Anda di halaman 1dari 13

JINAYAT DAN CARA PELAKSANAANNYA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Fikih / Ushul Fikih
Dosen Pengampu: Enny Nazrah Pulungan, M. Ag

Disusun oleh:
Semester II / Tadris Biologi – 1
Kelompok 1
• Bunga Supandi (0310213025)
• Lendy Fadhillah (0310213024)
• Seri Haryani Harahap (0310213026)
• Winda Juliana Siregar (0310213028)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah,

Segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok. Tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
karena beliau telah membimbing dan membawa kita mengenal Allah dan agama yang agung
yaitu, Islam.

Laporan ini berisi hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi kami untuk
memenuhi tugas Mata kuliah Fikih / Ushul Fikih yang diampu oleh Ibu Enny Nazrah Pulungan,
M. Ag. Judul dari laporan ini adalah “Jinayat dan Cara Pelaksanaannya”. Diharapkan para
pembaca dapat memahami dan mengetahui isi dalam Laporan yang kami teliti sendiri.

Melalui kata pengantar ini kami selaku peneliti ingin meminta maaf, kami juga
menyadari akan adanya keterbatasan didalam laporan ini. Namun kami berharap kiranya dapat
diambil manfaatnya karena segala sesuatu yang tertulis didalam laporan ini merupakan
pengalaman lapangan. Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam proses menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT
memberkahi laporan ini sehingga memberikan manfaat dan motivasi kepada para pembaca.

Medan, 10 Juni 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
3. Tujuan ......................................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
Hasil wawancara kepada nazir mesjid ................................................................................................ 5
BAB III ................................................................................................................................................... 7
PENUTUP .............................................................................................................................................. 7
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 7
SARAN ................................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................................... iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hukum Pidana Islam merupakan syari’at Allah yang mengandung kemaslahatan bagi
kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Syari’at Islam dimaksud, secara materil
mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksanakannya. Konsep
kewajiban asasi syari’at, yaitu menempatkan Allah sebagai pemegang segala hak, baik
yang ada pada diri sendiri maupun yang ada pada orang lain. Setiap orang hanya pelaksana
yang berkewajiban memenuhi perintah Allah. Perintah Allah dimaksud, harus ditunaikan
untuk kemaslahatan dirinya dan orang lain.
Al qur’an merupakan penjelasan Allah tentang syari’at, sehingga disebut Al-Bayan
(penjelasan). Penjelasan dimaksud secara garis besar mempunyai empat bentuk Nash
(tekstual) tentang syari’at sesuatu, misalnya orang yang membunuh tanpa hak, sanksi
hukum bagi pembunuh tersebut adalah harus dibunuh oleh keluarga korban atas adanya
putusan dari pengadilan. Orang berzina harus dicambuk 100 kali bagi pelaku yang berstatus
pemuda dan pemudi. Namun bagi pelaku yang berstatus jandaa atau duda atau sudah
menikah hukumannya adalah rajam.1
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian dari agama islam.
Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup
manusia didunia ini dan akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat
dan mencegah atau menolak yang mudharat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan
kehidupan. Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia,
baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Menurut Abu Ishq al Shatibi (m.d.
790/1388) merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara: (1) agama, (2) jiwa,
(3) akal, (4) keturunan, dan (5) harta, yang kemudian disepakati oleh ilmuwan lainnya.
Kelima tujuan hukum Islam itu didalam kepustakaan disebut al-maqasid al-khamsah atau
al-maqasid al- syari’ah (tujuan hukum Islam).2
Tindakan kriminal adalah tindakan-tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman
umum serta tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Al-

1
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam”Fiqh Jinayah”, (Jakarta, Sinar Grafika
Offset, 2004), h. 136-137
2
Zainudin Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, Jakarta; Penerbit Sinar Grafika, hal 1
1
Qur’an dan hadist. Hukum Pidana Islam merupakan syari’at Allah yang mengandung
kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia maupun akhirat.
Jarimah ialah larangan-larangan Syara’ yang diancamkan oleh Allah dengan hukuman
had atau ta’zir. Para Fuqoha sering memakai kata-kata “Jinayah” untuk “jarimah”. semula
pengertian “jinayah” ialah hasil perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada
perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada perbuatan yang dilarang oleh syara’,
baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta-benda ataupun lain-lainnya. Akan
tetapi kebanyakan fuqoha memakai kata-kata “Jinayah” hanya untuk perbuatan yang
mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti membunuh, melukai, memukul,
menggugurkan kandungan dan sebagainya.3
Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah Fiqh Jinayah adalah
segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan
oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari
pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al-qur’an dan hadist.4
➢ Dasar hukum sanksi pembunuhan disengaja di dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Dalil hukum yang mengantur tentang sanksi hukum pembunuhan disengaja adalah qisas
atau diyat diantaranya sebagai berikut. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 178:

‫اص ِفى ْالقَتْلى اَ ْل ُح ُّر‬ ُ ‫ص‬ َ ‫علَ ْي ُك ُم ْال ِق‬ َ ‫ب‬َ ‫يٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ُك ِت‬
‫ي لَه ِم ْن اَ ِخ ْي ِه‬ ُ ‫ِب ْال ُح ِر َو ْال َع ْبدُ ِب ْال َع ْب ِد َو ْاْلُ ْنثى ِب ْاْلُ ْنثى فَ َم ْن‬
َ ‫ع ِف‬
‫سان ذ ِل َك تَ ْخ ِفيْف ِم ْن‬ َ ‫ف َواَدَ ۤاء اِلَ ْي ِه بِا ِْح‬ِ ‫ش ْيء فَاتِبَاع بِ ْال َم ْع ُر ْو‬ َ
َ ‫َّر ِب ُك ْم َو َر ْح َمة فَ َم ِن ا ْعتَدى َب ْعدَ ذ ِل َك فَلَه‬
‫عذَاب اَ ِل ْيم‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas
berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi
barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya
dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang

3
Ahmad Hanafi, 1967, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta; Penerbit Bulan Bintang, hal 1
4
Muhammad Daud Ali, 1990, Hukum Islam, Jakarta; Penerbit Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, hal. 46.
2
demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa
melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.”

Dengan demikian kerugian yang ditimbulkan oleh jarimah dalam qanun a quopada
pokoknya memberikan perlindungan pada akhlak, maka kerugian utama yang
ditimbulkannya pun berhubungan dengan akhlak, lebih banyak menimpa diri sendiri dari
orang lain, dengan demikian kerugian langsung yang ditimbulkan oleh jarimahhanya
sedikut yang berhubungan dengan orang lain mislanya pemerkosaan, pelecehan seksual,
menjual khamar dan seterusnya. Sedangkan kerugian tidak langsung atau kerugian jangka
panjang dari pelanggaran jarimah-jarimah tersebut seperti keruntuhan akhlak, kemiskinan,
hilangnya kesetiakawanan dan sebagainya.5

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jinayat?
2. Hukuman apa yang pantas dan seharusnya diberikan oleh seseorang yang melakukan
tindak kejahatan seperti mencuri?
3. Bagaimana jika jinayat itu di terapkan di negeri kita Indonesia, apakah menurut
seorang ustadz tersebut akan menghilangkan segala kekerasan yang ada di jaman
sekarang?
4. Berapa kali cambukan bagi mereka yang melakukan jina dalam syariat Islam?
5. Bagimana cara mengatasi perbuatan jinayah yg terdapat di kampung ini?
6. Apa peran remaja masjid yang peduli akan agar tidak terjadinya hukum jinayah itu?

3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini dilakukan ialah:
1. Untuk mengetahui jinayat.
2. Untuk mengetahui hukuman apa yang pantas dan seharusnya diberikan oleh seseorang
yang melakukan tindak kejahatan seperti mencuri.
3. Untuk mengetahui seandainya jinayat itu di terapkan di negeri kita Indonesia, jadi
menurut seorang ustadz tersebut, akan menghilangkan segala kekerasan yang ada di
jaman sekarang.

5
Wirjono Prodjodikoro, 1981 Asas-asas Hukum pidana di Indonesia, Jakarta: Eresco
3
4. Untuk mengetahui berapa kali cambukan bagi mereka yang melakukan jina dalam
syariat Islam.
5. Untuk mengetahui cara mengatasi perbuatan jinayah yg terdapat di kampung ini.
6. Untuk mengetahui peran remaja masjid yang peduli akan agar tidak terjadinya hukum
jinayah itu.

4
BAB II

PEMBAHASAN
Hasil wawancara kepada nazir mesjid:
➢ KETERANGAN
Hari, tanggal: Kamis, 09 juni 2022
Waktu: 20.10 – 20.40
Tempat: Masjid Al-Ikhlas
Alamat: Jl. Suka Maju Dusun 7 Desa Bandar Klippa
Narasumber: Abdurrozak ismail, SE
Umur: 27 thn

➢ PERTANYAAN

1. Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan jinayat?


Jawaban:
Menurut saya, jinayat itu adalah kajian ilmu hukum Islam yang membahas tentang
kejahatan. Jadi, jika ada seseorang yang melakukan kejahatan maka harus dihukum
sesuai dengan hukum Islam atau jinayat ini. Dan yang saya tahu bahwa bentuk
perbuatan kejahatan yang berkaitan dengan jinayat ini seperti pembunuhan, perzinahan,
menuduh zina, pencurian, mabuk, dan perbuatan-perbuatan kejahatan lainnya.

2. Menurut Bapak, hukuman apa yang pantas dan seharusnya diberikan oleh seseorang
yang melakukan tindak kejahatan seperti mencuri?
Jawaban:
Menurut saya, kita ini hidup di negara Indonesia yang memiliki aturan juga dan
memiliki segala hukuman yang sudah berlaku di negara kita ini, kita tidak akan terlepas
dari aturan tersebut dan tidak akan kita abaikan jadi kita harus mengikuti aturan yang
berlaku sebab kita hidup di negara yang memiliki aturan. Sepengetahuan saya di
Indonesia ini jika ada seseorang yang melakukan tindak kejahatan seperti mencuri yaitu
pasti di penjara. Sanksi pidana perampokan atau pencurian menurut Pasal 365 KUHP
yaitu terdiri atas: penjara sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas tahun, dan
hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup. Aturan ini juga ada ketentuan-

5
ketentuannya tidak sembarangan saja diberikan. Tetapi, jika menurut agama kita yaitu
Islam maka ini akan dijatuhkan hukuman qisas yaitu potong tangan. Jadi, sebenarnya
lebih baik kita mengikuti hukum Islam agar tidak ada lagi kejahatan-kejahatan yang
terjadi di Indonesia ini. Tetapi, karena kita hidup di sebuah negara yang tidak
menjalankan hukuman Islam dan memiliki hukuman tersendiri, maka kita harus
mengikuti aturan negara kita Indonesia.

3. Bagaimana jika jinayat itu di terapkan di negeri kita Indonesia, apakah menurut ustadz
itu akan menghilangkan segala kekerasan yang ada di jaman sekarang?
Jawaban:
Jika jinayat di terapkan di Indonesia menurut saya itu insyaallah Bagus, akan tetapi
bukan menjadikan kekerasan menghilangkan akan tetapi berkurang.

4. Berapa kali cambukan bagi mereka yang melakukan jina dalam syariat Islam
Jawaban:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka cambuklah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali cambukan.

5. Bagimana cara mengatasi perbuatan jinayah yg terdapat di kampung ini?


Jawaban:
Cara mengatasinya mulai dari diri sendiri dengan berada di lingkungan orang-orang
yang baik, serta tanamkan nilai-nilai agama dalam hati agar dekat kepada sang pencipta
serta terbiasa dgn perbuatan-perbuatan yg tercela dan kepada kepala desa menanamkan
sehat dalam berpikir agar terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut.

6. Apa peran remaja masjid yang peduli akan agar tidak terjadinya hukum jinayah itu?

Jawaban:
Peran nya mengajak remaja2 desa sekitar agar lebih peduli terhadap masjid dengan
dekatnya mereka ke masjid maka bisanya terbuka pola fikir tentang menjauhkan diri
dari perbuatan jinah. Serta menanamkan nilai agama karena remaja adalah tongak masa
depan yg akan menggantikan orang yang dimakan oleh umur. karena jika agama sudah
ditanamkan mereka bisa mengerti mana perbuatan baik dan benar.

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian dari istilah jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya
pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Dikalangan fuqaha', perkataan
jinayah berarti perbuatan terlarang menurut syara'. Fiqh jinayah itu tentang hukum yang lebih
ke kekerasan fisik, terus seperti pembunuhan, jadi fiqh jinayah itu untuk hukum yang
sepantasnya dan sesuai aturan kepada orang yang telah melakukannya. Hukuman ditetapkan
demikian untuk memperbaiki individu dalam menciptakan masyarakat yang tertib dan aman.
Jinayat adalah sebuah hukuman yang bersyarat atau jugak sering di sebut dengan hukuman
cambuk. Islam pelaksanaan hukuman cambuk merupakan implementasi disahkannya sistem
pemerintahan Islam.
Jinayah adalah sebuah kajian ilmu hukum Islam yang berbicara tentang kejahatan.
Dalam istilah yang lebih populer, hukum jinayah disebut juga dengan hukum pidana Islam.
Adapun ruang lingkup kajian hukum pidana Islam ini meliputi tindak pidana kisas, hudud, dan
takzir. Syariat Islam sama pendiriannya dengan hukum positif dalam menetapkan jarimah atau
tindak pidana dan hukumannya, yaitu dari segi tujuannya. Baik hukum pidana Islam maupun
hukum pidana positif keduanya sama-sama bertujuan memelihara kepentingan dan
ketentraman masyarakat serta menjamin kelangsungan hidupnya. Para ahli hukum Islam,
jinayah adalah sinonim dengan kejahatan. Namun di Mesir, istilah ini memiliki konotasi yang
berbeda. Ia diterapkan untuk kejahatan yang diancam dengan hukuman mati, kerja paksa
seumur hidup atau penjara. Adapun pengertian jarimah dalam kamus Arab-Indonesia menurut
bahasa adalah dosa atau durhaka.
Fiqh jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan
kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban),
sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al-Quran dan hadits.

7
SARAN
Mengingat kurangnya sadar manusia dalam berbuat buruk terhadap lingkungan seperti
mencuri dan zinah perlu memang di tegakkan nya jinayat ini di Indonesia. Dengan ini semoga
membantu kita untuk menurunkan Angga ke jahatan di indonesia.
Mengenai belum adanya aturan yang berlaku jinayat di daerah Aceh semoga
menjadikan contoh kepada kita di daerah lain untuk bisa lebih menjaga diri kita. perlu
diadakannya kesepakatan para ulama untuk bagaimana bagusnya untuk menegakkan hukum
yang nyata di lihat di Indonesia ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, 1967, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta; Penerbit Bulan Bintang, hal 1

Muhammad Daud Ali, 1990, Hukum Islam, Jakarta; Penerbit Rajawali Pers Citra Niaga Buku
Perguruan Tinggi, hal. 46.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam ”Fiqh Jinayah”, (Jakarta,
Sinar Grafika Offset, 2004), h. 136-137

Wirjono Prodjodikoro, 1981 Asas-asas Hukum pidana di Indonesia, Jakarta: Eresco

Zainudin Ali, 2007, Hukum Pidana Islam, Jakarta; Penerbit Sinar Grafika, hal 1

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv

Anda mungkin juga menyukai