Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
v
KATA PENGANTAR
vi
Rosyadi, dan Muhammad Shidqi Ramadhan yang selalu menjadi obat pelupur
lara di saat penulis mulai jenuh dengan penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan, Rahmat Muhajir, M. Ziad Mubarok, Luthfan
Adly, Ilham Harsya, Alim, Hersyah alias Hermo, Humaidi, Ucok Abdul Qodir
Batubara, Rahmat Ramdani, Itmam Huda, Faiq, Martin, Syahul, Naufal H,
dkk Prodi Hukum Keluarga 2012, dan para senior keluarga besar Peradilan
Agama, terimakasih telah menjadi sahabat penulis selama menjalani
perkuliahan;
10. Teman-teman dan para senior Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat
Fakultas Syariah dan Hukum dan Keuarga Besar LKBHMI (Lembaga Kajian
dan Bantuan Hukum Mahasiswa Islam) Cabang Ciputat, terimakasih atas
saran, support dan dukungannya.
11. Kepala Sekolah serta rekan-rekan guru dan staf karyawan SDIT Al-Abrar
Benhil, terimakasih atas nasihat, bimbingan, serta pelajaran-pelajaran berharga
dalam kehidupan ini, semoga Allah Swt. Selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Amin;
12. Warga Grand Residence Pondok Cabe dan Jamaah Mushalla al-Ikhlash Grand
Residence Pondok Cabe, terimakasih atas segala doa, nasihat, bimbingan,
serta arahan kepada Penulis, semoga Allah selalu melindungi dan memberikan
keberkahan hidup kepada kita semua;
13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis, baik secara moral maupun materril;
Semoga Amal dan kebaikan mereka semua dibalas Allah SWT dengan
balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap semoga skripsi ini mampu
memberikan manfaat yang besar bagi penulis maupun bagi pembaca.
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................9
C. Batasan dan Rumusan Masalah .........................................................9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................10
E. Review Studi Terdahulu. .................................................................10
F. Metode Penelitian ...........................................................................12
G. Sistematika Penulisan......................................................................14
viii
E. Radd dalam Qanun Al-Mirats Al-Mishriy (UU No. 77 tahun 1943) 59
F. Penyelesaian Masalah Radd ............................................................61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .........................................................................................78
B. Saran ...............................................................................................79
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Karenanya wajar jika harapan umat Islam pada umumnya menjadikan hukum
Islam sebagai hukum positif bagi umat Islam Indonesia. Hal ini didasarkan
pada cara berpikir pandangan hidup dan karakter suatu bangsa tercermin
yang terjadi saat ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : pertama,
1
M. Hasballah Thaib, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum Islam, Konsentrasi
Hukum Islam (Medan : Diktat Pasca Sarjana USU, 2002), h. 5
2
Suparman Usman, Hukum Islam : Asas-asas Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), h. 122
3
R. Subekti, Perbandingan Hukum Perdata, cet.XII, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1993),
h. 3
4
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 153-154
1
2
terhadap hukum terhadap masalah yang baru terjadi itu sangat mendesak
kepada hukum Islam untuk bahan acuan dalam membuat hukum Nasional.
teknologi.5
Salah satu hukum Islam yang hingga sekarang masih berlaku dan
atau yang disebut dengan Faraid. Hukum Waris Islam dianggap kewajiban
law (dwingent recht) yakni hukum yang berlaku secara mutlak dan baku.6
5
Dewi Kemalasari, Analisis yuridis penerapan KHI dalam penggantian Tempat ahli
waris/ahli waris pengganti pada Masyarakat kecamatan banda sakti Kota lhokseumawe, Premise
Law Jurnal, vol 3, Universitas Sumatera Utara, 2015 h. 2
6
Aminullah HM, Sekitar Formulasi Hukum Kewarisan dalam semangat Reaktualisasi
Ajaran Islam, dalam Munawir Sjadzali, dkk., Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam, (Jakarta :
Pustaka Panjimas, 1998), h. 164
3
Islam, walaupun dapat dipastikan doktrin fikih waris sunni pro Syafi‟i yang
kepada Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijtihad para ulama fikih terdahulu,
Islam seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Meskipun begitu, tidak
sebagai hukum nasional di Negara mereka seperti yang ada di Saudi Arabia.10
7
Rahmat Djatnika, Sosialisasi Hukum Islam dan Kontroversi pemikiran Islam di
Indonesia, Cet II, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 244.
8
Moh Muhibbin dan Abdul wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum
Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) cet-2, h.169-175
9
Meskipun memang KHI tidak termasuk peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud oleh TAPMPRS Nomor XX/MPRS/1968 Jo Ketetapan MPR NO V/MPR/1973 jo
Ketetapan MPR No IC/MPR/1978. Lihat Moh Muhibbin dan Abdul wahid, Hukum Kewarisan
Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) cet-2, h.
172-173
10
Amir Syarifudin, Permasalahan dalam Pelaksanaan Faraid, Cet-1, (Padang; IAIN-IB
Press, 1999), h. 1
4
telah menjadi sebuah sistem hukum yang sangat berpengaruh dalam tata
faraidl ini. Hukum waris Islam menjadi salah satu aspek dalam hukum Islam
Islam dalam bidang lain seperti perdagangan (bisnis), pidana dan perdata
undangan.13
tahun 1914 dengan keluarnya dekrit Raja Turki Usmani mengenai hak isteri
baru terjadi pada tahun 1921 dengan keluarnya surat edaran Mahkamah
Mesir (Judicial Circular) No 28 tahun 1925. Isi surat edaran ini tentang hak
11
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, Asy-
Syir‘ah Jurnal Ilmu Syari‘ah dan Hukum Vol. 48, No. 1, Juni 2014, h. 31
12
Anderson, Recent Reforms in the Islamic Law of Inheritance, h. 349.
13
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 31
14
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 31
5
janda untuk mendapatkan sisa harta waris jika tidak ada ashabah, ashabul
furudl, atau ahli waris yang lain dengan cara pengembalian sisa (radd).
modern dalam menerapkan hukum waris Islam bukan karena hukum waris
Islam tidak bisa mengalami perubahan. Dalam tradisi fiqh al-mawâriș atau
Meskipun terdapat aturan yang sangat rinci mengenai pembagian waris dalam
ilmu faraid, seperti furudul muqaddarah dan dzawil furud (dzawi al-furûd),
așâbah, dan dzawi al-arhām, tetapi dalam sejarah praktek pembagian waris
Islam, hukum waris Islam telah mengalami perubahan semenjak periode awal
Sahabat telah muncul sistem pembagian waris yang tidak sama dengan
ketentuan literal yang ada dalam teks suci (Al-Quran dan Hadis). Tuntutan
rāsyidûn) untuk mendapatkan hak waris yang dianggap lebih adil telah
waris yang tidak sesuai dengan makna literal dari ayat-ayat waris. Pada
15
Sebagaimana dikutip oleh Bunyan Wahib, Op. cit. h. 32. lihat David S. Power, The
Islamic Inheritance System: A Socio-Historical Approach, Arab Law Quarterly, Vol. 8, No. 1
(1993), h.. 13-29. Tulisan ini juga dimuat dalam Chibli Mallat dan Jane Connors, Islamic Family
Law, (London/Dordrecht/Boston: Wolters Kluwer Academic Publishers Goup, 1990), h.. 11-29;
David S. Powers, Studies in Qur‟an and Hadith: The Formation of the Islamic Law of Inheritance,
(Berkeley: University of California Press, 1986).
6
ini berbeda dengan ketentuan yang ada dalam nash sebagai akibat
Salah satu contoh ijtihad ulama dalam masalah waris yang tidak ada
Radd adalah mengembalikan harta yang tersisa dari bagian dzawil furudh
nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka ketika
17
tidak ada lagi orang lain yang berhak menerimanya, tentunya dengan
syarat-syarat tertentu.
Islam dapat bertahan dari modernisasi hukum dalam waktu yang lama? Salah
hukum keluarga. Sebagai sebuah sistem hukum yang sakral, bukan hukum
16
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, Asy-
Syir‘ah Jurnal Ilmu Syari‘ah dan Hukum Vol. 48, No. 1, Juni 2014, h. 33
17
Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, cet-3 (Daarul Fikri, 1981) h. 444
7
bahwa periode Sahabat adalah periode terbaik umat Islam sebagaimana dalam
berintegritas.
Oleh karena itu, periode ini masih dianggap mempunyai otoritas yang
bahwa hukum waris Islam sangat dinamis. Meskipun terdapat aturan yang
telah memaksa para Sahabat menemukan hukum baru yang lebih sesuai
18
Anderson, ‖Recent Reforms in the Islamic Law of Inheritance‖, h. 351. Lihat juga Noel
J. Coulson, The History of Islamic Law, (Edinburg: University Press, 1968), dalam Ahmad Bunyan
Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, Asy-Syir‘ah Jurnal Ilmu Syari‘ah
dan Hukum Vol. 48, No. 1, Juni 2014, h. 34
19
Muhammad bin Isma‘il Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, dalam ―Kitab al-Syahadat,
hadits no. 2652 (Beirut: Dar ibn Katsir, 2002), h. 645.
8
di Mesir telah dimulai sejak tahun 1915 yang menghasilkan berbagai macam
tentang waris. Salah satu hal yang termasuk dalam pembaharuan hukum
adalah tentang konsep radd pada hukum kewarisan Isalm di Mesir yang
tidak terkecuali dengan waris. Dalam sejarah hukum waris islam di Indonesia,
hukum waris islam menjadi hukum positif Negara terjadi pada tahun 1991
Islam tetap menajadi rujukan penting bagi seorang hakim Peradilan Agama
20
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 34
21
Pasal 2 UUD Repubik Arab Mesir, pada pasal ini menyeatakan bahwa agama resmi
Negara adalah agama islam, hal tersebut mempengaruhi produk-produk hukum yang selalu
menjadikan AL-Quran dan Sunnah sebagai landasan utama sebuah peraturan perundang-
undangan.
22
Kurniati, Hukum Keluarga di Mesir, Al-daulah Jurnal Fakultas Syari‘ah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar Vol. 3, No. 1, Juni 2014, h. 24
9
hal ini sangat menarik untuk diteliti dengan judul: ―RADD DALAM
B. Identifikasi Masalah
1. Batasan Masalah
2. Rumusan Masalah
islam?
1. Tujuan Penelitian
waris Islam.
dan Mesir.
2. Manfaat Penelitian
waris yang terjadi pada negara-negara muslim di dunia. Dari jurnal ini
11
skripsi yang akan Penulis tulis dengan jurnal ini adalah bahwa jurnal ini
2. Ahmad Saukani, adalah salah satu sarjana Fakultas Syariah dan Hukum
Analisis Terhadap Pasal 193 Kompilasi Hukum Islam dan Fiqh Klasik).
Penulis pada skripsi ini mebandingkan konsep radd yang ada dalam KHI
dan konsep radd yang ada pada masa ulama fiqh klasik dahulu. Skripsi ini
menjadi salah satu referansi Penulis karena penulis dalam skripsi ini
Perbedaan yang ada antara skripsi ini dan skripsi yang akan Penulis tulis
terletak pada objek komparasinya. Dalam skripsi yang akan Penulis tulis,
Mesir.
tidak jauh berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Ahmad Saukani, pada
skripsi ini juga dibahas tentang system radd yang ada di KHI
dibandingkan dengan system radd yang ada pada masa ulama fiqh klasik
12
peraturan radd di dalam KHI. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang
perbedaan tersebut dan ulama apa yang menjadi sandaran suatu Negara
F. Metode Penelitian
berikut:
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan
3. Sumber Data
23
Fahmi Muhammad Ahmad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:
Lembaga Penelitian, 2010) h. 31
13
tertulis yaitu:
hukum primer.
4. Pengumpulan Data
5. Analisis data
mudah dipahami.
6. Teknik Penulisan
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai
berikut:
BAB Pertama, dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
penulisan.
BAB Kedua, bab ini membahas tinjauan umum tentang waris, pengertian
dan dasar hukum waris, Rukun Syarat dan sebab-sebab mewariskan, ahli waris
menyelesaikan warisan.
15
dan Mesir, pengertian radd, rukun dan syarat radd, pendapat para ulama
tentang radd, Radd dalam KHI dan fiqh klasik, Radd dalam qanun almirats
Perbandingan Konsep Radd di Indonesia dan Mesir dengan Kitab Fiqh, serta
analisis penulis.
Bab Kelima, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang penutup dan
A. Pengertian Waris
Kata waris berasal dari bahas Arab yang diambil dari kata
1
()و ِازث
َ yang artinya ahli waris. Sedangkan Faraidl bentuk jamak dari
َ ― )فَ َسyafridhu‖
faridlah, berarti faraidl berasal dari kata ―faradha‖ (ض
menamakan hukum kewarisan Islam, seperti faraidl, fikih mawaris, dan hukm
al-Waris. Kata yang lazim digunakan adalah faraidl, kata ini digunakan oleh
dikarenakan lebih banyak terdapat bagian yang ditentukan, oleh karena itu,
Ilmu waris disebut juga fiqh al-Mawaris, fikih tentang warisan, dan tata
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta:Hidakarya Agung, 1990) Cet Ke-8. h.
496
2
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus arab-Indonesia (Surabaya: Pusat
Progressif, 1997) Cet ke-14, h.104. Lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 313.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 5
4
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami (Mesir: Arrisalah Al-Dauliyyah. 2000) Terjemah H Addys Aldizar dan
Fathurrahman. Penulis (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004) h 13.
15
16
Dikatakan ilmu waris karena dalam ilmu waris ini dibahas hal-hal yang
ahli waris.5
Islam, hukum warisan, hukum kewarisan dan hukum waris, yang sebenarnya
umum, bisa mencakup hukum waris adat atau hukum waris yang diatur dalam
menghalalkan ( )العطاءpemberian.
5
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 5-6.
6
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) h. 4
7
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 13
17
ialah: ―memindahkan sesuatu dari tempat ketempat yang lain‖ dan menurut
terminologi ialah: ―hak yang diterima ahli waris dari bagian-bagian yang
bagian yang wajib dari harta peninggalan bagi setiap pemilik hak waris (ahli
yang jumlahnya telah ditentukan secara pasti dalam Al-Quran dan Sunnah.‖11
etimologis adalah: ―bagian yang telah ditetapkan oleh syara‘ untuk waris
dialah dapat kita mengetahui orang yang menerima pusaka, kadar yang
8
Ahmad Kamil al-Hudhuri, al-Mawarisu al-Islamiyyah. (Mesir: Lajnatu at-Taqrib, 1366
H/1966 M) h. 4
9
Syekh Muhammad Umar al-Bakri. Hasiyyah Matnu al-Ruhbiyyah (Semarang: Usaha
Keluarga, Tth ) h. 3
10
Muhammad al-Syarbini al- Khatib, Mughni al-Muhtaj, juz 3 (Kairo: Musthafa al-
Baby al-Haby,1958) h. 3
11
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 39
12
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, h. 4
18
a. Al-Quran
jelas, antara lain: ayat pertama, berbicara tentang bagian anak laki-laki
dan perempuan.
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”(Q.S. al-
Nisa, 4:7)
Ayat kedua, berbicara tentang warisan anak laki-laki dan
perempuan serta ayah dan ibu (al-furu‘ dan al-ushul), seperti termaktub
19
20
b. Al-Sunnah
حدثنا موىس ابن إسماعيل حدثنا وهيب حدثنا ابن طاوس عن ابيه عن ابن عباس
ألحقوا الفرائض بأهلها بما ي:نب ملسو هيلع هللا ىلص قال
بق فهو الوىل رجل رض هللا عنه عن ال ي
ي
13
)ذكر (رواه البخاري
13
Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-
Kutubal-Ilmiyyah. 2003) Juz 4, Cet Ke-2, h. 318.
21
c. Ijma‘ para shahabat, tabi‘in, generasi pasca shahabat dan tabi‘it tabi‘in,
generasi pasca tabi‘in telah berijma‘ tentang legalitas ilmu faraidl dan
a. Rukun Waris
b. Syarat-Syarat Waris
pewarisan) diantara para ahli faraidl, ada yang menyatakan bahwa hal
perwalian.18
c. Sebab-Sebab Waris
kepada sesuatu yang lain baik sesuatu tersebut bisa diraba seperti tali.
keberadaan hal yang lain, sehingga hal yang lain itu menjadikan hal yang
16
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami. h. 28
17
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah. (Semarang: Toha Putera, 1972) h. 426-427
18
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama,2002) Cet ke-2, h. 25
23
terjadinya kebakaran.
1) Kekerabatan
2) Pernikahan
Mal.20
ketiadaan sesuatu yang lain. Tentu saja ketiadaan sesuatu yang lain itu,
19
Muhammad Sabatul al-Maridini, Sarhu al-Matnu al-Ruhbiyyah (Semarang, Usaha
Keluarga, Tth) h. 10
20
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fi al-
Fiqh Al-Islami, h. 41.
21
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fi al-
Fiqh Al-Islami, h. 46
24
diamalkan.
22
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
37
23
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
38
25
pembunuhan tanpa hak yang dibebani sanksi qishos, diyat dan kafarat.
1) Riddah yaitu keluar dari Islam. Orang tersebut disebut murtad, baik dalam
yang diiringi dengan kekafiran yang sesungguhnya? Dalam hal ini ada dua
keduanya tetap menjadi penghalang. Namun satu hal yang penting, makna
penghalang itu bersipat umum dan dapat mencakup kepada mereka juga.
Nash yang melarang saling mewarisi antara dua orang ahli waris yang
Selama dalil yang bersifat umum ini tidak ada yang mentakhsisnya, maka
26
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami. h. 62
27
Fathurrahman, Ilmu Waris, h. 86
27
Golongan ahli waris yang telah disepakati hak warisnya terdiri atas
1) Anak laki-laki
3) Bapak
14) Suami
28
Muhammad Ibnu Hasan al-Ruhby, Matnu al-Ruhbiyyah (Surabaya: Maktabah Saqofah.
Tth) h. 3
28
1) Anak perempuan
3) Ibu
9) Isteri
mereka menerima sisa pembagian setelah diambil oleh ahli waris ashabul
keluarga terdekat (zul arham), yang tidak disebutkan didalam kitab Allah
29
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
65
29
menyebutkan ibu pada satu kondisi dia mewarisi (1/3), adakalanya dia
mewarisi bagian (1/6), dan adakalanya pada kondisi yang lain, si ibu
Ahli waris dzawil furudh adalah para ahli waris yang mempunyai
30
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
66
31
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 106
30
yang bagiannya itu tidak akan bertambah atau berkurang kecuali dalam
Ahli Waris tetap menjadi dzawil furudh dan tidak bisa menjadi
ketika ada dua orang saudara atau lebih, atau sepertiga (1/3) utuh
ketika tidak ada keturunan simayyit dan tidak ada saudara, atau
sepertiga (1/3) sisa jika orang yang ada bersama ibu dan bapak
adalah suami atau istri, dan hanya pada dua kelompok ahli waris
Gharrowain.
lainnya.
simayyit.
a) Ayah
b) Kakek
seperenam (1/6) bagian itu. Demikian pula, jika sisa harta waris tidak
32
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 106
32
telah habis di bagikan atau tidak tersisa sama sekali. Dalam kondisi
Contoh:
Ayah 1/6
Istri 1/4
Ayah Sisa
Anak perempuan ½ 3
Ibu 1/6 1
tashib=2
Ahli waris yang mewarisi jalan fardh pada suatu ketika dan
disaat lain mewarisi dengan jalan ashobah. Ahli waris semacam ini
lebih
33
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 99
33
Jika tidak, empat orang tadi disebut sebagai kelompok ahli waris
yang mendapatkan bagian separuh (1/2) dan dua pertiga (2/3). Mereka
bagian tetap mereka adalah adalah separoh (1/2) jika sendiri dan dua
hak waris secara lunak, jika terdapat ahli waris yang menyisakan
1 anak perempuan ½
Istri 1/8
34
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 101.
34
disepakati oleh seluruh fuqaha. Seperti ashabul furudl dan yang belum
telah disepakati oleh seluruh fuqoha (seperti ashabul furudl) dan yang
tiga bagian yaitu: Pertama, ashabah bil nafsi. Kedua, ashabah bil
35
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
72
36
Fathurrahman, Ilmu Waris, h. 339
37
Muhammad Sabatul al-Maridini, Sarhu al-Matnu al-Ruhbiyyah, h. 23
38
Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah. h. 432
35
memerdekakan budak.40
39
Hasby ash-Shiddiqy, Fiqh Mawaris, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 167
40
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
75
41
Ahmad Kuzari, Sistem Ashabah Dasar Pemindahan Hak Milik Atas Harta Tinggalan,
h. 92
36
ashabah bi an-Nafsi.42
3) Dzawil arham
definisi dzawil arham yaitu setiap kerabat yang bukan (tidak termasuk)
bawah
42
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
77
43
Hasby ash-Shiddiqy, Fiqh Mawaris, h. 179
44
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
79
45
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 339
46
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
80
37
kebawah.
kebawah.
kebawah
kebawah
bahwa dalam keadaan tertentu, yakni mana kala tidak ada lagi
tidak menerima warisan adalah, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Sa‘id bin
Musayyab, Sufyan al-Tsauri, Imam Malik, Imam Syafi‘i dan ibn hazm.
Imam Malik dan Imam Syafi‘i berpendapat bahwa tidak ada hak waris
Mal.47
47
Usman Suparman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
81
38
terhalang hak-hak kewarisanya oleh ahli waris yag lebih dekat. Ahli waris
yang menghalangi disebut hajib, dan ahli waris yang terhalang disebut
menjadi 1/4. Ibu yang sedianya menerima bagian 1/3, karena bersama
dengan anak, atau saudara dua orang atau lebih, terkurangi bagiannya
Akibatnya hak-hak waris ahli waris yang termahjub tertutup sama sekali
48
Yusuf Musa, Al-Tirkah Wa al-Mirats Fi al-Islam, (Mesir: Daar al-Kitab al-Araby,
1959) h. 278
49
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, h. 89
39
50
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, h. 90
40
Jika kita ingin membagi harta waris kepada orang-orang yang berhak, kita
harus melihat mana yang disebut harta peninggalan (tirkah) dan membayar
lunas semua utang dan melaksanakan semua wasiat simayyit, yang tidak lebih
dari 1/3 harta waris, kita harus mengetahui siapa saja yang berhak
e. Apabila kita telah mengetahui bagian untuk setiap ahli waris dan kadar
satu bagian dari harta waris, tinggal kita kalikan kadar bagian itu dengan
jumlah bagian ahli waris, dan hasilnya adalah kadar satu bagian dari harta
waris.
f. Semua ini diberikan, apabila para ahli warisnya dari dzawil furudh saja
atau sebagian lagi ashabah. Apabila ahli warisnya hanya ashabah dan
jumlah ahli warisnya. Namun apabila para ahli waris itu campuran, ada
meninggalkan seorang istri, bapak, ibu, kakek, seorang anak laki-laki dan
Isteri 1/8
Bapak 1/6
Ibu 1/6
48.000.000 : 24 = 2.000.000
Rp 48.000.000.00.,
43
Dalam pembagian waris ada disebut ahli waris inti yaitu tidak pernah
tertutup tapi tentu akan tampil sebagi yang mendapat bagian harta tinggalan
karena tidak terhijab hirman adalah: Suami atau Istri, Ibu, Ayah, Anak
Perempuan, dan Anak Laki-Laki. Mereka disebut ahli waris inti karena dalam
kenyataan bahwa kemungkinan yang mutlak mereka itu tentu menerima hak
kewarisannya, sementara ahli waris diluar mereka tertutup sama sekali selagi
masih ada anak, ayah dan ada ibu, sehingga mereka tidak bisa menikmati hak
Istri Suami
(-) (+)
Yang Meninggal
Istri -/+ Suami
(-) (+)
1
Ahmad Kuzari, Sistem Ashabah Dasar Pemindahan Hak Milik Atas Harta Tinggalan, h.
3
BAB III
A. Pengertian Radd
yang artinya kembali.1 Secara etimologi radd artinya ―al-‗awd‖ (― )العىدar-
menghindarkan.2 Dan radd berarti juga dengan ―arrapashu‖ ()السفص, dan ―al-
adalah: ―adanya kelebihan pada kadar bagian ahli waris dan adanya
1
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus arab-Indonesia (Surabaya: Pusat
Progressif, 1997) Cet ke-14, h. 486. Lihat juga . Abul Yazid Muhammad Abul Azmi, Maqosidu al-
Miraz Fi Douni Nususi al-Syariati Waqonuni al-Mawaris, (Mesir, Hukmu Attabi‘i Mahfuzatul
Lilmuallif, 1999) h. 84
2
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami (Mesir: Arrisalah Al-Dauliyyah. 2000) Terjemah H Addys Aldizar dan
Fathurrahman. Penulis (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004) h. 321
3
Ahmad Kamil al-Hudhuri, al-Mawaris al-Islamiyyah (Ttp, Lajnat Atta‘rif al-
Islamiyyah.1966) h. 54
4
Hasanain Muhammad Makhluf, al-Mawaris Fi al-Syariatil al-Islamiyyah. (Kairo:
Lajnah al-Bayyan al-Araby, 1958) h. 138
44
Dan menurut Ahmal Kamil al-khuduri., radd adalah: ―memberikan
harta yang tersisa kepada ashabul furud, sesudah diberikan bagian masing-
masing ashabul furud dan tidak bersama dengan ahli waris ashabah, dibagi
tersisa dari bagian dzawil furudh nasabiyyah kepada mereka sesuai dengan
besar kecilnya bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk
menerimanya.‖6
jumlah jumlah saham dari pada asal masalah, dan adanya kelebihan kadar
pengertian diatas dapat dipahami bahwa radd adalah suatu masalah kasus
pewarisan yang jumlah sahamnya lebih kecil daripada asal masalahnya. Dan
dengan sendirinya, terjadi penambahan kadar para ahli waris. Karena pada
masalah radd ini, ada penambahan kadar kepada para ahli waris. Masalah
Radd ada karena tidak ada ashabah dalam pembagian waris, maka sesudah
dibagikan bagian masing-masing ahli waris masih ada sisa, yaitu sisa kecil
5
Ahmad Kamil al-Hudhuri, al-Mawaris al-Islamiyyah h. 55
6
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah. (Ttp: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah. t.th), jilid III, h. 306
7
Hasan Ahmad Khotib, al-Fiqhul al-Muqaron, (Kairo: Darut at-Taklif. 1957) h 336
8
Fathurrahman, Ilmu Waris (Bandung: Al-Maarif, 1975) Cet Ke-4, h. 423
Hazairin menamakannya dengan Dzawu-Iqarabat.9 Dan Hasanain
1. Rukun-Rukun Radd
Ketiga ini harus ada, sebab kalau salah satu dari rukun tersebut
tidak ada tentu tidak akan terjadi masalah radd. Misalnya jika para ahli
waris dari seseoarang yang mati semuanya terdiri dari ashabah maka harta
niscaya tidak akan ada sisa lebih atau kurang. Demikian juga apabila
jumlah saham-saham dari para ahli waris adalah sebesar jumlah asal
masalah, sehingga tidak ada kelebihan sedikitpun, tentu tidak akan terjadi
masalah radd.11
2. Syarat-Syarat Radd.12
9
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur‟an dan Hadis, (Jakarta: Tritamas,
1964) Cet ke-3, h. 45
10
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) Cet ke-2, h. 119
11
Fathurrahman, Ilmu Waris, h. 423
12
Abul Yazid Muhammad Abul Azmi, Maqosidul al-Miraz Fi Dauni Nususi al-Syariati
Wa Qonuni al-Mawarisi, h. 84
Persoalan radd terjadi dalam hal ada suami atau istri , kedua, dalam hal
Tidak ada Nash yang khusus yang terdapat dalam kitab Allah Swt... Atau
dalam Sunnah Rasulullah saw tentang radd. Karena itulah, para Sahabat,
tabi‘in, dan para imam mazhab fiqih, berbeda pendapat tentangnya. Para
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini pada prinsipnya, ada dua
pendapat yaitu radd itu tidak ada dan radd itu ada.14
ashabul furudl, tidak boleh diberikan kepada suami atau istri. Karena
13
Suhwardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum waris Lengkap dan Praktis
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 165
14
Fathurrahman, Ilmu Waris, h. 423
15
Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ahkamul Mawaris Fi al-Syariati al-Islamiyyah
Ala al-Mazahibul Arbaah, (Beirut: Maktabah al-Azriyah. 1996), h. 172
Dalil yang dikemukakan adalah Surah al-Anfaal ayat 75
pengertian umum ayat ini. Suami atau istri dapat mewarisi karena sebab
perkawinan, dan ini terputus bila salah seorang dari mereka wafat.
Karena itu, bagian warisan untuk suami atau istri hanya apa yang ada
dalam nash, dan tidak ada pengembalian untuk mereka karena hal itu
kekal, walaupun ahli warisnya telah wafat. Oleh sebab itu, tidak ada
dan tidak ada ashabah karena nasab dan sebab, Pengembalian sisa harta
16
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islam, h. 322
diserahkan kepada seluruh ash-habul furudh, dengan kadar bagian
ahli waris dzul al furudh sekalipun kepada suami istri menurut bagian
mereka masing-masing.17
juga wajib menerima tambahan ketika ada sisa lebih (radd). Alasan
lainnya bahwa dalam Al-Quran telah ditetapkan bahwa suami atau istri
adalah ahli waris dan tidak ada yang melarang dalam menambahi sisa
waris. Oleh sebab itu tiap-tiap yag ditetapkan oleh Nash menyalahi
karena itu dahulukanlah yang lebih dekat kemudian yang agak dekat.
Tidak tetap radd itu bagi suami adan istri karena salah satu keduanya
tidak ada sipat qorabat. Dan tidak tetap mendapatkan radd cucu
17
Ibnu Qudamah. Al-Mughni, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah. t.th), Juz 7, h 46. Lihat
juga Hasan Yusuf Ghazali, al-Miras ala al-Mazahibul Arba‟ah dirasatan watatbikhan, (Ttp: Daar
al-Fikr, 2003), h. 113-116
18
Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ahkamul Mawaris Fi al-Syariati al-Islamiyyah
Ala al-Mazahibul Arbaah, h. 172
perempuan dari anak laki-laki bersama anak perempuan sulbi, saudara
saudara seibu bersama ibu dan nenek, karena salah satu dari yang tiga
ini ada orang yang lebih dekat dengan si mayyit daripada mereka.19
ibnu Yasar.
Tidak ada radd dalam waris mewarisi dan harta yang tersisa setelah
Sisa harta diberikan kepada ash-habul furudh selain suami, istri dan
nenek merupakan makanan untuknya. Oleh karena itu nenek tidak boleh
mendapatkan bagian lebih dari apa yang telah ditetapkan, kecuali jika
21
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 323
22
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 327
23
Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ahkamul Mawaris Fissyariatil Islamiyyah Ala
Mazahibul Arbaah. h. 174
baik keadaan kas baitul mal teratur dalam melaksanakan tugasnya
kepada ahli waris dzul al-furudh tidak dapat dimiliki oleh seorang
ahli waris karena tidak ada jalan untuk memilikinya dan harus
yang telah disyariatkan oleh Allah Swt., yang melampaui batas akan
24
Muhammad Syarbini al-Khotib, Mughni al-Muhtaj (Mesir: Musthapa al-Baby al-Haby,
1958) Juz III, h. 6
disyariatkan Allah? Kalau boleh, kita bisa saja memberikan warisan
kepada tetangga atau nasab yang jauh. Kalau tidak boleh, mengapa
dan Imam Maliki berpendapat bahwa radd itu harus diberikan kepada
baitul mal, karena baitul mal merupakan ahli waris yang tidak
dan Ibnu Suraij, mempatwakan bahwa sisa harta itu tidak boleh
boleh diberikan kepada suami atau istri, sama ada baitul mal
tidak boleh diberikan kepada ashabul furud dan jika baitul mal itu
25
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 323
26
Muhamad Ibn Idris al-Syafii, Al-Umm, (Beirut : Dar al Kutub al Ilmiyah.1993), juz 4, h
100 Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayah al Maqtashid, (Ttp.: Maktabah al Kulliyah al
azhariyah. 1969), juz II, h. 380
27
Hasan Ahmad Khotib, al-Fiqh al-Muqaran (Mesir: Darul Ta‘rif, 1957) h. 337
Pendapat Mazhab Maliki generasi berikutnya bahwa apabila
baitul mal tidak terorganisir dengan adil ketika ada kelebihan sisa
kecuali kepada suami atau istri, baik baitul mal terorganisir secara
Penyingkiran suami dan istri dari menerima radd itu ialah karena
radd itu adalah hak para ahli waris yang mempunyai hubungan darah
28
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Daar al-Fikr, 1989) h.
358
29
Hasan Ahmad Khotib, al-Fiqh al-Muqaran, h. 339
30
Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat
Minangkabau, (Jakarta : Gunung Agung, 1984), h. 103
dari harta waris. Ayat ini juga tidak bertentangan dengan ayat waris-
bagian yang telah ditetapkan ALLAH, namun karena ada sebab yang
حدثنا الحميدي حدثنا سفيان حدثنا الزهري قال أخب ين عامر بن سعد بن
فأتان
ي أن وقاص عن أبيه قال مرضت بمكة مرضا فأشفيت منه عىل الموت ي
ابنب
ي إال يرثب
ي وليس ا
كثب
ر ماال ىل
ي إن هللا رسول يا فقلت يعودن
ي ملسو هيلع هللا ىلص النب
ي
ماىل قال ال قال قلت فالشطر قال ال قلت الثلث قال الثلثبثلب يأفأتصدق ي
خب من أن تبكهم عالة يتكففون الناس كبب إنك إن تركت ولدك أغنياء ر ر
31
) (رواه البخاري.................
31
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matnul al-Bukhari Bi-Hasiyyatis al-
Sindi, (Beirut: Daar ibn al-Hizam, tth) Jilid ke-4, h. 165
warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu
meninggalkan mereka dalam keadaan papa, meminta-minta kepada
manusia, .…(H.R. Bukhari)
pengembalian.32
tentang memberikan sisa harta kepada suami isteri ketika ahli waris
yang lain tidak ada. Pertama, sisa harta diberikan kepada suami tidak
diserahkan kepada suami atau isteri secara mutlak dan dalam semua
manakala tidak ada imam yang adil. Kalau ada imam yang adil maka
32
Komite Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar, Ahkam Al-Mawaris Fil-
Fiqh Al-Islami, h. 325
33
Muhamad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab, terj. Afif Muhamad,(Jakarta : Basri
Press, 1994), h. 357
D. Radd Dalam KHI dan Fiqh Klasik
suami atau istri.34 Hal ini sebagaimana termaktub dalam pasal 193 KHI35
―Apabila dalam pembagian harta warisan diantara para ahli waris dzawil
sedangkan tidak ada ahli waris ashabah, maka pembagian harta warisan
Sikap tegas yang diambil oleh Kompilasi Hukum Islam yang hanya
memberikan satu pilihan yaitu sisa harta yang sesudah dibagikan kepada
ashabul furudl (radd) boleh diberikan kepada semua ahli waris. Dalam
kepada dzawil furudh, sedangkan ahli waris yang berhak atas sisa harta
36
(ashabah) tidak ada. Mengenai radd para Ulama berbeda pendapat
34
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h.
198
35
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007) h. 160
36
Lia Murlisa, Ahli Waris Penerima Radd Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan
Relevansinya Dengan Social Kemasyarakatan, h. 283
kepada baitul mal (radd itu ada atau tidak ada). Kemudian para Ulama
Mengenai perbedaan ini para Ulama yang mengatakan radd itu ada
(diserahkan kepada ashabul furudl) adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Abdullah bin Mas‘ud, Abdullah bin Abbas,
Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Hanifah, Imam ibnu Saraqah, al-
Para Ulama yang mengatakan radd itu tidak ada (diserahkan kepada
baitul mal) adalah Zaid bin Tzabit, Urwah ibnu Zubeir, Sulaiman ibnu
Para ulama yang mengatakan radd itu ada atau diserahkan kepada
ashabul furudl masih berbeda pendapat tentang siapa saja ashabul furudl
berpendapat radd itu diserahkan kepada ashabul furudl bahwa suami atau
istri tidak boleh mendapatkan radd, Alasan pembatasan ini adalah oleh
37
Lia Murlisa, Ahli Waris Penerima Radd Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan
Relevansinya Dengan Social Kemasyarakatan, h. 285
38
Lia Murlisa, Ahli Waris Penerima Radd Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan
Relevansinya Dengan Social Kemasyarakatan, h. 285
39
Lia Murlisa, Ahli Waris Penerima Radd Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan
Relevansinya Dengan Social Kemasyarakatan, h. 284
40
Lia Murlisa, Ahli Waris Penerima Radd Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan
Relevansinya Dengan Social Kemasyarakatan, Jurnal Ilmiah Islam Futura Vol. 14 No. 2. Februari
2015 h. 285
Hanya Usman bin Affan yang membolehkan suami atau istri
hak yang sama dalam pengurangan waktu terjadi „aul tentu tidak ada
Semua sisa harta yang ada dikembailkan kepada ahli waris dzawil furudh
dari harta maka radd yang diterimanya adalah 1/3 dari sisa harta itu dan
begitu seterusnya.42
yaitu lembaga penelitian dan pengkajian Islam yang terdiri dari ulama-
ulama pilihan dari berbagai disiplin ilmu. Tujuan didirikannya lembaga ini
yang berwenang, harus terlebih dahulu dibahas oleh komisi Majma‟ al-
41
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h. 108
42
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 107
43
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, h. 35
Lembaga Majma‟ al-Buhuts al-Islamiyah ini merupakan lembaga
yang terdiri dari 48 pasal. bab pertama mengatur tentang hukum waris
mengatur tentang radd, bab kelima mengatur tantang waris dzawil arham;
mengatur tentang hak tirkah denngan cara ikrar mayit; dan bab kedelapan
44
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, h. 35
45
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, h. 35
46
Lihat UU Hukum waris Mesir No. 77 tahun 1943.
اذا ﱂ تﺴتﻐرق الفروض الﱰكة وﱂ توجد عصبة من النﺴب رد الباقﻰ علﻰ غﲑ
ّ
ورد باﰱ الﱰكة اﱃ احد الزوجﲔ،الزوجﲔ من اﺻحاب الفروض بنﺴبة فروضهم
اذا ﱂ يوجد عصبة من النﺴب او احد اﺻحاب الفروض النﺴبﻴة او احد ذوى
47
االرحام
1. Ashabul furudl hanya satu orang atau beberapa orang sejenis, tanpa
suami atau istri. Dalam situasi ini, harta waris dibagikan berdasarkan
Contoh:
47
Lihat Pasal 30 UU No. 77 Tahun 1943 Qanun Al-Mirats Al-Mishriy
48
Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT. Al-Ma‘arif, 1975), h. 427
Ini diberikan kepada ibu
2. Ashabul-furudh terdiri dari beberapa ahli waris dan tidak ada suami
atau istri. Pada situasi ini, harta waris dibagi berdasarkan jumlah
masalahnya adalah hasil dari dari suami atau istri. Kemudian sisanya
Rp. 24.000.000
dengan mengambil doktrin dari berbagai mazhab fikih, baik metode takhayyur1
Kitab Fiqih
1. Indonesia
1
Takhayyur, yaitu menyeleksi berbagai pendapat mazhab secara eklektik melalui fatwa
(judicial direvtiveI). Lihat, Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara, Kritik atas Politik
Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta : LKiS, Februari, 2001), h. 90.
2
Talfiq, yaitu menggabungkan mazhab yang satu dengan mazhab yang lain.
3
Intra Doctrinal Reform, yaitu reformasi hukum keluarga Islam yang dilakukan dengan
menggabungkan pendapat dari beberapa madzab atau mengambil pendapat lain selain dari madzab
utama yang dianut sedangkan Extra Doctrinal Reform , yaitu pembaruan hukum dengan cara
memberikan penafsiran yangn sama sekali baru terhadap nas yang ada. Lihat M. Atho Mudzhar,
Membaca Gelombang Ijtihad, Antara Tradisi dan Liberasi (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998),
h. 177.
64
‗ubudiyyah dan aturan mu‟amalah. Di dalam aturan mu‟amalah
hibah dan wakaf. Keseluruhan dari setiap aturan dalam Islam adalah
menuntut adanya kemaslahatan bagi umat Islam. Hal ini tercermin dalam
yang pada akhirnya tidak sesuai dengan tujuan aturan itu sendiri.
Hukum waris Islam meski secara umum telah dijelaskan dalam Al-
Quran dan hadis, namun tidak dapat disangkal masih ada perbedaan
cenderung menerapkan aturan dari salah satu ulama yang dianggap sangat
peraturan dalam suatu aturan yang dianggap sebagai aturan yang formal
harta setelah ahli waris dzawil furudh4 memperoleh hak dan bagiannya
tersebut kepada ahli waris dzawil furudh sesuai dengan bagian yang
angka asal masalah, sehingga sama besarnya dengan jumlah bagian yang
diterima oleh mereka. Apabila tidak ditempuh dengan cara radd, persoalan
selanjutnya akan timbul yaitu siapa yang akan menerima sisa harta
tersebut sedangkan di dalam kasus ini tidak ada ‗asabah (penerima sisa
harta). Dengan demikian, masalah radd itu sendiri muncul karena adanya
harta yang lebih setelah dibagi dan tidak adanya ‗asabah.6 Sehingga
diberikan.
4
Dzawil furudh adalah ahli waris yang mempunyai bahagian-bahagian yang telah
ditentukan pada harta peninggalan dengan nass atau dengan ijma‘. Mereka semuanya ada dua
belas orang, empat orang lelaki dan delapan wanita. Lihat: Teungku Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy, Fiqh Mawaris: Hukum Pembagian Warisan menurut Syariat Islam (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2010), h. 58
5
Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT. Al-Ma‘arif, 1975), h. 423
6
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 423
memperselisihkan masalah radd karena dianggap tidak ada nass yang
yang menolak memiliki dalil tersendiri yang dianggap paling tepat dengan
permasalahan radd.
Tsabit, Imam Malik dan Imam Syafi‘i. Mereka berpendapat bahwa sisa
harta yang telah dibagi untuk dhawil furud diberikan kepada baitul mal.
Allah Swt. telah menentukan bahagian para dhawil furud secara qat‘i dan
حدثنا أبىعىانﺔ عن قﺘادة عن ﺷهس بن حىﺷﺐ عن: أخﱪنا قﺘيﺒﺔ بن ﺳعيد قال
7
An-Nasai, Sunan Nasai Juz V (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1995), h. 180
“Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada setiap yang berhak –
menerima – dan tidak ada wasiat untuk ahli waris.” (HR. al-Nasa‟i).8
mereka berbeda pendapat mengenai ahli waris mana yang dapat menerima
menonjol dalam permasalahan apabila radd ini terjadi dalam kasus yang
suami atau isteri itu adalah sababiyyah dengan adanya perkawinan. Dalil
tirkah daripada yang lain. Mereka lebih berhak dari baitul mal. Sebab itu
untuk seluruh umat muslim, orang yang mempunyai hubungan darah lebih
8
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih Sunan an-Nasai, (Jakarta: Buku Islam
Rahmatan, 2006), h. 883
9
Al-Yasa‘ Abubakar, Rekonstruksi Fikih Kewarisan: Reposisi Hak Kewarisan, (Banda
Aceh: LKAS, 2012), h. 231
diragukan lagi bahwa orang yang paling dekat hubungan darah dengan si
furud kecuali suami atau isteri, dan nenek. Hanya Utsman bin Affan yang
tidak ada perbedaan antara suami atau isteri dengan ahli waris lainnya.11
salah satu pasalnya yaitu Pasal 193 menjelaskan bahwa radd itu dibagi dan
membahas tentang radd ini, dan dari sini dapat ditarik suatu pengertian
yang terdapat dalam kita-bkitab faraidl). Atau dengan kata lain, tidak perlu
10
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 106-107
11
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 426
―Apabila dalam pembagian harta warisan di antara para ahli
waris dhawil furud menunjukkan bahwa angka pembilang lebih
kecil daripada angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris
asabah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara
radd, yaitu sesuai dengan hak masingmasing ahli waris, sedang
sisanya dibagi secara berimbang di antara mereka‖.12
ahli waris yang berhak menerima sisa harta, terdapat perbedaan atau
Sehingga menjadikannya tidak hanya berbeda dengan ahli fara‘id Zayd bin
Tsabit dan Imam Syafi‘i, tetapi juga berbeda dengan pendapat jumhur
ulama. Dengan kata lain KHI mengikuti pendapat Utsman bin Affan yang
tidak mengecualikan suami atau istri untuk mendapatkan sisa harta (radd).
waris, diberikan kepada ahli waris dhawil furud yang mendapat warisan.
Padahal apabila dilihat kepada pendapat Imam Syafi‘i, sisa harta tidak
12
Instruksi Presiden RI Nomor I Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,
Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1999/2000, h. 88
13
Salah satu putusan pengadial agama mengenai radd adalah putusan pengadilan agama
Sukabummi dengan nomor perkara 0017/Pdt.P/2012/PA.Smi. pada putusan ini hakim memutuskan
untuk memberikan sisa harta (radd) kepada istri (pemohon) dengan pertimbangan hukum yang
mengacu terhadap pendapat Utsman bin Affan yang termaktub dalam undang-undang kewarisan
Mesir.
boleh diberikan kepada dhawil furud bahkan wajib diberikan kepada
baitul mal.
2. Mesir
(Judicial Circular) No 28 tahun 1925. Isi surat edaran ini mengenai hak
janda untuk mendapatkan sisa harta waris jika tidak ada ashabah, ashabul
furudl, atau ahli waris yang lain dengan cara pengembalian sisa (radd).
اذا ﱂ تﺴتﻐرق الفروض الﱰكة وﱂ توجد عصبة من النﺴب رد الباقﻰ علﻰ غﲑ
ّ
ورد باﰱ الﱰكة اﱃ احد الزوجﲔ،الزوجﲔ من اﺻحاب الفروض بنﺴبة فروضهم
اذا ﱂ يوجد عصبة من النﺴب او احد اﺻحاب الفروض النﺴبﻴة او احد ذوى
15
االرحام
pendapat Utsman bin ‗Affan, yaitu untuk salah seorang suami/isteri ketika
salah seorang suami/isteri dengan syarat tidak ada ‗asabah atau dhawil
apabila tidak ada lagi ahli waris selain mereka. Dengan demikian, mereka
16
Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: PT. Al-Ma‘arif, 1975), h. 427
17
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 431
sistem hukum waris Islam. Akan tetapi aturan ini mempunyai pengaruh
aturan ini lebih memilih pada pendapat yang tidak populer di kalangan ahli
Bahkan pendapat lain yang merujuk kepada Zaid bin Tsabit, tidak
mengenal konsep radd. Bagi kelompok ini, harta sisa langsung masuk ke
Pemberian hak radd untuk suami dan atau isteri merujuk kepada
pendapat Usman bin Affan. Utsman berpendapat bahwa semua ahli waris,
tidak terkecuali suami dan isteri berhak untuk mendapatkan sisa harta
dengan cara radd. Alasannya, ketika terjadi kekurangan harta waris dalam
jika terjadi harta sisa, maka pasangan juga berhak untuk menikmati harta
18
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 36
19
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 37
pendapat mainstream kepada pendapat yang tidak popular.20 Sedangkan
hukum waris Islam dan watak kaku dalam ketentuan yang terdapat dalam
blueprint dari Tuhan dan tidak dapat diganggu gugat telah berubah untuk
negara-negara Muslim. Ini dapat dilihat dari argumen hukum yang ada
20
Takhayyur atau alternatif hukum juga menjadi tanda bagi perubahan yang terjadi pada
materi hukum perkawinan di dunia Islam. Dua dekrit khalifah Turki Usmani tahun 1914 tentang
hak isteri untuk mengajukan cerai gugat telah menandai masuknya mazhab malikiyah ke dalam
materi hukum keluarga Turki yang bermazhab Hanafiyah.
21
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 37
(1946) mengenai wasiat yang berbeda dengan aturan yang ada dalam
tradisi Sunni.22
Secara normatif dalam fiqh klasik, radd terjadi jika terdapat harta
waris sisa setelah diberikan kepada semua ahli waris, dan tidak ada ahli
waris așabah. Jika terjadi kasus seperti ini, mayoritas ulama (jumhur)
nasabiyyah yang terdiri dari dzawil furudl dan dzawil arhām/dzû al-arhām
dan Kas negara. Sedangkan ahli waris sababiyyah yang terdiri dari suami
radd maupun dengan wasiat dalam sistem keluarga inti (nuclear family)
peranan inti dalam sistem keluarga ini. Dengan demikian, harta pusaka
sebagian besar tidak lagi beralih kepada ahli waris anggota keluarga lain
yang peranannya periferal dalam keluarga inti karena telah digantikan oleh
22
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h 40
23
Ahmad Bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim,h. 46
24
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 434-435.
pasangan. Dengan begitu, harta pusaka tetap menjadi harta milik keluarga
inti.25
B. Analisis Penulis
perbedaan terkait dengan ahli waris penerima radd. Mereka memiliki dalil
menjadi dua, ada ulama yang menerima radd dan juga ada yang secara
mentah menolak radd. Ulama yang menolak radd adalah Zayd bin Tsabit,
Imam Syafi‘i, Imam Malik. Menurut mereka radd diserahkan kepada baitul
mal sebagai perwakilan dari umat Islam, adapun dalil yang mereka gunakan
adalah surah al-Nisa‘ ayat 13 dan 14, dan juga hadis. Hak-hak secara pasti
telah ditetapkan Allah Swt. yang sudah tidak dapat diganggu gugat lagi atau
ditambah kurang begitu saja. Adapun ulama yang menerima konsep radd
memperkuat argumen mereka dengan dalil surah al-Anfal ayat 75 dan juga
ini saja, ternyata ulama-ulama yang menerima radd berbeda pula pendapat
25
Ahmad bunyan Wahib, Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim, h. 47
Penyelesaian radd yang dilakukan oleh jumhur ulama adalah
Karena menurut mereka, maksud dari surah al-Anfal ayat 75, kekerabatan
mesir No. 77 tahun 1943 mengikuti pendapat Utsman bin Affan yang
menyatakan bahwa radd diberikan kepada semua ahli waris tanpa kecuali,
keadilan hukum dalam masyarakat, maka ketika ada harta yang tersisa,
permasalahan ‗awl.
suami atau istri berhak mendapatkan radd. Selain karena alasan Utsman ibn
Affan yang menyatakan bahwa suami atau istri juga ikut serta dalam
permasalahan ‗awl, penulis juga mengutip Satu kaidah dalam hukum Islam
PENUTUP
A. Simpulan
adalah:
ini menyatakan bahwa suami atau istri berhak mendapatkan sisa harta
terdapat pada pasal 193 Kompilasi Hukum Islam tidak menyatakan secara
mendapatkan radd dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan, hal
radd, bahwa suami atau istri berhak mendapatkan sisa harta (radd).
3. Dalalm hal pembagian sisa harta waris (radd), baik Indonesia maupun
78
79
bahwa suami atau istri berhak mendapatkan sisa harta waris (radd) karena
mereka juga diikutsertakan ketika terjadi kekurangan harta (‗aul). Hal itu
atau istri untuk menerima harta sisa waris (radd). Selaras dengan aturan
B. Saran
manfaat bagi kita semua. Sebelum mengakhiri tulisan ini, penulis ingin
bidang ini, kepada para pembaca khususnya pada seluruh umat muslim.
secara umum.
mendapatkan radd.
DAFTAR PUSTAKA
_________, Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail, Shahih Bukhari, Berut: Daar
al-Kutubal-Ilmiyyah, 2003.
_________, Muhammad bin Isma‘il, Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar ibn Katsir,
2002.
Azmi, Abul Yazid Muhammad Abul, Maqosidul al-Miraz Fi Dauni Nususi al-
Syariati Wa Qonuni al-Mawarisi.
Ensiklopedi Islam, Jilid III, Jakarta: PT. Ikhtiar baru van Hoever, 1994.
Kuzari, Ahmad, Sistem Ashabah Dasar Pemindahan Hak Milik Atas Harta
Tinggalan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Lubis Suhwardi K. dan Komis Simanjuntak, Hukum waris Lengkap dan Praktis
Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Manan, Abdul, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Mughniyah, Muhamad Jawad, Fiqh Lima Mazhab, terj. Afif Muhamad, Jakarta :
Basri Press, 1994
Muhibbin, Moh, dan Abdul wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan
Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Wahid, Marzuki dan Rumadi, Fiqh Mazhab Negara, Kritik atas Politik Hukum
Islam di Indonesia, Yogyakarta : LKiS, Februari, 2001.