Oleh
HAJAR KAU
45 10 060 003
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2017
ii
iii
iii
iv
v iv
KATA PENGANTAR
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah membantu penulisdalam menyelesaikan skripsi ini, semoga senantiasa dalam
lindungan Allah SWT dan diberikan kesuksesan.Aamiin
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.Semoga karya tulis ini
dapat berniai ibadah dan dapat membawa manfaat bagi para pembaca dan
terkhusus bagi penulis.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahWarahmatullah Wabarakatuh.
Hajar Kau
vii vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ....................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 3
1.4 Metode Penelitian ....................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Pengertian Perkawinan .............................................................. 7
2.2 Asas-asas Perkawinan................................................................ 10
2.3 Tujuan Perkawinan .................................................................... 13
2.4 Sebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda................................. 17
2.5 Perkawinan Usia Muda Menurut Hukum Adat dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ...................................... 21
BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejauhmana Pelaksanaan Aturan Perkawinan Hukum Adat Alor Terhadap
perkawinan Usia Muda ..................................................................... 37
3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia
Muda Di Kabupaten Alor NTT .......................................................... 41
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 44
4.2 Saran ................................................................................................. 46
BAB 1
PENDAHULUAN
tujuan yang sakral pula, serta tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan yang
supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik dan sehat. Untuk itu harus
dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibawah
umur.
bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri. Selain
itu seorang ibu yang berusia muda sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu
dalam arti dia belum memiliki ketrampilan yang memadai untuk mengasuh
anaknya sehingga ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaanya dari
sifat keibuannya.
(1) yang menyatakan bahwa. “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria
2
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun” .
pelaksanaan pernikahan dini, pada prinsipnya hal ini dimaksudkan agar orang
memasuki usia kawin. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974
mempersoalkan perkawinan usia muda ini. Dalam skripsi ini perlu dikaji
KabupatenAlor NTT?
a. Secara teoritis
b. Secara praktis
kualitatif.
a. Data primer
b. Data sekunder
cara:
setempat.
dengan penelitian skripsi ini berupa buku dan hasil karya tulis para
sarjana hukum.
berlaku.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
antara satu dengan yang lain tidak saling bertentangan tetapi saling
melengkapi.
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani tetapi
warohmah.
keridhaan Allah, hingga segala sesuatu yang kita perbuat adalah dalam
termasuk membina keluarga yakni untuk membentuk suatu ikatan lahir dan
seorang lelaki dan seorang perempuan yang hidup bersama dan yang
Dengan demikian maka perkawinan adalah salah satu asas pokok hidup yang
duniaakhirat.
suatu hal yang mempunyai akibat yang sangat luas dalam hubungan hukum
istri dalam rumah tangga melalui suatu proses yang ditentukan oleh kaidah-
kaidah hukum Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
yang menyatakan:
mengatur setiap tahapan proses menuju ikatan dari dua orang yang
merupakan suatu lembaga yang suci dan sakral dimana perkawinan itu
diperjanjikan dan diikat dihadapan Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan
berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-
sebagai berikut:
1.Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974), yang
mempelai.yaitu harus ada kata sepakat antara calon suami dan isteri.
2.Asas Monogami (Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974). Yang berbunyi:
suami.
3.Tapi ada perkecualian (Pasal 3 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974), yang
tersebut.
2. Perkawinan tidak saja harus sah dilaksanakan menurut hukum agama dan
kerabat.
kerabat. Masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami atau isteri yang
5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur.
6. Perceraian ada yang dibolehkan dan ada yang tidak dibolehkan. Perceraian
berkedudukan sebagai ibu rumah tangga, ada juga isteri yang bukan ibu
rumah tangga.
ditentukan undang-undang.
isteri.
fisik, pikiran dan akhlak. Hal ini sejalan dengan sejumlah penelitian yang
satu sama lain demi memperoleh rasa aman dan menjalin kekuatan untuk terus
sakinah mawaddahwarahmah.
hidup dan tidak dapat diputuskan tanpa alasan yang tidak jelas.Pembentukan
keluarga bahagia dan kekal haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
sebagai sila pertama Pancasila.Untuk itu suami istri perlu saling membantu
1. Memperoleh keturunan yang sah adalah tujuan pokok dari perkawinan itu
laki-laki dan perempuan, antar kedua jenis itu saling mengandung daya
tidak ada salurannya maka akan timbul perbuatan yang tidak baik dalam
masyarakat
perempuan akan mencari jalan yang tidak halal. Oleh karena itu, untuk
karena berdasarkan cinta dan kasih sayang. Dari cinta dan kasih sayang
ditanggung oleh orang tua. Tetapi setelah berumah tangga mereka mulai
menyadari akan tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Hal ini akan
Terlebih lagi dengan adanya anak, kegiatan tersebut tentunya akan lebih
ditingkatkan.
Muslim)“
Yang Artinya :
keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani dan social, mempererat dan
masyarakat pedesaan atau pinggiran kota. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya:
1. Faktor psikologi
rangsangan media masa, terutama media masa audio visual. Pada usia 18
18
perkembangan adalah segala hak yang harus dicapai individu pada suatu
tidak dapat dibantah, tetapi jika kawin sangat diperlukan untuk mengatasi
memang membenarkannya.
bahwa kawin muda masih banyak yang merasa asing terutama pernikahan
pada saat kuliah. Tanpa memikul tanggung jawab dalam kuliah saat
2. Faktor Biologis
jawab dan kewajiban bagi suami istri. Tanggung jawab dan kewajiban
muncul pada saat ini adalah makin memanjangnya rentan waktu antara
20
masa puber yang alami dan kematangan sosial, ketika sesorang menjadi
sekolah dasar dan sampai jenjang perguruan tinggi, jika tanpa terputus
menghadapi perkawinan. Hal yang sama berlaku pada remaja puteri yang
tidak dimungkinkan bagi remaja putera yang berusia 18 tahun dan remaja
Maksud adat dan budaya adalah, adat dan budaya perjodohan yang
masih umum dan terjadi dibeberapa daerah Indonesia. Dimana anak gadis
sejak kecil telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya, dan segera
1. Faktor Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
2. Faktor Pendidikan
3. FaktorOrang tua
anaknya.
4. MediaMassa
5. FaktorAdat
laki-laki yang menikah) saja, akan tetapi juga bagi orang tuanya, saudara-
menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja tetapi juga kedua belah
mereka masing-masing.
kawin itu saja. Hukum Adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu
dan kewajiban suami istri, harta bersama kedudukan anak, hak dan
bukan saja berarti perikatan perdata, tetapi juga perikatan adat dan
harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga
“rasantuha” (hubungan antara orang tua keluarga dari para calon suami
perkawinan.
anak tertua, anak penerus keturunan, anak adat, anak asuh dan lain-lain dan
pria kepada pihak wanita dan setelah perkawinan istri mengikuti tempat
“semenda” di mana pelamaran oleh pihak wanita kepada pihak pria dan
Mencar, Mentas) di mana pelamaran dilakukan oleh pihak pria dan setelah
Indonesia selama ini ada tiga sistem yang berlaku di masyarakat yaitu
1. Sistem Endogamy
ruang gerak orang. Sistem ini masih berlaku di daerah Toraja, tetapi
2. Sistem Exogami
kecil saja.
26
3. Sistem Eleutherogami
yang dekat seperti ibu, nenek, anak kandung, cucu dan saudara
dilakukan oleh pihak wanita kepada pihak pria dan setelah perkawinan
suami mengikuti tempat kedudukan dan kediaman istri hal ini bisa
dilakukan oleh pihak pria dan setelah perkawinan kedua suami istri bebas
bahwa suami dan istri harus saling bantu membantu dan melengkapi
kehidupan rumah tangganya saja akan tetapi juga berarti ikut sertanya
orang tua, keluarga dan kerabat kedua belah pihak untuk menunjang
perkawinan baik bagi pria dan wanita yang belum cukup umur maupun
yang telah cukup umur dan mampu untuk hidup mandiri senantiasa harus
hukum adat.
itu juga dikarenakan juga oleh adanya kemajuan dan perkembangan jaman.
tahun bagi laki-laki maka setelah menikah, hidup bersama antara mereka
belah pihak menjadi hidup bersatu dalam suatu kehidupan bersama suami
isteri.
yang belum dewasa dengan seorang pria yang dewasa atau dengan pria
persetujuan kedua calon mempelai, Pasal 6 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974
umur21 (duapuluh satu) tahun harus mendapat ijin kedua orang tua, Pasal
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur
16 tahun.
kawin bagi warga negara pada prinsipnya dimaksudkan agar orang yang
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 23 tahun 2002 : setiap anak berhak
dengan minat dan bakatnya, Pasal 11 UU No.23 Tahun 2002: setiap anak
anak yang sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat, dan
No.23 Tahun 2002 : setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua,
wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan,
1. diskriminasi
3. penelantaran
5. ketidakadilan
tanggung jawab terhadap anak seperti yang tertulis di Pasal 26 ayat (1) UU
No. 23 tahun 2002 : orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
minatnya
antara fakta yang ada dilapangan dengan hukum adat dan hukum
tersebut.
Jika melihat dari awal dimana hukum yang berlaku di negara kita
perkawinan.
adalah:
1. Asas suka rela menurut Pasal 6 ayat (1) menentukan bahwa perkawinan
persetujuan darikedua calon suami-istri atau dengan kata lain tidak ada
perkawinan.
yang berbunyi Dalam waktu yang sama seorang laki-laki hanya boleh
suami”.
mengaturprinsip, bahwa calon suami dan istri itu telah masak jiwa dan
diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita
umur.
perkawinan dibawah umur, agar suami istri yang dalam masa perkawinan
batas-batas umur bagi calon suami dan istri yang akan melangsungkan
perkawinan.
dengan adanya dispensasi dari Pengadilan bagi yang belum mencapai batas
karena wanita hamil akibat perilaku sex bebas, solusinya adalah orang tua
mereka harus menikahkan mereka pada usia muda. Dan pada akhirnya
alasan hamil diluar nikah akibat pergaulan bebas. Situasi semacam itu
pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria
maupun wanita Pasal 7 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974. Pelaku dan para
pihak yang terlibat dalam pernikahan usia muda akan sulit dikriminalkan
36
pernikahannya.
alasan, yaitu:
dibawah umur;
BAB 3
bahwa perkawinan bagi manusia adalah suatu yang sakral dan mempunyai
ditetapkan syariat Agama, Oleh karena itu perkawinan salah satu syaratnya
dan sehat. Untuk itu haruslah ada pencegahan perkawinan antara calon
oleh sebab itu seorang ibu yang berusia muda sebenarnya belum siap
untuk menjadi ibu dalam arti dia belum memiliki keterampilan yang
januari 2015).
diluar nikah dan si perempuan hamil yang keduanya beraada pada Desa yang
sama dengan pemangku adat yang sama maka diadakan pertemuan antara kedua
laki dan keluarganya beserta kepala sukunya langsung masuk minta (meminang)
ceritakan hal-hal yang tidak di inginkan di tengah masyarakat adat. Sama halnya
perkawinan.
Bahwa: “ada beberapa pasangan suami istri yang menikah, itu usianya
dari enam belas tahun dan ada yang tujuh belas tahun, yang terlanjur
sangat mudah, ada yang umurnya lima belas, empat belas dan itu
masyarakat itu adalah si perempuan yang usianya masih muda dari si laki-
laki, misalnya si perempuan yang umurnya enam belas tahun atau tujuh
belas tahun sedangkan si laki-laki umur dua puluhtujuh atau dua puluh
delapan tahun, sehingga di adakan aturan adat lebih dulu yaitu pengantaran
(meminang)
ini belum hamil maka yang perlu disepakati adalah belis (mas kawin)
5. Sah jadi suami istri dan membentuk rumah tangga baru atau keluarga
baru
mengayomi antara suami dan istri yang didasari cinta kasih yang dalam.
tingginya tingkat perceraian bahkan kelahiran anak luar kawin yang tidak
adalah:
kekeluargaan.
januari 2015).
orang tua.
2015).
BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
hari dan tangal pernikahan dan pelunasan belis (mas kawin), maka
perkawinan tersebut menjadi sah, menurut hukum adat, hukum agama, dan
Undang-undang.
5.2 Saran
pelaku nikah muda. Dan kepada pemangku adat agar lebih menerapkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Ahmad Saebani, 2007, Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-
Undang.Pustaka Setia. Bandung.
AliQaimi, 2002, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Raja grafindo Persada, Jakarta
Al-Qur’an (Q.S. An-Nur:32) dan Al-Qur’an, (Q.S Ar-Rum:21)