Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Filsafat Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu:

Dr. Imron Mustofa, S.H.I.,M.Ud

Disusun oleh:

FILDA ALEYDIA AJI

Nim. 05040221111

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
filsafat hukum ekonomi syari’ah dengan judul “KARAKTERISTIK HUKUM
ISLAM”

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya,05 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….…. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..….. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………...………………………….…..……...1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………....……………....……....3

A. Karakteristik Hukum Islam...........…...........………………………………......3


B. Implementasi Hukum Islam ..............................................................................7
C. Eksistensi Hukum Islam.....................................................................................9

BAB III PENUTUP……………………………….....…………………..………....13

A. Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber hukum dalam hukum islam ialah al – qur’an dan hadist. Dalam al
– qur’an dan hadist menjelaskan keseluruhan yang ada di bumi ini. Mulai dari
benda hidup hingga benda mati, hubungan antar perorangan juga hubungan
tentang ketuhanan. Akan tetapi dalam al – qur’an dan hadist untuk rujukan itu
belum dengan cara yang instan,perlu penafsiran yang sangat cukup mumpuni
dalam menafsirkan al – quran dan hadist. Dalam menafirkan ayat suci al – quran
dan hadist biasanya itu di lakukan oleh mujtahid. Mujtahid sendiri itu orang yang
berijtihad.

Dengan adanya suatu ijtihad dari seorang ulama yang benar – benar
mumpuni lah, maka hukum islam itu bersifat sangat relefan dalam masa ke masa.
Karena dengan adanya ijtihad sendiri itu para mujtahid berusaha memadukan
antara sumber hukum asli dengan keadaan yang terjadi pasa masa itu. Di dalam al
– quran sendiri itu bersifat abstrak juga bersifat pasti. Dan dalam al – quran yang
kita ketahui sekarang itu dengan pemahaman kita al – quran itu lebih menuju
kepastian dalam menanggapi persoalan, karena dalam al – quran sendiri itu pasti.1
Oleh karena itu walaupun dalam al – quran itu sifatnya abstrak ( global) perlu di
pahami mendalam. Akan tetapi dalam realitanya al – quran dalam menjawab
persoalan itu sangat pasti. Dalam hukum islam sendiri itu para ulama terdapat
beberapa pendapat yang mana menurutnya hukum islam itu ialah fiqih, ada juga
yang berasumsi bahwa hukum islam itu syari’ah. Oleh karena itu kami akan
mengulas sedikit terkait fiqih, syari’ah dan hukum islam.

Fiqih Secara bahasa,fikih bermula dari bahasa Arab yang artinya fahm
asysya’ daqiqah yang berarti paham yang mendalam,paham terhadap pembicaraan
orang lain, atau mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik. Lalu secara
istilah,yakni hasil penjelasan secara singkat terkait suatu hukum syari’ah yang

1
Muhammad Amin, Ijtihad ibn Taimiyyah dalam bidang fikih Islam, Seri INIS, jil. 9 (Jakarta:
INIS, 1991), hlm.39.
mana di temukan dengan ijtihad oleh mujtahid melalui al – qur’an dan hadist.
Fikih itu sendiri berawal dari ijtihad dari mujtahid yang mana mungkin dalam al –
qur’an atau dalam hadist hanya di jelaskan secara global (umum) belum di
jelaskan secara kompleks (terperinci). Maka dari itu fikih beda dengan syari’ah,
beda dari segi istilah maupun bahasa. Sedangkan untuk syari’ah menurut bahasa
itu berartikan jalan ke tempat mata akan tetapi syari’ah itu di artikan oleh orang
arab sebagai jalan yang lurus, karena apa mata air sendiri itu merupakan sumber
dari kehidupan. Sedangkan menurut istilah Asaf A.A. Fyzee mendefinisikan
bahwa syari’ah itu canon law of Islam, yaitu keseluruhan perintah Allah yang
berupa nash – nash. Syari’ah merupakan seperangkat aturan yang disyariatkan
oleh Allah bagi umat manusia melalui Nabi Muhammad baik yang menyangkut
urusan aqidah, ibadah, mu’ammlah, akhlak dan aturan hidup guna mencapai
suatu kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Hukum islam, hukum islam itu berasal dari 2 kata yakni hukum dan islam.
Hukum ialah suatu aturan yang di buat oleh penguasa yang mana aturan tersebut
mengikat dan memaksa. Sedangkan islam itu menurut bahasa Arab ialah kata
benda jenis mashdar yaitu aslama, salima, dan salama. Pertama, aslama berarti
berserah diri kepada Allah SWT karenanya umat Islam harus mengakui kekuasaan
Allah SWT. Kedua, salima berarti menyelamatkan dan mengamankan karenanya
umat Islam harus berucap dan bertindak dengan baik sehingga melahirkan rasa
amanbuat orang lain. Ketiga, salama berarti menentramkan karenanya umat Islam
didalam hidupnya harus selalu merasa tenteram, tidak mudah putus asa dalam
menghadapi caboaan demi cobaan hidup. Dengan demikian hukum islam itu suatu
aturan yang mana aturan tersebut itu berasal dari al – qur’an dan hadist dan setiap
orang yang beragama islam wajib mematuhi serta mentaati apa saja yang telah di
atur dalam hukum islam itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik hukum islam itu ?
2. Bagaimana implementasi hukum islam itu ?
3. Bagaimana eksistensi hukum islam itu ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui terkait karakteristik hukum islam
2. Agar mengetahui terkait implementasi hukum islam
3. Agar mengetahui eksistensi hukum islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Hukum Islam

Dalam hukum islam sendiri itu memiliki suatu karakteristik yang mana
ulama berpendapat salah satunya ialah ismail muhammad syah mengatakan bahwa
karakteristik dalam hukum islam itu universal,kemanusiaan dan akhlak(moral). 2
Terdapat pula pendapat dari yusuf al qardhawi ia berasumsi bahwa karakteristik
dalam hukum islam ialah rabbani,akhlak,insani,tanaasuq,syumul. Dengan begitu
kami akan menguraikan sedikit tentang karakteristik hukum islam yang mana
sebagai berikut:

 Ketuhanan
Maksud dari ketuhanan di sini ialah hukum islam itu memiliki sifat
ketuhanan,yang mana hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dalam
islam itu semua telah di tetapkan oleh allah swt dan itu semua sudah
tertuang atau tercantum dalam al – qur’an. Dalam al – qur’an pun di
jelaskan bahwa selain allah swt tidak boleh memerintah seenaknya juga
tidak di perbolehkan untuk mentaati selain allah swt. Karena allah swt
maha sempurna dari segalanya.3
Untuk dasarnya ialah sesuai dengan surat al – an’am ayat 57 dan juga surat
yusuf ayat 40 yang mana itu berbunyi sebagai berikut :
َّ ‫قُلْ اِنِّ ْي ع َٰلى بَيِّنَ ٍة ِّم ْن َّرب ِّْي َو َك َّذ ْبتُ ْم بِ ٖ ۗه َما ِع ْن ِديْ َما تَ ْستَ ْع ِجلُوْ نَ بِ ٖ ۗه اِ ِن ْال ُح ْك ُم اِاَّل هّٰلِل ِ ۗيَقُصُّ ْال َح‬
‫ق َوه َُو‬
ِ ‫َخ ْي ُر ْال ٰف‬
َ‫صلِ ْين‬
Artinya :
2
Zaini Dahlan, Filsafat hukum Islam, Cet. 2 (Jakarta: Bumi Aksara kerjasama dengan Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1992), 113.
3
khursid admad dan achsin mohammad, pesan islam, cet. 1 (Bandung: pustaka belajar, 1983), 193.
“Katakanlah (Muhammad), “Aku (berada) di atas keterangan yang nyata
(Al-Qur'an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah
kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk
disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah.
Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang
terbaik.””Q.S Al – An’am 57.
‫َما تَ ْعبُ ُدوْ نَ ِم ْن ُدوْ نِ ٖ ٓه آِاَّل اَ ْس َم ۤا ًء َس َّم ْيتُ ُموْ هَٓا اَ ْنتُ ْم َو ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َّمٓا اَ ْنزَ َل هّٰللا ُ بِهَا ِم ْن س ُْل ٰط ۗ ٍن اِ ِن ْال ُح ْك ُم اِاَّل هّٰلِل ِ ۗاَ َم َر‬
ِ َّ‫اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ ٰۗذلِكَ ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ُم َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬
Artinya :
“Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu
buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah
tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu.
Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” Q.S Yusuf 40
 Universal
Universal,karakteristik yang berikutnya ialah universal hal ini karena
dalam islam sendiri itu tidak membandingkan antara orang yang berada
dalam level miskin atau kaya, tinggi atau pendek, gemuk atau pendek.
Dalam islam semua di pandang sama, dan juga dalam islam sendiri itu
bukan menjelaskan hanya dalam islam saja akan tetapi ke seluruh
golongan dan bahkan juga dapat di katakan agama lain juga.4
Untuk dasar dari universal sendiri itu sesuai dengan surat saba’ ayat 28
yang mana berbunyi sebagai berikut:
ۤ
ِ َّ‫اس بَ ِش ْيرًا َّونَ ِذ ْيرًا و َّٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
ِ َّ‫ك اِاَّل َكافَّةً لِّلن‬
Artinya :
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada
semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
 Kemanusiaan

4
khursid admad dan achsin mohammad, pesan islam, cet. 1 (Bandung: pustaka belajar, 1983). 94.
Karakteristik yang berikutnya ialah kemanusiaan, yang mana maksud dari
kemanusian sendiri itu hukum islam sendiri itu bertujuan agar manusia di
bumi itu nyaman dan tentram. Semua yang ada dalam hukum islam itu di
tujuan untuk manusia, mulai dari hukum ketuhanan, hukum jual beli
bahkan hingga jinayah (hukum pidana islam) itu bukan hanya untuk
menghukum saja. Akan tetapi dengan demikian manusia akan saling
menghargai dari setiap orang dan manusia akan lebih tau batasan setiap
orang. Hal ini semua hanya di tujuan untuk manusia yang mana untuk
melangsungkan kehidupan. 5
Kemuliaan yang diberikan oleh Tuhan bagi manusia adalah suatu prioritas
dari Allah, karena itu kemuliaan tersebut harus dipertahankan dalam
segala hal. Kemuliaan martabat yang dimiliki oleh manusia itu sama sekali
tidak ada pada mahluk yang lain. Martabat yang tinggi yang telah
dianugrahkan Allah kepada manusia, pada hakikatnya merupakan fitrah
yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia.6
Untuk dasarnya ialah surat al isra’ ayat 70 yang mana berbunyi sebagai
berikut :
‫ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا‬
ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬
ِ ‫ࣖ تَ ْف‬
‫ض ْياًل‬
Artinya :
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang
Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
 Berlandaskan moral
Perlu kita ketahui untuk yang selanjutnya itu dalam karakteristik hukum
islam yakni berlandaskan moral atau juga dapat di artikan akhlak. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi SAW yang mana sebagai berikut
“Sesungguhnya aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan keutamaan
akhlak.” (HR.Ahmad dan Baihaqi). Dengan demikian akhlak di sini itu

5
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Cet. 2 (Jakarta: : Bulan Bintang, 1986), 65.
6
Mohammad Daud Ali, islam untuk di siplin ilmu hukum dan sosial, Cetakan ke-1 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016), 52.
sangat berpengaruh dalam kelangsungan hidup. Karena, sejatinya manusia
itu pasti memiliki sifat yang sombong,iri,dengki dll. Oleh karena itu dalam
hukum islam sendiri itu menerangkan salah satunya yakni akhlak. Seorang
yang berakhlak itu lebih baik dari pada orang yang berilmu akan tetapi
tidak memiliki akhlak. Hal ini di karenakan orang yang memiliki akhlak
dia akan berhati – hati dalam apa yang ia akan lakukan. Contoh walaupun
dia memiliki ilmu yang sangat tinggi tetapi dia tetap rendah hati dia tidak
akan memperlihatkan bahwa dia yang paling pintar dia yang paling
cerdas(sombong). Dengan demikian adanya akhlak di sini untuk
mengerem seseorang agar tidak sombong,iri,dengki dll. Dalam hal ini juga
ada dasarnya yakni surat al – ahzhab ayat 21 yang mana berbunyi sebagai
berikut:
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
Artinya :
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
 Teratur
Untuk yang selanjutnya ialah teratur, dengan kata lain di sini dalam hukum
islam itu di atur secara teratur tidak bertabrakan. Adapun degan keadaan
yang sama akan tetapi sama itu seiringan bukan yang bersimpangan.
Keteraturan merupakan fenomena alam dan syari’at sebagai suatu
keseimbangan. Keteraturan dan keseimbangan tersebut dapat kita saksikan
pada suatu fenomena yang tampak pada setiap apa-apa yang disyari’atkan
Allah, sebagaimana hal itu tampak pada setiap makhluk. Apabila kita
amati apa yang ada di alam raya ini, maka kita akan menjumpai siang dan
malam, gelap dan terang, panas dan dingin, air dan darat dan berbagai
macam gas yang kesemuanya itu dengan keteraturan dan keseimbangan
serta perhitungan yang sangat ramai.7 Tidak mungkin yang satu akan
melampaui yang lainnya dan tidak akan keluar dari garis ukuran yang telah

7
rohidin, pengantar hukum islam, ed 1 (Yogyakarta: lintang rasi aksara books, 2016), 65.
ditentukan untuknya. Untuk dasarnya sendiri itu sesuai dengan surat yasin
ayat 40 yang berbunyi sebagai berikut :
ٍ َ‫ار ۗ َو ُك ٌّل فِ ْي فَل‬
َ‫ك يَّ ْسبَحُوْ ن‬ ِ َ‫ق النَّه‬ َ ‫اَل ال َّش ْمسُ يَ ۢ ْنبَ ِغ ْي لَهَٓا اَ ْن تُ ْد ِر‬
ُ ِ‫ك ْالقَ َم َر َواَل الَّ ْي ُل َساب‬
Artinya:
“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
 Realistik
Dan untuk yang terakhir ialah realistik yang mana maksud di sini ialah
Perhatiannya terhadap nilai – nilai moral yang luhur tidak menghalanginya
untuk memperhatikan realitas yang ada. Dalam hal ini juga seperti ketika
kita melakukan kedzaliman dalam islam itu kita di hukum dengan sesuai
apa yang telah kita lakukan,tanpa melebih lebihkan dalam hal hukuman.
Selain itu sifat realistik yang lain adalah syari’at Islam tidak hanya cukup
dengan nasehat keagamaan atau bimbingan akhlak dalam memelihara hak
- hak manusia, tetapi syari’at Islam juga menetapkan Undang - Undang
pidana, sebab sebagian manusia itu ada yang tidak hanya cukup dengan
bimbingan dan nasihat, melainkan juga perlu tindak-an dan hukuman
sesuai dengan tindakan kejahatan yang dilakukannya. Dan untuk dasarnya
yakni sesuai dengan Q.S As – syams ayat 7 – 8 yang mana itu berbunyi
sebagai berikut :
8( ‫) فََأ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬7( ‫س َو َما َسوَّاهَا‬
ٍ ‫َونَ ْف‬
Artinya :
“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan
kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,”.

B. Implementasi Hukum Islam

Seuai dengan apa yang kita ketahui dengan karakteristik dalam hukum
islam, tentu kita mengetahui dari karakteristik tersebut tidak ada unsur yang mana
itu bersifat negatif dalam hukum islam. Semua unusr atau elemen dalam hukum
islam bertujuan untuk mempermudah dan membantu dalam segala urusan yang
ada di dunia ini.8

Hukum islam sendiri itu hukum yang di ciptakan oleh allah lewat
perantara dari al – qur’an dan juga hadist. Hukum islam itu hukum allah yang
mutlak yang mana semua di dunia ini sudah di tulis secara gamblang atau
menyeluruh di dalam al – qur’an. Mulai dari hal tentang ke tauhidan hingga
masalah membersihkan diri. Dalam al – qur’an juga menjelaskan keseluruhan
ciptaannya mulai dari hewan tumbuhan dll. Allah sudah menjelaskan keseluruhan
dalam al – qur’an tentang hukum apa saja, oleh karena itu dalam menentukan
hukum baru yang mana sesuai dengan perkembangan zaman allah menyuruh
manusia di bumi ini berijtihad supaya dalam menyikapi perkembangan zaman itu
bisa teratasi dengan sesuai.9 Hak untuk seseorang berpendapat, menuntut suatu
persoalan dalam hal politik itu semua dalam islam sudah di jelaskan yang mana
pada saat itu penyiaran islam pertama kali dalam konsep syari’ah islam
mengajarkan konsep persamaan dan keadilan. Dan untuk penghormatan dan
kepatuhan itu sendiri hanya semata di tujukan kepada allah swt.10

Dengan karakteristik hukum islam yang telah di ketahui hukum islam


sendiri bukan hanya tertuju dengan adanya kekuasaan saja. Akan tetapi hukum
islam terus berangsur – angsur melalui jalur ke ilmuan. Andaikan saja hukum
islam itu yang telah di cantumkan oleh al – qur’an bergantung dengan kekuasaan
pastinya hukum islam sudah punah di peradaban saat ini. Karena apa, coba kita
kulik sedikit pada masa itu yakni masa abbasyiah yang mana pada masa ini islam
mulai dengan fase kemunduran. Hal tersebut di karenakan kekuasaan yang
mengambil alih suatu wilayah – wilayah.

Akan tetapi hukum islam saat ini masih sangat efesien dan konsisten
dalam hukumnya sendiri. Terlebih hingga berkembang dalam bentuk proses
taqnin (yurisprudensi) hingga di benttuk menjadi suatu hukum tertulis (perundang

8
Baharuddin Ahmad dan Illy Yanti, Eksistensi dan implementasi hukum Islam di Indonesia
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 34.
9
Mohammad Daud Ali, hukum islam, pengantar ilmu hukum dan hukum islam di indonesia, ed. 1
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), 110.
10
abdur rahman I. doi, basri iba asghary, dan wadi masturi, shari’ah kondifikasi hukum islam
(Jakarta: PT. rineka cipta, 1993), 13.
– undangan). Di indonesia hukum islam yang di adobsi menjadi hukumnya ialah
UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan lalu ada juga UU No 1 Tahun 1991
Tentang Kompilasi Hukum Islam dsb.

Implementasi hukum islam memang berkembang terus walau banyak juga


kendala dalam pelaksanaannya. Akan tetapi memang hal seperti itu sudah hal
yang sangat lumrah. Dan untuk bidang tentang kemasyarakatan itu sangat
mendominasi sekali perkembangannya. Perkembangan fiqihnya yang
merumuskan suatu hukum sosial itu sangat berarti sekali untuk kelangsungan
hidup.

C. Esistensi Hukum Islam Merespon Perkembangan Sosial

Dalam hukum islam sendiri itu sangat beriringan dengan pesoalan yang
baru dan juga sangat konsisten. Hal tersebut dapat di ketahui karena pada zaman
Rasulullah SAW para sahabat tidak terganggu dalam kondisi sosial yang berada
pada saat itu,malah sahabat begitu mudah dalam mengkondisikan perbedaan
sosial yang ada pada masa itu. Pada masa itu ketika para sahabat ingin melakukan
ijtihad ia sangat begitu mudah dalam metodenya, di karenakan pada masa saat itu
ketika berijtihad meraka (para sahabat) langsung berkonsultasi kepada Nabi
Muhammad Saw. Waktu terus berputar pada masa itu telah terjadi duka untuk
seluruh umat muslim di dunia karena orang yang menjadi pelopor, seorang yang
paling di anut, orang yang paling di agungkan yakni Nabi Muhammad Saw,telah
wafat. Setalah itu kaum muslim sangat kehilangan disisi lain dalam berijtihad juga
akan mengalami problem, karena pemimpin kaum muslim pada saat itu telah
meninggalkan kita semua. Lalu setelah sepeninggal Nabi Muhammad Saw mulai
lah bermunculan suatu persoalan yang baru. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi kaum muslim. Persoalan yang timbul seperti hukum keluarga, hukum terkait
hak – hak manusia dll.11

11
agus miswanto, ushul fiqhi: metode ijtihad hukum islam, ed. 1 (magelang: unimma press, 2019),
148.
Dengan kejadian tersebut maka mulai lah para sahabat menggalakkan
berijtihad, setelah itu muncullah berbagai penafsiran atau sudut pandang dari
sahabat yang lain tentang hukum yang di contohkan oleh Rasulullah Saw. Hal
tersebut bukan seperti hakim yang memutuskan dalam peradilan. Akan tetapi
suatu metode untuk mencari jalan terbaik dalam persoalan yang terjadi pada saat
itu. Dengan ilmu yang telah di dapat saat bersama Rasulullah Saw maka para
sahabat yang menggalakkan berijtihad pada masa itu menemukan dan berhasil
menghadapi permasalahan pada masa itu.

Salah satu contoh dalam ijtihad pada saat itu ialah suatu langkah yang di
ambil oleh umat muslim yang sangat berpengaruh itu seperti tidak melakukan
hukuman pada seorang pencuri pada waktu paceklik, yang mana pada masa Rasul
Saw seorang yang telah melakukan pencurian akan di hukum dengan potong
tangan akan tetapi dalam hal ini tidak dilakukan. Karena dalam menghadapi
permasalahan tanah yang mana daerah itu baru di kuasai ialah menunjukkan
bahwa hukum itu dapat berubah secara formal dalam menghadapi keadaan yang
terdapat pada kehidupan masyarakat. Akan tetapi dengan begitu tidak mengurangi
sama sekali esensi dan jiwa yang menjadi dasar.12

Melihat ijtihad yang telah di lakukan oleh sahabat di atas maka perlu kita
ketahui bahwa dalam mencari solusi dalam persoalan yang terjadi di masyarakat
yang era industrial maka di perlukan suatu metode yang baru. Dalam artian baru
di sini itu mencari rumusan yang telah ada dan memadukan dengan aspek – aspek
yang terjadi pada masanya. Dalam berijtihad agar menemukan teori yang di dapat
dari kristalisasi dari pemahaman utuh atas al – qur’an dan hadist harus di terapkan
dalam kondisi kehidupan masyarakat masa saat ini. Hal itu harus di laksanakan
tanpa mengurangi prinsip – prinsip yang telah ada.

Dalam memadukan atau memodifikasi hukum yang telah lama dengan


menyelaraskan kondisi masyarakat yang saat ini bukan berarti mengeksploitasi
teoritis dari al – qur’an ataupun hadist. Akan tetapi kita juga harus bijak dalam
mencari persoalan yang baru. Pun, juga dilihat dari berbagai lini mulai dari lini
ekonomi, budaya, sosial, politik dll. Dengan perubahan zaman yang sangat

12
Agus miswanto, op. cit. hlm 156
signifikan itu sendiri manusia seharusnya bukan hanya monoton dalam soal
hukum dan yang lainnya, jangan hanya berasumsi bahwa pada zaman dahulu itu
para sahabat para tabiin dan sebagainya tidak pernah menjelaskan atau berkata
demikian. Akan tetapi kita yang pada masa saat ini yang sangat modern di harus
kan berijtihad dalam menyongsong kehidupan yang modern. Tentu perlu di
perhatikan juga dalam berijtihad seseorang tidak sembarangan, dalam berijtihad
seseorang harus memenuhi beberapa aspek yang di wajib kan untuk seorng
mujtahid.13

Era modern, para ahli filsafat menjelaskan modernitas adalah era


kepercayaan kepada kemajuan, yang sejajar dengan kepercayaan kepada nilai dan
hal baru (lantaran yang baru diganjar dengan nilai yang lebih besar ketimbang
yang tidak baru). Perubahan budaya masyarakat dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri itu sendiri mempengaruhi paradigma, gaya hidup dan
kebutuhannya serta perilaku keagamaannya. Sebagai proses perkembangan dan
kemajuan, modernitas merupakan upaya meningkatkan kapasitas sistem sosial
untuk menghadapi tantangan dan tantangan baru melalui penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara rasional secara maksimal.14

Dengan perkembangan zaman yang saati ini terjadi tentunya membuhat


perubahan sosial dalam sudut pandang seseorang. Dengan adanya perubahan sosia
itu sendiri akan berdampak pada hukum. Oleh karena itu beberapa ahli filsafat
berpendapat yakni Marx Weber dan Emile Durkheim menyatakan bahwa hukum
merupakan refleksi dari solidaritas yang ada dalam masyarakat. Sejalan dengan
Marx Weber dan Durkheim, Arnold M. Rose menyajikan pandangan umum
tentang perubahan hubungan sosial dengan perubahan hukum. Menurut dia,
perubahan undang-undang akan dipengaruhi oleh tiga faktor, Pertama, ada
semakin banyak pengamatan yang terakumulasi dalam hal teknologi, kedua, ada
hubungan atau kontradiksi kehidupan sosial, dan ketiga, perubahan sosial tidak

13
abadi wijaya, “eksistensi hukum islam dalam perubahan sosial ar risalah” 10, no. 2 (November
2010).
14
zaenudin, “Hukum Islam dan Perubahan Sosial (Menyelaraskan Realitas Dengan Maqashid Al-
Syariah)” 6, no. 6 (2012).
ada gerakan. Jelas, hukum sesuai dengan teori di atas adalah hasil daripada faktor
penyebab terjadi perubahan sosial.15

Dengan adanya perubahan di atas itu mempengaruhi pemikiran dalam


islam, termasuk juga dalam hukum islam. Pada intinya perubahan dalam hukum
islam itu hanya tertuju dalam aspek lokalitas dan temporalitas ajaran islam, tanpa
melupakan aspek universal dan ketetapan hukum islam itu. Jika tidak ada upaya
untuk merefreshkan hukum islam, maka akan terjadi ke sulitan dalam kehidupan
masyarakat hukum islam.

Dengan demikian agar tetap menjaga hukum islam yang dinamis,


responsif terhadap perkembangan zaman. Maka di haruskan untuk menggugah
kembali semangat dalam berijtihad di kalangan umat muslim pada masa kini.
Kenapa demikian, karena menurut beberapa ulama berpendapat yakni ibnu rusyd
dalam kitab bidayat al mujtahid yang mana beliau mengatakan seperti ini,
Permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat tidak terbatas jumlahnya,
sementara dalam jumlah nash ( al – qur’an maupun hadist) juga jumlah terbatas.
Maka dari itu mustahil sesuatu yang terbatas jumlahnya bisa menghadapi sesuatu
yang tidak terbatas.

Dari penyataan di atas salah satu cara dalam umat muslim untuk
menghadapi perkembangan zaman ialah dengan berijtihad. Agar umat muslim
tidak terjerumus dengan perubahan zaman, dan juga aar umat muslim bisa
menghadapi tantangan yang berada pada masa yang modern saat ini.

A)

15
imdad, “Hukum Islam dalam Perubahan Sosial (Suatu Kajian Terhadap Elastisitas Hukum
Islam),” 2013, http://www.lpsdimataram.com.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam karakteristik hukum islam terdapat 6 karakteristik yang mana itu
sebagai berikut: Ketuhanan,universal,kemanusiaan,berlandaskan
moral,tertur,realistik
2. Dengan karakteristik hukum islam yang telah di ketahui hukum islam
sendiri bukan hanya tertuju dengan adanya kekuasaan saja. Akan tetapi
hukum islam terus berangsur – angsur melalui jalur ke ilmuan. Andaikan
saja hukum islam itu yang telah di cantumkan oleh al – qur’an bergantung
dengan kekuasaan pastinya hukum islam sudah punah di peradaban saat
ini. Akan tetapi hukum islam saat ini masih sangat efesien dan konsisten
dalam hukumnya sendiri. Terlebih hingga berkembang dalam bentuk
proses taqnin (yurisprudensi) hingga di benttuk menjadi suatu hukum
tertulis (perundang – undangan).
3. Eksistensi hukum islam sendiri di tandai dengan adanya ijtihad para
sahabat juga dengan ulama untuk menemukan jawaban di mana perubahan
sosial yang baru. Hal ini sebuah cara yang di lakukan dalam ajaran islam
untuk menghadapi perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

admad, khursid, dan achsin mohammad. pesan islam. Cet. 1. Bandung: pustaka
belajar, 1983.
Ahmad, Baharuddin, dan Illy Yanti. Eksistensi dan implementasi hukum Islam di
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Ali, Mohammad Daud. hukum islam, pengantar ilmu hukum dan hukum islam di
indonesia. Ed. 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
———. islam untuk di siplin ilmu hukum dan sosial. Cetakan ke-1. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016.
Amin, Muhammad. Ijtihad ibn Taimiyyah dalam bidang fikih Islam. Seri INIS, jil.
9. Jakarta: INIS, 1991.
Ash Shiddieqy, M. Hasbi. Falsafah Hukum Islam. Cet. 2. Jakarta: : Bulan
Bintang, 1986.
Dahlan, Zaini. Filsafat hukum Islam. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara kerjasama
dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Departemen Agama, 1992.
I. doi, abdur rahman, basri iba asghary, dan wadi masturi. shari’ah kondifikasi
hukum islam. Jakarta: PT. rineka cipta, 1993.
imdad. “Hukum Islam dalam Perubahan Sosial (Suatu Kajian Terhadap Elastisitas
Hukum Islam),” 2013. http://www.lpsdimataram.com.
miswanto, agus. ushul fiqhi: metode ijtihad hukum islam. Ed. 1. magelang:
unimma press, 2019.
rohidin. pengantar hukum islam. Ed 1. Yogyakarta: lintang rasi aksara books,
2016.
wijaya, abadi. “eksistensi hukum islam dalam perubahan sosial ar risalah” 10, no.
2 (November 2010).
zaenudin. “Hukum Islam dan Perubahan Sosial (Menyelaraskan Realitas Dengan
Maqashid Al-Syariah)” 6, no. 6 (2012).

Anda mungkin juga menyukai