Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KELOMPOK 1

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Islamiyah


Dosen Pengampu : Unang Kamil Mubarok, M.Ag

Disusun Oleh :

Rizky Rahayu (H.2111254)


Siti Sulastri (H.2111268)
Muhammad Hendra (H.2111232)
Lisna Salsa Dahlan (H.2111223)
Regina Gefira Syfa (H.2111246)
Muhammad Nadzar Fauzi (H.2111283)
Sri Fatimah Sumiati (H.2111269)
Siti Ernawati (H.2111260)
Selly Nur Hairawati Agus putri (H.2111257)
M Kiki Rizki (H.2111226)
Wulan Sari Novianti (H.2111278)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2021
Kata Pengantar

Bismillahirahmanirrahim
Puji Syukur ke Khadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapa
t menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "kampus merdeka" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah pengantar ilmu pendidikan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu bapak Unang Kamil Mubarok, M.Ag Selak
u Dosen Mata kuliah. Ucapan Terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yan
g membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur, 8 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1. Latar belakang.....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2
2.1. Pengertian Sumber Hukum Islam........................................................................................2
2.2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama............................................................2
2.3. Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam.................................................................................5
2.4. Ijtihad Sebagai Upaya Memahami Al-Qur’an dan Hadis...................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................11
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................11
3.2. Saran..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pokok dalam
menetapkan hukum dan memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-
Qur’an dan al-Hadis Sebagai sumber paling utama dalam Islam, al-Qur`an merupakan
sumber pokok dalam berbagai hukum Islam. Al-Qur’an sebagai sumber hukum isinya
merupakan susunan hukum yang sudah lengkap.Selain itu juga al-Qur`an memberikan
tuntunan bagi manusia mengenai apa-apa yang seharusnya ia perbuat dan ia tinggalkan
dalam kehidupan kesehariannya. Sedangkan al-Hadis merupakan sumber hukum yang
kedua setelah al-Qur’an. Disamping sebagai sumber ajaran Islam yang secara langsung
terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah Saw, juga karena fungsinya sebagai
penjelas.

1.2. Rumusan masalah


Berangkat dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan pokok yang menjadi obyek kajian yakni:
1. Bagaimana makna mahram dalam perspektif Al-Qur’an?
2. Apa implikasi mahram terhadap kehidupan sosial?

1.3. Tujuan Masalah


Tujuan dari dibuat nya makalah ini adalah:
1. Mengetahui makna mahram dalam perspektif Al – Qur’an
2. Mengetahui implikasi mahram terhadap kehidupan sosial
1.4.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian sumber Hukum Islam

Sumber Hukum Islam adalah asal tempat pengambilan hukum Islam. Dalam kepusta
kaan hukum Islam, sumber hukum Islam sering diartikan dengan dalil hukum islam
atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam. Sumber hukum yang telah disepa
kati oleh para ulama fiqih adalah Alquran dan al-Sunnah. Sedangkan Ijma, Qiyas, Is
htishhab, Istihsan, mashlahah mursalah, Sadduzdara'i, Urf, istihsan, hukum bagi um
at sebelum kita, mazdhab shahabi, ada yang menggunakan dan ada pula yang tidak 
menggunakan. Bila diurut, maka sumber hukum itu urutannya Alquran, Al-Sunnah,
dan Ijtihad yang meliputi, Al-Ijma, al-Qiyas, Al-Ishtishhab, al-mashlahah Mursalah,
Saddu zdara'i, Istihsan, Uruf, Syar'un man Qablana, Mazdhabshahabi.

2.2. Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dalam islam


Alqur’an adalah sumber hukum Islam pertama dan utama. Alqur’an adlah
kitab suci terakhir yang memuat wahyu (firman) Allah SWT sebagai rasul-Nya sedi
kit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dan menghasilkan 6.666 ayat, 114
surat,dan dibagi menjadi 30 juz.

A. Hukum dalam Al-Qur’an

a. Hukum-hukum I'tiqadiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan


keimanan kepada Allah swt, kepada Malaikat, kepada Kitab-kitab, para Rasul
Allah dankepada hari akhirat.

b. Hukum-hukum Khuluqiyyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan


akhlakmanusia wajib berakhlak yang baik dan menjauhi prilaku yang buruk.

c. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu hukum yang berhubungan dengan perbuatan


manusia. Hukum amaliyah ini ada dua; Mengenai Ibadah dan Mengenai
muamalahdalam arti yang luas.

2
B. Kandungan hukum dalam al-qur’an

a. Aqidah atau Keimanan

Aqidah atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah t
erkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun im
an (arkanul iman), yaitu iman kepada Allah Swt. iman kepada malaikat, iman kepad
a kitab suci, iman kepada para rasul, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qad
a qadar Allah Swt.
b. Syariah atau Ibadah
Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung deng
an al-Khaliq (Pencipta), yaitu Allah Swt. yang disebut ibadah maḥḍah, maupun yan
g berhubungan dengan sesama makhluknya yang disebut dengan ibadah gairu maḥḍ
ah. Ilmu yang mempelajari tata cara ibadah dinamakan ilmu fikih.
c.Hukum Ibadah
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai deng
an ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk mengerjakan salat, haji, zak
at, puasa, dan lain sebagainya.
d.Hukum Muamalah
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dan sesamanya, seperti hukum tentan
g tata cara jual beli dalam Islam, hukum pidana, hukum perdata, hukum warisan, per
nikahan, politik, dan lain sebagainya.

C. Alqur’an dalam menetapkan hukum


a.Memberikan kemudahan dan tidak menyulitkan dijumpai dalam Alqur'an hukum-
hukum yang bersifat azimah (kemestian) dan hukum rukhshah (kelonggaran,
keringanan), misalnya kewajiban untuk shaum, dan dalam keadaan sakit, bepergian
boleh buka dan mengqadanya, meng qasar shalat dari empat menjadi dua rakaat,
bertayamum sebagai ganti air untuk berwudhu,makan-makanan yang terlarang
dalam keadaan darurat.

b.Menyedikitkan tuntutan Selain itu ayat Alqur'an yang berjumlah 6342 ayat
( menurut sebagian pendapat) hanya sekitar 500 ayat saja yang berkaitan dengan
hukum, bahkan
sebagian pendapat menyebutkan kurang dari 500 ayat. Ini menunjukan bahwa Alqur'

3
anmenyedikitkan tuntutan. Demikian juga misalnya perintah zakat, hanya bagiorang
yang mampu saja, Ibadah hajji, juga hanya bagi orang yang istitha saja.

c. Bertahan dalam menterapkan hukum Hal ini dapat ditunjukan dengan beberapa
contoh; Haramnya minuman keras
dan perjudian proses larangannya sampai tiga kali. Dari ayat-
ayat tersebut jelastahapan-tahapan dalam mengharamkan khamer dan maisir, Dalam
ayat 219 Al-Baqarah, hanya disebutkan bahwa dosa minum khamer dan bermaisir
lebih besar daripada manfaatnya, kemudian dikuatkan kembali dalam surat Al-Nisa:
43 tidak boleh mendekati shalat jika mabuk, Akhirnya diharamkan dalam surat Al-
Maidah:60. Pentahapan diperlukan agar tidak ada goncangan kejiawaan dan
kewajiban-kewajiban bisa dilaksanakan dengan mantap. Perubahan dari masyarakat
Jahiliyah ke masyarakat Islam tidak sekaligus, tapi bertahan selama 22 tahun 2 bulan
dan 22 hari.

D. Fungsi Al-Qur’an
a. Petunjuk

Alqur’an merupakan suatu aturan yang harus diikuti, layaknya sebuah papan jalan
yang ditempel pada jalan-jalan. Jika orang hidup di dunia ini mengabaikan petunjuk
dari Allah SWT maka pastilah jalannya akan tersesat.

b. Penjelas

Dalam fungsinya Alqur’an harus dijadikan rujukan dari semua peraturan yang
dibuat oleh manusia. Jadi, manusia tidak boleh membuat aturan sendiri tanpa ada
dasar-dasarnya dari Alqur’an.

c. Pembeda

Pembeda anatara yang benar dan salah. Lalu pembeda antar muslim dan nonmuslim,
antar nilai yang diyakini benar oleh orang mukmin dan nilai yang dipegangoleh
orang-orang kufur.

d. Obat

Al-qur’an yang berarti obat penyembuh. Allah berfirman, “Wahai manusia!


Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh

4
bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang

beriman” 

5
2.3. Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

A. Pengertian Hadis

Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis adal
ah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan oleh Nabi Muha
mmad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama hadis membedaka
n hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangk
an sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumb
er hukum Islam.
Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa bagian y
ang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain sebagai beri
kut.
a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari Rasu
lullah saw. sampai kepada kita sekarang ini.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
c. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

B. Kedudukan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Qur’an.
Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang harus
dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt:

“… dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa ya
ng dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:
“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati Alla
h Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutus
mu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisa’/4:80)

C. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an

6
Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan aja
ran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’an kepada umat manusia. Oleh karena
itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-hukum yang
terdapat dalam al-Qur’an.

7
Fungsi hadis terhadap al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai
berikut.

a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang Masih Bersifat Umum

Contohnya adalah ayat al-Qur’an yang memerintahkan salat. Perintah salat dal
am al-Qur’an masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-hadis Rasulullah
saw. tentang salat, baik tentang tata caranya maupun jumlah bilangan rakaatnya. Untu
k menjelaskan perintah salat tersebut, misalnya keluarlah sebuah hadis yang berbunyi,
“Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat”. (H.R. Bukhari).

b. Memperkuat Pernyataan yang Ada dalam Al-Qur’an

Seperti dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di anta


ra kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Kemudian ayat tersebut diperkuat oleh s
ebuah hadis yang berbunyi, “… berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah ka
rena melihatnya …” (H.R. Bukhari dan Muslim)

c. Menerangkan Maksud dan Tujuan Ayat yang Ada dalam Al-Qur’an

Misal, dalam surat at-Taubah ayat 34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimp


an emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah Swt., gembirak
anlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh hadis yang berbunyi,
“Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang
sudah dizakati.” (H.R. Baihaqi)

d. Menetapkan Hukum Baru yang tidak Terdapat dalam Al-Qur’an

Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam a
l-Qur’an, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang lak
i-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam sebua
h hadis Rasulullah saw.:
Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang mengumpulkan
(mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan saudara dari ayahnya serta
seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya.” (H.R. Bukhari)
D. Macam-macam Hadis

8
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.

a. Hadis Mutawatir

Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dar
i kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di antara mere
ka tidak bersepakat dusta. Contohnya adalah hadis yang berbunyi:
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa berdusta at
as namaku dengan sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R. Bukhari, Musli
m)

b. Hadis Masyhur

Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau le
bih yang tidak mencapai derajat mutawatir, namun setelah itu tersebar dan diriway
atkan oleh sekian banyak tabiin sehingga tidak mungkin bersepakat dusta. Contoh
hadis jenis ini adalah hadis yang artinya, “Orang Islam adalah orang-orang yang t
idak mengganggu orang lain dengan lidah dan tangannya.” (H.R. Bukhari, Musli
m dan Tirmizi)

c. Hadis Ahad

Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua orang per
awi, sehingga tidak mencapai derajat mutawatir. Dilihat dari segi kualitas orang ya
ng meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebagai beri
kut.
1) Hadis Sahih
Hadis Sahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat hafala
nnya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw., tidak te
rcela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis i
ni dijadikan sebagai sumber hukum dalam beribadah (hujah).
2) Hadis Hasan
Hadis Hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kura
ng kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan. Sa

9
ma seperti hadis sahih, hadis ini dijadikan sebagai landasan mengerjakan amal ibad
ah.
3) Hadis Daif
Hadis Daif adalah hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis sahih dan hadis h
asan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah,
tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
4) Hadis Maudu’
Hadis Maudu’ adalah hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw. ata
u hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini jelas tida
k dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.

10
2.4. Ijtihad sebagai Upaya Memahami al-Qur’an dan Hadis

1. Pengertian Ijtihad

Kata ijtihad berasal bahasa Arab ijtahada – yajtahidu -ijtihadan yang berarti


mengerahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bek
erja secara optimal. Secara istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pik
iran secara sungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang melakuka
n ijtihad dinamakan mujtahid.

2. Syarat-syarat Berijtihad

Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para mujtahid,
dimungkinkan hasil ijtihad antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda hukum ya
ng dihasilkannya. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat melakukan ijtihad dan me
nghasilkan hukum yang tepat. Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang
untuk melakukan ijtihad.
 Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
 Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan tar
ikh (sejarah).
 Memahami cara merumuskan hukum (istinbat).
 Memiliki keluhuran akhlak mulia.

3. Kedudukan Ijtihad

Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’an da


n hadis. Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-Q
ur’an dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bert
entangan dengan al-Qur’an maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sa
w.:
“Dari Mu’az, bahwasanya Nabi Muhammad saw. ketika mengutusnya ke Yaman, ia b
ersabda, “Bagaimana engkau akan memutuskan suatu perkara yang dibawa orang ke
padamu?” Muaz berkata, “Saya akan memutuskan menurut Kitabullah (al-Qur’an).”
Lalu Nabi berkata, “Dan jika di dalam Kitabullah engkau tidak menemukan sesuatu

11
mengenai soal itu?” Muaz menjawab, “Jika begitu saya akan memutuskan menurut S
unnah Rasulullah saw.” Kemudian, Nabi bertanya lagi, “Dan jika engkau tidak mene
mukan sesuatu hal itu di dalam sunnah?” Muaz menjawab, “Saya akan memperguna
kan pertimbangan akal pikiran sendiri (ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang sedikitpun.”
Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci Allah Swt. yang memberikan bimbingan kepa
da utusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang disetujui Rasul-Nya.” (H.R. Darami)
Rasulullah saw. juga mengatakan bahwa seseorang yang berijtihad sesuai dengan kem
ampuan dan ilmunya, kemudian ijtihadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua pahala,
Jika kemudian ijtihadnya itu salah maka ia mendapatkan satu pahala. Hal tersebut dit
egaskan melalui sebuah hadis:
“Dari Amr bin As, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila seorang hakim
berijtihad dalam memutuskan suatu persoalan, ternyata ijtihadnya benar, maka ia me
ndapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihad, kemudian ijtihadnya salah, maka i
a mendapat satu pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

4. Bentuk-bentuk Ijtihad

Ijtihad sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hukum terbagi k
e dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Ijma’

Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu per
kara atau hukum. Contoh ijma’ di masa sahabat adalah kesepakatan untuk menghimpu
n wahyu Ilahi yang berbentuk lembaran-lembaran terpisah menjadi sebuah mushaf al-
Qur’an yang seperti kita saksikan sekarang ini.

b. Qiyas

Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak terda


pat dalam al-Qur’an atau hadis dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-Qur’a
n dan hadis karena kesamaan sifat atau karakternya. Contoh qiyas adalah mengharamk
an hukum minuman keras selain khamar seperti Brandy, Wisky, Topi Miring, Vodka,
dan narkoba karena memiliki kesamaan sifat dan karakter dengan khamar, yaitu mema
bukkan. Khamar dalam al-Qur’an diharamkan, sebagaimana firman Allah Swt:

12
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurb
an untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji da
n termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu ber
untung.” (Q.S. al-Maidah/5:90)

5. Maslahah Mursallah

Maslahah mursallah artinya penetapan hukum yang menitikberatkan pada kem


anfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki dan universal terhadap syariat Islam. Misalka
n, seseorang wajib mengganti atau membayar kerugian atas kerugian kepada pemilik bar
ang karena kerusakan di luar kesepakatan yang telah ditetapkan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi Muham
mad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan membacanya meru
pakan ibadah. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama selain sebagai kitab suci. Oleh kar
ena itu, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan hukum-h
ukum yang terdapat dalam al-Qur’an.
Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau perkataan, perbuatan, serta ketetapan (t
akrir) Nabi Muhammad saw. yang terlepas dari hawa nafsu dan perkara-perkara tercela.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Dengan demikian, hadis memi
liki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk
menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an, menjelaskan ayat al-Qur’an (bay
an tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum (bayan takhsis).
Ijtihad artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan. Ijtihad, yaitu
upaya sungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan akal untuk mendapatkan huk
um-hukum syariat pada masalah-masalah yang tidak ada nashnya. Ijtihad dilakukan deng
an mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ atau ketentuan hukum ya
ng bersifat operasional dengan mengambil kesimpulan dari prinsip dan aturan yang telah
ada dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

3.2. Saran

Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan akan memba


wa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang bersumber dari Allah S
wt. dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa kemaslahatan hidup di
dunia dan akhirat.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.

Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU Publishing.

Shihab, Quraisy. 1998. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Bandung: Diponegoro.

16

Anda mungkin juga menyukai