Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN TRADISI ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR DUSUN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Desa Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten


Tulungagung)

Diajukan Jurusan Hukum Keluarga Islam


Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Guna Menyusun Skripsi

SKRIPSI

Oleh:

REMA ICHLASUL AMAL


NIM. 12102193109

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

i
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
UIN TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat,
Tufik, Hidayah serta, Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi,
dengan judul : “TINJAUAN TRADISI ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR
DUSUN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Kabupaten Tulungagung)”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penyusun juga menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan apabila
tanpa bantuan dan support dri berbagai pihak. Berkat semangat, perhatian serta motivasi
merekalah, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, penyusun haturkan
kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang senantiasa memberikan do’a yang terbaik kepada
seluruh Mahasiswanya untuk kelancaran tugas akhir perkuliahan ini.
2. Ahmad Muhtadi Anshar, M. H.I. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah Dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Beserta seluruh staf
dan karyawanya.
3. Ahmad Musonnif, M.H.I. Selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam Universitas
Islam Negeri Sayiid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan
kemudahan administrative dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Hj. Indri Ismawati, M.H. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan tenaga
dan waktunya guna membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terwujud dan selesai sesuai target.

ii
5. Kepada Bapak/Ibu Dosen beserrta seluruh civitas akademik Fakultas Syari’ah Dan
Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung,
penyusun mengucapkan banyak terimakasih atas ilmu, wawasan dan pengalaman
yang telah diberikan.

DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I..................................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................5
D. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................5
E. PENEGASAN ISTILAH.......................................................................................5
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI............................................................6

BAB II.................................................................................................................................8

A. KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................8
1. Pengertian dan Dasar Hukum Tradisi................................................................8
2. Fungsi Tradisi....................................................................................................13

BAB III...............................................................................................................................14

A. METODE PENELITIAN......................................................................................14
1. Jenis Penelitian.................................................................................................14
2. Lokasi Penelitian..............................................................................................14
3. Kehadiran Peneliti............................................................................................15
4. Pendekatan Penelitian.......................................................................................15

iii
5. Jenis dan Sumber Data......................................................................................16
6. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................17
7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..............................................................18
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data..............................................................19
9. Tahap-tahap Penelitian.....................................................................................20

BAB IV................................................................................................................................23

A. KESIMPULAN......................................................................................................24
B. SARAN...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

iv
TINJAUAN TRADISI ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR DUSUN
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Desa Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung)

Rema Ichlasul A.

SKRIPSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan
keluarga sejahtera yang bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan
tanggung jawab. Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1974 dikatakan bahwa
“perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Berlakunya Undang-undang No.1
Tahun 1974, menimbulkan unifikasi hukum dalam perkawinan di Indonesia, dimana
perkawinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan agama atau kerohanian
karena perkawinan bukan saja mengutamakan unsur jasmani tetapi unsur rohani juga
memegang peranan penting. Tujuan perkawinan dalam Undang-undang No.1 Tahun
1974 adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Oleh karena itu suami
istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya serta membantu mencapai kesejahteraan spiritual
dan material
Sahnya suatu perkawinan ditinjau dari Undang-undang Perkawinan Nasional
yaitu “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu”. Sahnya suatu perkawinan itu ditentukan oleh

v
aturan agama dan kepercayaan mereka yang melakukan perkawinan, apabila suatu
perkawinan yang dilakukan bertentangan dengan ketentuan agama dan
kepercayaannya, dengan sendirinya menurut hukum perkawinan belum sah dan tidak
mempunyai akibat hukum sebagai ikatan perkawinan. Sahnya perkawinan menurut
Undang-undang No.1 Tahun 1974 pasal 2 berbunyi “1) Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Penjelasan pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa tidak ada perkawinan di luar
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-
undang Dasar 1945. Hukum masing-masing agama dan kepercayaannya yang
dimaksud itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan
agamanya dan kepercayaannya itu sepanjang tidak ditentukan lain dalam Undang-
undang tersebut.
Undang-undang Perkawinan telah menetapkan dasar dan syarat yang harus
dipenuhi dan merupakan pencapaian esensi dari suatu perkawinan. Salah satunya yaitu
tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam
belas) tahun”. Standar paling utama dalam pemilihan pasangan pernikahan adalah
bahwa calon pasangan harus Muslim, apakah sebelumnya mereka berasal dari agama
lain atau tidak. Di Indonesia, ada perbedaan pendapat tentang apakah pernikahan
dengan orang yang berkonversi diperbolehkan atau tidak. Beberapa orang
menganggap bahwa tidak peduli apa agama sebelumnya, pernikahan dilarang. Orang

lain menganggap bahwa selama non-Muslim masuk Islam, pernikahan diperbolehkan


(Idrus, 2004:3).
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 dalam
pasal 6 berbunyi:
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang belum mencapai umur 21 (dua
puluh satu) tahun harus mendapat ijin kedua orang tua.
3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang mampu
menyatakan kehendaknya.
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka ijin diperoleh dari wali,

vi
orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah
dalam garis keturuna lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam
keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka
tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum
tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat memberikan ijin setelah lebih dulu
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.
Perkawinan menurut hukum adat di Indonesia bukan hanya berarti sebagai perikatan perdata,
tetapi juga merupakan perikatan adat sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan
ketetanggaan. Terjadinya suatu ikatan perwakinan bukan semata-mata membawa akibat
terhadap hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama,
kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan adat istiadat
kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan, ketetanggan serta menyangkut upacara-upacara adat
dan keagamaan. Perkawinan juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan
keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan
dengan sesama manusia (muamalah) dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan akhirat
B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam


penelitian. Setiap peneliti sebelum melakukan penelitian harus mengetahui terlebih
dahulu pokok permasalahan yang ada. Dengan adanya perumusan masalah diharapkan
proses pemecahan permasalahan dapat terinci secara jelas, lebih terarah, dan terfokus.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut.
1. Faktor apa yang melatarbelakangi adanya kawin satu dusun dalam adat?
2. Mengapa tradisi kawin satu dusun masih dipertahankan di tengah era globalisasi
seperti saat ini?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan titik pijak dalam merealisasikan aktivitas yang akan
dilaksanakan, sehingga harus dirumuskan secara jelas. Tujuan penelitian berfungsi
sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti. Dengan adanya tujuan

vii
penelitian, maka suatu masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan secara jelas dan
terarah serta akan mempermudah dalam mencari data sampai pada langkah
pemecahan permasalahannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk menganalisa dan mengidentifikasi latar belakang adanya kawin satu


dusun.
2. Untuk mengkaji tradisi kawin satu dusun masih dipertahankan di tengah era
globalisasi seperti saat ini.

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang nyata bagi semua pihak yang terkait dengan penulisan penelitian ini. Adapun
kegunaan secara teoritis dan secara praktis dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Aspek Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil yanag dicapai dapat digunakan
untuk menambah wawasan ilmiah yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi peneliti berikutnya, terutama terkait dengan pembahasan “TINJAUAN
TRADISI ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR DUSUN PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM).”
2. Aspek Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan
sekaligus menambah ilmu pengetahuan tentang “TINJAUAN TRADISI
ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR DUSUN PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Kabupaten Tulungagung).”
b. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan penelitian bagi penulisan karya ilmiah. Sekaligus sebagai
pengetahuan data untuk menambah informasi mengenai pembahasan
“TINJAUAN TRADISI ADAT JAWA LARANGAN MENIKAH ANTAR
DUSUN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.”

E. PENEGASAN ISTILAH

viii
Untuk memberikan kejelasan atas judul yang dipilih dan di tetapkan, maka
penulis memberikan penegasan atas istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi.
Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Tradisi
Tradisi atau kebiasaan (latin: traditio, "diteruskan") adalah sebuah bentuk perbuatan
yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan
bahwa orang tersebut menyukai perbuatan itu. Kebiasaan yang diulang-ulang ini
dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang,
sehingga sekelompok orang tersebut melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari
bahasa latin "Tradere" yang bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke tangan
lain untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan
yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi dikembangkan untuk
beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa masa.Jika
kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan dilakukan secara berulang, maka
segala tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai
perbuatan yang melanggar hukum.
1

2. Hukum Keluarga Islam


Hukum Keluarga Islam adalah hukum yang mengatur perihal hubungan
hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan dimana dalam literatur Islam
(fiqih) dapat diformulasikan dengan sebutan al-ahwal as syakh shiyyah yang dapat
disimpulkan ruang lingkupnya mencakup: a) Perkawinan (al munakahat), b)
Pengasuhan dan pemeliharaan anal (hadhanah), c) Kewarisan dan wasiat (al-
muwarist/faraid dan washaya), d) Perwalian dan pengawasan (alwalayah wal
hajr).2
3. Ulama
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ulama mempunyai
pengertian orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam, ia
seorang besar pada zaman kebangkitan Islam.3
Kata ulama merupakan bentuk jama’dari kata alim yang berarti orang yang
ahli dalam pengetahuan agama islam. Kata alim adalah kata benda dari kata kerja
alima yang berarti “mengerti atau mengetahui”. Di Indonesia kata Ulama

1
Subaidi, KONSEP NAFKAH MENURUT HUKUM PERKAWINAN ISLAM, (Jepara: LP. Maarif NU Kabupaten
Jepara,2014) hlm 159.
2
Wahyuni Retno Wulandari, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Usakti, 2013),
3
https://kbbi.web.id/ulama diakses pada tanggal 25 april 2021 pukul 08.00.

ix
umumnya diartikan sebagai “orang yang berilmu”. Menurut pemahaman yang
berlaku sampai sekarang, Ulama adalah mereka yang ahli atau memiliki kelebihan
dalam bidang ilmu agama islam, seperti ahli dalam tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam,
bahasa Arab dan paramasastranya seperti saraf, nahwu, balagah, dan sebagainya.
Begitupun dalam penelitian ini ulama yang dimaksud adalah seorang alim atau
berilmu, berintelektualitas tinggi dalam agama islam yang berada di kabupaten
Tulungagung.4

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan ditulis sebagai upaya menjaga keutuhan skripsi ini agar
terarah dan metodis, penyusunannya menggunakan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
Bab I merupakan pendahuuan, menjadi dasar penelitian ini meliputi latar
belakang masalah yang dijadikan dasar penyusunan materi, kemudian dilanjutkan dengan
tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian teori, metode penelitian,
penelitian sebelumnya dan pembahasan sistematis.
Bab II merupakan bagian penting untuk mencapai arah penelitian ini, yang berisi
tentang Larangan Menikah Antar Dusun sebagai dasar bab selanjutnya.
Bab III merupakan metode penelitian yang menjadi dasar penulis memuat tentang
jenis penelitian, lokasi penelitian, keberadaan peneliti, sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik analasis data.
Bab IV Pembahasan pokok Larangan Menikah Antar Dusun Di Desa
Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung.
Bab V merupakan inti dari analisis masyarakat daerah Desa Tanggulkundung
Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung tentang Larangan Menikah Antar Dusun.
Bab VI berisi kesimpulan dari apa yang dibahas dalam penelitian ini dan saran
serta bab penutup.

4
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 12.

x
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian dan Dasar Hukum Tradisi
 Tradisi atau kebiasaan (latin: traditio, "diteruskan") adalah sebuah bentuk
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini
juga menunjukkan bahwa orang tersebut menyukai perbuatan itu. Kebiasaan
yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai
bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok orang tersebut
melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari bahasa latin "Tradere" yang
bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain untuk
dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan
yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi dikembangkan
untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam
beberapa masa.Jika kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan
dilakukan secara berulang, maka segala tindakan yang bertentangan
dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai perbuatan yang melanggar
hukum. Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu
penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum
dan aturanaturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem
atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem
budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial. Sedangkan
dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang
secara turun temurun dapat dipelihara. Tradisi adalah kesamaan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini
dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan
yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi
berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja. Lebih
khusus lagi, tradisi dapat melahirkan kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan yang merupakan hasil dari tradisi memiliki paling sedikit tiga
wujud, yaitu: a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan (ideas) b. wujud kebudayaan
sebagai sebagai kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam

xi
masyarakat (activities) c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia (artifact).
 Fungsi Tradisi5 Suatu tradisi memiliki fungsi bagi masyarakat, antara lain : a.
Tradisi adalah kebijakan turun temurun. Tempatnya di dalam kesadaran,
keyakinan, norm, dan nilai yang kita anut kini serta di dalam benda yang
diciptakan di masa lalu. Tradisi pun menyediakan fragmen warisan historis yang
dipandang bermanfaat. Tradisi seperti onggokan gagasan dan material yang
dapat digunakann dalam tindakan kini dan untuk membangun masa depan
berdasarkan pengalaman masa lalu. b. Memberikan legitimasi terhadap
pandangan hidup, keyakinan, pranata, dan aturan yang sudah ada. semua ini
memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Salah satu sumber
legitimasi terdapat dalam tradisi. Biasa dikatakan: “selalu seperti itu” atau
“orang selalu mempunyai keyakinan demikian”, meski dengan resiko yang
paradoksal yakni bahwa tindakan tertentu hanya dilakukan karena orang lain
melakukan hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima
semata-mata karena mereka telah menerimanya sebelumnya. c. Menyediakan
simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial
terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi nasional dengan lagu,
bendera, emblem, mitologi, dan ritual umum adalah contoh utama. Tradisi
nasional selalu dikaitkan dengan sejarah, menggunakan masa lalu untuk
memelihara persatuan bangsa. d. Membantu menyediakan tempat pelarian
dari keluhan, ketidakpuasan, dan kekecewaan kehidupan modern. Tradisi yang
mengesankan masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti
kebanggaan bila masyarakat berada dalam krisis.

2. Penelitian Terdahulu

Untuk memperoleh gambaran yang pasti terhadap posisi penelitian ini, berikut
penulis mengilustrasikan tentang penelitian-penelitian yang sudah ada dan berkaitan
dengan masalah yang diteliti, yaitu sebagai berikut :
a. Mohamad Jazeri, 196912042005011005 (2020) Makna Tata Simbol dalam Upacara
Pengantin Jawa. Akademia Pustaka, Tulungagung. ISBN 978-623-7706-71-7

Dengan demikian, setelah dilakukan penelusuran belum ditemukan hasil


penelitian yang serupa dengan masalah dalam penelitian ini.

xii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian adalah suatu proses untuk mencari gagasan, konsep dan teori
melalui pengamatan yang berkesinambungan dan mencermati fenomena yang ada di
lapangan. Oleh karena itu diperlukan metode penelitian yang tepat untuk
mendapatkan gambaran hasil realita yang sebenarnya terjadi dalam lokasi dan fokus
yang sedang diteliti.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Kualitatif dengan pendekatan rasionalisme yang mengungkap hasil penelitian
berdasarkan teori dan kebenaran empiric. Sarwono menjelaskan pendekatan kualitatif
didasarkan oleh pemikiran dan atau teori yang digunakan sebagai pijakan untuk
berpikir. Tanpa teori, suatu metode atau pendekatan bagaikan bangunan tanpa
pondasi, akibatnya metode tersebut akan mudah digoyahkan.5
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti memilih metode
penelitian kualitatif berdasarkan beberapa alasan sebagai berikut :
a. Peneliti dapat melakukan penggalian informasi dan identifikasi secara
mendalam berdasarkan wawancara dan observasi dengan menggali sumber
data baik primer maupun sekunder.
b. Metode Kualitatif dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang
kompleks dan rumit dalam sebuah model.
c. Hasil analisa yang didapat berdasarkan isu yang diangkat dan proses penelitian
merupakan realita yang dapat menunjukkan kebenaran dan seberapa dalam
wawasan masyarakat mengenai domestikasi peran suamu gender dan juga
peran perempuan di ranah domestik.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Tanggulkundung Kecamatan Besuki
kabupaten Tulungagung, alasan pemilihan lokasi tersebut karena fokus kajian peran

5
Sarwono, Jonathan. Strategi Melakukan Riset, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013), hal. 3.

xiii
suami yang menjadi sasaran peneliti berada di kabupaten Tulungagung dengan titik
keluarga dengan suami sebagai pencari nafkah utama, juga pendapat ulama
kabupaten Tulungagung.
3. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam sebuah penelitian adalah untuk memperoleh data
yang valid, jelas, dan sesuai dalam sebuah penelitian. Maka peneliti hadir dalam
proses penelitian, dengan mendatangi langsung kepada informan atau para pihak
yang mengetahui perihal obyek penelitian. Tanpa kehadiran peneliti, maka penelitian
tidak akan berjalan dengan lancar dan data pun tidak akan didapatkan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama. 6
Sesuai dengan jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, untuk memperoleh
data sebanyak mungkin dan mendalam selama penelitian dilapangan. Peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama sehingga
peneliti lapangan sangatlah diperlukan dalam penelitian kualitatif.7
4. Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan Kasus
Pendekatan ini dilakukan dengan cara pendekatan terhadap perkembangan
fenomena domestikasi yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.
Pendekatan kasus ini berbeda dengan studi kasus. Di dalam pendekatan ini kasus-
kasus akan ditelaah untuk referensi bagi kasus lain yang berkaitan.
b. Pendekatan Konseptual
Pendekatan dilakukan dengan menelaah pandangan-pandangan dan doktrin-
doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting
sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu
hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika
menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin akan memperjelas
ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum,
maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.
c. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif (Syar’i) yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang
didasarkan atas hukum Islam, baik itu berasal dari al-Qur’an, al-Hadis, kaidah

6
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal.27.
7
Ibid., hal. 4

xiv
ushul fiqh dan pendapat para ulama dalam memandang sebuah permasalahan
terkait dengan domestikasi peran suami. Melalui pendekatan ini peneliti akan
berusaha menggali fakta-fakta di lapangan berkaitan dengan Domestikasi Peran
Suami lalu mengkaji berdasarkan hukum Islam dalam memandang fenomena
kemudian menganalisisnya apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau seperti
apa, pada akhirnya menemukan alasan-alasan yang menjadi landasan setiap hal
yang bersesuaian atau bertentangan dengan hukum Islam.

5. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis data
Jenis Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah yang mana data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian, sedangkan data
sekunder adalah yang mana data yang didpatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian. Pada kesempatan ini peneliti melakukan penelitian dengan
cara wawancara dan observasi langsung ke lapangan dengan mewawancarai para
ulama atau para kyai yang memiliki pandangan terkait domestikasi peran suami
dalam keluarga.
b. Sumber data
Sumber data mempunyai peranan penting dalam sebuah penelitian karena
sumber data dapat memudahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian dengan
benar dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data penelitian ini
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Data primer
Data primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama yang ada di
lapangan. Termasuk sumber data primer adalah:
 Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau dalam konteks penelitian ini
disebut dengan informan.
 Place, yaitu data yang diperoleh dari gambaran tentang situasi kondisi
yang berlangsung berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian.
 Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar atau simbol-simbol lain.

xv
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari selain data primer atau data
yang diperoleh sumber setelah data primer atau sumber kedua. Data
sekunder ini dapat diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan seperti,
mencari informasi, mempelajari dan memahami melalui buku, artikel, jurnal
ilmiah, dan literatur lainnya yang ada hubungannya dengan judul skripsi.
Data sekunder juga bisa diperoleh dari para narasumber yang tidak terlibat
langsung dalam ini, yaitu para narasumber sebagaimana ulama, kyiai, tokoh
agama, dan juga aktivis.

6. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dalam penelitian adalah
mendapatkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dalam
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan bagian dari pengumpulan data, yang disini berarti
mengumpulkan data langsung di lapangan. Proses ini dimulai dengan indetifikasi
tempat penelitian. Kemudian, dilanjutkan dengan pemetaan sehingga akan
diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian. Selanjutnya peneliti akan
menentukan siapa yang akan dijadikan objek observasi, kapan, berapa lama, dan
bagaimana.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, teknik wawancara
yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara yang proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan narasumber, dengan atau tanpa menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Dalam penelitian
ini, penulis melakukan wawancara terhadap narasumber yaitu ulama yang berasal
Majelis Ulama Indonesi (MUI) Kabupaten Tulungagung. Juga disamping itu
beberapa pendapat dari ulama lain seperti NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad

xvi
Islamiyah, dan juga beberapa kyia dari pondok pesantren, yang dikerjakan dengan
sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Wawancara ini merupakan suatu bentuk komunikasi yang verbal, yaitu
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dari narasumber,
sehingga dengan menggunakan metode ini melibatkan penulis sebagai penggali
data untuk berkomunikasi langsung dengan narasumber.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian yang
diterapkan dengan cara “peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen-dokumen, catatan harian, foto dan sebagainya”. Seluruh
dokumentasi ini nantinya dapat digunakan untuk mendukung data-data hasil
observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti dalam mengerjakan
penelitian.

7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data disebut juga pengolahan dan penafsiran data. Analisis data
adalah upaya untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara dan lainnya sebagai nya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna. Nantinya data yang telah diperoleh dari proses interview, observasi, dan
dokumentasi akan disusun secara berkelompok sesuai dengan fokus penelitian,
kemudian dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Kegiatan pada teknik ini yang dilakukan, yaitu:
1. Penyuntingan (editing)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang
dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan.
b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.
c. Keajegan (consistency) jawaban responden.
Dalam menyunting, penyunting tidak boleh mengganti atau menafsirkan jawaban
responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga.8

8
Wahidmurni, Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. (Jurnal: UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2017),
hlm.13

xvii
2. Analisis Data adalah suatu proses atau upaya untuk mengolah data menjadi
informasi baru sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah dipahami dan
berguna untuk solusi masalah, terutama yang terkait dengan penelitian.
Analisis data juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
mengubah hasil data dari penelitian menjadi informasi baru yang dapat digunakan
dalam membuat kesimpulan.
Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data agar
lebih mudah dipahami, kemudian dibuat kesimpulan. Kesimpulan dari analisis
data diperoleh dari sampel yang umumnya dibuat berdasarkan pengujian
hipotesis atau dugaan.
Dalam teknik menganalisis data, penulis berusaha untuk memecahkan masalah
dengan menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan kemudian dikaji dan
dianalisis sehingga dapat diperoleh data yang valid. Selanjutnya peneliti akan
melakukan analisis data guna untuk memperkaya informasi melalui analisis,
sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. analisis ini dilakukan dengan
mengembangkan hasil data yang sudah didapat dari tempat penelitian yakni di
Kabupaten Tulungagung.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Teknik keabsahan data merupakan taknik pengecekan kembali atau
mengevaluasi data yang diperoleh dilapangan. Hal ini dilakuakan bertujuan untuk
memastikan bahwa data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan valid.
Dalam teknis ini menggali dan mengecek kembali data yang disampaikan informan,
serta memastikan keterangan data yang diperoleh dari informan secara berulang-
ulang sampai data tersebut benar-benar valid dan sah. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pemeriksaan data dengan menggunakan data Trigulasi.
Teknik trigulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakuakan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Teknik dengan
pemeriksaan data trigulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
dilakukan dengan cara memanfaatkan data lain untuk pengecekan atau perbandingan
data.9

9
Sumasno Hadi, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi, Jurnal: Universitas Lambung
Mangkurat, jilid 22, Nomor 1, Tahun 2016

xviii
9. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak lepas dari yang namanya dari yang namanaya
tahap-tahap penelitian. Tahapan ini yang nantinya akan memberikan gambaran
mengenai keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, sampai
dengan penulisan laporan. Tahapan yang dipakai dalam penulisanini adalah sebagai
berikut :
a. Tahapan Pra-Penelitian
 Menyusun proposal penelitian
 Menentukan lapangan penelitian
 Mengurus surat perizinan
 Memilih dan memanfaatkan informan
 Menyiapkan perlengkapan penelitian
b. Tahapan Pengerjaan Laporan
 Mempersiapkan diri dengan memahami latar penelitian
 Memasuki lapangan penelitian
 Mengumpulkan data yang dibutuhkan.
c. Tahap Analisis Data, meliputi
 Menganalisis data
 Interpretasi data
 Menyusun laporan penelitian

xix
BAB IV

PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. SEKILAS TENTANG LARANGAN NIKAH ANTAR DUSUN


Kebanyakan masyarakat Desa Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten
Tulungagung masih melakukan tradisi pernikahan dengan bentuk larangan nikah antar desa.
Tradisi ini dilakukan sebelum pasangan melakukan pernikahan, sama halnya dengan tradisi
perhitungan jodoh masyarakat Jawa pada umumnya. Bentuk tradisi tersebut dimaksudkan untuk
menjadi acuan pemilihan jodoh antara pasangan yang hendak melakukan pernikahan, sehingga
selain menggunakan tatacara Islam masyarakat juga memasukkan instrumen tradisi larangan nikah
antar desa tersebut dalam syarat pernikahan.
B. TEMUAN PENELITIAN
1)Tradisi larangan nikah antar desa yang ada di Desa Tanggulkundung adalah tradisi yang biasa
dilakukan masyarakat. Hal yang menjadi alasan filosofis tetap berlakunya larangan nikah antar
desa ini adalah, pertama, aspek keselamatan, kedua, aspek pelestarian tradisi. 2) Aspek
kemanfaatan yang diperoleh oleh masyarakat Desa Karanggupito dan Desa Sidorejo terhadap
adanya tradisi larangan nikah antar desa adalah terjaganya pribadi seseorang dari sanksi sosial
ketika terjadi pelanggaran terhadap tradisi tersebut. 3) Tradisi larangan nikah antar desa yang
dipraktekkan masyarakat Desa Karanggupito dan Desa Sidorejo tergolong kepada ‘urf fasid
karena terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan nash dan tidak memenuhi persyaratan ‘urf
shohih.

xx
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian tentang tradisi adat Jawa larangan menikah antar dusun Di Desa
Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Latar belakang berlakunya tradisi adat Jawa larangan pernikahan antar warga dusun Di
Desa Tanggulkundung Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung adalah kepercayaan
masyarakat bahwa nenek moyang mereka yang berasal dari dua dusun itu berselisih, sehingga
dikhawatirkan berimbas terhadap kehidupan warga kedua dusun tersebut berupa berbagai
macam musibah. Selain itu juga terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa tradisi adat
Jawa larangan pernikahan tersebut berasal dari tradisi Majapahit. 2. Sikap masyarakat dusun
Gambar dan dusun Bakalan terhadap tradisi adat Jawa larangan menikah antar warga dusun
yakni masyarakat mentaati tradisi tersebut untuk mencegah musibah guna memperoleh
keselamatan dalam kehidupan rumah tangga. Sebagian lagi masyarakatnya melanggar tradisi
tersebut karena mereka berkeyakinan bahwa musibah itu datangnya dari Allah bukan dari
akibat melanggar sebuah tradisi. Ditinjau dari hukum Islam, tradisi adat Jawa larangan
menikah antar warga adalah kepercayaan masyarakat terhadap tradisi tersebut tidak bisa
dikatakan sesuatu yang haram, setidaknya apabila kita menilai sesuatu hal tersebut dari segi
positifnya, bukan dari segi negatifnya asal tidak melanggar syariat Islam dan tidak merusak
aqidah Islamiyah. secara tekstual larangan pernikahan antar dusun ini tidak tercantum dalam
al-Qur’an maupun Hadist. Akan tetapi bukan berarti masalah ini tidak bisa dicari hukumnya,
Islam tidak menutup pintu untuk berijtihad. Dalam ilmu ushul fiqh adat sering disebut juga
dengan ‘urf. Dalam metode ‘urf ada dua macam yaitu ‘urf shahih dan ‘urf fasid. Tradisi adat
Jawa larangan nikah antar dusun jika dilihat dari metode ‘urf adat ini termasuk adat atau ‘urf
shahih karena telah memenuhi syarat-syarat yang menjadikan ‘urf tersebut tetap
diberlakukan.

B. SARAN

Pernikahan merupakan salah satu sunnah yang sangat dianjurkan dan juga bernilai ibadah.
Untuk itu menikahlah dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang diridhoi oleh Allah swt,
agar tercipta suatu keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warahmah. Maka dalam
pernikahan tidaklah diharapkan sesuatu yang bisa memisahkan ikatan perkawinan ini
(melarang perkawinan antar dusun), larangan ini lebih kepada konsep tentang mempelajari
riwayat yang melaksanakan sebelumnya sehingga menurut penulis harus percaya segala
sesuatu kepada Allah dan tidak boleh mendahului kehendaknya. 2. Bagi masyarakat umum
khususnya masyarakat Tanggulkundung dalam melaksanakan perkawinan adat, maka harus
lebih berhati-hati, sehingga dapat melaksanakan dan menjaga budaya tetapi tidak melanggar

xxi
syari’at agama Islam. 3. Bagi akademisi, peneliti berharap ada penelitian lain yang membahas
tentang tradisi adat Jawa larangan menikah antar dusun yang dikaji dari sudut pandang yang
berbeda, sehingga penelitian tentang tradisi ini akan lebih luas dan bermanfaat bagi
masyarakat.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. 1999. Fiqih Munakahat II, Bandung: Pustaka Setia

Sudarsono. 1993. Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta

Azizah, Linda. Analisis Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam, Jurnal


Al-‘Adalah, Vol. 10, No. 4 Juli 2012

Manan, Abdul. 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta
Kencana.

Rahman, Abdur. 1996. Perkawinan dalam Syari’at Islam, Jakarta : Rineka Cipta.

Rahman Ghozali, Abdul. 2010. Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media Grup.

Isni Bustami, Isni. 1999. Perkawinan dan Perceraian dalam Islam, Padang : IAIN IB
Press.

Retno, Wahyuni. 2013, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: Usakti.

https://kbbi.web.id/ulama diakses pada tanggal 25 april 2021 pukul 08.00.

Muhtarom. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, Jonathan. 2013. Strategi Melakukan Riset. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Maftukhin, et. all. 2018. Pedoman Penyusunan Skripsi FASIH 2018. Tulungagung:
Buku Tidak Diterbitkan.

xxiii
Hadi, Sumasno. 2016. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada
Skripsi. Jurnal: Universitas Lambung Mangkurat. jilid 22, Nomor 1.

Muni, Wahid. Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. Jurnal: UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang, 2017.

Subaidi. Konsep Nafkah Menurut Hukum Perkawinan Islam, Jepara: LP. Maarif NU
Kabupaten Jepara, 2014.

Suhadak, Faridatus dan Puri Setiawan, Ibnu Hambal. Nafkah Rekreasi Sebagai
Penunjang Keharmonisan
Keluarga Perspektif Dosen Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang:EGALITA, Vol 14, No 2, 2019.

Firdaus dan Gusmartasia, Agnes. Tingginya Kasus Cerai Gugat di Pengadilan


Agama Padang Kelas IA. Padang: JURNAL KAJIAN DAN PENGEMBANGAN
UMAT. 2020.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai