SKRIPSI
Oleh
RADEN SANDI M
NIM.SPI152168
PEMBIMBING :
H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D
Abdul Razak, S.Hi., M.IS
َ ُلَ ُه ْمأَجْ ُر ُه ْم ِعند ََربِ ِه ْم َو ََل َخ ْوفٌعَلَ ْي ِه ْم ََٰو ََل ُه ْميَحْ َزن
َٰون
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-
benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka
akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S Al-Baqarah (2):62).1
1
Q.S Al-Baqarah (2):62
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja hak-hak politik yang
dimiliki warga negara non-Muslim sebagai pemimpin dalam pandangan hukum
Islam dan hukum positif dan status warga negara non-Muslim sebagai pemimpin.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Library Research dengan pendekatan
normative dan konseftual, adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan
kajian kepustakaan yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang-
Undang, Al-Qur’an, Hadits serta pendapat ulama dan ahli hukum di Indonesia.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data seperti pengumpulan data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan diantaranya hak politik non-Muslim dalam Islam yaitu hak
mengeluarkan pendapat dalam masalah politik, hak untuk berserikat dan
berkumpul, hak untuk menduduki jabatan umum dalam pemerintahan, adapun hak
politik non-muslim dalam hukum positif yaitu hak untuk memilih dan dipilih
untuk menduduki jabatan umum dalam pemerintahan, hak untuk memberikan
suara dalam pemilu, hak persamaan dimuka hukum. Dan status warga negara non-
Muslim sebagai pemimpin.Dalam hukum Islam Dan hukum positif keduanya
mengakui hak persamaan dan kebebasan bagi setiap manusia.
vi
PERSEMBAHAN
baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ku dari alam
kegelapan menuju alam yang terang menderang ini, dengan ketulusan dan
1. Kedua orang tua ku, Ayah Raden Sulaiman dan Ibu Rts Leni Marlina serta
kedua kakek dan nenekku yang tercinta dengan ketulusan doa dan kasih
keberhasilan penulis.
2. Keempat adik ku RD.Septian Dwi Putra, R.M. Hajri, Rd. Syahban al-
Syaraffi dan RTS. Syifa Qurratul A’in yang saya banggakan yang
Akbar, Welly, Serli, Mas Rahman, Arif, Rizki, Ilham, panut atas
5. Almamater Tercinta
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
memberikan hidayahnya sehingga dengan atas izinnya skripsi ini dengan bejudul:
yang Agung, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah dan semoga kita sebagai umat nya
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena nya dalam kesempatan ini
1. Prof. Dr. H. Su’adi Asy’ari, MA. Ph. DSelaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Dr. A.A Miftah, M.. Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI. Selaku Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan
dan kerjasama.
viii
6. Abdul Razak, S.Hi., M.IS Selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara
Negara.
8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, untuk itu para
Saya berharap semoga hasil penelitian ini betapapun kecil kiranya dapat
dalam pemerintahan sesuai dengan syariat Islam dan hukum positif yang berlaku
Raden Sandi M
NIM. SPI152168
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...…i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ......................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR....................................................................... iv
MOTTO………………………………………….………….………………….v
ABSTRAK. ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI…………..………..………………………………….…………..... x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………..…xii
BAB I :PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ............................................................. 6
D. Karangka teori ........................................................................................ 6
E. Tinjauan pustaka ................................................................................... 11
F. Metode penelitian ................................................................................. 13
G. Sistematika penulisan ........................................................................... 15
BAB II :WARGA NEGARA NON-MUSLIM DALAM HUKUM ISLAM
A. Definisi Warga Negara Non-Muslim ................................................... 17
B. Hak Dan Kewajiban Warga Non-muslim............................................. 20
C. Pendapat Ulama Terhadap Hak Politik Warga Negara Non-Muslim... 28
BAB III :STATUS KEWARGANEGARAAN NON-MUSLIM DALAM
HUKUM POSITIF
A. Definisi Warga Negara ......................................................................... 38
B. Hak dan Kewajiaban Warga Negara .................................................... 42
C. Pendapat Ahli Hukum Terhadap Hak Politik Warga Non-Muslim ...... 48
BAB IV :PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Hak Politik Warga Negara Non-Muslim Sebagai Pemimpin Menurut
Hukum Islam Dan Hukum Positif ……………………………………50
x
B. Adakah Pebedaan dan Persamaan Hak Politik Warga Negara Non-
Muslim Sebagai Pemimpin dalam Pandangan Hukum Islam Dan
Hukum Positif ....................................................................................... 57
BAB V :PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR SINGKATAN
2. H : Hijriah
4. HLM : Halaman
7. RI : Republik Indonesia
12. UU : Undang-Undang
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
pemilu, kemudian hak untuk memilih dan hak untuk dipilih sebagai kepala Negara
aman, damai, dan teratur, maka perlu dipilih seorang pemimpin yang akan
oleh seseorang terhadap orang lain untuk dapat bekerja sama dalam mencapai
2
Dudi Badruzaman, Hak-Hak Politik Warga Negara Non-Muslim Sebagai Pemimpin
Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Volume 9, No.1,
Maret 2019, hlm 1
3
Dwi Apriani, “Hukum Mengangkat Non-Muslim Menjadi Pemimpin (Ditinjau Dari
hukum Islam dan Hukum Positif)”, Skripsi,Fakultas Syariah UIN Raden Fatah palembang,2017,
hlm 1
Kepemimpinan dalam islam adalah sesuatu yang niscaya karna ia
Allah dan Rasulnya. Karena itu kaum Muslimin tidak dibenarkan mengangkat
pemimpin berasal dari kalangan non-Muslim. Namun dalam ayat tersebut tidak
secara spesifik menyebutkan ciri-ciri seorang pemimpin, seperti dalam surat Al-
ٍ ض ُه ْم أ َ ْو ِل َيا ُء َب ْع
ض َو َم ْن ُ ارى أ َ ْو ِل َيا َء َب ْع
َ صَ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَتَّ ِخذُوا ْال َي ُهودَ َوال َّن
َالظا ِل ِمينَّ َّللا ََل َي ْهدِي ْالقَ ْو َم
َ َّ َيت ََولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم فَإِ َّنهُ ِم ْن ُه ْم ِإ َّن
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka
adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang lalim”.5
Dalam ayat yang lain juga disebutkan bahwa terdapat larangan bagi non-
4
Nanang Tahqiq, Politik Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm 123
5
Al-Maidah (5) : 51
2
َٰ
َ ُون ْال ُمؤْ ِمنِينَ ۖ َو َم ْن َي ْفعَ ْل ذَلِكَ فَلَي
ْس ِ ََل َيتَّ ِخ ِذ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ْال َكافِ ِرينَ أ َ ْو ِل َيا َء ِم ْن د
ير
ُ صِ َّللا ْال َم
ِ َّ سهُ ۗ َو ِإلَى َّ ش ْيءٍ ِإ ََّل أ َ ْن تَتَّقُوا ِم ْن ُه ْم تُقَاة ً ۗ َويُ َحذ ُِر ُك ُم
َ َّللاُ َن ْف ِ َّ َِمن
َ َّللا ِفي
Artinya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali(mu)”.6
sebagai pemimpin kaum Muslimin karena beberapa ayat dalam Al-Qur’an secara
jelas menyatakan demikian, seperti yang dijelaskan pada ayat diatas. Disisi lain,
terletak pada apakah pemimpin harus orang islam atau tidak, namun yang
Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Salah satu statement Ibnu Taimaiyah yang paling
terkenal adalah: “lebih baik dipimpin oleh pemimpin yang kafir yang adil,
bukan berarti Indonesia adalah Negara Islam. Dengan kata lain, seharusnya hal ini
tidak menghambat apabila sosok calon pemimpin yang berasal dari agama selain
6
Al-Imran (3) : 28
7
Abdul Tholib Kholik, Pemimpin Non-Muslim Dalam Perspektif Ibnu Taimiyah, Jurnal
Studi Keislaman, Vol. 14, No. 1, Juni 2014, hlm 60-61
3
seperti sekarang ini, siapapun yang memenuhi kriteria sebagai pemimpin dapat
dalam hukum positif dan di dalam UUD 1945 tidak ada penjelasan secara eksplisit
dan melarang kepemimpinan non Muslim. Tidak ada satupun UU dan Pasal yang
kandungan dalam pembukaan UUD 1945 mejelaskan bahwa tidak ada perbedaan
ikut serta dalam pemerintahan yaitu hak dipilih dan memilih, hak dipilih
merupakan bagian dari HAM yaitu hak politik, hak untuk dipilih dapat digunakan
public. Pengaturan mengenai hak untuk dipilih terdapat dalam pasal 21 UDHRC,
kemudian terdapat dalam pasal 24 kovenan internasional hak sipil dan politik,
pasal 27 ayat 1 dan pasal 28D ayat 3 Undang-Undang Negara RI tahun 1945,
8
Lulu Nadziroh, “Pemimpin Non-Muslim Menurut Ibnu Taimiyah dan Relevansinya
dengan Kontoversi Pilkada di DKI Jakarta Tahun 2017”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum
UIS Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017, hlm 3
9
Amanda Rahmat Hidayat, “Kepemimpinan Non Muslim Menurut Fiqh Siyasah dan
Hukum Tata Negara Indonesia”, Skripsi, Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, 2017, hlm
19-20
4
yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memiliki agama yang berbeda dengan
kebanyakan masyarakat DKI Jakarta. Wakil Gubernur itu dapat menjadi Gubernur
terpilihnya Jokowi pada pemilu tahun 2014 tepatnya Jokowi menjabat sejak 20
Oktober 2014 ia terpilih bersama wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Sejak
itu pula yang semulanya Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta digantikan oleh
ini membuat masyarakat bingung akan suatu kepemimpinan yang dipimpin oleh
memilih pemimpin yang tidak seagama dan adapula yang berpendapat bahwa hal
tersebut diharamkan dan dengan adanya hal ini pula dapat berdampak ajaran-
Jakarta tahun 2017 yang menuai banyak pro dan kontra mengenai calon gubernur
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak-hak politik bagi warga Negara non muslim menurut hukum
5
2. Bagaimanakah status warga Negara non muslim sebagai pemimpin di
1. Tujuan penelitian
2. Kegunaan penelitian
a. secara teoritis
b. Secara praktis
c. Secara akademis
fakultas agar mendapat gelar sarjana strata satu (S1) pada jurusan
D. Karangka teori
dengan istilah ‘Imam’ yang berarti ikutan bagi kaum, dan berarti setiap
6
orang yang dikuti oleh kaumyang sudah berada pada jalan yang benar
ataupun mereka yang sesat. Imam juga bisa diartikan sebagai pemimpin
seperti ketua atau yang lainnya. Kata imam juga digunakan untuk orang
pada pengertian tersebut politik yang berasal dari kata polis yang berarti
Negara bisa yang baik, karenanya setiap Negara harus memiliki suatu
aturan main yang disebut undang undang juga diartikan sebagai bentuk
raja, dan melaksanakan aturan pemerintahan dalam hal ini semua lapisan
10
Umar Sidiq, Kajian Dalam Islam: Kajian Tematik AL-Qur’an Dan Hadist, Jurnal
Dialogia, Vol. 12 No. 1juni 2014, hlm 128-129
11
Dwi Apriani, Ibid. hlm 17
7
masyarakat yang mengakui kekuasaan seorang pemimpin. Gabriel A.
4. Hak Politik Warga Negara merupakan bagian dari hak-hak yang dimiliki
Lebih luas hak politik itu merupakan bagian dari hak turut serta dalam
bagian yang amat penting dari demokrasi. Hak ini bahkan dapat dikatakan
sebagai pengejawantahan dari demokrasi, sehingga jika hak ini tidak ada
dalam suatu negara, maka negara tersebut tidak semestinya mengakui diri
beberapa hak-hak dasar politik yang inti bagi warga negara diantaranya;
UUD 1945, tercantum adanya keberadaan hak politik sipil dalam beberapa
12
Gabriel A. Almond dalam Basri Seta, Pengantar Ilmu Politik, Jogjakarta: Indie Book
Corner, hlm 3
8
berkumpul dan menyatakan pendapat; dan pasal 31 ayat 1 tentang hak
serta memiliki hak dan kewajiban penuh sebagai seorang warga negara di
adalah semua orang yang secara hukum merupakan anggota resmi dari
kafir karena tidak mempercayai dan tidak mengimani atau tidak memeluk
Allah dan kebenaran yang terhampar dengan jelas di alam raya ini.15
13
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2941-hak-politik-warga-negara-
sebuah-perbandingan-konstitusi.html, Diakses Pada Tanggal 22 Maret 2019, Pukul 22.50 WIB
14
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-warga-negara.html,Diakses Pada
Tanggal 22 Maret 2019. Pukul 21.40 WIB
15
Rohmat Syaruffudin, Pengangkatan Pemimpin Non-Muslim Dalam Al-Qur’an (Studi
Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah), Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2016, hlm 67
9
7. Hukum Islam adalah system hukum yang bersumber dari wahyu agama,
tinggi dan tidak bisa disamakan dengan hukum. Sebab hukum dalam
8. Hukum positif disebut juga ius constitutum yang berarti kumpulan asas
dan kaidah hukum tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat
kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang ada pada saat ini sedang
berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau
antara lain dilihat dari sumbernya, bentuknya, isi materinya dan lain
sebagainya.18
16
Nourzaman Shiddiqi, Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993), hlm 603
17
I. Gede Pantja Astawa, Dinamika Hukum dan ilmu Perundang-Undangan di
Indonesia.(Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm 56
18
http://perpustakaan.mahkamah.agung.go.id/, diakses pada tanggal 19 Maret 2016,
pukul 23.30 wib.
10
E. Tinjauan pustaka
akan diteliti agar dapat menambah wawasan penelitian dalam hal tersebut. Dalam
sebagai berikut:
Taimiyah dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2017, dan boleh tidaknya
19
Lulu Nadziroh, “Pemimpin Non-Muslim Menurut Ibnu Taimiyah dan Relevansinya
Dengan Kontrversi Pilkada Di DKI Jakarta Tahun 2017”, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, skripsi (Mei 2017), hlm 2
20
Rahmat Syariffudin, “Pengangkatan Pemimpin Non-Muslim Dalam Al-qur’an (Studi
penafsiran M.Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah)”, Mahasiswa UIN Walisongo
Semarang,Skripsi (Januari 2016), hlm 2
11
3. Skripsi Amanda Rahmat Hidayat yang berjudul “kepemimpinan Non-
Muslim sebagai pemimpin dalam hukum Islam dan hukum positif, status warga
ulama dan para ahli hukum dalam mengangkat non-Muslim sebagai pemimpin,
pemimpin, kemudian juga terdapat perbedaan yang cukup jelas yang mana
Hukum Tata Negara Indonesia”,Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung, Skripsi,(oktober 2017),
hlm 2
12
F. Metode penelitian
tertentu agar penelitian dapat berjalan secara terarah dan mencapai hasil yang
ini adalah:
1. Pendekatan Penelitian
yakni dengan menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan
ini berfokus pada konsep atau teori yang menjelaskan atau menggambarkan
masalah atau fenomena yang sedang diteliti, dan menjalin atau menghubungkan
a. Jenis Penelitian
penelitian ini dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data skunder. 22Dalam
22
Juliansyah Noor, metode penelitian, Jakarta. Kencana prenada media grup, 2011,hlm 33
13
hal ini penulis membandingkan antara hukum islam dan hukum positif mengenai
b. Sumber data
berikut :
23
Kartini, Kartono, pengantar teknologi riset sosial, mandar maju, bandung, 1996, hlm 28
14
c. Membaca dan menelaah serta mengolah buku-buku atau bahan bacaan
lain.24Pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa
G. Sistematika penulisan
menjadi pijakan bagi penulis skripsi.Bab ini berisikan tentang latar belakang
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode
dalam hukum Islam serta definisi, Hak dan kewajiban Warga Negara non-Muslim
dan pandangan ulama terhadap hak politik warga negara non-Muslim. Dalam
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, Bandung, Alfabeta, 2004, hlm
244
15
babini menjelaskan Ketentuan Hak-hak politik warga negara non-Muslim dalam
hukum Islam
Selanjutnya dalam Bab III berisi tentang warga Negara non muslimdalam
hukum positif dengan sub Bab Hak dan Kewajiban warga Non Muslim serta
pandangan para ahli hukum terhadap hak politik warga negara non-Muslim.
hak politik warga negara non-Muslim sebagai pemimpin dan Adakah Perbedaan
dan Persamaan Hak-Hak Politik Warga Negara Non Muslim sebagai pemimpin
16
BAB II
Secara umum waraga negara non Muslim dapat didefinisikan sebagai para
pnganut agama selain agama Islam yang menjadi warga negara non Muslim
agama, ras, dan kultur sebagai kehendak Allah. Islam hanya tidak mengakui
non Muslim adalah akidahnya yang termanifestasi kan dengan memeluk agama
lain sama dengan Islam. Meskipun kdemikian, Islam meyakini adanya pluralitas
25
Mujar Ibnu Syarif,Hak-Hak Politik Non Muslim dalam Komunitas Islam,(Bandung:
Angkasa, 2005). Hlm 30
26
Anas Urbaningrum, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurkholis Majid, Republika, Jakarta,
2004, hlm. 146
17
Adapun di dalam Al-Qur’an non Muslim disebut sebagai kafir, hal ini
dikarenakan mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasuk-nya.Kata kafir sendiri
menyembunyikan kebaikan yang telah diterima, dan dari segi akidah, kafir berarti
kehilangan iman.Kafir terbagi menjadi tiga bagian yang pertama, kafir harbi yaitu
ingin memecah belah orang-orang mukmin dan bekerja sama dengan orang-orang
yang telah memerangi Allah Swt dan rasulnya sejak dahulu. Yang kedua kafir
Mu’ahad yaitu non-Muslim yang terikat komitmen dengan kaum muslimin untuk
tidak saling bermusuhan, kafir mu’ahad barasal dari darulharbi, tetapi mereka
telah disepakati bersama. Oleh karena itu, mereka harus dilindungi hak-hak dan
Islam.27
Atas dasar ini kedaulatan Negara Islam atas warga nya yang bukan Islam
yang tinggal dalam wilayah negara Islam dengan ketentuan bahwa ia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama dengan Muslim. Kedudukan ini terjadi melalui
suatu perjanjian yang disebut perjanjian zimmah yang dibuat dengan penguasa
Muslim. (wali amri), yang kedua adalah Musta’min adalah seseorang yang masuk
ke negara Islam dengan tidak bermaksud berdiam selamanya, tetapi tebatas dalam
27
Rohmat Syariffudin, Ibid, hlm 35
18
waktu tertentu dan melalui suatu perjanjian yang dinamakan “perjanjian
Pembagian dunia menjadi dar-al-Islam, darl al-harb dan darl-al ahdi belum
dikenal baik pada masa nabi, maupun pada periode khulafa Al-Rasyidin.Kedua
istilah ini baru muncul sekitar abad kedua dan ketiga hijriyyah (sekitar abad ke 8
dan 9 M).28pada kedua abad inisering berkobar api peperangan antar kaum
Muslim yang sering terlibat perang dengan kaum Muslimin itu disebut dar al-harb
(wikayah perang). Jadi ijtihad yang berkenaan dengan pemberian nama tersebut
pengawasan PBB.
Definisi ahl al-dzimmah berasal dari dua kata yang terpisah yaitu ahl dan
dzimmah.Secara etimologis kata ahl berarti kabilah atau suku dan sanak keluarga
atau kerabat. Dalam lisa al-Arab, Ibn Manzur mendefinisikan kata al-ahl dengan
makna yang berbeda-beda sesuai dengan kata al-amr (ahl al-amr), berarti orang
yang mengurusi masalah tersebut. Jika disambungkan dengan kata al-rajun (ahl al-
28
Mujar Ibnu Syarif, Ibid, hlm 32
29
Syamsul H Adi Untung, Sikap Islam Terhadap Minoritas Non-Muslim, Volume 12,No
1, Maret 2014, hlm 33
19
Sedangkan secara terminology, ahl al-dzimmah memiliki makna khusus
yang telah dikenal dalam tradisi keilmuan Islam. Mereka adalah orang pemilik
perjanjian, pemilik tanggungan dan pemilik jaminan, yang disebut dalam hukum
fikih sebagai orang-orang yang mendapat jaminan Allah dan Rasulnya serta kaum
Muslim untuk hidup dengan aman dan tentram di bawah perlindungan Islam di
ahli kitab yang telah baligh, berakal, merdeka, laki-laki, mampu berperang dan
hukum dan kekuasaan Allah Swt sehingga masuk dalam perlindungan kaum
mengadakan perjanjian untuk patuh terhadap peraturan dan hukum Islam sehingga
memiliki ikatan dan menjadi bagian dari penduduk negara Islam yang mendapat
jaminan perlindungan.
Hak pokok pada warga Negara non-muslim pada islam klasik, melekatkan
hak dan kewajiban yang berbeda dari warga muslim pada umumnya. Mereka tidak
30
Mary Silvita, “ Islam dan Kaum Minoritas Non Muslim dalam Piagam Madinah”
Jurnal Refleksi, Volume 13 No 3, 2012. Hlm 333
20
Dalam kitab fiqih klasik merupakan kalangan yang dituntut dengan
sejumlah kewajiban, tetapi tidak mendapatkan hak yang sejajar dan setara sebagai
Jika kita merujuk pada praktik kenegaraan islam yang dicontohkan oleh
Rasulullah sebelumnya maka akan kita dapati bahwa semangat yang diusung
Muslimin bebas menjalankan agamanya dan memberikan hak warga Negara untuk
seperti dalam sebutan Rasulullah untuk warga Negara daulah Islamiyyah dalam
undang-undang Madinah bahwa mereka semua adalah umat yang sama dengan
kaum mu’minin.31
perjanjian yang telah disepakati dengan kaum Muslimin. Perjanjian yang muara
pada jaminan mendapatkan hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga Negara
Islam yang dilindungi tersebut akan berlaku selama ia hidup dan bagi anak
31
Farid Abdul Khalid, Ibid
21
perjanjian yang telah disepakati dan bukan karena berniat melakukan
tersebut.
menyangkut keamanan Negara saj mereka mempunyai hak yang sedikit terbatasi.
nyata oleh fakta sejarah bahwa mereka (ahl al-dzimmah) dijamin mendapatkan
hak-hak nya.
kaum muslimin untuk dapat hidup dan memiliki ikatan dibawah naungan Islam
dengan aman dan damai, mereka ini yang dalam istilah sekarang berststus warga
Negara dalam suatu Negara islam. Selanjutnya mereka yang telah mendapatkan
jaminan tersebut harus dilindungi dan diperlakukan sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.
Adapun hak-hak yang diperoleh oleh non-muslim selama berstatus ahl al-
luar maupun dari dalam wilayah islam. Ibn Hazm mengatakan: “sudah
merupakan Ijmak umat Islam, bahwa apabila kaum kafir datang kenegeri
22
wajib atas kita memerangi mereka dengan segala kekuatan dan senjata,
bahkan kita harus siap mati untuk itu demi menjaga keselamatan orang
pihak luar dar al-Islam. Sehingga menjadi kewajiban bagi pemimpin kaum
tawanan Islam saja kepada Ibn Taimiyah, namun beliau menolak kecuali
untuk memeluk agama yang diyakini tanpa ada tekanan dan ancaman
dalam bentuk apapun. Menurut ajaran Islam, setiap orang yang berhak
agamanya agar memeluk agama lain, apalagi untuk memeluk agama Islam.
32
Syamsul H Adi Untung, Sikap Islam Terhadap Minoritas Non-Muslim, Volume 12,No
1, Maret 2014. Hlm 39-40
23
Artinya: tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.33
ditekankan dan dijaga, selain terkandung dalam ayat diatas hak tersebut
ayat-ayat berikut:
َارا َّ َوقُ ِل ْال َح ُّق ِم ْن َر ِب ُك ْم ۖ فَ َم ْن شَا َء فَ ْليُؤْ ِم ْن َو َم ْن شَا َء فَ ْل َي ْكفُ ْر ۚ إِ َّنا أ َ ْعتَ ْدنَا ِل
ً لظا ِل ِمينَ ن
اب
ُ ش َر َ س َرا ِدقُ َها ۚ َوإِ ْن َي ْستَ ِغيثُوا يُغَاثُوا ِب َماءٍ َك ْال ُم ْه ِل َي ْش ِوي ْال ُو ُجوهَ ۚ ِب ْئ
َّ س ال َ أ َ َحا
ُ ط ِب ِه ْم
ت ُم ْرتَفَقًا
ْ سا َء
َ َو
Artinya: dan katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,
dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
33
QS. Al-Baqarah : 256
34
QS. Yusuf : 99
24
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.35
ِد ْينِ َو ِلىَ ِد ْينُ ُك ْملَ ُك ْْم
Artinya: untukmu lah agamamu, dan untukkulah agamaku.36
keputusan orang-orang yang tidak menerima Islam dan tidak ada tekanan-
Dalam hal ini kaum Dzimmi memiliki hak kedudukan yang sama
adanya keistimewaan lebih dari kaum Muslimin atas kaum Dzimmi atas
35
QS. Al-Kahfi : 29
36
QS. Al-Kafirun : 06
25
peluang, usaha dan pekerjaan. Non-Muslim tidak dihambat kesempatannya
Hal ini di dasarkan atas ijmak para sahabat di masa al-khulafa al-
kewajiban jizyah bagi kaum dzimmi yang tidak mampu lagi untuk bekerja.
jabatan kepala negara. Dalam hal ini tidak dapat dipegang oleh mereka
yakni sebagai perwakilan Nabi SAW, dan jelas tidak mungkin seorang
dapatkan dalam hak ini dapat diterima oleh akal sehat dan logis, karena
26
tidak mungkin tidak masuk akal seseorang yang bukan beragama Islam
kaum dzimmi, kecuali sedikit jabatan kunci misalnya menjadi kepala Negara dan
mereka selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dengan kata lain hanya
orang Islam lah yang mempunyai hak untuk menduduki jabatan kepala dan
majelis syura, karena jabatan tersebut akan menjadi penentu lahirnya kebijakan-
menunjukan bahwa fakta sejarah telah banyak berbicara tentang sikap adil dan
toleran yang ditunjukan jika Islam berkuasa, hingga mereka (ahl al- dzhimmah)
pemerintahannya.
Dalam Islam sebelum warga menuntut hak nya warga Negara haruslah
37
Subehan Khalik, Hak-Hak Kaum Minoritas Dalam Hukum Islam, Jurnal al-daulah,
Volume. 5/No.2/Desember 2016, hlm 419-423
27
a. Mentaati peraturan-peraturan hukum umum yang berlaku yang tidak
1. Ulama Klasik
warga negara, serta hak pada baytulmal dan jaminan baytulmal bagi para manula.
rakyat daulah islamiyah tanpa ada perbedaan, mereka berbeda pendapat dalam dua
Kebangkitan Islam Dalam Perbincangan para Pakar, Gema Insani Press, Jakarta, 1998, hlm 23
39
Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, (Jakarta: Amzah,2005), hlm 167
28
masalah yaitu: pertama, berhubungan dengan kewenangan umum dan tugas-tugas
kesepakatan dan ada beberapa tugas-tugas tinggi yang tidak bisa dipegang oleh
kaum non-Muslim sebab harus adanya syarat Islam pada orang yang melakukan
tugas itu, seperti tugas pemimpin negara dan tugas pemimpin kementerian atau
tugas perdana menteri, juga tugas komandan meliter serta tugas pemimpin
wilayah atau Gubernur. Sama dengan pendapat Abu A’la al-Maududi mengatakan
tugas lainnya, boleh saja non-Muslim memegangnya.Hal ini dapat diterima karena
mengamalkan dasar yang telah lama dikenal manusia dan dipraktikkan dinegara
bukan negara Islam, dahulu dan sekarang, yaitu bahwa dalam persamaan hak-hak
perkara negara sesuai asas-asas Islam, dan tidak ada tugas lain untuk dewan
40
Abu A’la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam,PT Bumi Aksara,
Jakarta,2008, hlm 307
41
Farid Abdul Khaliq, Ibid. hlm 167
29
pemerintahan melaksanakan system fundamental ini. Oleh karena itu orang-orang
yang tidak percaya atau mengimani asas-asas Islam tidak ada hak bagi mereka
Sebagaimana mereka juga tidak sah ikut serta dalam memilih orang-orang yang
memberikan suara kepada dewan parlemen daerah, sebab dewan ini tidak
َّللا َوالَّذِينَ َآو ْوا َ ِإ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َوهَا َج ُروا َو َجا َهدُوا ِبأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأ َ ْنفُ ِس ِه ْم فِي
ِ َّ س ِبي ِل
اج ُروا َما لَ ُك ْم ِم ْن ِ ض ۚ َوالَّذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُ َه ُ ص ُروا أُو َٰلَئِكَ َب ْع
ٍ ض ُه ْم أَ ْو ِل َيا ُء َب ْع َ َو َن
ص ُر ِإ ََّل
ْ ِين فَعَلَ ْي ُك ُم ال َّن
ِ ص ُرو ُك ْم فِي الد ِ ش ْيءٍ َحتَّ َٰى يُ َه
َ اج ُروا ۚ َوإِ ِن ا ْستَ ْن َ َو ََل َي ِت ِه ْم ِم ْن
ير
ٌ صِ َّللاُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َب ٌ َعلَ َٰى قَ ْو ٍم َب ْي َن ُك ْم َو َب ْي َن ُه ْم ِميث
َّ اق ۗ َو َ
42
Inti Wulandari, “Studi Pemikiran Abu Al-A’la Al-Maududi Tentang Hak-Hak Politik
Non-Muslim Dalam Islam”, skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo,(Semarang:
2018),hlm 60
43
Q.S. Al-Anfal : 72
30
Menurut imam Al-Ghazali, tenteng pengawasan dan syarat-syarat
diperhitungkan itu adalah ulil amri, sebab hal itu sama saja meminta hukum
kepada non-Muslim terhadap Muslim, dan itu mengandung penghinaan bagi yang
Muslim atas non-Muslim dan atas kaum muslimin. Ayat diatas tidak dapat
Muslim. Karena menurut Ibnu Qayyim yang telah disimpulkan oleh Syaikh
undangan untuk masalah ini pasti menyimpulkan bahwa syariat Islam menerima
44
Q.S. An-Nisa : 141
45
Inti Wulandary, Ibid. hlm 62
31
seperti rujuk, pernikahan, kesucian air dan najis, serta kehalalan sembelihan dan
Adapun dalam ayat diatas menunjukan bahwa didalam kata Al-Sabil tidak
orang yang beriman. Dalam realita, kesaksian dan putusan pengadilan ditegakan
untuk menetapkan kebenaran yang pasti akan jelas bagi hakim lewat cara apa saja,
mengelabuhi hakim46
Pakistan ini. Anda boleh menjadi pengikut agama apapun. Pilihan itu sama sekali
tidak ada hubungannya dengan urusan Negara. Kita akan memulai negara ini
dengan prinsip yang mendasar ini. Kita semua adalah warga negara yang setar.
Dia percaya bahwa: “seiring jalannya waktu, anda akan melihat orang Hindu yang
tidak lagi menjadi muslim, bukan dalam pengertian agama, karena itu merupakan
46
Farid Abdul Khalid, Ibid. hlm 173-174
47
Inti Wulandary, Ibid. hlm 65
32
2. Ulama kontemporer
dalam masyarakat Islam dalam memilih dan dipilih sebagai anggota dewan dari
sudut pandang Islam, Dr. Abdul Karim Zidan berkata dalam masalah yang
berhubungan dengan hak memilih dan dipilih, serta hak partisipasi dalam memilih
Presiden di negara Islam: “ menurut kami, hukum yang paling jelas adalah boleh,
keagamaan sebagai mana dulu. Oleh karena itu, ia bukanlah kekhalifahan yang
banyak dibicarakan oleh para fukaha sekalipun masih ada sedikit makna yang
kekhalifahan yang diberikan oleh rasullullah Saw dalam memelihara agama dan
kafir dzimi untuk ikut memilih presiden, sebagai kiasan atas dilarangnya mereka
pemilihan umum sebab mereka tidak dilarang unutk ikut serta dalam urusan-
pemusyawaratan rakyat dan pencalonan dirinya sebagai anggota dewan, kami juga
33
seumpamanya, dan ini adalah perkara-perkara yang tidak ada larangan bagi orang-
fiqih atau syari’ah tradisional adalah model toleransi tanpa peduli jika dilihat dari
kaca mata HAM. Alasannya, karena konsep ini dalam praktek disertai oleh
Islam atas yang lain, meskipun konsep ini masih lebih baik ketimbang kondisi
kaum Muslimin dalam masyarakat agama lain. Baginya problem hak-hak non-
Islam sebagai sebuah keyakinan masih tetap mengandung problem, yaitu problem
penafsiran warisan lama yang tidak dibaca dalam pengertian modern. Karenanya,
qur’an yang menajdi rujukan syari’ah, termassuk teks-teks yang berkaitan dengan
juga bisa dilihat dari konsep pluralism Islam. Baginya, penganut agama lain harus
48
Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, (Jakarta: Amzah, 2005) hlm, 178-179
34
dalam Islam, hak non-Muslim dalam Islam untuk menjadi menteri dan menduduki
Menurut Ibnu Taimiyyah system adalah hal penting, tetapi yang terpenting
adalah seseorang yang menduduki jabatan atau kekuasaan harus memenuhi syarat
konsultasi dan Bai’at, kedua memenangkan dukungan dari kalangan Ahl Asy-
Asyaukah atau unsur pemegang kekuasaan dalam masyarakat, dan yang ketiga
memiliki syarat kekuatan pribadi dan dapat dipercaya dengan sikap jujur, amanah,
Atas dasar macam itu, maka kemudian Ibnu Taimiyyah mengatakan “lebih
baik dipimpin oleh pemimpin kafir yang adil, daripada dipimpin oleh pemimpin
Undang. Hal ini menurut Munawir Sjadzli disebabkan faktor, kepluralan, sejarah
49
Inti Wulandary, Ibid. hlm 68-69
50
Abu Tholib Kholiq, “PemimpinNon-Muslim Perspektif Ibnu Taimiyyah”, Jurnal Studi
Keislaman, Volume 14 NO.1 Juni 2014, h.83
35
dan geografis Indonesia, sehingga warga negara mempunyai hak yang sama. Dari
terletak dibagian barat dan sebagian lagi di bagian tengah Indonesia, sedangkan
kepluralan masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama
Muslim tidak diberikan hak warga negara yang sama dengan warga negara
negara Indonesia adalah negara nasional kebangsaan yang disatukan oleh wilayah
jika terdapat diskriminasi yang disebabkan oleh faktor agama maka kesatuan
Pendapat senada antara lain dianut oleh Abdurrahman Wahid yang dikutip
dalam buku Mujar Ibnu Syarif menyatakan bahwa warga negara non-Muslim
memiliki hak-hak, termasuk hak untuk menjadi pemimpin suatu negara Islam.
Adalah sesuatu hal yang sangat wajar tegasnya jika orang Islam memilih seorang
calon yang beragama Islam sebagai kepala negara.Akan tetapi, mereka haurs
51
Munawir Djadzali, Islam Dan Tata Negara, UI, Prees, Jakarta, 1992, hlm 66
36
menerima prinsip bahwa setiap warga negara, termasuk non-Muslim di negara
Islam, mempunyai hak untuk menjadi kepala negara. Dan Abdurrahman Wahid
tidak setuju apabila surat Ali Imran ayat 28 dijadikan sebagai alasan untuk tidak
Karena yang dilarang Allah adalah menjadikan mereke “awliya” yang berarti
52
Http://Yahya-Ibrahim.blogspot.com/2010/06/Hak-Politik-Non-Muslim-Dalam-
Islam.Html?1, Diakses pada tanggal 22-09-2019. Pukul 20.30 Wib
37
BAB III
STATUS KEWARGANEGARAANNON-MUSLIM
negara merupakan semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara.
Mereka secara sosiologis lazim dinamakan dengan rakyat dari negara tersebut,
yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan
Penduduk yang mendiami suatu negara ditinjau dari segi hukum terdiri
dari warga negara (staatsburgers), dan orang asing.Penduduk adalah orang yang
dengan sah bertempat tinggal tetap dalam suatu negara sah artinya, tidak
tempat tinggal tetap dalam negara yang bersangkutan. Selain penduduk dalam satu
wilayah negara ada orang lain yang bukan penduduk (niet-ingezetenen), misalnya
seorang wisatawan yang berkunjung dalam suatu negara, dan orang asing yang
Penduduk terbagi dengan warga negara asli dan orang asing. Warga negara
53
Prof. dr. Lintje Anna Marpaung, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Andi Offset, 2018), hlm 21
38
kewarganegaraan di negara lain yang berada diluar wilayah negaranya dan berada
yang melekat pada persoalan kartu tanda penduduk ataupun untuk melengkapi
mempunyai kedudukan yang khusus yaitu hubungan timbale balik antara negara
negaranya yang mncakup hak sipil, hak politik, hak asasi ekonomi, sosial dan
Pasal 26 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “yang menjadi warga negara
ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
setelah perubahan yang kedua yang berbunyi “Hal-hal mengenai warga negara
54
Pasal 26 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945
39
dan penduduk diatur dengan undang-undang”.Maka dibuatlah peraturan
1946 tentang warga negara dan penduduk Indonesia, UU No.62 Tahun 1958
berdasarkan tempat negara kelahiran (ius soli) itu secara terbatas artinya asas ius
soli tersebut hanya dilakukan terbatas bagi anak-anak, jadi bukan berlaku apabila
keberadaan tersebut sudah terjadi jika yang ditemukan adalah seorang anak yang
dewasa.
40
kewarganegaraan juga dapat diperoleh kembali melalui prosedur yang telah
adalah.56
2. Orang yang tidak termasuk kedalam golongan tersebut diatas akan tetapi
turunan dari seseorang dari golongan itu dan lahir bertempat kedudukan
dan kediaman dalam daerah Indonesia, dan orang itu bukan turunan
seorang dari golongan termaksud yang lahir dan bertempat kedudukan dan
didalam daerah negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun atau telah
kawain.
Naturalisasi.
4. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapaknya,
5. Anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah bapaknya yang mempunyai
6. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang pada
55
Mirza firmansyah, Kewarganegaraan RI dan Kehilangan Kewarganegaraan RI
Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2006, Jurnal : Fakultas Hukum Universitas Sumatra
Utara Medan, 2013, hlm 4-5
56
Pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun 1946
41
7. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir di dalam daerah negara Indonesia yang oleh bapaknya
9. Anak yang lahir didalam negara Indonesia, yang tidak diketahui siapa
10. Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum yang berlaku dalam
Indonesia.
negara. Hukum positif di suatu Negara tidaklah sama dengan hukum positif yang
berlaku di Negara lain. Perbedaan terletak dari pada konstitusi yang menjadi dasar
dan sumber pembuatan hukum positif yang dimaksud hukum positif itu dapat
jika selama kurang lebih 4 tahun setelah kemerdekaan dilakukan UUD 1945 maka
selama kurun waktu sekitar 8 bulan berlaku konstitusi RIS hampir di seluruh
Indonesia, akan tetapi konstitusi ini diganti dengan UUDS 1950 yang kemudian
UUD 1945.
Ketiga konstitusi ini berbeda satu sama lain. UUD 1945 yang sangat
singkat itu hanya mencantumkan pada pasal 28 tentang HAM dengan penanaman
42
hak warga negara, sedangkan konstitusi RIS dan UUDS 1945 merinci HAM
secara detail dalam 30 pasal yang ternyata cenderung memiliki kesamaan dengan
tubuh UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain sebagai hukum positif,
hukum, sosial, dan budaya. Ini berarti subtansi HAM di pembukaan UUD 1945
amat luas tetapi disayangkan kurang mndapatkan penjabaran yang lebih rinci
dalam batang tubuh UUD 1945 oleh karenanya MPR melalui penetapan Nomor :
XVII/1998 maupun perubahan kedua UUD 1945 pasal 28 sampai dengan pasal
28J lebih memperjelas dan merinci mana yang meruoakan HAM, kewajiban
warga Negara.
memang memiliki hak-hak yang fundamental sebagai hak-hak asasi nya tetapi
harus dituntut untuk dapat menghargai, menghormati dan menjujung tinggi hak
asasi Individu yang lain, hal itu berarti dalam menjalankan hak asasinya setiap
individu tidak dapat mengabaikan apalagi melanggar hak asasi individu yang lain.
57
Johan Yasin, Hak Asasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara Dalam
Hukum Positif Indonesia, Jurnal. Hlm 8-9
43
A. Hak kemerdekaan
setelah hak hidup. Dalam hal ini hak hidup tidak dapat dipaparkan secara rinci,
diberbagai literature yang pernah dibuatnya, akan tetapi hak kemerdekaan menjadi
Hak dipilih dalam hukum positif sebagai pemenuhan hak asasi manuisa,
ketentuan ini diatur dalam pasal 43 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
a. Setiap warga Negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pilihan
58
Umi Din Nurzanah Br. Sembiring, “Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Hasan Al-
Banna”, Jurnal Al-Lubb, Vol. 2, No.1, 2017, hlm 248-249
59
Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, tahun 1999,
pasal 43
44
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan
pemerintahan.
hukum. Hak persamaan dalam hukum adalah hak memperoleh perlakuan yang
sama dan adil dalam keadilan hukum dan pemerintahan. Hukum merupakan suatu
dari segenap masyarakat umtuk mencapai suatu keadaan yang ideal, dan upaya
segala bentuk regulasi dan deregulasi. Melalui pengaturan ini pula diharapkan
oleh masyarakat itu sendiri. Singkatnya hukum hadir untuk membimbing manusia
Hak warga Negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga
kata lain hak warga Negara merupakan suatu keistimewaan yang menghendaki
60
Umi Din Nurzanah Br. Sembiring, Ibid. hlm 259
45
kewajiban warga Negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan
warga Negara dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus
diperbuat oleh seseorang warga Negara sesuai dengan keistimewaan yang ada
Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban
warga Negara itu timbul atau bersumber dari Negara.Maksudnya negaralah yang
memiliki peranan yang jelas dalam pengaplikasian dan penegakan hak serta
kewajiban tersebut.
Di dalam UUD 1945 tidak ada perbedaan hak dan kewajiban bagi muslim
dan non-muslim karna didalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara
hak asasi manusia yang tegas dan diatur di dalam UUD RI 1945, pernyataan
61
Undang-Undang Dasar RI Pasal 29 ayat 2
46
Adapun hak warga negara menurut UUD 1945 adalah :
1. Hak warga negara untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6
ayat 1)
2. Hak warga negara untuk memiliki kedudukan sama dalam hukum (Pasal
27 ayat 1)
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar depelihara negara. (Pasal 34 ayat 1)
10. Hak warga negara untuk mendapatkan rasa aman atas apa yang
5. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (Pasal 30 ayat 1).
62
Undang-Undang Dasar RI dan Perubahannya, Penabur Ilmu, Jakarta, hlm 8-27
47
6. Wajib mengikuti pendidikan dasar
lebih-lebih jabatan kepresidenan adalah merupakan sesuatu yang naïf, sebab hal
tersebut tidak hanya bertentangan dengan UUD 1945, tapi juga melukai hati
rakyatnya.64
masyarakat Indonesia saat ini.“Saya melihat ditingkat rakyat tidak ada masalah
April 2017.
mengakui dan melindungi semua agama. Bung karno bilang kalau orang Islam
ingin Indonesia negara yang Islami ya pilih pemimpin Islam, begitu juga kalau
63
Mirza firmansyah, Ibid, hlm 13
64
Mujar Ibnu Syarif, ibid. h.35
48
ingin gedung-gedungber-letter Kristen ya pilih pemimpin non-Muslim, itu semua
Order bahwa dengan hilangnya hak memilih dan dipilih sebagian warga
negara,secara tidak langsung negara telah melanggar hak-hak asasi manusia yang
pada saat ini sedang gencar-gencarnya didengungkan oleh sebagian besar negara-
secara hukum tidak boleh di munafikan. Boleh-boleh saja dari segi hukum67
65
http://www.opinibangsa.id/2017/ mahfud-md-persoalan-di-masyarakat-
bukan.html?m=l, diakses pada 25/7/2019 jam 21.45
66
http://digilib.unila.ac.id/98495/4/PEMBAHASAN.pdf, di akses pada 25/7/2019 jam
22.00
67
http://www.merdeka.com/politik/al-az...non-muslim.html, di akses pada 26/7/2019 jam
23.15
49
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
hak politik tersebut, kecuali hak dipilih atau mencalonkan diri sebagai kepala
negara Islam.
memiliki seluruh hak politik termasuk hak untuk memilih dan dipilih atau
negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam semisal
sedikit jabatan kunci, semisal kepala negara, terbuka bagi kaum dzimmi, dengan
kata lain, hanya orang Islam lah yang punya hak untuk menduduki jabatan kepala
negara.
negara dalam sebuah negara Islam adalah disebabkan karena negara Islam,
itu, orang-orang Islam sajalah yang berhak menjadi kepala negara.Disetiap negara
50
ideologis, tegas al-Maududi, posisi-posisi penting dalam negara pastilah hanya
ideologisnya dan mampu menyelenggarakan sesuai dengan isi dan jiwa ideology
itu sendiri.
tugas-tugas pemerintahan.
hak warga negara sama dalam memperoleh kesempatan untuk meraih jabatan
tidak adilnya jika non-Muslim tidak diberikan hak warga negara yang sama
hak menjadi kepala negara di dalam negara Islam, dan belian tidak setuju apabila
51
surat al-imran ayat 28 dijadikan sebagai alasan untuk tidak membolehkan non-
Muslim menjadi pemimpin dalam sebuah negara Islam. Karena yang dilarang
Allah adalah menjadikan mereka Awliya yang berarti teman atau pelindung buka
Adapun didalam hukum positif hak politik warga negara non-Muslim telah
diatur dalam UUD 1945 dan Undang-undang dimana Indonesia mengakui adanya
sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan dan kepercayaan menjadi salah satu
hak asasi manusia yang tegas dan diatur dalam UUD RI 1945 pasal29 ayat 2
kepercayaannya itu”.
Sementara itu hak dipilih secara rinci diatur dalam UUD 1945 mulai dari
pasal 27 ayat 1 yang berbunyi “segala warga negara kedudukannya sama didalam
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal 28D ayat 3 yang
berbunyi, “setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
HAM, yang berbunyi, “ setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih
yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
69
Http://Yahya-Ibrahim.blogspot.com/2010/06/Hak-Politik-Non-Muslim-Dalam-
Islam.Html?1, Diakses pada tanggal 22-09-2019. Pukul 20.30 Wib
52
Dan selanjutnya didalam International Convenant On Civil and Political
bahwa setiap warga negara harus mempunyai hak dan kesempatan yang sama
tanpa perbedaan apapun dan tanpa pembatasan yang tidak wajar untuk
menunjukan bahwa, setiap orang sebagai warga negara memiliki hak untuk dipilih
tanpa melihat perbedaan fisik, ras, agama, dan jenis kelamin.Hak untuk dipilih
merupakan hak yang berlaku bagi setiap warga negara non-Muslim. Semua
peraturan diatas menyebutkan bahwa untuk ikut serta dalam pemerintahan baik
untuk memilih dan dipilih merupakan hak seluruh warga negara Indonesia secara
mempunyai hak dipilih karena tidak ada satu aturan yang menghalangi non-
M.D, Todung Mulya Lubis, Jimly Asshiddiqie yang mengatakan bahwa secara
hukum percalonan non-Muslim tidak berbenturan dengan hukum yang ada karena
dengan hilangnya hak memilih dan dipilih sebagai warga negara, secara tidak
langsung negara telah melanggar hak-hak asasi manusia yang ada pada saat ini
53
sedang didengungkan oleh sebagian besar negara-negara di dunia berupa hak
Pada hakikatnya di dalam Islam umat manusia antara satu sama lain tidak
ada perbedaan, mereka semua sama, yakni sama-sama keturunan adam. Selain itu
di dalam Islam umat manusia seluruhnya, tanpa memandang lantar belakang etnis,
ras, bahasa, gender, jenis kelamin, dan lain-lain, termasuk agama dan keyakinan
sebuah ayat:
ت َوفَض َّْلنَا ُه ْم َّ ََولَقَ ْد َك َّر ْمنَا َب ِني آدَ َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ْال َب ِر َو ْال َبحْ ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم ِمن
ِ الط ِي َبا
يل ً ض ِ ير ِم َّم ْن َخ َل ْقنَا تَ ْف
ٍ ع َل َٰى َك ِثَ
prinsip pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia sebagai hak dasar
tersebut ditekankan pada tiga hal, yaitu: persamaan manusia, martabat manusia,
dan kebebasan manusia. Berdasarkan ayat diatas yang dimaksud keturunan adam
adalah seluruh umat manusia yaitu Muslim maupunnon-Muslim, oleh karena itu
70
http://www.opinibangsa.id/2017/ mahfud-md-persoalan-di-masyarakat-
bukan.html?m=l, diakses pada 25/7/2019 jam 21.45
71
QS. Al-Isro, ayat. 70
54
maka tidak ada larangan non-Muslim yang merupakan warga negara yang
memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan warga negara Muslim.
Muslim sebagai pemimpin dalam Al-Qur’an yakni surat Ali-Imran ayat 28, Al-
طا َنةً ِم ْن دُو ِن ُك ْم ََل َيأْلُو َن ُك ْم َخ َب ًاَل َودُّوا َما َع ِنتُّ ْم قَ ْد
َ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَتَّ ِخذُوا ِب
ِ ور ُه ْم أ َ ْك َب ُر ۚ قَ ْد َب َّي َّنا لَ ُك ُم ْاْل َيا
ت ۖ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُ ُ صد َ ت ْال َب ْغ
ُ ضا ُء ِم ْن أ َ ْف َوا ِه ِه ْم َو َما ت ُ ْخ ِفي ِ ََبد
َتَ ْع ِقلُون
ٍ ض ُه ْم أ َ ْو ِل َيا ُء َب ْع
ض َو َم ْن ُ ارى أ َ ْو ِل َيا َء َب ْع
َ صَ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَتَّ ِخذُوا ْال َي ُهودَ َوال َّن
َّ َّللا ََل َي ْهدِي ْالقَ ْو َم
َالظا ِل ِمين َ َّ َيت ََولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم فَإِ َّنهُ ِم ْن ُه ْم إِ َّن
72
Q.S Ali-Imran : 118
73
Q.S Al-Maidah: 51
55
َٰ
َ ُون ْال ُمؤْ ِمنِينَ ۖ َو َم ْن َي ْفعَ ْل ذَلِكَ فَلَي
ْس ِ ََل َيتَّ ِخ ِذ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ْال َكافِ ِرينَ أ َ ْو ِل َيا َء ِم ْن د
ير
ُ صِ َّللا ْال َم َّ ش ْيءٍ ِإ ََّل أ َ ْن تَتَّقُوا ِم ْن ُه ْم تُقَاة ً ۗ َويُ َحذ ُِر ُك ُم
َ َّللاُ َن ْف
ِ َّ سهُ ۗ َو ِإلَى ِ َّ َِمن
َ َّللا فِي
Ayat ini lah yang dipakai sebagai argument bahwa orang-orang Muslim
dan mejadi pemimpin orang-orang Muslim, dimana pada ayat tersebut turun
pada keagamaan yang pada waktu itu umumnya berdasarkan konflik dan perang,
berbeda dengan masa ketika teori tersebut dirumuskan, hubungan antar negara
PBB.
dicontohkan oleh Rasulullah sebelumnya maka akan kita dapati bahwa semangat
Muslim dan non-Muslim, mereka dipandang sebagai warga negara yang disatukan
oleh tanah air dan memiliki hak politik penuh, setiap warga negara berhak untuk
dipilih dan memilih untuk menjadi pemimpin negara dan wakil rakyat didalam
74
Q.S Ali-Imran: 28
56
system politik modernisasi cendrung memisahkan antara masalah urusan
mengenai system politik. Muhammad diutus Allah hanyalah sebagai seorang nabi
Positif
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan hukum Islam dan
hukum positif sama-sama mengakui hak persamaan dan kebebasan karna pada
hakikatnya umat manusia itu dilihat dari hakikat penciptaanya, tidak ada
perbedaan satu sama lain, mereka semua sama, yakni sama-sama keturunan
Adam. Adapun di dalam hukum Islam semua manusia mempunyai persamaan hak
Adapun didalam hukum positif tidak ada satu pun aturan yang
Baik di dalam hukum Islam atau pun hukum positif keduanya mengakui
hak persamaan dan kebebasan bagi setiap manusia,akan tetapi ada perbedaan dari
57
keduanya. Jika hukum Islam memberikan argument tersebut berdasarkan Al-
Qur’an dan sunnah yang menjadi Undang-Undang tertinggi bagi kaum Muslimin,
yang mana Undang-Undang tersebut berasal dari Allah danRasulnya. Tidak ada
seorang Muslim pun yang berhak menetapkan suatu hukum dalam suatu perkara
buatan manusia, karena itu segala sesuatunya berpusat kepada manusia sebagai
kesentaraan, hak persamaan dan kebebasan bagi seluruh manusia akan tetapi
sumber dari kedua hukum ini berbeda. Jika hukum Islam bersumber dari Al-
Qur’an dan sunnah yang mana hukum tersebut dari Allah dan Rasulnya yang
menentukan, sedangkan hukum positif bersumber dari barat dan manusialah yang
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. hak politik kaum non-Muslim yang menjadi warga negara Islam atau
hak persamaan dan kebebasan karna pada hakikatnya umat manusia itu
dilihat dari hakikat penciptaannya, tidak ada perbedaan satu sama lain,
59
berasal dari Allah dan Rasulnya. Tidak ada seorang Muslim pun yang
dari kedua hukum ini berbeda. Jika hukum Islam bersumber dari Al-
Qur’an dan sunnah yang mana hukum tersebut dari Allah dan
B. Saran
1. Masyarakat
60
Islam dan hukum positif mengusung persamaan hak dimana setiap warga negara
2. Pemerintah
hak politik seperti hak memilih dan dipilih baik Muslim maupun non-Muslim
sikap saling memahami dan penuh toleransi terhadap sesame penganut agama,
61
1
DAFTAR PUSTAKA
Abu A’la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam,PT Bumi Aksara,
Jakarta,2008.
Jakarta, 2004
Choirun Nisa, Skripsi Hak-hak Politik Warga Negara Non Muslim Sebagai
2017
I.Gabriel A. Almond dalam Basri Seta, Pengantar Ilmu Politik, Jogjakarta: Indie
Book Corner.
jam 22.00
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2941-hak-politik-warga-negara-
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-warga-negara.html,Diakses
Http://www.santricendikia.com/2012/04/Sikap-Muslim-Terhadap-Non-Muslim.
Http://Yahya-Ibrahim.blogspot.com/2010/06/Hak-Politik-Non-Muslim-Dalam
Inti Wulandari, Skripsi Studi Pemikiran Abu Al-A’la Al-Maududi Tentang Hak-
Johan Yasin, Hak Asasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara Dalam
2011.
2
J.moelang, Metode Penelitian Kualitatif, bandung, remaja Rosada Karya, 1997.
Kartini, Kartono, pengantar teknologi riset sosial, mandar maju, bandung, 1996.
Mary Silvita,” Islam dan Kaum Minoritas Non Muslim dalam Piagam Madinah”
Munawir Djadzali, Islam Dan Tata Negara, UI, Prees, Jakarta, 1992
Prof. dr. Lintje Anna Marpaung, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Andi Offset, 2018),
Misbah),Semarang,2016.
Subehan Khalik, Hak-Hak Kaum Minoritas Dalam Hukum Islam, Jurnal al-
3
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Alfabeta,Bandung,
2017).
Umi Din Nurzanah Br. Sembiring, “Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Hasan
Umar Sidiq, Kajian Dalam Islam: Kajian Tematik AL-Qur’an Dan Hadist, Jurnal
1999, pasal 43
4
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Email : Radensandi424@gmail.com
No Telepon/Hp :089515412886
Pendidikan Formal :
Motto Hidup :Tidak Ada Batasan Dari Perjuangan, Selalu ada Allah Untuk Orang
yang Sabar.
Raden Sandi M
SPI152168