Skripsi
Oleh :
Agus Maulana Yusuf
109034000075
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan sebagai salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha
Esa yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman
dan kekasih Allah Muhammad SAW. keluarga beserta sahabatnya juga umatnya
menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Jual Beli Salam Dalam
Dalam proses menyelesaikan skripsi ini ada banyak motivasi dan doa dari
semua pihak, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk
dalamnya kepada::
1. Dr. M. Isa HA. Salam, MA. Selaku dosen pembimbing yang senantiasa
Bapak sekeluarga.
2. Dr.Lilik Ummi Kultsum, MA. Selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan
ii
3. Prof.Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
moril maupun materil serta doa demi lancarnya studi dan penulisan skripsi
7. Kepada kakak saya Nurul Laelani dan adik saya Nur Syifa Hanifa yang
Studi Quran dan Perpustakaan Islam Iman Jama’. terima kasih atas segala
9. Terima kasih kepada Fitri Yunindya yang banyak membantu baik waktu,
iii
Muhammadun, Taufik Akbar, Zaenal Muid, Ayu, Lia, Azizatul Iffah dan
Nasroh.
Dan ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak, semoga kebaikan dan
bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT.
Penulis meminta maaf karena terdapat beberapa kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat memperbaiki skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi yang membacanya.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
E. Metode Penelitian.................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan.............................................................. 9
A. Jual Beli
v
B. Jual Beli Salam
yang Diketahui
vi
D. Hadis Jual Beli Salam Pada Kurma
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 66
B. Saran ....................................................................................... 67
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ب B Be
ت T Te
ث Ts Te dan es
ج J Je
خ Kh Ka dan ha
د D Da
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan ye
غ Gh Ge dan ha
ف F Ef
ق Q Ki
viii
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
H Ha
ء ‘ Apostrop
Y Ye
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal
alihaksaranya adalah sebagaiberikut :
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
a Fathah
i Kasrah
u Dammah
Vokal Panjang(Madd)
Ketentuan alihaksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut :
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
ـــــﺄ â a dengan topi diatas
ـــــﻲ î i dengan topi diatas
ــــــﻮ û u dengan topi diatas
ix
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh huruf
Syamsiyah maupun Qamariyah. Contoh :al-rijâl bukan ar-rijal, al-diwân bukan
ad-diwan.
Syaddah (Tashdid).
Syaddah atau tasydid yang dalam system bahasa tulisan arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alihaksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.Misalnya yang
secara lisan berbunyi ad-darûrah, tidak ditulis “ad-darurah”, melainkan“al-
darûrah”, demikian seterusnya.
Ta Marbutah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
Contoh :
No Kata Arab Alih Aksara
1 طريقة Tarîqah
2 الجامعة االسالمية al-jâmiah al-islâmiyah
3 وحدة الﻮجﻮد Wahdat al-wujud
Huruf kapital
Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara
ini, huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
x
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama, tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh : Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu
Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
yang berprofesi sebagai pedagang. Jual beli diatur juga dalam Islam. Secara
bahasa jual beli ) ( artinya menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan
sesuatu yang lain). Kata ) ( dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk
Secara terminologi jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang
yang lain dengan cara tertentu (akad).2 Islam mendorong jual-beli sebagai jalan
harta.
Salah satu cara pengembangan dan pemanfaatan harta milik pribadi adalah
dengan berbagai transaksi bisnis secara syariah salah satunya dengan jual beli.
Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan dengan catatan sesuai dengan
1
M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ( Jakarta:
Rajawali Press, 2002), h. 113
2
Ibrahim Lubis. “Ekonomi Islam Suatu Pengantar II” (Jakarta: Kalam Mulia , 2005)
h.336
1
2
Baqarah : 275)
Artinya;
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu. (Q.S al-Baqarah ayat 275)4.
Dalam praktik jual beli terkadang seorang penjual menemui pembeli yang
mencari barang sesuai dengan spesifikasi tertentu dan barang tersebut tidak
dimiliki oleh pedagang tersebut. Dalam situasi seperti ini, pedagang tidak jarang
Setelah barang didapat, baru ia serahkan kepada si pembeli. Praktek seperti ini
dilarang oleh Rasulullah Saw. karena menjual sesuatu yang belum dimiliki,
3
http://enambelas-blog.blogspot.com/2012/02/hukum-bisnis-online-menurut-islam.html
diakses pada Maret 2013.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung : Sigma
Examedia,2009.
3
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami
Abû `Awânah, dari Abî Bisyri, dari Yûsuf bin Mâhak, dari Hakîm bin Hizâm,
beliau berkata: Aku berkata, “wahai Rasulullah, ada seseorang yang
mendatangiku, kemudian dia ingin membeli barang yang belum aku miliki.
Bolehkah aku membelikan untuknya barang yang dia inginkan di pasar?”
Kemudian, Nabi bersabda, “Janganlah kau menjual barang yang belum kau
miliki”. (H.R Abû Dâud).
Syariah Islam memberikan solusi, yaitu konsep jual-beli salam atau salaf.
Dengan jual-beli seperti ini, penjual harus jujur kepada calon pembeli bahwa
barang yang dia inginkan tidak ada, namun penjual boleh memberi tawaran
kepada calon pembeli apakah mau memesan barang tersebut kepadanya sehingga
penjual itu dapat menyerahkan barang tersebut pada masa yang akan datang.
Kalau pembeli menolak maka jual beli berakhir, tapi jika menerima maka
bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika transaksi, atau tanpa
menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan sifat
benda secara nyata, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai
batas waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi al-istishna.
5
Sulaiman bin al-Asy’ats Sijistany, Abû Dâud Sunan Abu Dawud (Beirut: Dar al-Fikr,
1994), juz 3, h. 302.
4
Jual beli salam secara terminologi berarti menjual suatu barang yang ciri-
dikenal dengan jual beli pesanan atau indent. Banyak orang yang menyamakan
bai’ salam dengan ijon, padahal terdapat perbedaan besar terhadap keduanya.
Dalam ijon, barang yang diberi tidak dapat diukur atau ditimbang secara pasti,
demikian pula penetapan harga beli yang sangat bergantung kepada keputusan
6
M. Ali Hasan, Berbagai macam Transaksi dalam Islam-Fiqh Muamalat, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2003). h. 143
7
Gemala Dewi, Aspek-aspek hukum dalam perbankan & perasuransian syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 9
8
Andri Soemitra, M.A Bank & Lembaga Keuangan Syariah , (Jakarta: Kencana, 2009) h.
81
9
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Bairut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1987. Kitab Tijarat
Juz III h. 382
5
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Hisyâm bin Ammâr, Sufyân bin Uyainah ,
dari Ibn Abî Najîh ,dari Abdullâh bin Katsîr, dari Abî al-minhâl, Dari Ibnu Abbâs,
Berkata: “Rasulullah datang ke Madinah pada saat penduduknya menyerahkan
salaf (menyerahkan uang terlebih dahulu sebelum menerima barang) berupa
kurma selama satu dan dua tahun.-Atau dia berkata dua atau tiga tahun”.
Rasulullah SAW pun bersabda: “barang siapa melakukan salaf, maka hendaklah
dia melakukannya dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas dan dengan
waktu yang sudah ditentukan. (HR. Ibnu Mâjah)
Islam sebagai suatu agama yang rahmatan lil „âlamîn tidak hanya memuat
tentang hablum minâllah saja, tetapi juga mengatur tentang hablum minannâs
Penerapan jual beli salam pada awal perkembangan Islam masih bersifat
sederhana dibandingkan dengan aplikasinya yang saat ini lebih modern dan
telah ada, bahkan sebelum kedatangan Nabi Muhammad, sebagai bentuk transaksi
yang ada sejak lama, dan dipraktekkan dalam masyarakat luas. Dalam transaksi
ini terlampir seperangkat aturan yang tercantum dalam Al-Qur’an, Hadis, dan
Ijma’ para Ulama’ akan tetapi dengan berkembangnya kemajuan zaman, yang
Dalam mengkaji dan meneliti suatu masalah baik berupa data ataupun yang
lainnya, diperlukan pembatasan dan perumusan masalah, agar lebih jelas dan
1. Pembatasan masalah
dengan metode Takhrij Hadis melalui matan, yaitu metode penulusuran kata atau
lafal pada salah satu kamus hadis yang penulis gunakan, yaitu “Mu`jam al-
mendahulukan.
membahas jual beli salam sebanyak 129 hadis. Penulis membatasi penelusuran
hanya pada al-kutub al-sittah saja, yang berjumlah 20 hadis, karena enam kitab
inilah yang mu‟tabarah atau induk-induk dari hadis, yang lebih didapati
keunggulannya.
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana jual beli salam menurut perspektif hadis ditinjau dari kajian
tematik ?
C. Tinjauan Pustaka
Dari penelusuran pustaka yang penulis lakukan, terdapat dua skripsi yang
menjelaskan tentang:
beli.
nilai, kadar, jenis dan kondisi barang sebagai syarat sah dalam jual
beli.
berlebih.
2. “Takhrij hadis kitab syarh sullâm al-taufiq sebuah kajian sanad dalam
Karya Ahmad Fatahillah Tahun 2009, jurusan Tafsir Hadis. Skripsi ini
dalam jual beli dalam kitab Syarh sullâm at-Taufiq yang berjumlah 10
hadis.
Dari karya ilmiah yang telah ditelusuri penulis, tidak ditemukan adanya
tulisan yang membahas tentang jual beli salam. Perbedaan kajian dalam skripsi ini
dari karya tulis lain, adalah titik fokus penulis pada jual beli salam perspektif
kontemporer.
dalam bidang ilmu hadis. Serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1) pada program studi Tafsir hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
E. Metodologi Penulisan
kepustakaan (Library Research) dan terdiri dari dua sumber, sumber utama
(primary resource) dan sumber kedua (secondary resource). sumber utama seperti
Sahîh Bukhârî karya Imam Bukhari, Sahîh Muslim karya Imam Muslim, Sunan
al-Tirmidzî karya Imam Tirmidzi, Sunan Abû Daud karya Abu Daud, Sunan Nasâi
penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada buku Pedoman Akademik UIN
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari empat bab dan dari masing-masing bab terdiri dari
sub-sub bab. Adapun sistematika yang penulis buat adalah sebagai berikut :
Bab II, Menjelaskan masalah seputar jual beli; pengertian jual beli, macam-
macam jual beli dan syarat-syarat jual beli. Kemudian akan di bahas juga
mengenai jual beli salam; pengertian jual beli salam, syarat-syarat jual beli salam
Bab III, Teks-teks hadis tentang jual beli salam dalam al-Kutub al-Sittah, Asbabul
Wurud Hadis, Kualitas Hadis, Syarah Hadis tentang jual beli salam, Pendapat
Ulama Tentang Jual Beli Salam serta aplikasi salam dalam bisnis kontemporer
Bab IV, merupakan bab akhir yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran
dari penulis kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
A. Jual Beli
1
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002, h. 113.
2
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 53.
11
12
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata jual beli memiliki
arti: Persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan
barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.3
Secara Etimologi makna jual beli sangat banyak ragamnya, antara lain:
cara tertentu”, atau “Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang
b. Said Sabiq : “Saling menukar harta dengan harta atas dasar suka sama suka”
pemindahan milik”
e. Menurut Arief Masdoeki dan Tirta Amidjaja, “ Jual beli adalah suatu
menyerahkan suatu barang dan pihak lain akan membayar harga yang telah
disetujuinya”5
penjual berjanji akan menyerahkan suatu benda dengan harga yang telah
3
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Cet. 1, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, abjad J,h.366
4
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002, h. 114
5
Arief Masdoeki dan Tirta Amidjaja, Azas dan Dasar Hukum Perdata, (Jakarta:
Djambatan, 1963), h.142 dalam buku Drs. H. Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi Perspektif
Hukum Perdata dan Hukum Islam (Jakarta:Kiswah,2004) h.11
13
kepada si penjual.”6
g. Ahmad Subekti menyatakan, “Jual beli menurut hukum perdata adalah suatu
perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (penjual) berjanji
untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang
lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah
Dari Ragam makna jual beli yang telah diungkapkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa jual beli adalah proses menukar suatu barang dengan barang
atau menukar barang dengan uang, yaitu dengan jalan melepaskan hak
kepemilikan dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Jual beli dari sisi objek dagangan,ditinjau dari sisi ini, jual beli dibagi
b) Jual beli al-sarf atau Money Changer, yakni penukaran uang dengan uang.
6
Achmad Ichsan, Hukum Perdata I B, (t.t.:Pembimbing Masa, 1967). H.101 Drs. H.
Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam
(Jakarta:Kiswah,2004)h.12
7
Ahmad Subekti, Aneka Perjanjian , (Bandung: Alumni,1975) h.11 dalam buku Drs. H.
Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam
(Jakarta:Kiswah,2004) h.13
14
c) Jual beli Muqâyadah atau barter, yakni menukar barang dengan barang.8
c. Jual beli Muzayadah (lelang). Yakni jual beli dengan cara penjual
8
Shalah as-Shawi, dan Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta: Darul
Haq, 2004. h.88.
9
Shalah as-Shawi, dan Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta: Darul
Haq, 2004. h.89.
15
menawarkan diri untuk membeli barang dengan kriteria tertentu, lalu para penjual
Ditinjau dari sisi ini, jual beli terbagi menjadi empat bagian:
tertunda.11
10
Shalah as-Shawi, dan Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta: Darul
Haq, 2004. h.89.
11
Shalah as-Shawi, dan Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta:
Darul Haq, 2004. h.89.
16
Yang dimaksud dengan ijab ialah: Perkataan yang diucapkan oleh penjual
atau yang mewakilinya. Dan yang dimaksud Qabul ialah perkataan yang
Kedua belah pihak yang menjalankan akad jual beli harus sama sama suka
dan rela, maksudnya masing-masing dari penjual dan pembeli sama sama ridha
dengan akad tersebut, tanpa ada unsur paksaan14. Dasar persyaratan ini adalah:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Qs an-Nisa:29)
12
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002, h. 118.
13
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 119.
14
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 123.
17
bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau
seiya sekata mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian yang diadakan itu. 15
Dalam perjanjian jual beli, kata sepakat antara kedua belah pihak
merupakan suatu hal yang paling penting. Oleh sebab itu, tanpa syarat sepakat ini
Orang yang dibolehkan untuk menjalankan akad jual beli ialah orang yang
memenuhi empat kriteria; merdeka, telah baligh, berakal sehat dan Rasyid
sah perjanjian jual beli itu dilakukan oleh orang-orang yang belum dewasa atau
Sehat akal dan mental. Penjual atau pembeli tidak dalam keadaan gila,
15
Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam
Jakarta: Kiswah, 2004, h. 17.
16
Aiyub Ahmad, Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam
Jakarta: Kiswah, 2004, h. 18.
17
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 126.
18
syariat, dan kehalalan tersebut berlaku pada setiap saat, walau tidak dalam
keadaan terpaksa. Dengan demikian persyaratan ini pada hakekatnya terdiri dari
tiga poin:
bukan dalam keadaan tertentu, yaitu bila dalam keadaan terpaksa saja, atau
hanya bila diperlukan saja dan dengan penggunaan yang terbatas pula.18
mewakilinya
Perwakilan, yang diwasiati, wali dan pengurus wakaf (an-Nadzir) mereka itulah
18
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 131.
19
jual beli, maka mereka harus mengetahui barang yang akan mereka perjual-
belikan, baik dengan cara dilihat atau disebutkan sifatnya atau dengan cara
lainnya.20
21
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Hisyâm bin Ammâr, Sufyân bin Uyainah ,
dari Ibn Abî Najîh ,dari Abdullâh bin Katsîr, dari Abî al-Minhâl, Dari Ibnu Abbâs,
Berkata: Rasulullah datang ke Madinah pada saat penduduknya menyerahkan
salaf (menyerahkan uang terlebih dahulu sebelum menerima barang) berupa
kurma selama satu dan dua tahun.-Atau dia berkata dua atau tiga tahun”.
19
Muhammad Arifin bin Badri. Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 169.
20
Muhammad Arifin bin Badri. Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 177.
21
Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Majâh. Bairut: Dȃ r al-Kitab al-Lubnani, 1987. Kitab
Tijarat Juz III h. 382.
20
Rasulullah SAW pun bersabda: “barang siapa melakukan salaf, maka hendaklah
dia melakukannya dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas dan waktu
yang sudah ditentukan.” (HR. Ibnu Mâjah)
h. Harga Barang ditentukan dengan jelas ketika Akad
Sehingga tidak dibenarkan bagi mereka untuk berpisah sebelum harga barang
yang mereka perjual-belikan telah disepakati dengan jelas, dan tidak ada
sedikitpun perbedaan antara keduanya. Bila ketika kedua belah pihak berpisah dan
barang telah dibawa pembeli, akan tetapi harga barang belum disepakati oleh
keduanya, maka penjualan ini tidak sah, sebab penjualan dengan cara seperti ini
22
Muhammad Arifin bin Badri, Sifat Perniagaan Nabi SAW Panduan Praktis Fiqih
Perniagaan Islam Bogor: DARUL ILMI PUBLISHING, 2012, h. 188.
21
1. Akad Bai’
Penjual ( al- Pembeli (al-
B`âi) Musytarî`)
saat itu juga. Sedangkan pembayarannya dapat dilakukan dalam tiga hal: tunai,
Secara asalnya, jual beli merupakan hal yang hukumnya mubah atau
dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Imam Al-Syâfi`I : dasar hukum jual beli itu
seluruhnya mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari kedua belah pihak.
Kecuali apabila jual beli itu dilarang oleh Rasul SAW, atau yang maknanya
23
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007, h. 39
24
Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Dr. Wahbah Zuhaili jilid 4 h. 364
22
salam dalam istilah Fiqih disebut juga salaf. Secara etimologi, kedua kata
Secara terminologi, jual beli salam memiliki ragam makna, antara lain:
kemudian hari”27
25
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002, h.143.
26
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz IV , (Damaskus: Darul
Fikr,2008), h. 359.
27
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002,h.144.
28
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah , Juz 12 , (Bandung: Al-Ma’arif, 1988). 110.
23
jual beli salam adalah transaksi jual beli yang pembayarannya dilaksanakan ketika
Berbeda dengan jual beli kredit yang pembayarannya dicicil, jual beli
objek jual beli salam yang mungkin bisa dijangkau oleh pembeli, baik berupa
barang yang bisa ditakar, ditimbang maupun diukur. Disebutkan juga jenisnya dan
semua identitas yang melekat pada barang yang dipertukarkan yang menyangkut
kualitas barang tersebut. Jual beli salam juga dapat berlaku untuk mengimport
dibicarakan bersama dan biasanya dibuat dalam suatu perjanjian. 29 Dalam dunia
bisnis modern, bentuk jual beli salam dikenal dengan pembelian dengan cara
pesan (indent)30. Tujuan utama dari jual beli salam adalah untuk saling membantu
29
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat ) Jakarta:
Rajawali Press, 2002, h.144.
30
Mustafa Kemal, Fikih Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), h.356.
24
…
Artinya:
32
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Hisyâm bin Ammâr, Sufyân bin Uyainah ,
dari Ibn Abî Najîh ,dari Abdullâh bin Katsîr, dari Abî al-minhâl, Dari Ibnu Abbâs,
Berkata: Rasulullah datang ke madinah pada saat penduduknya menyerahkan
salaf (menyerahkan uang terlebih dahulu sebelum menerima barang) berupa
kurma selama satu dan dua tahun.-Atau dia berkata dua atau tiga tahun”.
Rasulullah SAW pun bersabda: “barang siapa melakukan salaf, maka hendaklah
dia melakukannya dengan takaran dan timbangan yang jelas hingga waktu yang
sudah ditentukan”. (HR.Ibnu Mâjah)
Sabda Rasulullah SAW ini muncul ketika beliau pertama kali hijrah ke
Madinah, dan mendapati para penduduk Madinah melakukan transaksi jual beli
31
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,h.70.
32
Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Majâh. Bairut: Dȃ r al-Kitab al-Lubnani, 1987. Kitab
Tijarat Juz III h. 382.
25
salam. Jadi Rasulullah SAW membolehkan jual beli salam asal akad yang
dipergunakan jelas, ciri-ciri barang yang dipesan jelas dan ditentukan waktunya.33
selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya ditentukan. Dasar hukum
jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan
dalam praketknya, jual beli salam juga tidak menyalahi qiyas yang membolehkan
dalam pembayaran.34
c. Ijma`
kebolehan transaksi jual beli salam. Kebutuhan manusia untuk bertransaksi itulah
yang mendorong diperbolehkannya jual beli salam. Karena satu pihak yang
yang lain ingin mendapatkan barang yang jelas atau pasti.35 Transaksi salam juga
transaksi jual beli salam ini. Selain itu, transaksi salam memberi keringanan bagi
manusia yang di dalamnya juga terdapat unsur yang sejalan dengan upaya
33
Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, h. 148.
34
Burhanuddin S., Hukum Kontrak Syariah, (Yogyakarta: BPFE, 2009), h. 213.
35
Saleh al-Fauzan, Fikih Sehari-hari, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2005). h. 407.
26
Adapun rukun jual beli salam menurut jumhur ulama, selain Hanafiyah
terdiri atas:
a. al-âqid
al-âqid adalah orang yang melakukan akad. Dalam perjanjian salam, pihak
penjual disebut al-Muslam Ilaih (orang yang diserahi) dan pihak pembeli disebut
Yaitu harga dan barang yang dipesan. Barang yang dijadikan sebagai
objek jual beli disebut dengan al-Muslam Fih. Barang yang dipesan harus jelas
ciri-cirinya dan waktu penyerahannya. Harga (ra’su malis salam) dalam jual beli
ikatan) sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan.
Yang dimaksud dengan “sesuai dengan kehendak syariat” adalah bahwa seluruh
perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak boleh, apabila tidak
36
Chairuman pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1994) , h. 48.
37
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah di Indonesia, Cet.1 Bogor: Penerbit Ghalian Indoensia, 2010 hal.176.
27
satu pihak (yang melakukan Ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan qabul).
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli salam adalah
sebagai berikut:
sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraan dan jawaban yang
itu,anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun
miliknya.38
Artinya;
dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)
dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.39
Adapun ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan aqid harus baligh
(terkena perintah syara’), berakal, telah mampu memelihara agama dan hartanya.
38
Hendi Suhendi, Fiqih Mua’malah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 74
39
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h.115.
28
barang yang sederhana atas seizin walinya.40 Kecakapan yang sempurna yang
dimiliki oleh orang yang telah baligh itu dititik beratkan pada adanya
pertimbangan akal yang sempurna, bukan pada bilangan umur atau bilangan tahun
yang dilaluinya. Kualitas kekuatan akal pikiran juga dapat mempengaruhi secara
yang membawa dampak akan tanggung jawab yang dipikulnya nanti dikemudian
perbuatan itu.41
1) Alat bayar harus diketahui dengan jelas jumlah dan jenisnya oleh
dikemudian hari.
beli salam, yaitu membantu pihak yang butuh modal untuk biaya
produksi.
40
Rahmat Syafi’I, Fiqih Mua’malah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 54
41
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Mua’malat (Hukum Perdata Islam),
(Yogyakarta: UII Press, 2000) , h.31.
42
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad atau Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah), (Yogyakarta: UII Press,
2009), h. 79.
29
Artinya :
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Isa, telah becerita
kepada kami Abu Badar,dari Ziyad bin Khutsaimah, dari Said
(yaitu at-Tha’i), dari Athiyyah bin Said dari Abi Said al-Khudri
berkata, Rasul SAW bersabda: “Barang siapa mengadakan salam
terhadap sesuatu, maka janganlah ia memberikannya kepada orang
lain. “43
43
Sulaiman Bin al-Asy’ats al-Sijistani. Abȗ Daud, Sunan Abȗ Daud. Bab salaf , juz
III, hadis no. 3470.(Lebanon: Dȃ r al-A’lam,2003.)
44
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Kifayatul AKhyar Terjemahan Ringkas Fiqih Islam
Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 141.
45
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, ( Jakarta: Darul Falah, 2000), h. 511.
30
barang tersebut.
kriteria tertentu.46
46
Ghufron Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
, h. 148.
47
Dr. Ahmad Mujahidin, M.H., Kewenangan dan prosedur Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Syariah di Indonesia, Cet.1 Bogor: Penerbit Ghalian Indoensia, 2010 hal.177
48
Dewi Gemala,et, al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h.
114.
31
tanggal dan harinya, tetapi tidak semua jenis barang dapat ditentukan demikian.49
Malikiyah memberi waktu setengah bulan. Wahbah az-Zuhayli (guru besar fiqih
barang itu sangat bergantung pada keadaan barang yang dipesan dan sebaliknya
diserahkan kepada kesepakatan kedua belah pihak yang berakad dan tradisi yang
barang yang dipesan. Ketentuan ini ditetapkan apabila untuk membawa barang
pesanan diperlukan biaya pengiriman atau tempat terjadinya transaksi tidak layak
apabila tempat terjadinya transaksi itu layak dijadikan tempat penyerahan atau
tempat serah terima, jual beli salam tetap dinyatakan sah, dan tempat penyerahan
49
Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001) h. 93
50
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,h. 146
32
bisa ditentukan kemudian. Hal ini dikarenakan tidak ada hadis yang
Yang perlu diperhatikan adalah dalam melakukan akad salam syarat tentang
waktu dan tempat penyerahan barang tergantung pada kesepakatan diantara kedua
belah pihak, agar lebih memberikan rasa aman dan lebih menjaga agar tidak
terjadi perselisihan.
sudah jatuh tempo, maka pihak penjual atau produsen wajib menyerahkan barang
itu pada waktu dan tempat yang telah disepakati. Jika barang yang ditransaksikan
itu tidak kunjung ditemukan hingga waktu penyerahannya, maka pihak konsumen
atau pemesan hendaknya bersabar hingga barang yang dipesannya itu tersedia
Karena jika transaksi itu gagal, maka harganya harus dikembalikan. Dan jika
Apabila barang yang dipesan telah diterima dan kemudian terdapat cacat pada
barang itu atau tidak sesuai dengan sifat-sifat, ciri-ciri, kualitas, kuantitas barang
yang dipesan, maka pihak pemesan atau konsumen boleh meminta ganti rugi atau
menyatakan apakah ia menerima atau tidak, sekalipun dalam jual beli pesanan ini
51
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Juz 12, h. 122
52
Saleh al-Fauzan, Fikih sehari-hari, h. 409
33
tidak ada hak khiyar.53 Dalam Fiqih Islam juga menyebutkan bahwa apabila pada
barang yang dibeli terdapat cacat, kerusakan dan ketidaksesuaian dengan apa yang
53
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, h. 146-147
54
Samsul Ma’arif, Fiqih Progresif Menjawab Tantangan Modernitas (Jakarta: FKKU
Press, 2003) , h. 133-134
BAB III
dengan metode Takhrij Hadis melalui matan, yaitu metode penulusuran kata atau
lafal pada salah satu kamus hadis yang penulis gunakan, yaitu “Mu`jam al-
mendahulukan.
membahas jual beli salam sebanyak 129 hadis. Penulis membatasi penelusuran
hanya pada al-Kutub al-Sittah saja, yang berjumlah 20 hadis. Dari 20 hadis
1. Hadis jual beli salam dengan takaran, timbangan dan waktu yang
diketahui
34
35
A. Hadis jual beli salam dengan takaran dan waktu yang diketahui
Terdapat 8 hadis yang membahas tema jual beli salam dengan takaran,
timbangan dan waktu yang diketahui. Yang diriwayatkan oleh Bukhârî dalam
kitab Sahîh Bukhârî dan Muslim dalam kitab Sahîh Muslim 2 hadis. Sedangkan
yang diriwayatkan al-Tirmizî dalam Sunan al-Tirmizî, Abu Dâud dalam kitab
Sunan Abî Dâud, al-Nasâi dalam kitab Sunan al-Nasâi dan Ibnu Mâjah dalam
1.Teks Hadis
a. Bukhâri
Artinya:
Telah bercerita kepada kami Amr Ibn Zurârah, telah mengabarkan kepada
kami Ismâîl Ibn `Ulyah, telah mengabarkan kepada kami Ibn Abi Najîh, dari
``Abd Allah Ibn Katsîr, dari Abî Minhâl, dari Ibn Abbâs RA, dia berkata, “Nabi
1
al-Bukhâri, Al Imam `Abd Allah Muhammad Ibn Ismâil. Sahîh Bukhârî “Shahih
Bukhari” Juz 1, Kitab Salam , h. 111. Darul Fikri. Lihat juga di al-NaisAbîri,Muslim Ibn al-Hajjaj
Abî al-Husaini al-Qusyairi. Sahîh Muslim. kitab Musaqat Bab Salam , dengan lafaz
Hadis no 1604, Dar Kutub al-Ilmiyah hal. 624, yang kedua dengan lafaz Hadis no
1605, Dar Kutub al-Ilmiyah hal. 624. lihat juga di Abû Isâ Muhammad Ibn Mûsa Ibn al-Dahâq al-
Sulami al-Bughi al-Tirmîdzi,.Sunan al-Tirmidzi Juz III Kitab Buyu‟ bab Salam pada Buah-buahan,
Hadis no. 1311, Darul fikri, h. 54 lihat juga di Sulaiman Ibn al-Asy‟ats al-Sijistani, Sunan Abû
Daud. kitab Upah, bab salaf Hadis no. 3463. Juz 3. Dar el fikri. Hal.275 lihat juga di Ahmad Ibn
Syaib Abû Abd al-Rahman.Sunan al-Nasâi jilid IV hadis no 4625 . bab salaf pada buah-buahan
Darul Fikri, h. 310-311. Lihat juga di Ibn Mâjah,` Abî `Abd Allah Muhammad ibn Yazîd ibn
Mâjah al-Rabî`I al-Qazwînî, Sunan Ibnu Mâjah bab perdagangan, juz 2 hadis no. 2280, Darul
ihyaul mathbaul arabiyah. h. 765.
36
Kualitas Hadis: menurut Abû `Îsa hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas
hasan sahîh2, sedangkan menurut syekh albani hadis yang diriwayatkan Ibnu
mengatakan kepada yang lainnya, “Jualkanlah kepadaku dengan uang dinarku ini
buah kurma yang masak hasil tahun depan atau dua tahun kemudian, tetapi tanpa
timbangan atau takaran yang dimaklumi.” Termasuk pula dalam pengertian ini
2
Abî Ula Muhammad Abdul-Rahman ibn Abdul-Rahman al-Mubarakfuri “Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi” Juz 4 , Darul Fikri h. 539.
3
Muhammad Nâsir al-Din al-Bânî, sahîh al-Jami` al-Saghîr wa ziyâdatuhu (al-fath al-
kabir) Beirut: Maktabah al-Islami, 1988. h. 1042.
4
Ibrahim ibn Muhammad ibn Kamaludin “al-Bayân wa al-Ta’rif al-Asbâb Wurud al-
Hadîs al-Syarîf” Jilid 3, Huruf “Mim” hal. 201. Beirut Lebanon, Maktabah Ilmiyah. Lihat juga di
Manshur Ali Nashif, Penterjemah: Bahrun Abî Bakar,LC. “Mahkota Pokok-Pokok Hadis”. Sinar
Baru Algensindo, Bandung , 1993. h. 646-647
37
2. Syarah Hadis
“salam” adalah bahasa penduduk Hijaz. Sebagian lagi mengatakan bahwa pada
jual-beli sistem salaf harga diserahkan terlebih dahulu, sedangkan dalam sistem
salam harga diserahkan saat transaksi. Dari sisi ini, maka pengertian “salaf” lebih
luas. Adapun “salam” menurut syariat adalah jual-beli sesuatu yang berada dalam
al-jazarî: salam adalah memberi emas atau perak dalam suatu transaksi
yang telah ditentukan, sampai tempo yang telah ditentukan. Seperti anda berkata: :
Akad salam dibolehkan karena (akad salam ini ) diqiyaskan dengan jual
5
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-Asqolani “Fath al-Bari Syarh Al-Bukhari” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam dengan menggunakan takaran yang diketahui.
Maktabah salafiyah, h. 428
6
Abî Ula Muhammad Abdul-Rahman ibn Abdul-Rahman al-Mubarakfuri “Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi” Juz 4 , Darul Fikri h. 538
7
Abî Ula Muhammad Abdul-Rahman ibn Abdul-Rahman al-Mubarakfuri “Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi” Juz 4 , Darul Fikri h. 539
38
kemadinah) yaitu hijrah dari mekah (dan mereka melakukan salaf pada buah-
dikemudian hari. (barang siapa bersalaf maka hendaklah bersalaf pada takaran
kewajiban untuk menentukan takaran, timbangan dan penentuan waktu. Jika salah
Menurut Imam Nawâwi, Bolehnya jual beli salam ini karena memiliki
sesuatu yang dapat diukur seperti baju, maka ukurannya harus diketahui. Namun,
jika sesuatu yang terbilang seperti hewan maka bilangannya harus diketahui. .
menerima barang transaksi diawal. Namun menurut Hanafi, Maliki dan Hanbal
tidak boleh.9
pada barang yang biasa ditakar. Yaitu dengan disyaratkannya menentukan takaran
yang digunakan pada barang yang dijual dengan sistem salam ,apabila barang itu
8
Abî Ula Muhammad Abdul-Rahman ibn Abdul-Rahman al-Mubarakfuri “Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Jami’ al-Tirmidzi” Juz 4 , Darul Fikri h. 539
9
Abî Tayîb Muhammad Syams al-Haq `Abadi, “Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abû Dâud ”
jilid 9-10, Dar al-Kutub al-`Arabiyah, Beirut Lebanon.. hal. 251
39
perkara yang disepakati oleh para ulama, karena adanya perbedaan volume
takaran, kecuali apabila dinegeri itu hanya ada satu takaran standar. Maka, jika
disebutkan “takaran” secara mutlak (tanpa batasan), dapat dipahami bahwa yang
digunakan apabila barang tersebut adalah sesuatu yang diukur dengan takaran,
seperti sha‟ Hijaz, qafiz Iraq dan Ardab mesir. Bahkan, volume takaran dinegeri-
negeri ini juga berbeda-beda. Bila disebutkan tanpa dikaitkan dengan sesuatu,
Ibnu Batâl berkata: “Para ulama sepakat bahwa apabila barang yang dijual
dengan sistem salam adalah barang yang ditakar atau ditimbang, maka saat
barang itu bukan sesuatu yang ditakar atau ditimbang, maka harus disebutkan
3. Analisa Hadis
Pada teks hadis di atas, dapat diketahui bahwa jual beli salam sudah
dilakukan dizaman Nabi Muhammad SAW. Objek pada transaksi salam dimasa
itu terbatas pada komoditi pertanian dan perkebunan seperti buah kurma.
10
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-Asqalani “Fath al-Barî Syarh Al-Bukhâri” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam dengan menggunakan takaran yang diketahui.
Maktabah salafiyah, h. 428-429
11
Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al-Asqalânî “Fathul Bari Syarah Al-Bukhari” Juz 4 Kitab
Jual Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam dengan menggunakan takaran yang diketahui.
Maktabah salafiyah, h. 430
12
Ahmad Ibn Ali Ibn Hâjar al-Asqalânî “Fathul Bari Syarah Al-Bukhari” Juz 4 Kitab
Jual Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam dengan menggunakan takaran yang diketahui.
Maktabah salafiyah, h. 430
40
Dari kumpulan hadis tentang salam yang ditemukan dalam al-Kutub al-
Sittah di atas, terdapat kesamaan isi antara hadis yang diriwayatkan oleh Bukhârî,
Muslim, Tirmidzi, Abû Dâud , al-Nasâi dan Ibnu Mâjah yaitu jual beli salam pada
kurma pada zaman nabi diperbolehkan dengan takaran yang tertentu, timbangan
jika ada seseorang yang menyerahkan (menjual) barang dengan kapasitas yang
Dalam kaitannya dengan objek lain yang dapat dijadikan objek jual beli
Dapat dipahami, bahwa objek salam adalah sesuatu yang jenis dan ukurannya
dapat diketahui. Oleh sebab itu, jika mengamati perkembangan pada saat ini,
objek salam tidak hanya meliputi komoditi pertanian saja melainkan segala
dimana takaran barang tersebut dapat diketahui dengan jelas, timbangan dan
13
Al-Qurthubi,Tafsir al Qurtubî, penerjemah Faturahman, Jakarta Pustaka Azzam 2007.
h. 838
41
Penegasan tentang takaran yang diketahui dan timbangan serta waktu yang di
Artinya:
“Nabi SAW datang ke Madinah dan manusia melakukan jual-beli salaf
pada kurma setahun atau dua tahun--- atau dia mengatakan dua atau tiga tahun,
Ismail ragu ---maka beliau bersabda, „Barangsiapa melakukan jual-beli salaf pada
kurma, maka hendaklah dia melakukannyan dengan takaran yang diketahui dan
timbangan yang diketahui.”
Dalam melakukan transaksi salam, terdapat syarat jual beli yaitu harus
transaksi salam harus jelas takaran dan timbangannya. Hal ini dimaksud agar jual
dan penjual.
barang, waktu penyerahan, harga barang, dan juga pihak yang bertransaksi. Hal
ini dimaksud agar saat akad salam selesai, antar pihak dapat memenuhi hak dan
14
Hadis ini terdapat di “Sahîh Bukhârî” Juz 1, Kitab Salam , hal. 111. lihat juga di
“Sunan al-Tirmidzî “ Juz III bab Salam pada Buah-buahan, Hadis no. 1311, Darul fikri, hal. 54.
Lihat juga di “Sunan Abû Daud , kitab Upah, bab salaf pada buah. Hadis no. 3467. Juz 3. Dar el
fikri. Hal.255 lihat juga di “Sunan Nasâi” jilid IV hadis no 4625 . Darul Fikri, hal. 310-311. Lihat
juga di Ibn Mâjah, “Sunan Ibnu Mâjah,” bab perdagangan, juz 2 hadis no. 2280 , , Dâr ihyâu
Matba`u al-`Arabiyah. hal. 765
42
diminimalkan.
Ada 7 hadis yang membahas tentang kepemilikan pokok dalam jual beli
salam. Yang diriwayatkan oleh Bukhârî dalam kitab Sahîh Bukhâri, Abu Dâud
dalam kitab Sunan Abu Daud dan Nasâi dalam kitab Sunan Nasâi yang masing-
masing sebanyak 2 hadis. Sedangkan yang diriwayatkan Ibnu Mâjah dalam kitab
1. Teks Hadis
a. Bukhârî
43
Artinya:
Dari Muhammad bin Abî Mujâlid, dia berkata, “Aku diutus oleh Abdullah
bin Syadad dan Abu Burdah kepada Abdullah bin Abi Aufa RA, keduanya
berkata, “Tanyakan kepadanya apakah para sahabat Nabi SAW dimasa Nabi SAW
biasa menjual gandum dengan sistem salaf? Abdullah berkata, „Kami biasa
melakukan jual beli dengan sistem salaf kepada kaum Nabith penduduk syam, ;
Baik berupa biji gandum, jewawut dan minyak dengan menggunakan takaran
yang diketahui hingga waktu yang diketahui.‟ Aku berkata, „Apakah dengan
orang yang memiliki pokoknya?‟ Dia berkata, „Kami tidak pernah bertanya
kepada mereka mengenai hal itu‟. Kemudian keduanya mengutusku kepada
Abdurrahman bin Abza dan aku bertanya kepadanya. Dia berkata, „Biasanya para
sahabat Nabi SAW melakukan jual beli dengan sistem salaf pada masa Nabi
SAW, dan kami tidak bertanya kepada mereka apakah mereka meiliki kebun atau
tidak.”
Ishaq telah menceritakan kepada kami, Khalid bin Abdullah telah
menceritakan kepada kami dari Al-Syaibânî dari Muhammad bin Abî Mujâlid
sama seperti ini, dan dia berkata, “Kami melakukan jual beli dengan sistem salaf
terhadap mereka pada gandum dan sya‟ir.” Abdullah bin Walid berkata dari
Sufyan, Al-Syaibânî telah menceritakan kepada kami, dan dia berkata, “Dan
anggur kering”. Qutaibah telah menceritakan kepada kami, Jarir telah
menceritakan kepada kami dari Al-Syaibânî dan dia berkata , “Pada biji gandum,
jewawut dan anggur kering (kismis).” (HR. Bukhari)
Kualitas hadis: menurut syekh al-bânî hadis yang diriwayatkan Abu Daud
15
Al Imam ibn Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh ibn
bardazabah Al-Bukhari “Sahîh Bukhâri” Juz 1, Kitab Salam , hadis no. 2244-2245 hal. 112. Darul
Fikri. Lihat juga di Abû Dâud , Sunan Abû Dâud , yang pertama dengan lafaz kitab
Upah, bab salaf pada buah. Hadis no. 3464. Juz 3. Maktabah Ashriyah, Beirut Lebanon Hal.275,
yang kedua dengan lafaz dengan lafaz hal 276. Lihat juga di Abdul-Rahman Ahmad ibn
Ali ibn Syuaib ibn Ali Sinan ibn Bahr al-Khurasani al-Qadi an-Nasai, “Sunan Nasa’I” yang
pertama dengan lafaz jilid IV hadis no 4625 . Darul Fikri, hal. 310, yang kedua dengan
lafaz hal 311. Lihat juga di Abî `Abd Allah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan
Ibnu Mâjah, Juz II Kitab perdagangan, hadis no. 2282. Dar Ihyâu kutub al-Arâbiyah h. 766
44
Sebab turun hadis yaitu saat Abi Mujalid diutus oleh Abdullah bin Syadad
dan Abu Burdah kepada Abdullah bin Abi Aufa RA, keduanya berkata,
“Tanyakan kepadanya apakah para sahabat Nabi SAW dimasa Nabi SAW biasa
menjual gandum dengan sistem salaf? Abdullah berkata, „Kami biasa melakukan
jual beli dengan sistem salaf kepada kaum Nabith penduduk syam, ; Baik berupa
hingga waktu yang diketahui.‟ Aku berkata, „Apakah dengan orang yang memiliki
pokoknya?‟ Dia berkata, „Kami tidak pernah bertanya kepada mereka mengenai
hal itu‟. Kemudian keduanya mengutusku kepada Abdurrahman bin Abza dan
aku bertanta kepadanya. Dia berkata, „Biasanya para sahabat Nabi SAW
melakukan jual beli dengan sistem salaf pada masa Nabi SAW, dan kami tidak
3. Syarah Hadis:
(Bab jual beli sistem salam dengan orang yang tidak memiliki
pokok/asalnya), yakni apa yang diserahkan. Namun, ada pula yang mengatakan
16
Abû Dâud , Sahih Sunan Abû Dâud Syarh al-Bânî, bab salaf pada buah. Hadis no. 3464.
Juz 3. Maktabah `Asriyah, Beirut Lebanon h.275.
17
Abî `Abd Allah Muhammad ibn Yazîd al-Qazwini, Sunan Ibnu Mâjah, Juz II Kitab
perdagangan hadis no. 2282. Dar Ihayu kutubil Arabiyah h. 766.
45
Syaibânî. Pertama kali, dia menukil dari jalur Abdul Wâhid bin Ziyâd yang
menyebutkan gandum, jewawut dan minyak. Kemudian melalui jalur Khalid dari
al-Syaibânî, tanpa menyebutkan kata “minyak”. Lalu dari jalur Jarir, dari al-
terakhir dari jalur Sufyân, dari al-Syaibânî (seperti akan disebutkan oleh Imam
(kaum Nabith penduduk syam) Mereka adalah kaum dari bangsa Arab
yang masuk ke negeri non-Arab dan Romawi. Nasab mereka bercampur dengan
penduduk setempat, dan bahasa air (sungai) di antara penduduk Irak. Sedangkan
Mereka biasa disebut kaum Nabt, Nabît atau Anbât. Dikatakan bahwa sebab
Ulama berbeda pendapat tentang bolehnya salam pada orang yang tidak
punya pokok. yang membolehkan beralasan: “hal tersebut tidak merusak atau
18
Ahmad Ibn Ali Ibn Hâjar al-Asqalânî “Fath al-Bârî Syar Al-Bukhâri” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam pada orang yang tidak memiliki pokok. Maktabah
salafiyah, h. 431.
19
Ahmad Ibn Ali Ibn Hâjar al-Asqalânî “Fath al-Bârî Syarh Al-Bukhâri” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam pada orang yang tidak memiliki pokok. Maktabah
salafiyah, h. 431
46
Sedangkan Abî Hanifah, al-Tsaurî dan al-Auzâi sepakat bahwa tidak sah
jual beli sistem salam yang mengandung kerugian sebelum penyerahan barang20.
Menurut Ibn Hajar al-Asqalânî, hadis ini dijadikan dalil tentang sahnya
jual beli dengan sistem salam, meski tidak disebutkan tempat pelunasannya. Ini
adalah pendapat Imam Ahmad, Ishaq dan Abî Tsaur. Demikian pula pendapat
Hadis ini dijadikan pula sebagai dalil tentang bolehnya melakukan jual
beli dengan sistem salam pada barang yang tidak ada pada saat transaksi, jika
dimungkinkan barang itu ada pada waktu penyerahan, ini adalah pendapat
mayoritas ulama.
Hadis ini dijadikan pula sebagai dalil tentang bolehnya berpisah sebelum
serah terima pada jual beli dengan sistem salam, karena persyaratan untuk serah-
terima sebelum meninggalkan majelis tidak disinggung di dalam hadis ini. Ini
adalah pendapat Imam Malik apabila tanpa syarat. Sementara Imam Syafi‟I dan
Ulama Kuffah berkata, “Jual beli dianggap rusak apabila transaksi berpisah
sebelum melakukan serah-terima, sebab yang demikian itu termasuk kategori jual
beli utang.”21
20
Abî Tayyib Muhammad Syamsul Haq al-Azhim `Abadi “`Aunul Ma’bud bi Syarh Sunan
Abi Daud ” Juz 9, Maktabah Salafiyah. h. 350.
21
Ahmad Ibn Ali Ibn Hâjar al-Asqalânî “Fath al-Bârî Syarh Al-Bukhâri” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam pada orang yang tidak memiliki pokok. Maktabah
salafiyah, hal. 431
47
4. Analisa Hadis
Pada hadis di atas disebutkan adanya objek salam pada zaman nabi yaitu
terhadap barang tersebut dengan syarat adanya kejelasan timbangan dan ukuran.
Namun menurut hadis di atas, bibit atau pokok dari barang pesanan tidak
Pada perkembangannya saat ini, dimana jual beli salam tidak terbatas
hanya komoditas perkebunan dan pertanian, maka bibit atau pokok yang
dimaksud dalam hadis di atas adalah merupakan material atau bahan yang akan
Dalam proses pembuatan objek jual beli salam pada dasarnya memerlukan
material atau bahan yang nantinya akan dibuat atau dijadikan sesuai dengan
spesifikasi barang pesanan. Dan merujuk pada hadis di atas, kebolehan material
atau bahan yang akan diolah boleh berasal dari pemesan atau dari pembuat
pesanan dengan modal atau uang yang diserahkan terlebih dahulu oleh pemesan.
48
Ada 2 hadis yang membahas tentang larangan mengalihkan akad jual beli
salam, yang diriwayatkan oleh Abu Dâud dalam kitab Sunan Abu Dâud sebanyak
1 hadis, dan Ibnu Mâjah dalam Sunan Ibnu Mâjah sebanyak 1 hadis.
1. Teks Hadis
a. Abû Dâud
Artinya:
Dari Abu S`aîd al-Khudrî RA, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
mengadakan Salam terhadap sesuatu, janganlah ia memberikannya kepada orang
lain.
Kualitas Hadis: hadis ini menurut Syekh al-Bânî memiliki kualitas daîf.23
2. Syarah Hadis
22
Abû Dâud , Sunan Abû Dâud , Kitab upah,bab larangan mengalihkan akad salam. Hadis
no. 3468 Juz III darul fikri. 1994. Beirut Lebanon, h. 256. Lihat juga di Abî `Abd Allah
Muhammad ibn Yazîd ibn Mâjah al-Rabî`I al-Qazwînî, Sunan Ibnu Mâjah, Juz II Kitab
perdagangan dengan lafaz hadis no. 2283. Dar Ihyâu kutub al-`Arabiyah h.766.
23
Muhammad Nâsir al-Din al-Bânî, daîf al-Jami` al-Saghîr wa ziyâdatuhu (al-fath al-
kabir) Beirut: Maktabah al-Islami, 1990. h. 781.
49
yang lain24.
Al-Qamî: “Hadis dhaif ini menunjukkan tidak sah mengganti muslam fih
Artinya:
“Barang siapa memesan sesuatu, maka janganlah ia mengambil (menerima)
kecuali apa yang telah dipesannya atau modalnya (kembali uang)”.
Dapat diketahui, dengan larangan mengganti ini bahwa tidak boleh
mengganti muslam fîh sebelum barang yang dipesan tiba, yang tidak mewakilkan
3. Analisa Hadis
Terpenuhinya rukun suatu akad jual beli adalah adanya pihak-pihak yang
bertransaksi. Di mana pihak-pihak tersebut akan terlibat satu sama lain sampai
Adapun jual beli salam merupakan akad yang sifatnya mengikat, di mana
di dalam akad tersebut terdapat ketentuan bahwa akad tidak dapat berakhir
manakala hanya satu pihak yang menarik diri dari akad tersebut. Oleh sebab itu,
24
Abî Thayyib Muhammad Syamsul Haq al-Azhim Abadi “Aunul Ma’bud bi Syarhi Sunan
Abi Daud Juz 9, Maktabah Salafiyah. hl. 354
25
Abî Tayyib Muhammad Syamsul Haq al-Azhim `Abadi “Aunul Ma’bud bi Syarh Sunan
Abi Daud ” Juz 9, Maktabah Salafiyah. h. 357
50
dari mulai akad salam terjadi hingga berakhirnya akad hanya pihak-pihak tertentu
yang boleh terlibat, dan hal tersebut menyebabkan akad salam tidak dapat
tersebut batal dan fasad, karena nantinya akan timbul kesalahpahaman antara
pihak-pihak yang bertransaksi serta timbulnya hak-hak pihak lain yang tidak
terpenuhi.
yang memesan dan B adalah pihak yang membuat pesanan. B selaku pihak yang
salam pertama (antara A dan B) berakhir, dan digantikan dengan akad salam
Jika di masa yang akan datang dikhawatirkan akan terjadi kerugian yang
besar bagi pihak A, maka B dilarang melakukan pemindahan akad kepada pihak
Ada 3 hadis yang membahas jual beli salam pada kurma. Yang
diriwayatkan oleh Bukhârî dalam kitab Sahîh Bukhârî, Abu Dâud dalam kitab
Sunan Abî Dâud, dan Ibnu Mâjah dalam Sunan Ibnu Mâjah masing-masing
sebanyak 1 hadis.
1. Teks Hadis
a. Bukhârî
26
26
Al Imam ibn Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh ibn
barzabah Al-Bukhari “Sahîh Bukhârî” Juz 1, Kitab Salam , hadis no. 2249. Darul Fikri, t.t hal.
112. Al Imam ibn Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh ibn barzabah Al-
Bukhari “Sahîh Bukhârî” Juz 1, Kitab Salam , hadis no. 2249. Darul Fikri, t.t h. 112.
52
Terdapat hadis serupa yang diriwayatkan oleh dâud dan ibnu Majah.
b. Abû Dâud
Artinya:
Telah bercerita kepada kami Muhammad Ibn Katsîr, telah mengabarkan
kepada kami Sufyân, dari Abî Ishâq,d ari pemuda Najrân ,dari Ibnu Umar RA
bahwasannya seorang pemuda melakukan jual beli pesanan (salaf) pada kurma,
namun pada tahun itu tidak keluar sesuatu apapun. Kemudian keduanya (penjual
dan pembeli) melapor pada Nabi SAW. maka Nabi SAW berkata pada si penjual:
“dengan apa kamu mengakuisisi hartanya? Kembalikan padanya hartanya.”
Kemudian beliau melanjutkan :‟ janganlah kalian melakukan jual beli salaf pada
kurma hingga terlihat layak (matang).”
kualitasnya daîf.28
Sebab turunnya hadis ini yaitu saat Abî Al-Bakhtari bertanya kepada Ibnu
Umar RA tentang jual beli sistem salam, lalu Ibnu umar berkata „Nabi SAW
melarang jual beli kurma basah hingga masak, dan melarang menjual perak
27
Abû Dâud , Sunan Abû Dâud , kitab Upah, bab salaf pada buah Hadis no. 3467. Juz 3.
Dar el fikri. Hal.255. lihat juga di Abî `Abd Allah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu
Mâjah, Juz II Kitab perdagangan dengan lafaz hadis no. 2284 . (Beirut: Dar al-Fikr,
1415 H/1995 M) h. 767.
28
Muhammad Nâsir al-Din al-Bânî, daîf al-Jami` al-Saghîr wa ziyâdatuhu (al-fath al-
kabir) Beirut: Maktabah al-Islami, 1990.h. 899.
53
dengan emas yang salah satunya diserahkan kemudian dan yang lain secara tunai‟.
Lalu ia bertanya kepada Ibn Abbâs, maka dia berkata, „Nabi SAW melarang jual
beli kurma hingga dia makan atau dapat dimakan dan hingga ditimbang‟. Aku
„Hingga ia terpelihara‟.
Pada hadis yang diriwayatkan Abû Dâud dan Ibn Mâjah, hadis ini muncul
ketika seorang dari pemuda Najran bertanya pada Ibnu Umar: “ apakah engkau
pernah melakukan jual beli salam pada kurma sebelum kurmanya berbuah?”. Ibnu
rasul SAW, ada seorang pemuda yang melakukan transaksi salam dikebun kurma
sesuatu yang tumbuh pada tahun itu. Maka si pembeli itu berkata: “ini milikku
3. Syarah Hadis
Ada pendapat yang menyatakan hadis di atas justru melarang salam pada
bidang pertanian seperti kurma. Menurut Ibnu Mundzir mayoritas ulama sepakat
tidak membolehkan menjual buah dikebun tertentu dengan sistem salam, sebab
29
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-Asqolani “Fathul Bari Syarah Al-Bukhari” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam pada kurma Maktabah salafiyah, hal. 433.
54
bolehnya menjual buah pohon tertentu di kebun yang tertentu dengan sistem
Kebanyakan ulama memahami hadis di atas dalam konteks jual beli sistem
salam yang dilakukan secara tunai. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, al Hakim dan
al Baihaqi dari hadis `Abd Allah bin Salam tentang kisah masuk islamnya Zaid
bin Sa‟nah, bahwa dia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah engkau
berkenan menjual kurma kepadaku dengan ukuran tertentu dan hingga waktu
tertentu dari kebun Bani Fulan? “ Beliau bersabda, “Tidak, aku menjual
kepadamu dari kebun tertentu , bahkan aku akan menjual kepadamu ukuran
Dâud dan Ibnu Mâjah ialah pemuda pertengahan Yaman dan Hijr.
Najran adalah shahih, akan tetapi terdapat pemuda majhul dalam sanadnya,
pada buah yang matang atau jual beli sistem salaf pada buah yang hampir matang.
30
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-Asqolani “Fathul Bari Syarah Al-Bukhari” Juz 4 Kitab Jual
Beli Sistem Salam, Bab jual beli sistem salam pada kurma. Maktabah salafiyah, hal. 433
31
Al-Imam Hafizh Ibn Hajar al-Asqalânî, Al-Imam Hafizh “ Fathul Bari Syarah: Shahih
Bukhari “ Penerjemah , Amirudin , Jakarta: Pustaka Azzam , 2010. Hal.17
32
Abî Tayyib Muhammad Syamsul Haq al-Azhim `Abadi “`Aunul Ma’bud bi Syarh Sunan
Abi Daud ” Juz 9, Maktabah Salafiyah. Hal. 351
55
oleh karena itu tidak sah salam pada buah kurma yang matang dengan sistem
4. Analisa Hadis
Hadis di atas menyatakan adanya larangan jual beli salam dengan kurma
yang basah sebelum ia matang dan siap dipetik, karena dalam jual beli semacam
Kalimat penegasan ini terlihat pada sabda Nabi yang mengatakan: “Jangan
menjual kurma hingga ia masak atau matang. Hadis ini mengandung arti bahwa
Matang dalam hadis di atas merupakan salah satu indikator dari jelasnya
33
Abî Tayyib Muhammad Syamsul Haq al-Azhim `Abadi “`Aunul Ma’bud bi Syarh Sunan
Abi Daud ” Juz 9, Maktabah Salafiyah. Hal. 351
56
timbangannya.
Para ulama sepakat bahwa jual beli salam itu boleh, asalkan memenuhi
syarat jual beli salam. Namun, mereka berbeda pendapat tentang sebagian syarat-
1. Imam Syafi‟i
Menurut Imam Syafi‟I salam hanya sah pada barang yang dapat dibatasi
dengan sifat-sifat tertentu. Seperti pada barang yang dapat diperjual belikan
dengan takaran, timbangan, hitungan atau meteran. Karena hal-hal tersebut dapat
Menurut Syafi‟I, Salam itu sah asalkan memenuhi beberapa syarat yang
b. Menjelaskan macamnya
c. Menjelaskan sifatnya
34
`Abd al-Rahman al-Jazîri, Penterjemah: Drs. H. Moh. Zuhri dan Drs. A. Ghazali “Fiqih
Empat Mazhab” Juz III, Semarang: Asy-Syifa‟, 1994 hal. 590
57
Menurut Syafi‟I, Transaksi ini tidak mesti Tunai. Ia beralasan jika dengan
penentuan waktu salam itu dibolehkan, maka terlebih lagi salam tunai, tentu
2. Imam Hanbal
umum.
3. Imam Hanafi
Imam Hanafi menyatakan bahwa syarat sah jual beli salam sebagai berikut:
a. Dijelaskan jenisnya
b. Dijelaskan macamnya
c. Dijelaskan sifatnya
d. Dijelaskan kadarnya
e. Barangnya ditangguhkan
35
`Abd al-Rahman Al-Jaziri, Penterjemah: Drs. H. Moh. Zuhri dan Drs. A. Ghazali
“Fiqih Empat Mazhab” Juz III, Semarang: Asy-Syifa‟, 1994 hal. 597-598
58
Menurut Imam Hanafi dan Imam Hanbal, tempo jual beli sistem
salam selama satu bulan. Dan penentuan masa merupakan syarat sahnya
4. Imam Malik
menurut imam Malik, masa tempo jual beli sistem salam sekurang-
36
Abd al-Rahman Al-Jaziri, Penterjemah: Drs. H. Moh. Zuhri dan Drs. A. Ghazali “Fiqih
Empat Mazhab” Juz III, Semarang: Asy-Syifa‟, 1994 hal. 594
37
Abd al-Rahman Al-Jaziri, Penterjemah: Drs. H. Moh. Zuhri dan Drs. A. Ghazali “Fiqih
Empat Mazhab” Juz III, Semarang: Asy-Syifa‟, 1994 hal. 605-606
59
5. Ibnu Mundzir
salam
pada waktunya.
g. agar barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang tertentu tapi
38
Saleh Al-Fauzan, “Fikih Sehari-hari” , Jakarta: 2006, Gema Insani Press. Hal. 408-409
60
6. Wahbah Zuhaili
khusus jual beli salam, yang syaratnya berbeda dengan akad jual beli biasa.”39
barangnya jelas.
7. Yusuf Qardhawi
diperbolehkan jual beli sistem salam karena ini adalah salah satu bentuk
waktu setahun dan dua tahun- yakni memberikan uang lebih dahulu pada
waktu itu untuk pembelian buah-buahan pada waktu setahun atau dua tahun
39
Wahbah Zuhaili “al-Fiqhu al-Islâm wa Adillatuhu” Juz 4 Bab Jual Beli Salam, Dar el-
Fikr 1984 M, hal. 619
61
.40
Artinya:
“Barang siapa membayar di muka, maka hendaklah ia membayar di muka dengan
suatu takaran tertentu dan timbangan tertentu hingga waktu tertentu.”
Dengan adanya pembatasan (penentuan) pada takaran, timbangan atau
untuk jenis buah kurma yang masih ada di pohon, kemudian hal itu beliau larang
karena terdapat unsur kesamaran. Sebab bisa saja pohon kurma itu ditimpa
Bentuk yang paling selamat dalam muamalah seperti ini ialah tidak
terhadap pemilik kurma atau kebun, karena didorong oleh keperluan lantas yang
bersangkutan menerima transaksi itu, maka pada kasus itu dinyatakan haram.41
40
Hadis ini terdapat di “Sahîh Bukhârî” Juz 1, Kitab Salam , hal. 111. lihat juga di
“Sunan al-Tirmidzî “ Juz III bab Salam pada Buah-buahan, Hadis no. 1311, Darul fikri, hal. 54.
Lihat juga di “Sunan Abû Daud , kitab Upah, bab salaf pada buah. Hadis no. 3467. Juz 3. Dar el
fikri. Hal.255 lihat juga di “Sunan Nasâi” jilid IV hadis no 4625 . Darul Fikri, hal. 310-311. Lihat
juga di Ibn Mâjah, “Sunan Ibnu Mâjah,” bab perdagangan, juz 2 hadis no. 2280, Dâr Ihyâ al-Kutub
al-`Arabiyah.h. 765.
41
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram. Penerjemah Abî Sa‟id al-Falahi dan Aunur Rafiq
Shaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2005), h. 312.
62
Jual beli Salam biasanya digunakan pada pembiayaan bagi petani dengan
jangka waktu relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena yang dibeli oleh bank adalah
barang seperti padi, jagung dan cabai, bank tidak berniat untuk menjadikan
kepada pembeli kedua, misalnya kepada Bulog, pedagang pasar induk atau grosir.
Jual beli Salam juga dapat diaplikasikan pada pembiayaan barang Industri,
misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang ukuran barang tersebut sudah
garmen, bank mereferensikan penggunaan akad tersebut. Hal ini berarti bahwa
bank memesan dari pembuat garmen tersebut dan membayarnya pada waktu
bisa saja rekanan yang telah direkomendasikan oleh produsen garmen tersebut.
Bila garmen itu telah selesai diproduksi, produk tersebut diantarkan kepada
rekanan tersebut. Rekanan kemudian membayar kepada bank, baik secara angsur
maupun tunai.43
Dalam praktiknya pada industri keuangan, akad salam berlaku pada barang
barang pertanian seperti beras, kentang, sayuran, jagung dsb. Namun, menurut
data yang diambil dalam statistik Bank Indonesia, akad salam memiliki persentase
42
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, Cet.I, 2001, hal.111.
43
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, Cet.I, 2001, hal.112
63
karena akad salam kurang mendapat perhatian baik oleh nasabah maupun bagi
bank.
Hal yang menyebabkan akad ini beresiko adalah tidak pastinya atau tidak
salam di perbankan. Melihat objek yang menjadi tujuan akad ini adalah barang-
pelaksanaannya agar akad ini dapat lebih memberikan manfaat bagi masyarakat
luas.
Jika dalam perbankan aplikasi salam tidak terlalu banyak di praktekkan oleh
praktisi industri keuangan, namun dalam kehidupan sehari-hari jual beli salam
banyak dilakukan pada jual beli online, khususnya jual beli online pada
pemesanan barang yang belum diproduksi (pre order) yang saat ini sangat
berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa jual beli salam sangat bermanfaat bagi
penjual dan pembeli. Bagi penjual, jual beli pre order dalam online membuat
resiko barang tidak terjual menjadi minim. Hal tersebut dikarenakan penjual
pembeli, jual beli pre order dalam online akan mempermudah pembeli
Jual beli online memang belum dilakukan pada masa Nabi Muhammad
SAW, namun mekanisme jual beli salam dapat diaplikasikan pada jual beli online
pembuatannya.
Akad ini juga turut mensejahterakan para pengrajin atau pembuat pesanan
karena dengan adanya akad ini, pembuat pesanan dapat dengan mudah memenuhi
Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena mempunyai hikmah
tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu
barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan
sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila
usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh
apapun.
karena biasanya tenggang waktu transaksi dan penyerahan berjarak cukup lama.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jual beli salam dalam perspektif hadis ialah suatu akad yang mengikat
bisnis modern.
66
67
B. Saran-Saran
akad salam kepada masyarakat luas, khusus nya kepada para petani agar
masyarakat agar dapat diketahuinya mekanisme akad salam yang baik dan
Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy`ats Sijistânî. Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994).
Asqalânî, Ahmad bin Ali bin Hajar. “Fathul Bari Syarah Al-Bukhari” Maktabah
Salafiyah. T.t
`Abadi , Abu Tayyib Muhammad Syam al-Haq al-Azhim. “Aunul Ma’bud Syarah
Ahmad, Aiyub. Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Perdata dan Hukum Islam
Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
68
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Sigma
Examedia, 2009.
Idris, Abdul Fatah dan Ahmad, Abu. Kifayatul Akhyar Terjemahan Ringkas Fiqih
Jaziri, Abdul Rahman. Penterjemah: Drs. H. Moh. Zuhri dan Drs. A. Ghazali
Jaziri, Abu Bakr Jabir. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Darul Falah, 2000
Lubis, Ibrahim. “Ekonomi Islam Suatu Pengantar II”. Jakarta: Kalam Mulia ,
2005.
Mâjah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1987.
69
Mubarakfuri, Abu Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahman. “Tuhfatul
Masdoeki, Arief dan Amidjaja, Tirta. Azas dan Dasar Hukum Perdata. (Jakarta:
Djambatan, 1963).
2002.
Nasâi, Ahmad Bin Syaib Abi `Abd al-Rahman. Sunan Al-Nasâi. Libanon : Dar
70
Qurthubi, Tafsir al Qurtubhi. penerjemah Faturahman, Jakarta Pustaka Azzam
2007.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah , Jakarta: Kencana, 2009.
2007.
Tirmizî, Abi Isa Muhammad Ibn Musa Ibn al-Dahaq al-Sulami al-Bughi. Sunan
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Kamus Besar
Maktabah Bril,1936.
71
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007.
http://enambelas-blog.blogspot.com/2012/02/hukum-bisnis-online-menurut-
72