH


(Study Kasus di Desa Panaikang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
Nur saiful
NIM: 105251104217

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2021 M
ANALISIS KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN
PERTANIAN DENGAN SISTEM MUKHABARAH
(Study Kasus di Desa Panaikang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
Nur saiful
NIM: 105251104217

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2021 M

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Nur Saiful. 105 251 104 217. 2021. Analisis Kerjasama Pengelolaan
Lahan Pertanian dengan Sistem Mukhabarah (Study Kasus di Desa Panaikang
Kec Pattallassang Kab. Gowa). dibimbing oleh Saidin Mansyur Dan Siti.
Walidah Mustamin.

Mukhabarah merupakan kerjasama bagi hasil dalam bidang pertanian,


dimana pemilik lahan menyerahkan tanahnya kepada petani penggarap, dan modal
sepenuhnya ditanggung petani penggarap. Kerjasama bagi hasil pertanian yang
sepenuhnya terjadi di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
dilakukan berdasarkan pada kata sepakat secara lisan atas dasar kepercayaan
tanpa adanya saksi dan tidak ditetapkan berapa lama waktu kerjasama tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama pengelolaan lahan pertanian
dan untuk mengetahui sistem kerjasama mukhabarah di Desa Panaikang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

Penulis menggunakan desain penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus


dengan pendekatan deskriptif karena jenis penelitian ini memungkinkan penulis
untuk mengumpulkan informasi yang detail mencakup kasus yang penulis teliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi, wawancara
dan telaah dokumen.

Dari hasil penelitian, bahwa faktor utama yang melatarbelakangi kerjasama


pengelolaan lahan pertanian adalah karena masyarakat memiliki kemampuan
untuk bertani tetapi tidak memiliki lahan untuk digarap. Selain itu, orang yang
memiliki lahan tidak mampu untuk menggarap sendiri lahan pertanian yang
dimiliki disebabkan adanya kesibukan lain, sehingga kebanyakan dari orang-
orang yang memiliki lahan menyuruh kepada orang lain untuk menggarap lahan
pertanian yang kosong tersebut. Kemudian, sistem kerjasama yang dilakukan oleh
masyarakat di desa panaikang yaitu kerjasama dengan sistem akad mukhabarah
dengan menentukan terlebih dahulu pembagian hasil pada saat dilakukannya akad
antara kedua belah pihak tetapi dalam praktiknya tidak sepenuhnya sesuai dengan
konsep islam yang ada karena terdapat beberapa syarat yang belum terpenuhi.

Kata Kunci: Analisis Kerjasama, Pengelolaan Lahan Pertanian, Sistem


Mukhabarah

vi
Kata Pengantar

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang hanya kepada-Nya kita

menyembah dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan, atas limpahan

taufiq, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian Dengan Sistem

Mukhabarah di Desa Panaikang Kec Pattallassang Kab. Gowa” dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga

akhir zaman yang telah menyelamatkan ummat manusia dari gelap kejahiliyaan

kepada cahaya illahiyah yang terang benderang.

Laporan ini disusun dan diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar

sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H). penulis mengakui bahwa dalam

penyusunan Laporan Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan penghargaan yang

setinggi-tingginya, serta ungkapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua

orang tua, bapak Muhammad Arasy dan Ibu Norma J yang tak lelah memberikan

support, doa dan semangat kepada peneliti. Ucapan terima kasih yang tak

terhingga pula peneliti haturkan kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

vii
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP Selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Agama Islam

4. Hasanuddin, SE.Sy.,M.E Selaku Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Agama Islam yang selalu menyalurkan semangat dan

motivasi.

5. Saidin Mansyur, S.S,.M.Hum. Dan Siti. Walidah Mustamin, S.Pd.,M.Si

Selaku Pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

senantiasa tegas memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan

dengan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai

dengan yang diharapkan.

6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Agama Islam yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang

selalu viii memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tanpa halangan apapun.

7. Teman-teman Jurusan SI Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2017 FAI

Unismuh Makassar yang telah memberikan banyak cerita selama

menempuh pendidikan di Unismuh Makassar.

8. Kepala Desa Panaikang serta perangkat-perangkatnya yang telah

memberikan informasi tentang Desa Panaikang, sehingga laporan

penelitian dapat diselesaikan.

9. Rekan-rekan, kakanda dan adinda Lembaga Kemahasiswaan Fakultas

Agama Islam Unismuh Makassar

10. Fitriani Halik, S.Pd.,M.Pd., Saiful. S.M., Herdianto, S.P., Ananda

Rahmadana, S.Pd., Siska, Arif, Rismayanti, Alfiansyah, Resky Nur Anisa

dan keluarga Lorong H Rapi yang tidak bosan membantu dan

viii
menyemangati sehingga dapat melewati rintangan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Dan terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk segala

kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis jazakumullah khoiro

jaza‟, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan

cinta-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan

demi kenyamanan dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri, bagi Fakultas Agama Islam dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamu‟alaikum Warahmatuallahi Wabarakatuh

Makassar, 17 Juni 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Lahan Pertanian ................................................................................... 12


1. Pengertian Lahan ............................................................................. 12
2. Pertanian .......................................................................................... 14
B. Kerjasama Pertanian dalam Islam................................................. ...... 16
1. Pengertian Kerjasama ...................................................................... 16
2. Muza‟arah........................................................................................ 16
3. Mukhabarah ..................................................................................... 22
C. Bagi Hasil ............................................................................................ 27
1. Pengertian Bagi Hasil ..................................................................... 27

x
2. Landasan Hukum ........................................................................... 28
3. Bagi Hasil Produksi........................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................. 31


B. Lokasi Dan Objek ................................................................................ 32
C. Fokus Penelitian Dan Deskriptif Penelitian ......................................... 32
D. Sumber Data ......................................................................................... 33
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 35
F. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 37
G. Tehnik Analisis Data ............................................................................ 39

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 41
B. Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian ............................................. 47
C. Sistem Kerjasama Mukhabarah ............................................................ 50

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64

RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia selaku makhluk yang sempurna dengan

diberi bekal serta fasilitas berbentuk ide benak, nafsu, budi pekerti agama, tiada

lain sekedar beribadah kepadanya. Sebaliknya buat penuhi kebutuan hidup supaya

bisa melakukan aktivitas kehidupan, sehingga Allah menyerakan seluruhnya

kapada manusia, sejauh tidak melewati batas-batas yang sudah ditetapkan ataupun

digariskan oleh agama.1

Islam menyeruh kepada segala kalangan muslimin guna menolong kepada

orang yang lemah, membagikan kepada yang memerlukan, dilarang menindas

orang lain, sebab menindas orang yang lemah serta menyepelehkan orang yang

memerlukan pertolongan merupakan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, tidak

religius, tidak manusiawi serta melanggar norma- norma moral. Islam datang guna

memberikan rasa keadilan dan kesejahteraan bersama dalam menjalani kehidupan

di dunia ini. Islam mengajarkan bagi seorang hamba muslim, hendaknya tidak

saling memakan harta di antara sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.2 Tidak terkecuali

untuk warga petani, spesialnya petani penggarap lewat sistem bagi hasil yang

biasanya terjalin di pedesaan. Selaku pekerjaan tambahan buat menutupi

1
Andi Arwini,Sistem Bagi Hasil Pada Masyarakat Petani Penggarap Dan Pemilik Lahan
di Desa Tanjongan Kec.Turatea Kab. Je’neponto Menurut Tinjauan Hukum Islam, Skripsi
(Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum Islam UIN Alauddin Makassar, 2014)
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, hal. 122.
1
kebutuhan keluarga sebagian warga menyibukkan dirinya dengan aktivitas selaku

petani penggarap.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari bermu‟amalah antara

satu dengan yang lainnya. Mu‟amalah dalam arti luas adalah aturan-aturan

(hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi

dalam pergaulan sosial. Sedangkan dalam arti sempit bermakna aturan-aturan

Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam

kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda.3

Salah satu bidang mu‟amalah yang sangat penting bagi masyarakat adalah

pertanian. Karena ketersediaan bahan makanan pokok merupakan kunci untuk

menciptakan masyarakat yang sejahtera dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Adapaun penjelasan tentang bermuamalah pada QS. An nur ayat 35 yaitu:

             

            

                

            

Terjemahnya:

Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya


Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan
bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak

3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Depok: PT Raja Grafindo Prasada, 2014, hal.2-3
2
dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya, yang
minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-
Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.4

Ayat di atas ialah prinsip- prinsip dalam bermuamalah, didalam hukum

Islam yang menggambarkan kalau Islam mengendalikan serta melindungi

terhadap tiap-tiap pihak yang melaksanakan ikatan pekerjaan, supaya tidak terjalin

silih merugikan satu sama yang lain sehingga bisa tercapai tujuan dari akad

tersebut. Islam hendak membukakan pintu kerja untuk tiap muslim supaya dia

sanggup memilah pekerjaan yang cocok dengan minatnya serta kemampuannnya.

Banyak sektor-sektor pekerjaan yang dapat dicoba salah satunya merupakan area

pertanian. Perkerjaan bertani dijelasan dalam Q. S Yasin/ 36, 33- 35 ialah:

          

            

       

Terjemahnya:

Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya
biji-bajian, maka daripadanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya
kebun-kebun kurma dan anggu dan kami pancarkan padanya beberapa
mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari yang

4
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S. An Nur
Ayat 35. hal. 353
3
diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak
bersyukur.5

Kegiatan berusaha serta bekerja sangat dipengaruhi oleh keadaan sesuatu

wilayah dimana warga hidup serta tinggal. Di wilayah pedesaan warga pada

biasanya menggantungkan hidup mereka pada zona pertanian, baik itu berbentuk

pertanian yang bergerak pada bidang perkebunan maupun pertanian yang

bergerak pada bidang persawahan.6 Pertanian dalam pengertian yang luas yaitu

kegiatan manusia untuk memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

dan hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan

segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan

tumbuhan dan hewan tersebut.7 Pengertian Pertanian dalam arti sempit yaitu

segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya

tanaman untuk memperoleh produksi fisik yang maksimum.8

Pertanian merupakan salah satu sektor kunci perekonomian di Indonesia.

Lebih lanjut, studi yang dilakukan oleh Syafa'at menerangkan bahwa sektor

pertanian memberikan peranan yang penting dalam perekonomian setidaknya

dalam beberapa hal sebagai berikut. Sebagai sumber pendapatan dan kesempatan

kerja bagi penduduk pedesaan dimana sebagian besar penduduk pedesaan

bermata-pencaharian utama sebagai petani dan Sebagai penghasil pangan untuk

5
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S. Yasin
Ayat 33-35. hal. 442
6
Abdul Muttalib, Analisis Sistem Bagi Hasil Muzara’ah Dan Mukhabarah Pada
Usahatani Padi Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani Penggarap Dan
Pemilik Lahan Di Kecamatan Praya Timur, Jurnal Vol 1, no.2, h.2.
7
Aarsten, Van. 1953. Pengertian Pertanian. Di akses 20 Januari 2015 jam 20.00 di
halaman website http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html
8
Sumantri. Pengantar Agronomi, 1980 Jakarta: PT. Gramedia, hal 30
4
memenuhi kebutuhan dasar bagi penduduk yang jumlahnya semakin bertambah.9

Kerapkali terdapat orang yang ahli dalam pertanian tetapi tidak memiliki lahan,

serta kebalikannya banyak orang yang memiliki lahan namun tidak sanggup

menanaminya. Dalam hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dapat

dilihat dari hadits berikut. Dari ibnu Umar sesungguhnya Nabi Muhammad SAW

telah memberikan kebun beliau kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh

mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan, baik dari

buah-buahan maupun dari hasil pertahunan. (Hadist Riwayat Muslim).10

Salah satu aspek terbentuknya kerjasama dalam pertanian ialah pemilik

yang memiliki sebagian bidang tanah akan tetapi tidak bisa menggarapnya sebab

adanya aktifitas atau kesibukan yang lain sehingga penggarapannya diwakili oleh

orang lain. Praktek muamalah pada pengolahan tanah pada umumnya dilakukan

dengan metode bagi hasil. Bagi hasil dalam pertanian ialah wujud pemanfaatan

tanah dimana pembagian hasil terdapat 2 faktor produksi, ialah modal serta kerja

dilaksanakan menurut perbandingan tertentu dari hasil tanah yang jumlahnya

menurut kesepakatan bersama. Praktek kerjasama pertanian dalam islam

dilakukan dengan kedua belah pihak yang berakad, terdapat selaku pemilik lahan

serta terdapat selaku penggarap kemudian salah satu dari keduanya meyediakan

modal ataupun benih. Di Indonesia sendiri, issue bagi hasil bukanlah ialah sesuatu

perihal yang baru. Dalam system hukum adat Indonesia perjajian semacam ini

diketahui dengan bermacam istilah sesuai dengan wilayah yang ada, semacam

maro, martelu di jawa tenga serta jawa timur, nenga ataupun jejuron di jawa barat,

9
Syafaat, Kinerja Sektor Pertanian Indonesia Periode 2012-2016 Jurnal
10
Shahih Imam Muslim, kitab 9 imam, hadits no. 981
5
nyakap Lombok, toyo Minahasa, Tesang Sulawesi Selatan serta di Sumatera barat

sendiri diketahui dengan sebutan Memperduet.11

Salah satu wujud kerjasama yang dilakukan warga pada masa saat ini ini

ialah dalam lingkup penggarapan lahan. Penggarapan lahan ini sendiri pada

dasarnya mempunyai 2 tata cara, Pertama bisa diolah sendiri oleh pemilik lahan,

yang mana dia wajib sediakan sendiri modal serta tenaganya dalam mengelolah

ataupun Kedua, dengan metode meminjamkan lahan tersebut kepada orang 2 lain

guna dikelola serta hasilnya bakal dibagi menurut konsep akad yang disepakati,

salah satunya ialah memakai tata cara mukhabarah.12

Mukhabarah merupakan sesuatu akad kerja sama dalam bidang pertanian

ataupun perkebunan antara pemilik lahan serta penggarap, di mana pemilik lahan

bakal menyerahkan sebidang lahan kepada penggarap buat dikelola serta

hasilnya hendak dibagi sesuai dengan kesepakatan. Secara teori, mukhabarah

kerap berhubungan dengan muzara’ah, sebab keduanya sama-sama akad yang

dilakukan dalam pengelolaan lahan. Perbandingan 2 akad tersebut cuma terletak

dari pengadaan bibit, di mana muzara’ah bibitnya berasal dari pemilik lahan,

sebaliknya mukhabarah ialah kegiatan pengelolaan lahan (tanah) yang benihnya

berasal dari si pengelola dan diharapkan dapat memberikan hasil di kemudian

hari. Berikut penjelasan menurut ulama Syafi‟iyah Mukhabarah adalah

mengelola tanah di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari

11
Imam Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Adat, Yogyakarta: Liberti, 1981, hal 37.
12
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke-7, 2007, hal. 156
6
pengelola. Adapun muzara’ah, sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya

berasal dari pemilik lahan.13

Mukhabarah memiliki syarat yang sama dengan muzara‟ah, di mana

keduanya merupakan akad pekerjaan yang hanya boleh dilakukan setelah

tercukupinya syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara, yaitu Pertama

mukhabarah merupakan akad pekerjaan, maka akad dilaksanakan terlebih dahulu

sebelum dibuatkan perjanjian dan kesepakatan. Kedua tanaman yang dipelihara

hendaknya jelas dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak. Ketiga waktu

penggarapan atau pemeliharaan harus jelas batasnya, apakah satu tahun, satu

musim, satu kali panen, atau lebih dari itu, hal ini dimaksudkan agar tidak ada

pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur penipuan oleh satu pihak.

Keempat persentase pembagian harus jelas dan pasti, baik bagi pengelola

maupun pemilik lahan.14

Di wilayah Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

Sulawesi Selatan lebih dari 70% penduduknya merupakan petani khusunya petani

Padi. Untuk itu penerapan kerjasama bagi hasil penggarapan lahan pertanian ini

ialah sesuatu traksaksi yang sudah tumbuh di warga secara turun temurun

semenjak berpuluh tahun kemudian. Dalam penduduk panaikang pattallassang

penerapan bagi hasil pengolaan lahan pertanian ini diketahui dengan sebutan“

Tesang”. Perihal ini disebabkan tidak seluruh warga memiliki lahan yang cukup

ataupun malahan tidak memiliki lahan sama sekali buat digarap, kebalikannya

terdapat sebagian orang yang memiliki lahan yang agak luas sehingga jika digarap
13
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, hal. 206
14
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, hal. 208-209
7
sendiri jelas mereka tidak bakal mampu. Jadi dalam traksaksi ini tidak cuma

semata buat memenui kebutuhan tetapi pula silih membantu antara pemilik lahan

serta pihak pengelolah lahan/penggarap.

Tranksaksi bagi hasil pengelolaan/penggarapan lahan pertanian di

Panaikang Pattallassang berlangsung dengan bertemunya sipemilik lahan dengan

calon pengelola/penggarap guna memastikan jumlah bagian pemilik lahan setiap

kali panennya. Sesudah perihal tersebut disepakati hingga akad tersebut

dilaksanakan. Dari ilustrasi tersebut nampak jika dalam akad tidak disepakati

kapan berkahirnya perjanjian pengelolaan lahan tersebut, sebab dalam akad ini

yang disepakati cuma bagi hasil yang diberikan kepada sipemilik lahan tiap masa

panen datang dengan membayarnya menggunkan hasil panen yang di dapat. Guna

lebih jelasnya berikut penulis paparkan contoh ilutrasi tranksaksi di atas, Pertama

Pak Jamal selaku pihak pengelola hendak membagikan hasil panennya kepada pak

Rasyid sebanyak 40% dari jumlah keseluruhan yang ia miliki tiap kali panen.

Kedua Seluruh peralatan yang diperlukan dalam proses pengelolaan sampai panen

di tanggung oleh Pak Jamal selaku penggarap baik itu pupuk, pembasmi hama dll.

Dari ilustrasi di atas nampak kalau tidak terdapatnya kesepakatan kapan

berakhirnya akad lahan pertanian tersebut. Dengan kata lain pihak yang memiliki

lahan sewaktu-waktu bisa menarik kembali lahan yang di garap orang lain.Tidak

adanya kesepakatan tentang berakhirnya akad ini menimbulkan beberapa efek

yang kurang baik bagi penggarap maupun pemilik lahan. Bagi penggarap jika

sewaktu-waktu pemilik laan menarik lahannya maka otomatis si penggarap akan

8
kehilangan lahan garapannya sedangkan ia sangat bergantung pada ada atau

tidaknya lahan yang ia garap. Sebaliknya bagi pemilik lahan jika lahannya

sewaktu-waktu dikembalikan si penggarap maka lahan yang selama ini digarap

akan terancam terlantar jika pemilik tidak sanggup untuk menggarap lahannya

sendiri karena tentu ia akan menemukan calon penggarap yang baru dalam waktu

yang relative singkat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun merasa perlu

meneliti sejauh manakah “Analisis Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian

dengan Sistem Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa”.

9
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kerjasama pengelolaan lahan pertanian di Desa Panaikang

Kecamatan Pattallassang Kab Gowa?

2. Bagaimana sistem kerjasama Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang Kab Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui Kerjasama pengelolaan lahan pertanian di Desa

Panaikang Kec Pattallassang Kab Gowa

2. Untuk mengetahui sistem Kerjasama Mukhabarah di Desa Panaikang Kec

Pattallassang Kab Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara

lain:

1. Secara Teoritis

a. Dapat menambah khazanah keilmuan tentang terapan perilaku syariah

dalam pengelolaan lahan pertanian melalui kerjasama pemilik lahan

dan petani dengan sistem bagi hasil

10
b. Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

2. Secara Aplikatif

a. Diharapkan penelitian ini menjadi panduan bagi masyarakat dan

peneliti.

b. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang positif

dalam pengembangan Fakultas Agama Islam Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah selanjutnya.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Pertanian

1. Pengertian Lahan

Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh

FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo lahan mempunyai

pengertian Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi,

dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan

penggunaan lahan.15

Lahan juga diartikan sebagai Permukaan daratan dengan benda-benda

padat, cair bahkan gas.16 Definisi lain juga dikemukakan oleh arsyad yaitu Lahan

diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan

vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan

sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang

merugikan seperti yang tersalinasi.17 Selain itu lahan memiliki pengertian yang

hampir serupa dengan sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah suatu daerah

dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer,

tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan

manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat

15
Purwowidodo, Teknologi Mulsa, Jakarta Dewaruci Press,1983 hal 1
16
Rafi‟I, Ilmu Tanah, Bandung:Angkasa Bandung. 1985 hal 1
17
Arsyad, Konservasi tanah dan air, Bogor:IPB 1989 hal 1

12
tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia

pada masa sekarang dan masa yang akan datang.18

Sifat lahan menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika

digunakan untuk suatu penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan atau

mempengaruhi keadaan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara,

perkembangan akan kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara, dan sebagainya.

Prilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan.

Menurut Arsyad sifat lahan adalah Atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang

dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, jumlah curah

hujan, distribusi hujan, temperatur, darinase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya.

Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan

tersebut yang merupakan pembeda dari suatu lahan yang lainnya.19

Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,

kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan.20

a. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau

diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan

struktur tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumber daya lahan

pada umumnya disertai deskripsi karakteristik lahan.

b. Kualitas Lahan

Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk pemakaian

tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakterist lahan yang

18
Sitorus, S.R.P. . Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito Bandung. 2005 Hal 37
19
Arsyad, Konservasi tanah dan air, Bogor:IPB, 1989 hal 1
20
Jamulya, , Evaluasi Sumber daya Lahan Yogyakarta:Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.hal 2

13
mempengaruhi. Suatu ciri lahan yang bisa mempengaruhi pada sesuatu

kualitas lahan tertentu, namun tidak bisa mempengaruhi pada kualitas

lahan yang lain.

c. Pembatas Lahan

Pembatas lahan ialah aspek pembatas bila tidak ataupun nyaris tidak bisa

penuhi persyaratan guna mendapatkan produksi yang maksimal serta

pengelolaan dari sesuatu pemakaian lahan tertentu. Pembatas lahan bisa

dibedakan jadi 2 yaitu Pembatas lahan permanen, pembatas lahan yang

tidak bisa diperbaiki dengan usaha- usaha.

2. Pengertian Pertanian

Pertanian merupakan sesuatu proses produksi khas yang didasarkan atas

proses perkembangan tumbuhan serta hewan para petani pengatur serta

menggiatkan perkembangan tumbuhan serta hewan itu. Menurut Kaslan A tohir

Pertanian merupakan sesuatu usaha yang meliputi bidang-bidang seperti bercocok

tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan, perkebunan,

kehutanan, pengelolaan hasil bumi serta pemasaran hasil bumi (pertanian dalam

arti luas). Dimana zat– zat ataupun bahan–bahan anorgani dengan dorongan

tanaman serta hewan yang bertabiat reproduktif serta usaha pelestariannya.

Sebaliknya bagi Mubyarto definisi ilmu ekonomi pertanian merupakan tercantum

dalam kelompok ilmu–ilmu kemasyarakatan ialah ilmu yang menekuni sikap serta

upaya dan hubungannya antar manusia. Dalam perihal ini yang dipelajari

merupakan sikap petani dalam kehidupan pertaniannya, serta mencakup pula

14
perkara ekonomi yang lain yang langsung berhubungan dengan penciptaan,

pemasaran, serta mengkonsumsi petani ataupun kelompok petani.21

Pertanian Indonesia merupakan pertanian tropika, sebab sebagian besar

daerahnya terletak di wilayah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis

khatulistiwa yang memotong Indonesia nyaris jadi dua. Disamping pengaruh

khatulistiwa, terdapat 2 aspek alam yang lain yang turut berikan corak pertanian

Indonesia. Pertama, wujudnya selaku kepulauan, serta kedua, topografinya yang

bergunung- gunung. Dalam hubungan ini posisinya di antara 2 lautan besar, ialah

lautan Indonesia serta lautan Pasifik dan 2 daratan ialah daratan Asia serta daratan

Australia, serta turut pengaruhi iklim Indonesia, paling utama pergantian arah

angin dari wilayah tekanan tinggi ke wilayah tekanan rendah. Wujud tanah yang

bergunung-gunung memungkinkan adanya alterasi temperatur cuaca yang

berbeda- beda pada sesuatu wilayah tertentu. Pada wilayah pegunungan yang kian

besar, pengaruh cuaca tropik kian menurun serta digantikan oleh semacam cuaca

subtropik (setengah panas) serta hawa setengah dingin.

Pada realitasnya, tanaman-tanaman pertanian cuaca subtropik serta

tumbuhan cuaca lagi semacam teh, kopi, kina, sayur-mayur serta buah-buahan

jadi komoditi berarti dalam perdagangan dalam negeri ataupun internasional.

Perihal itu diakibatkan cuaca yang menunjang dan penduduk yang sebagian besar

masih bermata pencaharian di bagian pertanian.

21
Mubyarto 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Edisi Ke-tiga, LP3S.hal 39

15
B. Kerjasama Pertanian dalam Islam

1. Kerjasama

Secara harfiah, dalam islam makna kerjasama (syirkah) berarti al-

ikhtilath yaitu penggabungan atau pencampuran.22 Menurut istilah, kerjasama

(syirkah) adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan antara dua orang atau lebih

dalam hal permodalan, keterempilan, atau kepercayaan dalam usaha teretentu

dengan pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.23 Menurut

Ulama Hanafiyah, kerjasama adalah akad antara dua orang yang berserikat pada

pokok harta (modal) dan keuntungan.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah

dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan kerjasama yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama-

sama antara pemilik lahan dan petani penggarap. Pada dasarnya pemilik lahan dan

petani penggarap dalam pertanian mempunyai tujuan yang sama yakni

kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi.

2. Muzara‟ah

Secara bahasa, muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara

pihak pemilik tanah dan petani penggarap. Secara istilah, menurut Hanafiyah

Muzara‟ah adalah akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari

22
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta :Teras,2011,hal.99
23
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah :Fiqh Muamalah, Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2012, hal.218

16
bumi.24 Muzara‟ah adalah akad kerjasama tranksaksi pengolahan pertanian antara

pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian

dan bibit kepada si penggarap untuk menanami dan memelihara dengan imbalan

pembagian tertentu dari hasil panen.25

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa muzara‟ah adalah

suatu akad sewa pekerja untuk mengelolah atau menggarap tanah dengan upah

sebagian dari hasil yang keluar dari padanya. Dengan kata lain pekerja atau

pengelolah hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan atau penggarapan dan

tidak bertanggung jawab untuk mengeluarkan benih atau bibit tanaman. Dalam

hal ini yang bertanggung jawab mengeluarkan benih atau bibit tanaman adalah

pemilik modal atau pemilik tanah.

a. Dasar Hukum Muzara‟ah

Dalam Al qur‟an

             

            

 

Terjemahnya:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah


menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian

24
Hadist Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta:PT. Raja Gravindo Persada, 2013, hal.
153
25
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012,
hal. 240

17
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan .26

Ayat menegaskan bahwa penganugrahan rahmat Allah, apalagi

pemberian wahyu, semata-mata adalah wewenang Allah, bukan manusia, apakah

mereka yang musyrik, durhaka, dan bodoh itu yang dari saat ke saat dan secara

bersinambugan membagi-bagi rahmat tuhan pemelihara dan pelimpah rahmat

bagimu, wahai nabi yang agung, tidak kami telah membagi melalui penetapa

hukum-hukum kami tetap kan atara mereka serta berdasar kebijaksanaan kami

baik yang bersifat umum maupun khusus kami telah membagi-bagi sarana

kehidupan dalam kehidupan dunia karena mereka tidak dapat melakukannya

sendiri dan kami telah meningkatkan sebagian mereka dalam harta benda, ilmu,

kekuatan, dan lain-lain atas sebagian yang lain peninggian beberapa derajat agar

sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sehingga mereka

dapat tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penggunaan kata Rabbika yang ditunjukkan kepada Nabi Muhammad saw.

Kata ma’isyatahum/penghidupan mereka, terambil dari kata’aisy yaitu kehidupan

yang berkaitan dengan hewan dan manusia di dunia ini. Ba’dhuhum

ba’dhan/sebagian kamu atas sebagian yang lain mencakup semua manusia.

Misalnya, sikaya membutuhkan kekuatan fisik simiskin, dan simiskin

membutuhkan uang sikaya.27

26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan terjemah: Bandung CV Dipoogoro, 2010, Q.S
Al- Zukhruf Ayat 32 hal.491
27
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Letera hati, Jln. Kertamukti, jakarta,
2010, hal. 240-241

18
Dalam Hadist

‫ قال رسُل هللا صلى هللا علًٍ َ سلم‬:‫عه أبً ٌزٌزة رضً هللا عىً قال‬

(ً‫أرض‬ ‫)مه كاوت لً أرض فلٍشرعٍا أَ لٍمىحٍا أخاي فإن أبى فلٍمسك‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw (barangsiapa yang

memiliki tanah maka hendaklah ditanami atau diberikan faedahnya kepada

saudaranya jika ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu.” (HR. Muslim)

َ َ‫هللا َعلٍَ ًِ ََ َسلَّ َم عَا َم َل أ‬


ٍ ‫ٌل خٍَبَ َز ب َش‬
‫طز‬ َ ِ‫ض َى هللاُ عَىًُ (أَ َّن َرسُُ ُل هللا‬
ُ ‫صلَّى‬ ِ ‫ع َِه ابِه ُع َمز َُر‬

َ َ‫سَرع) أ‬
ِ َ‫خز َجًُ البُخ‬
‫اري‬ ٍ ََ‫ماٌََخ ُز ُج ِمىٍَا ِمه ثَ َم ٍز أ‬

Artinya :

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah Saw.


Melakukan bisnis atau perdagangan dengan penduduk Khaibar untuk
digarap dengan imbalan pembagian hasil berupa buah-buahan atau
tanaman” (HR. Bukhari).

b. Rukun muzara’ah dan sifat akadnya

Rukun muzara‟ ah menurut Hanafiah merupakan ijab serta qabul, ialah

berbentuk pernyataan pemilik tanah,“ Aku serahkan tanah ini kepada Kamu

buat digarap dengan imbalan setengah dari hasilnya” serta pernyataan

penggarap“ Aku terima ataupun aku sepakat”. Sebaliknya bagi jumhur ulama,

sebagai mana dalam akad- akad yang lain, rukun muzara‟ ah terdapat 3

yaitu:28

a) Aqid, ialah pemilik tanah serta penggarap

28
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat , Jakarta: Amzah, 2010 hal. 395-396

19
b) Ma‟ uqu, alaih ataupun objek akad, ialah manfaat tanah serta pekerjaan

penggarap,

c) Ijab dan qabul.

Menurut Hambali, dalam akad muzara‟ ah tidak diperlukan qabul

dengan perkataan, melainkan cukup dengan penggarapan secara langsung

atas tanah. Dengan demikian, qabul- nya dengan perbuatan (il fi‟li). Ada pula

sifat akad muzara‟ ah bagi Hanafiah, sama dengan akad syirkah yang lain,

ialah termasuk akad yang ghair lazim (tidak mengikat). Bagi Malikiyah,

apabila telah dilakukan penanaman bibit hingga akad jadi lazim (mengikat).

Akan tetapi, menurut pendapat yang mu‟ tamad (kuat) di golongan

Malikiyah, seluruh syirkah amwal hukumnya lazim dengan sudah

terbentuknya ijab serta qabul. Sebaliknya bagi Hambali, muzara‟ ah serta

musaqah ialah akad yang ghair lazim (tidak mengikat), yang dapat dibatalkan

oleh tiap- tiap pihak serta batal sebab meninggalnya salah satu pihak.29

c. Syarat- syarat Muzara‟ ah

a) Syarat yang menyangkut orang yang berakad keduanya wajib telah baligh

serta berakal.

b) Syarat yang menyangkut benih yang hendak ditanam wajib jelas, sehingga

benih yang hendak ditanam itu jelas serta bakal menghasilkan.

c) Syarat yang menyangkut tanah pertanian sebagai berikut:

1. Bagi adat di golongan para petani, tanah itu boleh digarap serta

29
Ahmad Wardi Muslich. Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010 hal. 395

20
menghasilkan. Bila tanah itu tandus serta kering sehingga tidak

membolehkan buat dijadikan tanah pertanian, sehingga akad muzara‟ ah

tidak sah.

2. Batas- batas tanah itu jelas.

3. Tanah itu diserahkan seluruhnya kepada petani buat digarap. Apabila

disyaratkan kalau pemilik tanah turut mengelolah pertanian itu hingga

akad muzara‟ ah tidak sah.

d) Syarat yang menyangkut dengan hasil panen sebagai berikut:

1. Pembagian hasil panen untuk tiap- tiap pihak wajib jelas.

2. Hasil itu betul- betul milik bersama orang yang berakad, tanpa boleh

terdapat pengkhususan.

3. Pembagian hasil penen itu didetetapkan: separuh, sepertiga, ataupun

seperempat, semenjak dari mula akad, sehingga tidak muncul

perselisihan di kemudian hari, serta penentuannya tidak boleh

bersumber pada jumlah tertentu secara mutlak, semacam satu kwintal

buat pekerja, ataupun satu karung, sebab bisa jadi segala hasil panen

jauh di bawah itu ataupun bisa pula jauh melampaui jumlah itu.

e) Syarat yang menyangkut jangka waktu pula wajib dipaparkan dalam akad

sejak semula, sebab akad muzara‟ah memiliki arti akad al- ijarah( sewa-

menyewa ataupun upah- mengupah) dengan imbalan sebagian hasil panen.

Oleh karena itu, jangka waktunya mesti jelas. Untuk penentuan jangka

waktu ini umumnya disesuaikan dengan adat setempat.30

30
AbdulRahman,FiqhMuamalat, Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup,2012 hal 116-117

21
3. Mukhabarah

Secara bahasa, mukhabarah mempunyai penafsiran“ tanah gembur”

ataupun“ lunak”. Kata mukhabarah (‫ )خات زج‬ini ialah maşdar dari fi‟il madhi

dari‫ ات زخ‬serta fi‟il mudhari‟ dari‫خات ز‬. Sebaliknya menurut istilah, mukhabarah

mempunyai makna mengerjakan tanah milik orang lain, baik itu semacam sawah

ataupun ladang dengan adanya pembagian hasil di antara para pihak (boleh

seperdua, sepertiga ataupun seperempat). Sebaliknya biaya pengerjaan serta

benihnya ditanggung orang yang mengerjakan (pengelola). Selain itu,

mukhabarah didefinisikan oleh para ulama antara lain:

1. Menurut Hanafiyah mukhabarah adalah akad untuk bercocok tanam

dengan sebagaima apa-apa yang keluar dari bumi.

2. Menurut Malikiyah mukhabarah adalah menggarap tanah dari apa yang

dikeluarkan dari tanah tersebut.

3. Menurut Syaikh Ibrahim al-Bajuri berpendapat bahwa mukharabah adalah

sesungguhnya hanya menyerahkan tanah kepada pekerja dan modal dari

pengelola.

Mukhabarah merupakan sesuatu akad kerjasama dalam bidang pertanian

ataupun perkebunan antara pemilik lahan serta penggarap, di mana pemilik lahan

bakal menyerahkan sebidang tanah kepada penggarap yang bersedia untuk

menyediakan bibit serta mengelola lahan, yang hasilnya bakal dibagi sesuai

dengan kesepakatan. Menurut muammad Syafi‟I Antonio, mukhabarah adalah

kerjasama dalam pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan petani, dimana

pemilik lahan menyerahkan pengelolaan lahan pertaniannya kepada si petani

22
untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari

hasil panen.31

Dari beberapa uraian mengenai arti mukhabrah di atas, bisa kita lihat

terdapat banyak pemaknaan terhadap mukhabarah, tetapi pada dasarnya mengarah

ke satu arah yang sama. Bersumber pada perihal tersebut, bisa diambil kesimpulan

jika yang diartikan dengan mukhabarah merupakan sesuatu aktivitas kerja sama

antara pemilik lahan serta pengelola dalam menggarap sesuatu lahan baik itu

pertenian ataupun perkebunan supaya jadi produktif/ menghasilkan. Mukhabarah

adalah bentuk aktualisasi nyata dari ibadah sosial yang dilakukan oleh segelinitir

masyarakat dalam hal ini pemilik tanah dan petani, karena ada proses saling

tolong menolong antara kedua belah pihak ada yang bertindak untuk mengerjakan

tanah orang lain seperti sawah atau ladang dengan mendapatkan imbalan sebagian

hasilnya sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik lahan.

a. Landasan Hukum

Mukhabarah adalah bentuk kerjasama antara pemilik tanah pertanian dan

petani, dengan demikian merupakan salah satu bentuk tolong menolong. Adapuan

ayat Al-qur‟an yang membahas mengenai hal ini adalah firman allah yang

terdapat dalam QS.Al-maidah ayat 2 yang berbunyi:

              

             

31
Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdulllah, Fiqih Muamalah Bogor: halia Indonesia,2013
hal 213.

23
           

               

 

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang hadyu, dan binatang-binatang qala‟id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.32

Selain Al-Qur‟an, dalam hadis Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

ُ ‫ال َع ْمز ٌََ فَقُ ْل‬


ُْ َ‫ت لًَُ ٌَا أَبَا َع ْب ُد الزَّحْ َم ِه ل‬ َ ‫ص أَوًَُّ َك‬
َ َ‫ ق‬,ُ‫ان ٌَ ْخبِز‬ ِ َُ ‫َع ْه طَا‬
‫ت ٌَ ِذ ِي ال ُم َخابَ َزةَ فَا ِءوٍَُّ ْم ٌَ ْش ُع ُم ُْ َن أَ َّن الىَّبِ ًُ صل هللا علًٍ َسلم‬ َ ‫تَ َز ْك‬
‫ أَ ْخبِزْ وِى أَ ْعلَ ُمٍُ ْم بِ َذالِ َك ٌَ ْعىِى أِب َْه‬: َ‫ال اَيْ َع ْم ٌز‬
َ َ‫وٍََى َعهِّ ال ُم َخابَ َز ِة فَق‬
َ َ‫ص أَّ َّن الىَّبِ ِى صل هللا علًٍ َسلم لَ ْم ٌَ ْىًَ َع ْىٍَا إِوَّ َما ق‬
‫ال ٌَ ْمىَ ُح أَ َح ُد ُك ْم‬ ٍ ‫َعبَّا‬
)‫أَ َخايُ َخ ٍْ ٌز لًَُ ِم ْه أَ ْن ٌَأْ ُخ َذ َعلَ ٍٍَْا َخ َزجًا َم ْعلُ ُْ ًما (رَاي مسلم‬
Artinya ;

Dari Thawus r.a bahwa ia suka bermukhabarah. Amru berkata : lalu aku
katakan kepadanya : Ya Abu Abdurahman, kalau engkau tinggalkan
mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa Nabi saw telah

32
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, QS.Al-maidah
ayat 2 hal. 106

24
melarang Mukhabarah. Lantas thwaus berkata : Hai Amr. Telah
menceritakan kepadaku orang yang sungguh – sungguh mengetahui akan
hal itu, yaitu ibnu abbas bahwa Nabi SAW tidak melarang Mukhabarah
itu, hanya beliau berkata : seseorang memberi manfaat kepada
saudaranya lebih baik daripada ia mengambil manfaat dari saudaranya itu
dengan upah tertentu”. (HR.Muslim)33

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan hukum mukhabarah yaitu

mubah atau boleh. Dan seseorang dapat melakukannya untuk memberikan

manfaatnya kepada masyarakat dan sepanjang tidak ada niatan dalam mencari

keuntungan untuk dirinya sendiri dan upaya dari memperkejakan orang lain tanpa

di beri upah sedikitpun dari hasil kerjanya.

b. Rukun Mukhabarah

Kerjasama dalam wujud mukhabarah merupakan bentuk kehendak serta

kemauan 2 belah pihak, oleh sebab itu wajib terdapat di dalam sesuatu akad

ataupun perjanjian, baik secara foral dengan perkataan ijab qabul, ataupun dengan

metode lain yang menunjukkan kalau keduanya sudah melaksanakan kerjasama.

Dalam melakukan kerjasama mukhabarah dimulai dengan suatu perjanjian

sehingga wajib penuhi rukun. Ada pula secara rinci, ulama Hanafiah

mengklasifikasikan rukun mukhabarah menjafi 4, antara lain:34

1) Tanah

2) Perbuatan pekerja

3) Modal

33
Misbahul Munir, Ajaran-Ajaran Ekonomi RasulullahKajian Hadits Nabi dalam
Perspektif Ekonomi, Malang: UIN-Malang Press, Cet. I, 2007, hal. 40
34
Suhendi,.fiqih Muamalah. Jakarta:Rajawali Pers,2014 hal 159.

25
4) Alat- alat buat menanam.

Adapun rukun mukhabarah yang dikemukakan oleh jumhur ulama, yaitu :35

1) Pemilik lahan

2) Petani

3) Objek mukhabarah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja petani

4) Ijab (ungkapan penyerahan mencari lahan untuk diolah dari petani).

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ulama di atas, dapat disimpulkan

bahwa yang menjadi rukun dari mukhabarah yaitu adanya pemilik lahan, petani

penggarap atau pengelola, objek mukhabarah (lahan/tanah yang hendak dikelola),

adanya manfaat/hasil kerja pengelola dan adanya akad (ijab dan kabul).

c. Syarat-Syarat Mukhabarah

Melihat rukun- rukun diatas, sehingga tidak akan lepas dari syarat- syarat

yang didetetapkan mengenai rukun- rukunnya. Ada pula syarat- syarat penerapan

mukhabarah ialah sebagai berikut:36

1) Syarat yang bertalian dengan„ aqaidain( orang yang berakad) antara

pemilik tanah serta penggarap ialah wajib berakal.

2) Syarat yang berkaitan dengan tumbuhan, ialah diisyaratkan terdapatnya

penentuan ragam apa saja yang hendak ditanam.

3) Perihal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman, ialah

berbentuk bagian tiap- tiap mesti disebutkan jumlahnya( prosentasenya

pada saat akad), hasil ialah milik bersama, bagian kedua belah pihak telah

dapat diketahui, serta tidak diisyaratkan untuk keduanya penambahan yang


35
Suhendi,.fiqih Muamalah. Jakarta:Rajawali Pers,2014 hal 159.
36
Suhendi,.fiqih Muamalah. Jakarta:Rajawali Pers,2014 hal 159.

26
maklum.

4) Perihal yang berhubungan dengan tanah yang hendak ditanami ialah tanah

tersebut bisa ditanami serta tanah tersebut bisa diketahui batas- batasnya.

5) Perihal yang berkaitan dengan waktu, syarat- syarat ialah waktunya sudah

didetetapkan, waktu itu memungkinkan buat menanam tumbuhan yang

dimaksud, semacam menanam padi waktunya kurang lebih 4 bulan(

bergantung teknologi yang dipakainya, termasuk kebiasaan setempat dan

waktu tersebut membolehkan kedua belah pihak hidup menurut kebiasaan.

C. Bagi Hasil

1. Pengertian Bagi Hasil

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan bagi

hasil adalah perjanjian pengelolaan tanah, dengan upaya sebagai dari hasil yang

diperoleh dari pengelohan tanah itu. Sedangkan menurut undang-undang Nomor 2

tahun tahun 1960 dalam pasal 1 mengemukakan bahwa perjanjian bagi hasil

adalah perjanjian dengan nama apapun itu juga yang diadakan antara pemilik

lahan yang dalam undang-undang ini disebut “penggarap” berdasarkan perjanjian

mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan

usaha pertanian diatas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua

belah pihak”.37

Sebaliknya yang dimaksud dengan hasil sesuai dengan ketentuan pasal 1

Undang- undang tersebut adalah hasil usaha pertanian yang diselenggarakan oleh

penggarap dalam perjanjian bagi hasil setelah dikurangi biaya untuk bibit, pupuk,

37
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islamJakarta
sinar Grafika, 2004, hal 61.

27
ternak dan biaya guna menanam serta panen. Pembagian hasil ini kepada pihak

penggarap menurut kebiasan yang tumbuh ditengah masyarakat bermacam-

macam, terdapat yang separuh, sepertiga ataupun lebih rendah dari pada itu

apalagi cenderung sangat merugikan pihak penggarap senantiasa punya

ketergantungan kepada pemilik tanah. Perihal ini khususnya di Indonesia telah

terdapat syarat khusus tentang pembagian dari perjanjian untuk hasil ini.38

a. Landasan Hukum

Pembolehan bagi hasil dalam ketentuan hukum islam didasarkan pada

perbuatan nabi Muhammad SAW dan juga pernah di praktikkan oleh para sahabat

beliau. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa Rasulullah

SAW mempekerjaan penduduk khaibar dengan upah sebagian dari bebijian dan

buah-buahan yang dapat ditumbuhkan oleh tanah khaibar.39

Muhammad Al Baqir bin Ali bin Al Husain r.a berkata bahwa tidak ada

seorang muhajirin yang ada di madinah kecuali mereka menjadi petani dan

mendapatkan sepertiga atau seperempat. Ali r.a, Said bin Malik, Abdullah bin

Mas‟ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasyim Urwah, keluarga abu bakar, keluarga Ali,

keluarga Umar Ibnu sirin semua terjun kedunia pertanian (Riwayat Al-Bukhari).40

Adapaun dalam Al Qur‟an di jelaskan tentang bagi hasil pada Q.S An nisa/4:29

yaitu:

38
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam (Jakarta
sinar Grafika, 2004), h 61.
39
Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad Bin Yazid Al-Qazuiny, Ibnu Majah, Siman Ibnu
Majah, Juz II, Dar al-Fikr Li al-Thaba‟ah wa al- Nasyr wa al-Tauzi‟y, t. Th., hal, 824
40
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 62.

28
          

              

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.41

Dari sebagian penjelasan diatas bisa disimpulkan jika perjanjian bagi

hasil tidak berlawanan dengan hukum islam, apalagi Nabi Muhammad SAW serta

para sahabat pernah melakukan perjanjian bagi hasil. Apalagi perjanjian bagi hasil

ini dipandang lebih baik daripada sewa menyewa tanah pertanian, karena sewa

menyewa tanah pertanian ini lebih bersifat untung- untungan dari pada perjanjian

bagi hasil sebab hasil yang diperoleh dari tanah pertanian yang di sewa tersebut

belom di tahu jumlahnya, sebaliknya jumlah pembayarannya telah ditetapkan

terlebih dulu. Berbeda halnya dengan perjanjian bagi hasil, penentuan bagian

masing buat pemilik lahan serta penggarap didetetapkan sesudah hasil produksi

pertanian diketahui jumlahnya, sebaliknya jumlah pembayarannya telah di

terapkan terlebih dulu. Berbeda halnya dengan perjanjian untuk hasil, penentuan

bagian tiap-tiap (buat pemilik lahan serta petani) didetetapkan sehabis hasil

produksi pertanian diketahui besar/ jumlahnya.42

b. Pembagian Hasil Produksi

Menyangkut pembagian hasil tanah dari perjanjian bagi hasil ini dalam

syarat hukum islam tidak ada ditemukan petunjuk yang jelas dan tidak
41
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Q.S An nisa
Ayat 4:29 hal. 83
42
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 62.

29
terdapatnya syarat macam mana metode serta berapa besar jumlah pembagian

bagian tiap-tiap pihak antara pihak pemilik tanah serta pihak penggarap. Sayid

Sabit berkata kalau pembagian hasil buat mengelolah ataupun menanami tanah

dari yang dihasilkan semacam separuh, ataupun sepertiga, ataupun lebih dari itu

ataupun pula lebih rendah cocok dengan konvensi kedua belah pihak petani serta

Pemilik tanah.43

Untuk mengatasi hal ini, khususnya di Indonesia, dalam rangka

terdapatnya perimbangan yang sebaik-baiknya antara kepentingan masing-masing

pihak pemilik tanah dan petani telah dikeluarkan keputusan bersama menteri

dalam negeri dan menteri pertanian nomor 211/1980 an 714/kpts/um/9/1980 yang

menjelaskan perimbangan hak antara pemilik tanah dan penggarap yang mana

besarnya imbalan bagian hasil tanah yang menjadi hak petani dan pemilik lahan.44

43
Sayid sabit, Fiqh Sunnah XI, Bandung, AL-Ma‟arif 1987, hal 18
44
Chairuman Pasaribu dan Surawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam islam Jakarta
sinar Grafika, 2004, hal 64.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif,

yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok.45 Penelitian metode kualitatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai

kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-

orang yang diteliti. Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang

menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti

atau dari orang-orang yang berkompeten dibidangnya.46

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu penulis

yang menjadi instrumen inti dalam penelitian ini. Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia kata deskriptif berarti menggambarkan apa adanya. 47 Jadi yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif adalah sebuah pendekatan

terhadap sesuatu perilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu

45
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, hal. 60.
46
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2005, hal. 166.
47
Sonny leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: Dari Metodologi ke Metode
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2015 hal. 181.

31
yang menjadi objek penyelidikan yang hasil temuannya berupa uraian-uraian

kalimat yang menjelaskan pemahaman tertentu.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Panaikang Kecamatan Pattallasssang

Kabupaten Gowa dan yang menjadi objek penelitian adalah petani di Desa

Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa karena aktivitas mata

pencaharian penduduk masyarakat di kampung tersebut adalah petani.

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi Fokus Penelitian adalah:

a. Kerjasama Pengelolaan lahan Pertanian

b. Sistem Mukhabarah

2. Deskripsi Fokus Penelitian

a. Kerjasama pengelolaan lahan pertanian yang dimaksud adalah suatu

usaha bersama antara invidu dengan individu lainnya dalam hal ini

antara pemilik lahan dan petani yang melakukan kegiatan secara

bersama-sama untuk mencapai tujuan sama yakni kesejahteraan dalam

kehidupan ekonomi.

b. Mukhabarah adalah akad kerjasama dalam bidang pertanian yang

dilakukan antara pemilik lahan dan petani. Dimana, Pihak pertama

dalam hal ini Pemilik lahan menyediakan lahannya, kemudian pihak

kedua (Petani) Menyiapkan bibit dan mengelola lahan. Selain itu,

akad yang dilakukan oleh pihak pertama dan pihak kedua yaitu

32
menentukan hasil pembagian yang akan diperoleh setelah melakukan

hasil panen.

D. Sumber Data

Sumber Data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting.

Karena sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Oleh

karenanya, sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan

metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari: sumber data primer dan

sumber data sekunder.48

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung

dengan menggunakan instrument-instrumen yang telah ditetapkan. Data

primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti. Pengumpulan data primer merupakan bagian internal dari proses

penelitian dan yang seringkali diperlukan untuk tujuan pengambilan

keputusan. data primer dianggap lebih akurat, karena data ini disajikan

secara terperinci.49

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai

bentuk. Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau

data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam

48
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis, Yogyakarta:Graha Ilmu,
2010, hal. 79
49
Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis, Yogyakarta:Graha Ilmu,
2010, hal. 79

33
statistic biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa data,

perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan penggunaan

data.50

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentar) yang dipublikasikan

dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder didapat

dari lembaga maupun perusahaan atau pihak-pihak yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti berkaitan

dengan data sekunder, terutama berkaitan dengan keakurasian data.

Langkah yang perlu ditempuh peneliti adalah:

a. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah atau

pertanyaan (kesesuaian dengan pertanyaan penelitian).

b. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode

waktu yang diinginkan dalam penelitian.

c. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang

menjadi perhatian peneliti.

d. Relevansi dan konsistensi unit pengukur yang digunakan

e. Biaya yang dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder

f. Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder

g. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap pengumpulan

data.

50
Moehar Daniel, Metode Penelitian sosial ekonomi, Jakarta:Bumi Aksara, 2002. Hal 113

34
E. Instrumen Penelitian

a. Pedoman Observasi

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk

mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan

menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau

perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat

berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman

suara.

Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa

digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja

sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar

jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.

Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system,

yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang

diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori

variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau

diabaikan saja.51

Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga

instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati

aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada

responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman

51
Anonim.. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003, hal. 122

35
gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data,

dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai

kebutuhan.

b. Pedoman Wawancara

Menurut Robert Kahn dan Channel berpendapat bahwa wawancara

dilaksanakan dengan pola interaksi secara lisan untuk mendapatkan tujuan

tertentu yang diinginkan peneliti dan hanya membahas pada konten spesifik

dengan cara menghilangkan bagian-bagian yang tak ada kaitannya dengan

penelitian. Pedoman wawancara adalah panduan yang digunakan untuk

mengarahkan arah pembicaraan ke topik penelitian dan rumusan masalah

yang peneliti harapkan.52

Penelitian ini menggunakan wawancara standar dan terbuka dengan

pertanyaan yang diberikan kepada partisipan yang dimana partisipan bebas

menjawab, tidak hanya sekedar “ya” atau “tidak” atau memberikan peringkat

numerik dll. tetapi peneliti memfasilitasi partisipan supaya menjawab dengan

cepat dan lebih mudah untuk dianalisis atau dibandingkan.

c. Catatan Dokumentasi

Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman

dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari

datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan

datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas

gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan

52
Moehar Daniel, Metode Penelitian sosial ekonomi, Jakarta:Bumi Aksara, 2002. Hal 113

36
tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti

memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.53

Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan

menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam

penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan

peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan suatu proses

pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan

langkah yang amat penting dalam metode ilmiah. Pada umumnya, data yang

dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.54 Adapun teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Observasi

Observasi merupakan sesuatu metode riset yang digunakan oleh penulis

dengan jalan turun langsung ke lapangan mengamati objek secara langsung guna

memperoleh informasi yang lebih jelas. Observasi dimaksudkan guna

mengumpulkan informasi dengan memandang langsung ke lapangan terhadap

objek yang diteliti.

53
Mantra, I.B.. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2004. Hal 201
54
Moehar Daniel, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi Jakarta: Bumi Aksara, 2002
hal.113.

37
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi langsung dan

observasi partisipan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti ikut secara

langsung mengambil peran dalam kegiatan yang dilakukan oleh sumber data

penelitian, sehingga dengan menggunakan teknik tersebut, peneliti dapat ikut

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sumber data atau informan,

sehingga data yang peneliti dapatkan selama observasi lebih akurat dan lengkap.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang penulis pakai guna mendapatkan data

dari responden.55 Metode wawancara ini digunakan guna mendapatkan informasi

tentang perkara secara terbuka, pihak informan dimohon pendapat serta ide-

idenya, sebaliknya peneliti mencermati secara cermat serta mencatat apa yang

dikemukakan oleh informasi.56 Wujud pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini merupakan wujud pertanyaan yang berstruktur dengan memakai

pedoman wawancara. Informan yang diwawancarai ialah petani penggarap dan

pemilik lahan yang ada di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten

Gowa. Pertanyaan wawancara kepada informan meliputi bagaimana menurut anda

mengenai kerjasama pengelolaan lahan selama ini yang anda lakukan, bagaimana

cara pembagian hasil kerjasama usaha tani padi, siapa yang membiayai usaha tai

padi, bagaimana sistem mukhabarah yang anda lakukan dan masih banyak lagi

pertanyaan lainnya yang diajukan oleh peneliti kepada informan.

55
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 95.
56
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 320.

38
3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan bukti dan keterangan seperti rekaman,

kutipan materi dan berbagai bahan reperensi lain yang berada di lokasi penelitian

dan dibutuhkan untuk memperoleh data yang valid. Pada teknik dokumentasi ini,

peneliti mengumpulkan data dalam bentuk catatan-catatan penting, karya tulis dan

buku-buku yang sesuai dengan pembahasan masalah usaha tani padi yang dibahas

dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya yang dlakukan peneliti setelah data terkumpul adalah

analisis data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam

penelitian karena dalam analisis ini akan diperoleh temuan, baik substantif

maupun formal. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut:

1. Reduksi data

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang

asing, tidak dikenal dan belum memliki pola maka hal itulah yang dijadikan

perhatian kerena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang

tersembunyi dibalik pola dan data yang tampak. 57

2. Penyajian data

Data yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun dan member

57
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 209

39
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data digunakan untuk meningkatkan pemahaman khusus dan sebagai acuan

mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.58

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam perihal ini penulis hendak menarik kesimpulan serta

memverifikasinya. Langkah terakhir dalam menganalisis informasi kualitatif

merupakan penarikan kesimpulan serta verifikasi, setiap kesimpulan awal masih

merupakan kesimpulan sedangkan yang hendak berganti apabila diperoleh

informasi baru dalam pengumpulan informasi selanjutnya. Kesimpulan

kesimpulan yang diperoleh selama di lapangan diverifikasi selama riset

berlangsung dengan metode memikirkan kembali serta meninjau ulang catatan

lapangan sehingga tercipta penegasan kesimpulan.

58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 hal. 210

40
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Panaikang

1. Kondisi Geografis

Desa Panaikang merupakan salah satu dari 8 desa yang terdapat di

kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa. Berjarak kurang lebih 4 Kilometer dari

pusat pemerintahan kecamatan Patallassang. Desa Panaikang dibagi jadi 5 dusun

ialah dusun Tanakarang, Saile, Biring Romang, Balangpunia dan Jene‟tallasa.

Desa panaikang terletak diperbatasan antara kecamatan Parangloe dan kecamatan

Patallassang. Adapun batas wilayah desa panaikang adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : desa Pacellekang dan desa Belabori

Sebelah selatan : desa Pallantikang dan desa Patallassang

Sebalah barat : desa Pacellekang

Sebelah timur : desa Belabori dan desa belapunranga

Luas daerah desa Panaikang sebesar 3. 500 Ha. Bersumber pada tata guna lahan

terdiri atas:

Tanah Sawah : 700 Ha

Tanah Kering : 1.900 Ha

Tanah Perkebunan : 900 Ha

Bersumber pada tingkatan kelandaiannya daerah desa Panaikang

termasuk daerah yang datar. Curah hujan 2000 milimeter dengan jumlah bulan 6

tiap tahunnya, kelembapan 18 dan temperatur rata- rata 25 derajat Celcius. Serta

41
pula mempunyai hawa tropis dengan musim hujan serta musim panas silih

beranganti tiap tahunnya.59

Bagan 1:Peta Administrasi Desa Panaikang

2. Kondisi Demografis

Berdasarkan data demografis Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa terdiri dari 5 dusun dengan jumlah penduduk 2.862 yang

terdiri dari 1.418 laki-laki dan 1.444 perempuan dengan jumlah kepala keluarga

694 KK dengan kepadatan penduduk 1.4 per km. Adapun rincian sebagai

berikut:

59
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 3-4

42
Adapun Jumlah Penduduk Desa Panaikang berdasarkan Usia dan jenis

Kelamin yaitu.60

Tabel 1: Rekapitulasi Jumlah Penduduk berdasarkan usia

Usia Laki-laki Perempuan

0-12 bulan 22 orang 27 orang

1-10 tahun 294 orang 272 orang

11-20 tahun 263 orang 265 orang

21-30 tahun 232 orang 242 orang

31-40 tahun 221 orang 216 orang

41-50 tahun 204 orang 192 orang

51-60 tahun 114 orang 119 orang

61-70 tahun 52 orang 62 orang

71 tahun ke atas 18 orang 35 orang

Jumlah total 1.418 1.444

2.826 Orang

3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang

Berdasarkan dengan kondisi wilayah yang ada di desa panaikang yang

memiliki potensi lahan pertanian yang memadai, masyarakat mayoritas

berprofesi sebagai petani. Berdasarkan daftar isian tingkat perkembangan Desa

dan kelurahan Desa Panaikang, penduduk yang merupakan petani sebanyak 827

60
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 18

43
jiwa, sedangkan tukang batu sebanyak 250 jiwa, profesi lainnya seperti tukang

kayu sebanyak 150 jiwa, montir sebanyak 8 jiwa, tukang kue sebanyak 56 dan

pengrajin industri rumah tangga lainnya sebanyak 15 jiwa.61

Mata pencarian utama penduduk desa Panaikang selaku buruh tani

pastinya belum bisa menopang kehidupan ekonomi penduduk dan peningkatan

kesejahteraan. Sehingga bisa disimpulkan penduduk Desa Panaikang rata- rata

sosial ekonominya menengah ke bawah. Adapun jumlah komoditas produksi

pertanian dan perkebunan yaitu, padi dengan luas 700 ha menghasilkan

28.000.000 ton/ha, jagung kuning dengan luas 50 ha menghasilkan 150.000

ton/ha dan ubi atau singkong dengan luas 400 ha mampu menghasilkan

10.000.000 ton/ha.62

4. Kondisi Agama, Pendidikan dan Kesehatan

a. Aspek Keagamaan

Dalam hal keagamaan, 100% penduduk Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa adalah pemeluk agama islam. Tercatat

dalam Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020

tidak ada penganut agama lain kecuali islam. Oleh karena itu, di Desa

Panaikang terdapat sarana prasarana peribadatan yang berjumlah 9

Mesjid tersebar kesuluruh wilayah dusun.

b. Aspek Pendidikan dan Kesehatan

Dilihat dari kondisi pendidikan, masyarakat desa Panaikang

Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa tergolong cukup maju

61
Daftar Isian tingkat perkembangan Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 6
62
Daftar Isian tingkat perkembangan Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal. 6

44
dalam bidang pendidikan. Pola pikir masyarakat desa Panaikang sudah

tidak primitif lagi, mereka cukup sadar mengenai pentingnya

pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang, baik bagi

mereka sendiri ataupun bagi putra-putri mereka.

Hal ini terbukti dengan banyaknya pemuda-pemudi di desa

panaikang yang telah menyelesaikan pendidikan menengah

atas/kejuruan (SMA/SMK) dan melanjutkan pendidikannya ke

Perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan

tinggi swasta yang ada di Gowa dan Makassar. Selain itu, majunya

pendidikan di Desa Panaikang terbukti dengan tersedianya sekolah-

sekolah dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD)

sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) sederajat.63

Tidak hanya itu guna mewujudkan pembangunan, pemerintah

wajib memperhatikan layanan kesehatan di samping pembelajaran. Di

desa Panaikang terdapat sarana yang terletak di daerah desa yang

memiliki 1 Unit Puskesmas pembantu dan memiliki 5 posyandu yang

aktif setiap pekannya dalam melayani masyarakat khususnya anak

balita yang dianggap perlu perhatian khusus demi kelangsungan

pertumbuhannya. Di samping itu, dengan jarak yang tidak begitu jauh

dari Pusat Kesehatan Warga (Puskesmas) yang terdapat di Kecamatan

63
Daftar Isian Potensi Desa/Kelurahan Desa Panaikang tahun 2020. Hal.20

45
Pattallassang yang berjarak 1 Kilometer dari Desa Panaikang sehingga

kebutuhan warga akan fasilitas kesehatan masih terjangkau.

Tabel 2. Daftar Instansi Pendidikan Di Desa Panaikang

No Tingkat Jumlah Nama Sekolah

1. PAUD/TK 3  Paud Nurul Quba

 TK Buah Hati

 TK Hamnur

2. SD/MI 1 SDN Panaikang

3. SMP/MTS 1 SMPN 1 Pattallassang

4. SMK 1 SMKN 5 Gowa

5. Struktur Pemerintahan Desa Panaikang

Struktur organisasi pemerintahan desa sesuai dengan peraturan

menteri dalam Negara Nomor. 84 Tahun 2015 tentang susunan

organisasi serta tata kerja pemerintahan desa, merupakan sebagai

berikut.

Bagan 2: Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Panaikang

46
B. Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa

Dalam upaya penuhi kebutuhan tiap hari, manusia tidak bakal terlepas dari

hubungan sesama manusia. Tanpa hubungan dengan orang lain, tidak mungkin

berbagai macam kebutuhan hidup bisa terpenuhi. Kegiatan berusaha serta

bekerja sangat dipengaruhi oleh keadaan wilayah tempat tinggal, realitasnya

bahwa penduduk Indonesia banyak tinggal di wilayah pedesaan serta

menggantungkan hidupnya disektor pertanian. Seperti warga di Desa Panaikang

Kecamatan Pattallassang, warga menanam padi baik dilahannya sendiri

mauapun lahan garapan.

Prinsip utama dari kerjasama bagi hasil dalam pengelolaan lahan pertanian

merupakan saling memerlukan serta saling menguntungkan. Kontribusi tiap-tiap

pihak bisa berbentuk modal ataupun benda, tenaga serta keahlian. Dengan begitu

kebutuhan hidup kedua belah pihak yang ikut serta didalam kerjasama

pengelolaan lahan ini bisa terpenuhi dengan baik.

Apa yang ada dalam skripsi ini menggambarkan upaya manusia dalam

interaksi sosial dalam melaksanakan kerjasama bagi hasil pengelolaan lahan

pertanian di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang. Bersumber pada

penelitian yang dilakukan pada warga Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang,

dalam penuhi kebutuhan hidup yang rata-rata bermata pencaharian selaku petani

tidak seluruh orang mempunyai lahan persawahan guna bercocok tanam,

sehingga warga setempat melaksanakan bagi hasil Pemilik Lahan dan Petani

47
supaya dapat terpenuhi hidupnya.64

Kerjasama Pengelolaan Lahan yang ada di Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang melaksanakan pengelolaan lahan khususnya persawahan ataupun

bagi hasil pengelolaan lahan persawahan yang dilakukan dengan sistem bagi

hasil. Pengelolaan lahan dilakukan antar petani serta pemilik lahan dimulai

dengan pembuatan akad, di mana kedua belah pihak atau lebih sudah lebih

dahulu melaksanakan pertemuan guna mangulas mengenai kegiatan kerjasama

yang hendak mereka jalani dalam masayarakat desa panaikang cuma

melaksanakan akad dalam wujud lisan. Seperti yang diungkapkan oleh Salellah

Mangka salah seorang tokoh masyrakat sekaligus staf pemerintahan di desa

Panaikang yang mengatakan.

“dalam melakukan kerjasama warga memilih mengenakan akad secara


lisan karena sudah dilandasi dengan terdapatnya rasa saling yakin di
antara para pihak yang bersangkutan. Kemudian alasan lain mengapa
masyarakat menggunakan akad lisan adalah karena pihak pengelola
biasanya masih berasal dari kalangan kerabat, sehingga pembuatan
akad tertulis dianggap tidak terlalu perlu, karena bermodalkan saling
percaya satu sama lain.65

Dalam melaksanakan kerjasama, pemilik lahan memiliki beberapa

ketentuan yang wajib dimiliki oleh penggarap yang hendak mengelola lahan milik

orang lain, sebagai bahan untuk mengantisipasi atau bahan pertimbangan dalam

melakukan sebuah kerjasama. Menurut salah satu pemilik lahan menyampaikan

bahwa :

“sebelum saya memberikan lahan saya untuk di garap oleh orang lain
terlebih dahulu saya memastikan bahwa petani yang menggarap
lahannya itu memiliki sifat yang jujur, rajin dan tentunya berakal agar

64
Salellah Mangka. Wawancara, Tanggal 04 Mei 2021, desa Panaikang
65
Salellah Mangka. Wawancara, Tanggal 04 Mei 2021,desa Panaikang

48
lahan saya bisa digunakan secara maksimal dan tentunya bisa di olah
dengan benar dan baik”66

Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Amir pada saat di

lakukan wawancara sebelum memutuskan untuk lahannya di garap oleh orang

lain menyampaikan bahwa:

“ketika ada seseorang/petani penggarap yang datang kerumah saya


untuk menawarkan dirinya untuk menggarap lahan sawah saya, maka
saya tidak semata-mata langsung memtuskan kerjasama tersebut, selain
dari pada sikap jujur, rajin dll. Saya rasa perlu mengetahui cara petani
penggarap dalam bertani menanyakan lahan sawah yang pernah digarap
sebelum menggarap lahan sawah saya”67

Dari uraian penjelasan yang disampaikan diatas oleh beberapa

narasumber yang diwawancara dalam melakukan kerjasama pengelolaan lahan

di desa panaikang itu terjadi karena rata-rata masyaraat setempat bermata

pencaharian selaku petani. Tetapi, tidak seluruh masyarakat mempunyai lahan

sendiri untuk digarap sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat

bergantung kepada orang lain untuk melaksanakan kerjasama dalam pengelolaan

lahan pertanian. Dalam melakukan kerjasama antara pemilik lahan dan petani

hanya menggunakan akad secara lisan saja tampa adanya perjanjian yang

tertuliskan karena dianggap lebih mudah tidak memakan waktu yang terlalu

lama. Pemilik lahan tidak semata-mata langsung memutusukan kerjasama

dengan seseorang, ada beberapa pertimbangan yang dirasa perlu dipenuhi oleh

petani penggarap agar kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan apa yang

diinginkan sesuai dengan harapan bersama.

66
Muhammad Ilyaz. Wawancara, Tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang
67
Muhammad Amir. Wawancara, Tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang

49
C. Sistem Kerjasama Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa

a. Kerjasama

Desa Panaikang merupakan suatu desa yang sebagian besar wilayahnya

terdiri dari lahan pertanian. Perihal tersebut menimbulkan kebanyakan

penduduknya berprofesi selaku petani. Bidang pertanian sendiri ialah salah satu

sumber pencaharian yang utama buat penuhi kebutuhan sehari hari. Apalagi

dalam bertani padi karena merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat selain

bisa diolah sebagaimana makanan pokok untuk tubuh manusia, padi juga bisa

dijual guna penuhi kebutuhan pokok yang lainnya.

Di Desa Panaikang kerjasama bidang pertanian telah dilakukan semenjak

dulu. Perihal ini disebebkan sebab terdapatnya kesenjangan hidup yang

dirasakan oleh warga Desa Panaikang dimana ada sebagian orang yang memiliki

tanah yang sangat banyak sehingga tidak sanggup untuk menggarap seluruh

tanahnya sendiri. Disisi lain ada warga yang cuma memiliki sedikit lahan

malahan terdapat yang sama sekali tidak memiliki lahan sehingga tidak cukup

guna penuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang melatar belakangi masyarakat

mengadakan kerjasama antara pemilik lahan dan petani penggarap sebagai cara

untuk menghasilkan dan bisa saling tolong menolong dalam hal kebaikan.

b. Akad Perjanjian Mukhabarah di Desa Panaikang

Sebelum terjadinya akad kerja sama antara pemilik lahan dan petani di

Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang terlebih dahulu terjadi pertemuan

antara pemilik tanah dan petani penggarap di desa Panaikang baik secara

50
langsung maupun pertemuan tidak langsung. Dalam melakakuan Akad

mukhabarah masyarakat Desa Panaikang menggunakan tranksaksi secara lisan

tanpa ada tulisan hitam diatas putih, Perihal ini dilakukan sebab adanya rasa silih

percaya antar pihak, apalagi perjanjian ini tidak butuh memperkenalkan saksi.

Tidak hanya itu, perjanjian tertulis dinilai sangat ribet buat diterapkan dalam

kerjasama bagi hasil pertanian, sedang rasa saling yakin dinilai cukup. Rata-rata

pemilik lahan yang memang sudah tidak mampu lagi Mengelola lahannya,

secara langsung meminta orang lain buat menggarap sawahnya dengan metode

bagi hasil (Tesang). Tidak hanya itu terdapat pula penggarap yang berniat

menawarkan diri kepada pemilik tanah buat mengelola sawah miliknya. Seperti

yang di ungkapkan oleh Bapak Muhammad Amir sebagai pemilik lahan yang

menerangkan sebagai berikut:

“Perjanjian dilakukan secara lisan saja itu telah cukup, umumnya saya
menawarkan kepada saudara terdekat yang saya anggap sanggup
untuk menggarap sawah saya, namun kadangkala terdapat pula orang
yang datang dirumah serta meminta guna menggarap sawah saya”68

Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak Rahman Bani pada saat di lakukan

wawancaran menyampaikan bahwa:

“secara lisan saja serta umumnya memanglah semacam itu, sebab bila
tertulis itu prosesnya sangat ribet bila diterapkan dalam kerjasama
pertanian disini. Umumnya pemilik lahan yang mendatangi saya
setelah itu terkadang saya langsung datang kerumah sang pemilik
lahan”69

Menurut dari pernyataan diatas diketehui Bapak Rahman Bani selaku salah

satu petani penggarap memberitahukan kalau pemilik tanah yang menawarkan

68
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
69
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

51
serta meminta lahannya guna digarap oleh ia, sebab pemilik lahannya mempunyai

banyak lahan yang digarap. Jadi saya bersedia buat menggarap lahan milik

pemilik tanah tersebut. Ia pula memiliki lahan sendiri tetapi dirasa kurang cukup

dan menggarap lahan milik pemilik tanah guna memperbanyak persawahan ia

serta buat perbanyak pemasukan selaku kebutuhan hidup.

Perjanjian yang dilakukan oleh warga desa Panaikang tidak secara

eksplisit menerangkan mengenai hak serta kewajiban serta hak dari tiap-tiap

pihak, dalam perjanjian cuma menarangkan tentang besarnya bagian yang

diterima oleh tiap-tiap pihak. Perihal ini dipaparkan oleh Bapak Muhammad Ilyas

yang menyatakan sebagai berikut:

“umumnya perjanjian yang saya jalani cuma menyepakati besarnya


bagian nanti yang saya terima, mengenai penerapannya sesuai dengan
yang selalu dilakukan oleh warga setempat”70

Sama halnya yang dituturkan oleh bapak Subair ada saat dilakukan wawancara

yang menyatakan sebagai berikut:

“perjanjian yang saya jalani cuma menyetujui tentang besarnya bagian


tiap-tiap pihak sebab penerapannya kami mengikut dengan kerutinan
masyaarakat terdahulu”71

Perihal Memutuskan penggarap yang mau dijadikan partner, umumnya

pemilik tanah memiliki pertimbangan dalam kerjasama bagi hasil tersebut.

Pemilik tanah hendak memilah penggarap yang dinilai sanggup serta bersungguh-

sungguh buat mengelola sawah miliknya. Tidak hanya itu, terdapat pula yang

memperhitungkan buat memberikan lahannya untuk digarap orang lain sebab

keakraban keluarga. Bagaimana di ungkapkan oleh bapak Muhammad Amir.

70
Muhammad Ilyas, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
71
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

52
“sawah saya serahkan kepada orang lain guna digarap dengan metode
bagi hasil, umumnya saya kasih kepada keluarga/ kerabat yang saya
anggap sanggup buat menggarap sawah saya”72

Sesuai yang dituturkan oleh bapak Rahman Bani yang menyatakan kalau:

“Perjanjian cuma memutuskan sistem bagi hasil, sebab untuk tanaman


warga disini cuma menanam padi sebab sangat cocok dengan keadaan
lahan yakni persawahan”73

Jadi, mengenai jenis tumbuhan, warga desa Panaikang cuma menanam padi,

setelah itu untuk jenis padi yang ditanam diserahkan kepada petani penggarap

guna memastikan jenis benih padi yang bakal ditanam.

c. Kesepakatan Atas Benih Atau Jenis Tanaman

Melihat akad diatas maka bentuk akad yang dilakukan oleh warga desa

panaikang ialah lahan ataupun sawah pertanian berasal dari pemilik sawah sedang

benih berasal dari petani penggarap. Dalam pemilihan jenis tidak terdapat

kesepakatan jika benih dari kedua belah pihak, akan tetapi benih dari penggarap

saja. Bagaimana yang dituturkan oleh Bapak Muhammad Ilyas.

“dalam melakukan akad kerjasama ini lahan atau sawah berasal dari
saya untuk mengenai bibit saya serahkan kepada penggarap karena dia
lebih paham mana yang cocok untuk ditanam”74

Sesuai yang disampaikan oleh bapak Subair yang menyampaikan bahwa:

“dalam menentukan benih yang akan ditanam pemilik lahan


memberikan kepercayaan kepada saya untuk memilih sendiri jenis
padi yang saya akan tanam”75

Jenis benih yang rata-rata ditanami di Desa Panaikang merupakan benih

padi. Sebab lahan yang terluas merupakan persawahan. Tetapi tidak hanya benih

72
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
73
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
74
Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
75
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

53
padi yang dapat jadi objek Mukhabarah tersebut. Benih Jagung, Semangka dapat

dijadikan sebagai objek Mukhabarah. Namun mayoritas warga menanam padi di

desa Panaikang karena dianggap lebih mudah dan tidak banyak memerlukan

pengeluaran.

d. Biaya Penggarapan

Dalam Awal akad Mukhabarah yang dilakukan oleh warga desa

Panaikang, disebutkan kalau beban pembiayaan penggarapan sawah seluruhnya

ditanggung oleh petani penggarap. Dalam penggarapan sawah tersebut

pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani penggarap beragam sesuai dengan

luas sawah yang digarap. Kemudian mengenai biaya pemeliharaan biasanya

pemilik tanah yang bertanggungjawab atas kebutuhan yang diperlukan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Rahman Bani yaitu :

“dalam melakukan kerjasama sama ini saya selaku petani penggarap


yang mengeluarkan biaya untuk kebutuhan yang diperlukan dan
mengenai jumlah biaya tergantung berapa luas sawah yang digarap,
kemudian biaya yang dikeluarkan itu berupa sewa traktor, dan
penanaman padi karena disini masih menggunakan tenaga manusia
(nanang ase), mengenai bibit saya tidak beli karena setiap panen
disisipkan hasil panen untuk dijadikan benih padi itu sendiri dan biaya
pemeliharaannya pemilik lahan yang beli kemudian menyerahkan
kepada saya berupa pupuk dan racun pengusir hama”76

e. Alasan melakukan akad Mukhabarah

Kerjasama bagi hasil di Desa Panaikang berlangsung bukan karena

sekedar sebab para pemilik lahan serta para petani penggarap mau

melaksanakan kerjasama melainkan ada aspek yang menimbulkan kerjasama

tersebut dirasa perlu untuk dilakukan. Pada umumnya, adanya banyak

aktivitas yang dialami oleh pemilik lahan yang tidak memiliki waktu untuk
76
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

54
menggarap sawahnya sendiri sehingga menjadi suatu penanda terjadinya

kerjasama. Oleh sebab itu, pemilik menyerahkan pekerjaan sawah miliknya

dengan metode bagi hasil. Dalam proses wawancara bersama para petani

penggarap dan pemilik lahan peneliti menemukan beberapa alasan sebab

mereka melakukan kerjasama ini, diantaranya yaitu :

“saya menyerahkan sebagian lahan saya buat digarap orang lain


sebab aku sendiri tidak memiliki banyak waktu buat menggarap
sebab terdapatnya banyak aktivitas lain yang dapat membatasi
pekerjaan saya yang menimbulkan aku tidak fokus dalam
mengerjakan kedua- duanya”77

Tidak hanya itu, Muhammad Amir salah satu pemilik lahan pula

mengatakan sebab lain dalam melaksanakan kerjasama bagi hasil ialah

sebagai berikut:

“saya pula menggarap lahan saya sendiri, tetapi tidak cuma itu
lahan sawah saya juga berikan kepada orang lain sebab untuk
menggarap lahan saya sendiri rasanya berat buat saya sebab
alhamdulillah saya memiliki lahan sawah yang luas serta banyak,
jadi saya takut jika nanti sawah saya terlantar tidak terurus”78

Berdasarkan urian pernyataan diatas selaku pemilik lahan Desa

Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa melaporkan perihal

yang membuat melaksanakan kerja sama ini dilandasi Sebab tidak

mempunyai waktu buat menggarap sawahnya, maksudnya pemilik tanah

memiliki banyak aktivitas ataupun kegiatan lain sehingga tidak sempat

menggarap sawahnya, maka dari itu diserahkan tanah tersebut kepada

petani penggarap supaya dapat dimanfaatkan, Sebab pemilik tanah sudah

tidak sanggup lagi mengelolah tanah ataupun sawahnya sendiri diakibatkan

77
Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
78
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

55
umur telah tua serta tenaganya tidak sanggup lagi mengerjakan yang berat-

berat serta Pemilik lahan memiliki tanah yang banyak serta luas sehingga

tidak mampu lagi untuk mengelolah sendiri lahan yang iya memiliki.

Sehingga mencari orang lain yang mampu untuk mengelolah lahannya buat

menjalakan kersama sekalian saling menolong antara satu dengan yang yang

lain.

Sebaliknya sebab yang menimbulkan seorang bersedia guna

menggarap lahan orang lain, biasanya tidak memiliki lahan sawah garapan

ataupun tidak memiliki tanah yang luas sehingga dirasa butuh untuk

menggarap sawah milik orang lain, tidak hanya itu guna penuhi kebutuhan

keluarga. Perihal ini semacam yang dituturkan oleh bapak Subair selaku

berikut:

“saya menggarap lahan sawah orang lain karena saya sendiri tidak
memiliki banyak lahan sawah untuk dijadikan sebagai mata
pencarian dan saya anggap kerjasama bagi hasil ini bisa
memberikan keuntungan bagi saya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga saya”79

Namun berbeda dengan yang di informasikan oleh Bapak Rahman Bani


yang mengatakan sebab sebagai berikut:

“saya melaksanakan perjanjian bagi hasil sebab saya sendiri tidak


memiliki lahan pertanian, tidak hanya itu saya pula mempunyai
keahlian dalam bidang pertanian, jadi saya melaksanakan
kerjasama ini untuk menambah pemasukan guna mencukupi
kebutuhan hidup”80

Dari uraian pernyataan dari petani penggarap dapat disimpulkan

bahwa yang melatar belakangi para petani menggarap karena kurangnya

79
Subair, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
80
Rahman Bani, wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

56
lahan yang dimiliki dan dirasa masih kuat untuk menggarap beberapa lahan

sawah lainnya, selain itu seseorang yang memiliki lahan sedikit, dan masih

sanggup dalam mengerjakan beberapa lahan sawah lagi, Tidak mempunyai

lahan sendiri untuk digarap, dan Kebutuhan keluarga yang tinggi (Faktor

ekonomi).

f. Bentuk Bagi Hasil

Bagi hasil merupakan perihal yang mesti dilakukan 2 orang yang

menerapkan perjanjian atau akad. Dalam akad Mukhabarah, pembagian hasil

merupakan salah satu ketentuan yang wajib dipenuhi supaya kerjasama

mukhabarah itu dianggap sah.

Menurut wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa petani

penggarap serta pemilik lahan, penerapan pembagian hasil panen dalam

praktek Mukhabarah yang dilakukan oleh warga desa Panaikang

presentasenya adalah 50: 50, perihal itu sebab pada kesepakatan awal akad

antara pemilik tanah serta petani penggarap sawah sudah setuju apabila nanti

sawahnya di panen. Dengan menggunakan sistem bagi hasil langsung

memberikan hasil panennya (padi) dalam bahasa setempat yaitu gabah.

Bagaimana yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Ilyas :

“sesuai dengan kesepakatan diawal sebelum petani menggarap tanah


saya pemabagiannya itu berupa padi (gabah) dengan presentase
pembagian 50:50 misalkan 10 Karung gabah yang dihasilkan maka
pembagiannya itu 5 karung untuk saya dan 5 karung untuk petani
penggarap”81

Dengan pembagian hasil 50: 50 tersebut antara pemilik pemilik tanah

serta petani penggarap tidak ada yang merasa dirugikan, sebab diantara
81
Bapak Muhammad Ilyas. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

57
mereka saling menguntungkan serta saling membutuhkan. Walaupun petani

penggarap masih bertanggung jawab atas benihnya, namun dia merasa

beruntung, sebab walaupun dia tidak memiliki tanah untuk ditanami, namun

dia masih dapat bercocok tanam serta dapat memperoleh hasil panen. Begitu

pula pemilik tanah, walaupun dia tidak bersusah payah menggarap

sawahnya, tetap mendapatkan hasil panen karena ia menyerahkan tanahnya

dan memberikan kebutuhan untuk pemeliharaan kepada si penggarap tanah.

Bagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Subair selaku Petani Penggarap

yaitu :

“saya sangat bersyukur dalam melakukan kerjasama ini karena bagi


saya tidak ada yang dirugikan semuanya sesusai dengan kerja
masing-masing, saya selaku petani bekerja mengurus sawah dan
pemilik tanah bukan hanya memberikan lahannya tapi juga
memberikan kebutuhan pemeliharaan sawah yang diperlukan”82

Pada saat perhitungan bagi hasil, biaya penggarapan sawah sudah

terhitung dari bagian 50:50 tersebut. Artinya bagian 50% untuk petani

penggarap sudah termasuk biaya selama penggarapan sawah tersebut dan

50% untuk pemilik sawah. Dengan pembagian tersebut petani penggarap

tetap menerimanya karena dengan modal benih, dan tenaga bisa

mendapatkan hasil sedangkan pemilik lahan sawah mendapatkan 50%

karena sudah modal sawah dan modal pemeliharaan (Pupuk dan Racun).

Seperti yang diungkapkan oleh bapak Rahman Bani yaitu :

“ pengeluaran penggarapan sawah mulai dari benih, traktor apabila


dibandingkan dengan hasilnya sehingga saya memperoleh
keuntungan, meski keuntungan itu tidak tentu nominalnya tetapi

82
Subair. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

58
paling tidak hasil panen itu dapat menjadi kebutuhan hidup
(dimakan serta dapat dijual)”83

Contoh pembagian hasil panen yang dilakukan oleh bapak

Muhammad Ilyas sebagai pemilik lahan yang lahan sawahnya digarap oleh

bapak Subair dengan luas sawah 400 M2 serta menghasilkan hasil panen

berupa padi sebanyak 20 Karung, setelah itu hasil tersebut dibagi rata antara

bapak Muhammad Ilyas serta Bapak Subair dengan bagian tiap-tiap 10

karung buat Bapak Muhammad Ilyas selaku pemilik lahan serta 10 karung

buat Bapak Subair selaku Petani Penggarap.

g. Berakhirnya Akad Mukhabarah di Desa Panaikang..

Dalam perjanjian bagi hasil yang dilakukan oleh warga Desa

Panaikang tidak terdapat jangka waktu yang pasti, jadi perjanjian bisa

berakhir sewaktu waktu kala salah satu pihak mau mengakhirinya. Perihal

ini dapat diakibatkan sebab pemilik lahan tidak puas pada pekerjaan para

petani penggarap ataupun dapat pula diakibatkan karena benar petani

penggarap telah tidak mampu untuk menggarap sawah sebab tidak memiliki

anggaran maupun sebab perihal lain. Umumnya berakhirnya kerjasama

terjalin sehabis pekerjaan berakhir (panen) dengan terdapatnya hasrat dari

salah satu pihak guna mengakhirinya. Bila tidak terdapat kemauan dari salah

satu pihak untuk mengakhiri kerjasama, hingga kerjasama terus dilakukan

tanpa wajib adalagi akad ataupun perjanjian dari kedua belah pihak hingga

salah satu pihak memutuskan untuk mengakhiri kerjasama tersebut.84

83
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.
84
Muhammad Amir. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

59
Perihal yang sama pula dituturkan Bapak Rahman Bani dalam wawancara

yang penulis lakukan, yang menerangkan selaku berikut:

“Jika jangka waktu tidak terdapat dalam kerjasama ini, namun jika
misalkan saya telah tidak mampu ya saya serahkan lagi sawahnya
kepada pemilik sehabis panen serta pemilik lahan tinggal mencari
pengganti untuk menggarap lahannya ataupun memutuskan untuk
digarap sendiri”85

Karena jangka waktu penggarapan dalam perjanjian ataupun akad

tidak didetetapkan ataupun tidak dibatasi, hingga perjanjian tersebut bisa

diakhiri kapan saja. Maksudnya apabila dari pemilik lahan menginginkan

mengahkiri akadnya ataupun mau mengambil kembali tanahnya sehingga

itu dapat dilakukan. Walaupun petani penggarap masih menginginkan

sawah tersebut untuk digarap serta kebalikannya apabila dari pihak petani

penggarap mau mengahkiri akad ataupun mau menyerahkan kembali tanah

yang digarap sebab tidak sanggup lagi melanjutkan pekerjaannya ataupun

dalam penggarapannya alami kesusahan semacam permasalahan perairan

hingga perihal itu dapat dilakukan.

Dari beberapa uraian penjelasan yang disampaikan oleh narasumber

Setelah dilakukan wawancara dengan masyarakat setempat yang ada di desa

panaikang kecamatan pattallassang kabupaten gowa dalam melakukan

kerjasama sistem bagi hasil menggunakan akad Mukhabarah yang

dilakukan antara pemilik lahan dan petani menggarap dengan presentase

pembagian 50/50 bagian ini dilakukan karena sesuai dengan kesapakatan

pada saat melakukan akad secara lisan dan tidak menggunakan akad secara

85
Rahman Bani. wawancara, tanggal 06 Mei 2021, Desa Panaikang.

60
tertulis yang dihadiri oleh saksi. Karena hal ini dianggap lebih mudah

diterapkan dan yang menjadi pertimbangan karena antara pemilik lahan dan

petani penggarap mempunyai hubungan keluarga yang dekat sehingga

dirasa dengan akad secara lisan itu sudah cukup. Dalam menentukan benih

yang akan digunakan pemilik lahan memberikan sepenuhnya kepada petani

untuk memilih jenis benih yang akan ditanam. Namun, dalam penentuan

kapan berakhirnya kerjasama antara pemilik lahan petani tidak ada

kesepakatan yang dilakukan antara kedua belahpihak. Dalam melakukan

kerjasama bagi hasil ini masyarakat merasa bahwasanya kegiatan ini

dianggap mudah dilakukan antara petani dan pemilik lahan dari pada harus

menyewakan lahan kepada orang lain. Dengan demikian pemilik lahan dan

petani lebih memilih bagi hasil daripada sewa lahan. Pelaksanaan kerjasama

pengelolaan lahan pertanian yang terjadi di desa panaikang kecamatan

pattallassang kabupaten gowa yang disampaikan oleh para narasumber

Maka dapat disimpulkan bahwa dari beberapa orang yang menjadi

narasumber dalam penelitian ini semuanya sudah menerapkan sistem bagi

hasil mukhabarah walaupun dalam praktiknya tidak sepenuhnya sesuai

dengan konsep islam yang ada, karena terdapat beberapa syarat yang belum

terpenuhi.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan ulasan tentang Analisis kerjasama pengelolaan

lahan pertanian dengan sistem Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa, mulai dari wawancara, observasi sampai

analisis, sehingga bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerjasama Pengelolaan lahan pertanian di desa Panaikang merupakan

bentuk kerjasama dalam bidang pertanian atau usaha bersama yang

dilakukan antara invidu dengan individu lainnya dalam hal ini antara

pemilik lahan dan petani yang melakukan kegiatan secara bersama-sama

untuk mencapai tujuan sama yakni kesejahteraan dalam kehidupan

ekonomi. Latar belakang terjadinya kerjasama pengelolaan lahan

pertanian antara pemilik tanah dengan petani disebabkan karena

masyarakat tidak semua memiliki lahan pertanian yang bisa digunakan

sebagai mata pencaharian. Dalam melakukan kerjasama antara pemilik

lahan dan petani hanya menggunakan akad secara lisan saja tampa

adanya perjanjian yang tertuliskan karena dianggap lebih mudah tidak

memakan waktu yang terlalu lama. Pemilik lahan tidak semata-mata

langsung memutusukan kerjasama dengan seseorang, ada beberapa

pertimbangan yang dirasa perlu dipenuhi oleh petani penggarap agar

kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan apa yang diinginkan sesuai

dengan harapan bersama.

2. Mukhabarah adalah akad kerjasama dalam bidang pertanian yang

memiliki makna mengerjakan tanah milik orang lain dengan adanya

pembagian hasil diantara para pihak, sebaliknya biaya pengerjaan serta

62
benihnya ditanggung orang yang mengerjakan. Akad mukhabarah di desa

Panaikang dilakukan oleh dua orang antara pemilik sawah serta petani

penggarap. Akad yang dilakukan merupakan akad secara lisan yang berisi

kesepakatan kedua belah pihak tentang penggarapan sawah serta

pembagian hasilnya. Dalam kesepakatan tersebut, hasil panen dibagi rata

antara pemilk sawah serta petani penggarap ialah 50%: 50% ataupun

dalam bahasa setempat disebut tesang, yang mana pengeluaran

penggarapan sawah mulai dari benih serta lain-lain ditanggung oleh

petani penggarap. Selain itu, dalam kesapakatan akad kerjasama tidak di

tentukan kapan berakhirnya waktu kerjasama antara kedua belah pihak.

B. Saran
Berdasarkan penjelasan diatas, hingga penulis hendak memberikan

masukan masukan yang diharapkan hendak bermanfaat serta berguna untuk

kepentingan warga yang bersangkutan. Saran- saran tersebut merupakan

sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan kerjasama antara pemilik tanah dan petani

penggarap, hendaknya menggunakan perjanjian tertulis serta dalam

perjanjian tersebut ditulis secara jelas mengenai hak serta kewajiban untuk

pemilik lahan serta pengelola lahan meski masih terdapat ikatan

kekeluargaan guna mengurangi resiko, dengan demikian semua ada

kejelasan bila terjadi seseuatu dikemudian hari.

2. Dalam melaksanakan kerja sama bagi hasil dengan sistem mukhabarah ini

sebaiknya memastikan berapa lama waktu yang hendak diperjanjikan kala

di awal akad, supaya adanya kejelasan serta saling mengetahui antara

kedua belah pihak.

63
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia,. Jakarta:


CV. Kathoda, 2005

Al-Qazuiny Bin Yazid muhammadabu Abdillah Al-Hafidz, 2007.Ibnu Majah,


Siman Ibnu Majah, Juz II, Dar al-Fikr Li al-Thaba‟ah wa al- Nasyr wa al-
Tauzi‟y.

Arsyad, 1989. Konservasi tanah dan air, Bogor:IPB

Arwini, Andi. Skripsi: Sistem Bagi Hasil Pada Masyarakat Petani Penggarap Dan
Pemilik Lahan di Desa Tanjongan Kec.Turatea Kab.Je’neponto Menurut
Tinjauan Hukum Islam. Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum Islam UIN
Alauddin, 2014.

Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Daniel, Moehar, 2002.Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara

Hadist Suhendi,2013.Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.

Huda, Qamarul, 2011.Fiqh Muamalah, Yogyakarta :Teras.

Jamulya, 1991. Evaluasisumber Daya Lahan Yogyakarta: Fakultas Geografi


Universitas Gadjah Mada.

Kaslan A tohir, 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Jakarta
:Bina Aksara.

Leksono, Sonny. 2015.Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: Dari Metodologi ke


Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mardani,2012.Fiqh Ekonomi Syariah :Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana Prenada


Media Group,

Mubyarto, 1989. Pengantarekonomi Pertanian, Jakarta :Edisi Ke tiga, LP3S.

Munawir Ahmad Warson,1997.Kamus Indonesia-Arab-Inggris, Surabaya: Pustaka


Progresi.

Munir Misbahul, 2007. Ajaran-Ajaran Ekonomi Rasulullah Kajian Hadits Nabi


dalam Perspektif Ekonomi, Malang: UIN-Malang Press, Cet. I.

Muslich Ward Ahmad i. 2010.Fiqh Muamalat , Jakarta: Amzah.

64
Muttalib, Abdul, 2015. Analisis Sistem Bagi Hasil Muzara’ah Dan Mukhabarah
Pada Usaha Tani Padi Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Keluarga
Petani Penggarap Dan pemiliklahan Di kecamatanprayatimur, Vol 1, no.2.

Pasaribu, Chairuman dan Surawardi K. Lubis,2004 .Hukum Perjanjian dalam islam.


Jakarta: Sinar Grafika.

Purwowidodo, 1983.Teknologi Mulsa, Jakarta:Dewaruci.

Rafi‟I, 1985. Ilmu Tanah, Bandung:Angkasa Bandung.

Rahman, Abdul, 2012. Fiqh Muamalat, Jakarta:Kencana Prenada mediagroup.

Rasyid, Sulaiman. 1994. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sahrani, Sohari dan Ru‟fah Abdulllah.2013. Fiqih Muamalah. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Sayidsabit, 1987.Fiqh Sunnah XI, Bandung:AL-Ma‟arif.

Shihab M. Quraish, 2010.Tafsir Al-Misbah, Volume 12, Jakarta: Letera hati, Jln.
Kertamukti.

Sitorus, S.R.P.2005. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Tarsito Bandung.

Sudiyat Imam,1981 Hukum Adat Sketsa Adat, Yogyakarta: Liberti.

Sugiyono, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Suhendi.2014.Fiqih Muamalah.Jakarta: Rajawali Pers.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda karya.

Sumantri. 1980 Pengantar Agronomi, Jakarta: PT. Gramedia.

Suyanto, Bagong. 2005.Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Syafei Rachma. 2001., Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia.

Usman Muha}mmad. 1972. Al-Rizqal H}alal waal H}akikahal Tawakkalal Alla>hkairo:


Mata habbahal-Qur‟a>n.

65
RIWAYAT HIDUP

Nur Saiful, anak pertama dari tiga bersaudara ini adalah anak

Kandung dari pasangan Bapak M. Arasy dan Ibu Norma. J.

lahir di Panaikang pada tanggal 06 agustus 1996. Penulis

menempuh pendidikan dimulai dari SDN Panaikang (lulus

tahun 2008), melanjutkan ke SMPN 1 Pattallassang (lulus

Tahun 2011) dan SMKN 1 Pattallassang (lulus tahun 2014) kemudian melanjutkan

di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2017.

Selama aktif kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar, selain aktif

didunia akademik, penulis juga menghabiskan waktu selama dikampus dengan aktif

mengasa potensi diri didunia kemahasiswaan yaitu aktif di lembaga Himpunan

Mahasiswa jurusan Hukum ekonomi Syariah (HMJ HES) dan Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah Komisariat Fakultas Agama Islam. Dengan ketekunan motivasi

tinggi untuk terus belajar dan berusaha. Penulis telah berhasil menyelesaikan

pekerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini

mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas

terselesaikannya skripsi ini yang berjudul ” Analisis Kerjasama Pengelolaan Lahan

Pertanian dengan Sistem Mukhabarah di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa”. Semoga penulis mampu mengaplikasikan apa yang telah ia

peroleh di bangku perkuliahan.


PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Oleh : Nur Saiful

KERANGKA WAWANCARA

A. DAFTAR PERTANYAAN PEMILIK LAHAN

1. Bagaimana menurut Anda mengenai kerjasama pengelolaan lahan

pertanian yang Anda lakukan selama ini?

2. Sudah berapa lama Anda melakukan kerjasama ini?

3. Dalam kerjasama ini, apa saja yang Anda persiapkan?

4. Apa alasan Anda melakukan kerjasama pengelolaan lahan pertanian ini?

5. Bagaimana pemahaman Anda tentang bagi hasil dalam konsep Islam?

6. Bagaimana sistem bagi hasil mukhabarah yang dilakukan?

7. Apa akad yang dilakuan untuk menjalankan kerja sama bagi hasil lahan

pertanian?

8. Bagaimana jika terjadi gagal panen?

9. Apakah bapak merasakan keadilan dalam kerjasama bagi hasil antara

pemilik lahan dengan petani?

B. DAFTAR PERTANYAAN PETANI PENGGARAP

1. Apa alasan melakukan kerja sama pengelolaan lahan pertanian ini?

2. Berapa lama melakukan praktik kerja sama pengelolaan lahan pertanian

dalam setiap panen?

3. Akad apa yang dilakukan dalam melakukan kerja sama pengelolaan lahan

pertanian ini?
4. Bagaimana pemahaman Anda tentang bagi hasil dalam konsep Islam?

5. Bagaimana sistem bagi hasil mukhabarah ini dilakukan?

6. Apa saja model yang diberikan oleh pemilik lahan?

7. Bagaimana jika terjadi gagal panen?

8. Apakah bapak merasakan keadilan dalam perjanjian bagi hasil antara

pemilik lahan dengan petani?

C. DAFTAR PERTANYAAN PEMERINTA DESA PANAIKANG

1. Sejarah Desa

2. Susunan Pemerintahan

3. Keadaan Penduduk

4. Keadaaan Pendidikan

5. Keadaan Mata Pencaharian

6. Keadaan Ekonomi

7. Keadaan Keagamaan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai