Skripsi
Oleh :
YASIR ARAFAT
NIM. SHP.612208
kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan
Sahabat-Sahabat Ku
Akhy dan Ukhty
Lembaga Pengurus Asrama Ma’had al-Jami’ah (La_PASMA)
Sahabat seperjuangan Demisioner 07 La_PASMA
Al-Akh2 (Yunus, Miftah, Yani, Rusly, Nov, Fahri, Halim, Naza,
Arnindio,Faisal, Andri, Seh, Hendri, Asnan, Ikhwal, Asep, Andrio dll)
Akhy Habibi, saudara Rendi Pratama (Tulen)
Sahabat seperjuangan Jurusan Hukum Pidana Islam ‘’16
Kanti-kanti dari Batang Asai
Sahabat KKN gelombang III posko 09 , serta yang terlibat dalam masa
perkuliahan
Semoga kalian diberikan kebahagian Dunia dan Akhirat
I
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam, karena berkat rahmat-Nya
Sholawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
menyelesaikan skpripsi ini. Adapun maksud penulisan skripsi ini untuk memenuhi
syarat guna mencapai gelar kesarjanaan Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Pidana
Islam UIN STS Jambi. Sebagai perwujudan dan ketetapan tersebut penulis
bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk dari semua pihak, maka penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, Ph. D. Rektor UIN STS Jambi.
6. Ibu Dr. Robiatul Adawiyah SHI.,MHI Ketua jurusan dan bapak Devrian Ali
II
7. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH Pembimbing I dan Ibu Nuraida
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung
11. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang selalu memberikan semangat dan
membalasnya. Akhirnya penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
YASIR ARAFAT
NIM. SHP 162208
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..….........5
C. Batasan Masalah……………………………………...……………..5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................5
E. Kerangka Teori……………………………………………………...6
F. Tinjauan Pustaka… .................................................................. …..9
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.......................................................................11
B. Jenis Penelitian..................................................................................11
C. Jenis dan Sumber Data......................................................................11
D. Metode Pengumpulan Data............... ………………………….…..12
E. Metode Analisis Data........................................................................13
F. Sistematika Penulisan........................................................................14
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN DAN GANGGUAN JIWA
A. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan .................................... ….16
1. Tindak Pidana………………………………………………….16
2. Pembunuhan……………………………………………………18
IV
B. Pengertian Gangguan Jiwa…………………………………………..24
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………...52
B. Saran……………………………………………………………….54
C. Penutup…………………………………………………………….55
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang terjadi pada awal 2018 yakni komandan Persatuan Islam (Persis) ustadz
Prawoto dianiaya Asep Maftuh yang tak lain tetangganya sendiri. Prawoto
meningkat dan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat tentu hal ini menjadi
hukumyang abadi dan berlaku sepanjang masa. Dalam kurun waktu yang panjang,
sejak dimulai diturunkannya agama Islam sampai akhir masa pemerintahan Turki
Usmani, syari’at Islam bagaikan cahaya yang menyinari dan menerangi jalannya
keadilan.Pada saat itu syari’at Islam dipelajari dengan antusias, dan ditetapkan
oleh
1
2
pemerintah, sehingga tidak ada satu pun perundang-undangan didunia ini yang
mengunggulinya. 1
demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang hanya dilarang oleh syariat.
Dengan kata lain, melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan yang
kejahatan ataupun tindakan kriminal sama sekali tidak dibenarkan dalam Islam
himbauan atau penyuluhan. Cara represif adalah cara penaggulangan dengan pola
pembunuhan. 3
dilihat dalam hukum pidana positif di Indonesia, dalam Pasal 10 KUHP yaitu:
1
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Menurut Al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta Timur:
Diadit Media, 2007), hlm. 1.
2
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), hlm. 20.
3
Kun Maryati, Jujun Suryawati, Sosiologi Jilid3 ( ESIS, tanpa tahun ), hlm. 22
3
1). Pidana pokok, yang terdiri dari: Pidana mati, pidana kurungan, pidana penjara,
pidana dendadan pidana tutupan. 2). Pidana tambahan, yang terdiri dari :
pembunuhan diatur dalam KUHP Pasal 338-350. Pada Pasal 338 KUHP
karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.5
Adapun berkaitan dengan hukum pidana, dalam hukum pidana Islam dikenal
dengan nama jarimah. Jarimah (tindak pidana) dalam Islam diartikan yaitu
larangan-larangan syara‘ yang diancam oleh Allah dengan hukum hadd atau
ta‘zir.6 Dengan demikian, jarimah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu hukum
had, dan hukum ta’zir. Sebagai suatu dasar hukum, didalam hukum pidana Islam
4
Andi Hamzah, KUHAP Dan KUHP, Cet. Ke 19 (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 5
5
Ibid , hlm. 6
7
Al-Isra’ (17) : 33
4
amd (semi sengaja).8 Pembunuhan disengaja, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh
yaitu benda atau situasi, yang dipandang layak untuk membunuh. Perbuatan yang
sybhu amdi (semi disengaja). Seseorang menebang pohon tiba-tiba pohon yang
disengaja.9
gangguan jiwa (gila). Sebenarnya bagaimana perspektif hukum Islam dan hukum
pidana terhadap tindak kriminal, seperti pembunuhan, yang dilakukan oleh orang
gila. Apakah hukum Islam dan hukum pidana juga akan berlaku bagi orang gila
disebabkan oleh orang dengan gangguan jiwa perlu pemahaman yang mendalam,
apakah dikenakan sanksi atau tidak, maka penulis merasa tertarik untuk
8
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hlm. 125
9
Ibid., hlm. 126
5
B. Rumusan Masalah
pidana?
pembunuhan dengan gangguan jiwa menurut hukum Islam dan hukum pidana?
C. Batasan Masalah
perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan
dengan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang gila dalam
hukum pidana.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum pidana terhadap tindak
pidana pembunuhan dengan gangguan jiwa menurut hukum Islam dan hukum
pidana.
E. Kerangka Teori
1. Teori Pertanggungjawaban
hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas
yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility
atau suatu perbuatan tindak pidana maka dalam pertanggungjawaban diperlukan asas-
asas hukum pidana. Salah satu asas hukum pidana adalah asas hukum nullum
delictum nulla poena sine pravia lege atau yang sering disebut dengan asas legalitass,
asas ini menjadi dasar pokok yang tidak tertulis dalam menjatuhi pidana pada orang
yang telah melakukan perbuatan pidana “tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”.
apabila perbuatan itu memang telah diatur, tidak dapat seseorang dihukum atau
boleh menggunakan kata kias, serta aturan-aturan hukum pidana tersebut tidak
berlaku surut.
10
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 335-337
8
undang.
jawab.
sengaja atau alpa, tiada terhapus keselahannya atau tiada terdapat alasan
3. Teori Penyelidikan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.12
11
http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/09/pengertian-dan-unsur-pertanggungjawaban-
pidana.html. Akses 6 Maret 2020
12
Andi Hamzah, KUHAP Dan KUHP, Cet. Ke 19 (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 230
9
F. Tinjauan Pustaka
(penulisan-penulisan lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema
yang diteliti. Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan tentang beberapa
tulisannya tidak disebutkan tentang sanksi hukumnya menurut hukum Islam dan
hukum positifnya.
memaparkan tentang hubungan antara gangguan jiwa dan perilaku kriminal serta
meninjau kelapangan tentang seseorang yang gangguan jiwa. 14Namun dia tidak
13
Idham Suryansyah, ’Tijauan Yuridis Terhadapa Pelaku Kejahatan Yang Mempunyai
Gangguan Kejiwaan,’’ UIN Alauddin Makassar, (2017), hlm.67-68
14
Adriesti Herdaetha,’’ Pertanggungjawaban Criminal Orang Dengan Gangguan Jiwa’’,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, (2014), hlm.7
10
yaitu tentang pandangan hukum positif dan hukum Islam terhadap tindak pidana
islam. 15Dia hanya mengkaji gangguan mental anti social namun tidak secara
umum.
pembunuhan oleh orang mabuk dalam hukum Islam dan hukum pidana16, yang
mana kajian ini sama-sama pembunuhan oleh orang yang hilang akalnya, namun
kriminal, pandangan hukum positif dan hukum Islam terhadap tindak pidana bagi
dalam keadaan mabuk (orang yang hilangakalnya), namun saya akan membahas
tindakan hukum Islam dan hukum pidana terhadap pembunuhan dengan gangguan
seperti yang dikenakan sanksi dalam hukum Islam dan hukum positif.
15
Nike Rosdiyanti‘’ Status Pertanggungjawaban Pelaku Pidana Bagi Penderita
Gangguan Mental Kategori Keprebadian Anti Social Perspektif Hukum Positif Dan Hukum
Islam’’, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (2017), hlm. 96-97
16
Rofi Irson,’’Tindak PidanaPembunuhanDalam Keadaan Mabuk Studi Komparatif
MenurutHukum Islam Dan Hukum Pidana’’, UIN STS, Jambi, (2017), hlm.74
BAB II
METODE PENELITIAN
ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. 17Setiap penulisan karya ilmiah
harus memakai suatu metode, karena metode merupakan suatu instrumen yang
penting agar suatu penelitian dapat terlaksana dan terarah sehingga tercapai hasil
maksimal.
A. Pendekatan Penelitian
yang akan di teliti adalah aturan hukum bagi pelaku pembunuhan dengan
gangguan jiwa didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan aturan hukum
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang di tangani. 18
B. Jenis Penelitian
hukuk, jurnal, dan menelaah dari berbagai macam literatur-literatur dan pendapat
kepustakaan (library research), maka sumber data atau informasi yang menjadi
17
Saifuddin Azwar, Metode Penulisan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 1.
18
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Bandung:Alfabeta, 2017) ,hlm. 250
11
12
data baku penulis, untuk diolah merupakan data yang berbentuk data primer, data
1) Data primer
yang yang diperoleh langsung dari sumbernya atau keseluruhan data hasil
undang undang atau hukum pidana yang berkaitan dengan kaitannya dengan judul
penelitian.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung
yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. 20 Data inilah yang
nantinya akan menjadi sumber utama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3) Data tersier
lanjut terhadap bahan-bahan primer dan bahan sekunder yaitu berupa kamus
hukum, kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Arab, kamus bahasa Inggris dan
Ada beberapa jenis alat pengumpulan data, salah satunya yaitu studi
19
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi (Jambi:Syariah Press,2012),
hlm. 45.
20
Ibid., hlm. 46
13
hukum, asas-asas, doktrin dan kaidah hukum yang di dapat dari bahan hukum
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
memilih mana yang penting dan yang akan dielajari, dan membuat kesimpulan
berdasar pada hasil pengolahan dan harus selaras dengan jenis data-data yang ada.
analisa data kualitatif, oleh karenanya penelitian yang dilakukan adalah penulisan
kualitatif. 23
21
Ishaq..,hlm. 115
22
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung; Alfabeta,
2009), Cetakan ke 7, hlm. 244
23
Soejono, Metode Penelitan Hukum, (Jakarta: P.T Rineka Cipta, 1997), hlm. 23.
14
F. Sistematika Penulisan
Penyusun skripsi ini terbagi kepada lima bab, antar babnya ada yang
terdiri dari sub-sub bab. Masing- masing bab membahas permasalahan tersendiri,
tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab yang berikutnya. Untuk
memberikan gambaran secara mudah agar lebih terarah dan jelas mengenai
tinjauan pustaka.
penedekatan penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode
gangguan jiwa menurut hukum Pidana ( KUHP), ketentuan hukum bagi orang
gangguan jiwa menurut hukum Islam yang berisikan, bentuk-bentuk mabuk yang
tidak dikenakan sanksi dalam hukum Islam dan hukum pidana, bentuk
gangguan jiwa menurut hukum Islam dan hukum pidana, dan analisis
perbandingan.
Bab kelima penutup, pada bab ini diuraikan kesimpulan, saran, dan
penutup.
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
DENGAN GANGGUAN JIWA
1. Tindak Pidana
hukum pidana, sebab mereka memandang dari sisi yang berbeda-beda sehingga
ahli hukum tentang tindak pidana adalah buku karangan Agus Rusianto yang
pendapat ahli hukum. Diantaranya pendapat ahli hukum tersebut adalah menurut
Ultrecht, tindak pidana adalah adanya kelakuan yang melawan hukum, ada
menurut Simon bahwa tindak pidana mempunyai unsur unsur: Diancam oleh
pidana dengan hukum, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh orang yang
merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah
suatu pengertian yuridis seperti halnya untuk memberikan definisi atau pengertian
terhadap istilah hukum, maka bukanlah hal yang mudah untuk memberikan
definisi atau pengertian terhadap istilah tindak pidana. Pembahasan hukum pidana
24
Agus Rusianto, Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Pidana,Cet. Kesatu (Jakarta:
Kencana, 2016), hlm. 3
16
17
Istilah tindak pidana menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku dan gerak-
gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak
berbuat, akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak
pidana. Mengenai kewajiban untuk berbuat tetapi dia tidak berbuat, yang didalam
undang-undang menentukan pada pasal 164 KUHP, ketentuan dalam pasal ini
akan timbul kejahatan, ternyata dia tidak melapor, maka dia dapat dikenakan
sanksi. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tindak pidana adalah perbuatan
yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana, di mana
sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif
dengan tindak pidana (Jarimah dalam Islam diartikan sebagai suatu larangan
syara‘ yang diancam oleh Allah dengan hukum had (hukuman yang sudah ada
25
Moeljatno,Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta :Bina Aksara,1987), hlm. 37
26
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 50.
27
A. Hanafi, Asaz-Asaz Hukum Pidana Islam, Cet. 5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),
hlm. 1
18
2. Pembunuhan
dan/ atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang
meninggal dunia. Jarimah pembunuhan juga dapat diartikan sebagai suatu tindak
pidana yang melanggar syara’ karena pelanggaran hukum hadatau ta‘zir baik
syara’ karena baikpelanggaran hukum had atau ta‘zir yang diberikan sanksi bagi
syara’yang diancam oleh Allah dengan hukum had (hukuman yang sudah ada
nash-nya) atau ta‘zir (hukuman yang tidak ada nashnya) baik didahului dengan
hukuman qishash. Tak ada agama di dunia ini yang memandang hidup manusia
28
Sofyan Maulana, Hukum Pidana Islam dan Pelaksanaan, (Jakarta: Rineka Cipta.
2004), hlm. 83.
29
Muhammad Rodhi, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Pidana Islam dan
HukumPidana, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), hlm. 123.
30
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari’at Islam, (Jakarta: R.Cipta,1992), hlm. 18.
19
sangat mengerikan, sehingga bahkan setelah dihukum had pun, si pelaku masih
akan disiksa dalam neraka, dimurkai dan dilaknat oleh Allah SWT. 31
besar baginya.32
اص فِي ْالقَتْلَى ۖ ْال ُح ُّر بِ ْال ُح ِر ُ ص َ ب َعلَ ْي ُك ُم ْال ِق َ ِيَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت
ٌَي ٌء فَاتِبَاع ْ ي لَهُ ِم ْن أَ ِخي ِه ش
َ ع ِفُ َو ْال َع ْبدُ ِب ْال َع ْب ِد َو ْاْل ُ ْنثَ ٰى ِب ْاْل ُ ْنثَ ٰى ۖ فَ َم ْن
ۖ ٌيف ِم ْن َر ِب ُك ْم َو َر ْح َمة ٌ ان ۖ ٰذَ ِل َك ت َْخ ِف ٍ س َ ْوف َوأَدَا ٌء ِإلَ ْي ِه ِبإِح ِ ِب ْال َم ْع ُر
ٌ َفَ َم ِن ا ْعتَدَ ٰى َب ْعدَ ٰذَ ِل َك فَلَهُ َعذ
اب أَ ِلي ٌم
Artinya:’’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
31
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari’at Islam..., hlm. 20.
32
An-Nisa’ (4) : 93
20
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah
فِ ف بِ ْاْل َ ْن َ س بِالنَّ ْف ِس َو ْال َعيْنَ بِ ْال َعي ِْن َو ْاْل َ ْن َ َو َكتَ ْبنَا َعلَ ْي ِه ْم فِي َها أَ َّن النَّ ْف
صدَّقَ ِب ِه فَ ُه َو َ َاصۖفَ َم ْن ت ٌ ص َ َِو ْاْلُذُنَ ِب ْاْلُذُ ِن َوالس َِّن ِبالس ِِن َو ْال ُج ُرو َح ق
َالظا ِل ُمون َّ َّللاُ فَأُو ٰلَئِ َك ُه ُم َّ ارة ٌ لَه ُ ۖ َو َم ْن لَ ْم َي ْح ُك ْم ِب َما أَ ْنزَ َل َ ََّكف
Artinya:’’Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
33
Al-Baqarah (2) :178
34
An-Nisaa’(4) : 93
21
dari tiga hal: janda yang zina, jiwa yang membunuh jiwa. Dan
jama’ah.36
nyawa orang lain yang disebutkan di atas, membunuh tanpa alasan yang hak atau
dan/ atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/ atau beberapa
35
Al-Maidah (5) : 45
36
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 120
22
alat, yaitu benda atau situasi, yang dipandang layak untuk membunuh.
disengaja).38
37
Zainuddin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2013), hlm. 125.
38
Ibid
23
perbuatan yang dilarang, dengan alat yang pada gholibnya tidak akan mematikan,
ْ ق َو َم ْن قُتِ َل َم
ظلُو ًما فَقَ ْد َجعَ ْلنَا ِ َّللاُ ِإ ََّل ِب ْال َح
َّ س الَّتِي َح َّر َمَ َو ََل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف
ورً ص ُ ف ِفي ْالقَتْ ِل ِإنَّهُ َكانَ َم ْن َ س ْل
ْ طانًا فَ َال يُس ِْر ُ ِل َو ِل ِي ِه
Artinya:“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
oleh Allah yaitu diri yang diberi hak asasi untuk dipelihara dan dijaga kehormatan
hidupnya oleh Allah. Jelas disini bahwa jaminan hidup atau hak asasi yang
diberikan oleh Allah, atas diri manusia sudah ada lebih dari 13 abad yang lalu.
Namun dalam ayat ini terdapat kata “Kecuali dengan alasan yang benar”.Yaitu
misalnya terjadi peperangan yang tidak dapat dielakkan lagi, niscaya terjadi
39
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam)..., hlm. 142.
40
Al-Isra’ (17) : 33.
24
bunuh membunuh sesama manusia, maka berlakulah hukum qisas, yaitu nyawa
dibayar dengan nyawa, atau dihukum dengan suatu hukum yang telah dijatuhkan
jiwa adalah istilah yang sebenarnya sukar didefenisikan secara khusus karena
istilah meliputi aspek yang luas, akan tetapi disepakati mengangdung konotasi
kemanusiaan yang kurang. Istilah ini berarti suatu sikap jiwa yang muncul dalam
jiwa. 42 Ganguan jiwa atau bisa disebut Psikopatologi dalam islam dapat di bagi
al-khabisah, yaitu akhlak yang buruk merupakan penyakit hati dan penyakit jiwa.
41
Hamka, Tafsir al-Azhar, cetakan kedua(Surabaya: Yayasan Latimojong, 1982 ),
juzu’ XV, hlm. 60
42
Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal,Kanisus,Yogyakarta, 2006, hlm.15
43
Iin Tri Rahayu, psikoterapi perspektif islam dan psikologi kontemporer, (Malang: UIN
Malang Press, 2009).h1m. 36-137
25
b) bahaya mulut (seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta, adu
h) bahaya penipu. 45
hasud.
44
Ibid.
45
Ibid,.hlm 137
26
kesadaran. Delusi merupakan ketidak tahuan dasar, pandangan yang salah, dan
Kesamaan konsep Abhidamma dengan para psikolog muslim ini disebabkan oleh
mengakibatkan dosa (al-itsm), baik dosa vertikal maupun dosa horizontal atau
sosial. Dosa adalah kondisi emosi seseorang yang dirasa tidak tenang setelah ia
melakukan suatu perbuatan (baik perbuatan lahiriah maupun batiniah) dan merasa
46
Ibid., hlm 138
47
Ibid.,hlm 139-140
27
tidak enak jika perbuatan itu diketahui oleh orang lain. Perbuatan dosa biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sebab jika diketahui oleh orang lain maka
dapat menurunkan harga dirinya. Karena itu tidak diherankan apabila pelaku dosa
hidupnya selalu sedih, resah, bimbang gelisah dan dihantui oleh perbuatan
dosanya. Emosi negatif ini apabila terus-menerus dialami oleh individu maka
dengan apa yang diyakini (al-nifaq), buruk sangka (su’ al-zhan), menyalahi janji
tidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) psikopatologi yang
syirik, kufur, zindiq, dan sebagainya; (2) psikopatologi yang berhubungan dengan
hubungan kemanusiaan (insaniyah), seperti hasud, ujub, ghadab, su’ al-zhan, dan
sebagainya; dan (3) psikopatologi yang berkaitan dengan akidah dan hubungan
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa ganguan jiwa dalam Islam
adalah semua prilaku batiniah yang tercela, yang tumbuh akibat menyimpang
(inkhiraf) terhadap kode etik pergaulan, baik secara vertical (illahiyah) maupun
48
Ibid
49
Ibid., hlm.141
28
kematian.
Dalam hukum pidana, gangguan jiwa atau dikenal juga dengan istilah
Pada orang normal, alam pikiran, perasaan, dan perbuatan ada kaitannya atau
searah, tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau
ditandai distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisai
bukunya Terapi Kesehatan Jiwa & Mental Dalam Islam, menyebutkan bahwa
penyakit jiwa adalah kelainan keprebadian yang ditandai oleh mental dalam
atau orang yang berpenyakit jiwa sudah di identikkan dengan gila atau orang gila.
mental, dan ketidakwarasan sering dipakai secara bergantian untuk, secara umum-
50
Julianto Simajuntak, Konseling Gangguan Jiwa (Jakarta: Percetakan PT Gramedia,
2008), hlm. 7
51
Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal,Kanisus,Yogyakarta, 1995, hlm.71
52
Muhammad Vandestra, Terapi Kesehatan Jiwa &Mental Dalam Islam (Dragon
Pomedia, 2017) hlm. 2
29
kasar, menunjuk gejala yang sama. 53 Keabnormalan itu dapat dibagi atas dua
golongan yaitu: Gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose). Gangguan
jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak mampunya
jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
psikopatologi islami dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Psikopatologi yang
53
Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), hlm. 14
54
Zakiah Daradjat..,hlm. 17
55
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), hlm, 26
30
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
56
Moch.Baharudin. Neurologi Klinis (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2017),
hlm. 377
31
Pidana
berubah akal.”57 Pasal ini menunjukkan bahwa orang yang gangguan jiwa atau
gila terbebas dari pidana. Adapun menurut UU Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1
ayat 3 tentang Kesehatan Jiwa, bahwa yang di maksud dengan orang dengan
gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku,
jiwa atau gila yang ada dalam buku-buku hukum pidana Indonesia ataupun
hukum pidana Islam sulit ditemukan, namun ada beberapa istilah-istilah yang
sering dipakai oleh para ahli gangguan jiwa ataupun penulis-penulis buku
57
Andi Hamzah, KUHAP Dan KUHP, Cet. Ke 19 (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm.
230
58
Undang-Undang N0. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
32
33
dari diri manusia. Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia berpangkal pada
qalbu. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa nafsu negatif (iri,dengki,
mempunyai hati yang sakit. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad
(menunjuk aspek fisik dari qalbu), yang jika ‘’daging’’ itu baik atau sehat maka
baiklah (sehatlah) seluruh diri manusia dan sebaliknya, ‘’daging itu adalah qalbu
bentuk gangguan mental berpangkal pada aspek qalbu sebagai pusat dari diri
manusia.59
bagi dalam dua kategori; yaitu bersifat duniawi dan ukhrawi. Macam-macam
tidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) psikopatologi yang
59
Perdana Akhmad, Ruqyah Syari’ah Vs Ruqyah Gadungan (Adamssein Media, 2005),
hlm.13
60
Iin Tri Rahayu, psikoterapi perspektif islam dan psikologi kontemporer, (Malang: UIN
Malang Press, 2009). Hal 136-137
34
psikopatologi islami dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Psikopatologi yang
waham, gangguan neurotik, gangguan perilaku masa anak dan remaja, gangguan
61
Ibid.,hlm.134
62
MIF Baihaqi, dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,(Cet.II, Jakarta:PT
Refika Aditama, 2007),hlm.63
35
2. Skizofrenia
berasal dari bahasa yunani yaitu schizo (split/perpecahan) dan phren (jiwa).
63
Moch.Baharudin. Neurologi Klinis (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2017),
hlm. 377
64
Surya Yudhantara, Synopsis Skizofrenia (Malang: UB Press, 2018), hlm 1
36
Paranoid.66
4. Gangguan neurotik
orang lain. 67
asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau
mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
65
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm 21
66
Inu Wicaksana, Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm 172
67
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
1997), hlm.319
37
mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
6. Gangguan Psikosomatik
biasanya hanya fungsi faliah yang terganggu, maka sering disebut juga
gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi Mental
68
MIF Baihaqi, dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,(Cet.II, Jakarta: PT
Refika Aditama, 2007), hlm.114
69
Ibid.,hlm. 114
38
dalam hukum pidana dapat disimpulkan secara umum bahwa semua keadaan
seseorang yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun
retardasi mental, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan
remaja.
orang lain sebagai pembalasan atau kerusakan. Oleh karena itu, kewajiban bagi
setiap manusia adalah saling menjaga dan melindungi hak hidup orang lain.
dari segi norma hukum, sosial, terlebih lagi agama. Namun, hari ini (terutama di
Indonesia) tak sedikit orang yang menutup mata akan hal tersebut, hal ini
dibuktikan dengan tingginya angka tindak kriminal yang terjadi di negara ini.
39
Namun terlepas berapa angka kriminal yang terjadi, dari deretan kasus, ada satu
kasus yang cukup menghebohkan publik Indonesia, yaitu kasus kejahatan dengan
jarimah dan jinayah. Hanya saja dalam Islam lebih di perjelas bahwa
berupa qishas dan hudud ataupun ta’zir. Gila dalam hal pembunuhan secara
umum terbagi dua, yaitu sebelum dan sesudah melakukan tindak pidana
berkaitan dengan pidana ini berbeda-beda, perbedaan ini disebabkan dua aspek,
70
https://www.annursolo.com/pertanggunjawaban-orang-gila-dalam-kasus-pidana-menurut-
islam/, akses 14 November 2019
40
Dalam hal ini yang menjadi landasannya adalah hadits Rasulullah SAW
yang berbunyi:71
hingga dia baligh, dari orang tidur hingga dia bangun, dari orang
penyakit gila melakukan tindakan jarimah al-hudud atau tindak pidana yang
Maka orang gila tidaklah diqishash. Melainkan hukuman diganti dengan uqubah
Maliyah, yaitu dengan membayar diyat. Hal tersebut dikarenakan kejahatan yang
berkaitan dengan hak hamba itu tidak bisa digugurkan seperti halnya hak Allah.
71
Al-Hafidz Abu Daud bin Sulaiman bi al-Asy’ats al-Sinjistani, Sunan Abi Daud (Bierut:
;Dar al-Fikr) 4/194
72
Ibid
73
https://www.annursolo.com/pertanggunjawaban-orang-gila-dalam-kasus-pidana-menurut-
islam/, akses 14 November 2019
41
jikadalam tindak pidana yang berkonsekuensi qishash dan diyat. Maka orang
sebelum atau setelah proses pengadilan. Dalam masalah ini para ulama
diqishas dan dikenai had meskipun mereka dalam kondisi gila. Hal ini
perkara taklif yang dibebankan pada orang gila, sedangkan mereka bukan
umum terbagi dua, yaitu sebelum dan sesudah melakukan tindak pidana
pembunuhan. Jadi, apabila gila menyertai tindak pidana (saat melakukan dalam
74
Ibid.,
42
kondisi gila) ataupun disebut gila sebelum, maka pelakunya dibebaskan dari
membayar diyat. Sedangkan gila sesudah melakukan tindak pidana atau datang
Syafi’iyah dan Hanabilah tetap diqishas dan dikenai had meskipun mereka dalam
hukum pidana, maka pelaku akan terbebas dari jerat hukum sebab kegilaannya
tersebut. Sebagaimana yang tertera dalam pasal 44 ayat 1 KUHP (Kitab Undang-
atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat memerintahkan supaya orang
43
itu dimasukkan kerumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu
percobaan.75
pidana yaitu alasan pembenar dan alasan pemaaf menurut Kitab Undang-Undang
perbuatannya tidak dapat dipidana atau perbuatannya yang tidak dapat dipidana.
Dalam hubungan ini, maka alasan penghapus pidana, dapat dibedakan menjadi:
pasal 44 KUHP.
masih ada alasan penghapus pidana diluar undang-undang yaitu: a). izin dan
norma-norma jabatan yang sudah diterima (alasan pembenar); b). sesat (fakta dan
maka pelaku akan terbebas dari jerat hukum sebab kegilaannya tersebut.
Sebagaimana yang tertera dalam alasan pemaaaf point pertama yakni, tidak
75
Andi Hamzah, KUHP DAN KUHAP, (Jakarta: Rineka C ipta,2015), hlm. 23
76
Suyanto, Pengantar Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm.114
44
celaaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang
ada memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya
pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana
77
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta:Bulan Bintang, 1968), hlm. 154
78
Mahrus ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta:sinar grafika, 2012). Hlm.157
45
hal berikut:
diatas maka kita dapat mengetahui bahwa orang yang bisa dikenakan beban
berkemauan sendiri.Kalau tidak terdapat syarat demikian maka tidak dapat pula
tidak termasuk orang yang mengetahui dan dan bukan orang yang mempunyai
pilihan, demikian juga orang yang belum dewasa.Oleh karena itu, tidak ada
perbuatan (larangan) yang dianggap oleh syara’ atau sikap tidak berbuat yang
79
0pcit., hlm 154
46
yaitu, mengetahui dan pilihan. Kalau salah satu syarat tidak ada, maka tidak ada
pertanggungjawaban pidana. 80
pidana dalam hukum islam yaitu: Tidak tahu, lupa dan keliru. Berikut
1. Tidak tahu, salah satu aturan pokok dalam syariat islam ialah bahwa
2. Lupa, menurut Aam Imaduddin lupa adalah kondisi dimana kita terlepas
dari ingatan terhadap sebuah peristiwa , dan biasanya ini bersifat alami,
menurut Ahmad Hanafi lupa ialah tidak tersiapnya sesuatu pada waktu
keliru. 82
3. Keliru, ialah apabila terjadi bukan atas kehendak si pembuat. Dari segi
80
Ibid., hlm. 159
81
Aam Imaduddin, memahami arti perubahan, (tasikmalaya: edu publisher, 2018), hlm. 54
82
Opcit., hlm. 184
47
ketelitian. 83
Islam yaitu: Adanya perbuatan yang dilarang, perbuatan itu dikerjakan dengan
perbuatan sendiri dan pelaku mengetahui akibat perbuatannya itu. Jadi apabila
terdapat tiga hal tersebut maka terdapat pula pertanggungjawaban, dan kalau tidak
Ketiga unsur tersebut, maka dapat diketahui bahwa yang bisa dibebani
pikiran, dewasa dan berkemauan sendiri. Dalam kasus pembunuhan oleh orang
yang menderita gangguan jiwa, maka tidak dapat dijatuhi hukuman sebagaimana
yang dijelaskan dalam H.R. Bukhari, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Daru
sampai ia bangun, anak kecil sampai ia baligh, dan orang gila sampai
ia sembuh.85
83
Ibid. 186
84
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta:Bulan Bintang, 1968), hlm. 154
85
Muhammad Ibn Isma’il Al Buhari, Sahih Al-Bukhari, Vol. VII (Dar al-Fikr, Beirut, tt)
48
pembebasan orang gila dari hukuman, tidak berarti ia dibebaskan juga dari
pertanggungjawaban perdata, sebab harta benda dan jiwa orang lain dijamin
Dalam sistem hukum pidana ada dua jenis sanksi yang keduanya
mempunyai kedudukan yang sama, yaitu sanksi pidana dan sanksi tindakan.
Sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling banyak digunakan didalam
jenis sanksi yang lebih banyak tersebar diluar KUHP, walaupun dalam KUHP
dan dikembalikan pada orangtuanya atau walinya bagi orang yang tidak mampu
86
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islamiy
Muqaranan bil Qanunil Wad’iy), Jilid II, h. 383.
87
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 194
49
adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun (pasal 340), sedangkan hukuman paling ringan
adalah dijatuhkan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-5 (pasal 350). Namun semua
sanksi pidana tersebut tidak berlaku untuk orang gila atau tidak berakal
bertanggungjawab yang terdapat dalam pasal 44 ditandai dari salah satu dua hal,
yaitu: jiwa yang cacat atau jiwa yang terganggu karena penyakit. Tidak mampu
gangguan jiwa atau penyakit jiwa, sehingga padanya tidak memenuhi persyaratan
apakah patut dicela atau tidak karena perbuatannya. Dengan kata lain seseorang
tersebut.88
pidana. Alasan enghapus pidana dapat terjadi karena perbuatannya tidak dapat
dipidana atau perbuatannya yang tidak dapat dipidana. Dalam hubungan ini, maka
88
Choirul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana tanpa Kesalahan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 98.
50
masih ada alasan penghapus pidana diluar undang-undang yaitu: a). Izin dan
norma-norma jabatan yang sudah diterima (alasan pembenar); b). Sesat (fakta dan
tindakan, tetapi tidak dapat dikenakan pidana. Tidak pula perlu diperiksa apakah
ada salah satu bentuk kesalahan dan alasan penghapusan kesalahan pada dirinya.
Tidak normalnya fungsi akal, disebabkan karena perubahan pada fungsi jiwa yang
karena sebab-sebab tertentu yang hanya dapatdijelaskan dari segi medis. Untuk
itu hakim wajib menghadirkan seorang saksi ahli yang dapat menjelaskan hal
tersebut, sehingga pelaku tindak pidana dipandang atau dinilai sebagai tidak
89
Ibid., hlm.114
51
rumah sakit jiwa selama satu tahun jika perbuatan itu tidak dapat
sakit berubah akalnya. Ini berarti hakim dapat memutuskan lepas dari tuntutan
jiwa tersebut.90
90
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Reneka Cipta, 2010), hlm. 158.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa
dalam perbandingan hukum Islam dengan hukum pidana tentang tindak pidana
1). Bentuk-bentuk gangguan jiwa dalam Islam yaitu bersifat duniawi dan ukhrawi.
2). Pandangan hukum islam dan hukum pidana terhadap tindak pidana yang
dilakukan oleh orang yang gangguan jiwa. Gila dalam hal pembunuhan secara
umum terbagi dua, yaitu sebelum dan sesudah pembunuhan. Apabila gila
pidana. Namun jika dalam tindak pidana yang berkonsekuensi qishash dan
diyat. Maka orang gila tidaklah di qishash tetapi diganti dengan uqubah
Syafi’iyah dan Hanabilah tetap diqishas dan dikenai had . Sedangkan Madzhab
52
53
pidana, maka pelaku akan terbebas dari jerat hukum sebab kegilaannya
tersebut. Sebagaimana yang terdapat dalam pasal 44 ayat 1 dan 2 KUHP (Kitab
sanksi tindakan. Namun jika pembunuhan dilakukan oleh orang gila, maka ia
gugur atau terbebas dari sanksi pidana melainkan dikenakan sanksi tindakan
yaitu dimasukkan kerumah sakit selama setahun oleh hakim berdasarkan pasal
44 KUHP.
54
B. Saran
kepentingan pribadi.
aspek hukum yang ada di Indonesia, yaitu aspek hukum Islam dan aspek
pembunuhan dalam keadaan gangguan jiwa ini harus dengan teliti dan
secara adil.
55
C. Penutup
sedalamnya atas nikmat, taufiq, hidayah dan inayah kepada Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Shalawat dan
tindakan, dan taqrir beliau sebagai pelengkap dan penjelas akan firman Allah
penulis khususnya dan khalayak umum pada umumnya. Namun sebagai insan
biasa, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
YASIR ARAFAT
NIM.SHP.162208
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
A. Hanafi, Asaz-Asaz Hukum Pidana Islam, Cet. 5, Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam Yogyakarta: Bulan Bintang, 1968
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Menurut Al-Qur’an, Cet. 1, Jakarta Timur:
Al-Hafidz Abu Daud bin Sulaiman bi al-Asy’ats al-Sinjistani, Sunan Abi Daud,
2016
Iin Tri Rahayu, psikoterapi perspektif islam dan psikologi kontemporer, Malang:
Inu Wicaksana, Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa, Yogyakarta: Kanisius, 2008
56
57
2008
2017
Muhammad Ibn Isma’il Al Buhari, Sahih Al-Bukhari, Vol. VII, Dar al-Fikr, Beirut,
tt
Pomedia, 2017
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, 1997
Rohidin, Pengantar Hukum Islam, Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2016
Sofyan Maulana, Hukum Pidana Islam dan Pelaksanaan, Jakarta: Rineka Cipta.
2004
Alfabeta.2009
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Cet. I, Jakarta: Gema Insani
Press, 2003
Wahbah al-zuahili, Ilmu Ushul Al Fiqh Juz II, Beirut: dar al-fikr, 2001
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia Jakarta:
Zainuddin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:
B. Peraturan-Peraturan
C. Lain-Lain
Menurut Hukum Islam Dan Hukum Pidana’’, UIN STS, Jambi, 2017
https://www.annursolo.com/pertanggunjawaban-orang-gila-dalam-kasus-pidana-
menurut-islam/
60
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : YASIR ARAFAT
Tempat Lahir : Bawah Tapus
Tanggal Lahir : 23 Oktober 1997
Agama : Islam
Alamat Asal : Bukit Sulah Kec.Batang Asai Kab.Sarolangun
Nama Ayah : HUSNUSPAWI
Nama Ibu : DARUSSIAH
No Hp : 082386348639
B. Riwayat Pendidikan
a. SDN 150/VII KASIRO II Tahun 2010
b. MTsS Nurul Falah Batang Asai Tahun 2010-2013
c. SMA Negeri 6 Sarolangun Tahun 2013-2016
d. UIN STS Jambi Tahun 2016-2020
C. Riwayat Organisasi
a. Sekretaris Bidang Pertamanan La_PASMA Tahun 2017-2018
b. Ketua Umum La_PASMA Tahun 2018-2019
c. Dewan Pembimbing (Demisioner) Tahun 2019-2020
YASIR ARAFAT
NIM.SHP.162208