Anda di halaman 1dari 26

HUKUM AGRARIA

OLEH : ALWESIUS, S.H, M.KN

PROGAM MAGISTER KENOTARIATAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
KULIAH
PENDAFTARAN TANAH
DASAR HUKUM PENDAFTARAN TANAH

 Dasar Hukum :

• Pasal 19 UUPA
• PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, diundangkan tanggal 8 Juli 1997,
mulai berlaku 8 Oktober 1997
• PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997.
 
 PENDAFTARAN TANAH MENURUT PASAL 19 UUPA MERUPAKAN SUATU
RECHT KADASTER.
 
Karena diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan.
 
 Bunyi pasal 19 ayat 1 UUPA.
 
“ Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.”
 
PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH

• PENDAFTARAN TANAH adalah rangkaian kegiatan


yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan
penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang-bidang tanah dan SRS, termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya dan HMSRS serta hak-hak
tertentu yang membebaninya. 
ASAS-ASAS PENDAFTARAN TANAH
 
 ASAS SEDERHANA : ketentuan pokok dan prosedurnya mudah dipahami.

 ASAS AMAN : PT perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga


hasilnya dapat mempberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan PT.

 ASAS TERJANGKAU: terjangkau oleh pihak-pihak yang membutuhkan,


khususnya golongan ekonomi lemah.

 ASAS MUTAKHIR : kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan


kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus
menunjukkan keadaan yang mutakhir dan karenanya jika terjadi perubahan
data wajib didaftar.

 ASAS TERBUKA : data yang tersedia harus terbuka untuk umum.


TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
 TUJUAN PENDAFTARAN TANAH.
 
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
ybs.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan temasuk
Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan SRS yang sudah
terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. (Pasal 3 UUPT)
 
 CARA MENCAPAI TUJUAN TERSEBUT :
 
• Ad.a. Kepada pemegang hak diberikan SERTIPIKAT.
• Ad.b. Data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan SRS yang sudah terdaftar
Terbuka Untuk Umum.
• Ad.c. Setiap bidang tanah dan SRS termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya
hak atas tanah dan HM a SRS wajib didaftar.
SISTEM PENDAFTARAN TANAH YG KITA KENAL

I. Sistem Pendaftaran Akta (Registrations of Deeds)


• Dalam sistem ini yang di daftar adalah Deeds-nya (Aktanya) , akta yang
membuktikan adanya peristiwa atau perbuatan hukum tertentu.
• Sarana pengumpulan data, penyimpanan data dan penyajian data berupa
Akta, demikian juga tanda bukti yg dihasilkan berupa Akta yang sudah
dibubuhi tanda pendaftaran.

II. Sistem Pendaftaran Hak (Registration of Titles)


• Dalam system ini yang didaftar adalah Titles-nya, hubungan hokum
antara Subyek dengan Tanahnya, yang didaftar dalam Buku
Register/Buku Tanah
• Sarana pengumpulan datanya berupa juga berupa akta, tapi yang
didaftaran bukan akta ybd, penyimpanan data dilakukan dalam Buku
Register/Buku Tanah, demikian juga dengan penyajiab datanya.
• Sebagai tanda bukti haknya akan diterbitkan Certificate of Titles
(Sertipikat hak atas tanah)
SISTEM YG DIANUT PP NO. 24 TAHUN 1997

 SISTEM YANG DIANUT OLEH PP 24/1997 (JUGA OLEH PP


10/1961) ADALAH SISTEM PENDAFTARAN HAK
(REGISTRATION OF TITLES.
 
Hal tersebut dapat diketahui dari adanya Buku Tanah (Register)
sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang
dihimpun dan disajikan serta diterbitkannya sertipikat (“Certificate of
Title”) sebagai tanda bukti hak yang didaftar.
 
 SISTEM YANG DIANUT OLEH ORDONANTIE BALIK NAMA
(S. 1834 : 27)
 
Sistem Pendaftaran Akta, karena yang didaftar adalah Aktanya, akta
yang membuktikan perbuatan hukum penyerahan haknya, didaftar
dalam Register Akta dan tanda buktinya adalah Grosse Acte.
SISTEM PUBLIKASI YG KITA KENAL

 SISTEM PUBLIKASI YANG KITA KENAL.


I. Sistem Publikasi Yang Negatif
• Dalam sistem ini pemerintah tidak menjamin kebenaran data yang
disajikan.
• Perlindungan hukum diberikan kepada Pemegang Hak yang
sebenarnya, bukan kepada pemegang hak yang terdaftar, berdasarkan
asas Nemo Plus Iuris
• Pendaftaran maupun tanda bukti yang dihasilkan tidak bersifat
mutlak. Jika ada kesalahan dalam pendaftaran maka akan dilakukan
perbaikan.
II. Sistem Publikasi Yang Positif
• Dalam system ini pemerintah menjamin kebenaran data yang disajikan.
• Perlindungan hokum diberikan kepada pemegang yang terdaftar,
berdasarkan “itikad baik”.
• Pendaftaran akan menghasil tanda bukti hak yang bersifat mutlak. Jika
ada kesalahan tidak dapat diperbaiki. Pemegang hak yang sebenarnya
akan mendapat ganti rugi dari Negara atau Asuransi.
• KELEMAHAN SISTEM NEGATIF DAN LEMBAGA YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENGATASINYA..
•  
• Pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak dalam daftar
Kadaster selalku menghadapi kemungkinan gugatan dari pihak lain
yang merasa mempunyai tanah itu.
•  
• Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan Lembaga
Acquisitieve Verjaring, yaitu dengan lewatnya waktu tertentu
seseorang akan memperoleh hak yang tidak dapat diganggu gugat.
•  
•  
• SISTEM PUBLIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM PP 24/1997.
•  
• PP 24/1997 menganut Sistem Negatif, tetapi bukan sistem negatif yang murni, melainkan sistem negatif dengan unsur-
unsur positif.
•  
• Sistem kita (yang dianut oleh UUPA dan PP 24/1997) adalah sistem negatif yang mengandung unsur Positif. Sistemnya
bukan negatif murni, karena dinyatakan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA, bahwa pendaftaran menghasilkan surat-
surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Demikian juga dinyatakan dalam dalam pasal
23 ayat 2, 32 ayat 2 dan 38 ayat 2 UUPA dan pasal 32 UUPA dan penjelasannya.
•  
• Sistem publikasi yang negatif murni tidak akan menggunakan sistem pendaftaran hak. Juga tidak akan ada pernyataan
seperti dalam pasal-pasal UUPA tersebut. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa Pemerintah sebagai
penyelenggara pendaftaran tanah harus berusaha agar sejauh mungkin dapat disajikan data yang benar dalam buku
tanah dan peta pendaftaran. Hingga selama tidak dibuktikan sebaliknya , data yang disajikan dalam buku tanah dan
peta pendaftaran harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam
berperkara di pengadilan. Demikian juga data yang dimuat dalam sertipikat hak, sepanjang data tersebut sesuai dengan
Buku Tanah dan peta Pendaftaran.
•  
• Tetapi biarpun demikian sistemnya juga bukan positif. Dalam sistem postif data yang disajikan dijamin kebenarannya
dan mempunyai daya pembuktian yang mutlak, bukan hanya berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
•  
• LEMBAGA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGATASI KELEMAHAN
SISTEM PUBLIKASI KITA.
 
• Lembaga Rechtverwerking. (Pasal 32 ayat 2 PP 24/1997).
 
• Kelemahan sistem publikasi kita tidak dapat diatasi dengan lembaga
Acquisitieve Verjaring. Apa sebabnya ?
 
• Karena hukum tanah kita yang berdasarkan hukum adat tidak
mengenal lembaga Acquisitieve Verjaring atau daluwarsa untuk
memperoleh hak atas tanah.
(Putusan Hoog Gerechts Hof tanggal 25 Oktober 1934)
• PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH.
•  
• Meliputi :
•  
• PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI.
•  
• Kegiatan PT yang dilakukan terhadap obyek PT yang belum didaftar berdasarkan PP-10/1961 atau PP-24/1997.
•  
• Meliputi :
•  
• Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
• Pembuktian hak dan pebukuannya.
• Penerbitan sertipikat.
• Penyajian data fisik dan data yuridis.
• Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
• (pasal 12 ayat 1 PP 24/1997)
•  
• KEGIATAN PEMELIHARAN DATA PEMDAFTARAN TANAH.
•  
• Pendaftaran yang dilakukan karena terjadi perubahan data yuridis dan/atau data fisik terhadap tanah yang sudah terdaftar.
•  
• Meliputi :
•  
• Pendaftaran peraliahn dan pembebanan hak;
• Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
• (Pasal 12 ayat 2 PP 24/1997)
•  
• CARA PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI MENURUT PP-24/1997.
 
Ada 2 (dua) cara, yaitu :
 
PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK :
 
yaitu kegiatan PT untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek PT yang belum
didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
 
Pelaksanaannya didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan Menteri
(Ka.BPN) dan pelaksanaan pendaftarannya dilaksanakan oleh Ketua PANITIA AJUDIKASI.
 
PENDAFTARAN TANAH SECARA SPORADIK.
 
Yaitu kegiatan PT untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek PT dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pelaksanaan pendaftarannya dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan (pemegang hak) dan
dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
• OBYEK PENDAFTARAN TANAH.
 
• Meliputi :
•  
• bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan HM, HGU, HGB dan Hak
Pakai;
• tanah Hak Pengelolaan;
• Tanah Wakaf;
• Hak Milik atas SRS;
• Hak Tanggungan; dan
• Tanah Negara.
(pasal 9 PP 24/1997)
• SATUAN WILAYAH TATA USAHA PENDAFTARAN
TANAH.
•  
• Satuan Wilayah Tata Usaha PT adalah desa atau
kelurahan.

• Khusus untuk pendaftaran tanah HGU, Hak
Pengelolaan, Hak Tanggungan dan Tanah Negara
satuan wilayah tata usaha pendaftarannya adalah
Kabupaten/Kota. (pasal 10 PP 24/1997)
• PENETAPAN BATAS SECARA DELIMITATIE CONTRADICTOIR.
 
• Penetapan batas-batas bidang tanah yang dilakukan secara musyawarah
diantara para pemilik tanah yang saling berbatasan. (ps. 17 ayat 2 jo 18 ayat 1
PP-24/1997)
 
• Jika para pemilik tanah yang berbatasan tidak hadir atau tidak tercapai
kesepakatan mengenai batas-batas bidang tanah yang bersangkutan, maka
pengukuran bidang tanahnya diupayakan untuk sementara dilakukan
berdasarkan batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas
bidang-bidang tanah ybs dan dalam GAMBAR UKUR dibubuhkan catatan atau
tanda yang menunjukan bahwa batas-batas bidang tanah tersebut baru
merupakan BATAS-BATAS SEMENTARA.(Pasal 19 ayat 1 dan ayat 4 pp-
24/1997)
• HAK BARU DAN HAK LAMA MENURUT PP 24/1997.
•  
• HAK BARU.
•  
• Hak Baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak berlakunya PP 24/1997, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 23 PP 24/1997, yang meliputi :
•  
• Pemberian hak atas tanah dan HPL dibuktikan dengan SKPH dari Pejabat yang berwenang.
• Pemberian HGB/Hak Pakai di atas Hak Milik dibuktikan dengan Akta Pemberian Hak yang dibuat oleh PPAT..
• Tanah Wakaf, yang dibuktikan dengan Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
• HMSRS, yang dibuktikan dengan Akta Pemisahan.
• Pemberian Hak Tanggungan, yang dibuktikan dengan APHT.
•  
• Hak baru didaftar dalam Buku Tanah berdasarkan bukti hak ybs dan selanjutnya diterbitkan Sertipikatnya oleh Kantor
Pertanahan.
• .
• HAK LAMA.
•  
• Hak lama adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 PP 24/1997, yaitu hak-hak yang berasal dari konversi hak-hak yang ada
pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP 10/1961.

PENDAFTARAN UNTUK PERTAMAN KALI ATAS
HAK LAMA
• DENGAN MENGGUNAKAN BUKTI TULISAN
(Pasal 24 AYAT 1 PP 24/1997 dan
penjelasannya)
• DENGAN MENGGUNAKAN BUKTI PENGUSAAN
FISIK TANAHNYA (Pasal 24 ayat 2 PP 24/1997)
• BUKTI TULISAN.
 
• Bukti tulisan, yaitu bukti sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 dan Penjelasannya, yang menyatakan: .
 
• “Bukti kepemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA dan apabila
hak tersebut kemudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan
hak.
• Alat-alat bukti tertulis yang dimaksudkan dapat berupa:
 
a) grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27), yang telah dibubuhi
catatan, bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik; atau
b) grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad. 1834-27) sejak berlakunya
UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang
bersangkutan; atau
c) surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; atau
d) sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau
e) surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak
disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya; atau
f) akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang
dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
g) akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan; atau
h) akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977;
atau
i) risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan; atau
j) surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; atau
k) petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlaku PeraturanPemerintah Nomor 10
Tahun 1961; atau
l) surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; atau
m)lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII
Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.
 
Dalam hal bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi,
pembuktian pemilikan itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau
pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya menurut
pendapat Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik.

Yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang cakap memberi kesaksian
dan mengetahui kepemilikan tersebut.
 
Dalam hal bukti tulisan tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi,
pembuktian kepemilikannya dapat dilakukan dengan BUKTI LAIN yang
dilengkapi dengan PERNYATAAN YANG BERSANGKUTAN dan KETERANGAN
YANG DAPAT DIPERCAYA DARI SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) ORANG SAKSI
dari lingkungan masyarakat setempat, yang tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan ybs sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal
maupun horizontal, YANG MENYATAKAN BAHWA YBS ADALAH BENAR PEMILIK
BIDANG TANAH TERSEBUT. (pasal 24 ayat 1 PP-24/1997 jo pasal 76 ayat 2
Permen 3/1997)
 
 
• BUKTI PENGUASAAN FISIK.
 
• Jika bukti tulisan sebagaimana dimaksud dalam huruf A tidak ada maka
pembuktian dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah
ybs selam 20 (duapuluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya, dengan syarat :
• penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh ybs
sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang
dapat dipercaya;
• pengusaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman tidak
dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan ybs
ataupun pihak lainnya. (pasal 24 ayat 2 PP-24/1997)
 
• SERTIPIKAT SEBAGAI TANDA BUKTI HAK.
 
• KEKUATAN BUKTI SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH.
 
• Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
 
• APA ARTINYA SERTIPIKAT MERUPAKAN ALAT BUKTI YANG KUAT ?
 
• Artinya bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum
di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, baik didalam melakukan perbuatan hukum
sehari-hari maupun didalam proses berperkara di muka pengadilan.
 
• PENERBITAN SERTIPIKAT.

• Sertipikat diterbitkan atas nama Pemegang hak ybs sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang
terdaftar dalam Buku Tanah, jika :
 
• Dalam Buku Tanah tidak terdapat catatan mengenai data yuridis yang belum lengkap atau tidak
terdapat catatan mengenai data fisik dan data yuridis yang disengketakan;
• Dalam Buku Tanah terdapat catatan sebagaimana disebut dalam angka 1, tetapi catatan tersebut
telah dihapus.
(pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 PP-24/1997)
 
• PENERBITAN SERTIPIKAT ATAS NAMA BEBERAPA ORANG.

• Diterbitkan satu Sertipikat atas nama bersama dan diberikan kepada salah
seorang pemegang hak bersama atas PENUNJUKAN TERTULIS PARA
PEMEGANG HAK BERSAMA.
(pasal 31 ayat 4 PP-24/1997)
 
• APAKAH DAPAT DITERBITKAN LEBIH DARI SATU SERTIPIKAT ?
 
• Dapat, yaitu diterbitkan sertipikat sebanyak jumlah pemegang hak bersama
untuk diberikan kepada tiap pemegang hak bersama ybs, yang memuat
nama serta besarnya bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
(pasal 31 ayat 5 PP-24/1997)
 
• Tujuannya, agar masing-masing pemegang hak dapat dengan mudah
melakukan perbuatan hukum mengeani bagian haknya ybs tanpa perlu
mengadakan perubahan pada surat tanda bukti hak para pemegang hak
bersama ybs.
• KEGIATAN PEMELIHARAN DATA
PENDAFTARAN TANAH.
 
• Kegiatan Pemeliharan Data Pendaftaran Tanah
dilakukan jika terjadi perubahan data yuridis
atau data fisik obyek pendaftaran tanah yang
telah terdaftar.
• PENOLAKAN PENDAFTARAN OLEH KEPALA KANTOR PERTANAHAN
 
• Pasal 45 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997 menentukan bahwa Kepala Kantor Pertanahan
menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak, jika salah satu
syarat di bawah ini tidak dipenuhi:
 
a) sertipikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak sesuai lagi
dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan;
b) perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 ( jual beli dll) tidak
dibuktikan dengan akta PPAT atau kutipan risalah lelang, kecuali dalam keadaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 2 PP No. 24 tahun 1997.
c) Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang
bersangkutan tidak lengkap;
d) Tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan;
e) Tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di pengadilan;
f) Perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau dibatalkan oleh
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
g) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 (jual beli dll) dibatalkan
oleh para pihak sebelum didaftar oleh Kantor Pertanahan.

Anda mungkin juga menyukai