Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena
atas izin dan kehendak-Nya jugalah makalah sederhana ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah. Adapun yang kami bahas dalam makalah ini
mengenai "Klasifikasi ilmu fikih" .
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima
kasih kepada dosen kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada
kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih terbatas. Dalam makalah
ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Harapan kami, makalah ini dapat
menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami dan orang lain dalam
mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya
2|Page
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR....……………………………………………………ii
DAFTAR ISI……….………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN….………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………….
B. Tujuan……………………………………………………………..
C. Rumusan Masalah…………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………. …………………...
A. Sumber-Sumber Hukum dalam Ilmu Fikih
B. Klasifikasi Ilmu Fikih Berdasarkan Sumber-Sumber Hukum
C. Klasifikasi Ilmu Fikih Berdasarkan Mazhab
D. Klasifikasi Ilmu Fikih Berdasarkan Ruang Lingkup Aplikasi
E. Klasifikasi Ilmu Fikih Berdasarkan Asal Usul Fikih
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………
A. Kesimpulan ………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang makalah ini didasarkan pada pentingnya pemahaman yang
mendalam tentang ilmu fikih dalam konteks agama Islam. Ilmu fikih adalah
salah satu cabang ilmu dalam Islam yang berfokus pada pemahaman hukum-
hukum agama dan tata cara beribadah. Dalam praktiknya, pemahaman ilmu
fikih memiliki peran sentral dalam panduan kehidupan sehari-hari umat Islam.
Klasifikasi ilmu fikih menjadi kategori-kategori tertentu adalah langkah
awal yang penting dalam memahami keragaman hukum-hukum agama Islam.
Hal ini membantu umat Islam untuk memahami aturan-aturan agama yang
berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, termasuk ibadah, perdagangan,
dan hukum pidana. Oleh karena itu, penjelasan yang jelas mengenai klasifikasi
ilmu fikih sangatlah relevan dalam upaya mendalami agama Islam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui makalah ini, kami akan menjelaskan klasifikasi ilmu fikih secara
ringkas dan mudah dimengerti, dengan harapan dapat memberikan pemahaman
dasar yang berguna bagi pembaca dalam menggali lebih dalam aspek-aspek
penting dalam ilmu fikih. Makalah ini juga dapat menjadi referensi awal bagi
mereka yang ingin memahami dan menggali lebih dalam ilmu fikih dalam
konteks Islam.
B. TUJUAN
Makalah ini memiliki sejumlah tujuan penting yang meliputi memberikan
pemahaman dasar tentang klasifikasi ilmu fikih kepada pembaca. Dengan
pemahaman yang lebih mendalam tentang klasifikasi ilmu fikih, pembaca
diharapkan dapat mengenali perbedaan dan hubungan antara berbagai aspek
ilmu fikih, yang pada gilirannya akan membantu mereka dalam praktik
keagamaan sehari-hari. Dalam konteks praktik keagamaan, ilmu fikih
memainkan peran sentral, dan pengetahuan yang lebih baik tentang klasifikasi
ini dapat membantu pembaca mengambil keputusan yang lebih tepat dalam
beribadah, berdagang, atau dalam situasi hukum lainnya.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk mendorong studi lanjutan dalam
ilmu fikih. Dengan pemahaman awal yang diberikan tentang klasifikasi ilmu
fikih, pembaca yang tertarik untuk mengejar studi lebih lanjut dalam topik ini
dapat menggunakan makalah ini sebagai titik awal. Dengan memahami
keragaman dalam ilmu fikih, pembaca diharapkan akan lebih terbuka untuk
eksplorasi dalam berbagai madzhab dan pandangan dalam Islam.
Makalah ini juga bertujuan untuk menghormati keragaman dalam Islam.
Agama ini memiliki beragam pandangan dan pendekatan dalam ilmu fikih, dan
tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan keragaman ini dengan cara yang
objektif dan informatif. Dengan begitu, pembaca dapat memahami adanya
berbagai madzhab dan pandangan yang berbeda dalam ilmu fikih, serta
menghormati perbedaan ini sebagai bagian penting dari warisan intelektual
Islam.
Selanjutnya, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pendidikan dalam bidang ilmu fikih. Ini dapat berlaku dalam berbagai konteks,
mulai dari sekolah hingga lembaga keagamaan dan bahkan dalam pengaturan
akademik yang lebih tinggi. Penjelasan klasifikasi ilmu fikih ini dapat menjadi
sumber referensi awal yang berguna bagi para pendidik dan siswa dalam
memahami landasan ilmu fikih.
Terakhir, makalah ini mencoba berkontribusi pada pemahaman antaragama.
Meskipun makalah ini berfokus pada ilmu fikih dalam Islam, pemahaman
tentang aspek-aspek hukum agama dapat menjadi titik awal untuk memahami
perbedaan dan persamaan dengan agama-agama lain. Dengan begitu, makalah
ini dapat berkontribusi pada dialog antaragama dan mempromosikan
pemahaman yang lebih dalam tentang perbedaan dan persamaan antara agama-
agama.
Dengan tujuan-tujuan ini, makalah diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang ilmu fikih, dan menginspirasi pembaca
untuk menggali lebih dalam agama Islam serta ilmu fikih dalam konteks yang
lebih luas.
C. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana klasifikasi ilmu fikih menjadi Fikih al-Ibadat.?
Bagaimana klasifikasi ilmu fikih menjadi Fikih al-Mu'amalat .?
Bagaimana klasifikasi ilmu fikih menjadi Fikih al-Ahkam al-Khamsah.?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Sumber-Sumber Hukum dalam Ilmu Fikih
Bab ini akan membahas secara mendalam klasifikasi ilmu fikih dalam
Islam. Klasifikasi ini merupakan fondasi yang penting dalam pemahaman
terhadap berbagai aspek hukum dan praktik keagamaan dalam Islam. Dalam
bab ini, kita akan menjelaskan dengan rinci kategori-kategori utama dalam ilmu
fikih, serta pentingnya pemahaman akan klasifikasi ini dalam konteks praktik
keagamaan sehari-hari.
b. Fikih Sunni
Fikih Sunni adalah cabang ilmu dalam Islam yang berkaitan dengan
pemahaman, penafsiran, dan aplikasi hukum Islam (Syariah) berdasarkan ajaran
dan tradisi yang diyakini dan diwariskan oleh mayoritas umat Islam, yang
dikenal sebagai golongan Sunni. Pemahaman Fikih Sunni didasarkan pada
sumber-sumber hukum utama dalam Islam, yang mencakup:
I. Al-Qur’an
Al-Qur‘an mulai diturunkan di Makah, tepatnya di Gua Hira‘ pada Tahun
611 M, dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M, dalam jarak waktu lebih
kurang 22 tahun beberapa bulan. Ayat pertama diturunkan adalah ayat 1 sampai
dengan ayat 5 Surat Al-‗alaq yang artinya: ―Bacalah dengan ((menyebut )
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan
segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
II. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa
sabda, perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah
sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam
Al Quran yang memerintahkan untuk mentaati Rasulullah SAW seperti firman
Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32:
َّٰللا ََل يُحِ بُّ ْال ٰكف ِِريْن
َ الرسُ ْولَ ۚ فَا ِْن ت ََولَّ ْوا فَا َِّن ه َ – قُ ْل اَطِ ْيعُوا ه٣٢
َّ ّٰللا َو
Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling,
ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat,
sebagai pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat
hukum baru yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum
yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk
(ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.
III. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan
sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama
bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan
Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam Dewasa
Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan
hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan
Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologi modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf,
merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat
Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu
hukum syara' mengenai suatu kasus atau peristiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti.
Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui pendapat
maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat
langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan dalam suatu majelis,
pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui
cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum
satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta
diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang
menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah
meneliti pendapat itu.
IV. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah
bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran
yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i,
qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari
pada ijma.
V. ijtihad
Ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat dengan menggunakan semua
pikiran dan tenaga secara bersungguh-sungguh. Proses ijtihad bertujuan
menciptakan solusi dalam pertanyaan hukum yang belum dijelaskan di dalam
Al-Quran dan hadis. Karenanya, hanya para ulama yang dapapt berijtihad
terkait hukum Islam. Dari sisi etimologi, ijtihad berasal dari bahasa Arab yaitu
kata jahada-yajhadu-jahd yang berarti kemampuan, potensi, kapasitas.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat mengartikan bahwa ijtihad adalah
pengerahan segala kemampuan kita dengan bekerja keras untuk mencapai
sesuatu.
c. Peran dan Signifikansi Sumber-Sumber Hukum dalam Fikih Sunni
Sumber-sumber hukum dalam Fikih Sunni memiliki peran yang sangat
penting dalam memandu, memahami, dan menerapkan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut adalah peran dan signifikansi dari masing-
masing sumber hukum dalam Fikih Sunni:
1. Al-Quran
a) Pedoman Utama: Al-Quran adalah wahyu langsung dari Allah kepada
Nabi Muhammad. Sebagai kitab suci utama dalam Islam, Al-Quran
adalah pedoman utama bagi praktik keagamaan, etika, dan hukum
Islam.
b) Otoritas Tertinggi: Al-Quran dianggap sebagai otoritas tertinggi dalam
Islam, dan hukum yang dijelaskan dalam Al-Quran dianggap sebagai
hukum yang paling otoritatif dan tidak dapat digantikan.
2. Hadis (Tradisi Nabi Muhammad):
a) Penjelasan Tambahan: Hadis memberikan penjelasan tambahan
tentang praktik-praktik dan hukum Islam yang tidak tercakup secara
rinci dalam Al-Quran. Hadis mencakup ucapan, tindakan, dan
persetujuan diam Nabi Muhammad.
b) Konteks dan Implementasi: Hadis membantu dalam memberikan
konteks untuk pemahaman dan implementasi hukum-hukum yang
dijelaskan dalam Al-Quran. Mereka juga memberikan petunjuk praktis
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
3. Ijma (Kesepakatan Ummat Islam)
a) Konsensus Umat Islam: Ijma adalah prinsip kesepakatan umat Islam
dalam hal-hal hukum yang tidak diatur dengan jelas dalam Al-Quran
atau Hadis. Ini mencerminkan pandangan bersama umat Islam tentang
interpretasi tertentu dalam suatu masalah hukum.
b) Stabilitas Hukum: Ijma memberikan stabilitas dalam hukum Islam dan
membantu memastikan bahwa hukum-hukum yang berlaku bersifat
konsisten di seluruh komunitas Muslim.
4. Qiyas (Analogi)
5. Ijtihad
8. Kitab-kitab
Dalam Mazhab Maliki, terdapat beberapa kitab yang dianggap penting dan
dijadikan rujukan dalam mempelajari hukum agama. Kitab-kitab ini berisi
kumpulan pengetahuan dan panduan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk hukum, etika, dan praktik keagamaan. Beberapa kitab terkenal
dalam Mazhab Maliki antara lain:
a) "Al-Muwatta" - Kitab Al-Muwatta adalah salah satu karya utama yang
ditulis oleh Imam Malik ibn Anas, pendiri Mazhab Maliki. Kitab ini
berisi kumpulan hadis, fatwa, dan pendapat-pendapat ulama Madinah
pada masa itu. Al-Muwatta dianggap sebagai salah satu sumber utama
dalam hukum Islam Mazhab Maliki.
b) "Mudawwanah" - Kitab Mudawwanah adalah karya penting dalam
Mazhab Maliki yang ditulis oleh Imam Sahnun, seorang ulama yang
hidup pada abad ke-9 Masehi. Kitab ini merupakan komentar dan
penjelasan terhadap Al-Muwatta Imam Malik. Mudawwanah
memberikan penjelasan lebih detail tentang hukum-hukum Mazhab
Maliki serta pengaplikasiannya dalam konteks sosial dan budaya.
c) "Al-Mabsut" - Kitab Al-Mabsut adalah karya monumental yang ditulis
oleh Imam Muhammad ibn Habib, seorang ulama Maliki terkemuka.
Kitab ini mengulas hukum-hukum Mazhab Maliki secara komprehensif,
termasuk masalah hukum perdata, hukum waris, dan hukum pidana. Al-
Mabsut menjadi salah satu rujukan penting dalam studi hukum agama
Mazhab Maliki.
d) "Hashiyah" - Kitab Hashiyah adalah komentar dan penjelasan atas