Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pengantar Hukum Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Amir Mu’allim, MIS/Ahmad Nurozi, SHI, MSI

Disusun oleh:
Isyaf Alauddin Asyraf
NIM : 21421036

AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Oktober, 2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahrirrahmanirrahim

Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. Wassholatu wassalamu ‘ala asyrafil ambiyaai wal
mursalin. wa’ala alihi wa ashhabihi waman tabi’ahum bi ihsanin ilaa yaumiddin.
Amma ba’du.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita
berbagai karunia dan nikmat. Yang jelas dan pasti kita tidak bisa menghitung
nikmat Allah yang begitu banyak, dan dengan rahmat dan pertolongan-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah Sejarah Perkembangan Hukum Islam. Sholawat serta
salam tak lupa kita junjungan kepada Nabi Agung Muhammad ‫ ﷺ‬beserta
keluarganya, sahabatnya beserta para pengikutnya yang senantiasa berada di
jalannya hingga hari kiamat.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas serta untuk mengetahui
tentang sejarah bagaimana hukum islam di muka bumi ini terbentuk dan tersusun
sehingga mudah-mudahan kaum muslimin dapat dengan mudah memahami syariat
islam, menegakannya serta dapat mengaplikasikannya dengan baik dalam
kehidupan mereka sehari-hari.

Ibarat kata pepatah lama “Tiada gading yang tak retak”, saya selaku
penyusun makalah ini selalu mengharapkan kritik dan saran tentunya dari para
dosen pengampu mata kuliah ini dan juga dari semua pembaca makalah ini, karena
sejatinya manusia adalah mahaalul khotho’ wan nisyan dan Allah ‫ ﷻ‬lah tempat
segala kebenaran dan kesempurnaan kembali. Atas segala perhatiannya saya
ucapkan Syukron Jazaakumullah Khoiron.

Bekasi, Oktober 2021

Isyaf Alauddin Asyraf

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 5
D. Manfaat ....................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
A. MASA PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM .............................................. 6
B. MASA SAHABAT ...................................................................................... 7
C. MASA PEMBINAAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBUKUAN.......... 11
D. MASA KEMUNDURAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM ....................... 16
E. MASA KEEMASAN KEMBALI............................................................... 17
BAB III.............................................................................................................. 19
PENUTUP ......................................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya penciptaan, dengan itu Allah ‫ﷻ‬


menciptakan manusia semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin
dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)”1.

Suatu ibadah terwujud dengan adanya syariat yang Allah turunkan melalui
rosul-Nya begitupula segala aspek kehidupan manusia di muka bumi ini, semuanya
telah Allah atur dengan syariat islam, oleh sebab itu hukum islam adalah bagian
penting yang seharusnya setiap muslim mengetahuinya,

Tak lepas dari hal yang penting dalam mengetahui hukum islam atau syariat
islam adalah sejarah bagaimana hukum islam itu ada di muka bumi ini, bermula
dari turunnya wahyu melalui Jibril ‘Alaihis Salaam kepada nabi Muhammad ‫ﷺ‬
yaitu tatkala beliau sedang menyendiri di Gua Hira’ dan beliau melakukan ibadah
didalamnya, dan ini bertepatan pada hari Senin, tanggal 21 malam bulan Ramadhan
atau bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M2. Tepatnya saat beliau
berumur 40 tahun. Sampai akhirnya islam berkembang dari masa Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬hingga ke seluruh penjuru dunia, dan suatu nikmat yang paling besar yaitu bisa
menjadi bagian dari umatnya Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan kita bisa menjalankan syariat
islam dengan mudah terutama di negeri dengan mayaoritas muslim terbesar di dunia
yaitu Indonesia. Maka tentunya sejarah ini bukanlah hal yang kecil dan seharusnya
bisa diketahui dan direnungi oleh setiap muslim.

1
QS. Adz Dzariyat :56.
2
Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum, 2005, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, hal
90.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana urutan perkembangan hukum islam?


2. Faktor apa saja yang mendorong dan mengahmbat perkembangan hukum
islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui urutan perkembangan hukum islam.


2. Mengetahui fakto-faktor yang mendorong dan menghambat perkembangan
hukum islam.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca untuk mengetahui


lebih dalam bagaimana hukum islam itu berkembang dari masa ke masa dan
harapannya dapat direnungi dengan baik sehingga hukum islam atau syariat islam
menjadi suatu hal yang penting untuk menjadi pedoman bagi kehidupan masing-
masing.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASA PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM

Masa pembentukan hukum islam dimulai sejak Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬diutus


oleh Allah ‫ ﷻ‬menjadi seorang rasul, yaitu melalui Jibril ‘Alaihissalam Allah ‫ﷻ‬
turunkan wahyu kepadanya, dan wahyu pertama yang Allah ‫ ﷻ‬turunkan adalah
ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam surat Al-Alaq : 1-5.3 Masa kerosulan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬berlangsung kurang lebih 23 tahun. Otoritas tasyrî’ berada
sepenuhnya di tangan Allah melalui wahyu-Nya, al-Quran. Pada saat itu seringkali
penetapan hukum diawali oleh suatu peristiwa atau pertanyaan umat Muhammad
kepadanya. Merespons problem tersebut, Allah langsung menurunkan ayat al-
Quran kepada Nabi ‫ﷺ‬.4

Ayat-ayat yang Allah ‫ ﷻ‬turunkan, secara langsung diamalkan oleh Nabi dan
juga para sahabatnya, akan tetapi terdapat beberapa ayat yang masih bersifat global
dan sangat butuh dengan penjelasan dari Nabi ‫ﷺ‬. Sebagai rasul beliau mempunyai
kedudukan untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran
sebagaimana terdapat dalam ayat. “Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Quran)
supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa-apa yang diturunkan untuk mereka.
Mudah-mudahan mereka berpikir.”.5 dengan itu aturan-aturan dan contoh praktis
terbentuk sehingga mudah diikuti dan diamalkan oleh para sahabat.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada masa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬hukum


islam berada dalam tahap pembentukan dan peletakan dasar-dasarnya, di mana
sumber hukum islam era beliau adalah Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad Nabi ‫ ﷺ‬juga

3
Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum, 2005, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar), hal
92.
4
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 127
5
Q.S An-Nahl: 44

6
menjadi sumber hukum islam tatkala tidak ada koreksi (wahyu) dari Allah ‫ﷻ‬, yang
kemudian ijtihad beliau menjadi sunnahnya.

B. MASA SAHABAT

Pada masa sahabat, secara umum adalah fase khulafa’ ar-Rasyidin. Pada
fase ini bermula sejak masa Abu Bakr Ash-Shidiq (11 H) sampai masa Ali bin Abi
Tholib (40 H). Para sahabat sudah mengenal bagaimana langkah yang digunakan
dalam mengeluarkan hukum dari suatu dalil. Para sahabat sudah mengetahui adanya
kias, bisa membedakan lafal yang umum dan yang khusus, Semua itu mereka
pelajari langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dari sabda-sabda
beliau, dari praktik beliau, penjelasan beliau terhadap ayat-ayat Alquran, dari tanya
jawab bersama beliau, dan lain sebagainya.6

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, beliau tidak memberikan wasiat


tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam.
Maka sebelum jenazah beliau dikebumikan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshor
berkumpul di balai (saqifah) Bani Sa’idah, Madinah. Mereka bermusyawarah untuk
menentukan siapakah yang berhak mengantikan Nabi sebagai pemimpin umat
islam, dan setelah adanya perdebatan antara Muhajirin dan Anshor, terpilihlah Abu
Bakar sebagai pemimpin, dan akhirnya semua sepakat menerima dan masing-
masing berbaiat kepadanya. 7

Pemerintahan Abu Bakar ash-Shidiq berlangsung hanya skitar 2 tahun pada


632-634 M (11-13 H).8 Dalam masa singkat itu banyak permasalahan yang muncul
terkait hukum islam. Banyak kaum muslimin di masa itu yang menyeleweng dari

6
Roni Nuryusmansyah, Mengenal Ilmu Ushul Fikih, https://muslim.or.id/19637-mengenal-ilmu-
usul-fikih.html, 27 Agustus 2014.

7
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 129.
8
Muhammad Rahmatullah, Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq, Jurnal Khatulistiwa –
Jurnal of Islamic student, Vol.4 No.2 (September, 2014), 197.

7
ajaran islam, diantara mereka banyak yang murtad (keluar dari agama islam), tidak
mau membayar zakat, dan banhkan munculnya seorang nabi palsu yaitu
Musailamah Al-Kadzaab. Sehingga Abu Bakar menyelesaikan masalah-masalah
tersebut salah satunya dengan mengangkat senjata atau dikenal sebagai Perang
Riddah, dan di masa beliau juga Musailamah Al-Kadzab terbunuh bahkan beliau
mengancam akan memerangi kaum muslimin yang enggan membayar zakat. Dan
Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.9 Akhirnya
agama islam dan hukum islam pun mulai tersebar luas di masa Khalifah Abu Bakar
ash-Shiddiq. Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya. Beliau wafat pada tahun
634 M, dan berhentilah masa kepemimpinan beliau.

Setelah wafatnya Abu Bakar ash-Ashiddiq, Umar meneruskan pucuk


pemerintah islam. Pada zaman umar banyak muncul peristiwa yang tidak dijumpai
pada masa Rosulullah ‫ﷺ‬, hal ini disebabkan karena meluasnya daerah kekuasaan
islam sampai ke negeri Syam, Iraq, Mesir, Persia dll. Dari negeri-negeri yang telah
ditaklukan oleh kaum muslimin itu terdapat banyak peraturan yang belum dikenal,
adat-istiadat yang berbeda, tradisi yang bermacam-macam, begitupula peristiwa-
peristiwa yang baru. Maka para sahabat memiliki peran yang sangat penting dalam
hal ini, yang harus menyelesaikan segala persoalan itu dalam konteks hukum islam.

Pada masa Umar bin Khattab yang berlangsung selama kurang lebih
sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Banyak hal yang mulai disusun dengan baik.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji, pajak tanah, dan didirikan
pengadilan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga
eksekutif. Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian juga

9
Yulian Purnama, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq, https://muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-
ash-shiddiq.html, 30 Juni 2020.

8
dibentuk, demikian juga jawatan pekerjaan umum.11 Umar juga mendirikan Bait
al-Mâl, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah. 10

Umar menunjuk 6 orang dari sahabat untuk menggantikannya sebagai


khalifah sebelum beliau dibunuh oleh Abu Al-Lu’lu’ah, yaitu Utsman, Ali,
Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abduraahman bin Auf. Setelah Umar
wafat mereka bermusyawarah dan menunjuk Utsman bin Affan sebagai khalifah.
Di masa Utsman dimulai pembukuan Al-Quran dan penyeragaman bacaan. Daerah
kekuasaan islam juga semakin meluas hingga Afrika,Eropa dan beberapa daerah di
Asia11, maka hukum islam pun semakin berkembang dan luas. Masa jabatan
Utsman bin Affan sekitar dua belas tahun (644-655 M). Di akhir masa jabatannya
terjadi pemberontakan atas tuduhan nepotisme pada masanya. Dan sampai akhirnya
beliau terbunuh.

Kepemimpinan umat islam kemudian beralih kepada Ali bin Abi Thalib
yang berlangsung selama enam tahun (35-40 H/655-660 M). Di masa Ali
muncullah berbagai perpecahan hingga mencetus sebuah peperangan yang
bernama Perang Shiffin yaitu antara Ali dan Muawiyyah. Dan muncul juga
beberapa kelompok kaum muslimin yaitu Khawarij dan Syiah. Perogolakan politik
ini pun memberikan dampak yang tidak sedikit terhadap hukum islam, karena kaum
Khawarij enggan memakai hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Utsman dan Ali
atau Muawiyyah bin Abi Sufyan ataupun sahabat-sahabat lain yang condong
kepada mereka. Begitupula Syiah yang juga banyak menolak hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh para sahabat, menolak fatwa-fatwa dan bahkan mereka memiliki
ijtihad sendiri dan hukum islam sendiri.

Terlepas dari pergolakan politik sebagaimana disebutkan di atas, periode


sahabat ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

10
Salmah Intan, kekhalifaan Umar Ibn Khattab, Jurnal Rihlah, Vol. 5. No. 2 (2017), 144
11
Nibras Nada Nailufar, Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/03/193000169/masa-kekhalifahan-usman-bin-affan .

9
Pertama: Masa sahabat besar, dari tahun 11 H. Mulai dari masa Abu Bakar
sampai Ali bin Abi Thalib dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya
disebut Khulafâ’ ar-Râsyidûn (khalifahkhalifah yang mendapat petunjuk).

Kedua: Masa sahabat kecil dan tabi’in besar, mulai pemerintahan


Mua’wiyah hingga awal abad kedua H. Masa ini dimulai dari tahun jamaah, yakni
tahun 41 H, yang pada tahun ini umat Islam bersatu (kecuali Khawarij dan Syi’ah)
untuk mengakui khalifah Mua’wiyah. Setelah Hasan merelakan turun dari takhta
kekhalifahannya, dan kemudian tegaklah daulah Bani Umayyah.17 Pada periode
ini dan seterusnya Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun-
temurun.12

Para sahabat tersebar di beberapa daerah, di antaranya adalah: 13

Madinah

1. Abu Bakar as-Shidiq (wafat tahun 13 H)

2. Umar bin Khattab (wafat tahun 23 H)

3. Usman bin Affan (wafat tahun 35 H)

4. Ali bin Abi Thalib (wafat tahun 40 H)

5. Zaid bin Tsabit (wafat tahun 45 H)

6. Ubai bin Ka’ab (wafat tahun 21 H)

7. Abdullah bin Umar (wafat tahun 73 H)

8. Aisyah

12
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 134.
13
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 134-135.

10
Makkah

1. Abdullah bin Abbas (wafat tahun 68 H)

Kufah

1. Ali bin Abi Thalib (wafat tahun 40 H)

2. Abdullah bin Mas’ud (wafat tahun 32 H)

Basrah

1. Anas bin Malik (wafat tahun 93 H)

2. Abu Musa al-Asy’ari (wafat tahun 44 H)

Syam

1. Muadz bin Jabal (wafat tahun 18 H)

2. ‘Ubadah bin Shomid (wafat tahun 34 H)

Mesir

1. Abdullah bin Amr bin Ash (wafat tahun 65 H)

Demikianlah perkembangan hukum islam di masa sahabat, dengan berbagai


perkembangan dan pergolakannya. Dengan tersebarnya para sahabat di berbagai
daerah kekuasaan islam, maka ijtihad yang dilakukan oleh para sahabat lebih
banyak bersifat fardi (individual).

C. MASA PEMBINAAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBUKUAN

Periode ini diperkirakan berlangsung selama 250 tahun, bermula pada abad
VII sampai dengan abad X M. Masa pengembangan dan pembinaan ini berada pada
kisaran pemerintahan Khalifah Bani Umayyah (662-750) dan Khilafah Bani
Abbasiyyah (750-1258).

Pada masa itu kekuasaan islam sangat luas, ekspansi ke negeri-negeri yang
jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad,

11
merupakan kemenangan yang menakjubkan dari suatu bangsa yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman politik yang memadai, faktor-faktor yang menyebabkan
ekspansi itu demkian cepat antara lain adalah: 14

1. Ajaran islam yang mementingkan hubungan manusia dengan tuhan dan soal
pembentukan masyarakat .
2. Iman yang kuat mendorong para sahabat dan kaum muslimin untuk
menyerukan ajaran islam ke seluruh penjuru dunia.
3. Dua kekuatan besar Bizantium dan Persia, mulai memasuki masa
kemunduran dan kelemahan.
4. Islam yang datang ke daerah-daerah menebar rahmat dan tidak memaksa
rakyat untuk menjadi muslim.
5. Rakyat Bizantium dan Persia tidak senang dengan pihak kerajaan yang
memaksakan aliran agama dan juga mereka tidak senang dengan pajak yang
tinggi untuk perang.
6. Bangsa Sami di Syiria dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa arab
lebiih dekat kepada mereka di banding dengan yang lain.
7. Mesir,Syiria, dan Irak adalah negara kaya. Yang kekayaannya membantu
islam untuk ekspansi daerah yang lebih jauh.

Hukum islam mencapai puncak perkembangannya yaitu pada Dinasti Abbasiyyah.


Para khalifahnya adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
dan agama sekaligus. Sehingga Pendidikan dan ilmu pengetahuan sangatlah
diperhatikan. Administrasi peradilan dan segala macam transaksi, hingga hukum
sipil yang paling sederhana sekalipun, harus memenuhi ketentuan agama. Berawal
dari bentuknya yang sederhana, pada periode ini hukum Islam berkembang dengan
subur dan pesat. Periode ini disebut juga dengan “Periode fiqh dan fuqaha.” 15

14
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 136.
15
Fachruddin, Pembentukan, Perkembangan dan Pembaharuan Hukum Islam Dalam Tinjauan
Kaum Orientalis, De Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 1 No. 2 (Agustus 2009). 5

12
Menurut Daud Ali, puncak perkembangan hukum Islam terjadi pada masa
ini dikarenakan pada masa tersebut lahir para ahli hukum Islam yang menemukan
dan merumuskan garis-garis hukum fiqih Islam, serta muncul berbagai teori hukum
yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam hingga sekarang. Menurutnya
banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan hukum Islam
pada periode ini.16

Pertama, wilayah islam sudah sangat luas, terbentang dari perbatasan India-
Tiongkok di Timur ke Spanyol (Eropa) di sebelah barat. Dengan suku dan budaya
yang berbeda-beda, Hal ini yang mendorong para ahli hukum untuk mengkaji
sumber-sumber hukum Islam untuk kemudian ditarik garis-garis hukum hingga bisa
dijadikan pedoman yang sederhana namun mencapai segala aspek kehidupan.
Kedua, telah ada berbagai karya tulis tentang hukum yang bisa dijadikan landasan
untuk membangun serta mengembangkan fiqih Islam. Ketiga, di samping karya
yang memadai, terdapat pula para ahli yang mampu berijtihad memecahkan
permasalahan yang muncul di dalam masyarakat.

Bukti nyata terhadap perkembangan pesat hukum islam pada periode ini
juga terdapat pada lahirnya empat madzhab besar yang semua umat muslim
berpusat terhadap empat madzhab ini sebagai acuan atau referensi dalam
permasalahan hukum islam. Yaitu Imam Abu Hanifah Nu’man ibn Tsabit Al Kufi
(80-150 H), Imam Malik Abu Abdillah Malik bin Anas (93-179 H), Imam Syaf’I
Muhammad bin Idris (150-204 H), Imam Ahmad bin Hambal Abu Abdillah Ahmad
bin Muhammad bin Hambal (164-241 H).17

Di antara karya-karya ilmiah yang diwariskan pada masa pembinaan hukum


Islam adalah pembukuan ilmu fiqih beserta ragam pendapatnya. Imam Syafi’i
berhasil melahirkan disiplin ilmu usul fikih. Adalah Ar-Risalah, megakarya Imam
Syafi’i yang memelopori lahirnya usul fikih. Kitab yang awalnya ditujukan kepada

16
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 138-139..
17
H Mawaddah, Biografi Imam Empat Madzhab,
http://repository.uinbanten.ac.id/3283/4/BAB%20III.pdf, 2018

13
Abdurrahman bin Mahdi itu disebut-sebut sebagai kitab induk di dalam disiplin
ilmu usul fikih. 18

Pada masa sahabat, aktor yang berperanan mengembangkan hukum Islam


hanyalah para sahabat. Baru pada akhir masa tersebut muncullah tabi’in besar.
Akan tetapi, setelah masa sahabat berakhir, peranan seluruhnya dipegang oleh
tabi’in yang kemudian dilanjutkan oleh para tabi’it-tabi’in sebagai pewaris ilmu
sahabat. Dilanjutkan lagi oleh imam-imam empat sebagaimana tersebut di atas
beserta teman dan muridnya yang tersebar di seluruh penjuru dunia. sebagaimana
sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,”Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi
sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.”19 Mereka memberikan fatwa dan
pelajaran kepada masyarakat di kota yang mereka diami seperti halnya di beberapa
kota di bawah ini:20

Di Madinah:

1. Sa’id bin al-Musayyab

2. ‘Urwah bin az-Zubair

3. Ahli fiqih Madinah yang tujuh

4. Muhammadbin Syihab az-Zuhri

5. Yahya bin Said

6. Malik bin Anas, dan rekan-rekannya di Madinah.

Di Makkah:

1. ‘Ikrimah

2. Mujahid

18
Roni Nurmansyah, Mengenal Ilmu Ushul Fiqh, : https://muslim.or.id/19637-mengenal-ilmu-
usul-fikih.html, 27 Agustus 2014.
19
(HR. Ahmad, Ibnu Abi ’Ashim, Bukhari dan Tirmidzi).
20
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 141-142.

14
3. ‘Atho’

4. Sufyan bin Uyainah

5. Mufti Hijaz Muslim bin Khalid,

6. Imam Syafi’i, kemudian hijrah ke Baghdad dengan qaul qadimnya, lalu ke Mesir
dengan qaul jadidnya.

Di Kufah:

1. Abdullah bin Mas’ud (wafat 32 H) kemudian murid-muridnya yang terkenal


adalah di bawah ini:

2. ‘Alqamah bin Qois

3. Syuraih al-Qadli,

4. Ibrahim an-Nakha’i

5. Hammad bin Abi Sulaiman

6. Imam Abu Hanifah beserta kawan-kawannya.

Di Mesir:

1. Mufti Mesir Yazid bin Habib,

2. Al-Laits bin Sa’ad

3. Abdullah bin Amr bin Ash

4. Imam Syafii pada akhir hayatnya.

Demikianlah beberapa kemajuan yang islam alami pada masa Khilafah Bani
Umayyah dan Khilafah Bani Abbasiyyah, terutama dalam perkara hukum islam,
kemajuan yang tidak pernah diungguli oleh siapapun dan tentunya karena rahmat
Allah ‫ﷻ‬, islam bisa mencapai puncak keemasan dalam sejarahnya. Tentunya ini
sebuah kenikmatan agung yang sepatutnya kita selalu syukuri bersama.

15
D. MASA KEMUNDURAN PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

1. Tahap Pertama

Masa ini dimulai sejak pertengahan abad keempat sampai dengan pertengan abad
ketujuh, yaitu sejak terbunuhnya al-Mu’tashim Billah khalifah terakhir dari daulah
Bani Abbasiyyah tahun 656 H.

2. Tahap Kedua

Periode ini terjadi pada kisaran abad ke-7 H sampai dengan abad ke-13. Yaitu
terjadi pada akhir penghujung masa pemerintahan Dinasti Abbasiyyah, dan
seringkali periode ini dissebut dalam sejarah sebagai periode taqlid mutlak.

Lebih rinci dijelaskan bahwa masa kemunduran berpikir hukum islam ini
bermula pada abad ke-4 H sampai akhir abad ke-13 H. Hal ini terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor yang menjadikan runtuhnya kejayaan hukum islam. Maka
beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran hukum islam adalah: 21

1. Pada awal abad ke-3 H, mulai terjadi “pemasungan” terhadap kebebasan


berpendapat. Khalifah al-Makmun, al-Mu’tashim dan al-Wasiq berusaha
keras untuk memaksakan ideologi mu’tazilah kepada para ulama. Kondisi
demikian menyebabkan para ulama mulai “tertekan” dan secara perlahan
mereka mulai menampakkan dukungannya terhadap ideologi mu’tazilah.
2. Munculnya madzhab-madzhab tertentu yang menimbulkan sikap ta’asshub
(fanatisme) secara berlebihan sehingga menyebabkan pertikaian yang
terjadi dimana-mana.
3. Kondisi sosial politik yang tidak menentu, mengakibatkan terpecahnya
pemerintahan Daulah Abbasiyyah menjadi negara-negara kecilyang
mempunyai otonomi sendiri-sendiri yang saling bersaing dan berperang.
4. Banyaknya orang-orang yang taqlid buta terhadap suatu madzhab atau
imam, kemudian membela madzhabnya dengan memperkuat dasar-dasar

21
Rupi’I Amri, Dinamika Ijtihad Pada Masa Taklid Dan Kemunduran, Jurnal Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam, Vol. 16 No.1 (2019) hlm 9-13

16
ataupun pendapatnya, dan selalu merasa benar sendiri sehingga dengan
mudahnya menyalahkan yang lain.
5. Munculnya orang-orang yang tidak berilmu dan mereka mengincar jabatan
sebagai hakim, sehingga dengan mudah memberikan fatwa-fatwa dan
ijtihad yang semena-mena tanpa di dasari dengan ilmu yang haq.
6. Bersamaan dengan kebekuan pemikiran hukum, akhirnya Sebagian ulama
menetapkan penutupan pintu ijtihad, hal ini dikarenakan banyaknya orang
awam yang mengeluarkan fatwa dan mempermainkan syariat.

Demikianlah fase di mana islam mengalami kemunduran pemikiran terhadap


hukum islam, dan hal tersebut ditandai dengan terpisahnya hukum islam dari gerak
hidup, sebab gerak hidup ini dengan segala persoalannya tidak pernah stagnan,
sedang hukum Islam harus dihentikan dengan ijtihad- ijtihad dari masa lalu. Hukum
Islam yang berupa teori tidak bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat yang
bersifat teknis dalam pergaulan hidupnya. 22

E. MASA KEEMASAN KEMBALI

Masa ini terjadi setelah kesadaran umat islam akan kemunduran-


kemunduran yang dialami, tentunya usaha untuk menyadarkan umat islam ini tidak
berlangsung sekaligus akan tetapi secara berangsur-angsur. Maka muncullah
gerakan-gerakan para ahli hukum yang menyarankan agar pintu ijtihad dibuka
kembali. Gerakan ini muncul di berbagai negeri islam.

Setlah fase stagnasi ijtihad, perkembangan yang baru muncul adalah masa
kebangkitan islam. Gerakan pemurnian dianggap sebagai awal kebangkitan
pembaharuan pemikiran islam. Kebangkitan islam dalam bentuk pemurnian islam
dianggap abad 17 M. dengan munculnya Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-

22
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 146.

17
1787 M) dengan ajaran pemurnian Tauhid yang sebelumnya telah muncul ulama
terkenal yaitu Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) dan Ibnul Qoyyim (1292-1356 M).23

Dalam lapangan politik, khususnya di Mesir Jamaluddin al-Afghani (1839-


1897) muncul sebagai salah satu pionir.28 Ia menjadikan al-Quran surat ar-Ra’d
ayat 11 sebagai penggerak bagi umat Islam untuk bangkit dari kemunduran yang
selama ini mendera, bahkan seruan pembaharuan tersebut menyeluruh bagi kaum
muslimin. Kemudian pemikirannya dilanjutkan oleh muridnya Muhammad Abduh
(1849-1905). Ia adalah seorang murid terkemuka dan memiliki usaha keras dalam
meratakan seruan gurunya, yaitu mengikuti ulama-ulama salaf, kembali pada
sumber-sumber pokok dalam istinbath (pengambilan alasan-alasan hukum) dan
menjauhkan kebekuan serta kebiasaan taqlid. Pikiran-pikiran Muhammad Abduh
kemudian diikuti oleh M. Rasyid Ridla.24

Muhammad Abduh melancarkan serangan keras terhadap taqlid dan


kebekuan, dan menyerukan kebebasan serta pendekatan antar berbagai aliran
(madzhab) dalam Islam, dengan berpedoman kepada perwujudan mashlahat orang
banyak dalam menetapkan hukum. Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid
Ridha mempengaruhi pemikiran umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia
khususnya sebagaimana dikutip oleh Ahmad Hanafi, Abduh ini diikuti antara lain
oleh gerakan sosial dan pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912.25

Dari sanalah sejarah mencatat kejayaan Islam kembali kepada tangan-


tangan kaum muslimin setelah melewati banyaknya peristiwa fitnah hingga
terpuruk dalam kemunduran, sampai Allah ‫ ﷻ‬jayakan kembali agamanya yang
rahmatan lil alamin.

23
Abd Rasyid Gandon, Rekonstruksi Hukum Islam, Jurnal Al-Syir’ah, Vol. 1 No. 2 (Juli-
Desember 2003), 2
24
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 147.
25
Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari semenanjung arabia hingga Indonesia, 2016,
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books), hal 147.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sejarah Perkembangan Hukum Islam secara jelas diawali pada masa


kerasulan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, di sanalah Al-Quran dan Sunnah menjadi
dasar hukum islam yang haq tanpa adanya keraguan. Seterusnya dilanjutkan
oleh para sahabat sebagai generasi terbaik, dengan mulai tersebar luasnya
Islam, Ijtihad para sahabat berperan sebagai dasar hukum islam. Kemudian
sejarah berlanjut kepada masa pembentukan dan pembukuan hukum islam
di masa itu terlahirlah puncak kejayaan Islam dan hukumnya. Namun Allah
menguji kaum muslimin melalui masa kelesuhan hingga banyaknya
kemunduran hukum islam dengan kurun waktu yang cukup lama, sampai
akhirnya Allah angkat kembali agamanya ke puncak kejayaan hingga kita
bisa menikmati agama yang hak ini tentunya dengan rahmat-Nya yang
Agung.
2. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan hukum islam tentunya
dengan melewati fase-fase di atas. Di zaman Nabi dan para sahabatnya
hukum islam berkembang tentunya dengan keberadaan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
sebagai pembawa ajaran islam ini dan juga ketebalan iman para sahabat
serta kecintaan mereka terhadap agama islam yang haq, setelah zaman itu
berlalu banyak di antara pemimpin-pemimpin kaum muslimin yang kuat
akan kesadarannya terhadap ilmu agama sehingga dengan mudahnya
hukum islam berkembang sampai adanya pembukuan terhadap hukum
islam itu sendiri dan juga karena sebab kesadaran dan bersatunya kaum
muslimin sehingga hukum islam tetap tegak sampai saat ini.
3. Faktor-faktor yang mengambat perkembangan hukum islam antara lain:
Terjadinya banyak fitnah di tengah-tengah kaum muslimin sampai adanya
saling berperang antar kelompok satu dengan lainnya, terlahirnya aliran-
aliran yang menyimpang dari jalan yang haq, adanya pemimpin-pemimpin

19
yang tidak memiliki keahlian begitupula banyaknya orang-orang bodoh
yang mempermainkan syariat dengan berijtihad atau berfatwa tanpa adanya
ilmu, runtuhnya politik pemerintahan Islam hingga terjadi perpecahan,
banyaknya kaum muslimin yang taklid buta terhadap imam atau madzhab
sampai terjadinya fanatik antar madzhab dan yang terakhir lemahnya iman
dan kesadaran kaum muslimin akan pentingnya hukum islam bagi
kehidupan mereka.

20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfury, Shafiyyurahman. (2005). Ar-Rahiqul Makhtum. Jakarta: Al-
Kautsar.

Rohidin. (2016). Pengantar Hukum Islam dari Semenanjung Arabia hingga


Indonesia. Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books.

Nurmansyah, R. (2014, Agustus 27). Mengenal Ilmu Ushul Fikih. Artikel


muslim.or.id. Diakses dari https://muslim.or.id/19637-mengenal-ilmu-usul-
fikih.html,

Rahmatullah, M. (2014, September). Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-


Shiddiq. Jurnal Khatulistiwa – Jurnal of Islamic student. 4(2). 197

Purnama, Y. (2020, Juni 30). Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Artikel


Muslim.or.id. Diakses dari https://muslim.or.id/8725-biografi-abu-bakar-ash-
shiddiq.html

Intan, S. (2017). Kekhalifaan Umar Ibn Khattab. Jurnal Rihlah. 5(2). 144

Nilufar, N.N. (2020). Masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/03/193000169/masa-kekhalifahan-
usman-bin-affan .

Fachruddin. (2009, Agustus). Pembentukan, Perkembangan dan Pembaharuan


Hukum Islam Dalam Tinjauan Kaum Orientalis, De Jure, Jurnal Syariah dan
Hukum. 1(2). 5

Mawaddah, H. (2018). Biografi Imam Empat Madzhab, Diakses dari


http://repository.uinbanten.ac.id/3283/4/BAB%20III.pdf.

Amri, R. (2019). Dinamika Ijtihad Pada Masa Taklid Dan Kemunduran. Jurnal
Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. 16(1). 9-13

Gandon, A.B. (2003, Juli-Desember). Rekonstruksi Hukum Islam, Jurnal Al-


Syir’ah. 1(2). 2

21

Anda mungkin juga menyukai