AL-HAKIM
Disusun Oleh:
HANIF FAUZI (53020180037)
Penyusun
I
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian................................................................................................................................2
B. Mahkum alaih..........................................................................................................................3
C. Mahkum Fih.............................................................................................................................3
PENUTUP............................................................................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................................................5
B. Saran.........................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................6
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum islam adalah merupakan rangkaiain dari kata “Hukum” dan “Islam”.
Kedua kata itu secara terpisah merupakan kata yang di gunakan dalam bahasa arab
dan termasuk dalam alqur’an untuk memahami pengertian itu hukum islam, perlu di
pahami lebih dulu kata “Hukum” yang kemudian kata hukum itu di sandarkan ke kata
“Islam” berartikan kalimat idhofah artinya hukum-hukum dari islam ataupun syariat
islam. Dari kata tersebut bisa di fahami bahwa adanya hukum karna ada yang
membuatnya atau yang menentukanya. Yang di sebut Al-hakim
Al-hakim adalah yang bersumber darinya sebuah hukum. Tidak ada
perselisihan diantara para ulama muslim bahwa sumber dari hukum syari’ah ialah
Allah SWT. Adapun Allah Swt disebut sebagai Al-hakim karena sesungguhnya hanya
Allah-lah yang berhak menghukum atas segala perbuatan makhluk serta yang
memutusi segala halihwal hidup manusia besok pada hari kiamat sebagai proses
penghukuman yang sejati
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Al-hakim adalah yang bersumber darinya sebuah hukum. Tidak ada perselisihan
diantara para ulama muslim bahwa sumber dari hukum syari’ah ialah Allah SWT 1. Dalam
firmannya surah Al-An’am ayat : 57 ()ان الحكم اال هللا. Adapun Allah Swt disebut sebagai
Al-hakim karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang berhak menghukum atas segala
perbuatan makhluk serta yang memutusi segala halihwal hidup manusia besok pada hari
kiamat sebagai proses penghukuman yang sejati.
Untuk membawa dan menyampaikan hukum atau syari’at kepada manusia. Al-hakim
yaitu Allah menciptakaan utusan-utusan yang disebut dengan Rasulullah. Sebelum Allah
mengutus para Rasul, tidak ada syari’at yang berlaku. Dalam hal ini Hanfi mengutarakan
dua pendapat :
1. Pendapat yang dikemukakan oleh kaum Asyariyyah, yang dipelopori oleh
Abdu Al-Hasan Al-Asy’ari yang berpendapat bahwa hukum-hukum Allah
tidak dapat diketahui oleh akal semata-mata. Oleh karena itu, seluruh bentuk
perbuatan manusia yang terjadi sebelum diangkat utusan-utusan Allah, tidak
ada hukumnya atau tidak ada sanksi bagi pelaku perbuatan tersebut,
sebagaimana kufur tidak haram dan iman tidak di wajibkan
2. Pendapat dari kaum Mu’tazilah, yang dipelopori oleh Wasil Ata’ berpendapat
bahwa hukum dan syariat Allah sebelum dibangkitkan utusan-utusan Allah
dapat diketahui oleh akal. Akal dapat mengetahui baik dan buruknya suatu
perbuatan karena sifat-sifatnya. Berhubungan dengan itu, orang mukallaf
harus memperkuat kebajikan dan menjauhkan dari keburukan. Allah akan
memberi balasan terhadapnya berdasarkan apa yang diketahui oleh akalnya
sebagaimana juga berdasarkan syariat yang di bawa oleh para utusan-utusan-
nya. Kalau tidak demikian, orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat
sama kedudukannya dan sama pula balasannya. Dan pada tiap-tiap masa
tertentu terdapat orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat2.
2
B. Mahkum alaih
Maksud dari “Mahkum Alaih” adalah orang yang di bebani Hukum 3. Sedangkan
yang dikenai hukum ialah: orang-orang mukallaf, artinya orang-orang muslim yang
sudah baligh dan berakal, dengan syarat ia mengerti apa yang di jadikan beban
baginya ataupun sehat rohani islam dan sudah sampai dakwah kepadanya 4. Sedangkan
orang gila, orang yang sedang tidur, dan anak yang belum dewasa dan orang yang
terlupa tidak di kenai taklifan (Tuntutan), sebagai mana sabda nabi Muhammad saw:
)رفع القلم عن ثالث عن النائم حتى يستيقظ وعن الصبي حتى يحتلم و عن الجنون حتى يفيق (رواه ابوداود و النسائى
"pena itu telah diangkat (tidak di pergunakan mencatat) amalan perbuatan tiga
orang:(1 )orang yang tidur hingga ia bangun, (2) anak-anak hingga dewasa,(3)
orang gila hingga sembuh kembali.5
Dan juga dalam firman Allah Swt Surah Al-An’am :152
النكلف نفسا اال وسعها
“Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya” (Al-An’am:152)
C. Mahkum Fih
Mahkum fih ialah perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan hukum
syara’. Di temukan didalam perbuatan tersebut,baik berupa tuntunan,pilihan atau
wad’i.
1.)فقوله تعالى (ياايهاالذين امنوااوفوابالعقود
Ijab atau wajib yang berhubungan dengan titah ayat ini yaitu perbuatan
mukallaf yang harus memenuhi Akad-Akad.
2.) الى اجل مسمى فاكتبوهwفقوله تعالى (ياايهاالذين امنوااذاتداينتم بدين
Titah ini berhubungan dengan dengan perbuatan mukallaf yaitu mencatat
hutang-pihutang, maka al-hakim menjadikan sunnah
3.)فقوله تعالى (والتقتلواالنفس
Dari titah ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf yaitu membunuh orang,
maka Al-hakim menjadikannya haram
4.. Ali Mufron, S pd.i.,M,pd.i. Usul Fiqh, Lentera kresindo, Kotagede Yogyakarta.
3
Al-karahah dari titah ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf yaitu Infaqu
harta maka hukumnya makruh
5.)فقوله تعالى (فمن كان منكم مريضااوعلى سفر فعدةمن ايام اخر
Titah ini berhubungan dengan sakit,berpergian (dalam berpuasa) maka
dijadikan hukumnya mubah bagi mukallaf
Setiap hukum Syara’ harus berhubungan dengan perbuatan dari segala
perbuatan mukallaf . Dari kelima hukum tersebut dapatlah di jelaskan sebagai
berikut6:
1).wajib, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
jika ditinggalkan mendapatkan siksa,
Wajib di bagi menjadi dua:
a. wajib ain; ialah yang wajib dikerjakan oleh setiap mukallaf, seperti
sholat lima waktu sehari semalam dan puasa bulan ramadhan.
b. wajib kifayah; ialah yang dikerjaka oleh semua mukallaf, , tetapi
jika sudah diantara mereka mengerjakan, lepaskanlah kewajiban itu dari
lainnya, misalnya meyalati jenazah dan menguburkannya.
2).mandub (sunnah); yaitu suatu perkara yang apabila di kerjakan mendapat
pahala dan jika di tinggalkan tidak mendapatkan siksa atau dosa. Sunnah ini di bagi
menjadi 2 yaitu:
a.sunnah ain; setiap orang dianjurkan mengerjakannya, seperti sholat
rawatib, puasa sunnah, dan sebagainya.
b.sunnah kifayah;ialah suatu pekerjaan yang apabila telah di kejakan oleh
salah seorang dari jamaah, tidak perlu lagi yang lain mengerjakannya, misalnya
menjawab salam dalam suatu rombongan.
3).haram; ialah larangan keras, jika dikerjakan mendapatkan dosa dan apabila
di tinggalkan mendapatkan pahala.
4) makruh; ialah larangan yang tidak keras, jika di langgar tidak berdosa,
kalau di tinggalkan mendapat pahala, misalnya seperti makan pete, bawang menth
5) mubah; ialah sesuatu yang boleh dikerjakan atau tidak di kerjakan, kalau
dikerjakan atau di tinggal tidak berpahala dan tidak berdosa, misalnya: pakai baju
bagus,makan makanan yang halal, tidur.7
PENUTUP
4
A. Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA