JINAYAT
Dosen Pengampu:
Dr .Nufiar, M.Ag
Disusun oleh:
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
kepada penulis khususnya untuk kita semua, karena berkat kerja keras serta hidayah dan
inayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini, shalawat beserta salam marilah kita
curahkan kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing penulis di dalam
penyusunan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan
kebaikan. Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi penulis umumnya
bagi kita semua. Amin ya rabbal a’lamiin .
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………………...…………….i
BAB PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.1LatarBelakang ……………………………………………………………..1
1.1Rumusan Masalah…………………………………………………………1
1.1Tujuan Penulisan…………………………………………………………..1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………5
PENDAHULUAN
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa manusia, dan
membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah
yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang yang beruntung. Dan kita
sebagai umat manusia hidup dengan semua hukum dan larangan , dan kita hidup dalam
bermasyarakat dan bersosial harus memperhatikan semua hukum yang berlaku .
Dan bagi siapa pun hidup dalam negara hukum harus memperhatikan hukum tersebut,
dan siap menerima konskuensinya seperti hukum qanun jinayat di Aceh.
Islam telah menetapkan aturan untuk segala aspek kehidupan, termasuk tindakan
kriminal yang diatur dalam hukum jinayat. Hukum jinayat adalah hukum pidana
dalam sudut pandang Islam.
Menurut Zainudin Ali dalam buku Hukum Pidana Islam, hukum jinayat adalah
segala ketentuan hukum mengenai tindak atau perbuatan kriminal yang dilandaskan
pada Al Quran dan hadits.
Jinayat berasal dari kata masdar ‘jana’ yang berarti berbuat dosa dan kata ‘jinayah’
memiliki arti perbuatan dosa atau perbuatan salah. Istilah jinayat sendiri memiliki
beberapa pengertian.
Menurut Abd al Qodir Awdah dalam buku Hukum Pidana Menurut Al Quran
karangan Ahmad Wardi Muslich, jinayat adalah perbuatan yang dilarang syariat.
Perbuatan terlarang yang dimaksud berkaitan dengan jiwa, harta benda, atau lainnya.
Sementara di kalangan ahli fikih atau fuqoha, jinayat adalah perbuatan yang dilarang
syariat yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pelecehan, hingga
pembunuhan.
Menurut al-Syathibi, salah satu pendukung Mazhab Maliki yang terkenal, lima
unsur pokok dalam mewujudkan kemaslahatan manusia adalah agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta. al- Syathibi pada akhirnya berkesimpulan bahwa
adanya lima kebutuhan pokok bagi manusia tersebut menempati suatu yang
qath’iy (niscaya) dalam arti dapat di pertanggung jawabkan dan oleh karena itu
dapat dijadikan sebagai dasar menetapkan hukum.
Dalam usaha mewujudkan dan memelihara lima unsur pokok itu al-Syathibi
mengemukakan tiga peringkat maqashid alsyari’ah (tujuan syariat), yaitu
pertama adalah tujuan primer (maqashid aldaruriyyah), kedua adalah tujuan
sekunder (maqashid al-hajjiyyah), dan ketiga tujuan tertier (maqashid al-
tahsiniyyah). Atas dasar inilah maka hukum Islam dikembangkan, baik hukum
pidana, perdata, ketatanegaraan, politik hukum, maupun yang lainnya.
Dengan mengacu kepada lima kebutuhan pokok manusia dan tiga peringkat
tujuan syariat tersebut, dapatlah dipahami bahwa tujuan utama pemberlakuan
hukum pidana Islam adalah untuk kemaslahatan manusia. Abdul Wahhhab
Khallaf memberikan perincian yang sederhana mengenai pemberlakuan hukum
pidana Islam yang dikaitkan dengan pemeliharaan lima kebutuhan pokok
manusia dalam bukunya ‘Ilmu Ushul alFiqh:
Untuk memelihara harta ini disyariatkanlah tata cara pemilikan harta, misalnya
dengan muamalah, perdagangan, dan kerja sama. Di samping itu, Allah
mengharamkan mencuri atau merampas hak milik orang lain dengan cara yang
tidak benar. Jika larangan mencuri diabaikan, maka pelakunya akan diancam
dengan hukuman potong tangan.
Qanun No. 6 tahun 2014 (juga disebut "Qanun Jinayat") adalah perda terbaru
yang mengatur hukum pidana Islam di Aceh. Perda ini melarang konsumsi dan
produksi minuman keras (khamar), judi (maisir), sendirian bersama lawan jenis
yang bukan mahram (khalwat), bermesraan di luar hubungan nikah
(ikhtilath), zina, pelecehan seksual, pemerkosaan, menuduh seseorang
melakukan zina tanpa bisa menghadirkan empat saksi (qadzaf), sodomi antar
lelaki (liwath), dan hubungan seks sesama wanita (musahaqah)
Hukuman bagi mereka yang melanggar bisa berupa hukuman cambuk, denda,
dan penjara. Beratnya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hukuman
untuk khalwat adalah yang paling ringan, yaitu hukuman cambuk sebanyak
maksimal 10 kali, penjara 10 bulan, atau denda 100 gram emas. Hukuman
paling berat adalah untuk pemerkosa anak; hukumannya 150-200 kali cambuk,
150-200 bulan penjara, atau denda sebesar 1.500-2.000 gram emas).
Yang menentukan hukuman mana yang akan dijatuhkan adalah
hakim. Menurut Amnesty International, pada tahun 2015 hukuman cambuk
dilaksanakan sebanyak 108 kali, dan dari Januari hingga Oktober 2016
sebanyak 100 kali.
Hukum ini berlaku untuk semua orang Muslim ataupun badan hukum di Aceh.
Hukum ini juga berlaku untuk kaum non-Muslim jika kejahatannya tidak diatur
oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, atau jika dilakukan bersama dengan
seorang Muslim dan pihak non-Muslim secara sukarela memilih hukum
Islam. Pada April 2016, seorang wanita Kristen dicambuk 28 kali karena telah
menjual minuman keras; ia adalah orang non-Muslim pertama yang dijatuhi
hukuman cambuk berdasarkan qanun ini.
SARAN
Kerjakan Qanun hukum jinayat secara baik dan benar, karena ketika kita keliru
dalam melaksanakan Qanun membuat banyak orang enggan untuk mematuhi
Qanun hukum jinyat, bahkan mungkin terhadap Qanun-Qanun yang lain yang
akan datang nantinya sehingga menggambarkan kepada banyak orang Qanun
hukum jinayat sangat menyeramkan ketika orang dari luar Aceh ingin berlibur
Aceh hanya karena peraturan Qanun di aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag. (2013). fIqh Jinayah. AMZAH. ISBN 978-602-8689-
76-2.
Drs.H.Imron Abu Umar (1983). Terj. Fat-hul Qarib Jilid 2. Menara Kudu