Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah agama islam
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt., dengan segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikam penyusunan makalah dengan judul “Pengertian,
Tujuan, dan Karakteristik Syariat Islam”. Dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga segala usaha penulis dalam menyusun makalah ini senantiasa
mendapatkan ridho dan petunjuk dari-Nya. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Agama yaitu Bapak Abdi Azizurahman, S.Pd.,M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.
Kesempurnaan pasti sangat sulit ditemukan oleh karena itu kami selaku penulis
Makalah ini tidak luput dari kesalahan. kami mengharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin yang artinya rahmat bagi seluruh alam
semesta,dan islam sebuah agama monoteisme Abrahamik yang berpusat terutama di
sekitar Al-Qur'an. Dalam Islam dikenal sebuah syariah sebagai aturan-aturan bagi umat
yang bersumber pada wahyu Allah.
Syariat Islam adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan. Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariat
Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup
manusia dan kehidupan dunia dan akhirat.
Zaman sekarang ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari diri umat
manusia yang tentunya tidak sejalan dengan Syariat Islam. Di lingkungan kita ini banyak
orang-orang yang pintar, namun orang tersebut tidak memiliki akhlak yang baik dan bagus.
Hal ini menjadi sangat penting untuk dibahas karena menyangkut masa depan generasi
penerus. Tanpa ditegakkannya Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka semakin
hari akan semakin banyak kerusakan. Hal inilah yang mendasari penulis membahas
mengenai Karateristik Syariat Islam.
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Syariat Islam.
1.3.2. Untuk mengetahui tujuan dari Syariat Islam.
1.3.3. Untuk mengetahui Karakteristik Syariat Islam
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu)” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang.” (QS. Al-Maidah: 48)
ت ا ِذ ْ ت َأ ْت ِ يْ ِه ْم ِح يْ ت َا ن ُهُ ْم يَ ْو َم سَ بْ تِ ِه ْم شُ َّر عً ا
ِ ْا ِذ ْ ي َ عْ د ُْو َن ف ِى ال سَّ ب
2
“…ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepad a
mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di
permukaan air, …” (QS. Al-A’raf: 163)
َ ص ٰى بِ ِه ن ُو ًح ا َو ال َّ ِذ ي أ َ ْو َح يْ ن َا إ ِل َ ي
ْك َّ ش ََر عَ ل َ كُ ْم ِم َن ال ِد ٍّي ِن َم ا َو
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah di wasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu…” (QS. Asy-
Syura: 13)
Syariat Islam secara umum adalah seluruh hukum yang menjadi ketetapan Allah
dan diwajibkan kepada hamba-hamba-Nya. Hukum ini disampaikan melalui wahyu
yang turun atau melalui lisan rasul-Nya. Definisi syariat dalam makna umum ini
mencakup hampir semua aktivitas yang dilakukan manusia. Mulai dari segi akidah,
moral, ibadah, pekerjaan, politik, hukum, kekuasaan, warisan, pemberian, dan lain
sebagainya.
Luasnya cakupan syariat secara umum ini mengisyaratkan bahwa Islam adalah
agama yang menyeluruh dan sempurna. Sehingga segala hal telah memiliki koridor dan
aturan yang jelas, baik dari segi perintah hingga tata laksananya.
Sedangkan syariat dalam makna khusus hanya mencakup sebagian dari hukum
– hukum syar’i karena adanya sebab dan kebutuhan tertentu. Misalnya, pada saat kata
syariat digunakan bersama dengan kata akidah, maka definisi syariat menjadi hal – hal
yang berkaitan dengan hukum – hukum fisik. Seperti hubungan antara manusia dengan
Rabbnya, dengan sesama manusia, dengan alam, dan juga dengan kehidupan.
Sedangkan pada definisi ini, akidah merujuk pada hal – hal yang berkaitan dengan
keyakinan dan iman.
Di waktu lain, kata syariat juga bisa disandingkan dengan kata fiqh. Maka dalam
kontes tersebut, syariat merujuk kepada hukum yang berasal dari wahyu atau Allah
3
SWT. Sedangkan fiqh merujuk kepada hukum yang merupakan hasil dari ijtihad para
mujtahid.
Allah Swt., menurunkan syariat Islam kepada manusia dengan lengkap sesuai
dengan hakikat manusia sebagai makhluk Allah Swt., untuk dilaksanakan dalam
kehidupan dunia untuk bekal di akhirat.
Berikut adalah macam-macam hukum syariat islam;
1. Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan akan berdosa. Contoh amalan yang berhukum wajib adalah
sholat lima waktu, puasa Ramadhan, dan mengenakan hijab bagi perempuan.
2. Sunnah
Segala perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya
tidak sampai ke tingkatan wajib disebut dengan sunnah. Dengan kata lain, umat
Muslim yang mengerjakan sunnah akan mendapatkan pahala, tetapi jika
meninggalkannnya tidak akan mendapatkan dosa.
Mengutip buku Ushul Fiqh Metode Kajian Hukum Islam tulisan Iwan
Hermawan, hukum sunnah jika dilihat dari tuntutan melakukannya terbagi menjadi
dua, yaitu sunnah mu’akkad dan sunnah ghairu mu’akkad.
Sedangkan, jika dilihat dari kemungkinan untuk meninggalkannya digolongkan
menjadi tiga, yakni sunnah hadyu, sunnah zaidah/zawaid, dan sunnah nafal. Contoh
sunnah antara lain sholat dan puasa sunnah, bersedekah, dan membaca Al Quran.
3. Haram
Kebalikan dari wajib, haram adalah perbuatan yang harus ditinggalkan. Haram
berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya serta harus dipatuhi oleh
para umat.
Orang yang melanggarnya dianggap durhaka dan diancam dengan dosa.
Sebaliknya, orang yang meninggalkannya karena menaati Allah akan diberi pahala.
Misalnya, berzina, minum alkohol, dan berjudi.
4. Makruh
Dalam istilah ushul fiqh, makruh adalah sesuatu yang dianjurkan syariat
untuk meninggalkannya, dan jika ditinggalkan akan mendapat pujian, sedangkan
jika dilanggar tidak berdosa.
4
Sementara itu, jumhur ulama mendefinisikan makruh sebagai larangan
syara terhadap suatu perbuatan, tetapi larangan tersebut tidak bersifat pasti karena
tidak ada dalil yang menunjukkan atas haramnya perbuatan tersebut.
5. Mubah
Secara istilah, mubah berarti sesuatu yang tidak berkaitan dengan perintah dan
tidak juga berkaitan dengan larangan. Sesuatu yang mubah itu selama bersifat mubah
tidak menyebabkan adanya pahala atau siksa. Mubah terbagi menjadi tiga bentuk,
yakni:
1. Mubah yang apabila dilakukan atau tidak dilakukan tidak mengandung
madharat, seperti makan, minum, dan berpakaian.
2. Mubah yang jika dilakukan mukallaf tidak ada madharatnya, sedangkan
perbuatan itu sebenarnya diharamkan. Sebagai contoh makan daging babi saat
keadaan darurat.
3. Perbuatan yang bersifat madharat dan tidak boleh dilakukan menurut syara’,
tetapi Allah memaafkan pelakunya sehingga perbuatan itu menjadi mubah.
Contohnya, mengerjakan pekerjaan sebelum masuk Islam.
5
Menyediakan aturan-aturan moral dan etika untuk mengatur perilaku individu dan
masyarakat.
Memberikan petunjuk dalam hal hukum, termasuk hukum pernikahan, warisan, dan
perdagangan.
Memastikan keadilan sosial dan ekonomi melalui prinsip-prinsip distribusi kekayaan
yang adil.
Menjaga kesehatan dan kebersihan individu dan masyarakat.
Memberikan pedoman tentang hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat.
Mempromosikan perdamaian dan toleransi antar umat beragama.
6
tak terlihat dan yang tampak. Syariat juga mempromosikan kebebasan, namun
memerintahkan tanggung jawab.
"Selain itu, syariat menempatkan fokus yang seimbang pada individu versus
masyarakat. Syariat mendorong manusia untuk mencapai keseimbangan antara menyalin
dan mengikuti, serta kreativitas dan inovasi. Ini benar-benar bimbingan yang seimbang,"
kata Hamzah.
Rasulullah selalu mempromosikan pemahaman Islam yang moderat dan seimbang
ini. Dia selalu membawa teman-temannya kembali ke moderasi ini setiap kali dia melihat
ketidak seimbangan dalam tindakan atau pikiran mereka.
Salah satu contohnya ketika Rasul mengetahui ada tiga orang yang beribadah
berlebihan dengan cara berpuasa setiap hari, berdoa sepanjang malam, dan tidak menikah.
Rasul mengomentari tindakan mereka : “ Saya adalah orang yang paling bertakwa kepada
Allah. Namun, saya berpuasa tetapi juga membatalkan puasa saya, saya berdoa di malam
hari dan tidur di malam hari dan saya menikah. Barangsiapa yang berpaling dari Sunnahku
( tradisi dan cara hidupku) bukan milikku.” (Al-Bukhari)
4. Membebaskan dari beban
Salah satu atribut penting dari syariat adalah ia datang untuk mempermudah dan
menghilangkan beban. Nabi digambarkan dalam Alquran sebagai orang yang :
"Menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang
menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi
mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka."
(Al-A'raf 7:157).
5. Sinergis
Syariat menciptakan sinergi antara orang-orang, di mana mereka saling membantu
untuk mempromosikan yang baik dan menghapus yang jahat. Syariat juga membangun
sinergi antara orang dan kepemimpinan mereka di semua tingkatan.
7
Selain berisi hukum dan aturan, syariat islam juga berisi penyelesaian permasalahan
hidup umat muslim dari kehidupan dunia maupun akhirat. Karena hakikat dari syariat
islam dapat menyelamatkan kita dari kesesatan dunia dan akhirat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
Syariat Islam merupakan hukum agama yang membentuk bagian dari tradisi Islam yang
ditujukan bagi hamba-hamba-Nya. Hukum tersebut berasal dari ajaran agama Islam
berladaskan kitab suci Islam, khususnya Al-Qur’an dan Hadist. Kata syariat berasal dari
bahasa Arab "sya-ra-‘a" yang artinya memulai, mengawali, memasuki, memahami. Dalam
definisi lain, kata ini juga bisa berarti membuat peraturan, undang–undang, syariat.
Tujuan syariat Islam adalah untuk memberikan pedoman bagi umat Muslim dalam
menjalani kehidupan mereka sesuai dengan ajaran agama Islam.
Karakteristik syariat Islam menurut Wael Hamzah, yaitu: berasal dari Allah,
komprehensif, seimbang & moderat, bebas dari beban, dan sinergis.
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonym 20 Maret 2020 “Mengenal pengertian Syariat Islam”
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-pengertian-syariat-islam/
Adhi Muhammad Daryono, 10 Feb 2023 “Memahami Makna Dan Syariat Islam”
https://hijra.id/blog/articles/kajian/memahami-arti-syariat-islam/
Anonym, 31 Maret 2022 “5 Macam Hukum Syariay Islam yang Perlu Dipahami Umat
Muslim.”
https://kumparan.com/berita-hari-ini/5-macam-hukum-syariat-islam-yang-perlu-
dipahami-umat-muslim-1xn6tKNOAfJ/full
https://islamdigest.republika.co.id/berita/r72pbu366/lima-karakteristik-syariat-islam
https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/slims/pa-
sumedang/index.php?p=show_detail&id=41#:~:text=Maqashid%20syariah%20adalah%20tuj
uan%2Dtujuan,hukum%20dari%20keseluruhan%20hukum%2DNya
10