Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ULUMUL HADIST

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Uumul Hadist

Dosen Pengampu :
Nur Ikhlas, M.A

Disusun Oleh :
Andryan kurnia pratama : 23762312507
Muhamad Rizki Saputra : 23762312658

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala. yang telah memberikan kita rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ilmu hadist, sejarah dan cabangnya”. Sholawat serta salam tidak lupa
kita hanturkan kepada sang junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW.

Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Ikhlas
selaku dosen pembimbing mata kuliah “Ulumul Hadist” yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Penyusun berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan terhadap pembelajaran
Ulumul Hadist dan kami berharap agar makalah ini dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Penyusun menyadari makalah ini tentu masih ada kekurangan dan


kekeliruan yang tidak sengaja dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman. Oleh karena itu, penyusun harapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bintan, 28 Maret 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Pengertian Ilmu Hadist........................................................................................2
B. Sejarahnya Ilmu Hadist........................................................................................2
C. Cabang Cabangnya Ilmu Hadist..........................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................6


A. Kesimpulan..........................................................................................................6
B. Saran....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa
yang menjadi permasalahannya yang akan dibahas pada makalah ini sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Hadist ?
2. Bagaimana Sejarahnya Ilmu Hadist ?
3. Ada Berapakah Cabang Cabang Ilmu Hadis Berserta Penjelasannya ?

C. Tujuan Masalah
Untuk menjawab permasalahan di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk Mengetahui Tentang Ilmu Hadist.
2. Untuk Mengetahui Tentang Sejarahmya Ilmu Hadist.
3. Supaya Dapat Memahami Apa Saja Cabang Cabang Dalam Ilmu Hadist.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam


Secara etimologi, Hukum islam atau syariat islam berarti jalan yang dilalui
umat manusia menuju kepada Allah Ta’ala. Hukum islam atau syariat islam ialah
kaidah- kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah Ta’ala dan Sunnah Rasul
mengenai tingkah laku mukallah (orang telah dibebani kewajiban) yang diyakini,
dan mengikat bagi semua pemeluknya.1
Secara Terminologi, Hukum islam adalah aturan yang ditetapkan oleh Allah
Ta’ala untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi yakni Nabi Muhammad
SAW. baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) ataupun
hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan
oleh umat Muslim.
Hukum islam memiliki watak tertentu dan beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan hukum lainnya. Karakteristik tersebut ada yang berasal
dari watak hukum sendiri, ada pula yang berasal dari proses penerapan jalan
menuju ridha Allah Ta’ala.

B. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam


Hakikat hukum islam tidak lain ialah syari’ah itu sendiri, bersumber dari al-
Qur’an, Sunnah Rasul yaitu konsep tauhid yang merupakan fondasi dalam struktur
hukum islam, yaitu hubungan hablun win Allah, dari hablun min al-nas, al-anirit
bil nia’ruf wa alnahyu al-munkar, taqwa, adil, dan bijaksana serta mendahulukan
kewajiban daripada hak dan kewenangan. Hukum Islam bersifat takamul
(sempurna), wasatiyah (seimbang, harmonis), harakah (bergerak dan berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman), dan lainnya.2
Sehubung dengan ajaran di atas, maka ada beberapa sifat dan karakteristik
hukum islam sebagai berikut:

1. Sempurna (takamul)
Sempurna artinya utuh, lengkap segalanya. Kesempurnaan hukum islam
dapat dilihat dengan diturunkannya syari’at islam dalam bentuk yang umum
dan menggelobal permasalahannya. Misalnya: masalah-masalah perkawinan,

1
Evi Iryani. Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. (Jambi: Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 2017) Hal. 24
2
Sya’ban Mauluddin. Karakteristik Hukum Islam: Konsep dan Implementasinya. (Manado:
IAIN Manado, 2016). Hal. 1

2
perceraian, warisan diterangkan secara terperinci.3 Oleh karena itu hukum-
hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-ubah. Untuk hukum-hukumnya yang
lebih rinci, penjelasan dan rinciannya diserahkan kepada para ijtihad pemuka
masyarakat untuk melakukannya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Menurut M. Hasbi ash shiddieciy, salah satu ciri hukum islam adalah
takamul yaitu lengkap, sempurna dan bulat, berkumpul padanya aneka
pandangan hidup. Menurutnya hukum islam menghimpun segala sudut dan
segi yang berbeda-beda di dalam suatu kesatuan, karenanya hukum islam
tidak menghadapi adanya pertentangan antara ushul dengan furu, tetapi satu
sama lain saling melengkapi serta kuat-menguatkan.4

2. Elastis
Sifat dan karakteristik hukum islam yang kedua yakni elastis (mudah
diubah bentuknya, dan mudah kembali ke bentuk asal, lentur, dan luwes)
meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia baik jasmani
maupun rohani yang berhubungan manusia dengan tuhannya maupun
hubungan interaksi sesama manusia, juga tuntunan mengenai kehidupan
manusia di dunia ataupun diakhirat seperti bidang muamalah, ibadah, jinayah,
dan lainnya. Hukum islam hanya memberikan kaidah-kaidah yang mesti
dijalankan oleh umat manusia.5
Sebagai bukti bahwa hukum islam bersifat elastis, kita hanya mendapati 4
ayat dan dapat dilihat dalam contoh kasus jual beli yang tertuang dalam Al-
qur’an yaitu surah Al-Baqarah ayat 275, surah An-nisa ayat 29, surah Al-
Baqarah ayat 282, surah al-Jum’ah ayat 9.
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surah Al-B aqarah ayat 2756
‫ْي َع َو َح َرم اّلِّربٰوا‬.‫َ وَا َح ل ا ّٰله اْلَب‬
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan ribah”

Al-Qur’an surah An-Nisa Ayat 97

‫اِّ َّٓل َا ْن َت هك و َن َ ع ٍ ض‬
ْ
‫را ِّّْمن هك‬.‫ن َت‬
َ ْ
‫ْم‬ ‫َتَا رًة‬
Artinya: “Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu”.

Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 2828

3
Faisar Ananda Arfa. Filsafat Hukum Islam. (Medan: Citapustaka, 2007) Hal. 113
4
Sya’ban Mauluddin…..Ibid, Hal. 5
3
5
Faisar Ananda Arfa bid, Hal. 114-116
6
Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia
7
Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia
8
Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia

4
D ‫َ ْعتْه م‬.‫َباي‬.‫َ وَا ْش ِّه هْد ٓوا َاِّ ذا َت‬
Artinya: “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”.
Al-Qur’an surah al-Jum’ah Ayat 99

ٰٓ ٰ
‫ ْ ِّوم ا ْلهه مَ عِ ّة َفا ْسَ عْ وا‬.‫ْه ِوّد َي ِّلل صٰ لوةِّ ِّم ْن ي‬.‫ْ ٓوا اِّذَا ن‬.‫َُّ ها ال ِّذْي َن ٰاَ منه‬.‫يَي‬
‫ْي َع‬.‫اِّ ٰٰل ِّذ ْكِ ّر ا ِّّٰلل ََوذه روا اْلَب‬
‫ٰ ذِّل هك ْم َ ْخ ٌْي ل هك ْم اِّ ْن‬
‫ ْعَل همْ و َن‬.‫تْه م َت‬.‫هْكن‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui”.
Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan hukum bolehnya jual beli,
persyaratan keridaan antara kedua belah pihak, larangan riba dan larangan
jual beli waktu azan jum’at.

3. Wasathiyah (Seimbang)
Hukum islam menempuh jalan tengah jalan yang seimbang tidak terlalu
berat ke kanan, mementingkan kejiwaan hal ini diistilahkan dengan teori
wasathiyah, menyelaraskan diantara kenyataan dan fakta dengan ideal dan
cita- cita. Tasawuth adalah keseimbangan titik asas hukum islam dalam
menghadapi kehidupan dan problem manusia. 10

4. Universal dan Dinamis (Harakah)


Universal (‘Alamy) berarti umum yakni berlaku untuk semua orang,
bersifat mencakup seluruh dunia tanpa adanya batas baik wilayah, suku, ras,
bangsa, dan bahasa. 11 Sedangkan, hukum islam bersifat dinamis yakni
terletak pada dasar-dasar yang menjadi tiang pokok bagi hukum. Bahwa
dasar-dasar dan pokok itulah yang menjadi sumbu kekuatan, kelemahan,
kemudahan, dan kesukaran dalam menetapkan hukum islam.
Al-Qur’an yang menyatakan mengenai bahwa hukum islam atau tidak harus
tetap berdasarkan Al-Qur’an. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 712

‫لهْ ٓوا َْا ه َل ال‬.َ‫ُّْ ِو ّح ْٓي اَِّْلي ِّه ْم َف ْ´ س‬.‫َل َك اِّ َّل ِّر َجًاَّل ن‬.‫ْب‬.‫َ َومٓا َْار َسْلَنا َق‬
‫ ْعَل همْ و َن‬.‫تْه م َل َت‬.‫ِّّْذ كِ ّر اِّ ْن هْكن‬

5
9
Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia
10
M. Syaikhul Arif. Jurnal: Sifat dan Karakteristik Hukum Islam. (Jambi: STAI An-
Nadwah Kuala Tungkal, 2020) Hal. 34
11
Moh. Ahsanuddin Jauhari. Filsafat Hukum Islam. (Bandung: PT. Liventurindo, 2020)
hal. 110-111
12
Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia.

6
Artinya: “Dan tiadalah kami (Allah) mengutus kamu (Muhammad)
melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.
Ayat di atas menyatakan bahwa syariat yang dibawa oleh Muhammad
tidaklah dikhususkan untuk orang Arab saja, namun berlaku bagi seluruh
umat manusia seluruh dunia.

5. Sistematis
Syariat islam bersifat sistematis artinya mencerminkan sejumlah ajarannya
berhubungan antara satu dengan lainnya secara logis. Hal ini seperti perintah
shalat di dalam Al-Qur’an selalu diiringi dengan perintah menunaikan zakat.
Perintah makan dan minum diiringi dengan kalimat “jangan berlebihan”.
Hukum islam tidak dapat dilaksanakan apabila diterapkan sebagian dan
ditinggalkan sebagian lainnya. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa hukum
islam melarang seseorang hanya bermuamalah kepada Allah dan melupakan
dunia, maksudnya hukum islam mendorong umatnya untuk beribadah di satu
sisi juga tidak melarang umatnya untuk mengurusi kehidupan duniawi. 13

6. Hukum Islam Bersifat Ta’aquli dan Ta’abbudi


Al-Syatibi menyatakan bahwa ta'abbud adalah dimana tujuan hukum dalam
melembagakan hukum untuk membebaskan mukallaf dari perintah-perintah
hawa nafsunya agar menjadi hamba Allah dengan suka rela (Ihtiyaran). 14
Lebih jelasnya ta'abbudi adalah suatu bentuk ibadah yang tujuan utamanya
untuk mendekati diri kepada Allah, yakni berimana kepada-Nya dan berupa
ibadah yang mengandung sifat ta'abbudi murni, artinya ide dan konsep yang
terkandung di dalamnya tidak dapat dinalar (ghairu ma'qulah al-ma'na) atau
supra-rasional. Manusia harus menerima apa saja yang telah ditetapkan oleh
syariat. Contohnya: sewaktu Umar melaksanakan haji bersama Rasulullah.
Rasulullah mencium batu "hajar aswad", melihat hal itu berucaplah Umar
ra. "Kamu hanyalah sebuah batu, jika aku tidak melihat Rasulullah
menciummu. niscaya tidak kan aku lakukan hal ini".
Sedangkan ta' aqqul adalah sebaliknya, berbentuk dalam bidang
muamalah. Ta'aqquli ini bersifat duniawi yang maknanya dapat dipahami
oleh nalar atau rasional, maka manusia dapat melakukannya dengan bantuan
nalar dan pemikiran manusia. Illat dari muamalah yang bersifat ta'aquli dapat
dirasionalkan dengan melihat ada maslahat atau madharat yang terkandung di
dalamnya. Sesuatu yang dilarang karena ada madharatnya dan diperintahkan
karena ada maslahat di dalamnya.

13
Moh. Ahsanuddin Jauhari……Ibid, Hal. 111
14
Faisar Ananda Arfa........bid, Hal. 121

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikianlah pemaparan mengenai sifat hukum islam dan dapat
disimpulkan bahwa Hukum islam adalah aturan yang ditetapkan oleh Allah
Ta’ala untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi yakni Nabi
Muhammad SAW. baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) ataupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah
(perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim. Hukum islam memiliki watak
tertentu dan beberapa karakteristik yang membedakannya dengan hukum
lainnya. Karakteristik tersebut ada yang berasal dari watak hukum sendiri,
ada pula yang berasal dari proses penerapan jalan menuju ridha Allah Ta’ala.
Hukum Islam bersifat takamul (sempurna), wasatiyah (seimbang,
harmonis), harakah (bergerak dan berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman), dan lainnya. Sempurna artinya utuh, lengkap segalanya.
Kesempurnaan hukum islam dapat dilihat dengan diturunkannya syari’at
islam dalam bentuk yang umum dan menggelobal permasalahannya.
Misalnya: masalah-masalah perkawinan, perceraian, warisan diterangkan
secara terperinci. Sifat dan karakteristik hukum islam yang kedua yakni
elastis (mudah diubah bentuknya, dan mudah kembali ke bentuk asal, lentur,
dan luwes) meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia baik
jasmani maupun rohani yang berhubungan manusia dengan tuhannya maupun
hubungan interaksi sesama manusia, juga tuntunan mengenai kehidupan
manusia di dunia ataupun diakhirat seperti bidang muamalah, ibadah, jinayah,
dan lainnya. Universal (‘Alamy) berarti umum yakni berlaku untuk semua
orang, bersifat mencakup seluruh dunia tanpa adanya batas baik wilayah,
suku, ras, bangsa, dan bahasa. Sedangkan, hukum islam bersifat dinamis
yakni terletak pada dasar-dasar yang menjadi tiang pokok bagi hukum.
Bahwa dasar- dasar dan pokok itulah yang menjadi sumbu kekuatan,
kelemahan, kemudahan, dan kesukaran dalam menetapkan hukum islam.
Syariat islam bersifat sistematis artinya mencerminkan sejumlah ajarannya
berhubungan antara satu dengan lainnya secara logis. Hal ini seperti perintah
shalat di dalam Al-Qur’an selalu diiringi dengan perintah menunaikan zakat.
Perintah makan dan minum diiringi dengan kalimat “jangan berlebihan”. Dan
ta'abbudi adalah suatu bentuk ibadah yang tujuan utamanya untuk mendekati
diri kepada Allah, yakni berimana kepada-Nya dan berupa ibadah yang
mengandung sifat ta'abbudi murni, artinya ide dan konsep yang terkandung di
dalamnya tidak dapat dinalar (ghairu ma'qulah al-ma'na) atau supra-rasional.

8
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun berisikan tentang sifat hukum
islam. Kami menyadari bahwa makalah ini tak luput dari kesalahan dan
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Adapun sekiranya terdapat kritik
maupun saran yang membangun sebagai penunjang makalah kedepannya
kami mengucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arfa, Faisar Ananda. Filsafat Hukum Islam. (Medan: Citapustaka, 2007)

Arif, M. Syaikhul. Jurnal: Sifat dan Karakteristik Hukum Islam. (Jambi: STAI An-
Nadwah Kuala Tungkal, 2020)

Iryani, Evi. Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. (Jambi: Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 2017)
Jauhari, Moh. Ahsanuddin. Filsafat Hukum Islam. (Bandung: PT. Liventurindo, 2020)

Mauluddin, Sya’ban. Karakteristik Hukum Islam : Konsep dan Implementasinya.


(Manado : IAIN Manado, 2016

1
0

Anda mungkin juga menyukai