Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dini Anggraini Sudarwati

NIM : 5623220031
Tugas : Resume
Buku : Hukum Agraria Indonesia (Jilid 1 Hukum Tanah Nasional)
Prof. Boedi Harsono
Mata Kuliah : Pendaftaran Tanah dan Pembuatan Akta PPAT
Dosen : Dr. F.X. Arsin Lukman, SH.

PENDAFTARAN TANAH

A. Pengertian
Pengertian Pendaftaran Tanah Pengertian pendaftaran tanah baru
dimuat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan Oleh Pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

B. Peraturan Pemerintah 24 tahun 1997


1. PP 24 tahun 1997 menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961 yang mengatu pelaksanaan pendaftaran tanah
sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. PP tersebut
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57
Tahun 1997.
2. PP 24/1997 mulai berlaku pada tanggal 8 Oktober 1997.
3. Ketentuan pelaksanaan PP 24/1997 mendapat pengaturan secara
lengkap dan rinci dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN
Nomor 3 Tahun 1997.
4. Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) mendapat pengaturan
lebih lanjut dalam PP 37/1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta
Tanah.
5. Dalam Ketentuan Peralihan Pasal 64 dinyatakan bahwa semua
peraturan perundang-undangan pelaksanaan PP 10/1961 yang telah
ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diubah ataupun
diganti berdasarkan PP yang baru.

C. Perlunya diadakan Peraturan Pendaftaran Tanah Baru


Dalam penjelasan Umum dikemukakan apa yang menjadi pertimbangan,
bahwa perlu diadakan peraturan pendaftaran tanah baru.
Dalam pembangunan jangka panjang kedua peranan tanah bagi
pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat,baik sebagi tempat bermukim
maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan itu akan meningkat juga
kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang
pertanahan.
Dalam kenyataanya pendaftaran tanah yang diselenggarakan PP
10/1961 selama lebih dari 30 tahun belum cukup memberikan hasil yang
memuaskan. Sekitar 55 juta bidang tanah hak memenuhi syarat untuk didaftar
namun baru ± 16.3 juta bidang yang sudah di daftar. Melalui pewarisan,
pemisahan dan pemberian-pemberian hak baru, jumlah bidang tanah yang
memenuhi syarat untuk di daftar selama pembangunan jangka panjang kedua
diperkirakan akanmeningkat menjadi sekitar 75 juta. Hal-hal yang merupakan
kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, disamping kekrungan
anggaran, alat dan tenaga adalah keadaan objektif tanah-tanahnya sendiri.
Sehubungan dengan itu maka dalam rangka meningkatkan dukungan yang
lebih baik pada pembangunan nasional dengan memberikan kepastian hukum
di bidang pertanahan dipandang perlu untuk mengadakan penyempurnaan
pada ketentuan yang mengatur pendaftaran tanah.

Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pendafataran Tanah

D. Asas-asas pendaftaran tanah


Pasal 2 pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka.

E. Tujuan diselenggarakan pendaftaran tanah


Dalam Peraturan Pemerintah yang menyempurnakan PP 10/1961 tetap
dipertahankan tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah sebagai yang
pada hakikatnya sudah ditetapkan dalm Pasal 19 UUPA yaitu bahwa
pendaftaran tanah merupakan tugas Pemerintah yang diselenggarakan dalam
rangka menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan. Sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 3 sebagai berikut :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lainnya yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Seperti mendapatkan
Sertifikat sebagai tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c UUPA, Data fisik yang merupakan keterangan mengenai
letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar
dan Data Yuridis sebagai keterangan mengenai status hukum bidang
tanah dan satuan rumah susun yang didaftar.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Untuk
penyajian data tersebut diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kotamadya tata usaha pendaftaran tanah yang dikenal
sebagai daftar umum yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat
ukur, buku tanah dan daftar nama.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan setiap bidang tanah
dan satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya
wajib didaftar (Pasal 4 ayat 3).

F. Pengertian pendaftaran tanah dan pelaksanaanya


1. Pasal 1 pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian
sertifikat sebagai surat tanda bukti suatu bidang tanah dan satuan rumah
susun.
2. Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran tanah untuk pertama
kali (PP 10/1961) secara sitematik dan secara sporadik. Pendaftaran
tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah pertama kali
yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran
tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan. Sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik adalah
kegiatan pendaftaran tanah pertama kali mengenai satu atau beberapa
obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan secara individua atau massal.

G. Obyek pendaftaran tanah (Pasal 9) meliputi :


a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai;
b. Tanah Hak Pengelolaan;
c. Tanah Wakaf;
d. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun;
e. Hak Tanggungan;
f. Tanah Negara.

H. Sistem pendaftaran yang digunakan


Sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem pendaftaran hak
(“registration of titles”), sebagaimana digunakan dalam penyelenggaraan
pendaftaran tanah menurut PP 10/1961. Hal tersebut tampak dengan adanya
buku tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang
dihimpun sehingga dapat diterbitkannya sertifikat sebagai tanda bukti hak yang
didaftar.

I. Sistem publikasi yang digunakan


Sistem publikasi yang dugunakan tetap seperti dalampendaftran tanah
menurut PP 10/1961 yaitu sistem negatif yang mengandung unsur positif,
karena menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.

J. Kekuatan pembuktian sertifikat


Pasal 32 ayat 1 menjelaskan bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak
yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data
yuridis termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah.

J. Satuan wilayah Tata Usaha Pendaftaran Tanah


Pembukuan data fisik dan data yuridis dilakukan desa/kelurahan. Tetapi
khusus untuk pendaftaran Hak Guna Usaha, Hak Pengelolaan, Hak
Tanggungan dan Tanah Negara satuan tata usaha pendaftarannya adalah
Kabupaten atau Kotamadya.

K. Penyelenggara dan pelaksana pendaftaran tanah


A. Penyelenggara Pendaftaran Tanah dalam hal ini adalah Badan
Pertanahan Nasional (BPN);
B. Pelaksana Pendaftaran Tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan
dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan dibantu
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
C. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebai Pejabat Umum yang diberi
kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, yaitu akta
pemindahan dan pembebanan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, dan akta pemberian kuasa untuk membebankan Hak
Tanggungan.
D. Hakikat Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
− PPAT adalah Pejabat umum yang diberi tugas dan wewenang untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat berupa perbuatan hukum
pemindahan hak;
− Akta yang dibuatnya adalah akta otentik;
− PPAT adalah Pejabat Tata Usaha Negara karena tugasnya di bidang
penyelenggaraan pendaftaran tanah yang merupakan kegiatan di
bidan Eksekutif/ Tata Usaha Negara;
− Akta PPAT bukan surat keputusan Pejabat TUN karena akta adalah
relaas;
− Keputusan PPAT sebagai Pejabat TUN adalah keputusan menolak
atau mengabulkan permohonan pihak-pihak yang datang kepadanya
untuk dibuatkan akta mengenai perbuatan hukum yang mereka akan
lakukan di hadapannya.
E. Panitia Ajudiaksi, dalam hal melaksanakan pendaftaran tanah secara
sistematik Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang
dibentuk oleh Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN. Ajudikasi
adalahkegiatan yang dilaksanakan dalam proses pendaftaran tanah
pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai