Anda di halaman 1dari 10

Sumber Hukum Islam: Ijma’

Dosen Pengampu: Ustadz Abdul Kholiq, MA

Disusun Oleh:
Usamah Al-‘Aqib 221410143
Ihsan Maulana 221410177
Fathiyyah Ayumi R A 221410127

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PTIQ JAKARTA TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan dan kesehatan sehingga kita masih diberi kesempatan memperkaya dan
menambah keilmuan. Shalawat dan Salam juga kami panjatkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, serta sahabat dan keluarganya, yang berkat perjuangan beliau kita bisa
keluar dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah USHUL FIQH pada program Studi
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an, Alhamdulilah berkat
limpahan nikmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
SUMBER HUKUM ISLAM: IJMA’”.
Dalam penulisan ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
baik dari cara penulisan maupun penyusunannya oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya kepada
pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang penulis sampaikan dalam
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Ijma’..........................................................................................................5
2.2 Pengambilan Hukum Melalui Ijma’............................................................................6
2.3 Syarat Dan Rukun Ijma’..............................................................................................8
2.4 Contoh Pengambilan Hukum Melalui Ijma’...............................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Ushul Fiqh adalah ilmu agama yang sangat penting dalam menyelesaikan persoalan
Fiqih dari zaman ke zaman. Dan dalam Ushul Fiqih terdapat kaidah-kaidah yang
menggariskan jalan untuk memperoleh hukum syara’ yang bersifat ‘amaliyah dari dalil-
dalil nya yang terperinci. Untuk menentukan hukum-hukum dalam Islam diperlukan
sumber hukum, dan sumber hukum dalam Islam digolongkan menjadi empat, yaitu Al-
Qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas. Adapun ijma’ menjadi sumber hukum Islam ketiga
setelah hadits. Hal ini menjelaskan bahwa para Ulama dapat menetapkan hukum yang
akan dipatuhi oleh umat Islam bila tidak ada ketetapan hukumnya baik dalam Al-Qur’an
maupun hadits.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ijma’?


2. Bagaimana pengambilan hukum melalui ijma’?
3. Apa sajakah syarat dan rukun ijma’?
4. Bagaimana contoh pengambilan hukum melalui ijma’?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian ijma’


2. Mengetahui cara pengambilan hukum melalui ijma’
3. Mengetahui syarat-syarat dan rukun-rukun yang diperlukan untuk melakukan ijma’
4. Mengetahui contoh peristiwa pengambilan hukum melalui ijma’

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijma’

Ijma’ secara bahasa atau lughah memiliki definisi sebagai mengumpulkan


perkara kemudian memberi hukum atas perkara tersebut dan meyakininya. Secara
umum, ijma’ menurut istilah diartikan sebagai kebulatan pendapat seluruh
ahli ijtihad sesudah wafatnya Rasullallah SAW pada suatu masa atas sesuatu hukum
syara’ (Madjid, 67). 

Pada masa awal penerapan ijma’, kegiatan ijma’ hanya dilakukan oleh para
khilafah dan petinggi negara. Sehingga hasil musyawarah mereka kemudian dianggap
sebagai perwakilan atas pendapat dari masyarakat atau umat muslim. 

Seiring berjalannya waktu, musyawarah kemudian melibatkan lebih banyak


pihak terutama ahli ijtihad dan terus berlangsung sampai sekarang. Kemudian,
pengertian dari ijma’ sendiri terus berkembang karena baik para ahli ushul
fiqh maupun para ulama. Adapun ahli ushul fiqh  yang menyampaikan pengertian
ijma’ adalah;
 
1. Imam Al Ghazali 
Imam Al Ghazali menyatakan bahwa ijma’ merupakan sebuah kesepakatan
dari umat Nabi Muhammad SAW mengenai suatu perkara atau persoalan
yang berhubungan dengan persoalan agama. 

2. Imam Al Subki 
Sedangkan menurut Imam Al Subki, ijma’ didefinisikan sebagai suatu
kesepakatan dari para mujtahid setelah Nabi Muhammad SAW wafat dan
berkenaan dengan segala persoalan yang berkaitan dengan hukum syara. 
Sedangkan dari para ulama, berikut beberapa ulama ushul kontemporer yang mencoba
menyampaikan pengertian ijma’:

1. Ali Abdul Razak 


Melalui buku yang disusun oleh Ali Abdul Razak dan bertajuk al Ijma Fi al
Syari’at al Islamiyat. Beliau menerangkan bahwa ijma’ merupakan
kesepakatan dari para mujtahid Islam yang terjadi pada suatu masa dan atas
perkara hukum syara’. 

2. Abdul Karim Zaidah 


Dalam bukunya yang berjudul al Wajiz Fi Ushul al Fiqh, Abdul Karim
Zaidah menjelaskan bahwa ijma’ merupakan kesepakatan dari para

5
mujtahid umat Islam pada suatu masa mengenai hukum syara’ setelah
Rasullallah SAW wafat. 
Masih banyak pendapat lain yang mengemukakan mengenai pengertian dari
ijma’, namun yang pasti ijma’ merupakan kesepakatan para ahli atau para ulama
dalam menyelesaikan suatu perkara atau persoalan yang berkaitan dengan agama
Islam. Sehingga ketika ada masalah yang mengarah ke agama Islam, dan belum ada
ketentuannya di dalam Al-Qur’an maupun hadits, maka dicari penyelesaiannya
dengan ijma’ yang telah didiskusikan oleh para ahli dan para ulama. Selain
menggunakan ijma’, perkara Islam juga diselesaikan dengan qiyas1 yang akan
dijelaskan oleh pemakalah selanjutnya. 

2.2 Pengambilan Hukum Melalui Ijma’

Dalil Alquran

1. Allah Ta’ala berfirman:

‫وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا‬

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas kalian” (QS. Al-Baqarah: 143)

Saksi di atas bersifat umum mencakup kesaksian akan apa yang diperbuat
manusia, dan kesaksian akan hukum perbuatan mereka. Di akhirat kelak umat
islam bersaksi bahwa manusia telah melakukan perbuatan begini dan begitu, dan
juga bersaksi bahwa perbuatan tersebut salah ataupun benar. Sedangkan saksi
ucapannya mesti diterima.

2. Allah Ta’ala juga berfirman:

‫ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما‬
‫تولى ونصله جهنم وساءت مسيرا‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
pada kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa:
115)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kesesatan ada di luar ajaran Rasul dan jalan
orang-orang beriman. Maka jika ajaran Rasul (wahyu) atau kesepakatan kaum
mukmin diikuti, mestilah akan terhindar dari kesesatan.

1
https://deepublishstore.com/blog/materi/ijma-dan-qiyas/#:~:text=Secara%20umum%2%20ijma%20menurut
%20istilah,'%20(Madjid%2C%2067).

6
3. Allah Ta’ala juga berfirman:

‫فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى هللا ورسوله إن كنتم تؤمنون باهلل واليوم‬
‫اآلخر ذلك خير وأحسن† تأويال‬

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang suatu perkara, maka


kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)

Ayat di atas memerintahkan agar mengembalikan segala yang diperselisihkan


kepada Al-Qura’n dan As-Sunnah. Jika tidak ada perselisihan maka tentu tak ada
kelaziman untuk harus mencari-cari dalil teksnya.

Dalil As-Sunnah
1. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
‫ال تجتمع أمتي على ضاللة‬
“Umatku tidak akan bersepakat di atas kesesatan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud,
derajatnya hasan menurut Syeikh Albani)

2. Dan juga sabda Rasulullah SAW:


‫فمن رأيتموه فارق الجماعة أو يريد أن يفرق بين أمة محمد صلى هللا عليه‬
‫ فإن يد هللا مع الجماعة‬،‫ فاقتلوه كائنا من كان‬،‫ وأمرهم جميع‬،‫وسلم‬
“Siapa saja yang kalian pandang meninggalkan jama’ah atau ingin memecah belah
umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan dalam perkara tersebut
mereka sepakat, maka bunuhlah ia siapapun gerangannya, karena sesungguhnya
tangan Allah bersama jama’ah” (HR. Ibnu Hibban dan lainnya, derajatnya sahih
menurut Syeikh Albani)

Dalil di atas meskipun berbicara mengenai pemberontak pemerintahan yang


sah, namun ia menjadi bukti betapa kuatnya pengaruh ijma’ dalam Islam.

Dalil Logika

Secara logika dapatlah dikatakan bahwa ijma’ umat Islam bisa saja salah dan
bisa saja benar. Jika benar maka tak pelak ia merupakan dalil. Namun jika salah,
maka bagaimana mungkin mereka semua salah sedang mereka adalah sebaik-baik
umat manusia? Artinya jika umat Islam telah sepakat, maka kebenaran pasti terdapat
padanya.2

2
https://muslim.or.id/19712-mengenal-ijma-sebagai-dasar-hukum-agama.html

7
2.3 Syarat Dan Rukun Ijma’

Menurut Wahbah Az-Zuhaily syarat ijma’ ada 3, yaitu:

1. Yang melakukan ijma’ adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan


ijtihad.
2. Kesepakatan muncul dari mujtahid yang bersifat adil (berpendirian kuat
terhadap agamanya).
3. Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan
atau perbuatan bid’ah.

Ketiga syarat ini, telah disepakati oleh seluruh ulama. 3

Adapun rukun-rukun ijma’ itu ada 4, yaitu:

1. Mujtahid yang melakukan ijtihad lebih dari satu orang, karena suatu
kesepakatan tidak akan terwujud apabila berasal dari pemikiran satu orang
mujtahid.
2. Para mujtahid sepakat atas hukum syar’i. Kesepakatan tersebut tidak bisa
berubah menjadi ijma’ apabila hanya disepakati oleh mayoritas saja.
3. Kesepakatan harus dipenuhi oleh seluruh mujtahid dari berbagai negara Islam
pada saat terjadinya peristiwa.
4. Kesepakatan dimulai dari masing-masing ulama yang mengemukakan
pendapatnya pada saat peristiwa terjadi. 4

2.4 Contoh Pengambilan Hukum Melalui Ijma’


Berikut adalah beberapa contoh pengambilan hukum melalui ijma’,
diantaranya adalah:

1. Kesepakatan para ulama akan diharamkannya minyak babi.


2. Melakukan kodifikasi Al-Qur’an pada masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-
Shidiq.
3. Menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.5

3
Wahbah Az-Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-Islami, Juz 1, al-Maktabah al-Assad, 2006 hal.512
4
Syekh Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilmu Ushul Fikh, PT. RINEKA CIPTA, Jakarta 2005 hal.49
5
Pengertian Ijma dan Qiyas Beserta Jenis dan Contohnya -. (2022). Retrieved 24 February 2023, from
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-ijma-dan-qiyas/amp/

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Untuk menentukan hukum-hukum dalam Islam diperlukan sumber hukum, dan


sumber hukum dalam Islam digolongkan menjadi empat, yaitu Al-Qur’an, hadits, ijma’ dan
qiyas. Adapun ijma’ menjadi sumber hukum Islam ketiga setelah hadits. Hal ini menjelaskan
bahwa para ulama dapat menetapkan hukum yang akan dipatuhi oleh umat Islam apabila
tidak ada penetapan hukumnya baik di dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Ijma’ secara bahasa atau lughah memiliki definisi sebagai mengumpulkan perkara


kemudian memberi hukum atas perkara tersebut dan meyakininya. Secara umum, ijma’
menurut istilah diartikan sebagai kebulatan pendapat seluruh ahli ijtihad sesudah wafatnya
Rasulullah SAW pada suatu masa mengenai suatu hukum syara’.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ijma dan Qiyas: Pengertian, Jenis, dan Contoh - Deepublish Store. (2023). Retrieved 24
February 2023, from https://deepublishstore.com/blog/materi/ijma-dan-qiyas/#:~:text=Secara
%20umum%2%20ijma%20menurut%20istilah,'%20(Madjid%2C%2067)

Izzi, M. (2014). Mengenal Ijma’ Sebagai Dasar Hukum Agama. Retrieved 24 February 2023,
from https://muslim.or.id/19712-mengenal-ijma-sebagai-dasar-hukum-agama.html
Wahbah Az-Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-Islami, Juz 1, al-Maktabah al-Assad, 2006 hal.512

Syekh Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilmu Ushul Fikh, PT. RINEKA CIPTA, Jakarta 2005 hal.49

Pengertian Ijma dan Qiyas Beserta Jenis dan Contohnya -. (2022). Retrieved 24 February
2023, from https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-ijma-dan-qiyas/amp/

10

Anda mungkin juga menyukai