SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah Sebagai salah satu
Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
RONI PASLA
1413040739
ﺍﳊﻤﺪ ﺍﷲ ﺭﺏ ﻟﻌﻠﻤﲔ ﻭﺑﻪ ﻧﺴﺘﻌﲔ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﺪ ﻧﻴﺎ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﺷﻬﺪﺃﻥ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﷲ ﻭﺃﺷﻬﺪﺃﻥ ﳏﻤﺪ ﺍﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ
ﺍﳍﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪ ﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔ
Tiada ucapan yang pantas penulis ucapkan selain Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul
Tinjauan Fikih Al-daulah Terhadap Penanganan Genosida Menurut
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia, sebagai bagian dari tugas akhir dalam menempuh studi Sarjana
Strata Satu (S1) di Fakultas Syari’ah Universitas Negeri Imam Bonjol Padang.
Shalawat beriringan salam penulis doakan kepada Allah SWT semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beliaulah yang membawa umat
manusia dari zaman Jahiliyah kepada zaman Islamiyah, dari alam yang
biadab kepada alam yang beradab serta penuh dengan ilmu pengetahuan.
Roni Pasla
NIM: 1413040739
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1.5 Kegunaan Penelitian .................................................................. 9
1.6 Studi Literatur ............................................................................ 9
1.7 Metode Penelitian ...................................................................... 12
BAB II: KONSEP FIKIH AL-DAULAH
2.1 Pengertian Fikih Al- Daulah ................................................................ 13
2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Fikih Al-Daulah ........................ 14
2.3 Jenis-Jenis Penduduk dalam suatu Wilayah Pemerintahan ... 20
2.4 Hak Kewajiban Negara dan Masyarakat ......................................... 25
BAB III: GENOSIDA PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG
UNDANGAN NOMOR 26 TAHUN 2000
TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
3.1 Pengertian Genosida................................................................................ 32
3.2 Jenis - Jenis Genosida .............................................................................. 35
3.3 Perbuatan yang Dapat Dihukum dalam Genosida .................... 41
3.4 Penanganan Genosida menurut Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 ........................................................................... 44
BAB IV: ANALISIS FIKIH AL-DAULAH TERHADAP PENANGANAN
KEJAHATAN GENOSIDA
4.1 Pengusiran Penduduk Perspektif Fikih Al-Daulah....................... 51
4.2 Perampasan Harta Perspektif Fikih Al-Daulah ............................... 57
4.3 Pencegahan Kelahiran Terhadap suatu Etnis Perspektif
Fikih Al-Daulah ............................................................................................. 60
BAB V :PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 74
5.2 Saran .............................................................................................................. 75
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
usaha suatu etnis untuk menghancurkan suatu etnis lainnya dengan cara
pembunuhan massal. (Aziz,2003;55)
Segala ketentuan hukum yang berkaitan dengan perbuatan atau
tindakan yang terkategori pelanggaran berat atas Hak Asasi Manusia
diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(selanjutnya ditulis: UU No.39 Tahun 1999).
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
manusia (selanjutnya ditulis UU No.26 Tahun 2000).
Secara definitif, dalam UU No 26 tahun 2000 yang dimaksud
dengan Hak Asai Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlidungan harkat dan martabat manusia.
(Adnan,200;.671)
Merujuk pada ketentuan pasal 7 UU No.26 Tahun 2000 yang
dikategorikan sebagai Pelanggaran HAM yang berat meliputi, Kejahatan
genosida, kejahatan terhadap manusia. Pasal 8 UU No. 26 tahun 2000
lebih jauh dijelaskan, kejahatan genosida berarti tindakan apapun
berikut ini yang dilakukan untuk menghancurkan, seluruhnya atau
sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, ras atau agama, seperti
membunuh anggota kelompok, menyebabkan kerusakan fisik atau
mental yang serius terhadap anggota kelompok, menciptakan kondisi
kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh ataupun sebagiannya, menerapkan tindakan-tindakan
yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok
masyarakat, secara paksa memindahkan anak-anak dari suatu
kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya.
Pasal 9 juga menjelaskan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan
sebagaimana dimaksud pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dan serangan yang meluas atau
sistematis yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukan
secara langsung terhadap penduduk sipil, yang berupa:
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
5
negara, etnis, ras dan agama sebagai sasaran. Kedua tindakan sengaja itu
bermaksud untuk menghancurkan seluruh atau sebagian dari kelompok
sasaran. Jadi faktor kesengajaan itu menghancurkan /memusnahkan
sangat penting
Fakta tindak kejahatan genosida yang telah terjadi di Indonesia
adalah genosida Timor Timur, yang terjadi pada tahun 1957 kejadian
tersebut berkelanjutan dan berakhir pada tahun 1999, dalam peristiwa
tersebut diperkirakan korban tewas 100.000 sampai 300.000 jiwa. Tidak
hanya itu di Indonesia juga terjadi tindak kejahatan seperti kasus
Tanjung Priok dari kerusuhan yang terjadi di perkirakan 169 warga sipil
ditahan tanpa surat perintah dan beberapa dilaporkan disiksa, para
pemimpin di tangkap dan diadili karena tuduhan subversif kemudian di
beri hukuman panjang. Laporan awal menyebutkan 20 orang tewas,
catatan resmi memberikan total 24 korban tewas dan 54 terluka
(termasuk militer) sementara korban selamat melaporkan lebih dari
seratus orang tewas. Masyarakat Tanjung Periok memperkirakan total
400 orang terbunuh atau hilang, sementara itu laporan lainnya
menyarankan hingga 700 korban dalam insiden tersebut. (J.Febian 2008)
Dari latar belakang masalah di atas maka maka skripsi ini ini
ditulis untuk mengetahui bagaimanakah tinjauan fikih al-daulah
terhadap penanganan tindak kejahatan genosida. Dengan demikian
untuk mengetahui lebih mendalam mengenai penaganan tindak genosida
maka dalam skripsi ini penulis mengambil sebuah judul: “Tinjauan Fikih
Al-Daulah Terhadap Penanganan Genosida Menurut Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut
di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini
adalah Bagaimana Tinjauan Fikih Al-Daulah Terhadap Penanganan
7
13
14
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manu sia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi (Q.S. an-Nisa’:58)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Q.S. an-Nisa : 59)
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui (Q.s ar-Rum 22)
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. (QS An- Nahl : 90)
Artinya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia
(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu
dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong. (Q.S al- Hajj 22:78)
Artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum
mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan
tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-
orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
(Q.S At-taubah :6)
2.3.4 Harbiyun
Kata “harbiyun berasal dari harb, berarti “perang”. Kata ini di
gunakan untuk pengertian warga negara dar al harb yang tidak menganut
agama Islam dan antara agama Islam dengan dar al-harb tersebut tidak
menganut hubungan diplomatik. Menurut Syia’ah Imamiyah, istilah
harbiyun dipakai untuk non-muslim selain ahl al-kitab. Pandangan ini
berawal dari asumsi bahwa antara Islam dengan ahl al kitab memiliki
kesamaan, yaitu sama-sama agama samawi yang berasl dari Allah. Orang
–orang harbiyun tidak terjamin keamananya bila memasuki dar al Islam
karena terwujudnya rasa aman bagi mereka adalah berdasarkan salah
satu dari dua hal, yaitu beriman memeluk agama Islam, atau melalui
perjanjian damai. (Iqbal, 2014: 278)
2.4 Hak Kewajiban Negara dan Masyarakat
Sebagaimana diketahui, tidak ada suatu defenisi yang dispekati
tentang negara. Namun , secara umum dapat dapat dijadikan pegangan
sebagaimana lazim dalam hukum internasional bahwa suatu negara
memiliki tiga unsur pokok yaitu (1) rakyat atau sejumlah orang (2)
wilayah tertentu dan (3) pemerintahan yang berwibawa dan berdaulat.
Sebagai unsur komplementer dapat ditambahkan pengakuan oleh
masyarakat internasional atau negara-negara lain. Dalam kaitan dengan
penelitian ini penulis cendurung memahami negara sebagai suatu
kehidupan berkelompok manusia yang mendirikannya bukan saja atas
dasar perjanjian bermasyarakat (kontrak sosial), tetapi juga atas dasar
fungsi manusia sebagai khalifah allah di bumi yang mengemban
kekuasaan sebagai amanah-Nya, karena itu manusia dalam menjalin
26
Artinya:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S Ali imran : 19)
kelas dan kepercayaan. Akibat hak-hak yang diterima oleh rakyat, maka
warga negara mempunyai tugas tertentu atas hak- hak negara. Tugas
warga negara yang harus dan wajib ditunaikan menurut Abu al-A`la al-
Maududi adalah patuh dan taat kepada pemerintah dalam batas yang
tidak bertentangan dengan agama, setia kepada negara, rela berkorban
untuk membela negara dari bermacam ancaman, dan bersedia memenuhi
kewajiban materil yang dibebankan padanya oleh negara. Demikian
kewajiban rakyat dan menyerahkan pelaksanaannya pada negara untuk
menjamin keseimbangan antara dua pihak, yakni rakyat dan negara agar
masing-masing hak tidak terlanggar atau mendominasi pihak lainnya.
(Hasan, 2008: 91)
Pertama wilayah atau negara yang di dalamnya tidak terpenuhi
unsur pokok sebagai darul Islam, yaitu pemberlakuan hukum Islam dan
kekuasaan politik yang berada di tangan non-muslim. Kedua, wilayah
atau negara yang hanya memenuhi salah satu unsur pokok untuk disebut
sebagai darul Islam meskipun tidak utuh. Wilayahnya dikuasai oleh non-
muslim dan hukum yang berlaku pun bukan hukum Islam. Namun, umat
Islam yang menetap di negara tersebut diberi kelonggaran untuk
melaksanakan sebagian hukum Islam, sehingga dapat disebut Darul Islam
menurut Abu Hanifah, Negara dalam bentuk ini dapat berupa:
a. Darul Harbi yang dipimpin dan dikuasai non muslim, namun umat Islam
di negara ini diizinkan melaksanakan kewajiban agamanya dan sebagian
syiar Islam, seperti salat, zakat, haji, pernikahan dan kewarisan. Kondisi
inilah yang dijadikan alasan oleh al-Mawardi (w.450 H) untuk
mengelompokkannya ke dalam Darul Islam. Muhammad Rasyid Ridha
memperkuat pendapat ini. Berdasarkan pengamatannya terhadap
negara-negara Eropa dan Amerika, ia melihat umat Islam di wilayah ini
dapat dengan aman menjalankan kewajiban agamanya.
b. Wilayah atau negara yang pada mulanya dikuasai umat Islam, tetapi
kemudian diambil alih oleh orang-orang non muslim (kafir), sehingga
29
umat Islam setempat terpaksa tunduk pada mereka, tetapi sesuai dengan
kemampuan dan kondisi yang mereka hadapi. Mereka tetap berjuang
untuk memperoleh hak-hak mereka dari orang-orang kafir tersebut.
Termasuk dalam kategori ini adalah negara-negara di Asia Tengah yang
pernah dicaplok oleh Uni Soviet. Setelah negara Beruang Merah ini bubar
pada akhir 1980-an, negara-negara muslim tersebut, seperti Uzbekistan,
Turkmenistan, Kazakhstan, Tajikistan dan Azerbaijan bangkit kembali
menunjukkan identitas keIslamannya.
c. Wilayah atau negara yang dipimpin oleh orang-orang ahli bid’ah yang
menyatakan secara langsung dan tidak langsung keluar dari barisan
umat Islam yang berpegang kepada al-Quran dan Sunah. Dalam bentuk
lain wilayah ini dipimpin oleh orang-orang fasik, Mereka masih mengaku
sebagai muslim, tetapi tidak menjadikan hukum Islam dalam
pemerintahannya. Mereka menempatkan hukum ciptaan manusia
sebagai aturan yang berlaku. Pemerintahan darul harbi ketiga ini
membiarkan orang-orang Islam menjalankan hukum Islam yang
berhubungan dengan masalah ahwâl al-syakhshiyah (pernikahan,
perceraian, dan kewarisan). Ibn Taimiyah (w.729 H) mengidentikkan
negara ini dengan dâr al-fasiq, karena dipimpin dan didiami oleh orang-
orang fasik. (Hasan, 2008: 93)
2.4.4 Kewajiban Negara dan Pemerintahan
Penyelengaraan mekanisme pemerntahan negara, al-Qur’an
mengemukakan empat prinsip pengguaan kekuasaan politk yang dapat
dipadang sebagai asas-asas pemerintahan dalam sistem politik. Keempat
asas tersebut adalah, (1) asas amanat, (2) asas keadilan, (3) asas ketaatan
(4) asas musyawarah dengan referensi al-Qur’an dan sunah. (Salim, 2002:
298)
Asas pertama mengandung makna bahwa kekuasaan politik yang
dimiliki oleh pemerintah adalah amanat Allah dan juga amanat dari
rakyat yang telah memberikan melaui bai’at. Karena itu asas ini
30
32
33
Penahanan
Pasal 12
(1) Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut umum berwenang
melakukan penahanan atau penahanan lanjutan untuk kepentingan
penyidikan dan penuntutan.
(2) Hakim Pengadilan HAM dengan penetapannya berwenang melakukan
penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan.
(3) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan pelanggaran
hak asasi manusia yang berat berdasarkan bukti yang cukup, dalam
hal terdapat keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa
tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti, dan atau mengulangi pelanggaran hak
asasi manusia yang berat.
Pasal 13
(1) Penahanan untuk kepentingan penyidikan dapat dilakukan paling
lama 90 (Sembilan puluh) hari.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari oleh
Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) habis
dan penyidikan belum dapat diselesaikan, maka penahanan dapat,
diperpanjang paling lama 60 (enam puluh) hari oleh Ketua
Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
Pasal 14
(1) Penahanan untuk kepentingan penuntutan dapat dilakukan paling
lama 30 (tiga puluh)hari.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 20 (dua puluh) hari oleh Ketua
Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) habis
dan penuntutan belum dapat diselesaikan, maka penahanan dapat
diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari oleh Ketua Pengadlilan
HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
Pasal 15
(1) Penahanan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang Pengadilan
HAM dapat dilakukan paling lama 90 (sembilan puluh) hari.
46
Bagian Kelima
Penyidikan
Pasal 21
1. Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Jaksa Agung.
2. Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk
kewenangan menerima laporan atau pengaduan.
3. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri atas
unsur pemerintah dan atau masyarakat.
4. Sebelum melaksanakan tugasnya, penyidik ad hoc mengucapkan
sumpah atau janji menurut agamanya masing-masing.
5. Unsur dapat diangkat menjadi penyidik ad hoc harus memenuhi
syarat :
a. warga negara RI;
b. berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan
paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun;
c. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang
mempunyai keahlian dibidang hukumi
d. sehat jasmani dan rohani
e. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakukan tidak tercela;
f. setia kepada Pancasila dan undang-Undang Dasar 1945;
dan
g. memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang hak asasi
manusia.
Pasal 22
(1) Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan (3)
wajib diselesaikan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak tanggal hasil penyelidikan diterima dan dinyatakan lengkap oleh
penyidik.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari oleh
Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) habis
dan penyidikan belum dapat diselesaikan, penyidikan dapat
diperpanjang paling lama 60 (enam puluh) hari oleh Ketua Pengadilan
HAM sesuai dengan daerah hukumnya.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat
47
(1) dari hasil penyidikan tidak diperoleh bukti yang cukup, maka wajib
dikeluarkan surat perintah penghentian penyidikan oleh Jaksa
Agung.
48
49
Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu yaitu kamu tidak
akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan
mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu,
kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu
mempersaksikannya. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu
(saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan dari pada kamu dari
kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuhan. tetapi jika mereka datang kepadamu
sebagai tawanan, kamu tebus mereka, Padahal mengusir mereka itu
(juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al
kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah
balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat (Q.S Al-Baqarah 84-85)
baik itu harbiyun, must’amin dan azimmah mereka memiliki hak dan
kewajiban di negara Islam selama mereka menetap di negara Islam,
orang non- muslim yang hidup berdampingan dengan orang Islam wajib
dilindungi dan di berikan rasa aman oleh pemerintahan Islam itu sendiri.
Orang –orang non muslim diperbolehkan tinggal di negara Islam
selama mereka tunduk dan mematuhi peraturan di negara Islam, dan
mereka tidak boleh di usik kemanannya dan menciptakan rasa tidak
aman bagi mereka, mereka berhak untuk di lindungi dan memeliki hak
yang sama dinegara Islam itu sendiri, baik di kalangan politik dan lain
sebagainya, sebagaimana yang telah di jelaskan dalam bab 2 di atas
tentang hak-hak dan kewajiban non-musllim di negara islam cara- cara
memberlakukanya apabila berdampingan dengan orng islam.
Memindahkan anak secara paksa dari suatu kelompok kekelompok
lain yaitu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan melaui paksaan
untuk memindahkan kelompok anak-anak yang sebelumnya mendiami
daerah tertentu dengan maksud untuk memisahkan kekelompok lain.
Korban yang dimaksudkan anak yang belum berumur 18 tahun.
Tindakan yang dilakukan itu menimbulkan rasa ketakutan dengan
bentuk kekerasan, pemaksaan secara fisik, penangkapan, tekanan
pisikologi kepada anak-anak tersebut yang akan di pindahkan ketempat
lain dengan paksaan. Karena perbuatan pemindahan anak yang
dilakukan secara paksa dapat mengakibatkan gangguan yang serius di
dalam kelangsungan hidup anak di masa depan dan perkembangan suatu
kelompok tertentu.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu
bentuk pengusiran penduduk dalam pengertian tindak kejahatan
genosida adalah memindahkan anak secara paksa dari suatu kelompok
ke kelompok lain dengan tujuan menimbulkan rasa ketakutan, dengan
bentuk kekerasan, pemaksaan secara fisik, pemindahan perbuatan
pemindahan penduduk secara paksa dapat mengakibatkan gangguan
51
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui (Q.s ar-Rum 22)
4.1.2 Al-A’Dalah
Di dalam siyasah dauliyah, hidup berdampingan dengan
damai baru terlaksana apabila didasarkan kepada keadilan antar
manusia maupun berbagai antar bernegara, bahkan perang pun
terjadi karena salah satu pihak merasa diperlakukan tidak adil.
Oleh karena itu ajaran Islam mewajibkan penegakan keadilan
baik terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, bahkan terhadap
musuh sekalipun kita wajib bertindak adil. Ayat yang
membicarakan tentang keadilan QS an- Nahl : 90
52
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. (QS An- Nahl : 90)
Dar-al harbi sudah mulai ditinggalkan, pembagian darul Ialam dan Dar
al-Harb memang tepat sekali sesuai dengan stuasi dan kondisi waktu
para fuqaha masih hidup yang dihadapkan dengan ancaman-ancaman
dari dunia luar. Walaupun demikian ada ulama yang membagi dunia ini
kepada tiga kelompok , yaitu darul islam , Dar al-Ahdi, dan Dar al- Harbi.
Dar al-Ahdi adalah negara-negara yang berdamai dengan dar islam.
dengan perjanjian tersebut, maka semua penduduk Dar al-Ahdi tidak
boleh diganggu jiwanya, hartanya, dan kehormatan kemanusiaanya.
Meskipun penduduknya tidak beragama Islam, mereka diperlakuan
seperti orang islam dalam arti dilindungi hak-haknya. (Djazuli,2003;131)
Agama Islam mengajarkan setiap umatnya untuk nanamkan
prilaku moral yang baik dalam diri manusia , umat islam di ajarkan
dalam Al-qur’an bagaimana memperlakukan antar sesama manusia baik
itu dari segi berpakaian berinteraksi antar sesamanya menghormati,
menghargai. Prilaku moral yang baik adalah yang paling utama yang
tertanam dalam diri umat islam baik itu hubungan manusia dengan
manusia maupun hubungan manusia dengan penciptanya.
4.2.2 Kebebasan, Kemerdekaan / Al Huriyah
Kemerdekaan yang sesungguhnya dimulai dari pembebasan diri
dari pengaruh hawa nafsu serta pengendaliannya dibawah bimbingan
keimanan dan akal sehat. Dengan demikian, kebebasan bukan kebebasan
mutlak, akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab terhadap Allah,
terhadap keselamatan dan kemashalatan hidup manusia dimuka bumi
ini, kebebsan ini bisa dirinci lebih jauh :
a. Kebebasan berfikir
b. Kebebasan beragama
c. Kebebasan menyatakan pendapat
d. Kebebasan menuntut ilmu
e. Kebebesan memiliki harta (Djazuli,2003;131)
57
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun atau paling singkat
10 ( sepuluh ) tahun. (undang-undang nomor 26 tahun 2000)
Berbagai alasan yang mendasari tindakan ini, misalnya untuk
mencegah bertambahnya populasi penduduk, untuk mengurangi anggka
kemiskinan, maupun berbagai dalih lainya yang di gunakan
menjastifikasi perbuatan mencegah kelahiran. Hal ini sangat di kecam
allah SWT dalam firma-Nya:
menghampiri Indonesia. Uskup Bello dan Jose Ramos Horta yang terus
menerus berusaha menyadarkan dunia internasional akan adanya
kekerasan berkelanjutan di Timor Timur dianugerahi nobel perdamaian
pada tahun 1996. Titik kulminasinya terjadi pada tahun 1999 ketika
Presiden Indonesia, Habibie, menawarkan referendum bagi warga Timor
Timur untuk tetap bergabung dengan Indonesia atau memilih keluar dari
Indonesia. Hasilnya sudah bisa ditebak, lebih dari 76% suara
menghendaki Timor Timur lepas dari Indonesia. Sulit dibantah bahwa
kegagalan Indonesia mengintegrasikan Timor Timur merupakan akibat
tindakan kejam militernya. (Sucipto 2015)
Hal senada juga terjadi di Tanjuk Priok tindak pidana genosida
tersebut bermula setelah dua hari pasca penangkapan, ulama Islam
Abdul Qodir Jaelani memberikan sebuah khotbah menentang asas
tunggal Pancasila di masjid As Saadah. Setelah itu, Biki memimpin
sebuah demonstrasi ke kantor Kodim Jakarta Utara, di mana keempat
tahanan tersebut ditahan. Seiring waktu, massa kelompok tersebut
meningkat, dengan perkiraan berkisar antara 1.500 orang. Selama
kerusuhan tersebut, sembilan anggota keluarga Muslim Tionghoa
Indonesia yang dipimpin oleh Tan Kioe Liem dibunuh oleh para
pemrotes dan ruko-ruko hangus dibakar. (Setiono 2008)
Protes dan kerusuhan tidak berhasil menuntut pembebasan
tahanan tersebut. Sekitar pukul 11 malam waktu setempat, para
pemrotes mengepung komando militer. Personel militer dari Batalyon
Artileri Pertahanan Udara ke-6 menembaki para pemrotes. Sekitar
tengah malam, saksi mata melihat komandan militer Jakarta Try Sutrisno
dan Kepala Angkatan Bersenjata L. B. Moerdani yang mengawasi
pemindahan korban; mayat-mayat itu dimasukkan ke dalam truk militer
dan dikuburkan di kuburan yang tidak bertanda, sementara yang terluka
dikirim ke Rumah Sakit Militer Gatot Soebroto. (Setiono 2008)
67
1.1.3 dimuka bumi ini. Islam itu sendiri mengakui dan menghormati
hak manusia dalam masalah harta adalah wajib, oleh karena itu
harta harus dilindungi dalam bentuk pelanggaran apapun.
1.1.4 Tindakan pencegahan kelahiran perspektif Fikih al-daulah
manusia di larang membunuh anak-anak mereka karena takut
miskin, takut bertambah populasi dan kepentingan tertentu
lainnya
1.2 Saran-saran
http://aminharis2008.multiply.com/,keberlakuan-konvensi-genosida--1948.htl,
( Diakses tanggal 31 Agustus 2018).
http://id.m.wikipidea.org/wiki/peristiwa_tanjung_pirok
(di akses pada tanggal 8 November 2018)
https://kisahtimortimur.wordpress.com/2015/04/09/genosida-timor-timur/
https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Tanjung_Priok
Ikhwan, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta:Logos Wacana ilmu, 2004