Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG

“QIYAS”

Dosen Pembimbing :

Muhammad Taqijjuddin A. ST.,MT

Disusun oleh :

1. Adilla Kholifah (21901051060)


2. Farradina Rachmadani (21901051078)
3. Farhana Dwi Febriansyah (21901051080)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul "Qiyas" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam merampungkan makalah ini

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. 

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

MALANG, 27 September 2019

PENULIS

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
................................................................................................................................................
I
DAFTAR ISI
................................................................................................................................................
II
BAB 1 PENDAHULUAN
................................................................................................................................................
1
1.1 LATAR BELAKANG
..........................................................................................................................
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
..........................................................................................................................
1
1.3 TUJUAN PENULIS
..........................................................................................................................
1
1.4 MANFAAT PENULIS
..........................................................................................................................
2
BAB 2 PEMBAHASAN
................................................................................................................................................
3

2.1 PENGERTIAN QIYAS


..........................................................................................................................
3
2.2 RUKUN DAN SYARAT QIYAS
..........................................................................................................................
4
2.3 MACAM-MACAM QIYAS
..........................................................................................................................
5
2.4 QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

II
..........................................................................................................................
6
BAB 3 PENUTUP
.................................................................................................................................................
7

3.1 KESIMPULAN
..........................................................................................................................
7
3.2 SARAN
..........................................................................................................................
7

DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................................................................
8

III
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai Umat Islam dalam kehidupan sehari-hari ada aturan yang mengatur segala
aktivitas kita. Semua ada batasan-batasan tertentu serta aturan-aturan dalam
menjalankannya. Dan semua aturan serta batasan hukum yang mengatur Umat Islam
didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist.
Banyak peristiwa atau kejadian yang belum jelas hukumnnya. Karena di dalam
Al’qur’an dan Hadist tidak dijumpai atau ditetapkan secara jelas hukumnya. Oleh sebab
itu diperlukanlah sebuah cara atau metode yang dapat menyingkap dan memperjelas
bahkan menentukan suatu hukum.
Dulu ketika masa Rasulallah semua permasalahan yang timbul mudah diatasi
karena dapat langsung ditanyakan pada Rasulallah SAW, tetapi di masa sekarang jika ada
suatu permasalahan kehidupan yang timbul, tidak dapat ditemukan pada Al-Qur’an dan
Hadist. Disini para Ulama’ Islam melakukan pendekatan yang sah yaitu dengan Ijtihad
dan salah satu Ijtihad tersebut adalah dengan Qiyas’.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Apa pengertian Qiyas?
2.) Apa Rukun dan Syarat Qiyas?
3.) Apa saja Macam-macam Qiyas?
4.) Bagaimana Qiyas sebagai sumber hukum Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1.) Untuk mengetahui Qiyas secara mendalam atau mendetail
2.) Untuk mengetahui Rukun dan Syarat Qiyas
3.) Untuk mengetahui berbagai macam Qiyas dalam Islam
4.) Untuk mengetahui Qiyas sebagai sumber hukum Islam

1
1.3 Manfaat Penulisan
1.) Untuk menambah pengetahuan Qiyas dalam agama Islam
2.) Untuk mengenalkan Hukum Islam selain Al’Qur’an dan Hadist

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Qiyas

Qiyas dalam bahasa Arab berasal dari kata “qasa, yaqisu, qaisan” artinya mengukur,
menyamakan dan ukuran. Secara etimologi qiyas berarti pengukuran sesuatu dengan yang
lainnya atau penyamaan sesuatu dengan sejenisnya. Qiyas menurut berarti,
membandingkan atau mengukur, seperti menyamakan si A dengan si B, karena kedua orang
itu mempunyai tinggi yang sama, bentuk tubuh yang sama, wajah yang sama dan sebagainya.
Qiyas juga berarti mengukur, seperti mengukur tanah dengan meter atau alat pengukur yang
lain. Demikian pula membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan mencari persamaan-
persamaannya.
Sedangkan menurut ulama’ ushul fiqih Qiyas berarti menetapkan hukum suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya
kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan
nash karena ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.

Ada beberapa definisi Qiyas menurut para ulama, diantaranya;

1. Ibnu Subki
Menghubungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang sudah
diketahui kesamaannya dalam ‘‘illat hukumnya menurut pihak yang
menghubungkannya (mujtahid)
2. Abu Zahrah
Menghubungkan suatu perkara yang tidak ada nash tentang hukumnya
kepada perkara lain yang ada nash hukumnya karena keduanya berserikat
dalam ‘‘illat hukum’
3.   Al-Human
Qiyas adalah persamaan hukum suatu kasus dengan kasus lainnya karena
kesamaan ‘‘illat hukumnya yang tidak dapat diketahui melalui pemahaman
bahasa secara murni.

3
4. Abu Hasan al-Bashri
Menghasilkan (menetapkan) hukum ashal pada “furu’” karena keduanya
sama dengan ‘‘illat hukum menurut para mujtahid

2.2 Rukun dan Syarat Qiyas


 Rukun Qiyas :
1. Al-ashlu (pokok). Sumber hukum yang berupa nash-nash yang
menjelaskan tentang hukum, atau wilayah tempat sumber hukum.Yaitu
masalah yang menjadi ukuran atau tempat yang menyerupakan. Para fuqaha
mendefinisikan al-ashlu sebagai objek qiyas, dimana suatu permasalahan
tertentu dikiaskan kepadanya (al-maqis ‘alaihi), dan musyabbah bih (tempat
menyerupakan), juga diartikan sebagai pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah
ditetapkan hukumnya berdasar nash.
2. Al-far’u (cabang). Al-far’u adalah sesuatu yang tidak ada ketentuan
nash. Fara' yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan
hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar. Fara'
disebut juga maqis (yang diukur) atau musyabbah (yang diserupakan) atau
mahmul (yang dibandingkan).
3. Al- Hukum. Al- Hukum adalah hukum yang dipergunakan Qiyas untuk
memperluas hukum dari asal ke far’ (cabang). Yaitu hukum dari ashal yang
telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula yang akan ditetapkan pada
fara' seandainya ada persamaan 'illatnya.
4. Al-‘illah (sifat). Illat adalah alasan serupa antara asal dan far’
(cabang)., yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl, dengan adanya sifat itulah ,
ashl mempunyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula, terdapat cabang
disamakan dengan hukum ashl.
 Syarat-syarat Qiyas :
1. Ashal dan hukumnya hendaklah ada dari keterangan syara', yaitu yang
telah tersebut dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
2. Hendaklah ashal itu satu perkara yang termasuk perkara-perkara yang
dapat difikirkan oleh akal akan sebab-sebabnya.
3. Hendaklah sebab-sebab yang ada pada ashal itu ada pula pada fara'
(cabang)

4
4. Janganlah cabang itu sudah mempunyai hukum sendiri, sebelum diberi
hukum dengan qiyas
5. Sesudah diberi hukum dengan qiyas, janganlah cabang itu bertentangan
dengan hukum yang lain.

2.3 Macam-macam Qiyas :


Ditinjau dari segi kekuatannya, illat yang terdapat pada furu’ dibanding dengan
yang terdapat pada ashal, Qiyas dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Qiyas al-Aulawi: Merupakan suatu illat hukum yang diberikan pada ashal
lebih kuat diberikan pada furu’. Sebagaimana yang terdapat pada QS.Al-Isro’
ayat 23 dimana memukul orang tua diqiyaskan pula dengan menyakiti hati
orang tua.
2. Qiyas al-Musawi: Yaitu suatu Qiyas yang illatnya mewajibkan hukum,
ataupun mengqiyaskan sesuatu pada sesuatu yang lain yang keduanya
bersamaan dalam keputusan menerima hukum tersebut. Contohnya menjual
harta anak yatim diqiyaskan pula dengan memakan harta anak yatim.
3. Qiyas al-Adna: Yaitu mengqiyaskan sesuatu yang kurang kuat menerima
hukum yang diberikan pada sesuatu yang memang patut menerima hukum
tersebut. Sebagai contohnya mengqiyaskan jual beli apel pada gandum yang
merupakan riba fadhl.
Ditinjau dari segi kejelasan illat yang terdapat pada hukum:

1. Qiyas al-Jaliy: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan dengan
hukum ashal atau nash tidak menetapkan illatnya tetapi dipastikan tidak
menimbulkan pengaruh terhadap perbedaan antara nash dengan furu’.
Sebagai contohnya mengqiyaskan budak perempuan dengan budak laki-laki.
2. Qiyas al–Khafiy: Qiyas yang illatnya tidak dijumpai di dalam nash.
Contohnya pembunuhan menggunakan barang yang berat diqiyaskan dengan
pembunuhan menggunakan benda tajam.

Dilihat dari segi persamaan cabang kepada pokoknya:

5
1. Qiyas Ma’na: merupakan Qiyas yang cabangnya hanya disandarkan pada 1
pokok saja. Hal ini disebabkan oleh makna dan tujuan hukum cabang sudah
cukup dalam kandungan hukum pokoknya, sehingga korelasi antara keduanya
sangat jelas dan tegas. Sebagai contohnya memukul orang tua diqiyaskan
pada perkataan ah kepada orangtua.
2. Qiyas Sibhi: merupakan Qiyas yang fara’nya dapat diqiyaskan kepada dua
ashal atau lebih, namun yang diambil adalah ashal yang lebih banyak
persamaannya dengan fara’. Seperti hukum merusak budak dapat diqiyaskan
kepada hukum merusak orang merdeka, karena kedua merupakan manusia.
Namun dapat pula diqiyaskan kepada harta benda, karena budak juga
merupakan hak milik. Dalam hal ini budak diqiyaskan kepada harta benda
dikarenakan persamaannya lebih banyak dibanding dengan pengkiyasan
kepada orang merdeka. Di mana harta budak dapat diwariskan, diperjual-
belikan, diberikan kepada orang lain, diwakafkan dan sebagainya.

2.4 Qiyas Sebagai Sumber Hukum Islam :


Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah
syar’i dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang
lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash
ataupun ijma’ dan yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi
dengan persamaan illat maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya
menjadi hukum syar’i.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwasanya Allah Swt mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk
kemaslahatan. Kemaslahatan manusia merupakan tujuan yang dimaksud dalam
menciptakan hukum. Kedua, bahwa nash baik Al Qur’an maupun hadits jumlahnya
terbatas dan final. Tetapi, permasalahan manusia lainnya tidak terbatas dan tidak
pernah selesai. Mustahil jika nash-nash tadi saja yang menjadi sumber hukum
syara’. Karenanya qiyas merupakan sumber hukum syara’ yang tetap berjalan
dengan munculnya permasalahan-permasalahan yang baru. Yang kemudian qiyas
menyingkap hukum syara’ dengan apa yang terjadi yang tentunya sesuai dengan
syariat dan maslahah.
3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://ahmadsudardi.blogspot.com/2013/03/rukun-qiyas-dan-syarat-syaratnya.html 11.58
https://windowsnesia.com/macam-macam-qiyas/ 12.05
https://rudien87.wordpress.com/2010/11/13/qiyas-sebagaisumber-hukum-islam/ 12.18
https://www.academia.edu/35456114/MAKALAH_USHUL_FIQH_TENTANG_QIYAS 13.08
http://caricaritauyangbermanfaat.blogspot.com/2015/10/memahami-pengertian-rukun-
syarat-dan.html 18.55
http://mytelisikadress.blogspot.com/2015/11/pengertian-qiyas-menurut-para-ulama.html
19.08

Anda mungkin juga menyukai