Disusun oleh :
Kelompok
Dalam membuat makalah ini penulis menyajikan dengan bahasa yang cukup
sederhana. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini.
Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan, saya harap kritik dan saran demi
kesempurnaanya makalah ini Saya ucapakan terimakasih dan semoga bermamfaat.
Garut, 15 Januari
2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia berjalan di kehidupan dunia ini, sejak awal penciptaan dalam dirinya
terdapat kepribadian yang beragam dan dikendalikan oleh kecenderungan naluri yang
berbeda pula. Fitrah telah menentukan bahwa individu tidak akan berkembang dengan
sendirinya. Ia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain dalam
memenuhi kebutuhannya, dalam menyempurnakan sebab-sebab hidupnya yang tidak dapat
dilakukan oleh tangan dan pengetahuannya, serta bahan yang tidak dapat dibawa oleh
kekuatannya. Dengan ini, kehidupan manusia adalah kehidupan kelompok, dalam setiap
individu dari kelompok itu saling membutuhkan dalam membangun masyarakat, dan saling
mengatur semua kesulitan agar menjadi kehidupan yang damai. Manusia adalah makhluk
bermasyarakat, yang oleh Aristoteles disebut dengan zoon politicon.
Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan, kebutuhan, alam pikiran serta usaha-
usaha. Manusia mempunyai seuntai rangkaian kepentingan kebutuhan hidup. Kepentingan-
kepentingan seseorang dapat berkaitan sangat erat dengan kepentingan orang lainnya.
Adakalanya kepentingan itu bersifat saling menjatuhkan, tetapi dapat pula sama antara
manusia pemikul berbagai kepentingan itu. Setiap anggota masyarakat mempertahankan
kepentingan-kepentingan sendiri, sehingga dapatlah timbul pertentangan sesama mereka. Hal
yang demikian sangat membahayakan ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat itu
sendiri. Jika tidak diatur, niscaya akan terjadi “homo homini lupus”.
Meskipun setiap individu dalam sebuah masyarakat tertentu memiliki kepentingan
yang berbeda-beda, akan tetapi mereka tetap tidak menginginkan terjadinya bentrokan
(chaos) antara sesama anggota masyarakat, mereka tentu menginginkan sebuah kedamaian
yang memungkinkan keinginan-keinginan mereka itu terwujud. Dalam hal hidup
bermasyarakat, berpuncak pada suatu organisasi negara yang merdeka, maka tertib
bermasyarakat dipedomani oleh dasar negara tersebut. Apabila hal ini kita tinjau dari segi
hukum, maka tertib bermasyarakat yang berupa tertib hukum, haruslah didasarkan pada
Undang-Undang Dasar negara tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Qisas
Kata “qisas” ( )قصاصberasal dari bahasa Arab yang berarti “mencari jejak”, seperti “al-
qasas“. Sedangkan dalam istilah hukum Islam, maknanya adalah pelaku kejahatan dibalas
seperti perbuatannya, apabila ia membunuh maka dibunuh dan bila ia memotong anggota
tubuh maka anggota tubuhnya juga dipotong.
Sedangkan Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan mendefiniskannya dengan, “Al-Qisas adalah
perbuatan (pembalasan) korban atau walinya terhadap pelaku kejahatan sama atau seperti
perbuatan pelaku tadi.”
Dapat disimpulkan bahwa qisas adalah mengambil pembalasan yang sama atau serupa, mirip
dengan istilah “utang nyawa dibayar dengan nyawa”.
َم ْن ُقِتَل َلُه َقِتيٌل َفُهَو ِبَخْيِر الَّنَظَر ْيِن ِإَّم ا َأْن ُيْفَدى َو ِإَّم ا َأْن ُيْقَتل
“Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa
memilih diyat dan bisa juga dibunuh (qisas).” (HR. al-Jama’ah).
Sedangkan dalam riwayat at-Tirmidzi adalah dengan lafal,
َم ْن ُقِتَل َلُه َقِتيٌل َفُهَو ِبَخْيِر الَّنَظَر ْيِن ِإَّم ا َأْن َيْع ُفَو َو ِإَّم ا َأْن َيْقُتَل
“Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa
memilih memaafkannya dan bisa membunuhnya.”.
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa wali (keluarga) korban pembunuhan dengan
sengaja memiliki pilihan untuk membunuh pelaku tersebut (qisas) bila menghendakinya, bila
tidak bisa memilih diyat dan pengampunan. Pada asalnya, pengampunan lebih utama, selama
tidak mengantar kepada mafsadat (kerusakan) atau ada kemashlahatan lainnya.
Macam-Macam Qisas
Qisas itu terbagi 2 yaitu :
a. Qisas jiwa
Qisas jiwa adalah qisas yang berhubungan dengan jiwa seseorang atau hak hidup
seperti pembunuhan. Pembicaraan pada masalah ini berpangkal pada pembicaraan tentang
sifat pembunuhan dan pembunuh yang karena berkumpulnya sifat-sifat tersebut bersama
korban mengharuskan adanya qisas.tidak semua pembunuhan dapat dikenai qisas melainkan
qisas itu hanya dikenakan pada orang yang membunuh tertentu dengan cara pembunuhan
tertentu dan korban tertentu. Dan demikian itu karena yang dituntut dalam hal ini tidak lain
hanyalah keadilan.
b. Qisas anggota badan (pelukaan)
Pelukaan itu ada 2 macam; pelukaan yang dikenai qisas dan pelukaan yang dikenai
diyat atau pemaafan.
Mengenai pelukaan yang dapat dikenai qisas meliputi syarat-syarat orang yang
melukai, syarat-syarat pelukaan yang mengakibatkan qisas serta syarat-syarat orang yang
dilukai.
1) Syarat orang yang melukai
Orang yang melukai itu harus mukallaf (baligh (dewasa) dan berakal).jika seseorang
memotong anggota tubuh orang lain, maka tidak diperselisihkan lagi bahwa ia dikenai qisas,
jika pelukaan itu mengakibatkan qisas.
2) Syarat orang yang dilukai
Jiwa orang yang dilukai itu disyaratkan seimbang dengan jiwa orang yang melukai. Adapun
faktor yang mempengaruhi keseimbangan ini ialah kehambaan dan kekufuran.
Syarat-syarat Qisas :
Qisas terhadap selain jiwa (penganiayaan) mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Pelaku berakal
2. Sudah mencapai umur balig
3. Motivasi kejahatan disengaja
4. Hendaknya darah orang yang dilukai sederajat dengan darah orang yang melukai.
Yang dimaksud dengan sederajat disini adalah hanya dalam hal kehambaan dan
kekafiran. Oleh sebab itu maka tidak diqisas seorang merdeka yang melukai hamba sahaya
atau memotong anggotanya. Dan tidak pula diqisas seorang muslim yang melukai
kafir zimmi atau memotong anggotanya.
Apabila pelaku melakukan perbuatan pelukaan tersebut secara sengaja, dan korban tidak
memiliki anak, serta korban dengan pelaku sama di dalam keislaman dan kemerdekaan, maka
pelaku diqisas berdasarkan perbuatannya terhadap korban, misalnya dipotong anggota
berdasarkan onggota yang terpotong, melukai serupa dengan anggota yang terluka. Kecuali
jika korban menghendaki untuk pembayaran diyat atau memaafkan pelaku. Besarnya diyat
disesuaikan dengan jenis dari perbuatan yang dilakukannya terhadap korban.
KESIMPULAN
Qisas adalah istilah dalam bahasa arab yang berarti pembalasan, mirip dengan istilah "hutang
nyawa dibayar nyawa". Dalam kasus pembunuhan hukum qisas memberikan hak kepada
keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh.
Oleh karena itu, setiap perbuatan yang melukai orang lain baik itu pembunuhan,
penganiayaan dan sebagainya dapat di kenakan hukuman terhadap apa yang dia lakukan.
qisas terdapat banyak hikmah, di antaranya:
1. Menjaga masyarakat dari kejahatan dan menahan setiap orang yang akan menumpahkan
darah orang lain.
2. Mewujudkan keadilan dan menolong orang yang terzalimi, dengan memberikan kemudahan
bagi wali korban untuk membalas kepada pelaku seperti yang dilakukan kepada korban.
3. Menjadi sarana taubat dan penyucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena qisas
menjadi kafarah (penghapus dosa) bagi pelakunya.