oleh:
Depi Prapita Sari (5623220043)
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
A. Pengertian Pendaftaran Tanah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pengertian
pendaftaran tanah yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun, termasuk pemberian
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Boedi Harsono (2005) menyatakan bahwa pendaftaran tanah adalah suaturangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh Negara/Pemerintah secara terus-menerus dan teratur, berupa
pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yanga da di
wilayah-wilayah tertentu, pengelolaan, penyimpanan dan penyajian bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan,
termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.
Menurut Pasal 19 UUPA untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam peraturan pemerintah. Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai
hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud melalui 2 (dua) upaya,
yaitu:
1. Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan-ketentuannya;
2. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi pemegang hak atas
tanah untuk dengan mudah membuktikan hak atas tanah yang dikuasainya.
Pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP Pendaftaran Tanah) menyatakan
: Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk
peta dan daftar, mengenai bidangbidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Dalam proses pendaftaran tanah Pasal 9 PP Pendaftaran Tanah mengatur mengenai obyek
pendaftaran tanah meliputi:
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai;
b. Tanah Hak Pengelolaan;
c. Tanah Wakaf;
d. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun;
e. Hak Tanggungan;
f. Tanah Negara.
B. Tujuan dan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
UUPA mengatur pendaftaran tanah yang bertujuan untuk memberi jaminan kepastian hukum.
Adapun tujuan pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 3 PP Pendaftaran Tanah, yaitu tujuan
pendaftaran tanah antara lain:
1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas tanah suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar,
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan;
2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan
rumah susun yang sudah terdaftar, untuk terselenggaranya tertib administrasi
pertanahan;
3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Hal ini dilakukan dengan
pendaftaran setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pendaftaran apabila
terjadi peralihan, pembebanan dan hapusnya hak tersebut.
Oleh karena itu, tujuan utama dari pendaftaran tanah adalah mendapatkan kepastian hukum
dalam kepemilikan tanah, sedangkan tujuan idealnya untuk mendukung sistem administrasi
dan informasi pertanahan yang komprehensif. Artinya tersedia informasi yang mudah diakses
oleh masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa
pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran tanah untuk pertama kali dan
pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah dilaksanakan melalui dua system
yaitu: 1) Pendaftaran Tanah Sistematik, adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali yanh
dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar
dalam wilayah atau bahagian wilaya suatu desa/kelurahan. Pendafdataran tanah secara
sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja jangka
panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Meteri
Negara Agraria/Kepala BPN; 2) Pendaftaran Tanah Sporadik, adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendftaran tana dalam wilayah
atau bahagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individu atau massal. Pendaftaran tanah
ini dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas
objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atas kuasanya.
C. Asas-Asas Pendaftaran Tanah
Asas-asas pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 2 PP Pendaftaran Tanah. Dalam pasal
tersebut menyatakan bahwa Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana,
aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Adapun penjelasan asas-asas pendaftaran tanah
diatur dalam penjelasan Pasal 2 PP Pendaftaran Tanah antara lain sebagai berikut:
1) Asas Sederhana, dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedur
pendaftaran tanah dapat dengan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama pemegang hak atas tanah;
2) Asas Aman, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan
kepastian hukum sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu sendiri;
3) Asas Terjangkau, asas ini dimaksudkan adanya keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan
ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran
tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan;
4) Asas Mutakhir, dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya
data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga data
yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata dilapangan,
dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat.
Untuk itulah diberlakukan pula asas terbuka;
5) Asas Terbuka, asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau
memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap saat di
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
Menurut Soedikno Mertokusumo, dalam pendaftaran tanah dikenal dua macam asas, yaitu:
1) Asas Specialiteit, artinya pelaksanaan pendaftaran tanah diselenggarakan atas dasar
peraturan perundang-undangan tertentu yang secara teknis menyangkut masalah
pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya.
2) Asas Opernbaarheid (asas publisitas), berarti setiap orang berhak untuk mengetahui data
yuridis tentang subyek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan pembebanan hak atas
tanah yang ada di Kantor Pertanahan, termasuk mengajukan keberatan sebelum
diterbitkannya sertifikat, sertifikat pengganti, sertifikat yang hilang atau sertifikat yang
rusak.