Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

STUDI ANALISIS
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN
(KAJIAN TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13,
SURAT AL-ISRA’ AYAT 23-25, SURAT AL-AHZAB AYAT 21)

Disusun Oleh:

Nama : Hanif Arif Setiyadi


NIM : 131310000401

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2015

i
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 3 (tiga) eksemplar


Hal : Sekripsi
Sdr. Hanif Arif Setiyadi
Kepada yang terhormat
wakil rektor UNISNU JEPARA
Assalamualaikum wr.wb

Setelah membaca, mengoreksi, dan mengadakan perbaikan seperlunya


terhadap skripsi Saudara:

Nama : Hanif Arif Setiyadi


NIM : 131310000401
Judul : Studi Analisis Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an (Kajian
Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat 23-25
dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)

Maka, skripsi ini sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosah sebagai
salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu pada Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara. Oleh karena itu, dimohon agar
mahasiswa yang bersangkutan dalam waktu dekat ini dapat segera dipanggil
dalam sidang munaqosah untuk mempertanggungjawabkan skripsinya.
Demikianlah nota persetujuan pembimbing kami sampaikan atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Jepara, Agustus 2015

Pembimbing,

Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag.

ii
MOTTO

Artinya : “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-
Insyirah Ayat 5-6)

iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


1. Kedua orang tuaku (Ibunda Siti Aminah dan Ayahanda Tito) yang
senantiasa sabar dan tiada hentinya mendoakan dan memberikan
dukungannya.
2. Paman dan bibi (Dasiman dan Suyatmi) yang setia memberiku motivasi
dan arahan, baik secara moral maupun material dan memberikan dukungan
penuh untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Guru yang saya hormati (KH. M. Hudun Abdul Ghani) terima kasih atas
ilmu yang diberikan dan tiada henti-hentinya memberikan pengajaran
tentang memaknai hidup yang sesungguahnya.
4. Sahabat-sahabat yang memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi atas
terselesaikannya skripsi ini.
5. Serta teman-teman Unisnu Jepara terutama kelas A7 Regular 2 senasib
seperjuangan, semoga kita mendapatkan ilmu yang barokah dan manfaat
bagi agama, masyarakat serta bangsa Indonesia. Amin.

iv
ABSTRAK

Hanif Arif Setiyadi (NIM. 131310000401) Studi Analisis Pendidikan


Akhlak dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat
Al-Isra’ Ayat 23-25, Surat Al-Ahzab Ayat 21).

Penelitian dilakukan untuk mengetahui tentang konsep pendidikan akhlak


dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13,
Surat Al-Isra’ Ayat 23-25, dan Surat Al-Ahzab Ayat 21 serta fungsi pendidikan
akhlak dalam Al-Qur’an dan analisisnya terhadap ayat tersebut.

Akhlak yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu


akhlak mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi.
Penilaian baik buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya. Untuk
membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlak terhadap anak
dilakukan mulai sejak dini, karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding
setelah anak tersebut dewasa. Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat
23-25, dan Surat Al-Ahzab Ayat 21 membahas tentang penciptaan suasana yang
harmonis diantara lingkungan masyarakat dan bersikap lemah lembut,
bermusyawarah serta menghindari terjadinya permusuhan. Sehingga akan tercipta
pribadi yang santun sesuai dalam tuntunana Al-Qur’an.

Untuk memproleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini


digunakan metode kepustakaan (Library Research) dengan cara mencari,
mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku-buku yang ada relevansinya
dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis.
Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif.

Metode pembahasan tafsir dalam skripsi ini, digunakan metode tahlili


yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufasir dalam menjelaskan
kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat
Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Dimulai dengan
menyebutkan ayat-ayat yang mau ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz yang
terdapat didalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi kandungan
ayat. Setelah penulis memperoleh rujukan yang relevan, kemudian data tersebut
disusun, dianalisa, sehingga memperoleh kesimpulan.

v
PRAKATA

Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun masih banyak kekurangan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada ushwah kita, Nabiyullah
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag. Pembimbing penulisan Proposal dan
Skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, dan
senantiasa meluangkan waktu ditengah kesibukan untuk membimbing skripsi.
2. Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam yang selama ini telah
memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat.
3. Seluruh karyawan Prodi PAI, terima kasih atas segala pelayanan dan
bantuannya selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dan kelemahan


dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jepara, 10 April 2015


Penulis,

Hanif Arif Setiyadi

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... ii
MOTTO ............................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................... 10
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
E. Kajian Pustakan ........................................................................ 12
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Pendidikan ................................................................... 18
1. Pengertian Pendidikan ....................................................... 18
2. Tujuan Pendidikan ............................................................. 20
B. Konsep Akhlak ......................................................................... 23
1. Pengertian Akhlak ............................................................. 23
2. Sumber Akhlak .................................................................. 23
a. Hadist ........................................................................... 24
b. Al-Qur’an ..................................................................... 24
3. Fungsi Akhlak .................................................................... 25
4. Macam-macam Akhlak ...................................................... 25
a. Akhlak Terpuji ............................................................. 25
b. Akhlak Tercela ............................................................. 26
C. Konsep Pendidikan Akhlak ...................................................... 28

vii
1. Pengertian Pendidikan Akhlak .......................................... 28
2. Tujuan Pendidikan Akhlak ................................................ 28
3. Metode Pendidikan Akhlak ............................................... 28
BAB III TAFSIR TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK QS AL-
HUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-
AHZAB AYAT 21
A. Tafsir QS Al-Hujurat Ayat 11-13 ............................................. 31
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Hujurat Ayat 11-13 ......... 31
2. Pengertian Secara Umum .................................................. 32
3. Arti Kosa Kata QS Al-Hujurat Ayat 11-13 ....................... 34
4. Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat Ayat 11-13 ...................... 35
5. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Hujurat Ayat
11-13 tentang Pendidikan Akhlak ..................................... 36
B. Tafsir QS Al-Isra Ayat 23-25 ................................................... 37
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Isra Ayat 23-25 ................ 37
2. Pengertian Secara Umum .................................................. 38
3. Arti Kosa Kata QS Al-Isra Ayat 23-25 ............................. 41
4. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Isra Ayat 23-
25 tentang Pendidikan Akhlak ........................................... 41
C. Tafsir QS Al-Ahzab Ayat 21 .................................................... 45
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Ahzab Ayat 21 ................. 45
2. Pengertian Secara Umum .................................................. 45
3. Arti Kosa Kata QS Al-Ahzab Ayat 21 .............................. 47
4. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Ahzab Ayat
21 tentang Pendidikan Akhlak ........................................... 48
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS AL-
HUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-
AHZAB AYAT 21
A. Fungsi Pendidikan Akhlak ........................................................ 49
B. Analisis Pendidikan Akhlak ..................................................... 50

viii
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 55
B. Saran ......................................................................................... 57
C. Penutup ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an Al Karim adalah kitab yang oleh Rasulullah dinyatakan

sebagai Ma’dzubatullah (Hidangan Illahi) Hidangan ini membantu manusia

untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang islam dan

merupakan pelita bagi umat islam dalam menghadapi berbagai perssoalan

hidup (Shihab, 2002 : 9).

Kitab suci ini memperkenalkan dirinya sebagai Huddan Li-Annas

(petunjuk bagi seluruh umat manusia), sekaligus menantang manusia dan jin

untuk menyusun semacam Al-Qur’an. dari sini, kitab suci Al-Qur,an

berfungsi sebagai Mukjizat, yakni bukti kebenaran dan sekaligus kebenaran

itu sendiri.

Abad XV yang lalu, ayat-ayat Allah itu diturunkan kepada nabi

Muhammad. “tidak ada seorangpun dalam 1500 tahun ini yang telah

memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu serta berani dan yang

demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibaca oleh

Nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an. “demikian orientalis Gibb

berkomentar (Shihab, 2002 : 9)

Bahasanya yang demikian mempesona, redaksinya yang demikian

teliti dan mutiara pesan-pesan yang demikian agung, telah mengantar kalbu

masyarakat yang ditemuinya berdecak kagum, walaupun nalar sebagian

1
2

mereka menolaknya. Nah, terhadap yang menolak itu, Al-Qur’an tampil

sebagai mukjizat sedang fungsinya sebagai huddan linnasi ditujukan kepada

seluruh umat manusia, namun yang mengfungsikannya dengan baik hanyalah

orang-orang yang bertakwa:

Artinya: “alif laam miim, itulah (Al-Qur’an) kitab yang sempurna,


tiada keraguan didalamnya, dia adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa”
(QS. Al Baqarah : 1-2)

Masyarakat islam dewasa ini pun mengagumi Al-Qur’an. Tetapi,

sebagaian kita hanya berhenti dalam pesona bacaan ketika dilantunkan,

seakan-akan kitab suci ini diturunkan hanya untuk dibaca.

Memang, wahyu pertama memerintahkan membaca iqra’ bismi

rabbika, bahkan kata iqra’ diulanginya dua kali, tetapi ia mengandung makna

telitilah, dalamilah, karena dengan penelitian dan pedalaman itu manusia

dapat meraih kebahagiaan sebanyak mungkin.

Artinya: “Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh


berkah agar mereka menghayati ayat-ayat-Nya dan agar orang-orang yang
berakal sehat mendapat pelajaran” (QS. Shaad : 29)

Bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan keagungan Al-

Qur’an, pemahaman dan penghayatan yang disertai dengan Tadzakkur dan

Tadabbur. Al-Qur’an mengecam mereka yang tidak menggunakan akal dan


3

kalbunya untuk berfikir dan menghayati pesan-pesan Al-Qur’an, mereka itu

dinilai telah terkunci hatinya.

Artinya: “Maka tidakkah mereka menghayati Al Quran, ataukah hati


mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad : 24).

Al-Qur’an menjelaskan bahwa dihari kemudian nanti Rasulullah akan

mengadu kepada Allah.

Artinya: “Dan Rasul (Muhammad) berkata, ‘Ya Tuhanku,


sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan.” (QS. Al-
Furqon : 30).

Menurut Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziah banyak hal yang dicakup oleh

Mahjuroh antara lain:

1. Tidak tekun mendengarkannya

2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya walau dipercaya dan dibaca

3. Tidak menjadikkannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut

4. Prinsip-prinsip ajaran agama dan perinciannya.

5. Tidak berupaya memikirkan dan memahami apa yang dikehendaki oleh

Allah yang menurunkannya.

6. Tidak menjadikannya sebagai obat bagi semua penyakit-penyakit

kejiwaan.
4

Semua yang disebut di atas tercakup dalam pengaduan nabi. Tentu

saja, kita tidak ingin termasuk dalam kelompok yang diadukan nabi itu.

Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak memahami

Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kendati demikian, kita harus mengakui

bahwa tidak jarang orang yang berminat mengenalnya menghadapi kendala

yang tidak mudah diatasi seperti keterbatasan dari segi waktu atau ilmu dasar

maupun kelangkaan buku rujukan yang sesuai yakni sesuai dari segi cakupan

informasi, yang jelas dan cukup, tetapi tidak berkepanjangan.

Adalah kewajiban para ulama’ untuk memperkenalkan Al-Qur’an dan

menyuguhkan pesan-pesannya sesuai dengan kebutuhan dan harapan itu.

Memang, para pakar Al-Qur’an telah berhasil melahirkan sekian banyak

metode dan cara menghidangkan pesan-pesan Al-Qur’an. Salah satu

diantaranya adalah apa yang dinamai metode tematik.

Metode tematik dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan

Al-Qur’an secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang

dibicarakannya. Dengan demikian, kesulitan atau harapan yang dikemukakan

pada awal uraian, belum juga terselesaikan, memang telah lahir upaya upaya

yang dilakukan oleh para pakar, katakanlah seperti Fazlurahman dalam

bukunya Tema-Tema Pokok Al-Qur’an. Namun apa yang mereka kemukakan

masih sangat singkat dan dalam bahasa asing sehingga belum memuaskan

mereka yang dahaga.

Al-Qur’an memiliki 3 aspek 1) akidah 2) syari’ah 3) dakwah.

Pencapaian ketiga pokok ini diusahakan oleh Al-Qur’an melalui 4 cara:


5

1. Perintah memerhatikan alam raya

2. Perintah mengamati dan pertumbuhan manusia

3. Kisah-kisah

4. Janji serta ancaman duniawi atau ukhrawi.

Pendidikan akhlak salah satu bagian dari pendidikan agama karena itu

kebutuhan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama. Adapun

yang menjadi sasaran pendidikan akhlak ini adalah bentuk batin, sikap dan

tingkah laku atau perbuatan seseorang dalam hubungannya dengan sesama

manusia lainnya (berinteraksi sosial).

Pendidikan akhlak membentuk sikap batin seseorang. Pembentukan

ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk serta

melatih dan membiasakan perbuatan baik dan memberi sugesti agar mau

berbuat sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pendidikan akhlak merupakan suatu proses yang sangat penting dalam

kehidupan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi norma-

norma atau tingkah lakunya. Maka tugas kita sebagai anak bangsa untuk

meneruskan perjuangan.

Nabi Muhammad dalam menyempurnakan akhlak di negeri ini.

Seperti halnya tertuang pada hadist:

Artinya: “Sesunguhnya aku (Muhammad) diutus untuk


menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Imam Bukhori) (Bukhori, Adabul
Mufrod, hlm : 227)
6

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pendidikan akhlak yaitu

suatu proses atau usaha secara sadar untuk mengembangkan potensi anak

didik dalam hati seseorang yang akan diwujudkan dalam bentuk perbuatan

dan tingkah laku baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

mempunyai dasar dan tujuan yang hendak dicapai baik dalam lembaga

sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Mengingat pentingnya pendidikan akhaq bagi terciptanya kondisi

lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan nilai-

nilai tersebut secara intensif. Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan

bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan

selanjutnya menetukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau

dipelajari secara bahasa arab sebelum islam datang maka akan ditemukan

suatu gambaran dari sebuah peradaban yang sangat rusak dalam hal akhlak

dan tatanan hukumnya seperti pembunuhan, perzinahan, dan penyembahan

patung-patung yang tak berdaya.

Hal ini jelas bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung dalam

Al-Quran. Selain Al-Quran, hadis nabi dapat digunakan sebagai rujukan

mengingat salah satu fungsi hadis adalah menjelaskan kandungan ayat yang

terdapat didalamnya. Penulis melihat, bahwa surat Al-Hujurat ayat 11-13

memiliki makna tentang pendidikan akhlak yang sangat dalam, yaitu berisi

tentang ajaran bahwa manusia agar senantiasa menjunjung kehormatan kaum

muslimin, berperasangka buruk, dan mencari-cari kesalahan orang lain.

Adapun ayat tersebut sebagai berikut:


7

Artinya:

(11) Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum


mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang
yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan
jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain karena boleh
jadi wanita-wanita yang diperolok-olok lebih baik dari wanita yang
mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,
seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa
yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.
8

(12) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari


prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
(13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-
Hujurat : 11-13)

Sedangkan dalam surat Al-Isra’ ayat 23-25 memiliki kandungan

bahwa kita diperintahkan hanya kepada Allah kita menyembah, berbuat

kebaikan kepada orang tua, larangan untuk berkata kasar kepada orang tua.

Ayat tersebut antara lain:


9

Artinya:

(23) Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.
(24) Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
(25) Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu;
jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun
kepada orang yang bertobat. (QS. Al-Isra’ : 23-25)

Dan sedangkan dalam surat Al-Ahzab ayat 21 menerangkan bahwa

tentang pentingnya bersikap lemah lembut dan santun terhadap sesama. Pesan

akhlak yang begitu kuat terlihat dalam ayat ini. Agar semua umat manusia

(Islam) agar mencontoh perbuatan dan tingkah laku yang ada pada diri nabi

Muhammad SAW.

Artinya:

(21) Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu


teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan
Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah. (QS. Al-Ahzab :
21)
10

Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut sangat penting dan perlu digali

lebih dalam untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam

rangka pembelajaran, pembentukan serta pembinaan akhlak yang mulia.

Dengan berbagai alasan diatas, maka penulis tertarik untuk menggali,

membahas, dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut sebagai judul

skripsi.

B. Penegasan Istilah

Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud pada tulisan ini adalah pendidikan

islam, pendidikan islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan

hukum-hukum agama islam, menuju terbetuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran islam. (Ahmad D. Marimba, 2007)

2. Akhlak

Akhlak adalah suatu istilah bentuk batin yang tertanam dalam

jiwa yang mendorong ia berbuat (bertingkah laku), bukan karena

sesuatu pemikiran dan bukan karena pertimbangan.

3. QS. Al-Hujurat ayat 11-13, QS. Al-Isra’ ayat 23-25, dan QS. Al-Ahzab

ayat 21.

a. Surat Al-Isra’

Surat ini terdiri dari 111 ayat. Surat Al-Isra’ berarti

“Perjalanan di malam hari”. Surat ini menurut mayoritas ulama’


11

turun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Dengan

demikian, surat ini termasuk surat Makkiyah.

b. Surat Al-Ahzab

Surat ini terdiri dari 73 ayat. Surat Al-Ahzab berarti golongan

yang bersekutu, karena dalam surat ini ada beberapa ayat yang

menceritakan tentang terjadinya perang ahzab. Surat Al-Ahzab

termasuk golongan madaniyah. Surat ini turun pada akhir 7 Hijriyah.

c. Surat Al-Hujurat

Surat ini terdiri dari 17 ayat. Surat ini berarti kamar-kamar.

Surat Al-Hujurat termasuk dalam surat Madaniyah. Disisi lain pada

ayat 13 Surat Al-Hujurat di awali dengan kata “Ya Aiyuhannas” dan

bisa dijadikan sebagai ciri-ciri ayat yang turun sesudah nabi

Muhammad hijrah ke kota Madinah (periode Madaniyah).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan penegasan istilah yang

dikemukakan penulis di atas, maka masalah pokok yang menjadi fokus

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam

QS. Al-Hujurat ayat 11-13?

2. Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam

QS. Al-Isro’ ayat 23-25 ?


12

3. Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam

QS. Al-Ahzab ayat 21 ?

4. Bagaimana relevansi konsepsi QS. Al-Hujurat ayat 11-13, QS. Al-Isro’

ayat 23-25, dan QS. Al-Ahzab ayat 21.

D. Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini untuk menganalisis konsepsi Al-Qur’an tentang

pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an. Adapun tujuan skripsi

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS. Al-

Hujurat ayat 11-13.

2. Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung QS. AL-Isro’

ayat 23-25

3. Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS. AL-

Ahzab ayat 21.

4. Untuk mengetahui relevansi konsepsi Al-Qur’an (QS. Al-Hujurat ayat

11-13, QS. Al-Isro’ ayat 23-25 dan QS. Al-Ahzab ayat 21) dengan

pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan perbandingan penelitian yang ada baik

mengenai kekurangan dan kelebihan sebelumnya. Disamping itu kajian

pustaka ini juga ikut andil dalam rangka mendapatkan informasi dalam
13

pembuatan skripsi ini. Untuk menghindari terjadinya kesamaan hasil temuan

yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk

kitab, buku, skripsi dan dalam bentuk lainnya, maka penulis akan

memaparkan buku dan skripsi yang sudah ada sebagai perbandingan dalam

mengupas permasalahan tersebut sehingga muncul penemuan baru.

Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustofa Al-Maraghi yang berisi

tentang ajaran-ajaran akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Hujurat ayat 11-

13 dan surat Al-Isro’ ayat 23-25 yaitu akhlak pada Allah, Orang tua, dan

akhlak terhadap sesama.

Buku yang berjudul Akhlak Mulia karya Ali Abdul Halim Mahmud

yang didalamnya berisi tentang pendidikan akhlak sebagai landasan

terpenting dalam kehidupan. Dalam bukunya tersebut juga dijelaskan tentang

tujuan pendidikan akhlak islam juga pendidikan akhlak dalam Al-Quran dan

As-Sunnah. Dalam buku ini menjelaskan tentang bahwa tujuan utama

pendidikan akhlak dalam islam ialah agar manusia berada di jalan yang lurus,

jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantar

manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Ali Abdul Halim

Mahmud, 2004 : 159)

Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak islam

ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan

nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran.

Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Abdul Rohman bin Abi Bakar

Assuyuthi yang berisi tentang penafsiran yang berhubungan dengan


14

pendidikan akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Ahzab ayat 21 yaitu berisi

tentang perilaku Nabi Muhammad SAW yang mempunyai akhlak mulia yang

patut kita contoh dan kita amalkan untuk menjadi insan yang kamil.

Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab yang berisi tentang ajaran-

ajaran akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Hujurat ayat 11-13, surat Al-

Isra’ ayat 23-25 dan surat Al-Ahzab ayat 21 yaitu toleransi antar umat

beragama dalam semua urusan, mencintai semua orang tanpa membedakan

status sosial (kasta), mengaplikasikan perkataan, perbuatan yang ada pada diri

Rasulullah untuk mencapai derajat yang mulia.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian

studi kepustakaan (Library Reasearch). Kegiatan penelitian ini

diwajibkan dalam penelitian akademik yang tujuan akhirnya

mengembangkan aspek teoretis maupun manfaat praktis (Khoiri,

2012:115). Oleh karena itu, peneliti menggunakan jenis penelitian studi

kepustakaan (Library Reasearch) ini untuk mendapatkan data.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip

(Moleong, 2004) Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang


15

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.

Kegunaan metode kualitatif:

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan jamak.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dan responden.

c. Metode ini, lebih peka dan menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308). Data yang ada dalam

penelitian ini adalah data kepustakaan (Library Research) data yang

merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan

penelitian ini. Data diperoleh dengan cara peneliti meneliti dari

beberapa sumber buku.

Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data-data dengan

pengetahuan langsung dari sumber-sumber buku yang ada. Data

pustaka sendiri bersifat siap pakai. Peneliti tidak kemana-mana kecuali

hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia


16

diperpustakan. Ibarat orang belajar naik sepeda, orang tidak perlu

membaca artikel atau buku tentang bagaimana teori naik sepeda,

begitupula halnya dengan riset pustaka.

Untuk melakukan riset pustaka, orang tidak perlu menguasai

ilmu perpustakaan. Satu-satunya untuk belajar menggunakannya,

perpustakaan dengan tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun

demikian, peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu

masih perlu mengenal seluk beluk kepustakaan.

Adapun data perpustakaan bersifat sekunder artinya bahwa

peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil

dari tangan pertama. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan

waktu.

Peneliti berhadapan dengan info statis: tetap artinya kapanpun ia

datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah

merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks,

angka, gambar, rekam tape, atau film).

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan akan

bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang diberikan kepada orang lain.


17

Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian

adalah menggunakan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.

Tehnik triangulasi dalam penelitian ini adalah pemeriksaan

melalui sumber lainnya atau dari beberapa sumber data yan berbeda

untuk mengumpulkan data yang sejenis. Triangulasi adalah cara yang

terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan

data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.

Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi peneliti dapat me-rechek

temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai, metode

dan teori.
18

BAB II

LANDASAN TEORETIS

G. Konsep Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan dalam hal ini yaitu mengenai pendidikan islam.

Pendidikan islam dalam konteks ini pada umumnya mengacu pada

terminologi al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut

terminologi yang populer digunakan dalam praktek pendidikan islam

adalah al-tarbiyah, sedangkan terminologi al-ta’dib dan al-ta’lim jarang

sekali digunakan.

Secara bahasa tarbiyah berasal dari kata “Rabba” yang artinya

mendidik,dan kata ini sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad.

(Zakiah Daradjut, 2008 : 25)

Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keperluan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. (Hasbullah, 2011 : 4)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam
19

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

(Poerwa Darminta, 1996 : 263)

Sedangkan pengertian pendidikan didefinisikan menurut para ahli

sebagai berikut:

a. Menurut Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak,

adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat

yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan

yang setinggi-tingginya (Poerwa Darminta, 1996 : 263)

b. Menurut Al-Ghazali

Pendidikan yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa

kelahirannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu

pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara

bertahap, dimana proses pembelajaran itu menjadi tanggung jawab

orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah

sehingga menjadi manusia sempurna. (Abidin Ibnu Rusn, 2009 : 56)

Dengan memperhatikan beberapa definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang

dilakukan oleh manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan sebagai

proses untuk mencapai kedewasaan/kepribadian utama. Definisi ini

mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak


20

melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal, non formal dan

informal. (Ahmad Tafsir, 2000 : 6)

2. Tujuan Pendidikan

Untuk melihat posisi pemitraan tokoh-tokoh tentang tujuan

pendidikan dalam perspektif islam, maka akan penulis bahas tentang

pandangan dari tokoh-tokoh tentang tujuan pendidikan antara lain:

a. Prof. Dr. H. Djuwad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan

bagi seseorang adalah merupakan suatu integritas antara tujuan,

materi, alat dan upaya pendidikan kemudahan bagi seorang anak tidak

dapat dipisahkan. Namun dalam mencoba mencampurkan tujuan

pendidikan agama bagi seseorang antara lain agar seorang anak dapat

mengenal suasana kehidupan religius di masyarakat, agar mampu

menghafalkan kata-kata religius di masyarakat, agar anak dapat

menggunakan bacaan dan doa dalam situasi yang tepat, dan agar anak

mampu menyebutkan nama-nama nabi dan rasul. (Ahmad Tafsir, 2000

: 94)

b. Adapun menurut Dr. M. Fadlil Aljamaly bahwa tujuan pendidikan

dalam Al-Quran ialah:

1) Mengajarkan manusia akan perannya diantara sesama makhluk

Allah dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidupnya.

2) Mengenalkan manusia dengan interaksi sosial dan tanggung

jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.


21

3) Mengenalkan manusia akan semesta ini, dan mengajak mereka

untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan

kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari

alam tersebut. (Abidin Ibnu Rusn, 2009 : 134)

c. Menurut Prof. M. Athiyah Alubraisy menyimpulkan ada lima tujuan

pendidikan islam:

1) Membantu pembentukan akhlak mulia

2) Mempersiapkan bekal untuk dunia dan akhirat

3) Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani

4) Menumbuhkan ruh ilmiah sehingga menghindarkan manusia

mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri

5) Menyiapkan murid agar mempunyai kemampuan tertentu,

sehingga dapat melakukan tugas dunia dengan baik, atau

singkatnya persiapan mencari rizqi.

Menurut penulis tujuan tersebut bersifat umum, tujuan pendidikan

dalam Al-Quran adalah pendidikan haruslah mengarah kepada pendekatan

diri kepada Allah, dan kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk

mencapai tujuan hidupnya yaitu tujuan dunia dan akhirat (Abidin Ibnu

Rusn, 2009 : 57)

Berbagai nash Al-Quran menyiratkan tujuan pendidikan islam

antara lain terdapat dalam QS Al-A’ruf ayat 96, QS Al-Imron ayat 103 dan

QS Al-Mujadalah ayat 11, dan masih banyak lagi.


22

Artinya: jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan


bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, mereka
kami siksa disebabkan perbuatannya. (QS Al-A’ruf : 96) (Departemen
Agama RI, 1982 : 989)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah


dengan sebenar-benarnya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan islam. (QS Al-Imron : 102) (Departemen Agama RI, 1982 :
657)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan


kepadamu “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
23

pengetahuan beberapa derajad dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS Al-Mujadalah : 11) (Departemen Agama RI, 1982 : 978)

H. Konsep Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak dalam A-Quran adalah perilaku yang mencerminkan sikap

terpuji yang tertanam dalam jiwa sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-

Quran (Ahuddin Nata, 2011 : 8)

Inti dari pengertian tersebut adalah bahwa manusia dituntut untuk

senantiasa berakhlak mulia agar tercipta hubungan yang baik dan akan

menjadikan seseorang saling menghormati dan menghargai.

Diantaranya yang pertama yaitu: akhlak terhadap Allah adalah

diterapkan dengan cara kita sebagai hambanya dan menempatkannya

sebagai dzat yang maha adil kodrat serta satu-satunya dzat yang kita

pertuhan. Yang kedua yaitu akhlak terhadap manusia meliputi: berbakti

kepada orang tua, menaati ulil amri, menghargai teman sejawat,

menyantuni yang lemah. Yang ketiga yaitu akhlak terhadap lingkungan

contohnya binatang dan tumbuhan.

2. Sumber Akhlak

Sumber bagi seorang muslim adalah berdasarkan Al-Quran dan Al-

Hadist. Akhlak yang bersumber dari akidah yang benar merupakan contoh

perilaku yang harus diikuti manusia, karena hanya inilah yang akan

mengantarkan mereka mendapat ridlo Allah dan akan membawa mereka


24

mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Berikut ini penulis akan

memaparkan sumber akhlak dari Al-Quran dan AlHadist sebagai berikut:

a. Hadist

Artinya: kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah


sesuatu yang tersirat dihatimu sedang kamu tidak menyukainya jika
dilihat orang lain. (HR Muslim) (Muhammad bin Ali Assyafi’i,
2000:207)

Artinya: sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah


untuk menyempurnakan akhlak manusia. (HR Muslim) (Bukhori,
Adabul Mufrod, hlm:273)

b. Al-Qur’an

Artinya: sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri


tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS Al-Ahzah : 21)
25

Artinya: seluruh (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan butuhlah mereka dengan cara
yang baik, sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui siapa
yang tersesat dijalannya dan dialah yang mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (QS Annahl : 125)

3. Fungsi Akhlak

Adapun fungsi akhlak sebagai berikut:

a. Memperkuat dan menyempurnakan agama

b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat

c. Menghilangkan kesulitan

d. Selamat hidup di dunia dan akhirat (Ahuddin Nata, 2011 : 173)

e. Menjadikan manusia sebagai insan kamil

4. Macam-macam Akhlak

a. Akhlak Terpuji

Adapun jenis-jenis akhlak terpuji itu adalah sebagai berikut:

1) Al-Amanah (Dapat dipercaya)

Sesuatu yang dipercaya kepada seseorang, baik harta, ilmu,

rahasia, atau lain yang dipelihara dan disampaikan kepada yang

berhak.
26

2) Al-Alifah (yang disenangi)

Orang yang bijaksana tentulah dapat menyelami segala

unsur yang hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian pada

segenap situasi yang senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan

yang penuh dengan aneka perubahan. Pandai mendudukkan sesuatu

pada proporsi yang sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkataan

dan perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota

masyarakat dalam pergaulan sehari-hari.

3) Al-Afwu (Pemaaf)

Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila

orang berbuat sesuatu pada diri kita karena khilaf atau salah, maka

patutlah disikapi dengan sikap yang lemah lembut sebagai rahmat

Allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafannya dan janganlah

mendendamnya, serta mohonlah ampun kepada Allah untuknya,

semoga dia menyadari akan tingkahlakunya dan bertaubat, lalu

berlaku baik dimasa depan dan akhirhayatnya.

4) Anie Satun (Manis Muka)

Menghadapi sikap orang yang menjemukkan, mendengar

berita fitnah yang memburukkan nama baik, dan harus disambut

semuanya itu dengan senyuman dan manis muka. (M. Yatimin

Abdullah, 2007 : 12)

b. Akhlak Tercela

Adapun jenis-jenis akhlak tercela itu adalah sebagai berikut:


27

1) Aniaya (Egois)

Manusia tidaklah hidup menyendiri, akan tetapi hidup

bermasyarakat, yakin bahwa hasil kita menanam kebaikan di

masyarakat nanti kita akan menuainya. Tetapi jika dampak yang

kita timbulkan itu buruk, maka masyarakat akan mederita dan

terkena dampaknya akibat keegoisan kita.

2) Al-Baghyu (Melacur)

Malacur dikecam masyarakat, baik laki-laki maupun

wanita. Walaupun mereka beralasan faktor ekonomi, mencari

kesenangan hidup, memuaskan hasrat seksualitas pada jalan yang

salah, jelas dilaknat oleh Allah.

3) Al-Bukhlu (Kikir)

Kikir adalah sifat yang tercela dan sangat dibenci Alllah,

karena Allah memerintahkan kita untuk berbagi terhadap sesama

dan tidak untuk kita sendiri.

4) Al-Kadzab (Pendusta)

Maksudnya sikap yang mengada-ada sesuatu yang

seharusnya tidak ada, dengan maksud merendahkan seseorang.

Kadang ia sendiri yang sengaja mendusta, dikatakannya orang lain

sebagai pelaku. Orang seperti ini tidak dipercaya orang lain. Di

dunia akan memperoleh derita, dan di akhirat ia akan menerima

dosa. (M. Yatimin Abdullah, 2007 : 15)


28

I. Konsep Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah suatu cara mendidik manusia (anak)

menjadi orang yang memiliki kepribadian, budi pekerti, atau usaha yang

dilakukan untuk membina kualitas budi pekerti dalam hubungannya

manusia dengan sesamanya, manusia dengan Tuhan dan bahkan manusia

dengan alam semesta.

Pendidikan akhlak merupakan latihan membangkitkan nafsu

rububiyah (ketuhanan) dan meredam nafsu syaithoniyah dikenalkan atau

dilatih mengenal perilaku yang mulia;seperti jujur, rendah hati dan

sebagainya. Dan dikenalkan perilaku yang tercela seperti dusta, takabur,

khianat dan sebagainya (Jauhari Muhtar, 2008 : 16)

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Dilihat dari berbagai definisi tentang pendidikan akhlak di atas

akar dasar pendidikan itu sendiri adalah tauhid, maka tujuan utama

pendidikan akhlak adalah agar manusia dalam kebenaran dan senantiasa di

jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah. Itulah yang akan

mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Metode Pendidikan Akhlak

Untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki diperlukan adanya

suatu metode atau cara. Demikian halnya dengan usaha menanamkan

pendidikan akhlak agar berhasil sebagaimana yang diharapkan. Diperlukan


29

proses melalui metode tertentu seperti yang dianjurkan agama islam.

Adapun metode-metode itu sebagai berikut:

a. Pendidikan dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang

saling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

membentuk anak didalam moral, spiritual dan sosial.

b. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan

Melakukan suatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara

konsisten dan terus menerus untuk waktu yang lama. Sehingga

perbuatan dan keterampilan itu benar-benar dikuasai dan diterimanya

menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikolog, proses

pembiasaan tersebut disebut conditionind, sebagai contoh perilaku

sholat yaitu dengan mengontrol gerakan-gerakan sholat anak, melatih

bacaan sholat yang benar, serta melatih untuk menahan diri dari

sesuatu yang membatalkan sholat. Tanamkan cara-cara sholat yang

benar, baik dalam gerakan maupun bacaan.

c. Pendidian dengan Nasehat

Metode lain yang penting dalam pendidikan pembentukan

keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial anak adalah

pendidikan dengan memberi nasehat. Sebab nasehat ini dapat

membukakan anak-anak pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya

menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia

dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam.


30

d. Pendidikan dengan Memberikan Perhatian

Yang dimaksud pendidikan dengan memberi perhatian adalah

mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa memantau

perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, disamping

selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan dengan hasil

ilmiahnya.

e. Pendidikan dengan Memberi Hukuman

Merupakan cara yang terakhir, ini berarti bahwa terdapat cara-

cara lain dalam memeperbaiki dan mendidik. Pendidik hendaknya

bijaksana dalam menggunakan cara hukuman yang sesuai, tidak

bertentangan dengan kecerdasan anak dan pendidikannya. Dismping

itu hendaknya tidak menggunakan hukuman kecuali setelah

menggunakan cara-cara lain. (Abdullah Nasih Ulwan, 2000 : 123)


31

BAB III

TAFSIR TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK QS AL-HUJURAT AYAT

11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-AHZAB AYAT 21

J. Tafsir QS Al-Hujurat Ayat 11-13

3. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Hujurat Ayat 11-13


32

Artinya:

(11) Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum


mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang
yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan
jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain karena boleh
jadi wanita-wanita yang diperolok-olok lebih baik dari wanita yang
mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,
seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa
yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.
33

(12) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari


prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
(13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-
Hujurat ayat 11-13)

4. Pengertian Secara Umum

Setelah Allah SWT menyebutkan apa yang patut dilakukan oleh

seorangg mukmin terhadap Allah ta’ala maupun terhadap nabi SAW dan

terhadap orang yan tidak mematuhi Allah dan Nabi-Nya, Dan bermaksiat

kepada-Nya yaitu orang fasik, maka Allah menerangkan pula apa yang

patut dilakukan oleh seograngg mukmin terhadap mukmin lainnya.

Dan barang siapa yang tidak bertaubat setelah ia melakukan

perbuatan itu, maka ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan

melakukan dosa besar. (Al Maraghi, Ahmad Mustofa, 199:hlm 221)

Allah menyebutkan bahwa tidak sepatutnya seorang mukmin

mengolok-olok orang mukmin lainya atau mengejeknya dalam celaan

ataupun hinaan, dan tidak patut pula memberinya gelar yang menyakitkan

hati, alangkah buruknya perbuatan itu. Dan barang siapa yang tidak
34

bertaubat setelah ia melakukan perbuatan seperti itu, maka berarti ia

berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar.

Ayat diatas memberikan petunjuk tentang beberapa hal yang harus

dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Allah berfirman : “Hai

orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria,

mengolok-olok kaum kelompok pria yang lain karena hal tersebut dapat

menimbulkan pertikaian walau yang diolok-olok kaum yang lemah apalagi

boleh jadi yang\ diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-

olok melakukan kesalahan yang berganda. Pertama mengolok-olok dan

yang kedua yang diolok-olok lebih dari mereka; dan jangan pula wanita-

wanita, yakni mengolok-olok terhadap wanita lain karena akan

menimbulkan keretakan hubungan antara mereka, apalagi boleh jadi

mereka, yakni wanita yang diperolok-olokkan itu lebih baik dari mereka.

Dan janganlah kamu mengejek siapapun secara sembunyi-sembunyi

dengan ucapan, perbuatan, atau isyarat karena ejekan itu akan menimpa

dirimu sendiri maka janganlah kamu mengejek-ejek atau memanggil

dengan gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu panggil. (M Quraish

shihab,2006:hlm 605).

Selanjutnya dalam ayat ke-12 mengisahkan tentang etika hubungan

tersebut dilanjutkan dengan larangan saling berburuk sangka, menghindari

mencari-cari kesalahan orang lain, membicarakan keburukan orang lain.

Agar terhindar dari perbuatan tersebut seseorang hendaknya meningkatkan

ketakwaan kepada Allah.


35

Dalam ayat ke-13 ini Allah SWT menyebutkan sesuatu yang

mendukung perintah untuk menghidari tersebut yaitu bahwa sesungguhnya

manusia itu berasal dari satu ayah dan satu ibu yaitu nabi adam dan ibu

hawa. Menurut konsep ilahiyyah, perbedaan warna kulit, suku dan bangsa

adalah bertujuan untuk saling mengenal. Perbedaan itu tidak dimaksudkan

untuk bertentangan atau unggul-unggulan satu sama lain, namun justru

perbedaan itu dimaksudkan untuk saling tolongmenolong, saling gotong

royong dalam kepentingan bersama.

5. Arti Kosa Kata QS Al-Hujurat Ayat 11-13

a. : Nama dan Kemashuran

b. : Janganlah kamu mencela dirimu


sendiri

c. : Janganlah saling mengejek dan


memanggil dengan gelar yang
buruk

d. : Jangan mengolok-olok

e. : Menjauhkan

6. Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat Ayat 11-13

Asbabun nuzul ayat 11 ini dalam satu riwayat dikemukakan

bahwa ada seorang laki-laki yang mempunyai banyak nama. Dia dipanggil

dengan nama tertentu agar orang tua itu tidak senang dengan panggilan itu.
36

(HR dalam Kitab Sunan Empat dari Abi Jubair Ibnu Dhuhak menurut

Imam Tirmidzi, Hadist Hasan) (Mahali,A Mujab,2002:hlm 769)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nama gelaran zaman

jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi Muhammad SAW memanggil

seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahu kepada Nabi

Muhammad SAW bahwa gelar itu tidak disukainya, maka turunlah ayat 11

ini yang melarang memanggil orang dengan gelar yang tidak disukainya.

(HR Al-Hakim dan lainnya dari Abi Jabir Ibnu Dhuhak) (ibid:hlm 769)

Dalam ayat 12 sebab diturunkannya, ada suatu riwayat ditemukan

bahwa ayat ini turun berkenaan dengan salman Al-Farisi. Apabila selesai

makan, dia segera tidur dan mendengkur, pada waktu itu yang

menggunjingkan perbuatan itu, maka turunlah ayat 12 ini. Dan melarang

seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang. (HR Ibnu Mudzir dari

Ibnu Juraij) (Ibid:hlm 770)

Untuk ayat 13 ini, dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ketika

fathu mekkah, maka bilal naik ke atas ka’bah untuk mengumandangkan

adzan. Melihat ini, maka ada beberapa orang yang berkata: “Apakah

pantas budak hitam seperti dia mengumandangkan adzan diatas ka’bah?”

maka berkatalah yang lainnya “Sekiranya Allah membenci orang lain pasti

Allah akan menggantikanya”.(ibid)

7. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Hujurat Ayat 11-13

tentang Pendidikan Akhlak


37

Didalamnya membahas tentang akhlak kepada sesama muslim

khususnya. Ayat ini dapat dijadikan pedoman agar terjadi kehidupan yang

selaras, harmonis, tentram dan damai. Sebagai makhluk sosial tentunya

tidak ingin merasa terganggu oleh manusia lainnya, oleh sebab itu

disinilah arti pentingnya bagaimana memahami agar hak (kekuatan diri)

tidak terganggu sehingga terciptanya kehidupan yang harmonis.

Nilai-nilai yang terdapat dalam QS Al-Hujurat ayat 11-13 tentang

pendidikan akhlak meliputi:

a. Menjunjung tinggi kehormatan kaum muslim

b. Bertaubat

c. Mempunyai sifat positif thinking

d. Saling mengenal satu sama lain (ta’aruf)

e. Pendidikan egaliter (persamaan derajat)


38

K. Tafsir QS Al-Isra Ayat 23-25

5. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Isra Ayat 23-25

Artinya:

(23) Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.
(24) Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
(25) Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu;
jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun
kepada orang yang bertobat. (QS Al-Isra ayat 23-25)
39

6. Pengertian Secara Umum

Setelah Allah menerangkan bahwa manusia itu ada 2 golongan :

segolongan amalnya menghendaki dunia saja, akibatnya mereka

mendapatkan siksa dan nasib yang buruk, dan segolongan yang lain, itulah

yang berhak mendapatkan ridho-Nya dan mendapatkan pahala dari-Nya.

Begitu pula Allah telah mempersyaratkan untuk memperoleh keridhoan

dan pahala seperti itu, hendaknya orang beramal demi akhirat, dan

hendaknya mereka beriman. Maka, tidak mengherankan, pada ayat ini

Allah menguraikan secara rinci baik sesame manusia akan mnimbulkan

rasa suka dan cinta diantara mereka. Dan itulah yang menjadi tujuan

agama dalam rangka memperbaiki keadaan individu maupun masyarakat.

Bahwasanya tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang

lebih banyak dibanding karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudia

karunia dua orang tua. Oleh karena itu, Allah memulai dengan

memerintahkan supaya bersyukur atas nikmatnya, kemudian dilanjutkan

dengan seruhan agar bersyukur atas karunia kedua orang tua yang

kemudian Allah menerangkan lebih jelas pernuatan baik, apa yang wajib

dilakukan kepada kedua orang tua. Apabila kedua orang tua atau salah

seorang diantaranya berada disisimu hingga mencapai keadaan lemah,

tidak berdaya dan tetap berada disisimu pada akhir umurnya, maka kamu

wajib memberikan belas kasih saying terhadap keduanya. Kamu harus

memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang bersyukur terhadap


40

orang yang memberi karunia kepadanya. (Al Maraghi,Ahmad

Mustofa,1993:hlm 56)

Dalam tafsir misbah disebutkan bahwa ayat ini menuntun agar apa

yang disampaikan kepada orang tua bukan saja benar dan tepat, bukan saja

juga yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu

masyarakat, tetapi juga harus yang terbaik dan termulia, dan kalaupun

seandainya orangtua melakukan “kesalahan” terhadap anak, kesalahan itu

harus dianggap tidak ada atau dimanfaatkan ( dalam arti dianggap tidak

pernah ada dan terhapus dengan sendirinya) karena tidak ada orang tua

yang bermaksud buruk terhadap anaknya.

Ayat ke-24 masih lanjutan tuntunan bakti kepada ibu bapak.

Tuntunan kali ini melebihi dalam peringkatnya dengan tuntunan yang lalu.

Ayat ke-24 ini memerintahkan anak bahwa dan rendahkanlah dirimu

terhadap merka berdua didorong oleh rahmat dan kasih saying kepada

keduanya, bukan karena takut atau malu dicela orang bilang tidak

menghormatinya dan ucapkanlah yakni berdo’a yang tulus:”wwahai

Tuhanku, yang memelihara dan mendidik aku antara lain dengan

menanamkan kasih pada ibu bapakku, kasihanilah mereka keduanya

disebabkan karena atau sebagaimana mereka berdua telah melimpahkan

kasih kepadaku Antara lain dengan mendidikku waktu kecil. (M Quraish

Shihab,2006:hlm 56)

Ayat diatas memberikan tuntunan kepada anak dengan

menyebutkan tahap demi tahap secara berjenjang keatas. Ia dimulai


41

dengan janganlah engkau mengatakan kepada kedauannya perkataan “ah”,

yakni jangan menampakkan kejemuan dan kejengkelan serta ketidak

sopanan kepadanya. Lalu, disusun dengan tuntunan mengucapkan kata-

kata yang mulia. Ini lebih tinggi tingkatannya daripada tuntunan pertama

karena ia mengandung pesan menampakkan penghormatan dan

pengagungan melalui ucapan-ucapan. Meningkatkan lagi dengan perintah

untuk berperilaku yang menggambarkan kasi sayang sekaligus kerendahan

dihadapan orang tua itu. Perilaku yang lahir dari rasa kasih sayang, yang

menjadikan mata sang anak tidak lepas dari orang tuanya, yakni selalu

memperhatiakan dan memenuhi keinginan mereka berdua. Akhirnya, sang

anak dituntun untuk mendo’akan orang tua sambil mengingat jasa-jasa

mereka, lebih-lebih waktu sang anak masih kecil dan tidak berdaya. Kini,

kalau orang tuapun telah mencapai usia lanjut dan tidak berdaya, sang

anakpun suatu ketika pernah mengalami ketidak bedayaan yang lebih

besar daripada yang dialami orang tuanya. (Ibid:hlm 70)

Selanjutnya meningkatkan lagi dengan perintah utuk berperilaku

yang menggambarkan kasih saying sekaligus kerendahan diahadapan

kedua orang tua. Perilaku yang lahir dari kasih yang menjadiakan mata

sang anak itu tidak lepsa dari orang tuanya. Yakni selalu memperhatikan

dan memenuhi keinginan mereka berdua. Akhirnya sang anak dituntun

mendo’akan mendo’kan orang tua, sambil mengingat jasa-jasa meeka,

lebih-lebih ketika sang anak masih kecil dan tidak berdaya dan sana anak
42

pun pernah mengalami ketidak berdayaan yang lebih besar daripada yang

sedang dialami oleh orang tuanya.

7. Arti Kosa Kata QS Al-Isra Ayat 23-25

a. : Yang matang (Berumur lanjut)

b. : Menghardik/membentuk

c. : Dan rendahkanlah

d. : Belas kasihan

e. : Kecil

8. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Isra Ayat 23-25 tentang

Pendidikan Akhlak

Surat Al-Isra ayat 23 menjelaskan tentang “berbicara kepada

orang tua dengan berbahasa yang sopan dan lemah lembut”. Dengan

gamblang Allah menyuruh anak untuk senantiasa menghormati orangtua

ketika anak berbicara dengan orang tuanya, hendaknya sepatah katapun

jangan menyakiti hati mereka, baik dari segi kandungan ucapan adalah

seperti membantah dan menolak. Adapun yang dimaksud dengan tata

Bahasa adalah seperti tutur kata yang kasar dan jelas.

Termasuk didalam akhlak berbicara dengan orang tua adalah

menggunakan tingkatan Bahasa yang halus, bukan Bahasa yang dipakai

kepada teman sejawat. Karena dalam ayat diatas dijelaskan, anak

diwajibkan mengucapkan tutur kata yang mulia. Tingkatan Bahasa yang


43

digunakan untuk berbicara kepada orang tua yang dihormati. Seperti orang

tua, kepala desa, dan guru. Karena itu sudah sehrusnya sang anak

menggunakan tingkatan kromo inggil ketika berinteraksi dengan orang tua.

Jika dalam tingkat kebahasaan saja Al-Qur’an memberikan

perhatian yang benar, tentunya tekanan pada Bahasapun demikian.

Seorang anak dilarang membentak, menghardik, dan memaki orang

tuanya. Jangan membentak dan mengucapkan kata “ah” saja dilarang keras

dalam Al-Qur’an. Karena itu, sang anak harus betul-betul berbicara

dengan baik dan lemah lembut kepada orang tuanya baik dari segi

kandungan ucapan maupn tata Bahasa yang digunakan.

Dalam surat Al Isra ayat 24, Allah mengingatkan anak supaya

bertindak terpuji dalam bergaul dengan orang tua, misalnya ketika sang

anak dihadapan orang tuanya, hendaknya ia merendahkan tubuhnya ketika

ia berjalan bersama mereka, hendaknya posisinya diatur sedemikian rupa.

Ia tidak boleh mendahului langkah mereka walaupun langkah mereka

lamban, ia harus berada dibelakangnya sungguh kurang sopan bila sang

anak mendahului langkah orang tuanya.

Surat Al Isra ayat 24 ini didepan menjadi adil yang kuat mengenai

kewajiban anak untuk mendo’akan orang tuanya. Diantara do’a yang

dipanjatkan adalah semoga Allah menyayangi keduanya sebagaimana

mereka menyayangi pada waktu kecil. Salah satu kemuliaan anak didunia

dan akhirat adalah kalau mendapatkan restu dan ridho orang tua, orang tua

akan sangat senang dan ridho jika sang anak mendo’akan tanpa
44

dimintapun, mereka akan mendo’akan keselamatan dan kebahagiaan sang

anak di dunia dan diakhirat. Do’a orang tua sangat mustajab, Rasulullah

SAW pernah bersabda : “ada 4 macam do’a yang dikabulkan oleh Allah

(mustajab) do’a seorang pemimpin yang adil, do’a seorang yang

mendo’akan saudara yang jauh, do’a seseorang yang teraniaya, dan do’a

orang tua kepada anaknya (HR. Abu nu’ain) (Al Ghozali, 2006:hlm 257)

Dalam surat Al Isra ayat 25 Thohir Ibnu Asy syur menulis bahwa

karena tuntunan ayat-ayat yang lalu harus didasari oleh keihlasan, yang

pada gilirannya seorang dapat melaksanakan tuntunan-tuntunan itu secara

sempurna, Allah menekankan bahwa Dia mengetahui apa yang terbentuk

dihati seseorang.

Dapat juga dikatakan dan hubungan ini yang lebih baik tuntunan

ayat-ayat menyangkut ibu bapak yang dikemukakan diatas, boleh jadi

mencemaskan sementara anak yang sesekali karena satu dan lain hal

berbuat sebaliknya. Untuk menghidarkan kecemasan itu, ayat ini

menegaskan bahwa : Tuhan kamu lebih mengetahui segala apa yang ada

dalam hati kamu, termasuk sikap dan upaya kamu menghormati orang tua

kamu. Allah akan mempertimbangkan dan memperhitungkannya”, jika

kamu orang-orang saleh, yakni selalu berusaha patuh dan hormat kepada

mereka dan hati kamu memang benar-benar hormat dan tulus, maka

sesekali kamu terlanjur sehingga berbuat kesalahan atau menyinggung

persaan mereka mohonlah maaf kepada mereka niscaya Allah memaafkan

kamu karena sesungguhnya Dia bagi orang-orang yang bertaubat Maha


45

Pengampun. Kata awwabin terambil dari kata aba-ya’ubu yakni kembali.

Al-awwabin adalah orang-orang yang kembali melakukan kebaikan serta

memperbaiki diri setelah ia pergi menjauh dari tuntunan Allah dengan

kedurhakaannya.

Menjelaskan isi kandungan dalam QS Al-Isra 23-25 tentang

pendidikan akhlak sebagai berikut:

a. Berbicaralah dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan dan

lemah lembut

b. Jangan membentak dan mengucapkan kata “ah” kepada orang tua

c. Berhati-hatilah dalam bertindak dan mengambil keputusan

d. Mendoakan kedua orang tua dengan sebaik-bainkya doa


46

L. Tafsir QS Al-Ahzab Ayat 21

4. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Ahzab Ayat 21

Artinya:

(21) Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu


teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan
Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah. (QS Al-Ahzab
ayat 21)

5. Pengertian Secara Umum

Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam kaum munafik dan orang-

orang yang lemah imannya ini ayat diatas mengarah kepada orang-orang

beriman, memuji sikap mereka yag meneadani sikap Nabi SAW. Ayat

diatas mengatakan: sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri

Rasulullah suri teladan yang baik bagi kamu, yakni bagi orang-orang yang

senantiasa mengharap rahmat kasih saying Allah dan kebahagian hari

kiamat serta teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat kepada Allah

dan menyebut-nyebut nama-Nya dengan banyak, baik dalam suasana

susah maupun senang.

Bias juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang

munafik yang mengaku memeluk islam, tetapi tidak mencerminka ajaran

islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata “laqad” seakan-akan ayat itu
47

menyatakan: “ kamu telah melakukan aneka kedurhakaan padahal

sesungguhnya ditengah kamu semua ada Nabi Muhammad SAW yang

mestinya kamu teladani”

Kata Uswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-Zamakhsyari, ketika

menafsirkan ayat diatas mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud

keteladanan yang terdapat pada diri rasul itu. Pertama dalam arti

kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti

terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat

peratama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama’.

Ayat ini, walau berbicara dalam konteks perang khandaq, ia

mencakup kewajiban meneladani beliau walau diluar konteks tersebut.

Karena Allah telah mempersiapkan tokoh agung ini untuk menjadi teladan

bagi semua manusia.

Pakar tafsir dan hokum Al Qurtubi mengemukakan bahwa dalam

soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal

keduniaan maka ia merupakan anjuran.

Abbas Mahmud dalam bukunya “Abqariyat Muhammad“

menjelaskan: ada 4 yaitu tipe manusia, pemikir, pekerja, seniman, yang

jiwanya larut dalam ibadah jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul

dalam dirinya dan dalam tingkat yang tertinngi dua dari kecenderungan

dari tipe tersebut dan mustahil keempatnya berkumpul pada diri seseorang.

Namun, yang mempelajari pribadi Muhammad akan menemukan bahwa

keempatnya akan bergambung peringkatnya yang tertinggi pada


48

kepribadian beliau. Berkumpulnya keempat tipe manusia itu dalam diri

rasul dimaksudkan agar seluruh manusia meneladani sifat-sifat rasul

(Muhammad).

Imam Al Qarafi merupakan ulama’ pertama yang menegaskan

pemilahan-pemilahan yang terperinci menyangkut sikap nabi Muhammad.

Menurutnya junjungan kita dapat berperann sebagai rasul, mukhti, hakim

agung dan pemimpin masyarakat dan dapat juga sebagai manusia yabg

memiliki kekhususan-kekhususan yang membedakanbeliau dari manusia-

manusia lain, seagaimana perbedaan seorang dengan lainnya.

6. Arti Kosa Kata QS Al-Ahzab Ayat 21

a. : Milik seseorang

b. : Mengharap

c. : Suri tauladan

d. : Ada

e. : Baik, bagus
49

7. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Ahzab Ayat 21 tentang

Pendidikan Akhlak

Nilai yang terkandung dalam QS Al-Ahzab ayat 21 adalah

sebagai berikut:

a. Sesungguhnya pada diri Nabi Muhammad SAW terdapat suri tauladan

yang baik dan patut kita contoh

b. Bagi orang-orang yang senantiasa mengharapkan kasih sayang Allah

hendaknya mereka banyak mengingat Allah (dzikir) dimanapun

mereka berada.
50

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS AL-HUJURAT AYAT

11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-AHZAB AYAT 21

M. Fungsi Pendidikan Akhlak

Fungsi pendidikan akhlak yang terdapat dalam Al-Quran terutama

yang terdapat dalam QS Al-Hujurat ayat 11-13, QS Al-Isra ayat 23-25 dan

QS Al-Ahzab ayat 21 tidak jauh berbeda dengan fungsi pendidikan akhlak

dalam islam pada umumnya. Adapun fungsi fungsi pendidikan akhlak dalam

islam antara lain: (Abdul Hakim Mahmud, 2004 : 166)

1. Mengetahui cara yang benar dalam berinteraksi dengan orang-orang

disekitar, seperti istri, anak, saudara, kerabat, teman dan tetangga.

2. Mendapatkan interaksi istimewa yang dengannya seseorang menjadi

peka dan peduli terhadap kegelisahan-kegelisahan yang terjadi dalam

masyarakat.

3. Akan terjaga kesucian diri, baik jiwa maupun raganya.

4. Dengan meninggalkan perilaku amoral berarti tidak memberi ruang

gerak kepada semua perbuatan buruk lagi tercela.

5. Suatu lingkungan yang masyarakatnya menghias diri mereka dengan

akhlak mulia dan menjaga diri dari sifat-sifat tercela, niscaya

lingkungan mereka akan mampu menjadi unsur positif dalam proses

pendidikan anak-anak mereka.


51

6. Dengan bersenjatakan akhlak terpuji, dengan menjauhkan diri dari

perilaku tercela, maka seseorang dapat melaksanakan tugasnya yaitu

berdakwah dan menagakkan amar ma’ruf nahi munkar serta jihad

fisabilillah.

N. Analisis Pendidikan Akhlak

Manusia sebagaimana ditegaskan dalam islam sebagai agama

paripurna tidak akan memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat

kecuali jika menyambah Allah semata. Dengan hanya menyembah Allah,

maka tujuan penciptaan manusia akan tercapai. Mendidik seseorang dengan

nilai-nilai akhlak adalah menjadikannya mempunyai akhlak terpuji dan

menjauhkannya dari akhlak tercela. Inilah yang diajarkan islam untuk

menjamin stabilitas masyarakat, sehingga seorang individu dapat hidup

dengan aman dan tentram.

Disamping itu, jika setiap individu dalam satu masyarakat bermoral

baik dan menjauhi perilaku yang buruk, maka mereka akan dapat hidup

bersama dengan penuh kedamaian dan ketentraman. Mereka akan saling

ridho dan saling percaya. Ketika seorang ridho terhadap dirinya sendiri yaitu

ketika ia mempunyai akhlak terpuji dan jauh dari perilaku tercela, ia akan

mencintai semua hal yang positif dan ia pun selalu berharap kepada orang

lain untuk dapat melakukan hal-hal yang positif juga.

Berkaitan dengan hal yang disebutkan dalam QS Al-Hujurat ayat 11-

13 yang menjelaskan tentang hal yang menjunjung tinggi kehormatan kaum

muslimin, bertaubat, pendidikan husnudzan (berprasangka baik), saling


52

mengenal satu sama lain dalam berinteraksi sosial dan berlomba-lomba untuk

meraih kemuliaan yang abadi dalam masalah beramal soleh dan berbuat

kebaikan.

Dalam QS Al-Isra ayat 23-25 ini lebih menekankan tentang konsep

birrul walidain yang mana kita harus patuh kepada kedua orang tua dan tidak

berkata kasar terhadap keduanya. Selain itu, kita diwajibkan untuk

mendoakan dan memohonkan ampunannya kepada Allah.

Sedangkan dalam QS Al-Ahzab ayat 21 ini menetapkan tentang

konsep pendidikan akhlak yang mulia yang bersumber dari Nabi Muhammad

SAW sebagai paras yang utama dan suri tauladan yang baik bagi umat islam.

Dari ketiga surat diatas, dapat kita pahami bahwa pendidikan akhlak

tersebut terdapat dalam ruang lingkup pendidikan akhlak terhadap Allah,

pendidikan akhlak terhadap kedua orang tua dan pendidikan akhlak terhadap

semua makhluk hidup. Sehingga sangatlah penting pendidikan akhlak

diutamakan sejak dini untuk mencapai kebahagiaan baik dari dunia maupun

kebahagiaan akhirat.

Pendidikan akhlak juga dapat mempengaruhi perkembangan suatu

negara. Hal ini dapat terlihat melalui pemerintahan yang para pemimpinnya

memegang teguh hukum islam dan mempraktekkan etika-etikanya dalam

menjalankan roda pemerintahan. Jika pemimpin itu menjalankan

pemerintahan dengan tetap berpegang teguh pada hukum islam dan nilai-nilai

akhlak dan berlaku adil, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik.

Akan tetapi jika mereka tidak berpegang teguh pada semua hal itu, maka yang
53

ada hanyalah ketidakadilan terhadap rakyat, berlaku semena-mena dan negara

itu tidak akan berkembang menjadi negara yang maju dan tertinggal dari

negara-negara lain.

Jadi, pendidikan zaman sekarang hendaknya tidak hanya fokus pada

peningkatan mutu ilmu dan keterampilan saja, melainkan juga harus

memperhatikan segi akhlak dan moral yang bersumber dari agama islam.

Berbicara tentang pendidikan, tidak hanya berbicara tentang ilmu

dan keterampilan akan tetapi juga menyangkut soal akhlak. Contoh lain

adalah remaja yang mabuk-mabukan, pecandu obat terlarang, perzinaan,

pelanggaran terhadap keormatan dan membudayanya perkataan kotor dan

cacian, penyimpangan moral ini semakin hari semakin bertambah dan malah

buka menurun atau berkurang.

Perintah yang berkurang di masyarakat erat kaitannya dengan

keberhasilan pendidikan. Betapa banyak lembaga-lembaga pendidikan baik

secara formal ataupun non formal, dalam pendidikan luar sekolah semakin

hari tumbuh berkembang majelis-majelis ta’lim, bagaikan jamur dimusim

hujan akan tetapi, semua itu belum mampu memecahkan solusi terbaik untuk

pembinaan generasi yang lebih baik.

Pendidikan akhlak juga dapat mempengaruhi berkembangnya suatu

Negara. Hal ini dapat terlihat melalui pemerintahan yan para pimpinannya

menjalankan hokum islam dan memperaktekkan etika-etika islam dalm

menjalankan pemerintahannya. Jika pemimpin itu menjalankan pemerintahan

dengan tetap berpegang teguh pada hokum islam dan nilai-nila akhlak dan
54

berlaku adil, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik, tetapi bila

mereka tetap berpegang teguh pada semua itu maka yang ada hanyalah

ketidak adilan terhadap rakyatnya. Dan Negara itu tidak berkembang menjadi

Negara yang maju tetapi tertinggal dari Negara lain.

Relevansi pendidikan akhlak terhadap perkembangan pendidikan

zaman sekarang, dapat terlihat dalam penerapan pendidikan akhlak itu

sendiri. Individu atau masyarakat yang berinteraksi dengan yang lain didalam

lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat menunjukan

iman yang dimilikinya dan menerapkan seluruh ajaran islam dalam setiap

tingkah laku sehari-hari dalam pendidikan akhlak, aktualisasi nilai-nilai islam

perlu dipandang sebagai suatu persoalan yang penting dalam usaha

penanaman idiologis islam sebagai pandangan hidup. Namun dalam usaha

aktualisasi nilai-nilai moral islam memerlukan proses yang lama, agar

penanaman tersebut buakn sekedar dalam formalitas namun telah masuk

dalam dataran praktis. Untuk itu, perlulah kiranya menghubungkan factor

penting kebiasaan, memperhatikan potensi anak didik, juga memerlukan

bentuk-bentuk dan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan anak

didiknya.

Bentuk pendidikan akhlak ada yang secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung yaitu cara-cara tertentu yang ditujukan langsung

kepada pembentukan akhlak, Antara lain : teladan, nasehat, latihan, dan

hadiah. Sementara pendidikan akhlak yang tidak langsung yaitu cara-cara


55

tertentu yang bersifat pencegaha dan penekanan, Antara lain : koreksi dan

pengawasan, larangan, hukuman dan sebagainya. Dari bentuk-bentuk

pendidikan akhlak ini diharapkan nilai-nilai islam (akhlak) dapat menjadi

kepribadian anak didik artinya bukan hanya bersifat formal dalam ucapan dan

teori belaka akan tetapi sampai pada tingkat pelaksanaan dalam kehidupan.

Dengan demikian muncul persoalan-persoalan baru, yaitu hilangnya

salah satu atau berbagai standar nilai kemanusiaan dan meningkatnya angka

kriminalitas yang didasari atau tidak, bahwa efek samping kejadian dan

peristiwa tersebut telah berpengaruh terhadap perkembangan akhlak (moral).

Persoalan tersebut tidak lepas dari persoalan pendidikan yang kurang

memperhatikan kepada pendidikan akhlak.


56

BAB V

KESIMPULAN

O. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan uraian pada bab sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

7. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah

sebagai berikut:

a. Pendidikan akhlak yang menjunjung tinggi kehormatan sesama

muslim.

b. Pendidikan akhlak untuk menghindari sifat-sifat yang tercela

seperti mengolok-olok, saling mencela, memanggil dengan gelar

yang buruk, berperasangka buruk, mencari kesalahan orang lain,

dan menyebutkan sesuatu keburukan orang lain.

c. Pendidikan sosial kemasyarakatan yang meliputi hubungan antara

sesama manusia dan hubungan antara sesama muslim.

8. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 23-25 adalah

sebagai berikut:

a. Berbicara kepada orang tua dengan bahasa yang sopan dan lemah

lembut.

b. Merendakhan tubuh dihadapan orang tua dengan penuh kasih

sayang.
57

c. Mendoakan kedua orang tua dan memohonkan ampunan kepada

Allah.

d. Berhati-hati dalam melangkah, karena langkah kita selalu diawasi

oleh Allah.

9. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 adalah

sebagai berikut:

a. Mencontoh perbuatan Nabi Muhammad SAW dan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Barang siapa yang mengharapkan dirinya berada di sisi Allah,

maka berpegang teguhlah kepada Allah dan datangnya hari kiamat.

10. Relevansi konsep pendidikan akhlak dalam Al-Quran surat Al-Hujurat

ayat 11-13, surat Al-Isra ayat 23-25 dan surat Al-Ahzab ayat 21 dalam

konteks pendidikan akhlak pada masa sekarang.

Relevansi pendidikan akhlak terhadap perkembangan

pendidikan zaman sekarang, dapat terlihat dalam penerapan pendidikan

akhlak itu sendiri, individu atau masyarakat yang berinteraksi dengan

yang lain di dalam lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.

Konsep akhlak adalah bagaimana seseorang dapat

menunjukkan iman iman yang dimilikinya dan menerapkan seluruh

ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari dalam pendidikan

akhlak. Konsep nilai-nilai islam perlu dipandang sebagai suatu

persoalan pandangan hidup. Namun demikian dalam usaha konsep

nilai-nilai moral islam memerlukan proses yang lama, agar penanaman


58

tersebut bukan sekedar formalitas namun telah masuk dalam dataran

praktis. Untuk itu, perlulah kiranya menghubungkan faktor penting

kebiasaan, memperhatikan potensi anak didik, juga memerlukan

bentuk-bentuk dan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan anak

didiknya.

P. Saran

Pendidikan islam merupakan pendidikan yang tidak hanya

menerapkan sisi kognitif saja, lebih dari itu adalah aspek sikap (afektif). Oleh

karenanya perlu adanya usaha untuk memotifasi dan mendukung

pembentukan pribadi muslim yang tangguh (pemeluk agama yang taat)

dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Al-Hadist. Tercapainya pendidikan

islam tersebut sangat tergantung kepada tekad, semangat dan kinerja para

pendidik agama islam itu sendiri. Karena hanya tekad dan semangat yang

kuatlah akan menunjang serta mendorong tercapainya hasil yang sempurna.

Hal itu tentu harus disadari oleh kemampuan-kemampuan dasar sebagai

pekerja profesional. Sehingga secara terpadu dapat mewujudkan tujuan

pendidikan islam seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka penanaman nilai-nilai

akhlak harus diterapkan dengan menggunakan metode yang tepat. Metode-

metode tersebut diantaranya adalah metode keteladanan, pembiasaan,

nasehat, perhatian, dan memberikan hukuman.

Peranan orang tua sebagai pendidik utama tidak kalah pentingnya

dalam mewujudkan proses belajar mengajar dengan baik. Oleh karena itu,
59

perhatian keluarga terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Quran termasuk

memahami kandungannya harus ditanamkan sejak dini, walaupun dalam

takaran yang sangat sederhana. Sehingga nilai-nilai Al-Quran dan pesan-

pesan yang ada didalamnya dapat terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Q. Penutup

Syukur alhamdulillah atas kehadiran Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini yaitu penulisan skripsi sebagai syarat meraih

gelar sarjana program strata 1 dalam bidang Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

pada Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini baik dari isi atau

pembahassannya sangat sederhana, banyak terdapat kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik guna membangun kesempurnaan

skripsi ini.

Demikian penulis maaf atas segala kekurangan dan kesalahan serta

penulis berdoa pada Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Amin.


60

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Ibnu Rusn. 2009. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan.


Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Ahmad D. Marimba. 2007. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.

Ahmad Tafsir. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Semarang: PT.


Karya Toha Putra.

Ahuddin Nata. 2011. Akhlak dalam Al-Qur’an. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1993. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi.


Semarang: CV. Toha Putra

Ali Asyari bin Muhammad. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia.

Ali Muhammad bin Hasyiyah Abi Jumroh. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Ali Zainuddin. 2006. Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafica

Alim Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja


Rosda karya.

Arifin, Muzayyiz. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bukhori. 2003. Adabul Mufrod. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahan. Semarang: PT.


Karya Toha Putra.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Fuat Ihsan. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta

Jauhari Muhtar. 2008. Pendidikan Akhlak dalam Islam. Jakarta: Rhineka Cipta

Khoiri, Nor. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jepara: Institut Islam


Nahdhotul Ulama.

Komaruddin, dkk. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi
Aksara.
61

M. Yatim Abdullah. 2007. Study Ahlaq dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta:


Amzah

Mahmud, Ali Abdullah. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.

Moleong, Lexi J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nasihulwan, Abdullah. 2000. Tarbiyatul Aulad. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nazir, Muh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Poerwa Darminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Quraisy. 2007. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu


dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT. Mizan

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Syafei, Rahmat. 2003. Aqidah Akhlak dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Ubbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Ulwan, Abdul Nasih. 2000. Tarbiyatul Aulad. Jakarta: Gema Insani Press

Yunus, Mahmud. 2004. Tafsir Al-Quran Karim. Jakarta: PT. Hidakarya


Agung.

Zakiah Daradjut. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rhineka Cipta.


62

Anda mungkin juga menyukai