Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ISLAM THE WAY IN LIFE


( AIK I )

DOSEN PEMBIMBING
Khairil Anwar, M.Pd.I

DISUSUN OLEH

Annisa Kharisma Suriyady 1988203007


Ikbal Wal Ikram 1986201007
Angelia 1988203009

STKIP MUHAMMADIYAH SAMPIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2019/2020
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................ ......................... i


DAFTAR ISI ....................................................................... ......................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................ ......................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................. ......................... 1
A. Latar Belakang Pembahasan ............................................... ......................... 1-2
B. Rumusan Pembahasan ..................................................... ......................... 2
C. Tujuan Pembahasan ......................................................... ......................... 3
D. Metode Pembahasan ........................................................ ......................... 3
BAB II: PEMBAHASAN .................................................... ......................... 4
A. Pengertian Islam Way Of Life ........................................ ......................... 4-6
B. Peran Agama bagi Kehidupan dan Ruang Lingkupnya. . ......................... 6-14
C. Karakteristik ajaran Islam................................................ ......................... 14-17
BAB III: TELAAH KRITIS................................................. ......................... 18-19
BAB IV: PENUTUP ........................................................... ......................... 20
A. Kesimpulan ..................................................................... ......................... 20
B. Saran ................................................................................ ......................... 21
Daftar Pustaka ...................................................................... ......................... 22
Lampiran: I: Hasil wawancara ............................................. ......................... 23
II: Foto-foto ........................................................... ......................... 24

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami selaku penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Agama Islam Kemuhammadiyahan I. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam
kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam
sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan
banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi yang kami angkat ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun kami pelbagai penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan kerabat dan
sahabat, dorongan seluruh teman kuliah, dan bimbingan orang tua, sehingga
seluruh kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menyebar luaskan ilmu tentang
Islam sebagai Perjalanan Hidup Manusia, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi,referensi,dan berita. Makalah ini
disusun oleh penyusun dengan penuh tantangan, baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun, dengan ketulusan hati serta
kesabaran dan terutama pertolongan dari ALLAH SWT akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan luas dan
menjadi sumbangan pertukaran pemikiran kepada pembaca khusunya para
Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Sampit. Kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
yang akan datang mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Sampit, 19 September 2019

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan

Kampus adalah salah satu wadah berlangsungnya suatu pendidikan. Maka


tidak salah, kampus dianggap sebagai tempat belajar karena Mahasiswa bisa
menggantungkan impian, dan harapan untuk masa depan yang akan datang.
Dikampus seorang Mahasiswa tidak hanya melakukan aktivitas kuliah,ujian,dan
pulang. Tetapi kampus juga merupakan sarana pengembangan bakat dan minat
seorang Mahasiswa, sehingga dari ruang lingkup kuliah diharapkan akan lahir
Mahasiswa yang Kreatif,Inovatif,dan Mandiri.

Sangat diharapkan Mahasiswa juga menjadi generasi penerus bangsa yang


mampu menjalani hidup dengan sesuai aturan yang diajarkan ALLAH SWT
melalui Al-Qur’an dan Hadist. Islam sebagai the way of life merupakan ajaran
yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek
kehidupan manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu
aspek yang diatur dalam Islam adalah aspek muamalat, dalam hal ini penulis
menekankan pada bidang ekonomi. Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yakni oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang
berarti ilmu. Secara sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia mencukupi kebutuhan hidupnya.

Masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan. Beberapa


kalangan bahkan mencurigai Islam sebagai 4actor penghambat pembangunan (an
obstacle to economicgrowth). Islam adalah jalan hidup yang diturunkan Allah
SWT, Dzat yang menciptakan manusia, seluruh alam semesta, dan seluruh
kehidupan yang terdapat di dalamnya. Dia yang menciptakan manusia,
menghidupkan mematikan, dan memberikan seluruh sarana hidup serta
memberikan petunjuk yang paripurna untuk manusia agar bisa menjalani hidup di
alam semesta ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan bentukan dan sifat-sifat
alamiah kemanusiiaannya, sehingga manusia dapat meraih kesejahteraan dan
kebahagiaan.1

1
1
1 Abdul Zakki, Ekonomi dalam Perspektif Islam (Bandung:Pustaka Setia, 2002), hlm.16.
Islam mengatur hubungan seorang manusia dengan Sang Penciptanya
(Al Khalik) yakni Tuhan pencipta alam semesta, hubungannya dengan dirinya
sendiri, dan hubungannya dengan individu-individu lain di antara anak manusia.
Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dalam berbagai peraturan
tentang kepercayaan (aqaa’id) dan peribadatan. Islam mengatur hubungan
manusia dengan dirinya sendiri dalam berbagai peraturan tentang makanan,
pakaian, dan moral atau akhlaq.

Islam mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dalam berbagai


peraturan tentang mu’amalat (jual beli, sewa menyewa, hutang piutang dll) serta
berbagai peraturan yang mengatur tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan
budaya masyarakat sehingga terwujud masyarakat Islami yang tertib menurut
aturan Allah SWT. Islam juga memiliki aturan sanksi hukum pidana (uquubaat)
untuk menjaga seluruh tertib hubungan manusia di atas. Dengan peraturan Islam
itu dimensi kehidupan manusia akan teratur dan terdisiplinkan. Sebab, ketika
seorang muslim menjalani hidup, dia akan berfikir dan menyadari bahwa dia
adalah hamba Allah yang bakal kembali kepada-Nya.

Oleh karena itu, Islam secara rinci mengatur masalah peribadatan (sholat,
zakat, puasa, haji, doa, dzikir, baca Al Qur’an dan lain-lain) agar segala yang
dilakukan manusia hanya tertuju kepada Allah semata.

B. Rumusan Pembahasan

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dalam


penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pengertian, tujuan dan fungsi islam dalam kehidupan ?

2. Bagaimana ruang lingkup ajaran islam ( Tuhan, manusia, alam, penciptaan


dan keselamatan )

3. Apa sajakah karakteristik ajaran Islam ?

2
C. Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah di atas tersebut, maka kita tuliskan tujuan dari
penulisan maka dapat kita tuliskan tujuan dari penulisan makalah ini, yakni :

a. Agar penulis dan pembaca mengetahui pengertian islam sebagai way of life

b. Agar penulis dan pembaca mengetahui apa saja fungsi Islam

c. Agar penulis dan pembaca mengetahui apa saja sumber ajaran Islam

d. Agar penulis dan pembaca mengetahui ruang lingkup ajaran Islam

D. Metode Pembahasan

Dalam metode pembahasan kami adalah mengumpulkan data dari Internet


yang tersedia di blog – blog yang tersedia,dan Buku di perpustakaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam Way Of Life
Islam adalah Way Of Life pandangan hidup dan sistem hidup universal,
juga denyut nadi yang mensejarah sepanjang peradaban manusia. Sampai
kapanpun dimanapun islam kian diperbincangkan karna menjadi suatu topik yang
menarik untuk di ketahui oleh orang-orang yang tengah kehilangan hidup yang
pasti. Kenyataanya islam bukanlah satu-satunya jalan hidup yang ada, dari zaman
onta hingga toyota pada hakikatnya manusia mencari kebahagian dan maslahat
dalam hidupnya. Ya tergantung manusia itu sendiri akan berbuat baikkah? Atau
buruk? Dan apa sih agama islam itu?
Dalam kitab hadist shoheh al bukhori muslim bab 1 hal 3 menyatakan
bahwa “dalam hadist di katakan silam adalah menyembah allah dan tidak
mensekutukan nya dengan suatu apapun, dan lalu mendirikan sholat”
Agama islam adalah agama allah, dari Allah dan untuk Allah.
Diamanatkan kepada umat pengikut Allah. Sejak jaman nabi Adam, Musa, dan Isa
agama Allah adalah islam, meskipun agama yahudi diklaim sebagai agama yang
dibawa oleh nabi Musa juga agama kristen yang di klaim sebagai ajaran yang
dibawa oleh nabi Isa. Padahal sebenarnya ajaran yang dibawa oleh Musa dan Isa
untuk masalah akidah adalah sama, sama-sama mengesakan Allah. Hanya berbeda
dalam hal syara’ yang lain. Jadi, makna islam dapat dipersempit lagi sebagai
agama yang diamanatkan kepada umat pengikut Rasulullah Muhammad SAW.
Karna sperti yang kita tahu,tujuan islam adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan dan menghindarkan kerusakan dan bahaya dari seorang hamba baik
dulu, sekarang dan zaman yang akan datang. Sehingga akan tercapailah
kebahagian yang hakiki dimanapun berada.
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup
bersifat kodrati, karena itu ia akan menentukan masa depan seseorang. Pandangan
hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,
arahan serta petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan
hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah seseorang menurut
waktu dan tempat hidupnya.
4
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau dalam
waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang cukup lama dan
terus-menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Sehingga
hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, dan diakui kebenarannya. Atas dasar
ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan,
atau petunjuk yang disebut pandangan hidup cara manusia memandang dan
mensikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor
yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan,
filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Islam mempunyai
cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Sejak dulu, umat Islam dalam memahami ajaran Islam tak pernah
surut. Segala potensi dan metodologis digunakan untuk memberi jalan kemudahan
mengenal Islam dari berbagai sudut dimensi. Singkatnya, banyak jalan bagaimana
memahami Islam secara utuh dan komprehensif. Islam adalah denyut nadi yang
mensejarah sepanjang peradaban manusia. Sampai kapan pun, Islam tak akan
pernah kering dari perhatian orang. Studi-studi agama menempatkan Islam
sebagai kajian menarik yang dilakukan setiap orang. Lebih dari itu, kini Islam di
Barat menjadi perhatian orang-orang yang tengah kehilangan pegangan hidup
yang pasti. Tidak sedikit, orang Barat tertarik mempelajari Islam, bahkan
memeluknya sebagai pegangan hidup.
Intensitas pengkajian terhadap Islam sungguh di luar dugaan. Tidak saja di
pesantren-pesantren, sebagai basis mendalami ajaran Islam, melainkan di
perguruan tinggi ramai mempelajari Islam. Meski ajaran Islam terkesan doktriner
dan final, tetapi justru membuat banyak orang tertarik melakukan pengkajian
terhadapnya. Cara pandang seseorang pun bisa berbeda, orang awam berbeda
dengan kaum cendikiawan, orang kaya berbeda dengan orang miskin, politikus
berbeda dengan ekonom, dan begitu seterusnya.
Memang, dari dulu ajaran Islam tetap sama. Namun setiap kepala orang
dapat berbeda dalam mengartikulasikan Islam. Hal ini karena Islam mengandung
nilai universalitas yang cukup memberi peluang setiap pemeluknya untuk
berbeda. Meski berbeda memahami Islam, semangat untuk menghayati dan
mengamalkan Islam justru semakin dinamis.
5
Hal ini bisa terlihat dari semangat banyaknya organisasi Islam yang tak
pernah sepi dari upaya kreatif memahami Islam. Dalam memahami ajaran Islam
membutuhkan rujukan aslinya. Dari sumber itu baru dapat dipahami secara
korelatif, integratif dan berkesinambungan. Dengan melibatkan berbagai
pendekatan (interdisipliner), secara utuh Islam dapat dipahami lebih terbuka dan
kontekstual sesuai dengan tingkat peradaban umat manusia. Islam tampil sebagai
kekuatan penggerak spiritual, moral, ilmu dan amal saleh.
Aktualisasi ajaran Islam adalah penting. Hal ini seperti pesan Qur’an
maupun hadits yang menyuruh umat Islam agar selalu mengerahkan ‘aql atau
pemikiran dan sekaligus menyesuaikan perkembangan dan perubahan zaman.
Islam sebagai agama sekaligus doktrin, setidaknya ada tiga hal yang pertu
dipetik, yakni Islam sebagai sumber kekuatan dan keyakinan spiritual, Islam
sebagai wawasan dan pandangan hidup (world view) dan Islam sebagai komitmen
hidup dan perjuangan. Pemahaman seperti inilah akan memberikan jawaban
terhadap persolaan di tengah tantangan kehidupan manusia dewasa ini. Islam
menjadi petunjuk yang selalu up to date sepanjang masa

B. Peran Agama Bagi Kehidupan dan Lingkupnya


a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
2
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya
sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian
yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang
menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis
ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.
b. Penolong Dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan
menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung
menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.

2
Rio Antoro,islam sebagai way of life, https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.co.id/2016/01/peran-
dan-fungsi-agama-islam.html, di akses pada 15 september 2016 pukul 08:00
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang
seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan
bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah)
yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada
hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu
menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas
Manusia itu.
c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu
kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan
kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang
yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri
hidup
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal
tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta
kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang
miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha
berkehendak, tidak
Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan
selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan
Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya
melainkan keimanan dan ketakwaannya
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap
ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan
dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi,
dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali
tidak diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam
Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang
tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua)
untuk minta dihormati kepada anak.
7
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari
berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain
(hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika
seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh
kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan
Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat
sepenuhnya dituliskan disini.

e. Ruang Lingkup Ajaran Islam


1) Aqidah
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu ‫ العقد‬yang berarti ‫الجمع بين أطراف‬
‫( الشيء‬menghimpun atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat).
Secara istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan
menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan
hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan
Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di
atas dapat digambarkan bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau
keterkaitan antara seorang hamba dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu
mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas dan pekerjaan yang ia
lakukan. Dengan kata lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan
mengontrol dan mengarahkan semua tindak-tanduknya kepada nilai-nilai
ketuhanan.
Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah,
Rasul dan hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di
samping itu juga menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat
dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan dan
keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, hari akhirat, qadha dan qadar.
Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai
pemahaman, sehingga menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing
kelompok memiliki metode dan keyakinan masing-masing dalam pemahamannya.
Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah,
Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.
8
Menurut Harun Nasution, timbulnya berbagai kelompok dalam masalah
aqidah atau teologi berawal ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika
menyelesaikan sengketa antara kelompok Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib.
Kaum Khawarij memandang bahwa hal tersebut bertentangan dengan QS al-
Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;
…‫ومن لم يحكم بما أنزل هللا فألئك هم الكافرون‬
Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah
adalah kafir (QS al-Maidah/ 5: 44)
Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga
mereka mendirikan kelompok tersendiri serta memandang bahwa Mu’awiyah dan
Ali ibn Abi Thalib adalah Kafir, sebab mereka telah melenceng dari ketentuan
yang telah digariskan al-Qur’an. Dengan berdirinya kelompok ini, juga memicu
berdirinya kelompok-kelompok lain dalam masalah teologi, sehingga masing-
masing memiliki pemahaman yang berbeda dengan yang lainnya. Namun
demikian, perbedaan tersebut tidaklah sampai menafikan Allah, dengan kata lain
perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai menjurus untuk lari dari tauhid atau
berpaling pada thâgh ût.
Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan
tersebut antara lain adalah masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak
Tuhan. Ada kelompok yang menganggap bahwa kekuasan Tuhan adalah maha
mutlak, sehingga manusia tidaklah memiliki pilihan lain dalam berbuat dan
berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Asy’ariyah. Ada pula
kelompok bahwa Tuhan memang maha kuasa, tetapi Tuhan menciptakan sunnah-
Nya dalam mengatur kebebasan manusia, sehingga manusia memiliki alternatif
dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunnah yang telah
ditetapkan.
Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok
ini diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil
sikap pertengahan antara kedua kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini
bahwa Allah maha kuasa terhadap seluruh tindak-tanduk dan kehendak manusia.
Kelompok ini diwakili oleh Mathuridiyah. Itulah sekilas tentang permasalahan
aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya, di mana semua itu beranjak
dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan kebebasan manusia.
9
2) Ibadah
Ibadah berasal dari kata ‫ العبد‬yang berarti hamba. Kemudian dari kata ini
muncul kata ‫ العبادة‬yang berarti ‫( التذلل إظهار‬memperlihatkan/ mendemonstrasikan
ketundukan dan kehinaan). Secara istilah ibadah berarti usaha menghubungkan
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah
Ulama fiqih mendefenisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan
ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan
bahwa ibadah adalah semua yang dilakukan atau dipersembahkan untuk
memperoleh keredhaan Allah dan mengharapkan imbalan pahala-Nya di akhirat
kelak.
Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan dan
keterkaitan yang erat antara hati dengan yang disembah.Kemudian hubungan dan
keterkaitan tersebut meningkat menjadi kerinduan karena tercurahnya perasaan
hati kepada-Nya. Kemudian rasa rindu itu pun meningkat menjadi kecintaan yang
kemudian meningkat pula menjadi keasyikan. Sehingga akhirnya membuat cinta
yang amat mendalam yang membuat orang yang mencitai bersedia melakukan apa
saja demi yang dicintai. Oleh karena itu, betapapun seseorang menundukkan diri
kepada sesama manusia, ketundukan demikian tidak dapat disebut sebagai ibadah
sekalipun antara anak dan bapaknya.
Dari segi manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu; pertama, ibadah perorangan (fardhiyah/mahdhah), yakni ibadah yang
menyangkut diri pelakunya sendiri serta tidak ada hubungannya dengan orang lain
seperti shalat dan puasa. Kedua, ibadah kemasyarakatan (ijtimâiyah/ghaira
mahdhah), yakni ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama
dari segi sasarannya seperti sedekah, zakat dan sebagainya. Berkaitan dengan ini,
Dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa ibadah ialah
bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-
Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang
diizinkannya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum ialah
segala amalan yang dizinkan Allah sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.

10
Menurut Nazaruddin Razak, dalam konteks ibadah yang dikerjakan, terdapat
lima pokok ibadah, yakni: shalat, zakat, puasa dan naik haji serta disusul dengan
thaharah, di mana thaharah merupakan kewajiban yang menyertai shalat, zakat,
puasa dan naik haji.
Yusuf al-Qaradhawiy menjelaskan lima persyaratan agar suatu perbuatan
dapat bernilai ibadah, yaitu:
1) Perbuatan yang dimaksud tidak bertentangan dengan syariat Islam.
2) Perbuatan tersebut dilandasi dengan niat yang suci dan ikhlas.
3) Untuk melakukan perbuat tersebut, yang bersangkutan harus memiliki
keteguhan hati dan percaya diri bahwa perbuatan yang dilakukan akan membawa
kepada kebaikan.
4) Harus memperhatikan garis-garis atau aturan-aturan Allah SWT, tidak
ada unsur kelaliman, khianat, penipuan dan lain-lain.
5) Perbuatan-perbuatan duniawi yang dilakukan dengan niat ibadah tidak
boleh menghalangi kewajiban-kewajiban agama seperti berjual beli yang
membuat diri lalai mengerjakan shalat dan sebagainya.

3) Ahlaq
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari ‫( الخلق‬al-khuluq) yang berarti ‫القوى‬
‫( بالبصيرة المدركة والسجايا‬kekuatan jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui
pengasahan mata bathin). Dari pengertian lughawi ini, terlihat bahwa akhlaq
dapat diperoleh dengan melatih mata bathin dan ruh seseorang terhadap hal yang
baik-baik. Dengan demikian dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa
pemahaman akhlaq lebih menjurus pada perbuatan-perbuatan terpuji.
Konsekuensinya adalah bahwa perbuatan jahat dan melenceng adalah perbuatan
yang tidak berakhlaq (bukan akhlâq al-madzmûmah).
Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan
sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sedangkan Nazaruddin
Razak, mengungkapkan akhlak dengan makna akhlak islam, yakni suatu sikap
mental dan laku perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang
Maha Kuasa dan juga merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan
keeasaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa tauhid.

11
Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-
khalq yang berarti penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang
sama. Dengan demikian pengertian ini menggambarkan bahwa akhlaq adalah
hasil kreasi manusia yang sudah dibiasakan dan bukan datang dengan spontan
begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti mencipta. Maka
akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.
Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik
atau berbuat buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan
pilihannya itulah manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas
segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq seorang muslim harus merujuk
kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan
kehidupan.
Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri
atas; pertama, akhlak manusia terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap
sesama makhluk, yakni akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak
manusia terhadap alam lainnya.
Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT
bertitik tolak dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain
Allah yang memiliki sifat terpuji dan sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu
akan lahir tingkah laku dan sikap sebagai berikut:
1) Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.
2) Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan
berusaha terlebih dahulu.
3) Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada
4) makhluk-Nya hanyalah kebaikan.
Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa
hal, yaitu:
1) Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara
keredhaannya, berbakti kepada keduanya dan memelihara etika pergaulan dengan
keduanya.
2) Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan
shilaturrahim serta berbuat kebaikan kepada sesama seperti mencintai dan
merasakan suka duka bersama mereka.
12
3) Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak
menyakiti hatinya, senantiasa berbuat baik (ihsân) dan lain-lain sebagainya.

4) Mu’amalah
Secara etimologi muamalah semakna dengan ‫ مفاعلة‬yang berarti saling
berbuat. Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
dengan orang lain atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-
masing. Secara terminologi kata ini lebih dikenal dengan istilah fiqh muamalah,
yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan tindak-tanduk manusia dalam
persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya dalam persoalan jual beli, utang-
piutang, kerjasama dagang, persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah,
sewa menyewa dan lain-lain sebagainya.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari
tindak-tanduk manusia yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam
masalah muamalah atau yang lebih dikenal dengan tindak-tanduk manusia dalam
berinteraksi dengan sesamanya untuk memenuhi kehidupannya masing-masing.
Walau semua itu diatur hanya secara global, namun Allah telah memberikan
konsep dan prinsip-prinsip umum bagi manusia dalam berhubungan dengan
sesamanya. Dengan demikian, maka seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia
harus sesuai, menjurus dan sinergis dengan apa yang telah ditetapkan di dalam
nash, baik dari nash al-Qur’an maupun dari hadits.
Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang
bersumber dari al-Qur’an dan sunnah, antara lain yaitu:
1) Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
berbagai situasi dan kondisi yang mengitari manusia itu sendiri. Dari prinsip
pertama ini terlihat perbedaan muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan
ibadah. Dalam persoalan aqidah, syariat Islam bersifat menentukan dan
menetapkan secara tegas hal-hal yang menyangkut masalah aqidah tersebut dan
tidak diberikan kebebasan bagi manusia untuk melakukan suatu kreasi. Dalam
bidang akhlaq juga demikian, yaitu dengan menetapkan sifat-sifat terpuji yang
harus diikuti oleh umat Islam serta sifat-sifat tercela yang harus dihindari.

13
Selanjutnya di bidang ibadah dan bahkan prinsip dasarnya adalah tidak boleh
dilakukan atau dilaksanakan oleh setiap muslim jika tidak ada dalil yang
memerintahkan untuk dilaksanakan.
2) Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai
ditemukan dalil yang melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang
melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka muamalah itu dibolehkan. Namun
demikian, walau pada prinsipnya muamalah dibolehkan selama tidak ada dalil
yang melarangnya, tetapi semua itu tidak boleh lepas dari sikap pengabdian
kepada Allah SWT, di mana terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan
mengontrolnya, antara lain yaitu; Tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ketuhanan
dan nilai-nilai kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan kemaslahatan pribadi dan
masyarakat; Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban sesame manusia;
Seluruh perbuatan kotor adalah haram dan seluruh tindakan yang baik adalah
halal, dan lain-lain.
Secara umum mu’amalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan
dengan hak-hak dan hal lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan
dengan harta seperti hibah, sedekah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan
dengan perdagangan seperti jual beli, khiyâr, ihtikâr, syirkah, mudhârabah dan
sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian amanah kepada orang lain
seperti hiwâlah, ijârah, ariyah, al-rahn dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan
dengan lahan pertanian seperti muzâra’ah, musâqah, dan lain-lain.

C. 3 Karakteristik Ajaran Islam


Selama ini mungkin kita sudah mengenal Islam, tapi banyak diantara kita
yang belum memahami Islam itu sendiri. Namun, banyak juga orang yang telah
mengenal Islam, tetapi sejauh mana sudah memahami potret Islam. Ini adalah
salah satu persoalan yang perlu kita diskusikan lebih lanjut. Dengan demikian
Islam itu mempunyai karakteristik yang sangat luas dan tidak bisa memisah-
memisahkan dengan yang lainnya.

14

3
Rio Antoro,islam sebagai way of life, http://www.kompasiana.com/alihanafia/karakteristik-
ajaran-islam_54f82c30a33311805e8b462d, di akses pada 19 september 2016 pada pukul 06:00
Para ilmuan muslim juga mempergunakan berbagai pendekatan, untuk
mengetahui dan memahami karakteristik ajaran Islam. Dan tidak untuk mencoba
memperdebatkan antara satu dan dengan yang lainnya. Melainkan lebih mencari
sisi-sisi persamaan untuk permaslahatan umat umumnya untuk keperluan studi
khususnya.
Dari berbagai sumber tentang Islam yang di tulis para tokoh, dapat diketahui
bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui
konsepsinya dalam berbagai bidang. Konsepsi Islam dalam berbagai bidang yang
menjadi karakteristik itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dalam Bidang Agama
Nurcholis Madjid banyak berbicara tentang karakteristik ajaran Islam dalam
bidang agama. Menurutnya, bahwa dalam bidang agama Islam mengakui adanya
pluralisme. Pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak
akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam
adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali
yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran
masing-masing dengan penuh kesungguhan.
Memang dan seharusnya tidak perlu mengherankan, bahwa Islam selaku
agama besar terakhir, mengklaim sebagai agama yang memuncaki proses
pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dalam garis kontiunitas tersebut.
Bahkan Al-Qur’an juga mengisaratkan bahwa para penganut berbagai agama,
asalkan percaya kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik., semuanya
akan selamat. Inilah yang selanjutnya menjadi dasar toleransi agama yang menjadi
ciri sejati Islam dalam sejarahnya yang otentik, sesuatu semangat yang merupakan
kelanjutan pelaksanaan ajaran Al-Qur’an.
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama tersebut disamping mengakui
adanya pluralisme sebagai suatu kenyataan, juga mengakui adanya universalisme,
yakni mengakarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuru berbuat
baik, dan mengajak kepada keselamatan. Dalam hubungan ini menarik sekali apa
yang dikatakan H.M Quraish Shaihab, menurutnya, bahwa dengan menggali
ajaran-ajaran-agama, meninggalkan fanatisme buta, serta berpijak kepada
kenyataan, jalan dapat dirumuskan.

15
Dengan demikian, karakteristik ajaran Islam dalam visi keagamaannya
bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksa, dan saling menghargai karena dalam
pluralisme agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada
Tuhan.
b. Dalam Bidang Ibadah
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya
dalam bidang ibadah. Secara harfiah ibadah bararti bukti manusia kepada Allah
SWT, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid.
Ibadah yang dibahas dalam bagian ini adalah ibadah dalam arti yang nomor
dua, yaitu ibadah khusus. Dalam yuriprudensi Islam telah ditetapkan bahwa dalam
urusan ibadah tidak boleh kreatifitas, sebab yang mengcreate atau yang
membentuk suatu ibadah dalam Islam dinilai sebagai bida’ah yang dikutuk Nabi
sebagai kesesatan.
Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, menaati, melaksanakan, dan
menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti pengabdian
dan rasa terima kasih kepada_Nya. Dengan demikian, visi Islam tentang ibadah
adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajarannya diperintahkan agar beribadah
kepada-Nya
c. Dalam Bidang Akidah
Dalam kitab Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut
bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung
secara kokoh. Dalam bidang perundang-undangan, akidah berarti menyepakati
antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam bidang akidah ini
adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disebah hanya Allah. Dalam
prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh ada perantara.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai
Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat
syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad SAW sebagai utusa-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.

16
Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qrdawi menyatakan bahwa iman menurut
pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati,
dengan penuh ke yakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

17
BAB III
TELAAH KRITIS

Al-Qur’an di turunkan ke bumi untuk menjadi wahyu yang agung bagi


nabi Muhammad Saw dan kemudian di sampaikan kepada umatNya sebagai
sebuah pedoman hidup atau way of life bagi umat Islam. Sebagai way of life
Al-Qur’an kemudian di pelajari, di pahami dan di amalkan. Dan itu
memunculkan keragamaan pemaknaan yang berbeda-beda sesuai dengan letak
geografis umat muslim atau yang saat ini bisa kita sebut living Qur’an. Living
Qur’an merupakan sebuah pendekatan baru dalam kajian Al-Qur’an yang
mempelajari respon masyarakat terhadap penerapan-penarapan Al-Qur’an.
Dimana Al-Qur’an sering kali direspon hanya berdasarkan formalitas tanpa
mengetahui dasar-dasarnya, hanya berdasarkan kebudayaan atau taklid buta
terhadap tradisi dan ajaran yang bersifat dogmatic. Sehingga repon Al-Qur’an
yang ada di masyarakat pun tidak hanya bersifat positive tetapi juga negative.
Untuk itu tujuan penelitian ini adalah mengkrtisi kembali konsep living
Qur’an. Agar living Qur’an tidak hanya sebatas meneliti respon masyrakat.
Kemudian yang selanjutnya adalah mengurai metode terbaik dalam penerapan
membumikan Al-Qur’an di masyrakat. Ada tiga persoalan penting yang
hendak dijawab oleh penelitian ini. Pertama, Bagaimana konsep living
Qur’an. Kedua, Bagaimana praktek living Qur’an di kalangan masyarakat.
Dan ketiga, Bagaimana kritik-Metodologis terhadap konsep dan praktek living
qur’an di masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan model
penelitian dengan metode library research (penelitian kepustakaan) dengan
menalaah bahan-bahan pustaka berupa buku, ensikopedi, jurnal, dan sumber-
sumber lainnya. Data-data yang sudah ada tersebut kemudian di analisis
menggunakan metode deskriptif-analisis sehingga mampu memberikan
benang merah yang kritis. 4

18

4
Rakhman, Amylia Kurnia Ar (2018) Telaah kritis-metodologis terhadap konsep dan
praktek living Qur’an di masyarakat. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa hasil penelitian
yaitu, pertama adalah penelitian Living Qur’an tidak hanya sebatas meneliti
respon masyarakat, melainkan bagaimana cara membumikan Al-Qur’am di
tengah-tengah masyarakat. Yang kedua, metode yang digunakan pun harus
bersifat partisipati dan menggunakan dakwah bil Jam’iyah. Hasil telaah kritis
ini juga kami rangkum dari beberapa jajaran yang dilakukan observasi dalam
penelitian materi ini, terutama dalam tim penyusun kali ini yang melakukan
wawancara sebelumnya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya
sejak kecil. Islam adalah Way Of Life pandangan hidup dan sistem hidup
universal, juga denyut nadi yang mensejarah sepanjang peradaban manusia.

Peran Agama Bagi Kehidupan


a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
b. Penolong Dalam Kesukaran
c. Penentram Batin
d. Pengendali Moral
Sumber Ajaran Islam
a. Al-Qur’an
b. As-Sunnah
c. Ijtihad
Ruang Lingkup Ajaran islam
a. Aqidah
b. Ibadah
c. Muamalah
Karakteristik Ajran Islam
a. Dalam Bidang Agama
b. Dalam Bidang Ibadah
c. Dalam Bidang Akidah

20
B. Saran
Kepada para pembaca, penulis menyarankan agar selalu taat pada agama
islam dan menjadikan islam sebagai way of life, karena apabila kita mengikuti
ajaran agama islam dengan benar sesuai dengan ketentuan Allah di dalam
Al- Qur’an percayalah hidup kita akan selamat di dunia maupun akhirat.
Kemudian kami sebagai penyusun makalah kali ini sangat bersyukur atas
kesempatan yang sudah diberikan sepenuhnya. Dengan penuh tantangan agar
makalah ini tetap terselesaikan.
Dan juga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
penulisan makalah ini. Kami yakin makalah kami masih jauh dari kata sempurna
dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

AntoroRio,Online,https://www.academia.edu/8745153/sumbersumber_ajaran_islam,
akses 16 september
AntoroRio,Online,http://www.kompasiana.com/alihanafia/karakteristik-ajaran-
islam_54f82c30a33311805e8b462d, akses 16 september
AntoroRio,Online,http://www.computer1001.com/2008/11/cara-membuat-dan-
mengatur-posisi-nomor.html, akses 16 september
Abdullah Afif Thaifuri,Rahasia Di Balik Kehebatan dan Keampuhan Ayat – Ayat
AlQur’an_Karya Agung_Surbaya
Red-HASMI/IH/Ustadz Yanuar Arianto,online,http://www.hasmi.org/dakwah-islam-
way-of-life/
https://www.academia.edu/38215657/Islam_Sebagai_Way_of_Life.pdf
M.Asnun Munir,Online, https://slideplayer.info/slide/12354820/
Abdalati,Hammudah.2013,http://www.islamicbulletin.org/freedownloads/newmuslim
/islam in focus.pdf. Accessed on March 13,2013

22
Lampiran

I. Hasil Wawancara

Pada hari Minggu,15 September 2019 penyusun sudah melakukan observasi


kepada salah satu masyarakat yang ada di kota sampit. Lokasi yang dilakukannya
wawancara ialah di Taman Wisata Kota Sampit terletak di Jln.Jendral S.Parman
Kec.Baamang, Kab.Kotawaringin Timur – Provinsi Kalimantan Tengah. Ibu
Mu’niyah salah satu pedagang kaki lima di daerah Taman Wisata Kota Sampit
tersebut menyebutkan bahwa dirinya sangat bersyukur menjadi penganut agama
islam. Banyak hal yang perlu disadari sesungguhnya Agama Islam merupakan
agama yang sempurna, membuktikan adanya kedamaian antara peradaban ummat.
Bahkan manfaat dalam kehidupan beliau juga sangat berpengaruh, salah satunya
Penolong dalam kesukaran dan bersikap sabar dalam keadaan.

Hal ini membuktikan islam sebagai Way of Life sangat dipastikan sangat
penting dalam kehidupan dan pelbagai jalan lurusnya hidup. Kehidupan ini
merupakan titipan Allah SWT sementara dan tak ada yang abadi. Sedari itu, maka
mari kita berlomba – lomba dalam perbuatan kebaikan, tutur ibu Mu’niyah.

23
II. Foto – Foto

24

Anda mungkin juga menyukai