Anda di halaman 1dari 90

PERLINDUNGAN MEREK DAGANG DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA


(TINJAUAN ATAS SENGKETA HAK MEREK AYAM GEPREK BENSU
DENGAN I’M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Arie Al Maulana

NIM : 11140430000077

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2021 M

i
PERLINDUNGAN MEREK DAGANG DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
(TINJAUAN ATAS SENGKETA HAK MEREK AYAM GEPREK BENSU
DENGAN I’M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi salah satu
persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh

Arie Al Maulana

NIM.11140430000077

Pembimbing:

Dr. Supriyadi Ahmad, M.A.

NIP.195811281994031001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442H/2021

ii
ABSTRAK
Arie Al Maulana, “PERLINDUNGAN MEREK DAGANG
PERFEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
(TINJAUAN ATAS SENGKETA HAK MEREK AYAM GEPREK BENSU
DENGAN I’M GEPREK BENSU SEDEEP BENEER. Skripsi, Program
Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.
Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan bentuk perlindungan hukum
terhadap merek pada sengketa AYAM GEPREK BENSU dengan I‟M GEPREP
BENSU SEDEEP BENEEER. Dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif
di Indonesia. Selanjutnya juga untuk mendeskripsikan dasar pertimbangan hakim
terhadap persamaan merek “BENSU” pada putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat Hingga Mahkamah Agung.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yurudis normative dengan
menggunakan metode pendekatan Perundang-Undanagan (Statute Approach),
pendekatan kasus (Case Approach) dan pendekatan konseptual (Conseptual
Aproach), pendekatan Perundang-Undangan mengacu pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografi. Sedangkan
pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah suatu
kasus yang telah menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan tetap, dan
pendekatan konseptual beranjak dari pandangan – pandangan dan doktrin-doktrin
yang berkembang di dalam ilmu hukum.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Majelis Hakim dalam memutuskan
sengketa sudah tepat. karena terjadi ketidaksesuaian dengan fakta hukum dan
alasan-alasan hukum yang ditemukan pada pemohon kasasi dengan kenyataan.
Dalam hal ini Majelis Hakim melihat fakta dalam persidangan yang dimuat dalam
putusan, sudah cukup mendasar karena sesuai dengan kenyataanya bahwa, merek
I‟M GEPREK BENSU SEDEEP BENEEER sudah terlebih dahulu terdaftar,
sehingga Majelis Hakim meyatakan pemohon kasasi telah melakukan I‟tikad tidak
baik.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum Merek Dagang, Hukum Positif, Hukum Islam,
Sengketa Hak Mere.
Pembimbing: Dr. H. Supriyadi Ahmad. M.A.
Daftar Pusaka: Tahun 1968 s/d Tahun 2018.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, semangat sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perlindungan merek dagang perfektif
Hukum Islam dan Hukum positif di Indonesia(Tinjauan atas sengketa merek
Ayam Geprek Bensu dengan I‟M Geprek Bensu Sedeep Beneeer)”. Shalawat
beriring salam dipanjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
syafa‟atnya selalu dinantikan hingga akhir zaman.

Penulis menyadari penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak


terdapat kekurangan serta tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan
kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, SH., M.H., M.A., Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Siti Hanna, Lc., M.A., Ketua Program Studi Perbandingan Madzhab.
Bapak Hidayatullah, S.H., M.H., Sekretaris Program Studi Perbandingan
Madzhab.

3. Bapak Hidayatullah. SH.I., M.H. Sekretris Program Studi Perbandingan


Mazhab.

4. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si. Pembimbing Akademik.

5. Bapak Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. pembimbing penulis dalam


menyusun skripsi ini, yang telah memberikan bimbingan, saran dan
ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Madzhab,


yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi
rasa hormat saya. Tidak lupa pula kepada pimpinan perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan.

7. Kedua orang tua Jayadih dan Maryanih.,yang telah memberikan semangat,


motivasi, doa serta dukungan moril dan materil.

8. Teman-teman angkatan 2014 program studi Perbandingan Madzhab dan


Hukum, serta seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

vi
9. Teman-teman organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Prodi
Perbandingan Madzhab, seperti Alm.Nur Rahman, Abdul Haris Fadilah,
S.H., Ahmad Zaelani, S.H., Fadhli Warman, Lc., S.H., Murtadi Achmad
Ningrat, S.H., Reno Tri Ramadhan, S.H., Deni Alamsyah, S.H., Mereka
teman penulis yang terus mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan skripsi Akbar Wijaya,S.H., M. Angga


Yudha,S.H.,Ulpan Anggi,S.H., Fahmi Pajrianto,S.H., Khalil Gibran ,S.H.,
Zein Hadi, Lc., S.H., Sahrul Fauzi S.H.,yang tidak pernah mengeluh dan
samasama berjuang demi mendapatkan hasil terbaik dalam penulisan
skripsi.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga kebaikan kalian menjadi berkah dan amal
jariyah untuk kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
serta pembaca pada umumnya.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA MUNAQASYAH ............................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1


B. Pembatasan Masalah ............................................................... 7
C. Perumusan Masalah ................................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
E. Review Studi Terdahulu .......................................................... 9
F. Metode penelitian .................................................................... 11
G. Sistematika penulisan .............................................................. 13

BAB II HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ATAS MEREK


DAGANG

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual Merek


Dagang ...................................................................................... 15
1. Pengertian Merek ............................................................. 15
2. Perkembangan Pengaturan Merek di Indonesia ............... 16
3. Jenis Merek ....................................................................... 17
4. Pendaftaran Merek ........................................................... 18
5. Penghapusan dan Pembatalan Merek ............................... 21
6. Lisensi .............................................................................. 23

viii
B. Hukum Islam Yang Membahas Mengenai Merek
1. Pandangan Islam Tentang Hak Merek Dagang……………...24
2. Kedudukan dan Dasar Hukum Merek dalam Islam ......... 24
3. Kepemilikan Hak Merek Dalam Islam .............................. 27
4. Factor – Faktor Yang Menjadi Dasar Perlindungan Hak
Merek Dalam Islam .......................................................... 29
5. Dasar Hukum Perlindungan Hak Merek Dagang dalam
Islam ................................................................................. 35

BAB III PERLINDUNGAN MEREK DAGANG

A. Pengertian Merek Terkenal .................................................... 37


B. Ketentuan Merek Terkenal .................................................... 41
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Dagang ............. 42
D. Kronologi Perkara ................................................................. 47

BAB IV ANALISI PUTUSAN NOMOR NOMOR 57/PDT.SUS-


MEREK/2019/PN NIAGA JKT.PST.DAN NOMOR 575
K/PDT.SUSHKI/2020

A. Pertimbangan Hakim ............................................................. 51


B. Amar Putusan ........................................................................ 55
C. Analisa Putusan ..................................................................... 55
D. Analisa Hukum IslamTerhadap Perlindungan Hak Merek
Sengketa Ayam Geprek Bensu .............................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Penutup

A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Rekomendasi .......................................................................... 71

Daftar Pustaka ............................................................................................... 72

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merek (trademark) merupakan definisi hukum yang memberikan


perlindungan daya upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh
pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu. Jadi merek bisa lebih luas atau
lebih sempit dari pada cap. Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada
dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasi dan membedakan produk dari satu
persatu perusahaan dengan perusahaan lain. Merek merupakan mengindikasikan
asal (an indication of origin) dan suatu ciri pembeda (a distinchitive character)
dari barang dan jasa suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan
lain. Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui
merek ,pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas (a
guard of quality) barang dan/jasa yang dihasilkan dan mencegah tindakan
persaingan (konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad buruk
yang bermaksud membonceng reputasinya1. Sama halnya dengan hak cipta dan
paten serta hak atas kekayaan intelektual lainya maka hak merek juga merupakan
bagian hak atas intelektual2

Merek sebagai sarana pemasaran dan periklanan ( a marketing and


adversiting device) memberikan suatu tingkat informasi tertentu kepada
konsumen mengenai barang dan/atau jasa yang dihasilkan pengusaha. Lebih-lebih
dengan perkembangan periklanan, baik nasional maupun internasional dewasa ini
dan dalam rangka perdistribusian barang dan/atau jasa membuat merek semakin
tinggi nilainya. Merek yang didukung dengan media periklanan membuat
pengusaha memiliki kemampuan untuk menstimulasi permintaan konsumen
sekaligus mempertahankan loyalitas konsumen (consumer loyality) atas produk
1
Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual, (Surabaya : airlangga University Press,2010),hlm
160.
2
OK.Saidin.Aspek hukum Kekayaan Hak Intelektual.(Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada,2004).hal.329.

1
2

barang dan/atau jasa yang dihasilkan. Inilah yang menjadikan merek sebagai suatu
keunggulan kompetitif (compotitve advantage) dan keunggulan kepemilikan
(owner advantages) untuk bersaing di pasar global.3. Merek adalah asset ekonomi
bagi pemiliknya, baik perorangan maupun perusahaan (badan hukum) yang dapat
menghasilkan keuntungan besar, tentunya bila didayagunakan dengan
memeperhatikan aspek bisnis dan proses manajemen proses yang baik. Demikian
pentingnya peranan merek ini, maka terhadapnya dilekatkan perlindungan hukum,
yakni sebagai obyek terhadapnya terkait hak-hak perorangan ataupun badan
hukum4. Di dalam dunia perdagangan baik produk barang atau jasa, merek
merupakan suatu hal yang penting untuk menarik perhatian konsumen selain
dalam pengemasan dan pelayanan suatu badan usaha, karena merek merupakan
apa yang ada dalam pikiran konsumen. Merek membentuk pola pikir masyarakat
kepada berbagai jenis produk barang atau jasa, dengan merek konsumen akan
langsung mengenali ciri dan kualitas dari berbagai jenis produk barang atau jasa
tersebut, maka dengan demikian merek dapat dikatakan sebagai identitas suatu
produk dan dianggap penting dalam pengenalan ciri, kualitas, keunggulan hingga
pemasaran suatu produk barang atau jasa.

Sementara itu Islam telah memberikan hak dan kekuasaan kepada individu
atas apa yang dimilikinya, yang memungkinkanya untuk memanfaatkanya sesuai
dengan ketentuan Syari‟at. Islam juga mewajibkan negara agar memberikan
perlindungan atas kepemilikan individu dan menjatuhkan sanksi bagi setiap orang
yang melanggar kepemilikan orang lain. Negara wajib menjaga hak individu
tersebut sehingga memungkinkan baginya untuk mengelola dan mencegah orang
lain hak-haknya. Seperti merek dagang pasalnya merek dagang dalam islam
mememiliki nilai material, karena keadaanya sebagai salah satu bentuk perniagaan
yang diperbolehkan secara syar‟i. merek dagang adalah label produk yang dibuat
oleh pedagang atau industriawan bagi produk-produknya untuk membedakan

3
Rahmi Jened, Hukum Merek (trademark law) Dalam Era Global & Integritas Ekonomi,
(Jakarta: kencana ,2015), hal 3-4.
4
Perlindungan Merek di Indonesia. Direktorat Jendral Industri Dan Dagang Kecil
Menengah (Jakara,Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, 2003). Hal 2.
3

dengan produk-produk perusahaan lain. Merek tersebut dapat membantu pembeli


atau konsumen untuk mengenali produknya.5 Dalam hukum Islam segala sesuatu
dapat dimiliki kecuali benda yang tidak bermanfaat seperti biji jagung, dan benda
yang memiliki manfaat haram, seperti bangkai. Sedangkan merek bermanfaat dan
tidak diharamkan, karenanya ia dapat dimiliki. Merek juga merupakan harta yang
dapat dimiliki, oleh karena itu pemilik merek berhak mendapatkan perlindungan
atas kepemilikan mereknya, sebagaiman ia berhak mengomersilkan dan
mentasarufkannya seperti menjual, menyewa atau memberikan lisensi kepada
pihak lain. Setiap pelanggaran atas merek berupa menjiplak, meniru, membajak,
dan memalsukan produk bermerek hukumnya haram, karena masuk dalam
kategori memakan harta orang lain secara batil6, dalam surat Albaqarah ayat 188
juga terdapat larangan memakan harta orang lain secara batil‟

Dalam Maqasid AL-Asyari‟ah terdapat Hifdzu AL-Mall‟ yaitu menjaga harta


berharga dan HKI Termasuk suatu yang berharga yang mempunyai nilai sehingga
mengakibatkan hak dan memiliki atas seseorang yang mana hak itu adalah
sesuatu kewenangan atas sesuatu yang wajib atas orang lain7 dari segi
kepemilikan hak menjadi tiga macam:

a) Hak Allah SWT, yaitu seluruh bentuk yang bisa mendekatkan diri kepada
Allah SWT, mengagungkanya dan menyebarluaskan syiar agamanya.
b) Hak Manusia, yang pada hakekatnya untuk memelihara kemaslahatan
pribadi manusia.
c) Hak berserikat (gabungan) antara hak Allah SWT dan Manusia.

Dari segi obyeknya menurut Ulama Fiqh terbagi atas :

a) Haqq AL- Mall yaitu hak-hak yang terkait dengan kehartabendaan.


b) Haqq Ghair AL- mall yaitu hak-hak yang tidak terkait dengan harta

5
Abdul Rasyid Salim. Hukum bisnis untuk Perusahaan. Teori dan contoh Kasus, (Jakarta
Kencana Renda Media Group2008) hal.177.
6
Ghazali Abdul Rahman, Ghufran ihsan,Saipudin Sidiq. Fiqh Muamalat.( Jakarta :
kencana Peranda Media Group, 2010).hal 65.
7
Mustafa Ahmad Al-Zarqa, Darul fikri bairut .tt juz 3. Hal3.
4

c) Haqq Al-Syakhsi yaitu hak yang ditetapkan syara‟ bagi seorang


pribadiberupa kewajiban terhadap orang lain.
d) Haqq Al-Aini yaitu hak seseorang yang ditetapkan syara‟ terhadap suatu
zat, sehingga ia memiliki kekuasan penuh untuk menggunakan dan
mengembangkan haknya itu.
e) Haqq AL-Mujarad yaitu hak murni yang tidak meninggalkan bekas
apabila digugurkan melalui perdamaian atau pemaafan.
f) Haqq Ghair AL-Mujartad yaitu suatu hak yang apabila digugurkan atau
dimaafkan meninggalkan bekas terhadap orang yang dimaafkan.8

Dalam permasalahan hak kekayaan intelektual, Majelis Ulama Indonesia (MUI),


perlindungan hak kekayaan intelektual tidak bertentangan dengan hukum Islam,
hak tersebut harus dilindungi oleh syara‟ (Hukum Islam), atas dasar Qaidah (AL-
Istishlah) karena pelanggaran hak milik merupakan suatu tindakan kejahatan dan
pelanggaran terhadap hak kepemilikan.9

Di Indonesia hukum merek telah diatur dalam hukum resmi yang di tetapkan
dalam Undang-undang No 20 Tahun 2016 tentang hak merek dan indikasi
geografi,Merek dagang, kemasan logo, dan slogan adalah asset perusahaan yang
harus dilindungi bukan saja karena semuanya itu dihasilkan lewat proses kreatif,
melainkan karena semua itu merupakan ciri yang dipakai konsumen untuk
mengenali suatu produk pasti mendapatkan perlindungan10. Akan tetapi dalam
prakteknya masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha demi
meraup keuntungan sebesar-besarnya. Tindakan semacam ini dapat merugikan
produsen atau pemilik merek, citra kualitas produk barang atau jasa dapat
tercemar. Selain produsen tindakan tersebut juga dapat merugikan konsumen,
dimana konsumen dapat tertipu oleh produk barang/jasa palsu yang beredar.

8
Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid II,(Jakarta: PT. ichtiar Van Hoeve 1990), hal.486.
9
Muhammad Dzumhana, perkembangan Doktrin dan Teori perlindungan hak kekayaan
intelektual, (Bandung. PT. Citra Aditya Bakti,2006).hal 9.
10
Muhammad Jumhana Perkembangan Doktrin Dan teori perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual.(Bandung,PT.citra Aditya Bakti,Bandung 2003).hal.73.
5

Merek dagang dan merek jasa, dalam Undang-Undang merek baru diatur juga
perlindungan terhadap indikasi-geografis, yaitu tanda yang menunjukan daerah
asal suatu barang karena faktor lingkungan grafis, termasuk faktor alam atau
faktor manusia atau kombinasi dari faktor tersebut¸memberikan ciri dan kualitas
tertentu pada hasil barang yang dihasilkan juga diatur mengenai indikasi asal11.
Fungsi pendaftaran merek merupakan salah satu bukti bahwa seseorang atau suatu
badan hukum adalah pemilik sah dari merek tersebut , juga sebagai dasar hukum
untuk menolak permohonan pendaftaran merek dengan menggunakan merek yang
sama. Di Indonesia system pendaftaran hak kekayaan intelektual adalah “first to
file” atau bisa disebut juga “first to registed” dimana dan siapa saja yang lebih
dahulu mendaftarkan mereknya ialah pemilik yamg berhak menggunakan merek
yang disebut juga “hak ekslusif” yakni hak yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin
kepada pihak lain unruk menggunakanya12. Pelaku usaha dapat menuntut haknya
dengan mengajukan gugatan sebagaimana terdapat dalam pasal 76:

1. Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain


yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis
atau berupa:
a. Gugatan ganti rugi, dan/atau
b. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan Merek tersebut
2. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan
Niaga.Gugatan atau pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam

11
Ahmad Miru, Hukum Merek, cara mudah mempelajari undang- undang
.(Jakarta,PT.raja Grafindo persada.2005).hal 3.
12
Gatot suparmono, Menyelesaikan Sengkjeta Merek Menurut Hukum Indonesia.
(Jakarta, Bhineka Cipta, 2008), hal12.
6

pasal 76 dapat diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar baik secara
sendiri maupun bersama-sama.13

Salah satu contoh yaitu sengketa anatara merek “AYAM GEPREK BENSU
milik Ruben Onsu Samuel dengan merek I‟M GEPREK BENSU SEDEP
BENEEER milik Yangcent, dan Pemerintah Republik Indonesia Cq.Kementrian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Cq. Direktorat Jendaral Hak
Kekayaan Intelektual.”BENSU”.Pada kelas yang sama dengam merek miliknya
yang tentunya sangat bertentangan dengan pasal 21 ayat (1) huruf a Undang-
Undang nomor 20 tahun 2016 tentang merek dan indikasi Geografi, yang
berbunyi “Mempunyai persamaan pada pokokinya atau keseluruhanya dengan
merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa yang
sejenis.” Merek penggugat merupakan merek terkenal yang sudah mempunyai
cabang di berbagai daerah di Indonesia, yang mana penggugat telah memiliki
ketenaran sebagai publik figur artis yang terkenal di Indonesia. Namun merek I‟M
GEPREK BENSU SEDEP BENEEER juga telah terdaftar sejak tanggal 17 april
20017, tergugat yang telah mendaftarkan mereknya “I‟M GEPREK BENSU
SEDEP BENEER, Merupakan tindakan untuk menjaga agar hak merek miliknya
bisa dipertahankan dan di lindungi oleh hukum, untuk menghindari perbuatan
yang mengandung itikad tidak baik yang juga membonceng, meniru serta
menjiplak ketenaran merek demi kepentingan usaha yang mengakibatkan
kerugian atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh atau
menyesatkan pelanggan/konsumen.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk


membahas dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN MEREK
DAGANG MEREK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA”(TINJAUAN ATAS SENGKETA HAK
MEREK AYAM GEPREK BENSU DENGA I’M GEPREK BENSU SEDEP
BENEEER” .

13
Pasal 76 Undang-Undang republik Indonesia No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
7

B. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah dalam penelitian ini, peneliti membatasi


penelitian hanya membahas pnerapan perlindungan hukum terhadap pendaftar
pertama (first to file) hak merek dalam kaitanya dengan kasus sengketa antara
merek AYAM GEPREK BENSU dengan I‟M GEPEREK BENSU SEDEP
BENEEER yang telah diputus oleh Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung,
Dalam putusan nomor: 57/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN Niaga Jkt Pst. dan hingga
Putusan MA Nomor: 575 K/Pdt.Sus-HKI/2020.

Pembatasan masalah dapat diuraikan sebagai berikut

1. Sengketa merek dagang dibatasi pada tanda pembeda dari komoditas


dengan memberikan merek dengan memberinkan bentuk logo atau tulisan
sesusia UU NO 20 Tahun 2016 bahwa merek adalah tanda yang berupa
gambar,nama,kata,huruf-huruf,angka-angka,sununan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut, penyalahgunaan merek oleh pihak
lain yang berakibat merugikan si pemilik merek terdaftar maka dapat
diseslesaikan dengan mengajukan gugatan pada pengadilan niaga dengan
menuntut ganti rugi dana tau penghentian semua perbuatan yang berkaitan
dengan pengguna merek sesuai yang tercantum pada pasal 76 s.d pasal 83
UU Merek.
2. Hukum islam dibatasi pada perlindungan Hak Merek Dagang sebagai
kepimilikan berharga Hifdzu mall (Menjaga Harta).
3. Hukum positif Indonesia dibatasi pada perlindungan penerapan pendaftar
pertama (first to file) pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016.
4. AYAM GEPREK BENSU dibatasi pada Nama “BENSU” yang berasal
dari singkatan kata Ruben Onsu.
5. I‟M GEPREK BENSU SEDEEP BENER dibatasi pada nama “BENSU”
yang berasal dari kata Benny Sudjono.
6. Data penelitian ini dibatasi pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2020
7. Lokasi penelitian ini dibatasi pada Pengadilan Negri Niaga Jakarta Pusat
dan Mahkamah Agung.
8

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan HKI tentang merek dagang dalam
perspektif perbandingan antara hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim terhadap persamaan merek AYAM
GEPREK BENSU dengan I‟M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER
pada putusan MA Nomor 575 K/PDT.Sus-HKI/2020 ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penelitian


sebagai berikut:
a. Untuk membandingkan bentuk perlindungan hukum terhadap
merek pada sengketa merek AYAM GEPREK BENSU dengan I‟M
GEPEREK BENSU SEDEP BENEEER. Dalam perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif di Indonesia
b. Untuk mendeskripsikan dasar pertimbangan hakim terhadap
persamaan merek “BENSU” pada putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat hingga Mahkamah Agung.

2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoristis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan
penerapan perlindungan hukum bagi first to file atas suatu hak
merek di Indonesia menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2016
Tentang Merek Dan Idikasi Geografis. Berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat atau
pemegang hak atas suatu merek, dan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi para pemegang hak atas suatu merek sebagai
pendaftar pertama dalam mempertahankan haknya.
9

b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan


manfaat untuk mengetahui penerapan perlindungan hukum bagi
pendaftar pertama atas suatu hak merek di Indonesia dan dapat
memberikan kejelasan dasar hakim mahkamah agung dalam
memutus perkaranya, sehingga dapat diketahui apakah keputusan
yang di ambil sudah tepat.

E. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan penelusuran pusataka terkait pembahasan merek, ada


beberapa karya yang menyoroti terkait merek sebagai berikut:

Skripsi karya suraida saleha dengan judul “ Parameter Pembedaan


Merek Ditinjau Dari Undang- undangt Nomo 15 Tahun 2001 tentang merek “
skripsi ini menelititi tentang apa yang menjadi tolak ukur atau parameter
pembedaan suatu merek oleh direktorat jendral hak kekayaan intelektual (Dirjen
HKI) dan ditinjau dengan Undang-Undang. Dalam hasil penelitianya menemukan
bahwa banyak merek – merek yang mirip tetap diratifikasi oleh dirjen HKI . Hal
ini menimbulkan kegelisahan dikalangan masyarakat maupun lingkup internal
Dirjen HKI sendiri dikarenakan penegakan hukum secara empiris terhadap
pemegang merek dagang harus dilakukan dengan cara mengoptimalkan
pelaksanaan Undang-Undang tahun 2001 tentang merek, meningkatkan
kemampuan apparat pemeriksa merek dan apparat penegak hukum dalam
memahami perlindungan HKI khusunya merek serta pembatalan terhadap
pendaftaran merek atas dasar itikad baik oleh dirjen HKI14perbedaan penelitian
suraedah adalah ia lebih focus meneliti tentang tolak ukur parameter pembedaan
hak merek yang dilakukan oleh dirjen HKI.

Adapun yang menjadi pembeda anatara skripsi penulis dengan skripsi


suraidah salihah yaitu lebih memfokuskan tentang tolak ukur parameter

14
SURAEDA SALEH, “PARAMETER DITINJAU DARI UNDANG-UNDANGF NOMOR 15
TAHUN 2001 TTENTANG MEREK “ skripsi fakultas syariah dan hukum Universitas Islanm negri
Sunan Kali Jaga, (Yogyakarta , 2004.)
10

pembedaan hak yang dilakukan oleh dirjen HKI. Sedangkan permasalahan yang
dibahas penulis adalah tentang perbandingan antara hak merek dagang menurut
hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

Skripsi Ahmad Mutarsidin dengan judul “Perjanjian Lisensi merek Dalam


Perfektif Hukum Islam (studi atas pasal 43 samapai 49 Bab V Undang-undang No
15 tahunn 2001 tentang merek), skripsi ini meneliti dan melihat pengaturan dan
proses terjadinya perjanjian lisensi merek secara umum telah sesuai dengan prisip-
prinsip hukum Muamalah. Dalam hukum islam pada dasarnya segala bentuk
muamalah adalah mubah boleh kecuali telah ada larangan dari hukum syara.
Larangan larangan dari hukum islam disampaikan secara umum , yaitu tidak
mengambil harta orang lain dengan cara yang batil , cara yang batil tersebut dapat
diartikan menjadi mencari kesempatan dalam kesempitan, banyak mendatangkan
madharat bagi orang lain . dan perjanjian lisensi merek tidak melanggar hak-hak
tersebut. Pelanggaran terhadapnya terjadadi apabila para pihak memiliki I‟tikad
tidak baik mencari keuntunganbagi diri sendiri dan merugikan orang lain.

Adapun yang menjadi pembeda antara skripsi penulis dengan skripsi yaitu
lebih memfokuskan tentang hukum pendaftaran lisensi merek yang sesuai dengan
muamalah hukum islam. Sedangkan permasalah yang dibahasa penulis adalah
tentang perlindungan hak merek dagang tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif
di Indonesia.

Buku karya casavara dengan judul “15 Sengketa Merek di Indonesia”,


buku ini menguraikan tentang konsep perkembangan manajemen merek, cara
pemilihan merek, ketentuan dan peraturan merek menurut Undang-undang dan 15
macam sengketa merek beserta proses penyelesaian sengketa.

Adapun yang menjadi pembeda antara skripsi penulis dengan buku karya
casavara yaitu membahas tentang sengketa sengkete merek di Indonesia dan
proses penyelesaian sengketa. Sedangkan skripsi penulis membahas perlindungan
HKI hak merek dagang dalam Hukum Islam dam Hukum Positif
11

Skripsi Melia Elsa Vebrina Alhitlah Anindya Putri dengan judul “


Perlindungan Terhadap Pemilik PT. Aseli Dagadu atas Produk Tiruan menurut
Undang-Undang Nomor 151 Tahun 2001 Tentang Hak Merek. Skripsi ini meneliti
apakah pemilik merek PT. asli dagadu, karena para pedagang dipinggir jalan
masem melakukan pelanggaran hukum kekayaan intelektual. Menurut UU merek,
pemilik terdaftar di Indonesia dapat mengadukan gugatan ke PN Niaga Indonesia
di Jakarta untuk melindungi kepentiganya. Namum hal itu tidak dilakuakan PT.
Asli Dagadu. Karena amasih focus terhadap penyelesaian negosiasi , selain itu
pengajuan tuntutan pidana dirasa akan memakan waktu yang lama dan proses
yang panjang . selain memperbaiki pengaturan hukumnya harus ditunjang dengan
teknologi, sosial, budaya dan hukum yang bersinergi dengan baik.

Adapun yang menjadi pembeda anatara skripsi penulis dengan skripsi Melia
Elsa yaitu lebih memfokuskan perlindungan hak merek dalam Hukum Positif.
Sedangkan penulis membahas perlindungan hak merek dalam Hukum Positif dan
Hukum Islam.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah


jenis penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu
pada norma hukum yang terdapat pada peraturan Perundang-undangan dan
keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku dimasyarakat atau juga
menyangkut kebiasaan yang berlaku dimasyarakat.15

2. Teknik Pengumpulan Data

15
Soerjono Soekanto dan sri mahmudji, peranan dan penggunaan kepustakaan didalam
penelitian hukum, (Jakarta, pusat Dokumentasi UI, 1997).hal 18.
12

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam dalam penelitian


ini adalah teknik kepustakaan, yaitu dengan membaca berbagai macam
literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini yang
meliputi semua referensi yang terrdapat dalam bentuk buku dan sejenisnya
yaitu laporan penelitian, mata pelajaran, dan lain-lain.16

3. Kritereia dan Sumber Data

a. Sumber data primer, sumber data primer adalah sumber data


yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.17
Dan yang menjadi sumber data primer dalam penulisan skripsi
ini yaitu buku-buku yang berkaitan dengan bahan penelitian
b. Sumber data sekunder, sumber data sekumder merupakan
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data.18 dan sumber data sekunder publikasi tentang
hukum meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum,
dan komentar –komentar atas putusan pengadilan.19

1. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian


rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat
dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Adapun data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif analisis,
yaitu suatu metode dengan menganalisis dan menjelaskan suatu

16
Jaenal aripin. Metode dan Teknik Pengumpulan data, (30.oktober.2009) hal.1
17
Fahmi Muhammad Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D.
(Bandung: alfabeta,2008) cet, ke 1, hal. 225.
18
Fahmi Muhammad Ahmadi,Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D.
(Bandung: alfabeta,2008) cet, ke 1, hal. 225
19
Peter Marzuki, Penelitian, Hukum, ( Jakarta ; Kencana Prenada Media ,2008),Hal141.
13

permasalahan dengan memberikan suatu gambaran secara jelas hingga


menimbulkan jawaban yang diharapkan.

2. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan ini skripsi ini mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negri Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan

Penulis ini secara jelas akan membahas beberapa masalah yang


dikelompokan ke dalam lima bab.

BAB PERTAMA PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah,


pembatasan maslah, dan perumusan masalh,
tinjauan penelitain, kerangka teori, metode
penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika
penulisan.

BAB KEDUA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ATAS


MEREK DAGANG

Menguraikan kerangka dasar tentang pengertian dan


ruang lingkup merek, pengaturan merek di
Indonesia dan perolehan pendaftaran merek di
Indonesia.

BAB KETIGA PERLINDUNGAN HUKUM HKI MEREK


DAGANG

Dalam bab ini penulis akan memaparkan


perlindungan hukum yang didapatkan oleh pemilik
14

merek serta menguraikan pelangaran-pelangaran


hak merek yang terdapat pada Undang-Undang
nomor 15 tahun 2001 tentang hak merek serta
pandangan Hukum Islam.

BAB KEEMPAT ANALISA PUTUSAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai


duduk perkara kasus AYAM GEPREK BENSU
dengan I‟M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER.
Pada putusan Nomor: 56/Pdt.Sus-
HKI/Merek/2019/PN Niaga Jkt.Pst dan 57/Pdt.Sus-
HKI/Merek/2019 PN Niaga Jkt. Pst higga pustusan
MA Nomor : 575 K/Pdt.Sus-HKI/2020.

BAB KELIMA PENUTUP

Bab ini berisi merupakan bab terakhir dari


penelitian skripsi ini, untuk itu peneliti menarik
beberapa kesimpulan dari hasil penelitian disamping
itu peneliti menengahkan beberapa saran yang di
anggap perlu.
BAB II
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ATAS MEREK DAGANG

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual Merek Dagang


1. Pengertian Merek

Definisi tentang merek terdapat dalam ketentuan pasal satu 1 butir


satu 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang merek yaitu : tanda
yang berupa gambar nama,kata-kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa. Selain
beberapa batasan juridis yang sudah dipaparkan di atas adalah:

a. H.M.N Purwo Sutjipto, SH, memberikan pendapat bahwa, “Merek


adalah suatu tanda dengan ma‟na suatu benda tertentu dipribadikan,
sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”20
b. Prof, R Soekardono ,SH, memberikan pendapat bahwa „ merek adalah
sebuah tanda ciri atau tenger dengan nama dipribadikan sebuah barang
tertentu dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin
kualitasnya barangdalam perbandingan dengan barang-barang sejenis
yang dibuat ata diperdagangkan oleh orang-oang atau badan – badan
perusahaan lain21
c. Mr. Tirta Mirdjaya memberikan pendapat suatu merek pabrik atau
merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibutuhkan di atas barang
atau di atas bungkusnya, gunanya untuk membedakan barang itu
dengan barang-barang sejenis lainya22
d. Drs. Lur Suryatin memberikan pendapat “ suatu merek dipergunakan
untuk membedakan suatu barang yang bersangkutan dari barang
sejenis lainya oleh karena itu, barang yang bersangkutan yang
20
H.MN. Purwo Sutjipto,SH, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dadang di Indonesia
(Dambatan .1984 ), hal 82.
21
R.Soekardono ,Hukum Dagang Indonesia. Jilid 1 cet. Ke 8, (jakarta, Dian Rakyat
1983) hal 149.
22
Mr. Tirtamidjaya Pokok-Pokok hukum perniagaan.(Djambatan 1962.) hal 84

15
16

dibnerikan merek itu mempunyai tanda asal ,nama dan jaminan


terhadap mutunya”23
e. Essel R Dilavou (Sarjana Amerika Serikat) memberikan pendapat “
tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan untuk suatu
merek dagang, secara umum adalah suatu lambang
,simbol,tanda,perkataan atau susunan kata-kata dalam bentuk suatu
etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha atau
distributor untuk menandakan barang-barang khususnya, dan tidak ada
orang lain mempunyai hak sah untuk memakai desain atau trade mark
menunjukan keaslian.”24

2. Perkembangan Pengaturan Merek Di Indonesia


Era perdagangan global hanya dapat dipertahan kan jika terdapat iklim
persaingan usaha yang sehat, dalam hal ini merek memegang penelitian
penting yang memerlukan system peraturan yang lebih memadai.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-
perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia serta
pengalaman melakukan administrasi merek, diperlukan penyempurnaan
Undang-Undang merek.
Pengaturan mengenai merek di Indonesia telah mengalami empat kali
perubahan dengan penggantian Undang-Undang:
a. Undang- Undang nomor 21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan
dan Merek Perniagaan.
b. Undang –Undang Nomor 19 tahun 1992 tentang Merek
c. Undang –Undang Nomor 14 tahun 1997 tentang Merek
d. Undang - Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek
e. Undang – Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis.

23
Suryatin „Hukum Dagang 1dan 2. (jakarta : pradya paramita ,1980) hal 84.
24
Asian Law Group Pty Ltd. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar cet.5 (bandung,
alumni 2005 ), hal 132.
17

Terdapat beberapa hal pokok perubahan dan penambahan yang


dilakukan. beberapa perbedan yang menonjol dalam Undang-
Undangmerek baru dibandingkan dengan Undang-Undang Merek lama.

3. Jenis merek

Pada dasarnya dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang


Merek dan Indikasi Geografis pasal 2 jenis Merek ini meliputi merek
dagang dan merek jasa. Disamping jenis merek sebagaimana ditentukan di
atas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk atau
wujudnya.

Bentuk atau wujud menurut Suryati dimaksudkan untuk membedakan


barang sejenis milik orang lain, oleh karena adanya pembedaan itu maka
terdapat beberapa jenis Merek yakni:

a. Merek Lukisan (beel mark)


b. Merek Kata (word mark)
c. Merek bentuk ( form mark)
d. Merek bunyi-bunyian (klang mark)
e. Merek Judul (title mark)

Selanjutnya R.M Suryo Diningrat mengklasifikasikan merek dalam


tiga jenis yaitu:

a. Merek kata yang terdiri dari kata saja


b. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang
tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan.
c. Merek kombinasi kata dan lukisan

Lebih lanjut Prof R. Soekasrdono SH. Mengemukakan pendapatnya


bahwa tentang bentuk atau wujud tentang merek itu Undang-Undang tidak
memerintahkan apa-apa melainkan harus berdaya pembeda yang
diwujudkan dengan:
18

a. Cara yang oleh siapapun mudah dapat dilihat (bell mark)


b. Merek dengan perkataann (word mark)
c. Kombinasi dari merek atas penglihatan dan merek perkataan25

4. Pendaftaran Merek

Pendaftar merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan


perlindungan hukum terhadap ha katas merek. Hal ini berarti bahwa hak
atas merek baru lahir jika telah didaftarkan oleh pemiliknya ke kantor
merek dalam hal ini direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektul. Dengan
demikian sifat pendaftaran ha katas merek merupakan suatu kewajiban
yang perlu dilakukan oleh pemiliknya, tanpa didaftarkan hak itu tak akan
timbul, karena pada dasarnya hak itu diberikan oleh negara jika melakukan
pendaftaran.

Terdapat dua sistem yang dianut di I ndonesia mengenai pendaftaran


merek yaitu sistem deklaratif dan sistem konstitutif, untuk Undang-undang
nomor 20 tahun 2016 tentang merek sistem pendaftaran mmereknya
menganut sistem konstitutif, sama dengan Undang-undanng sebelumnya
yaitu Undang-undang nomor 19 tahun 1992 dan Undang-undang nomor 14
tahun 1997 tentang merek. Dalam ini adalah perubahan mendasar tentang
Undangg-undang merek Indonesia yang semula menganut sistem
deklaratif (Undang-undang Nomor 21 tahun 1961 tentang merek.26

Dalam sistem konstitutif (first to file principle), hak atas merek


diperoleh melalui pendaftaran artinya hak ekslusif atas suatu merek
diberikan karena adanya pendaftaran (requerid by registration). Pada
sistem konstitutif pendaftaran merek yang tidak terdaftar tidak akan

25
Ok Saidi, Kekayaan Hak Intelekuler (intellectual property Righ), (jakarta Raja
Grafindo Persada. 2004) hal364 - 367
26
Ok saidin Aspek Kekayaan Intelektual. (intelektual property right), (Jakarta Raja
Grafindo Persada.2004), hall 362
19

mendapatkan perlindungan hukum.27 Sedangkan sistem deklaratif (first to


use principle) titik berat diletakan atas pemakaian pertama. Siapa yang
memakai pertama suatu merek maka pemakai pertama yang berhak
menurut hukum atas merek, bukan karena adanya pendaftaran.28

Urgensi pendaftaran merek di Indonesia diberikan kepada pemilik


merek yang mendaftarkan mereknya , artinya bahwa hak atas merek lahir
sejak tangggal penerimaan permohonan (filling date) merek, pengukuhan
pendaftaran merek di Direktorat Jendral KI memiliki fungsi diantaranya:29

a. Sebagai alat bukti bagi pendaftar merek yang didaftarkan


b. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan
atau sama pada pokoknya dan dimohonkan pendaftaran oleh orang
lain untuk barang /atau jasa sejenis
c. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang
sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk
barang dan/atau jasa sejenis.

Tata cara permohonan pendaftaran merek di Indonesia telah ttermuat


dalam Pasal 7 Undang-undang 15 tahun 2001 tentang Merek yakni
Permohonan pendaftaran diajukan secara tertulis daam Bahasa Indonesia
kepada Direktorat Jendral denggan mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun.


b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon.
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kasus.
d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftaranya
menggunakan unsur –unsur warna.

27
Rahmadi Usman. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektualperlindungan dan nimensi
Hukumnya di Indonesia h 331
28
Ok saidin, Aspek Kekayaan Intelektual,(inteletual property right,), (Jakarta PT. Raja
Grafindo 2004) hal 362
29
http//www.dgip.go.id.pendaftaran merek.
20

e. Nama negara dan tangggal permintaan merek yang pertama kali


dalam hal permohonan diajukan dengan hak Prioritas.

Selanjutnnya permohonan ditandatangani pemohon atau


kuasanya,pemohon yang dimaksud dapat terdiri dari satu orang atau
beberapa orang secara bersama atau badan hukum, kemudian untuk
pemohon yang diajukan lebih dari satu pemohon yang secara bersama-
sama berhak atas merek tersebut,semua nama pemohon dicantumkan
dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.dan pemohon
tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas
merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para
pemohon yang mewakilkan. Sedangkan untuk pemohonyang diajukan
melalui kuasanya (konsultan Hak Kekayaan Intelektual), surat kuasa untuk
itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.

Apabila merek menggunakan Bahasa asing atau terdapat huruf selain


latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia,
wajib disertai terjemahanya dalam Bahasa Indonesia serta cara
pengucapanya dalam ejaan latin.30

Adapula permohonan pendaftarab dengan hak prioritas, hak prioritas


merupakan hak permohonn untuk mengajukan permohonan yang berasal
dari Negara yang tergabung dalam Paris Convention For Protection of
industrial property atau Agrement Etabishing The World Trade
Organitation. Untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan
dinegara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga
anggota perjanjian tersebut dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.31

Hal tersebut dimaksudkan untuk menampung kepentingan negara yang


hanya menjadi salah satu anggota dari Paris Cpnvention For the

30
OK Saidin.Aspek Kekayaan Intelektual.(intelctual property right, ( Jakarta, PT. Raja
Grafindo2004), hal 369-370.
31
Ahmadi Miru. Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-undang
Merek.(Jakarta PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2005) hal.32.
21

Protection Of Industrial Property atau anggota Agreemen Estabilishing


The World Trade Organitation.

Subyek hukum (perorangan maupun badab hukum) yang telah


mendapatkan hak secara prioritas akan dilindungi haknya di negara luar (
Negara dimana yang bersangkutan mendaftarkan hak prioritasnya) seperti
ia mendapatkan perlindungan di Negaranya sendiri.

5. Penghapusan Dan Pembataalan Merek

Penghapusan dan pembataalan merek diatur dalam Pasal 61 sampai


dengan 72 Undang-undang nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Merek
terdaftar dapat dihapuskan karena empat kemungkinan yaitu :

a. Atas perkara Direktorat Jendral HKI.


b. Atas permohonan pemilik merek yang bersangkutan
c. Tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaraan merek nya

Penghapusan pendaftaran merek atsa prakarsa Direktoran HKI dapat


dilakukan apabila :

a. Merek terdaftar tidak digunakan selama tiga tahun berturut – turut


dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran
atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat
diterma oleh Direktorat Jendral KI, seperti larangan impor,
larangan yang terkait dengan izin bagi peredaran barang yang
menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak
yang berwenag yang bersifat sementara atau larangan serupa lainya
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b. Merek yang digunakan untuk jenis barang atau/jasa yang tidak
sesuai dengan jenis dan/atau barang yang dimohonkan
pendaftaranya, termasuk pemkaian merek yang tidak sesuai dengan
merek yang dodaftarkan.
22

Untuk penghapusan pendaftaran merek akan dicatat dalam daftar


umum Merek serta di umumkan dalam berita resmi merek. Dan
penghapusan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktoran Jendral dengan
mencoret merek yang bersangkutan dari daftar umum merek dengan
memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut. Atas
hal tersebut Direktorat Jendral akan memberitahukan secara tertulis kepada
pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan penghapusan
merek tersebut. Dengan demikian terhadap penghapusan merek
mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang
bersangkutan.

Begitu juga pada merek terdaftar dapat dibatalkan berdasarkan putusan


Pengadilan Niaga yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan pihak yang
berkepentingan dengan alasan berdasarkan pasal 4, pasal 5 dan pasal 6
Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang merek. dan kewenangan
mengadili gugatan penghapusan dan pembatalan merek terdaftar ialah
Pengadilann Niaga.

Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam


jangka waktu lima tahun sejak tanggal pendaftaran, merek atau gugatan
pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama,kesusilaan, atau
ketertiban umum, sebagai mana termuat dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.

Pembatan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jendral dengan


mencoret merek yang besangkutan dari daftar umum merek dengan
memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut.
Kemudian pembatalan pendaftaran tersebut diberitahukan dengan secara
tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan
pembatalan dan penegasan sejak tanggal pencoretan dari daftar umum
Merek, dan sertifikasi merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku
23

lagi. Untuk pencoretan pendaftaran suatu merek dari daftar umum merek
akan diumumkan dalam berita resmi Merek. Dengan demikian pembatalan
dan pencoretan pendaftaran merek mengakibatkan berakhirnya
perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.32

6. Lisensi Merek

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar


kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian
hak, (bukan pengadilan hak) untuk menggunakan merek tersebut baik
untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan
dengan jangka waktu dan syarat tertentu. Perjanjian lisensi wajib
dimohonkan pencatatanya kepada Direktorat Jendral HKI dengan dikenai
biaya, akibat hukum dari adanya pencatatan perjanjian lisensi tersebut
selain berlaku bagi para pihak juga mengikat pihak ketiga.33

Dalam Undang-undang pasal 46 Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek


Dan Indiakasi Geografis disebutkan bahwa penggunaan merek terdaftar di
Indonesia oleh penerima lisensi dianggap sama dengan pengunaan merek
tersebut di Indonesia oleh pemilik merek. Namun apabila perjanjian lisensi
memuat ketentuan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia dalam
menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya maka
Direktorat Jendral wajib untuk menolak melakukan pencatatan perjanjian
lisensi tersebut , dengan memberitahukan alasanya kepada pemilik merek
dan/jasa kuasanya.34

32
Ok . Saidin. Aspek Hukum Intelektual PT. Raja Grafindo persada.2004.( Intelektual
Property Right.) hal 396
33
Ahmad M Ramli. Buku Hak Kekyaan Intelektual. ( Bandung, PT. Alumni Institusi
Pandaya Astagina 2018), hal 29.
34
Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Lisensi, ( Jakarta. PT. Raja Grafindo Perasada
,2003), hal 3.
24

B. Hukum Islam Yang Membahas Mengenai Merek

1. Pandangan Islam Tentang Hak Merek Dagang

Dalam Alqur‟an dan Sunnah tidak ditemui konsep atau pengaturan


secara konstektual atau eksplisit tentang hak kekayaan intelektual. Akan
tetapi dari sekian banyaknya ayat Al-qur‟an dan Sunnah, para Ulama
(intelektual) sudah merumuskan prinsip-prinsip Ekonomi Islam, sehingga
dengan demikian dari prinsip-prinsip inilah dapat dipahami bagaiman
konsep hak atas kekayaan intelektual menurut syariat islam.

Dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19 -22 jumadil akhir


1426 H/26-29 Juli 2005 M. Memutuskan bahwa dalam fatwa ini, yang
dimaksud dengan kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari
hasil oalh pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara berdasarkan oleh
peraaturan perUndang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, HKI
adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual yang besangkutan sehingga memberikan hak vripat baginya
untuk mendaftarkan, dan memperoleh perlindungan atas karya
intelektualnya. Sebagai bentuk penghargaan atas karya kreativitas
intelektualnya. Sebagai bentuk penghargan atas karya kreativitas
intelektualnya. Tersebut negara memberikan hak eklusif kepada
pendaftarnya dan/atau pemiliknya sebagai pemegang hak yang sah dimana
pemegang Hak mempunyai hak untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuany atau tanpa hak, memperdagangkan atau memakai hak
tersebut dalam segala bentuk dan cara. Tujuan pengakuan hak ini oleh
Negara adalah agar setiap orang terpacu untuk menghasilkan kreativitas
guna kepentingan masyarakat secara luas. HKI meliputi: Hak perlindungan
Varietas tanaman, hak rahasia dagang, Hak desain tata letak terpadu,
paten, hak atas merek dan hak atas cipta. Ketentuan – ketentuan hukum
Islam:
25

a. Dalam hukum Islam, HKI dipandang dalam salah satu huquq


Maliyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum
sebagaimana Mall (kekayaan).
b. HKI yang mendapatkan perlindumgan hukum islam sebagaiman
dimaksud angka 1 tersebut adalah HKI yang tidak bertentangan
dengan hukum islam.
c. HKI dapat dijadikan obyek akad (Al-Ma‟qud „Alaih), baik akad
Muawwadah (pertukaran komersil) maupun akad Tabarru‟at
(nonkomersial), serta dapat diwakafkan dan diwariskan.
d. Setiap bentuk pelanggarann terhadap pelaku HKI, termasuk namun
tidak terbatas pada menggunakan,mengungkapkan, membuat,
memakai, menjual,menginpor, mengekspor, mengedarkan,
menyerahkan, menyediakan, mengumumkan, memperbanyak,
menjiplak, memalsukan, membajak HKI milik orang lain secara
tanpa hak merupakn kezaliman dan hukumnya adalah haram.35

Dengan demikian, secara umum, hak atas karya seseorang, baik yang
berupa hak cipta,hak paten maupun hak atas merek dagang merupakan hak
milik yang sangat dihargai keadaanya oleh Syariat Islam, karena
merupakan kekayaan yang dapat menghasilkan pemasukan secara materil
(financial) bagi pemilikny. Dalam masa sekarang ini hak diakui sebagai
jenis dari suatu kekayaan atau komoditas, dimana si pemiliknya berhak
untuk memenej sesuai keinginanya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ditengah atmosfir


perdagangan bebas dalam era globalisasi saat ini dan akan datang,
bagaimanapun masalah merek yang tertib sebagai simbol dari sebuah
produk akan sangat menentukan dalam mewujudkan persaingan bisnis
yang jujur dan sehat. Permasalahan yang mencakup masalah merek telah
diakomodasikan atau diwadahi dalam Undang-undang Nomor 20 tahun

35
Fatwa majlis ulama Indonesia Nomor: I/ mUNAS VII/MUI/5/2005 Tentangb
Perlindungan Kekayaan Intelektul (HKI).
26

2016 tentang merek dan indikasi geografis yang disertai dengan ancaman
hukuman pidana yang tidak ringan bagi yang melanggarnya. Namun
demikian akomodasi hukuman tentang hak merek ini tidak dapat
menjangkau atau mengantisipasi seluruh kemungkinan pelanggaran atas
kasus pelanggaran atas merek jika pemerintah tidak melakukan kerja sama
dengan masyarakat. Dalam hal ini baik peraturan perundangan maupun
hukum syariat sangat keras memberikan sanksi terhadap siap saja yang
melakukan pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelek tual Hak Merek
Dagang penggunaan atau penjiplakan dengan cara apapun pada hakikatnya
sama saja dengan melakukan pencurian yang akan mengakibatkan
kerugian pada orang lain. Disinilah arti penting perlindungan hukum yang
merupakan antisipasi agar pelanggaran itu tidak terjadi36

2. Kedudukan Dan Dasar Hukum Hak Merek Dalam Islam


Ibtikar bila dikaitkan dengan pengertian harta dalam hukum Islam, menjadi
perbedaan pendapat dikalangan ulama ahli fiqh. Menurut ulama Hanafiyah,
yang dinamakan harta adalah “Segala sesuatu yang mungkin disimpan dan
bisa dimanfaatkan secara wajar.” Pengertian ini membawa akibat bahwa
sesuatu itu dapat dipandang harta, jika memenuhi dua unsur yaitu:
a. Dapat disimpan, maka sesuatu yang tidak bisa disimpan tidak
dipandang sebagai harta.
b. Dapat dimanfaatkan secara biasa. Konsekuensi logis dari pendapat
Ulama Hanafiyah adalah yang dinamakan harta harus bersifat benda
atau sesuatu yang bersifat benda atau sesuatu yang bersifat materi
atau yang bisa diindra. Sedangkan manfaat atau hak bukan dipandang
sebagai harta, tetapi merupakan kepemilikan.37

Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa landasan hak merek dalam
fiqh Islam adalah Urf (dalam suatu kebiasaan yang berlaku umum dalam

36
Majelis Ulama Indonesia. Himpunan fatwa MUI Bidang Sosial dan Budaya. (Erlangga.
2015), hal 240.
37
Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, Edisi Revisi Cetakan Ke-5 (Jakarta:Attahiriyah 2010 ) hal
42
27

suatu masyarakat) dan Al-Maslahah Al-mursalah dapat dijadikan dasar


dalam menetapkan hukum dalam fiqh Islam, selama tidak bertentangan
dengan teks ayat dan atau hadis, dan hukum yang ditetapkan itu
merupakan persoalan-persoalan duniawiyah.38

Menurut ulama fiqh, sejak dikenalnya dunia cetak mencetak, umat


manusia telah melakukan suatu komoditi baru, yaitu memaparkan hasil
pemikiran mereka dalam sebuah media serta memperjualbelikanya pada
masyarakat luas. Disamping itu, hasil pemikiran ciptaan atau kreasi
seseorang mempunyai pengaruh besar dalam mendukung kemaslahatan
umat manusia sejalan dengan tujuan syariat. Oleh sebab itu, keberadaan
Ibtikar sebagagai salah satu materi yang bernilai harta tak diragukan
lagi39

3. Kepemilikan Hak Merek Dalam Islam

Cara pandang manusia tentang kekayaan telah mengalami perubahan,


kekayaan pada saat ini tidak hanya saja berkaitan dengan materi,
melainkan juga non materi, diantaranya juga kekayaan Intelektual Merek
dagang, perubahan persepsi masyarakat menangani cakupan kekayaan
yang lebih luas dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan hukum,
istilah mal atau harta digunakan oleh para fuqaha salaf dalam pengertian
yang sempit. Istilah mal hanya diterapkan pada objek-objek yang tampak,
yaitu barang yang memenuhi kebutuhan jasmani dan nyata, hasil yang
akan datang atau manfaat yang dapat menjadi subyek kepemilikan
semisalnya tidak disebut mal.

Menurut jumhur ulama terdapat empat ciri harta, yaitu (1) harus
memiliki Nilai, (2) harus merupakan barang yang boleh dimanfaatkan (3)
harus dimiliki, dan (4) bisa disimpan. Hal yang bebas dipakai, seperti

38
Husain Hamid Hasan, Nazhariyah Al-Masglahah Fi Al-Fiqh Al-Fiqh Al-Islami (Mesir :
Dar An-Nadhah Al-Arabiyah 1971) hal 70
39
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa adilatuhu Jilid 4 (jakarta : Gema Insani 2011)
hal.892
28

cahaya dan udara tidak dapat dipandang sebagai harta. Menurut Mujallah,
harta atau mall adalah sesuatu yang diinginkan oleh watak manusia dan
yang dapat disimpan sebagai persediaan. Jadi jasa tidak termasuk kriteria
ini, akan tetapi Imam Syafi‟i dan Imam Hanbal menganggapnya sebagai
harta karena “setiap hal yang memiliki nilai ekonomis sehingga dapat
diperjual belikan dan bila dirusak oleh orang lain , maka wajib ia
membayar nilainya walaupun nominalnya kecil,atau sesuatu yang
bermanfaat atau di manfaatkan baik berupa benda atau kegunaan benda..40
dengan demikia, pengakuan dan penghargaan masyarakat internasional
terhadap kekayaan intelektual seseorang, termasuk kepemilikan suatu ha
katas merek dagang tidak bertentangan dengan Syari‟at Islam. Karena
pengakuan ini mendatangkan banyak kemaslahatan bagi umat manusia.
Dengan demikian sebutan harta kekayaan menurut para ulama mencakup
kekayaan intelektual yakni termasuk kedalam merek dagang, karena merek
dagang merupakan kekayaan intelektual yang mendatangkan banyak
manfaat, dan memiliki nilai ekonomis yang dapat dikategorikan sebagai
harta, baik yang real misalnya merek dagang ,barang dagangan dan produk
industry maupun materi abstrak seperti teori-teori ilmiah, ide-ide
kreatif,suatu rencana yang tersimpan didalam otak para pakar.jika
kepemilikan tersebut berupa merek dagang, maka seseorang boleh
memilikinya,dan diberikan perlindungan kepadanya agar orang lain tidak
melanggar hak-hak miliknya, namunjika kepemilikan materi ia boleh
menjual dan/atau mengajarkanya kepada orang lain. Hadis Rasulullah
SAW yang menunjukan bahwa manfaat/jasa itu secara umum mempunyai
nilai harta (maliyatul manfaah). Maka dari itu, pelanggaran hak (al I‟tida)
terhadap merek dengan melakukan pemalsuan/peniruan (imitation/taqlid)
adalah haram hukumnya karena termasuk kecurangan / penipuan (Al-
Ghisy) yang telah diharamkan Islam. Kita tidak boleh melanggar hak

40
Faturrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori dan Konsep,(Jakarta,Sinar
Grafka,2013).hal175.
29

orang lain tanpa izin termasuk dalam masalah merek. Dalam kaedah fikih
disebutkan.

‫إذن بال الغير ملك في يتصرف أن ألحد يجوز ال‬

“Tidak boleh seseorang memanfaatkan kepemilikan orang lain tanpa


izinya.” (Ad Durul Mukhtar Fii Syarh Tawirul Absor pada kitab Ghosob,
oleh Al-aud-din A Hashkafiy).

Diantara dalil, kaedah tersebut adalah hadis berikut, dimana Nabi SAW
bersabda,

ُّ ُّ‫ِم ْن ه‬
ُِّ ‫الَ نَ ْفسُّ بِ ِط‬
ُّ‫يب إِ ُّالا ْام ِرئُّ َمالُّ يَ ِحل‬

“Tidak halal harta seseorang kecuali dengan ridho pemiliknya,”(HR.


Ahnad 5:2 72 Syaikh Syu‟aib Al-Mauth berkata bahwa hadis tersebut
Shahih Ligoirihi)

Dari hadis di atas dijelaskan bahwa kita dilarang untuk mengambil


harta orang tanpa sejizin pemilik harta tersebut. Dalam hal merek ini juga
termasuk dalam harta, jadi bisa di katakana bahwa mengambil atau
menggunakan merek orang lain tanpa ijin pemilik merek maka tidak
diperbolehkan dan hal tersebut haram, kita sebagai umat hendaklah patuh
kepada ketentuan yang sudah ada pada Islam.

Dalam kehidupan bermuamalah, Islam telah memberikan garis


kebijakan perekonomian yang jelas, Islam tampil memberikan segala
ketentuan yang pasti dan menjauhkan berbagai pelanggaran.41

4. Faktor-faktor Yang Menjadi Dasar Perlindungan-Perlindunggan Hak


Merek Dagang Dalam Islam

Islam sangat mengakui hak milik pribadi dan menjadikanya dasar


pembangunan ekonomi. Itu akan terwujud apabila berjalan dengan sesuai
ketentuan dan tidak keluat dari batasan yang Alla berikan ,diantaranya

41
Kubuddin, Kajian fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: kalimedia, 2017),hal 213-214.
30

yaitu memperoleh harta dengan jalan yang halal dan diSyar‟ikan serta
mengembangkan dengan jalan yang halal pula. Islam sangat
mengharamkan pemilik harta menggunakanya dengan membuat kerusakan
dimuka bumi dan membahayakan manusia. Karena Islam mengajarkan
sesuatu keselamatan di dunia dan di akhirat dan tidak membahayakan diri
sendiri dan juga tidak membahayakan orang lain (Laa dharara wala
dhirara). Islam juga melarang umatnya menginvestasikan uang kepada
sector yang menyebabkan kerusakan moral. Dan islam juga melarang
segala jenis penjualan yang merusak kesehatan manusia,baik kesehatan,
akal, agama, juga etika.

Perlindungan hak merek dagang dalam islam didasarkan konsep harta


kekayaan dalam islam, menurut para ahli fiqih (jumhur ulam) bahwa
sesuatu yang mempunyai nilai, bagi yang merusaknya dikenakan ganti rugi
walaupun sedikit, dan segala sesuatu yang tidak dibuang manusia. Dengan
kata lain bahwa sesuatu yang mempunyai nilai menunjukan jasa juga
termasuk harta, dan kepemilkan mengakibatkan mempunyai hak yang
tetap atau kepastian seperti yng terdapat dalam surat yasin ayat 7 yang
artinya: “Sungguh pasti berlaku perkataan (ketetaapan) Allah terhadap
kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman”.

Menetapkan dan menjelaskan, seperti yang tercantum dalam Al-anfal


ayat 8, bagian yang terbatas seperti yang tercantum dalam surat Albaqarah
ayat 241, dan adil sebagai lawan dari lalim seperti tercantum dalam surat
yunus ayat 35. Definisi yang lebih menggambarkan definisi hak adalah,

“hak adalah kewenangan atas sesuatu atau sesuatu yang wajib atas
seseorang atas orang lain”42

a. Dari segi pemilik hak dari segi ini terbagi menjadi tiga macam.

42
Mustafa Ahmad ALzarqa. Al- mukhal fiqh al-amin Darul fiqri Bairut,11 juz 3.
(Damaskus, Darl al-fikri 1968) .hal.9.
31

1) Hak Allah SWT, yaitu seluruh bentuk yang bisa mendekatkan


diri kepada Allah SWT, mengagungkanya dan menyebarkan
syiar Agamanya.
2) Hak manusia yang pada hakikatnya untuk memelihara
kemaslahatan setiap pribadi manusia.
3) Hak berserikat (golongan) antar hak Allah SWT dan hak
manusia.

b. Dari segi obyeknya hak menuruy ulama fiqh terbagi atas:


1) Hak Mali yaitu hak-hak yang terkait keharta bendaan
2) Hak Ghair Mali yaitu hak-ha yang tidak terkait dengan keharta
bendaan
3) Haqq Asy-Syakhsi yaitu hak yang ditetapkan syara‟ bagi
seorang pribadi berupa kewajiban terhadap orang lain.
4) Haqq Al-Aini yaitu hak seseorang yang ditetapkan Syara‟
terhadap suatu zat, sehingga ia memiliki kekuasaan penuh
untuk menggunakan dann mengembangkan haknya itu.
5) Haqq Mujarad yaitu hak murni yang tidak meninggalkan bekas
apabila digugurkan melalui perdamaian atau pemaafan.
6) Haqq Ghair Mujarad yaitu suatu hak yang apabila digugurkan
atau dimaafkan meninggalkan bekas terhadap orang yang
dimaafkan43

Milkiyah (hak milik ) dapat diperoleh melalui satu di antara beberapa


sebab berikut:

a. Ihraz Al-Muhabat (pengguasaan harta bebas)


b. Al-Tawalud (anak pinak atau berkembang biak)
c. Al-Khalafiyah (penggantian)
d. Al-Aqd

43
Ensiklopedi Hukum Islam, jilid II, (Jakarta. PT. Ichtiar Van Hoeve,2006), hal 486.
32

Hanya empat inilah yang menyebabkan hasil milkiyah di dalam syara‟


kita ini. Beberapa sebab milkiyyah yang terdapat dikalangan Jahiliyah,
telah dihapuskan oleh Islam. Seperti miliyyah dengan jalan peperangan
sesama sendiri dan seperti milkuyyah dengan jalan membudakan orang
yang tidak sanggup membayar hutang dan seperti kadaluarsaan dengan
istilah fiqh dikatakan taqadum, yang menghasilkan bagi yang memperoleh
hak kadaluarsa44

a. Ihzarul AL-Mubahat

Yaitu cara kepemilikan melalui penguasaan terhadap harta


yang belum dikuasai atau dimiliki seseorang atau badan hukum
lainya,yang dalam Islam disebut sebagai harta yang mubah45 salah
satu sebab milkiyah atau malakiyyah adalah ihrazul mubahat, maka
yang dikatakan benda mubah adalah “harta benda yang tidak
termasuk dalam milik yang dilindungi (dikuasai oleh orang lain)
dan tidak ada larangn hukum (man‟I Al-syari) untuk
46
memilikinya. Kemudian memiliki benda-benda yang mubah
dengan jalan Ihraz memiliki dua syarat yaitu:

1) Tidak ada pihak lain yang mendahului melakukan Ihraz al-


mubahat, maksudnya tidak di ihrazkan orang lain lebih
dahulu.
2) Ada maksud Tamaluk, jikalau seseorang memperoleh
sesuatu benda mubah dengan tidak maksud memilikinya
tidaklah benda itu menjadi miliknya47
b. Al-Tawalud

Lengkapnya adalah al-tawalud minal mamluk, yaitu hasil buah


dari harta yang telah dimiliki seseorang, baik hasil itu dengan cara

44
Hasbi Ash-Shidqieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. Bulan Bintang,2010 ),
hal19.
45
Ensiklopedi Hukum Islam, jilid v, (Jakarta. PT. Ichtiar Van Hoeve),hal 1177.
46
Mustafa Ahmad Al-zarqa, Al-madkhal Al-fiqh Al-Amm, Darul fikri Bairut, juz 3. hal244
47
Ensiklopedi Hukum Islam, jilid v, (Jakarta. PT. Ichtiar Van Hoeve), hal 1177.
33

alami atau melalui suatu usaha pemiliknya48 dalam hal ini berlaku
kaidah

Yang artinya: setiap Peranakan atau segala suatu yang tumbuh


(muncul) dari harta milik adalah milik pemiliknya49

c. Al-Khalafiyah

Yaitu penggantian seseorang atau sesuatu yang baru


menempati posisi pemilik yang lama. Al-khalafiyah dibedakan
menjadi dua yaitu:

1) Penggantian atas seseorang oleh orang lain, misalnya


pewarisan. Dalam pewarisan seseorang ahli waris
menggantikan posisi pemilikan orang yang wafat terhadap
harta yang ditinggalkanya (tirkah)
2) Penggantian benda atas benda yang lainya, seperti terjadi
pada tadmin (pertanggungan) ketika seseorang merusakn
atau menghilangkan harta benda orang lain, atau pada
ta‟widh (pengganti kerugian) ketika seseorang mengenakan
atau menyebabkan penganiyayaan terhadap pihak lain50
d. Al‟Aqd

Yaitu pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan ketentuan


syara‟ yang menimbulkan pengaruh terhadap obyek akad 51 akad
dalam istilah fuqaha adalah:

Artinya: perkataan ijab dengan Kabul secara yang di syariatkan


akan agama nempak bekasanya yang diakadkan itu52

48
Hasbi Ashidqieqy, , Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. Bulan Bintang,2010 ).
hal20
49
Mustafa Ahmad Al-zarqa, Al-madkhal Al-fiqh Al-Amm hal252
50
Ghufran A Mas‟adi.Fiqh Muamalah Konstektual.(Jakarta.PT Raja Grafindo,2002).hal
61.
51
Ghufran A Mas‟adi.Fiqh Muamalah Konstektual.(Jakarta.PT Raja Grafindo,2002). Hal
62
52
Hasbi ashidieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. Bulan Bintang,2010 ),
34

Akad merupakan sebab kepemilikan yang paling kuat dan


paling luas berlaku dalam kehidupan manusia yang membutuhkan
distribusi harta kekayaan, dibandingkan dengan tiga kepemilikan
terdahulu. Dari segi sebab pemilikan dibedakan antara Uqud
jabariy (pemilikan secara paksa) yang dibedakan menjadi dua
yaitu:

1) Pemilikan secara paksa atas mal-uqar (harta tidak bergerak


yang hendak dijual)
2) Pemilikan secara paksa untuk kepentingan umum53

Hak milik didefinisikan sebagai sesuatu ketentuan undang-


undang yang sah didalam negara Islam yang berhubungan dengan
keemilikan atau penggunaaan segala bentuk atau jenis harta benda
54
. Milik yang dibahas dalam Fiqh Muamalah secara garis besar
dapat dibagi menjadi

a. Dari segi Obyek (mahal) pemilikan menjadi tiga


1) Milk Al-Ain (memiliki benda) yaitu benda itu sendiri, benda yang
dimiliki seperti memiliki benda-benda yang dapat dipindah
2) Milk Al-Manfaat, yaitu kepemilikan seseorang untuk
memanfaatkan suatu benda milik orang lain dengan keharusan
menjaga materi bendanya.
3) Milk Al-Dain (milik piutang) yaitu kepemilikan harta benda yang
berada dalam tanggung jawab orang lain karena sebab tertentu.
b. Dari segi unsur harta (benda dan manfaat) dibedakan menjadi dua :
1) Milk Al-Tam (pemilikan sempurna ) yaitu kepemilikan benda
sekaligus manfaatnya.

hal 21.
53
Ghufran A Mas‟adi.Fiqh Muamalah Konstektual.(Jakarta.PT Raja Grafindo,2002). hal
62
54
Afzaalul Rahman, Doktrin Ekonomi Islam. Jilid I. (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995), hal 112.
35

2) Milk Al-Naqis (pemilikan tidak sempurna), yaitu pemilikan atas


satu unsur harta saja. Milk Al-Naqish ada dua bentuk
a) Pemilikan atas manfaat tanpa memiliki bendanya.
Kepemilikan manfaat ini diperoleh berdasarkan salah satu
dari empat sebab yaitu Ijarah, I‟arah,Wakaf, dan wasiat atas
manfaat.55
b) Pemilikan atas benda tanpa disertai pemilikan atas
56
manfaatnya. Milk Al-Naqish hanya terjadi melalui wasiat.
c. Dari sisi bentuknya milk dibedakan menjadi dua :
1) Milk Al-Mumtayaz (milik jelas) adalah pemilikan suatu benda
yang mempunyai batas – batas yang jelas dan tertentu yang dapat
dipisahkan dari yang lainya.
2) Milk Al-Masya‟(milik bercampur) adalah pemilikan atas sebagian,
baik sdikit atau banyak yang tidak tertentu dari sebuah harta
benda57.

5. Dasar Hukum Perlindungan Hak Merek Dagang Dalam Islam

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional VII


MUI, pada 19-22 Jumadil akhir 1436 H/26-29 juli 2005 M, Telah
menimbang:

a. Bahwa pada sekarang ini pelanggaran terhadap Hak Kekayaan


Intelektual (HKI) telah sampai pada tingkat yang meresahkan
merugikan dan membahayakan banyak pihak, terutama pemegang
hak,negara dan masyarakat.
b. Bahwa terhadap pelanggaran tersebut, masyarakat Indonesia anti
pemalsuan (MIAP) telah mengajukan fatwa terhadap MUI,

55
Ghufran A Mas’adi.Fiqh Muamalah Konstektual.(Jakarta.PT Raja Grafindo,200). hal 64.
56
Ghufran A Mas’adi.Fiqh Muamalah Konstektual.Jakarta.PT Raja Grafindo,2002. hall 65.
57
Ghufran A Mas’adi.Fiqh Muamalah Konstektual.Jakarta.PT Raja Grafindo,2002 hal 66
36

Oleh karena itu, MUI memandang perlu untuk menetapkan fatwa


tentang status tentang Hukum Islam mengenai HKI, untuk dijadikan
pedoman bagi umat islam dan pihak-pihak yang memerlukan.
Firman Allah SWT, tentang larangan memakan harta orang lain, QS
Al-Baqarah: ayat 188 sebagai berikut:

ِ ‫ام اِلَى بِهآ وت ْدلوا بِالْب‬


ُّ‫اط ُِّل بَ ْي نَك ُّْم اَ ْم َوالَك ُّْم تَأْكل ُّْوٓا َوَال‬ ُِّ ‫ال ِّم ُّْن فَ ِريْ ًقا لِتَأْكل ْوا الْح اك‬
ُِّ ‫ااس اَ ْم َو‬ ِْ ِ‫ب‬
ُِّ ‫االثْ ُِّم الن‬
َ ْ َ َ

ُّ‫ࣖ تَ ْعلَم ْو َُّن َواَنْ ت ْم‬

artinya: Dan janganlah sebagian dari kamu memakan harta sebagian


yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil (janganlah ) kamu
membawa (urusan) harta itu kepaa hakim, supaya kamu dapat
memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat ) dosa, padahal kamu mengetahui.

ُّ‫ااس تَ ْب َخسوا َوَال‬


َُّ ‫ۤءه ُّْم الن‬ ِ ُِّ ‫م ْف ِس ِدي ُّن ْاالَر‬
َ ‫ض فى تَ ْعثَ ْوا َوَُّال اَ ْشيَا‬ ْ َْ
QS Asy-Syua‟ara ayat 183 yang artinya : dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela
dimuka bumi dengan membuat kerusakan.

Hadis Rasulullah SAW. Yang menunjukan bahwa manfaat/jasa itu


secara umum mempunyai nilai harta (Maliyatul Manfaah). Maka dari itu
pelanggaran hak (Al-I‟tida ) terhadap merek dagang dengan melakukan
pemalsuan/peniruan yang telah diharamkan oleh islam, kita tidak boleh
melanggar hak orang lain tanpa izin termasuk dalam masalah merek,
dalam kaeda fiqh disebutkan :

‫إذن بال الغير ملك في يتصرف أن ألحد يجوز ال‬

Artinya : tidak boleh seseorang memanfaatkan kepemilikan orang lain


tanpa izinya, (Ad Durul Mukhtar fi Syarh Tanwirul Absor pada kitab
Ghoshob, oleh Alaud-din Al-Hashkafiy.

Dari hadis di atas dapat dijelaskan bahwa kita dilarang untuk


mengambbil harta orang lain tanpa seizing pemiliknya. Dimana merek
37

disini juga termasuk kedalam harta, jadi bisa dikatakan bahwa mengambil
atau menggunakan merek orang lain tanpa seizin pemiliknya maka tidak
diperbolehkan dan hal tersebut haram. Jadi kita sebbagai umat musliim
seharusnya taat akan hukum islam yang ada. Tidak hanya taat kepada
hukum Islam saja tetapi juga taat akan peraturan Undang-undang yang
dibuat oleh pemerintah. berikut hadis yang menjelaskan bahwa kita harus
taat kepada peraturan pemerintah selama peraturan tersebut tidak
menyelisihkan aturan yang bertentangan dengan hukum Islam.58

Hadis yang artinya: “dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, Bersabda:
“Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin
(penguasa) kaum muslim dalam hal yang disukai maupun hal yang
tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika
diperintahkan dalam hal maksiat, maka tidak boleh menerima perintah
tersebut dan tidak boleh taat”. Muttaqin alaihi (HR,Bukhari no. 7144
dan muslim no.1839)

Dalam kehidupan bermuamalah, Islam telah memberikan garis


kebijakan perekonomian yang sangat jelas. Transaksi bisnis juga
merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dan di muliakan oleh islam.
Perdagangan yang jujur sangat disukai oleh Allah, dan memberikan
rahmatnya kepada orang-orang yang berbuat demikian. Perdagangan bisa
saja dilakukan oleh individu maupun perusahaan dan berbagai lembaga
tertentu. Upaya untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan-kecurangan
dalam jual beli, baik yang berbentuk eksploitasi, pemasaran, monopoli,
maupun bentuk kecurangan lainya, tidak dibenarkan oleh Islam karena hal
tersebut jelas bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri.

Islam tampil untuk memberikan segala ketentuan yang pasti dan


menjauhkan berbagai pelanggaran tersebut. Semuanya dalam rangka
memperlihatkan hak individu yang semestinya terlindungi dan menegakan
solidaritas yang tinggi dalam masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk

58
https://rumaysho.com/10343-hukum menjual produk imitasi-kw.
38

memperlihatkan kepada dunia bisnis ketinggin moral yang diajarkan


dalam Islam dan untuk menegakan hukum-hukum Allah 59

59
Kutbuddin Aibak, kajian fiqh kontemporer. (Yogyakarta : kalimedia, 2017), H. 213-
214.
BAB III
PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DALAM UNDANG – UNDANG
DI INDONESIA

A. Pengertian Merek Terkenal

Berdsarakan reputasi dan kemajuan suatu merek, dapat dibedakan


menjadi tiga jenis, yakni merek bisa (noirmal marks), merek terkenal ( well-
known marks), dan merek termasyur (famous marks), merek biasa adalah
yang tergtolong tidak memiliki reputasi timggi. Merek yang berderajat biasa
ini kurang dianggap kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup yang baik
dari segi pemakaian dari segi pemakaian dan teknologi, masyarakat
konsumen melihat merek tersebut kualitas rendah. Merek ini juga dianggap
tidak memiliki drawing power yang mampu memberi sentuhan dan kekuatan
mitos seperti kepada masyarakat konsumen, dan tiodak mampu membentuk
lapisan pasar dan pemakaina60

Di atas merek biasa terdapat merek terkenal yakni merek yang memiliki
reputasi tinggi. Merek yang demikian itu memilki memiliki kekuatan
pancaran yang membuka dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang
berada di bawah merek itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan
ikatan mitos kepada segala lapisan konsumen61. Tingkat derajat merek yang
tertinggi adalah merek yang termasyur, sedemikian rupa masyurnya ndi
seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya digolongkan memnjadi “ merek
aristokrat dunia”62 dalam kenyataanya sangatlah sulit antara merek terkenal
dan merek termashyiur, kesulitan dalam penafsiran, mengakibatkan kesulitan
menentukan batas dan ukuran diantar keduanya, jika mereka termashyur

60
M. Yahya Harahap, tinjauannmerek secara Umum DAN Hukum Merek di Indonesia
berdasarkan Merek terkenal Berdasarkan Undang- Undang nomor 19 tahun1992,( bandung citra
Aditya bakti,1996), hal, 80-81.
61
M. Yahya Harahap, tinjauan merek secara Umum DAN Hukum Merek (Bandung, Citra
Aditya 1992), hal 82-83
62
M. Yahya Harahap, tinjauan merek secara Umum DAN Hukum Merek, (Bandung, Citra
Aditya 1992), hal 85.

37
38

didasarkan pada ukuran sangat terkenal dan sangan tinggi reputasinya,


besarnya ukuran seperti itu juga dimiliki oleh merek terkenal. Oleh karena itu
bagi yang mencoba membuat definisi merek termasyur besar sekali
kemungkinanya akan terjebak dengan perumusan yang tumpeng tindih
dengan dengan definisi merek terkenal.

1. Pengertian Merek Terkenal Menurut Konvensi Paris

Paris Convention For Protection Of The Protection Of Industrial


Property, yang dikenal dengan Paris Convention merupakan hasil
konferensi paris yang ditandatangani pada 20 maret 1883 oleh mulanya 11
negara, hingga saat ini paris convention telah mengalami tujuh kali
perubahan. Dalam konvensi tersebut, pengaturan tentang merek terkenal
termuat dalam pasal (1) konvensi paris yang menyatakan bahwa “Negara
anggota dari paris Union ini menerima secara ex officio, jika perundang-
undangan mereka membolehkan, atau atas permohonan dari pada pihak
yang berkepentingan, untuk menolak dan membatalkan pendaftaran dan
juga melareang pemakaian daeri suatu merek yang merupakan suatu
reproduksi, imitasi atau penerjemahan yang dapat menimbulkan
kekeliruan (to crate confusion) dari suatu merek yang telah dianggap oleh
“competent authority” (instasi yang berwenang) daripada negara dimana
merek ini di daftarkan atau dipakai, sebagai merek terkenal (well known),
dinegara itu yakni sebagai suatu merek dari seorang yang berhak atas
fasilitas menurut konvensi paris ini dan dipakai untuk barang-barang yang
sama atau identic, ketentuan ini juga berlaku sebagian esensial (utama)
daripada merek bersangkutan ini merupakan sesuatu reproduksi dari pada
suatu merek terkenal atau sesuatu imitasi mungkin menimbulkan
kekacauan”‟

2. Pengertian Merek Terkenal Menurut Perjanjian TRIP‟S


TRIP‟s agreement mengatur merek terkenal dalam pasal 16 ayat (2)
yang menyatakan bahwa pasal 6bis konvensi paris 1967 akan berlaku,
39

mutanis mutandis juga untuk merek atas jasa. Untuk menentukan apakah
suatu merek adalah merek terkenal, harus dipertimbangkan pengetahuan
masyarakat terhadap merek tersebut dalam lingkungan yang relevan
termasuk pengetahuan di dalam negara anggota itu yyang diperoleh
sebagai hasil dari promosi atas merek yang bersangkutan63 Merek terkenal,
dalam pasal 16 ayat (3) diatur dapat diberlakukan juga terhadap jasa atau
jasa yang tidak yang tidak sama dengan barang yang mereknya didaftar
dengan ketentuan bahwa penggunaan merek dagang dalam kaitan dengan
barang atau jasa tersebut menunjukan hubungan antar barang atau jasa
tersebut dengan barang yanmg merek dagangnya terdaftar dan dengan
ketentuan pula bahwa kepentingan pemilik merek terdaftar terganggu oleh
64
penggunaan itu . Disini terlihat bahwa pengaturan mengenai
perlindungan ats merek terkenal dalam TRIP‟s Agrement memperluas
pengaturan dalam paris Convention yaitu dengan memasukan barang-
barang tidak sejenis dengan syarat-syarat tertentu.65

3. Pengertian Merek terkenal Menurut Undang-Undang


Perlindungan terhadap Merek Terkenal dalam UU No.15 Tahun 2001
tentang merek ( selamjutnya disebut sebagai UU merek 15/2001) dapat
dilihat dari adanya pengakuan atas hak prioritas yang dimiliki pemegang
atau pemilikmerek terkenal. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 37
ayat (2) yang bunyinya:

“permohonan perpanjangan di tolak oleh Direktorat Jendral apabila


merek tersebut mempunyai persaman pada pokoknya atau
keseluruhanya dengan merek terkenal milik orang lain, dengan
memperhatikan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(1) huruf b ayat (2).”

63
Sudarma Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaruan hukum Merek Indonesia (daam
rangka WTO, TRIPS). Cetakan ke 1 ( Bandung PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hal 45-46.
64
Ahmad Zein Umar “hak kekayaan intelektual Pasca TRIP’S, Cet 1, (Bandung. PT.
Alumni.2005), hal 73.
65
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaruan hukum Merek Indonesia.
(Bandung, Citra Aditiya, 1997) Hal 46.
40

Pasal 6 ayat (1) huruf b jo pasal 6 ayat (1) mengatur bahwa:

“Permohonan pendaftaran merek harus di tolak oleh Direktorat


Jendral apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhanya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak
orang lain untuk barang/jasa sejenis dan barang atau jasa yang tidak
sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan diatur
lebih lanjut dalam dalam peraturan pemerintah.”

Selanjutnya dibagian penjelasan UU Merek 15/2001 diuraikan


penjelasanya lebih lanjut pasal 6 ayat (1) huruf sebagai berikut:

“penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya


atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang / jasa yang
sejenid dilakukan dengan dilakukan dengan memperhatikan dengan
perhatian umum masyarakat mengenai merek tersebut dibidang usaha
yang bersangkutan. Disamping itu diperhatikan pula reputasi merek
terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-
besaran, investasi dibeberapa negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftran merek tersebut di beberapa
negara , apabila hal-hal tersebut belum dianggap cukup, pengadilan
niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri unruk
melakukan survei guna untuk memperoleh kesimpulan mengenai
terkenal atau tidaknya merek yang menjadi dasar penolakan”

Dari pelajaran ini terlihat bahwa UU MEREK 15/2001 telah


mengadopsi pengaturan bagi perlindungan terhadap merek terkenal baik
dari Paris Convention maupun TRIP‟s Argement, selain itu, dari
penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf b tersebiut dapat dilihat bahwa suatu
merek dapat dikatakan sebagai merek terkenal adalah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tertentu.


b. Reputasdi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang
gencar dan besar-besaran.
c. Investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oelh
pemiliknya.
41

d. Memperhatikan pada bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa


negara.

Dari beberapa pengertian Merek terkenal diatas baik menurut


konvensi paris, perjanjian TRIP‟s dan menurut Undang-undang peneliti
menyimpulkan merek terkenal adalah merek yang sudah diketahui oleh
masyarakat banyak baik dinegara itu sendiri maupun internasional karena
promosi yang gencar dan besar dibebagai negara.

B. Ketentuan Merek Terkenal

Undang-undang Merek No. 15 tahun 2001 tidak secara gamblang


menyatakan pengertian dari merek terkenal. Tapi dalam penjelasan pasal 6
ayat (1) huruf b secara eksplisit dijabarkan bahwa sebuah merek merupakan
merek terkenal dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat
mengenai merek tersebut dibidang usaha yang bersangkutan, memperhatikan
reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan
besar-besaran. Investasi diberbagai negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya yang disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa
negara. Dan bila hal-hal tersebut belum di anggap cukup, pengadilan niaga
dapat memerintah lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survey
untuk memperoleh kesimpulan apakah suatu merek terkenal atau tidak.

Sebagai tambahan pengetahuan tentang merek terkenal, General


Assembly of W0rd Intelectual Property Organitation (WIPO) dan The
Assembly of Paris Union for the Protection Property pada september 1999
mengadopsi Join Recommendation Concerning Provisons on the Protection
of Well-Known Marks (selanjutnya akan disebut sebagai Join
Recommendation). Pasal 2 Joint Recommendation ini memberikan pedoman
bagi instansi berwenang negara peserta WIPO dan Paris Union dalam
menentukan suatu merek sebagai merek terkenal atau bukan yaitu dengan
melihat faktor-faktor sebagai :
42

(1) The degree of knowledge or recognition of the mark in a relevant


sector of the public : (2) the duration, extend and geographical aree
of any use of the mark: (3) The duration, extent and geographical
area of any promotion of the mark, including adversiting of publicity
and the presentation, at fairs or exhibitions, of the goods and/or
service to which the mark applies: (4) The duration and the
geographical area of any registration, and/or any application of the
mark, to the exten that reflect use or recognition of the mark: (5) the
record of successful enforcement of right in the mark, in particular,
the extent to which the mark wa recognised as well known by
competent authorities: (6) the value associated with the mark.

Namun faktor-faktor tersebut dapat diterapkan sebagian atau seluruhnya,


tergantung kasus perkasus. Dalam kasus tertentu bisa saja memerlukan
pemenuhan semua faktor, dan dalam kasus lainya bisa saja dengan hanya
beberapa faktor sudah dapat membuktikan bahwa suatu merek merupakan
merek terkenal. Disimpulkan dari pasal tersebut bahwa suatu merek dapat
dikatakan sebagai merek terkenal dengan memperhatikan :

1. Pandanganmasyarakat
2. Reputasi merek yang diperoleh melalui promosi
3. Kriteria merek terkenal menurut konvensi Paris.
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Dagang

Perlindungan hukum ialah memberikan pengayoman kepada hak asasi


manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan tersebut diberikan
kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum atau dengan kata lain yaitu perlindungan hukum adalah
berbagai upaya yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk
memberikan rasa aman, damaI baik secara pikiran maupun secara fisik dari
ganguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun66

Perlindungan hukum juga diartikan sebagai harkat dan martabat, serta


pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh objek hukum
yang berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenagan atau sebagai kumpulan
66
Satjipto Raharjo. ILMU HUKUM. (Bandung: PT citra Aditya Bakti). Hal 74
43

peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Berkaitan dengan konsumen disini, berati hukum memberikan
perlindunganterhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan
tidak terpenuhinya hak-hak tersebut67 Berikut beberapa pendapat menurut
para ahli mengenai perlindungan hukum di indonesia, yaitu:

1. Menurut setiono, perlindunganhukum adalah tindakan atau upaya


untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh
penguasa yang tidak sesuia dengan aturan hukum, untuk mewujudkan
ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk
menikmati martabatnya sebagai manusia.
2. Menurut muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk
melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau
kaidah-kaidah yang menjelma dalam tindakan dan sikap dalam
menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan antara sesame
manusia68

Menurut Michsin, perlindungan hukum yaitu suatu hal yang melindungi


subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perlindungan Hukum Preventif


a. Pendaftaran merek

Dua sistem pendaftaran merek yang dianut di indonesia yaitu


sistem yaitu sistem deklaratif dan sistem konstitutif, untuk undang-
undang nomor 151 tahun 2001 tentang merek sistem pendaftaran
menganut sistem konstutif, sama dengan Undang-undang
sebelumnya yakni Undang-undang Nomor 19 tahun 1992 dan

67
Philipus M.Hadjon, PRLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT INDONESIA, (Surabaya PT.
Bina Ilmu.1987), hal 35
68
Setiono. RULE OF LAW (SUPERMASI HUKUM), (Surakarta: Magister Ilmu hukum
Pascasarjana Univesrsitas Sebelas Maret, 2004). Hal.3.
44

Undang-undang nomor 14 tahun 1997 Tentang Merek. Hal ini


merupakan perubahan mendasar dalam undang-undang merek
Indonesia yang selalu menganut sistem deklaratif (Undang-undang
Nomor 21 tahun 1961 Tentang Merek).69

Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui


pendaftaran artinya hak ekslusif atas suatu merek diberikan karena
adanya pendaftaran. Pada sistem konstitutif pendaftaran merek
mutlak dilakukan sehingga merek yang tidak didaftar tidak akan
dapat hak perlindungan hukum70. Sedangkan sistem deklaratif (first
to use principle) menitik beratan pada pemakaian pertama. Siapa
yang memakai pertama suatu merek maka pemakai pertama
merupakan yang berhjak menurut hukum atas merek yang
bersangkutan. Jadi pemakaian pertama yang menciptakan hak atas
merek, bukan karena adanya pendaftaran.71

b. Lisensi
Lisensi merupakan instutisi yang disediakan hukum dalam
rangka kemudahan bagi seseorang untuk mengeksploitasi secara
ekonomis suatu hak milik atas benda-benda tidak berwujud
(intangible property ) tanpa yang bersangkutan harus kehilangan
control ekslusif atas kepemilikan bendanya.72 Dalam hak atas
merek terdapat dua jenis hak ekslusif yang dapat digunakan atau di
eksploitasi oleh si pemilik hak atas merek, yaitu menggunakan
sendiri mereknya untuk perdagangan atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk menggunakanya dalam kegiatan perdagangan
9pasal 3 jo. Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 tahun
2001). Cara yang terakhir disebut dengan lisensi.

69
Ok Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Hal 362
70
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia ,(bandung-alumni 2013), hal 331
71
Ok Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Hal 363
72
Titon Slamet Kurnia SH,MH, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Di
Indonesia Pasca Perjanjian TRIP’S, (Bandung . PT. Alumni,2011) hal 169.
45

Lisensi adalah izin yang dinerikan oleh pemilik merek terdafar


kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian
hak 9bukan pengadilan hak) untuk menggunakan merek tersebut,
baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan /atau jasa yang
didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu (pasal 1 angka
13 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001.73
Dalam lisensi merek, hubungan hukum antara licensor dan
licensee pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kontrak
perjanjian. Sehingga lisensi merek pada hakikatnya bersifat suka
rela sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, hal ini sesuai dengan
pasal 21 penjanjian TRIP‟s74. suatu merek yang sangat baik akan
memberikan goodwill kepada perusahan. Oleh karena itu, goodwill
yang terkandung dalam merek tersebut akan memiliki nilai
ekonomis yang sangat tinggi jika mampu di eksploitasi lebih lanjut
oleh pemiliknya tidak cukup hanya dengan penggunaaan oleh
dirinya sendiri tetapi juga dengan memberikan kesempatan bagi
pihk lain untuk menggunakan merek tersebut.

2. Perlindungan Hukum Reperesif


Perlindungan hukum reperesif adalah perlindungan yang
dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa
atau kejadian yang terjadi, yaitu berupa pelanggaran ha katas merek
tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga
peradilan dan aparat penegak hukum lainya seperti kepolisian, pejabat
pegawai Negri Sipil (PPNS), dan kejaksaaan untuk melakukan

73
Titon Slamet Kurnia SH,MH, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Di
Indonesia Pasca Perjanjian TRIP’S, (Bandung . PT. Alumni,2011) hal 169
74
Titon Slamet Kurnia SH,MH, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Di
Indonesia Pasca Perjanjian TRIP’S, (Bandung . PT. Alumni,2011) hal 171
46

penindakan terhadap pelanggaran merek75 Perlindungan secara


reperesif dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Perlindungan melalui hukum perdata
Pemilik merek terdaftar dapat mengajuka gugatan terhadap
orang atau badan hukum yang menggunakan mereknya: yang
mempunyai persamaan: baik pada pokonya ataupun
keseluruhanya secara tanpa hak, berupa permohonan ganti rugi
dengan penghentian pemakaian merek tersebut (pasal 76 ayat
(1) b Undang-undang N0 15 Tahun 2001 tentang merek)
diajukan melalui pengadilan Niaga.76
b. Perlindungan melalui hukum pidana
Dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang berhubungan
dengan merek, diantaranya, diatur dalam pasal 253-262
KUHP.77
Sanksi pidana diatur juga dalam Undang-undang No 15
thun 2001 tentang merek pada pasal 90-95 ketentuan pasal 90
mengecam setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhanya dengan
merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000.00, adapun menurut pasal 91 menurut
ketentuan bahwa setiap orang yang sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/jasa sejenis yang

75
Jisia Mamahit, Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdaganan Barang atau Jasa
Lex Privatum,1,3 .2013 hal 98
76
Muhammad Djumhadan R. Djubaidilah, Hak Milik Intelektual, Bandung . PT.Citra
Aditya Bakti, 2014), hal 270
77
Muhammad Djumhadan R. Djubaidilah, Hak Milik Intelektual, ( Bandung . PT. Citra
Aditya Bakti, 2014), hal 272
47

diproduksi atau diperdagangkan, diancam dengan pidana penjara


paling lama 4 tahun penjara dan /atau denda paling banyak Rp
800.000.000.00.
c. Perlindungan Administrasi Negara
Apabila terjadi pelanggran terhadapa hak intelektual,
negara bisa juga menggunakan kekuasaanya untuk melindungi
pemilik yang sah. Penggunaan kekuasaan negara tersebut
melalui pabean, standar industry, kewenangan badan penyiaran,
dan kewenangan pengawas standar periklanan78

D. Kronologis Perkara

RUBEN SAMUEL ONSU, bertempat tinggal di Nouvelle Townhomes,


Jalan Cempaka III, Nomor, 22,Kav,Bintaro, Pesanggrahan, jakarta Selatan,
12330, dalam hal ini memberi kuasa kepada: 1. Dr. Minola Sebayang,
S.H,M.H., 2. Abdu Anshori, S.H., 3. Vanny, S.H., 4. M. Ibrahim Rendi
Andika, S.H, 5. Edo. Rahardian , S.H,. 6. Armiyansyah , S.H., 7. Adhit
Prasetyo, S.H., 8. Fakhran Izazi Hanifati, S.H. 9, Raden Adhit Prasetyo, S.H.
10. Lena Nur Shinta Simanjuntak, S.H. 11. Salma Zavira. S.H.. 12. Layli
Fadila Urbach, S.H., para Advokat pada kantor hukum Minola Sebayang &
Partners, berkantor di head office, kompleks ruko embong kemiri square.
Nomor 2b, jalan embong kemiri, embong kaliasan, genteng, surabaya 60271,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 januari 2020.

Melawan

PT. AYAM GEPREK BENNY SUJONO, berkedudukan dijalan raya


kedoya pesing nomor 27 C , RT 01, RW 01, kelurahan kedoya utara,
kecamatan kembanagan, jakarta barata, yang diwakili oleh kurniawan selaku
Direktur Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada : 1. DR. Eddie Kusuma,
S.H., M.H., 2. Vera Puspita Kusuma,S.H, M.H., 3. M Fayakun Arief ,S.H.,

78
Muhammad Djumhadan R.Djubaidilah, Hak Milik Intelektual, ( Bandung . PT.Citra
Aditya Bakti, 2014), hal. 276
48

Para Advokat pada kantor hukum Eddie Kusuma dan Associates, berkantor di
jalan Ir. H. Juanda III, nomor 30 A, Kelurahan kebon kelapa, kecamatan
gambir, kota administrasi jakarta pusat, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 19 Februari 2020. Dan PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
cq. KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA cq,
DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL cq.
DIREKTORAT MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS, berkedudukan di
jalan H.R. Rasuna said, Kav. 8-9, karet kuningan, setia budi , kota Jakarta
Selatan, 12940.

Penggugat sangat keberatana dengan adanya penggunaaan kata BENSU


pada merek I‟M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER milik
Yangcent,dengan demikian penggugat mengajukan gugatan di Kepaniteraan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri pada tanggal 22 Agustus 2019
dalam Register Nomor 57/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN Niaga Jkt.Pst. Dalam
gugatannya, Penggugat menggugat PT Ayam Geprek Benny Sujono dan
Pemerintah Republik Indonesia, yaitu Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, serta Direktorat
Merek dan Indikasi Geografis. Dalam gugatan Penggugat menyatakan
sebagai pemilik hak dan pendaftar pertama dan pemilik satu-satunya yang sah
atas merek "Bensu" di Indonesia serta mempunyai hak tunggal untuk
memakai merek tersebut. Merek BENSU telah dimohonkan PENGGUGAT
sejak tanggal 3 September 2015 dan terdaftar pada tanggal 7 Juni 2018 serta
mendapatkan perlindungan sampai dengan tanggal 3 September 2025. Nama
BENSU, menurut Penggugat kata BENSU adalah singkatan nama orang
terkenal yaitu diambil dari singkatan namanya, yakni Ruben Onsu. Penggugat
menyatakan , tergugat 1 telah menggunakan merek BENSU untuk usaha
kulinernya yakni "I Am Geprek Bensu Sedep Bener/Beneerrr" yang memiliki
persamaan pada pokoknya dengan merek BENSU milik penggugat tanpa
seizinnya, dan membatalkan atau stidaknya menyatakan tidak sah Merek I‟M
GEPREK SEDEP BENEEER + LUKISAN, Nomor pendaftaran
49

IDM000643531 dalam kelas 43 yang dimiliki oleh tergugat 1 serta mencoret


dari daftar umum merekdan mengumumkanya pada berita resmi merek
dengan segala akibat hukumnya karena mengandung I‟tikad tidak baik.

Namun tegugat 1 menolak dan membantah seluruh dali-dalil yang


digunaka oleh penggugat bahwa tidak benar jika penggugat sebagai pemilik
hak dan pendaftar pertama (first to file ) merek “BENSU”. Dikarenakan pihak
tergugat secara fakta telah lebih dahulu mendaftarkan mereknya, bermula dari
Yangcent dan Stefani livinus yang semula secara bersama-sama telah berhasil
menjalankan usaha bersama ingin mengembangkan usahanya dan ayah
Yangcent yaitu Benny Sudjono menyarankan membuka usaha kuliner ayam
geprek, untuk menghormati ayahnya Yangcent dan Stefani menggunakan
nama ayahnya yaitu “bensu” Sngkata dari Benny Sudjono hingga berdirinya
badan hukum berdasarka keputusan menteri hukum dan hak asasi manusia
republic Indonesia Nomor AHU-0040249.01.01 2017 tanggal 13 september
2017, saat usahanya mulai berkembang dengan dibukanya beberapa outlet
/cabang baru selanjutnya Ervan Jordi Onsu (adik penggugat) menawarkan
agar penggugat yang merupakan seorang artis dapat dijadikan ambassador
atau promosi dari usaha bisnis makanan merek Ayam Geprek Bensu, tergugat
1 tertarik akan tawaran tersebut dan sepakat untuk menjadikan penggugat
sebagai promosi bisnis makananya dan memberikan golden sharae atau bagi
hasil kepada pengguagat.dalam waktu sepuluh bulan bisnis Yancent berdiri
dengan pesat hingga membuka 40 cabang hingga keluar negeri, melihat
perkembangan yang sangan pesat adik penggugat meminta untuk karyawanya
bekerja dibagian dapur sebagai quality control untuk mengetahui resep dari
Ayam Geprek Bensu saat karyawan tersebut sudah mengetahui resep dan
mampuh memasak menu ayam geprek penggugat menarik kembali
karyawanya, dan selanjutnya pada sekitar bulan agustus 2017 penggugat
membuka usaha bisnis makan merek ayam geprek bensu yang baik jenis
makananya dan/maupun logo merek usahanya sama ataupun meniru sehingga
50

sama persis dengan nama merek “IM GEPREK BENSU SEDEP BENEER
milik PT. Yangcent.
51

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN SENGKETA MEREK BENSU

A. Pertimbangan Hakim

Menimbang bahwa pokok dalil-dalil gugatan penggugaat adalah pemilik


hak dan pendaftar pertama (First To File) atass merek BENSU, dengan
rincian pendaftaran sebagai berikut ;

NO Kode Tanggal Tanggal Tanggal


Berakhair
Merek Etiket Pendafta Kelas penerimaan Pendaftaran Pemilik
ran Perlindungan

03 07 03 Ruben

Bensu IDM00 September Juni September Samuel


062242 2015
Bukti 43 2018 2015 Onsu
7

P1

Merek BENSU milik penggugat telah dimohonkan sejak tanggal 03


September 2015 dan terdaftar pada tanggal 07 juni 2018 serta mendapatkan
perlindungan sampai dengan tanggak 03 September 2025, yang mana
penggugat juga merupakan pemilik hak atas merek yang mengandung kata
BENSU lainya yang terdaftar pada dafratar umum merek pada Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual.

Selaku pemilik dan pendaftar pertama berdasarkan sistem Firs To File,


maka penggugat diberikan hak eklslusif sebagai merek yang lebih dahulu
dahulu didaftar atau dilakukan permohonan pendaftaranya untuk
menggunakan merek-merek yang mengandung kata BENSU, berdasarkan
bukti surat P-1 berupa fotocopy cetakan daftar umum mere katas Merek
BENSU dengan No, pendaftaran IDM000622427 dalam kelas 43 yang mana
merek tersebut sudah dialihkan dengan perjanjian jual beli dan penyerahan
52

Hak atas Merek sejak tanggal 09 February 2019 kepada Ruben Samuel Onsu
sehingga penggugat adalah pemegang hak atas Merek BENSU yang di
daftarkan Yessy Handalim, oleh karena itu penggugat merasa keberatan
karena merek Tergugat I terdaftar dengan menggunakan kata BENSU yang
mana merek tersebut memiliki pesamaan pada pokonya yang dimiliki oleh
penggugat.

Merek Etiket Tanggal Kode Tanggal Pemilik

Pendaftaran Kelas pemohonan

IM GEPREK 24 mei 2019 03 PT.AYAM


SEDEP
IDM0006435 Mei GEPREK
BENER
31
43 2017 BENSU

Menimbang, bahwa apakah dalil penggugat tentang merek tergugat I


diatas didaftar dengan dengan menggunakan kata BENSU ada memiliki
kesamaan pada pokoknya dengan yang dimiliki oleh penggugat, berdasarkan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis (UU MIG) sebagai berikut:

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar
,logo,nama,kata,huruf,angka,susunan warna,dalam bentuk 2(dua) dimensi
dan atau 3(tiga) dimensi, sura , hologram, atau kombinasi dari 2(dua) atau
lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan
barang dan/atau jasa.

Gambar dengan No. pendaftaran IDM000643531 dalam kelas 43


sesuai dengan bukti surat P-1 yang menerangkan bahwa arti kata “BENSU”
dan lukisan merupakan singkatan dari BENGKEL SUSU dengan uraian
warna hitam, merah abu-abu dan putih, dengan dominan gambar sapi dan
53

kunci inggris,sedangkan merek tergugat I yaitu: I AM GEPREK BENSU


SEDEP BENEERRR gambar :

Pendaftran IDM000643531 dalam kelas 43 yang menerangkan


bahwa arti bahasa/huruf/angka asing dalam dalam contoh I AM GEPREK
BENSU SEDEP BENEERRR + Lukisan uraian warna kuning , hijau, merah,
hitam ,dan putih dengan domonasi gambar Ayam dalam lidah api. Dari
pengertian prsamaan pada pokonya tersebut kedua merek yaitu merek milik
penggugat dan merek milik tergugat tidak mempunyai kemiripan persamaan,
baik mengenai bentuk ,cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi
antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat pada merek
tersebut, sehingga tidak mempunyai persamaan pada pokonya dikarenakan
yang dimaksud dengan persamaan pada pokonya adalah kemiripan dalam
suatu merek yang disebabkan adanya unsur yang dominan antara merek yang
satu dengan merek lainya, sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan ,
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antar
unsur, maupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat pada merek tersebut,
berdasarkan pertimbangan di atas maka dalil penggugat tersebut tentang
adanya persamaan pada merek yang dimiliki oleh Tergugat I tidak beralasan
hukum, sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Dalam Rekonvensi

Maksud dan tujuan gugatan penggugat rekonvensi pada pokonya adalah


mengenai gugatan pembatalan merek. Pertimbangan Hakim mengaju kepada
pelanggaran pasal 21 ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a, dan ayat (3) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang merek Dan Indikasi Geografis
Juncto Pasal 16 ayat (2) huruf a, ayat (3) huruf a dan ayat (4) Peraturan
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Di Indonesia Nomor 67
Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek, oleh karenanya permohonan
pendaftaran merek-merek milik tergugat Rekonvensi seyogyanya harus
54

ditolak ataupun dibatalkan, dikarenakan terdapat persamaan merek yang pada


pokonya atau keseluruhanya dengan milik penggugat rekonvensi /tergugat
konvensi I baik pada Tulisanya maupun pada gambar / estetika dan warna
yang dominan sebagai berikut ;

Merek NO Kode Tanggal Tanggal Etiket Pemilik

Pendaftaran kelas Penerimaan Pendaftran

I AM
GEPREK
08 Agustus RUBEN
BENSU
2017 SAMUEL
SEDEP IDM000643596 45 24 Mei 2019
ONSU
BENEERR

Merek NO Kode Tanggal Tanggal Etiket Pemilik

Pendaftaran kelas Penerimaan Pendaftran

I AM
GEPREK
03 Mei 2017 PT.I AM
BENSU
GEPREK
SEDEP IDM000643531 45 24 Mei
BENSU
BENEERR
2019
SEDEP
BENEERR

Menimbang bahwa dari perbandingan kedua bukti surat yang dilampirkan


ternyata terlihat ada terdapat persamaan yang kental ( atau dalam hal ini
apabila tidak berlebihan , dapat dikatakan identik) dan penggugat rekonvensi
dapat membuktikan adanya transfer-transfer yang dilakukan terhadap tergugat
rekonvensi sebagai Ambasaador, berdasarkan pertimbangan- pertimbangan
tersebut di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan penggugat
Rekonvensi /T.I.K beralasan hukum untuk dikabulkan untuk sebagian yang
akan disebutkan dalam amar putusan.
55

B. Amar Putusan

Putusan Nomor 56/Pdt.Sus-HKI/Merek/2019/PN Niaga Jkt.Pst

Dalam pokok perkara menolak gugatan penggugat RUBEN SAMUEL


ONSU tersebut untuk seluruhnya, menyatakan bahwa menyatakan bahwa
penggugat Rekonvensi adalah adalah pemilik dan pemakai pertama yang sah
atas merek “ I‟AM GEPREK BENSU SEDEP BENER, Menyatakan
permohonan mere katas nama RUBEN SAMUEL ONSU adalah mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya dengan merek I‟AM GEPREK
SEDEP BENEERRR milik PT. AYAM GEPREK BENNY SUJONO
disingkat AYAM GEPREK BENSU, dan memerintahkan kementrian Hukum
Dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia cq. Direktorat Merek Dan
Indikasi Geografis (in Casua Tergugat II Rekonvensi) untuk melaksanakan
pembatalan merek-merek atas nama RUBEN SAMUEL ONSU tersebu, yitu
dengan mencoret pendaftaran merek-merek tersebut dari Indonesia Daftar
Merek serta menolak Gugatan Rekonvensi selain dan selebihnya. Dalam
Konpensi dan Rekonpensi, menghukum penggugat konpensi/ Tergugat
Rekonvensi untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara
sejumlah Rp.1.161.000.00 ( satu juta serratus enam puluh satu ribu rupiah).

C. Analisa Putusan

Dalam melakukan analisa, penulis menggunakan Undang-undang nomor


20 tahun 2016 tentang merek dan indikasi Geogrfis dan hukum Islam adapun
alasan menggunakan dua (2) hukum tersebut dikarenakan untuk mengetahui
perlindungan hukum pada HKI Merek menurut hukum di Indonesia dan
hukum Islam.

1. Tentang Penggunaan Kata dalam Merek AYAM GEPREK BENSU


Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam Memutuskan Perkara Merek
antara AYAM GEPREK BENSU milik Ruben Onsu dan AYAM
56

GEPREK milik Benny Sudjono yang merupakan kata singkatan dari kedua
belah pihak maupun logo yang diklaim milik penggugat oleh penggugat
sudah terdaftar dalam nomor IDM0006224 pada tanggal 07 juni 2018 dan
mendapatkan perlindungan sampai dengan tanggal 03 september 2025,
akan tetapi hal ini haruslah di pertimbangkan bahwa penggunaan kata dan
logo tersebut mempunyai persamaan dengan pokonya dengan Merek
AYAM GEPREK BENSU miliki PT.Benny Sudjono yang telah lebih
dahulu mendaftarkan Mereknya dengan Nomor IDM000643531 pada
Tanggal 03 Mei 2017.
Menurut penulis pertimbangan hakim mengenai kata dan logo yang
digunakan oleh Merek AYAM GEPREK Ruben Samuel Onsu tepat,
dengan alasan memiliki itikad tidak baik, (bad faith) karena kata BENSU
merupakan singkatan dari BENNY SUDJONO yang mana nama tersebut
diambil darai nama ayah Yangcent Untuk memberi penghargaan atas jasa
yang telah diberikan yang sudah terdaftar lebih dulu (first to file) sehinnga
merek penggugat tidak dapat didaftarkan.hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 Pasal 21 ayat (3) Tentang Merek dan
Indikasi Geografi yang dimaksud permohonan tidak baik adalah
permohonan yang patut diduga dalam mendaftarkan mereknya memiliki
niat untuk meniru,menjiplak, atau mengikuti merek pihak lain untuk demi
keuntungan usahanya menimbulkan kondisi persaingan yang tidak sehat ,
mengecoh , atau menyesatkan konsumen, dan pada Pada pasal 21 Undang-
undang Nomor 20 tahun 2016 permononan haruslah ditolak jika merek
tersebut mempunyai persamaan pada pokonya atau keseluruhanya dengan
merek terdafatar pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain
untuk barang dan/ atau jasa sejenis,maka dari penjelasan Pasal 21 Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2016 tersebut penggugat memiliki itikad tidak
baik
2. Tentang Persamaan Merek AYAM GEPREK BENSU
57

Menimbang bahwa, majelis Hakim memperbandingkan antara merek


BENSU milik Ruben Samuel Onsu dengan Merek BENSU milik
PT.Benny Sudjono,

Merek NO Kode Tanggal Tanggal Etiket Pemilik

Pendaftaran kelas Penerimaan Pendaftran

I AM
GEPREK
08 Agustus RUBEN
BENSU
2017 SAMUEL
SEDEP IDM000643596 45 24 Mei 2019
ONSU
BENEERR

Merek NO Kode Tanggal Tanggal Etiket Pemilik

Pendaftaran kelas Penerimaan Pendaftran

I AM
GEPREK
03 Mei 2017 PT.I AM
BENSU
GEPREK
SEDEP IDM000643531 45 24 Mei
BENSU
BENEERR 2019
SEDEP
BENEERR

a. Adanya persamaan bunyi antara merek AYAM GEPREK BENSU


milik Ruben Samuel Onsu dengan Merek AYAM GEPREK BENSU
milik PT.Benny Sudjono yang sama-sama berbunyi BENSU yang
berasal dari singkatan nama Ruben Onsu dan Benny Sudjono yang
apabila di baca mempunyai persamaan bunyi dan sama sekali tidak
mempunyai daya beda dengan milik tergugat 1 atau penggugat
Rekonvensi
58

b. Bahwa Merek AYAM GEPREK BENSU milik Ruben Samuel Onsu


tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya pada persamaan bunyi
ucapan dengan Merek AYAM GEPREK BENSU MILIK PT.Benny
Sudjono.
c. Bahwa adanya persamaan jenis barang yang dilindungi didalam
pendaftaran merek AYAM GEPREK BENSU atas nama penggugat
dengan dengan jenis barang yang dilindungi dengan merek AYAM
GEPREK BENSU milik PT.Benny Sudjono, yaitu sama sama jenis
barang makanan siap saji, dan termasuk kriteria barang sejenis.
d. Bahwa kemiripan logo AYAM GEPREK BENSU milik penggugat
dengan logo AYAM GEPREK BENSU milik tergugat 1, dimana logo
tersebut terdapat lukisan uraian warna kuning, hijau, merah, hitam,
dan putih, dengan di dominasi gambar ayam lidah api. Sehingga
mempunyai persamaan pada pokonya atau pada keseluruhanya.

Menimbang, bahwa dari uraian dan pertimbangan hukum tersebut


Majelis Hakim berpendapat bahwa merek dan logo AYAM GEPREK
BENSU nomor IDM 000643596 milik Ruben Samuel Onsu mempunyai
persamaan pada keseluruhanya atau mempunyai persamaan pada pokonya
dengan merek dan logo AYAM GEPREK milik PT. Benny Sudjono
Nomor IDM000643531.

Terhadap pertimbangan Hakim tersebut, penulis sependapat dengan


pendapat hakim tentang prsamaan merek dan logo yaitu terdapat
persamaan pada pokonya yang mana dalam lukisanya terdapat uraian
warna kuning , hijau, merah, hitam, dan putih dengan di dominasi gambar
ayan lidah api, sehingga gugatan dalam Rekonvensi dapat dikabulkan dan
menyatakan Merek “AYAM GEPREK BENSU SEDEEP BENNEERRR +
lukisan nomor pendaftaran IDM00064531 kelas 43 tanggal pendaftaran
2019 , nama pemilik PT AYAM GEPREK BENSU BENNY SUDJONO
adalah sebagai pemilik yang sah atas merek AYAM GERPEK BENSU,
serta menyatakan permohonan merek yang di daftarkan oleh Ruben
59

Samuel Onsu harus di tolak atau di batalkan sesua dengan pasal 72 (7)
Undang-Undang nomor 20 tahun 2016.

3. Tentang Pendaftaran Dengan Itikad Tidak Baik


Majelis hakim menimbang bahwa sebagai mana dinyatakan dalam
jawaban dan dengan bukti transfer uang sebagai (golden share) T.I-24 -
T.I-33 yaitu sehubungan dengan posisinya sebagai duta Ambasador pada
sejumlah cabang atau outlet bisnis makanan merek I‟M GEPREK BENSU
SEDEP BENEERRR milil penggugat Rekonvensi sehingga tergugat
Rekonvensi seharusnya sudah mengetahui bahwa posisinya adalah semata-
mata sebagai duta promosi (ambasador) untu kepentingan usaha milik dari
Merek penggugat Rekonvensi tersebut, dari uraian ini maka tergugat
rekonvensi adalah pemohon yang patut di duga dalam mendaftarakan
mereknya memilik niat untuk meniru, menjiplak atau mengikuti merek
pihak lain demi kepentingan usahanya menimbulkan kondisi persaingan
usaha yang tidak sehat, mengecoh atau menyesatkan konsumen , sehingga
penulis sepakat dengan Majelis hakim berpendapat tergugat Rekonvensi
adalah pemohon yang beritikad tidak baik.menurut pasal 4 Undang-
undang Nomor 15 tahu 2001 Tentang Merek “Pemohon yang beritikad
baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur
tanpa ada niat apapun untuk membonceng , meniru atau menjiplak
ketenaran merek pihak lain itu atau menimbulkan kondis persaingan
curang, mengecoh atau menyesatkan komsumen”, dan pada penjelasan
pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis “ yang dimaksud pemohon yang tidak baik adalah
pemohon yang patuit diduga dalam mendaftarkan mereknya memiliki niat
untuk meniru, menjiplak ,atau mengikuti merek pihak lain demi
kepentingan usahanya menimbulkan persainga usaha tidak sehat ,
mengecoh dan menyesatkan konsumen.
Penulis menyimpulkan dari poin-poin pertimbangan majelis hakim
tersebut hakim telah tepat mempertimbangkan kasus Merek AYAM
60

GERPER BENSU ini, majelis hakim sangat teliti terhadap kasus putusan
merek AYAM GEPREK ini dikarenakan tergugat Rekonvensi hanya
sebagai duta Ambasador bukan sebagai kepemilikan atas Merek AYAM
GEPREK BENSU, yang mana gugatan terhadap merek I‟AM GEPREK
BENSU SEDEP BENEERRR milik PT,AYAM GEPREK BENNY
SUJONO tidak dapat diteriama selain itu merek AYAM GEPREK
BENSU ini merupakan merek terkenal dan terdapat persamaan pada
pkoknya atau keseluruhanya antara merek ayam geprek milik Ruben
Samuel Onsu denga AYAM GEPREK BENSU milik PT.AYAM
GEPREK BENNY SUJONO baik dari persamaan bunyi, persamaan huruf,
dan persamaan logo, yang mana Merek I‟M GEPREK BENSU SEDEP
BENEERRRR milik PT.AYAM GEPREK BENNY SUJONO telah
melakukakan promosi besar-besaran. Maka dari alasan-alasan diatas
PT.AYAM GEPREK BENNY SUJONO lah yang berhak atas memilik
merek I‟m geprek bensu serta menikmati keuntungan yamg dihasilkan
oleh keintelektualnya.
D. Analisis Hukum Islam Terhadap Perlindungan Hak Merek I‟M GEPREK
BENSU SEDEP BENEEER PT. AYAM GEPREK BENNY SUJONO.

Syariat Islam dalam mengatur berbagai aspek kehidupan umat manusia,


aspek-aspek ajaran islam tersebut tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang
lainya, karena merupakan suatu hubungan yang terjalin erat sekali. Karena eratnya
jalinan tersebut, maka bagian yang satu merupakan bagian dari yang lainya,
sehingga tanpa adanya salah satu bagian tersebut bagian lainya tidak sempurna.
Meskipun demikian, aspek-aspek ajaran islam tersebut masih dapat dibedakan
antara satu dan yang lainya. Setiapa aspek kehidupan manusia ada hukumanya
(wajib ,sunah, mubah, haram) disamping juga ada hikmahnya, namun hanya
sebagian kecil hanya sebagian kecil saja yang telah ditunjukan oleh Al-Qur‟an
dan As-Sunnah dengan ketentuan yang jelas dan pasti. Hal yang demikian itu
bukan berarti Allah dan Rasulnya lengah dalam mengatur Syari‟at Islam, tetapi
justru itulah yang menunjukan kebijaksanaan Allah dan Rasulnya yang sangat
tinggi atau tepat dan merupakan berkah bagi umat manusia. Sebab masalah-
61

masalah yang belum atau tidak ditunjukkan oleh Al-Qur‟an maupun As-Sunnah
itu diserahkan kepada pemerintah, ulama, cendekiawan muslim, dan orang-orang
yang mempunyai keahlian dalam menganalisa dan memecahkan masalah untuk
melakukan pengkajian atau ijtihad guna menetapkan hukumnya, yang sesuai
dengan kemaslahatan masyarakat dan perkembangan kemajuannya.

Salah satu aspek ajaran Islam tersebut adalah masalah-masalah yang


berhubungan dengan Muamalah. Diantara ajaran Islam kepada umatnya dalam
bermua‟amalah ialah tentang hak milik. Dalam pandangan Islam sudah secara
eksplisit dijelaskan bahwa yang mempunyai hak milik mutlak seluruh alam
semesta adalah Allah SWT, sedangkan manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya
hanya diberikan hak milik yang bersifat relatif. Kepemilikan manusia terikat
dengan aturan-aturan yang diberikan oleh Allah SWT, mereka hanya bertugas
untuk melaksanakan perintah Allah SWT atas pengelolaan alam semesta.

Kesadaran bahwa kepemilikan manusia atas sumber daya ekonomi akan


dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat nantinya akan mendorong
manusia untuk berhati-hati dalam mengelola hak milik yang dipunyainya. Secara
umum dikatakan Islam memberikan kedudukan yang proporsional diantara hak
milik individu, hak milik kolektif, dan hak milik mutlak. Akan tetapi meskipun
hak milik ini sangat dilindungi, tetapi ketiganya bukan hak milik mutlak. Hak
milik dapat berubah atau diubah sesuai dengan tingkat kepentingannya tentunya
melalui cara-cara yang dibenarkan.79

Berbicara tentang syari‟ah Islam, kita harus mengacu kepada sumber


hukum Islam. Dalam Al-Qur‟an dan Sunnah tidak terdapat konsep atau
pengetahuan tentang hak milik intelektual secara kontekstual, eksplisit dan
spesifik, namun demikian dari banyak ayat Al-Qur‟an dan Hadist Nabi, para
ulama merumuskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam.80

79
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: CV Ekoisia. 2003) hal 9.
80
Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam Dalam Perkembangan.
(Bandung: penerbit Mandar Maju . 2002), hal 12.
62

Hak merek merupakan salah satu bagian dari Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI). Dalam Al-Qur‟an memang tidak ditemukan ayat khusus yang
mengatur tentang HAKI, karena hal tersebut merupakan masalah baru dan tidak
ditemukan pada masa rasulullah. Namun perlindungan hak intelektual tetap
ditemukan dalam sistem hukum Islam. Karena konsep hak itu sendiri yang dalam
perspektif hukum Islam tidak baku dan bisa berkembang secara fleksibel.
Fleksibilitas penerapan dengan sasaran yang jelas itulah termasuk salah satu ciri
hukum Islam. Oleh karena tidak adanya ketentuan eksplisit mengenai rahasia
dagang, kita dapat menggunakan sumber hukum maslahah mursalah
(kemaslahatan umum). Yaitu setiap sesuatu atau tindakan yang sesuai dengan
tujuan syari‟at Islam, dan mempunyai nilai mendatangkan dan menghilangkan
kerusakan, namun tidak mempunyai dalil eksplisit, hukumnya harus dijalankan
dan ditegakkan.

Dalam surat An-Nisa Ayat 58 Allah SWT menjelaskan

ّ ٰ ‫ت تُ هؤ ُّدوا اه ْن يهأْ ُم ُر ُك ْم‬ ٰٓ ّٰ


‫للاه اِن‬ ِ ‫اس به ْيهه هح هك ْمتُ ْم هواِ هذا اه ْهلِهها اِ ٰلى ْاْلهمٰ ٰى‬
ِ ‫للاه اِن ۗ بِ ْال هع ْد ِل تهحْ ُك ُمىْ ا اه ْن الى‬
‫للاه اِن ۗ بِه يه ِعظُ ُك ْم وِ ِعما‬ ّ ٰ ‫ص ْي ًرا هس ِم ْيعًا هكانه‬
ِ ‫به‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah memerintah kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum diantara manusia siapa yang kamu
menetapkan dengan adil, sungguh Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu dan sungguh Allah maha mendengar dan maha
melihat.(An-nisa.58)81

Praktek peniruan merek dan sejenisnya penulis anggap perlu untuk dikaji
dan dicari pemecahanya. Mengingat praktek ini telah menjalar kesemua lapisan
sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Seperti yang terjadi pada kasus pelanggaran
81
Depag RI, Al-Hikmah, AL-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Diponegoro 2006.)
hall 354.
63

hak merek I‟M GEPREK BENSU SEDEP BENEEER merek tersebut sudah
terkenal di kalangan masyarakat dan mempunyai banyak cabang sehingga
masyarakat dengan mudah dapat menemukan outlet makanan tersebut, pada
merek ini terdapat dua merek yang mempunyai kesamaan yaitu merek AYAM
GEPRE BENSU milik PT. AYAM GEPREK BENNY SUJONO yang mana
BENSU disini singkatan dari Benny SUJONO dengan AYAM GEPREK BENSU
milik Ruben Samuel Onsu, BENSU disni adalah singkatan dari Ruben Onsu yang
keduanya telah memiliki perlindungan hukum. Namun pada faktanya PT. AYAM
GEPREK BENNY SUJONO telah lebih dahulu mendaftarkan mereknya dengan
nomor IDM000643531 tanggal 3 mei tahun 2017 sedangkan Merek AYAM
GEPREK BENSU milik Ruben Samuel Onsu dengan nomor IDM000643596
tanggal 8 agustus 2017,

Penentuan tentang adanya ada tidaknya persamaan pada pokoknya atau


pada keseluruhannya suatu merek terhadap merek lainnya yang didasarkan pada
itkad tidak baik memang tepat, karena salah satu tujuan penggunaan merek adalah
agar pihak produsen mendapatkan perlindungan atas hak intelektual dalam
memperdagangkan dan atau memproduksi barang yang bersangkutan, melalui
“tanda merek” tersebut pihak konsumen dapat mengetahui kualitas barang yang
bersangkutan baik melalui pengalamannya karena pernah menggunakan merek
tersebut, atau informasi yang diperolehnya dari konsumen lain. Atau dengan
melalui “tanda merek” tersebut konsumen dapat menilai kualitasnya karena
mengetahui siapa yang memproduksi atau mengetahui barang dengan merek yang
bersangkutan, sehingga “tanda merek” tersebut sangat mempengaruhi
perdagangan si pedagang. Dengan demikian merek memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai mekanisme untuk mengidentifikasi dan juga memberi keuntungan dalam
pemasaran.

Dalam hukum Islam hak merek masuk dalam hak kepemilikan (al-
milkiyyah). Hak Milik (al-milkiyyah) dalam hukum Islam merupakan suatu hak
yang memberikan kepada pihak yang memilikinya atau kewenangan atas sesuatu
64

sehingga ia mempunyai kewenangan mutlak untuk menggunakan dan mengambil


manfaat sepanjang tidak menimbulkan kerugian terhadap pihak lain82.

Menurut penulis Merek dapat mencegah persaingan usaha yang tidak


sehat karena dengan merek produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal
muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan bahwa produk itu tidak original. Oleh
karena itu jika terjadi pelanggaran merek maka kita dapat mengajukan tuntutan
ganti rugi. Menurut hemat penulis tuntutan ganti rugi itu dapat berupa ganti rugi
materiil maupun immateriil. Akan tetapi menurut hemat penulis disini Islam
hanya membahas tentang materiilnya saja.

Seperti yang telah penulis ungkapkan, bahwa belum ditemukan dalil dari
Al Qur'an dan Sunnah yang mengkaji tentang hak merek. Oleh karena itu, fiqh
bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam
permasalahan sengketa hak merek, Setidaknya fiqh dapat memberikan hukum
yang pasti bagi umat Islam agar dalam masalah perdagangan tidak terjadi usaha
yang haram dalam tidak menimbulkan pemikiran bahwa fiqh merupakan sebuah
kitab tua yang tidak mampu menjawab tantangan hukum modern serta tidak
mampu menyelesaikan permasalahan hukum khususnya muamalah yang semakin
komplek. Untuk itu para cendekiawan muslim, ilmuwan serta ulama‟ dituntut
untuk mengeluarkan fatwa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam
bidang hukum.

Secara umum menurut sang penulis hak atas merek merupakan hak milik
individu atau hak milik pribadi. Islam menghargai dan menghormati hak milik
pribadi. Karenanya Islam memberikan sanksi hukum yang cukup berat terhadap
siapa saja yang berani melanggar hak milik pribadi atau menyerobot hak milik
orang lain. Sebagai konsekuensi dari diakuinya hak milik pribadi tersebut, maka si
pemilik berhak sepenuhnya menggunakan dan memanfaatkan harta bendanya.
Islam menganjurkan agar pemilik hak berlapang hati dan bermurah hati dalam
menuntut pemenuhan haknya. Oleh karena itu kita tidak diperbolehkan

82
Ghufran A Mas‟adi. Fiqh Muamalat Konstektual,PT. Raja Grafindo Persada (jakarta
.2002). hal 49
65

menggunakan hak orang lain tanpa ijin dari pemilik hak tersebut. Seperti dalam
firman Allah Swt tentang larangan memakan harta orang lain secara batil (tanpa
hak) dan larangan merugikan

harta maupun hak orang lain, yaitu:

ِ ‫ام اِلَى بِهآ وت ْدلوا بِالْب‬


ُّ‫اط ُِّل بَ ْي نَك ُّْم اَ ْم َوالَك ُّْم تَأْكل ُّْوٓا َوَال‬ ُِّ ‫ال ِّم ُّْن فَ ِريْ ًقا لِتَأْكل ْوا الْح اك‬
ُِّ ‫ااس اَ ْم َو‬
ُِّ ‫الن‬
َ ْ َ َ
ِْ ِ‫تَ ْعلَمو َُّن واَنْ ت ُّم ب‬
‫االثْ ُِّم‬ ْ َ ْ
yang artinya : “dan janganlah sebagian kamu memakan harta diantara kamu
dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta
orang lain itu dengan jalan dosa padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah
Ayat 188)83

dan tentang larangan berbuat zalim dalam hadis qudsi, Allah Swt berfirman

ُّ‫ُّوَالُّي ْسلِمه‬ ِ ِ ِ
َ ‫الْم ْسلمُّأَخوُّالْم ْسل ِم َُّالُّيَظْلمه‬

artinya : “Muslim adalah saudara muslim (yang lain) ia tidak boleh


menzalimi dan menghinaya, (HR.Bukhari).

Dalam ajaran Islam terdapat prinsip yang mengatakan bahwa segala


sesuatu di dunia ini adalah mutlak milik Allah semata. Sehingga ada golongan
yang menggunakan prinsip tersebut untuk melarang proteksi terhadap hak milik
kekayaan intelektual khususnya perlindungan terhadap merek dagang. Karena
menurut mereka perlindungan yang diberikan hanya demi kepentingan
kapitalisme Barat dalam upaya menghalangi negara berkembang untuk bisa maju.
Pemikiran yang seperti inilah yang harus kita waspadai, sebab sering ada pihak-
pihak tertentu yang secara sengaja dan tidak bertanggung jawab memakainya
sebagai kedok dalam melakukan pelanggaran murni secara ekonomis, bukan
karena pertimbangan keilmuan atau kemaslahatan umat.

83
Depag RI, Al-Hikmah, AL-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Diponegoro 2006) hal
29
66

Melarang orang lain yang tanpa persetujuannya atau tanpa hak


mempergunakan hak merek yang ia miliki sebagai salah satu hak yang dimiliki
pemilik merek adalah sesuatu yang wajar.

Islam tidak menganjurkan cara mencari kekayaan dengan mengabaikan segi moral
dan mengesampingkan kepentingan orang lain, karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Maka berlaku pula teori
kepentingan publik dengan kenyataan bahwa hak-hak absolut dalam HAKI harus
pula diimbangi dengan keberpihakan pada kepentingan publik.

Dalam permasalahan Hak Atas kekayaan Intelektual, Majelis Ulama


Indonesia (MUI) juga merespon hal tersebut. Sebagaimana dalam fatwa MUI
merek dimasukkan dalam kategori hak kekayaan intelektual. Dimana dalam fatwa
tersebut yang dimaksud dengan kekayaan intelektual adalah kekayaan yang
timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
berguna untuk manusia dan diakui oleh negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.84 Dengan adanya perlindungan undangundang ini,
pemilik merek memperoleh hak eksklusif untuk mempergunakan sendiri,
melarang orang lain yang tanpa persetujuannya atau tanpa hak mempergunakan
hak yang ia miliki. Adapun maksud dari diberikannya hak tersebut adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap para pemilik hak merek, sehingga akan
memacu dan meningkatkan kreatifitas atau inovasi dalam bidang teknologi dan /
bisnis guna mengembangkan usaha serta mengatasi persaingan curang secara
preventif dan represif dari pelaku persaingan curang yang mengabaikan
pengembangan kreatifitas dan inovasi tersebut.

Menurut penulis Islam sangat menghargai kreativitas karya individu,


apalagi kreativitas manusia dalam usaha merubah nasib dalam perjalanan
hidupnya secara benar. Mencari kemajuan dibidang ekonomi tidaklah
bertentangan dengan pandangan Islam. Tidak ada salahnya seorang muslim
mengumpulkan kekayaan dengan sepuas-puasnya, asal dengan jalan yang halal

84
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). No.I/MUNAS VII/MUI/5/2005
Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual HKI.
67

dan disalurkan menurut cara-cara yang dibenarkan oleh hukum syara‟. Berbagai
jalan dapat ditempuh tanpa harus melanggar batas norma. Karena itu Islam tidak
membatasi usaha-usaha untuk meraih kemajuan material. Islam mendorong setiap
individu untuk melakukan semua upaya untuk memperoleh pemilikan materi dan
menjamin pemilikan tersebut. Namun islam menuntut adanya keseimbangan
antara material dan spiritual, Spiritual (Islam) tidak menuntut seorang pengusaha
untuk mengabaikan ambisi-ambisinya dan berhenti untuk mendapatkan sesuatu
yang sederhana tetapi sebaliknya ia justru mendorong dengan mengajak untuk
mendirikan perusahaan sebagai sarana melayani umat manusia. Dengan demikian
upaya untuk mendapatkan kemajuan ekonomi bukan kejahatan pandangan Islam.
Bahkan, sebenarnya ia menjadi satu kebaikan bila ia bisa diseimbangkan untuk
mendapatkan kebaikan.

Berdasarkan hal diatas dapat dipahami bahwa dengan memberikan


perlindungan tersebut berarti kita menghormati karya cipta, temuan orang lain
yang merupakan harta kekayaan miliknya. Dalam Al-Qur‟an memang tidak
ditemukan ayat khusus yang mengatur tentang HAKI, karena hal tersebut
merupakan masalah baru dan tidak ditemukan pada masa rasulullah. Namun
perlindungan hak intelektual tetap ditemukan dalam sistem hukum islam. Karena
konsep hak itu sendiri yang dalam perspektif hukum islam tidak baku dan bisa
berkembang secara fleksibel. Fleksibilitas penerapan dengan sasaran yang jelas
itulah termasuk salah satu ciri hukum islam. Oleh karena tidak adanya ketentuan
eksplisit mengenai masalah merek, kita dapat menggunakan sumber hukum
maslahah mursalah (kemaslahatan umum). Yaitu setiap sesuatu atau tindakan
yang sesuai dengan tujuan syari‟at islam, dan mempunyai nilai mendatangkan dan
menghilangkan kerusakan, namun tidak mempunyai dalil eksplisit, hukumnya
harus dijalankan dan ditegakkan.
68

Tabel hukum Islam terhadap merek:

Untuk membedakan antara hasil pemikiran setiap


manusia, untuk membedakan produk-produk milik
pengusaha lain, untuk membantu para pembeli atau
konsumen untuk mengenal produk-produk tersebut.
Dan merek memiliki nilai ekonomis didalamnya
Fungsi Merek
ssehingga memberikan hak privasi bagi pemiliknya.
Hak Merek dapat dijadikan objek akad jual beli,
akad kerjasama, maupun akad tabarru‟at (kebaikan)
seperti waris dan wakaf seperti hak milik yang
lainya akan tetapi Hak Merek yang dapat dijadikan
objek akad hanyalah merek yang sudah terdaftar.

HKI merek dagang (Al-Itibari) dalam Islam


dianggap sebagai harta kekayaan yang atau atau
sesuatu yang bernilai ekonomis yang bisa
menghasilkan keuntungan. Merek dagang juga
dinilai sebagai harta yang dibolehkan
Perlindungan Merek
pemanfaatanya oleh syari‟at dan memiliki sifat
ekslusifitas. Dengan demikian perlindungan Islam
terhadap harta berlaku juga terhadap merek dagang,
dimana merek dagang telah diakui sebagai harta
kekayaan dan harus diberikan perlindungan
terhadapnya.

Persyaratan Kelas Barang Harus sesuai dengan hukum Islam, yaitu


dan Jasa Hak Merek mengharamkan segala jenis bir dan minuman keras
yang dapat memabukan seperti yang terdapat pada
Fatwa MUI Tentang Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual bahwa “ Hak Kekayaan Intelektual yang
mendapatkan perlindungan hukum Islam hanyalah
69

Hak Kekayaan Intelektual yang tidak bertentangan


dengan hukum Islam
70

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis disimpulkan bahwa bagi yang melakukan pelanggaran
atau menjiplak merek yang sudah terdaftar dapat dikenakan sanksi
pembatalan merek, dan denda, karena merek merupakan suatu asset yang
dilindungi. Sedangkan dalam hukum Islam, menjelaskan bahwa
pemalsuan atau meniru merek merupakan perbuatan yang dilarang dan
hukumnya haram, dikarenakan merek adalah hak milik (Al-Milkiyyah),
dalam hukum Islam hak milik merupakan suatu hak yang memberikan
kewenangan atas sesuatu sehingga ia mempunyai hak mutlak untuk
menggunakan dan mengambil manfaat.
2. Analisa atas putusan Hakim (putusan MA Nomor 575 K/PDT.Sus-
HKI/2020). Dalam perimbangan kasus ini, Hakim menemukan ketidak
sesuaian dengan fakta hukum dan alasan-alasan hukum yang ditemukan
pada pemohon kasasi dengan kenyataanya. Pada putusan ini hakim
menggunakan Prinsip first to file yaitu pendaftar pertama yang
mendaftarkan mereknya menjadikan dasar kepemilikan merek
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Geografis,
71

B. Rekomendasi
Berdasarkan yang telah diuraikan dalam pembahasan yang telah dibahas
dan telah di simpulkan, saran yang diberika oleh peneliti diantaranya, sebagai
berikut :
1. sebagaimana pada umumnya, sebuah produk hukum yang dikeluarkan
oleh pemerintah telah memberikan perlindungan yang mengena. Namun
dalam prakteknya masih mendatangkan kesulitan sehingga menimbulkan
kesan seakan hukum itu sendiri tidak memiliki kekuatan. Seperti dalam
pengawasan merek dagang, tidak ada lembaga atau badan khusus yang
mengawasi, sehingga perlindungan kepada merek hanya dibebankan
pada pemilik merek itu sendiri. Maka sebaiknya pemerintah dalam
mengeluarkan sebuah produk hukum tidak setengah hati,. Artinya harus
disertai dengan perangkat yang lain agar Undangundang tersebut dapat
ditegakkan secara baik dan semestinya. Oleh karena itu alangkah baiknya
jika pemerintah memberikan sanksi yang lebih berat pada para pembajak
merek serta menarik peredaran barang-barang yang diproduksi oleh para
pembajak.
2. Perlu adanya peningkatan kualitas pada kinerja Direktorat Jendral
kekayaan intelektual (DJKI) khususnya aparat pemeriksa permohonan
pendaftaran merek agar lebih teliti dan profesional dalam melakukan
pemeriksaan substantif pada setiap permohonan pendaftaran merek,
mengingat masih banyak kasus pendaftaran merek yang tidak sesuai
dengan ketentuan Hukum Hak Kekayaan Inttelektual khususnya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
72

DAFTAR PUSTAKA

Buku – Buku

Rahmi Jened .Hak Kekayaan Intelektual,surabaya Airlangga University


Press.2010

Ok Saidin Aspek Hukum Kekayaan Intelektual.Jakarta .PT.Raja Grafindo


Persada. 2004.
Rahmi Jened. Hukum Merek (Tradmark Law) Dalam Era Global dan Integroitas
Ekonomi. Jakarta .kencana 2015.

Direktorat jendral industri. Dan dagang Kecil Menengah , Perlindungan Merek


Indonesia Jakarta Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003.

Abdul Rasyid Salim . Hukum Bisnis Perusahaan. Jakarta. Kencana Renda Media
Group 2018.

Ghazali Abdul Rahman,Ghufran Ihsan , saipudin Sidiq. Fiqih Muamalat . jakarta


kencana persada media group. 2010.

Mhammad dzumhana. Perkembanagan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak


Kekayaan Intelektual. Bandung . PT.Citra Aditia Bakti 2006.

Ahmad Miru . Hukum Merek, Cara mudah Mempelajari Undang-Undang. Jakarta


. PT. Raja Grafindo Persada 2005

Gunawan Widjaja. Seri Hukum Bisnis Lisensi(Jakarta. PT. Raja Grafindo


Perasada ,2003)

Gatot Suparmono. Menyelesaikan Sengketa Merek di Indonesia. Jakarta Bhineka


Cipta. 2008.

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji. Peranan dan penggunaan kepustakaan


didalam penelitian Hukum. Jakarta pusat. Dokumentasi UI. 1997.
73

Jaenal Aripin. Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Jakarta .PT Grafindo
Persada Group. 2009.

Fahmi Muhammad Ahmadi. Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan


R&D Bandung. Alfabeta 2008.

Peter Marzuk. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Media.. 2008

H.MN. Purwo Sutjipto,SH, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dadang di Indonesia


djambatan .1984

R.Soekardono ,Hukum Dagang Indonesia. Jilid 1 cet. Ke 8, (jakarta ;dian rakyat 1

Mr. Tirtamidjaya Pokok-Pokok hukum perniagaan.(Djambatan 1962.)

Suryatin „Hukum Dagang 1dan 2. (jakarta : pradya paramita ,1980)

Asian Law Group Pty Ltd. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar cet.5
(bandung : alumni 2005 )

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan fatwa MUI Bidang Sosial dan Budaya.
Erlangga. 2015.

Faturrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori dan


Konsep,(Jakarta,Sinar Grafka,2013).

Ensiklopedi Hukum Islam, jilid II, Jakarta. PT. Ichtiar Van Hoeve,2006.

Kubuddin, Kajian fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: kalimedia, 2017)

Mustafa Ahmad ALzarqa. Al- mukhal fiqh al-amin Darul fiqri Bairut,11 juz 3.
.Darl al-fikri 1968.

Depag RI, Al-Hikmah, AL-Qur‟an dan Terjemahan, Bandung : CV Diponegoro


2006.
74

Afzaalul Rahman, Doktrin Ekonomi Islam. Jilid I. Yogyakarta .PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995.

https://rumaysho.com/10343-hukum menjual produk imitasi-kw.

M. Yahya Harahap, tinjauannmerek secara Umum DAN Hukum Merek di


Indonesia berdasarkan Merek terkenal Berdasarkan Undang- Undang
nomor 19 tahun1992, bandung citra Aditya bakti,1996,

Sudarma Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaruan hukum Merek Indonesia


(dalam rangka WTO, TRIPS). Cetakan ke 1 .Bandung PT. Citra Aditya
Bakti, 1997),

Ahmad Zein Umar “ hak kekayaan intelektual Pasca TRIP‟S, Cet 1, Bandung.
PT.Alumni.2005

Satjipto Raharjo. ILMU HUKUM. (Bandung: PT citra Aditya Bakti).2014.


Philipus M.Hadjon, PRLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT INDONESIA,
Surabaya PT. Bina Ilmu.1987.

Setiono. RULE OF LAW (SUPERMASI HUKUM), Surakarta: Magister Ilmu


hukum Pascasarjana Univesrsitas Sebelas Maret, 2004.

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan


Dimensi Hukumnya di Indonesia ,bandung-alumni. 2013.

Titon Slamet Kurnia SH,MH, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Di


Indonesia Pasca Perjanjian TRIP‟S, (Bandung . PT. Alumni,2011).

Jisia Mamahit, Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdaganan Barang atau
Jasa Lex Privatum,1,3 .2013.

Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). No.I/MUNAS


VII/MUI/5/2005 Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual HKI.
75

Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, Yogyakarta: CV Ekoisia. 2003.

Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam Dalam Perkembangan.
Bandung: penerbit Mandar Maju . 2002

Ghufran A Mas‟adi. Fiqh Muamalat Konstektual,PT. Raja Grafindo Persada


jakarta .2002.
76

Lampiran.

JENIS MEREK Merek Dagang

TANGGAL PENERIMAAN 03 Mei 2017

NOMOR PENGUMUMAN BRM1764A

TANGGAL 18- AGUSTUS- 2017


PENGUMUMAN

NOMOR PERMOHONAN J002017019651

NOMOR PENDAFTARAN IDM000643531

TANGGAL 24 Mei 2019


PENDAFTARAN

TANGGAL 03 Mei 21017 – 03 Mei 2027


PERLINDUNGAN

PRODUK AYAM GEPREK

NAMA PEMILIK YANGCENTT. (PT.AYAM GEPREK BENNY


SUJONNO)

ALAMAT JL.RAYA KEDOYAPESING NO.27C.


RT.001RW001. DESA/KEL.KEDOYA UTARA,
KEC. KEMBANGAN JAKARTA BARAT

KONSULTAN

NAMA MEREK IM GEPREK BENSUM SEDEEP BENEEER


77

GAMBAR

SITUS WEB www.imgeprekbensu.com/

JENIS MEREK Merek Dagang

TANGGAL PENERIMAAN 08 Agustus 2017

NOMOR PENGUMUMAN BRM1758A

TANGGAL 21 AGUSTUS 2017


PENGUMUMAN

NOMOR PENDAFTARAN IDM000643596

NOMOR PERMOHONAN J002017036696

TANGGAL 24 Mei 2019


PENDAFTARAN
78

PRODUK AYAM GEPREKK

TANGGAL 08-08-2017 – 08-08-2017


PERLINDUNGAN

NAMA PEMILIK RUBEN SAMUEL ONSU

ALAMAT NOUVELE TOWN HOUSE. JL.CEMPAKA III


NO.22 KAVLING 21 RT4 RW11, BINTARO
JAKARATA SELATAN.

KONSULTAN BINSAR B. SIHOTANG. SH.

ALAMAT PROFICIAT PATENT KOMPLEK DKI BLOK E


NO. 13 JOGLO KEMBANGAN JAKARTA

NAMA MEREK AYAM GEPRREK SEDEP BENEEER

GAMABAR

SITUS WEB geprekbensuindonesia.com


79

Anda mungkin juga menyukai