Disusun Oleh:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang
Dosen Pengampu:
Dadan Ahmad Fadili, Drs., MM.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Hukum Jinayat,Kerjasama Umat Beragana,dan Akhlak dalam Islam” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Jinayat,hubungan umat
beragama,dan akhlak dalam islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dadan Ahmad Fadili, Drs., MM., selaku
dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk
itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian apabila banyak
kesalahan,penulis memohon maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1. Latar Belakang.........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................
1.3. Tujuan.......................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................
2.1. Tindak Pidana dan Jinayat.....................................................................
2.1.1. Pengertian dan Dasar Hukum......................................................
2.1.2. Macam-Macam Tindak Pidana....................................................
2.2. Kerjasama Umat Beragama...................................................................
2.2.1. Pengertian Kerjasama Umat Beragama......................................
2.3. Hubungan Intern Umat Islam................................................................
2.4. Hubungan Antar Umat Beragama.........................................................
2.5. Akhlak.......................................................................................................
2.5.1 Akhlak, Etika, dan Moral..............................................................
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................
3.1. Peradilan...................................................................................................
3.1.1. Pelaksanaan Hukuman atau Eksekusi.........................................
3.1.2. Hikmah Peradilan Islam...............................................................
3.2. Kerjasama Umat Beragama Menurut
Pandangan Islam.....................................................................................
3.2.1. Perbedaan Pendapat
dalam Ajaran Islam (Konflik Intern)....................................................
3.2.2. Hubungan Antar Umat Beragama Menurut Ketauhidan................
3.3. Akhlak Islam............................................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
4.1. Kesimpulan...............................................................................................
4.2. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari ditulis nya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan jinayat
2. Menjelaskan macam-macam jinayat.
3. Menjelaskan tata cara pelaksanaan jinayat
4. Menjelaskan kerjasama Antara Umat Beragama
5. Menjelaskan Kerjasama Sesama Muslim
6. Menjelaskan Kerjasama Umat islam Dengan Penganut Agama Lain
7. Menjelaskan konsep etika, moral dan akhlak
8. Menjelaskan aktualisasi akhlak dalam kehidupan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tindak Pidana dan Jinayat
2.1.1 Pengertian dan Dasar hukum
Tindak pidana dalam ajaran Islam termasuk katagori jinayat, yaitu bentuk
bentuk perbuatan jahat yang berkaitan dengan jiwa manusia atau anggota tubuh
(pembunuhan dan pelukaan). Tindak pidana atau jinayat dibagi ke dalam tiga
aspek, yakni kejahatan yang dapat dikenai hukuran qishash (jaraimul qishsh),
kejahatan yang dikenai had atan hudud (jarmimul hudud), dan tindak kejahatan
yang dapat dikenal takzir (jaraimul takzir).
Tindak kejahatan atau tindak pidana yang dapat dikenai qishash (jarainal
qishash) dan diyat adalah:
1. Pembunuhan dengan sengaja
2. Pembunuhan tidak sengaja
3. Pembunuhan seperti sengaja
Tindak kejahatan yang dapat dikenai hukaman had (jaraimul had) adalah:
1. Zina
2. Menuduh zina
3. Mabuk
4. Mencuri
5. Memberontak
6. Murtad
7. Durhaka.
Adapun tidak pidana yang dikenai takzir antara lain, takzir atas maksiat,
kemaslahatan umum, dan pelanggaran-pelanggaran. Sedangkan jenis dan
hukumannya, bergantung pada keputusan hakim.Qishash adalah balasan yang
sepadan, yaitu hukuman dijatuhkan kepada pelaku seperti perbuatan yang telah
dilakukannya kepada korban. Misalnya, hukuman bagi pembunuh diqishash
dengan cara dibunuh lagi atau melukai yang menyebabkan orang lain cacat.
Diqishash seperti perbuatannya, yaitu qishash mata dengan mata, tangan dengan
tangan dan seterusnya. Diyat adalah ganti rugi akibat dari suatu perbuatan
pidana, Misalnya, orang yang membunuh dengan tidak sengaja dihukum dengan
diyat berupa memerdekakan hamba sahaya dan memhayar 100 ekor unta kepada
keluarga korban.
Tindak pidana yang termasuk dalam jinayat dan dapat dikenai qishash atau
diyat adalah pembunuhan.
Setelah Rasulullah menerima pengakuan yang tak dapat ditolak lagi dari
perempuan itu, Rasul pun memanggil wali perempuan dan memerintahkan
kepadanya supaya berbuat baik kepada perempuan ini selama ia mengandung,
jika ia telah melahirkan hendaklah dibawa ke Rasul dan Rasulpun
memerintahkan orang untuk merajamnya, setelah perempuan itu
menghembuskan nafas terakhir lalu Rasul mensalatkan jenazahnya.
Jika kita renungkan betapa besarnya kerahmatan islam bagi orang yang
lemah. islam tidak menyiksa tetangga karena dosa orang lain, perempuan yang
berzina berhak menerima rajam tetapi janin di dalam perut tidak bersalah oleh
karena itu Rasulullah mempertangguhkan had dan memerintahkan sang wali
berlaku baik kepada perempuan tersebut untuk menjaga keselamatan anak yang
dikandungnya. Setelah anak dilahirkan dan disusukan ibunya barulah Rasulullah
melaksanakan hukum yang wajib dijalani perempuan pezina tersebut.
Demlkianlah keadilan Islam yang selalu memperhatikan keselamatan orang yang
salah.
Adapun tindak kejahatan yang dapat dikenai had dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Zina
Berzina termasuk dosa besar dan harus dihukum sesuai dengan ketentuan
hukum (had). Ada dua macam katagori berzina, yaitu vang dilakukan oleh orang
yang pernah menikah dan orang yang belum menikah. Pelaku zina yang pernah
menikah apabila terbukti dikenai bukuman setinggi-tingginya rajam. Bagi pezina
yang belum pemah menikah, hukumannya dipukul (jilid) seratus kali pukulan
dan diasingkan selama satu tahun.
b. Tuduhan zina
Menuduh berzina kepada orang lain (qadzaf) apabila tuduhannya itu tidak
bisa dibuktikan, maka penuduh dapat dikenai hukuman delapan puluh kali
pukulan.
d. Permabukan
e. Pencurian
Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat
beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa
dan bernegara.
Konsep ini berarti, bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulam,
ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran, walaupun hasil ijtihad yang
diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang dalam
menentukan yang kebenaran dan kesalahan bukan manusia, melainkan Allah
SWT, dan akan diketahui di hari akhir
Hubungan baik umat Islam dengan umat agama lain telah dibuktikan
sepanjang sejarah Islam. Seperti ketika umat islam menguasai Mesir, pengikut
Kristen yang disebut kaum Koptik (qibtiyah) di Mesir dilindungi keberadaannya.
Mereka tidak dipaksa memeluk Islam apabila mereka menolak, bahkan
pemerintah Islam pada saat itu melindungi dan menjaga keamanan diri, harta
dan keyakinannya. Hari ini kaum Koptik di Mesir hidup dan berkembang
dengan aman.
“Tidak ada paksaan (memeluk sesuatu) agama karena telah jelas mana
yang benar dan mana yang salah.” (Al-Baqarah,2:256)
“Dan apabila Tuhanmu menghendaki, orang yang ada di muka bumi ini
akan beriman seluruhnya. Apakah engkau hendak memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus,10:99)
4.Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan orang yang tidak sepaham
atau tidak seagama, selama tidak memusuhi Islam, firman Allah:
”Tuhan tidak melarang kamu berbuat kebaikan dan bersikap jujur terhadap
orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir
kamu dari kampungmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang jujur.”
(QS. Al-Mumtahannah,60:8).
2.5. Akhlak
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethes” artinya adat kebiasaan. Etika
adalah ilmu yang menyelediki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan
manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. Persamaan antara akhlak
dengan etika adalah keduanya membahas baik dan buruk tingkah laku manusia.
Perbedaannya terletak pada dasarnya, etika bertitik tolak dari pikiran manusia,
sedangkan akhlak dari ajaran Allah Swt. Moral berasal dari kata “Mores” yang
berati adat kebiasaan. Moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-
ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Moral dan etika memiliki
kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika bersifat teoritis, sedngkan
moral bersifat praktis. Menurut filsafat, etika memandang perbuatan manusia
secara universal (umum), sedangkan moral memandangnya secara lokal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Peradilan
Dalam sejarah Islam, orang yang pertama memegang peradilan atau hakim
adalah Rasulullah sendiri selanjutnya sesual dengan kebutuhan umat Islam yang
berkembang terus menerus. Berkaitan dengan peradilan, ajaran Ialam memberikan
nilai nilai dasar yang harus dipegang oleh seorang hakim dalam memutuskan
perkara. Hakim dalam pandangan Islam dipandang sebagai mujtahid. Seorang
hakim dengan kekuasaanunya dapat menjalankan hukuman kepada seseorang
Karena itu, hakim dituntut bertindak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam fikih islam kita menemukan balhwa suata perkara dapat digelar
apabila ada dakwaan yang memenuhi ketentuan. Dakwaan adalah sesuatu yang
menghubungkan kepada diri sendiri hak atas sesuatu yang ada pada orang lain
atau dalam tanggungan orang lain. dakwan diakui apabila dikuatkan dengan ikrar
(pengakuan), kesaksian, sumpah atau dengan dokumen yang sah.Ikrar adalah
pengakuan terhadap apa yang didakwakan dan ini merupakan dalil yang paling
kuat untuk menetapkan dakwaan.
Dalam menetapkan hukuman pidana, peradilan Islam sangat hati- hati. Kesalahan
dalam penetapan hukum dapat berakibat kerugian (untuk hukuman diyat)
kecacatan (untuk hukuman potong tangan) bahkan kematian seseorang (untuk
hukuman rajam atau qisash).
2. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun (yang salah dalam berijtihad pun
mendapatkan ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang
mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi
ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru. Di sini
perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang benar dan salah bukan
manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari akhir. Kendati
pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad
maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki
otoritaskeilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad.
Kemudian untuk umat-umat yang lain, seperti telah diteladankan oleh para
'ulamb' dan umarb' Islam zaman klasik, dapat diterapkan penalran analogis. Untuk
kaum Yahudi telah diturunkan Kitab Taurat yang memuat petunjuk dan jalan
terang, dan yang digunakan sebagai sumber hukum bagi kaum Yahudi oleh
mereka yang pasrah kepada Tuhan dan oleh para pendeta dan sarjana keagamaan
mereka. Mereka harus menjalankan ajaran bijak atau hukm itu. Kalau tidak,
mereka akan tergolong kaum yang menolak kebenaran (kafir).(6) Juga diturunkan
hukum yang rinci kepada kaum Yahudi, seperti mata harus dibalas dengan mata,
hidung dengan hidung, dan telingan dengan telinga, dan mereka harus
menjalankan itu semua. Kalau tidak, mereka adalah orang-orang yang zalim.(7)
Kitab Taurat diturunkan Tuhan kepada kaum Yahudi lewat Nabi Musa as.
Sesudah Nabi Musa as. dan para Nabi yang lain yang langsung meneruskannya,
Tuhan mengutus Isa al-Masih as. dengan Kitab Injil (Kabar Gembira). Para
pengikut Isa al-Masih as. menyebut Injil itu "Perjanjian Baru", berdampingan
engan Kitab Taurat yang mereka sebut "Perjanjian Lama". Kaum Yahudi, karena
tidak mengakui Isa al-Masih as. dengan Injilnya, menolak mengakui keabsahan
kedua-duanya sekaligus. Al-Qur'an juga mengatakan bahwa Injil yang diturunkan
kepada Isa al-masih as. itu menguatkan kebenaran Taurat dan memuat petunjuk
dan cahaya serta nasihat bagi kaum yang bertakwa. Para pengikut Injil diharuskan
menjalankan ajaran dalam kitab Suci itu, sesuai dengan yang diturunkan Tuhan.
Kalau tidak, mereka adalah fasiq (berkecenderungan jahat).(8)
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku terpuji
terhadap Allah Swt, baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti sholat,
puasa, beramal saleh, dan sebagainya.
a.Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah Swt serta meyakini apa yang
difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari
kiamat, dan qadha dan qadar
b.Taat, yaitu patuh atas segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
c.Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt dengan pasrah dan tidak
mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah Swt
g.Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan-Nya
h.Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, seperti memperbanyak
mengucapkan subhanallah (Maha Suci Allah), serta menjauhi perilaku yang dapat
mengotori nama Allah Swt
i.Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah
dibuat
k.Doa, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang
baik sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah.
1.Setia (al-amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati danjujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia,
kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
Kebalikan dari akhlak ini atau akhlak mazmumah adalah khianat yaitu menyalahi
kepercayaan dan kejujuran.
2.Benar (As-Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Kebalikan dari benar adalah dusta, yaitu menyalahi kenyataan
yang sebenarnya
3.Adil (Al-adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil terdiri atas
adil perseorangan, yaitu tindakan memberikan hak kepada yang mempunyai hak
tanpa menguranginya. Adil dari segi hukum atau masyarakat adalah memutuskan
suatu perkara sesuai dengan hukum, tanpa memandang latar belakang.Kebalikan
dari adil adalah zalim, yaitu menetapkan suatu keputusan hukum secara berat
sebelah atau tidak seimbang, merugikan pihak lain, memutar balikan fakta, atau
mengambil hak orang lain meolampaui batas.
4.Memelihara kesucian diri (al-ifafah), yaitu menjaga dan memelihara kesucian
dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah, dan perbuatan yang dapat
mengotori dirinya.
Kebalikan al-ifafah adalah budak nafsu, yaitu mengikuti keinginan hawa nafsu
dan emosinya, sehingga apa yang dilakukannya tanpa mempertimbangkan baik
atau buruk.
5.Malu (Al-haya). Yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan
melanggar perintah Allah
6.Keberanian (As-syajaah), yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan
berbuat menurut semestinya. Kebalikan dari keberanian adalah penakut, yaitu
tidak mau beresiko atau pengecut,
7.Kekuatan (Al-Quwwah), terdiri atas kekuatan fisik, jiwa atau semangat, dan
pikiran atau kecerdasan. Kekuatan fisik dipelihara melalui makanan dan
pemeliharaan kesehatan, kekuatan jiwa adalah ketangguhan menerima cobaan dan
kesiapan melakukan perjuangan, kekuatan pikiran adalah kesiapan dan semangat
mengembangkan pikiran.
9.Kasih sayang (Ar-rahman), yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang
lain, dan sesama makhluk. Kebalikan dari akhlak ini adalah kebencian, egoisme,
individualisme, bakhil, dendam, dan adu domba.
10.Hemat (Al-iqtishad), yaitu sikap hemat yang meliputi hemat terhadap harta,
hemat tenaga, dan hemat waktu. Kebalikan dari hemat adalah boros, yaitu baik
dalam hal uang, waktu, dan tenaga.
b.Akhlak terhadap keluarga
Orang tua menjadi sebab adanya anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat
ditekankan oleh ajaran islam. Dosa kepada orang tua merupakan dosa besar yang
siksanya tidak hanya diperoleh di akhirat, tetapi juga di dunia.
e.Berterimakasih
Seorang muslim dituntut untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil alamin), yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan rasa kasih sayang.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Secara etimologis (lughah) “jinayah”, berarti : perbuatan terlarang, dan
“jarimah”, berarti : perbuatan dosa. Secara termologis (ishtilah) “jinayah” atau
“jarimah’, adalah sebagaimananya dikemukakan Imam Al-Mawardi : “Jarimah
adalah segala larangan syarak yang diancam hukuman had atau ta’zir’. Hudud
adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah ditentukan oleh Al-
Qur'an dan Hadis.