DOSEN PENGAMPU :
Yosi Aryanti,S.Ag.,M.Ag
Kelompok :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Agama yaitu Ibu Yosi
Aryanti,S.Ag.,M.Ag yang memberikan tugas “Pertemuan 2 : sehingga kami bisa berbagi
pengetahuan dan diskusi mengenai materi tersebut.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. latar Belakang..........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. KONSEP AGAMA ISLAM MENGATUR BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN ..............6
B. ISLAM TIDAK MEMISAHKAN DUNIA DAN AKHIRAT ...............................................8
C. ISLAM TIDAK MEMAKSA KEHENDAK .........................................................................9
D. ISLAM AGAMA PEMERSATU .........................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam
kehidupan manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT)
SWT telah berfirman dalam al-Qur‟an bahwasannya agama Islam itu adalah
tuntas ke dalamnya. Islam dijadikan sebagai agama yang berlaku untuk semua
umat manusia. Pernyataan tersebut sesuai dengan segala waktu dan tempat,
serta untuk semua umat manusia dalam segala ras dan generasinya.
B. Rumusan Masalah
Islam adalah suatu agama yang mengatur segala aspek kehidupan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad untuk mengatur
hubungan manusia dengan diri sendiri, sesama manusia, alam semesta, dan
Tuhannya.
Berikut ini beberapa hal yang menckup islam mengatur aspek kehidupan
manusia :
1. SOSIAL
Islam adalah sebuah system sosial yang mencakup segala aspek kehidupan
manusia,islam tidak hanya membawa aqidah keagamaan yang benar semata-
mat atau ketentuan hal utama yang menjadi hal dasar masyarakat ,tetapi juga
mebawa serta syariat yang benar selagi adil,syariat inilah yang mengatur
manusia,perilaku dan hubungan-hubungannya satu sama lain dalam segala
aspek,baik bersifat individu,keluarga,hubungan individu dengan masyarakat
maupun hubungan negara islam dengan negara-negara lain.
2. POLITIK
Islam sebagai agama tidak hanya mengandung hal-hal berdimensi politik saja
tetapi juga memberikan pedoman kehidupan sosial,dalam hal inilah islam
mempunyai dimensi politik dan kenegaraan yang dikenal dengan Al-Islam Din
Wa’aldaulah yang mengisyaratkan kedekatan antara negara dan agama.
Sayib qutb salah seorang tokoh airan yang berpendapat bahwa islam adalah
agama yang sempurna dan amat lengkap bagi suatu sistem kehidupan yang
tidak saja meliputi tuntunan moral dan peribadatan tetapi juga sistem politik
dan bentuk ciri-cirinya seperti sistem pemerintahan,sistem ekonomi dan
sebagainya.
3. EKONOMI
Didalam agama islam juga mengatur aspek ekonomi dalam kehidupan yang
dikenal dengan “Ekonomi Islam” Adapun pengertian Ekonomi Islam yaitu
suatu ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya mempelajari tentang masalah-
masalah ekonomi masyarakat yang berbasis islam dan didasari oleh empat
pengetahuan yaitu Al-Qur’an,sunnah,ijma dan Qiyas.
Bahwa islam adalah sebuah system yang bukan hanya sebatas agama islam
adalah sebuah tatanan luas yang mengatur segala aspek kehidupan yang
mencakup ilmu,pemerintahan ,politik,ekonomi,sosial budaya,pertahanan
militer,hingga hukum.
Dari Anas ra. ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi saw.
untuk bertanya tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka
menganggap ibadah mereka sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan Nabi saw., padahal beliau sudah diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka
mengatakan, “Aku akan melakukan shalat malam seterusnya.” Lainnya
berkata, “Aku akan berpuasa seterunya tanpa berbuka.” Kemudian yang lain
juga berkata, “Sedangkan aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.”
Melihat kepada potongan hadis di atas, tentu ada rasa kagum bagaimana
semangat ibadah para sahabat yang sangat tinggi. Namun ternyata, setelah
kabar ketiga sahabat tersebut sampai kepada Nabi saw., beliau memiliki
tanggapan yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa telah berlebih-lebihan
dalam melakukan ibadah sehingga melupakan aspek kehidupan dunia, padahal
amalan yang demikian tidak dicontohkannya. Pada lanjutan hadis dijelaskan
bahwa Rasulullah saw. mendatangi mereka seraya bersabda, “Benarkah kalian
yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah
orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertaqwa kepada-Nya di
antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat (malam) dan
aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka siapa yang tidak menyukai
sunahku, ia tidak termasuk golonganku.”
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa wanita, anak, harta, kendaraan,
termasuk sawah ladang adalah keindahan dunia yang wajar jika manusia
condong kepadanya. Kecintaan terhadap beberapa hal tersebut pada dasarnya
adalah sah karena fitrah manusia memang diciptakan demikian. Namun
kemudian menjadi tidak wajar jika kecintaan yang timbul menjadi berlebihan,
apalagi menjadikan kesemuanya itu hanya sebagai tujuan hidup tanpa
memperhatikan urusan akhirat.
Dalam prinsip “seimbang dunia dan akhirat” terkandung makna bahwa porsi
dunia dan akhirat haruslah sama. Sehingga dalam prinsip ini dunia dan akhirat
mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan prinsip ini juga menyeleweng
sehingga porsi dunia lebih besar
Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa dunia adalah ladang akhirat (ad-
dunya mazra’at al-akhirah). Maksudnya adalah bagaimana kita harus bersikap
terhadap dunia untuk menjadikannya sebagai ladang di mana kita menanam
berbagai amal baik untuk dipanen nantinya di akhirat. Jika amal yang kita
tanam berasal dari bibit yang kurang baik, kita harus bersiap memanen hasil
yang kurang baik. Sebaliknya jika yang kita tanam berasal dari bibit yang baik,
maka kita akan bergembira dengan hasil yang baik pula di akhirat kelak. Allah
berfirman, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun dia akan
melihat (balasan)nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun
dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Dalam prinsip “seimbang dunia dan akhirat” terkandung makna bahwa porsi
dunia dan akhirat haruslah sama. Sehingga dalam prinsip ini dunia dan akhirat
mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan prinsip ini juga menyeleweng
sehingga porsi dunia lebih besar. Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia,
maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua
pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan
baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat,
Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di
hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.[HR. Ibnu Mâjah
no. 4105]
Bagi umat islam, sekularisme merupakan suatu paham atau ideologi yang
dianggap menyesatkan. Karena, agama tidak dapat mencampuri urusan
duniawi.
Di dalam sistem sekuler, pemerintah pun juga tidak dapat mencampuri urusan
agama bahkan sebaliknya. Munculnya paham sekularisme ini di benuar Eropa
karena pengalaman buruk daerah-daerah Eropa terhadap peran agama dalam
pemerintahan maupun kehidupan sosial keagamaan.
Bentuk dari sekularisme di antaranya adalah tidak peduli dengan urusan agama,
landasan hukumnya adalah hak asasi manusia dan lain ideologi saintisme
sebagainya. Bahkan pada saat ini sekularisme bertumbuh menjadi sebuah trend
bagi anak muda dengan gaya hidup ala kebarat-baratan, jauh dari nilai sosial
budaya yang telah berlaku di Indonesia ini.
Sekularisme sangat menggoda penghayatan hidup manusia dalam aspek
keagamaan dan keimanan. Sekularisme menggoda manusia dalam hal godaan
materi,Sering sekali sekularisme menggoda diri manusia dan mendorong
manusia untuk bersikap melampaui batas yang telah ditentukan oleh ajaran
agama,Sehingga seolah-olah manusia beragama lupa apa saja yang telah
diajarkan agama dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri dari sekularisme.
Misalnya ketika kita sedang bekerja terdapat beberapa teman yang sudah
memiliki pengetahuan letak-letak yang bisa dijadikan celah untuk melakukan
kecurangan yaitu meraup materi yang lebih banyak. Di tempat itu itu namanya
korupsi sebagai godaan materi.
Bahkan dengan melebihkan isi tagihan nota yang tidak sesuai dengan harga
aslinya alias mark up. Namun karena kita menilai itu merupakan sesuatu yang
salah, maka kita tidak boleh mengikutinya. Banyak sekali hal-hal yang
mungkin dapat kita lakukan untuk menjadi seperti orang-orang di lingkungan
kantor kita lakukan namun karena tetap mengetahui bahwa itu adalah hal yang
salah, maka kita tidak serta mengikutinya dan tidak juga langsung menolak
secara terang-terangan. Karena kita menghargai mereka. Namun terkadang kita
tidak ingin mengikut campurkan urusan tersebut dengan mereka. Jadi jika
mereka sedang membahasnya kita harus langsung menghindar atau tidak
banyak bertanya lebih lanjut.
Untuk tetap teguh beriman di tengah derasnya arus zaman sekularisme yang
berpotensi melemahkan keimanan adalah menyibukkan diri dengan membaca
Kitab Suci Al-Qur’an beserta terjemahannya, membaca hadits disertai
maknanya, dan menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas ibadah
keagamaan.
Kita perlu berpikir rasional berbasis nilai-nilai religius agama untuk menangkal
sekularisme. Kita manfaatkan hal-hal baik dari sekularisme untuk
mengembangkan karakter diri dan sikap iman kita yang semakin mendalam
kepada Allah dan juga membangun solidaritas dengan sesama manusia dan
cinta alam lingkungan.
Dari Anas ra. ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi saw.
untuk bertanya tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka
menganggap ibadah mereka sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan Nabi saw., padahal beliau sudah diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka
mengatakan, “Aku akan melakukan shalat malam seterusnya.” Lainnya
berkata, “Aku akan berpuasa seterunya tanpa berbuka.” Kemudian yang lain
juga berkata, “Sedangkan aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.”
Melihat kepada potongan hadis di atas, tentu ada rasa kagum bagaimana
semangat ibadah para sahabat yang sangat tinggi. Namun ternyata, setelah
kabar ketiga sahabat tersebut sampai kepada Nabi saw., beliau memiliki
tanggapan yang berbeda. Beliau menegaskan bahwa telah berlebih-lebihan
dalam melakukan ibadah sehingga melupakan aspek kehidupan dunia, padahal
amalan yang demikian tidak dicontohkannya.
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa wanita, anak, harta, kendaraan,
termasuk sawah ladang adalah keindahan dunia yang wajar jika manusia
condong kepadanya. Kecintaan terhadap beberapa hal tersebut pada dasarnya
adalah sah karena fitrah manusia memang diciptakan demikian. Namun
kemudian menjadi tidak wajar jika kecintaan yang timbul menjadi berlebihan,
apalagi menjadikan kesemuanya itu hanya sebagai tujuan hidup tanpa
memperhatikan urusan akhirat.
Dalam prinsip “seimbang dunia dan akhirat” terkandung makna bahwa porsi
dunia dan akhirat haruslah sama. Sehingga dalam prinsip ini dunia dan akhirat
mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan prinsip ini juga menyeleweng
sehingga porsi dunia lebih besar islam menganjurkan keseimbangan dalam
menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Tidak berlebihan pada dunia,
sebaliknya juga tidak berlebihan pada akhirat.
Dalam surat Al-Qashash ayat 77 Allah swt. berfirman, “Carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Ayat ini menjelaskan
kepada kita bahwa akhirat memang telah disediakan sebagai tempat kembali,
namun sebelumnya manusia juga ditakdirkan hidup di dunia. Dengan begitu,
sebagaimana akhirat harus dipersiapkan, dunia juga harus dijadikan tempat
mempersiapkan hidup di akhirat kelak.
Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa dunia adalah ladang akhirat (ad-
dunya mazra’at al-akhirah). Maksudnya adalah bagaimana kita harus bersikap
terhadap dunia untuk menjadikannya sebagai ladang di mana kita menanam
berbagai amal baik untuk dipanen nantinya di akhirat. Jika amal yang kita
tanam berasal dari bibit yang kurang baik, kita harus bersiap memanen hasil
yang kurang baik. Sebaliknya jika yang kita tanam berasal dari bibit yang baik,
maka kita akan bergembira dengan hasil yang baik pula di akhirat kelak. Allah
berfirman, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun dia akan
melihat (balasan)nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun
dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Dalam prinsip “seimbang dunia dan akhirat” terkandung makna bahwa porsi
dunia dan akhirat haruslah sama. Sehingga dalam prinsip ini dunia dan akhirat
mempunyai kedudukan yang sama. Bahkan prinsip ini juga menyeleweng
sehingga porsi dunia lebih besar
Bagi umat islam, sekularisme merupakan suatu paham atau ideologi yang
dianggap menyesatkan. Karena, agama tidak dapat mencampuri urusan
duniawi.
Di dalam sistem sekuler, pemerintah pun juga tidak dapat mencampuri urusan
agama bahkan sebaliknya. Munculnya paham sekularisme ini di benuar Eropa
karena pengalaman buruk daerah-daerah Eropa terhadap peran agama dalam
pemerintahan maupun kehidupan sosial keagamaan.
Bentuk dari sekularisme di antaranya adalah tidak peduli dengan urusan agama,
landasan hukumnya adalah hak asasi manusia dan lain ideologi saintisme
sebagainya. Bahkan pada saat ini sekularisme bertumbuh menjadi sebuah trend
bagi anak muda dengan gaya hidup ala kebarat-baratan, jauh dari nilai sosial
budaya yang telah berlaku di Indonesia ini.
Sehingga seolah-olah manusia beragama lupa apa saja yang telah diajarkan
agama dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri dari sekularisme. Misalnya
ketika kita sedang bekerja terdapat beberapa teman yang sudah memiliki
pengetahuan letak-letak yang bisa dijadikan celah untuk melakukan kecurangan
yaitu meraup materi yang lebih banyak. Di tempat itu itu namanya korupsi
sebagai godaan materi.
Bahkan dengan melebihkan isi tagihan nota yang tidak sesuai dengan harga
aslinya alias mark up. Namun karena kita menilai itu merupakan sesuatu yang
salah, maka kita tidak boleh mengikutinya. Banyak sekali hal-hal yang
mungkin dapat kita lakukan untuk menjadi seperti orang-orang di lingkungan
kantor kita lakukan namun karena tetap mengetahui bahwa itu adalah hal yang
salah, maka kita tidak serta mengikutinya dan tidak juga langsung menolak
secara terang-terangan. Karena kita menghargai mereka. Namun terkadang kita
tidak ingin mengikut campurkan urusan tersebut dengan mereka. Jadi jika
mereka sedang membahasnya kita harus langsung menghindar atau tidak
banyak bertanya lebih lanjut.
Jadi, dari sudut pandang Islam banyak sekali kerugian yang akan ditimbulkan
daripada keuntungannya. Islam memang menghargai paham yang dianut
orang, bangsa, negara, dan pemeluk agama lain. Namun Islam mewanti-wanti
orang agar tidak menyebarkan paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Untuk tetap teguh beriman di tengah derasnya arus zaman sekularisme yang
berpotensi melemahkan keimanan adalah menyibukkan diri dengan membaca
Kitab Suci Al-Qur’an beserta terjemahannya, membaca hadits disertai
maknanya, dan menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas ibadah
keagamaan.
Kita perlu berpikir rasional berbasis nilai-nilai religius agama untuk menangkal
sekularisme. Kita manfaatkan hal-hal baik dari sekularisme untuk
mengembangkan karakter diri dan sikap iman kita yang semakin mendalam
kepada Allah dan juga membangun solidaritas dengan sesama manusia dan
cinta alam lingkungan.
Dengan demikian kata-kata dalam Indonesia baik dari kata-kata yang berasal
dari bahasa sankrit oleh karena pengaruh kebudayaan hindu maupun kata-kata
yang berasal dari bahasa arab berkat pengaruh kebudayaan Islam sungguh
mencerminkan bahwa kedua kebudayaan itu secara tidak sadar ditrima sebagai
bagian internal yang terwaris dalam penghayatan keagamaan yang berbeda
pada manusia Indonesia dewasa ini. Ilmu perbandingan agama dengan bertiti
tolak dengan semangat asli ini justru mempertemukan kita yang berbeda dalam
agama kepada satu warisan sama yang tak terpisaahkan dari lingkungan
penghayatan keagamaan kita.
Kita bisa mengambil contoh kritik agama dengan titik tolak sosiologi Emile
Durkhem. Dalam penelitian sosiologinya, ternyata asal usul agama itu bukan
berasal dari suatu wahyu Allah. Agama berasal dari masyarakat, dan tercipta
karen adanya masyarakat. Kehadiran Agama ini sendiri terbaca karena adanya
aturan-aturan semua tingkah laku sosial.
Dengan pemahaman mengenai ilmu perbandingan agama yang baik tentu saja
masyarakat akan lebih dewasa dalam menyikapI keragaman beragama sehingga
dapat terhindar dari terjadinya persaingan agama. yang mengundang beribu
kontroversi yang mampu menimbulkan suatu konflik dalam masyarakat
beragama saat ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam
kehidupan manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT)
maupun aspek muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia). Allah
SWT telah berfirman dalam al-Qur‟an bahwasannya agama Islam itu adalah
agama yang sempurna. Allah telah melimpahkan karunia nikmat-Nya secara
tuntas ke dalamnya. Islam dijadikan sebagai agama yang berlaku untuk semua
umat manusia. Pernyataan tersebut sesuai dengan segala waktu dan tempat,
serta untuk semua umat manusia dalam segala ras dan generasinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalpencerahan.org/index.php/jp/article/view/27
http://digilib.uinsby.ac.id/12782/4/Bab%201.pdf