Anda di halaman 1dari 26

TAREKAT DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam

Dosen Pengampu :
Dr. KH. Abd. Rozak A. Sastra, MA

Disusun Oleh :
Kelompok 12
Faiz Nur Aziz Fadhilah 11220510000171
Nuur Annisa Fadhilah 11220510000181
Wanda Halida Maira 11220510000186

SEMESTER 2
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah mata kuliah Studi Islam dengan tema materi
“Tarekat Dalam Islam”.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Studi Islam, Bapak Dr. KH. Abd. Rozak A. Sastra, MA. yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung
kelancaran tugas, serta teman-teman sekelas yang senantiasa saling mendukung.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca atas saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan peningkatan kualitas kami dalam menyusun makalah dimasa yang akan
datang. Kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami maupun para
pembaca. Aamiin.

Jakarta, 19 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Tarekat ..................................................................................................... 3

B. Sejarah Munculnya Tarekat ....................................................................................... 5

C. Perkembangan Tarekat............................................................................................... 6

D. Jumlah Tarekat ........................................................................................................... 8

E. Tarekat di Indonesia ................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 22

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 22

B. Saran ........................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tarekat adalah salah satu istilah dalam Islam yang merujuk pada suatu jalan spiritual
yang diikuti oleh sekelompok individu yang memiliki tujuan untuk mencapai kedekatan
dengan Allah. Tarekat seringkali menggabungkan ajaran-ajaran agama Islam dengan
praktik-praktik spiritual, meditasi, dan penekanan pada pemurnian batin.
Latar belakang tarekat dapat ditelusuri ke zaman awal perkembangan Islam, ketika
munculnya gerakan-gerakan spiritual yang lebih menekankan penghayatan internal agama
dibandingkan dengan aspek eksternal formal. Beberapa tokoh awal seperti Hasan al-Basri,
Rabiah al-Adawiyah, dan Dzun Nun al-Misri dianggap sebagai perintis tarekat.
Pada abad ke-9 dan ke-10, munculah tokoh-tokoh sufi terkenal seperti al-Hallaj, al-Junayd,
dan al-Ghazali, yang memberikan kontribusi penting dalam perkembangan dan
pemahaman tarekat. Mereka menekankan pentingnya introspeksi dan peningkatan
kesadaran diri dalam mencapai kesatuan dengan Tuhan.
Selama berabad-abad, tarekat berkembang menjadi berbagai aliran atau silsilah yang
dipimpin oleh seorang guru spiritual yang disebut sebagai "syekh" atau "murshid." Setiap
tarekat memiliki metode dan praktik khusus yang ditransmisikan dari generasi ke generasi.
Beberapa tarekat yang terkenal antara lain adalah Naqsyabandiyah, Qadiriyyah, Rifaiyyah,
dan Tijaniyyah.
Tujuan utama tarekat dalam Islam adalah mencapai maqam (stasiun) tertinggi dalam
perjalanan spiritual, yaitu maqam tauhid atau kesatuan dengan Allah. Para pengikut tarekat
berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang
hakikat diri dan hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka mengikuti disiplin spiritual,
seperti dzikir (pengingatan terhadap Allah), meditasi, dan amalan-amalan kebajikan untuk
membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tarekat bukan satu-satunya jalan spiritual dalam
Islam. Selain tarekat, terdapat juga jalan-jalan lain seperti ilmu pengetahuan (ilmu
pengetahuan Islam, fiqh, tafsir), dzikir pribadi, dan ibadah-ibadah rutin yang juga
dianggap penting dalam mencapai tujuan spiritual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tarekat?

1
2. Bagaimana sejarah munculnya Tarekat?
3. Bagaimana perkembangan Tarekat?
4. Ada berapa jumlah Tarekat?
5. Bagaimana Tarekat di Indonesia?
6. Siapa saja tokoh Tarekat?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang pengertian tarekat, memahami bagaimana sejarah munculnya tarekat,
mengetahui bagaimana perkembangan tarekat dan jumlah tarekat, serta bagaimana tarekat
yang ada di Indonesia berikut mengetahui siapa saja tokoh tarekat.
Dengan demikian makalah ini akan memberikaan kontribusi penting pemahaman dan
pengembnagan pemukiran islam kontemporer.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarekat
Tarekat menurut bahasa artinya jalan, cara, garis, keturunan, keyakinan, dan agama.
Namun, dalam hal ini kami mengartikan bahwa thariqat itu adalah metode dan suatu sistem
kepercayaan (method and system of belief) 1. Dalam definisi lain dikatakan bahwa Tarekat
adalah suatu metode atau cara yang harus ditempuh orang salik (orang yang meniti
kehidupan Sufistik), dalam rangka membersihkan jiwanya sehingga dapat mendekatkan
diri kepada Allah swt.
Kata "thariqat" disebutkan Allah dalam Al-Qur'an beberapa kali, di antaranya adalah:
1. Surat An-Nisa ayat 168

َ ‫إِنَّ الَّذِينَ َكف َُروا َو‬


‫ظلَ ُموا لَ ْم يَكُن هللاُ ِليَ ْغف َِر لَ ُه ْم َوال ليهديهم طريقًا‬

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak
akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada
mereka"

2. Surat Thoha ayat 63

‫ط ِريقَتِكُ ُْم ال ُمث ٰلى‬


َ ِ‫ضكُمْ بِسِح ِر ِه َما َويَذهَبَا ب‬
ِ ‫َان اَنْ يُّخ ِرجٰ كُْمْ ِ ِّمنْ اَر‬ ِْ ‫قَالُ ْٓوا اِنْ ٰه ٰذ‬
ِْ ‫ن لَ َساحِ ٰر‬
ِْ ‫ن ي ُِريد‬
Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar- benar ahli sihir yang hendak
mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan
kamu yang utama. Maksudnya: kedatangan Musa as dan Harun a.s. ke Mesir

itu ialah hendak menggantikan kamu sebagai Penguasa di Mesir. sebagian ahli tafsir
mengartikan thariqah di sini dengan keyakinan (agama).
3. Surat Al-Ahqaf 30
َ ‫ق َوا ِٰلى‬
ْ‫ط ِريقْ ُّمستَقِيم‬ ْْٓ ‫ص ِدِّقًا ِِّل َما َبينَْ َيدَي ِْه َيهد‬
ِِّْ ‫ِي اِلَى ال َح‬ َْ ‫قَالُوا ٰيقَو َمنَْا ْٓ اِنَّا َسمِ عنَا ِك ٰتبًا اُن ِز‬
َ ‫ل مِنْ َبع ِْد ُموسٰ ى ُم‬

1 Said, Fuad. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1993

3
Mereka berkata: "Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang
sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
Adapun tarekat menurut istilah ulama tasawuf adalah:
1. Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu tauhid, fikih dan tasawuf.
2. Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut diatas jelaslah bahwa tarekat adalah suatu
jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid,
Fikih, dan Tasawuf.
Selanjutnya istilah tarekat lebih banyak digunakan para ahli tasawuf. Mustafa Zahri
dalam hubungan ini mengatakan tarikat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan
sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan
dikerjakan oleh sahabat- sahabatnya, tabi'in dan tabi'it tabi'in turun-temurun sampai
kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini.2
Lebih khusus lagi tarikat di kalangan sufiyah berarti sistem dalam rangka mengadakan
latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan mengisinya dengan sifat-
sifat yang terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk
mengharapkan bertemu dengan dan bersatu secara ruhiah dengan Tuhan. Jalan dalam
tarekat itu antara lain terus-menerus berada dalam zikir atau ingat terus kepada Tuhan, dan
terus-menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.
Dalam pada itu Harun Nasusion mengatakan tarikat ialah jalan yang harus ditempuh
seorang sufi dengan tujuan agar berada sedekat mungkin dengan Tuhan.3 Hamka
mengatakan bahwa di antara makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus
ditempuh. Inilah yang kita katakan tarekat.4
Dengan memerhatikan berbagai pendapat tersebut di atas, kiranya dapat diketahui
bahwa yang dimaksud dengan tarikat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi
yang di dalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama
Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarekat ini
ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Tuhan.

2 Mustafa, Zahri. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.

3 Harun, Nasution. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang, t.thn.

4 Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

4
Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat, sebagai disebutkan Harun Nasution,
mengandung arti organisasi (tarekat), yang mempunyai syaikh, upacara ritual dan bentuk
zikir tertentu.5

B. Sejarah Munculnya Tarekat


Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan thariqat pada masa itu,
yaitu faktor kultural dan faktor struktural. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami
krisis hebat. Di bagian barat dunia Islam seperti: Wilayah Palestina, Syria, dan Mesir
menghadapi serangan orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan perang salib,
Sedangkan bagian timur dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan
kekuasaan. Demikian juga di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam.
Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasaan
diantara amir (Turki dan Dinasti Buwaihi).
Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan
umat Islam di wilayah tersebut, pada masa tersebut umat Islam mengalami masa
disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan antar golongan banyak terjadi. Selain
itu ditambah lagi oleh suasana banjir yang melanda sungai Djalah yang mengakibatkan
separuh dari tanah Iraq rusak. Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha
mempertahankan agamanya dengan berpegang teguh pada doktrinnya yang dapat
menentramkan jiwa dan menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.
Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat
digunakan sebagai pegangan, yaitu doktrin tasawuf yang merupakan aspek kultural yang
ikut membidani lahirnya tarekat-tarekat pada masa itu. Dengan deskanya ajaran-ajaran
tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang
bersifat massal. Maka kemudian berbondong-bondonglah orang awam memasuki majelis-
majelis dzikirnya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok
tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan thariqat. Diantara ulama' sufi yang kemudian
memberikan pengayoman kepada masyarakat umum untuk nengamalkan tasawuf secara
praktis (tasawuf amali), adalah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Kemudian menurut
Al-Taftazani dikuti oleh ulama' sufi berikutnya seperti Syekh Abdul Qadir Jalani dan

5 Harun, Nasution. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang, t.thn.

5
Syekh Ahmad ibn Ali al-Rifa'i. kedua tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai
pendiri Tarekat Qadiriyah dan Rifa'iyah yang tetap berkembang sampai sekarang.

C. Perkembangan Tarekat
Pada masa permulaan Islam, hanya terdapat dua macam Tarekat yaitu:
1. Tarekat Nabawiyah yaitu amalan yang berlaku di masa Rasulullah saw yang
dilaksanakanْsecaraْmurni.ْDinamakanْjugaْdenganْ“ThariqatْMuhammadiyah”ْatau
“Syariat”.ْ
2. Tarekat Salafiah yaitu cara beramal dan beribadah padaْmasaْSahabatْdanْTabi’in,ْ
denganْmaksudْmemeliharaْdanْmembinaْSyari’atْRasulullahْsaw.ْ
Sesudah abad ke-2 H, munculah tarekat sufiah yang diamalkan orang-orang sufi, dengan
tujuan untuk kesucian melalui empat tingkat:
1. Syari’at, mengetahui dan mengamalkan ketentuan-ketentuanْ Syari’at,ْ sepanjangْ
dengan yang menyangkut dengan lahiriah.
2. Thariqat, mengerjakan amalan hati, dengan akidah yang teguh, sepanjang yang
menyangkut batiniyah.
3. Hakikat, cahaya musyahadah yang bersinar/cemerlang dalam hati dan dengan
cahaya itu dapat mengetahui hakikat Allah dan rahasia alam semesta.
4. Ma’rifat, tingkat tertinggi dimana orang telah mencapai kesucian hidup dalam alam
rohani, memiliki pandangan tembus (kasyaf) dan mengetahui hakikat dan rahasia
kebesran Allah.
Orang sufi menganggap bahwa Syariat untuk memperbaiki sesuatu yang lahir (nyata),
Thariqat untuk memperbaiki sesuatu yang tersembunyi (batin), dan hakikat untuk
memperbaiki segala yang rahasia yang ghaib-ghaib. Tujuan terakhir dari ahli sufi ialah
ma’rifat yakni mengenal hakikat Allah, zat, sifat, dan perbuatannya.
Orangْ yangْ telahْ sampaiْ keْ tingkatْ ma’rifat,ْ dinamakanْ Wali,ْ yangْ mempunyaiْ
kemampuan luar biasa (khaliqul lil adah) disebutْ “keramat”ْatauْsupernatural.ْ Terjadiْ
pada dirinya hal-hal luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal menurut logika, baik dimasa
hayatnya maupun matinya.
Syeikh Abdul Qadir Jailani, menurut pandangan orang sufi adalah wali tertinggi yang
disebut “Qutubul Aulia” (Wali Quthub)
Gerakan thariqat baru menonjol dalam dunia islam pada abad ke-XII M, sebagai
kelanjutan dari kegiatan kaum sufi terdahulu. Setiap thariqat mempunyai Syeikh, kaifiat

6
dzikir dan upacara ritual. Biasanya Syeikh atau Mursyid mengajar murid-muridnya di
asramaْ latihanْ rohaniْ yangْ dinamakanْ “rumahْ suluk”ْ atauْ “ribath”.ْ Menurutْ Harunْ
Nasution sejarah perkembangan thariqat secara garis besar melalui tiga tahap yaitu:
a. Tahap Khanaqah
Tahap Khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syeikh, mempunyai murid yang
hidup bersama-sama dibawah peraturan yang tidak ketat, syeikh menjadi mursyid
yang dipatuhi. Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual
dan secara kolektif. Hal ini terjadi sekitar abad X M, gerakan ini mempunyai bentuk
aristokratis. Masa khanaqah ini merupakan masa keemasan tasawuf.
b. Tahap tariqah
Sekitar abad XII M sudah terbentuk ajaran-ajaran peraturan, dan metode tasawuf.
Pada masa inilah muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya
masing-masing. Berkembanglah metode-metode kolektif baru untuk mencapai
kedekatan diri kepada Tuhan.
c. Tahap ta'ifah
Sekitar abad XV M terjadi transmisi ajaran dan peraturan kepada pengikut. Pada masa
ini muncul organisasi-organisasi tasawuf yang mempunyai cabang-cabang di tempat
lain. Pada tahap ta'fiah inilah thariqat mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi yang
melestarikan ajaran syekh tertentu. Terdapatlah tarekat-tarekat seperti Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah, dan lain-lain.

Ada beberapa peristilahan yang sering dijumpai dalam Tarekat bersifat perkumpulan,
misalnya:
a. Istilah Syekh atau Mursyid, maksudnya adalah guru Tarekat;
b. Khalifah, maksudnya adalah wakil Syekh atau Mursyid;
c. Murid, maksudnya adalah pengikut ajaran suatu Tarekat
d. Baiat, maksudnya adalah perjanjian atau sumpah setia murid kepada gurunya,
ketika ia mulai memasuki perkumpulan Tarekat;
e. Wasilah atau rabitah, maksudnya adalah perantara guru (syekh) dengan
muridnya, sehingga setiap amalan gurunya, selalu dijadikan wasilah dan rabithah
oleh murid-muridnya. Maksudnya, murid selalu mengorientasikan perbuatannya
dengan perbuatan yang pernah dilakukan oleh gurunya, bukan berarti ibadah
seorang murid mengharuskan kehadiran guru dalam jiwanya.

7
f. Suluk, maksudnya adalah mengamalkan ajaran-ajaran yang telah diterima dari
guru, sebagai sarana latihan jiwa untuk mencapai suatu maqam dalam Tarekat.
Jadi istilah suluk atau Zawiyah, maksudnya adalah pusat (tempat) kegiatan
Tarekat;6
Ijazah, maksudnya adalah sebuah pengakuan guru kepada muridnya, berupa keterangan
tertulis yang dibubuhi tanda tangan, silsilah Tarekat dan simbul-simbul lain; misalnya
pemberian sepotong kain yang disebut "Haqiqatut Tabarruk"7.

D. Jumlah Tarekat
Menurut jumhur ulama pada abad ini terdapat 41 macam tareket. Masing-masing
mempunyai Syekh, kaifiat dzikir dan upacara ritual. Namun dalam hal ini kami hanya
akan membahas beberapa dari thariqat yang mempunyai pengaruh cukup besar di dunia,
antara lain sebagai berikut:
1. Tarekat Qadiriyah
Thariqat Qadiriyah didirikan oleh syeikh Abdul qadir bin Musa bin Abdullah Al-
Husna Al-Jailani. Pada tahun 488 H Ketika masih remaja, melanjutkan pelajarannya
ke Baghdad, belajar kepada guru dan syeikh dalam berbagai ragam disiplin ilmu,
terutama tasawuf. Ia menganut mazhab Hambali, cerdas, Budiman lebih menonjol
dalam ilmu fikih dan komunikasi dan informasi, tekun mempelajari sastra dan hadits.
Pada tahun 528 H mengajar dan berfatwa di Baghdad.
Adapun pengikut Qadiriah terbagi tiga yaitu:
1. Al-Qadiriyah Al-Bukaiyah, tersebar luas di wilayah Tombouctou, sebuah negeri
di Sudan (Afrika Tengah) pusat perdagangan sungai Nigeria.
2. Al-Qadiriyahْ diْ wilayahْ padangْ pasirْ sebelahْ Barat,ْ yangْ dinamakanْ “Ad-
Dinar”.ْ
3. Al-Qadiriyah Al-Walatih, tersebar di wilayah sudan bagian barat.
Thariqat Qadiriyah adalah salah satu thariqat sufiah yang paling giat menyebarkan
agama Islam di Barat Afrika. Pengikut-pengikutnya menyebarkan agama Islam
melalui Agama Islam, Melalui perdagangan dan pengajaran.

6 Mustafa. Akhlak Tasawuf. Aceh: Pustaka Setia, 2007.

7
Aqib, Kharisudin. Al-Hikmah memahami teosofi tarekat qadariyah wa naqsabandiyah. surabaya: dunia ilmu,
1996.

8
Di antara ucapan Syekh Abdul Qadir Jailani yang ber ras adalah: "Jika terdapat
dalam hatimu benci atau suka kepada seseorang, maka kembalikan amalnya kepada
Al-Qur'an dan Sunnah. Jika amalnya disukai Al-Qur'an dan Sunnah, maka kasihilah
dia. Sebaliknya jika dibenci oleh Al-Qur'an dan Sunnah, maka bencilah dia, supaya
anda tidak mengasihinya dengan hawa nafsu".
2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah didirikan pada abad ke-13 M. Pendirinya syekh Abu Hasan
bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Hormuz As-Syadzili Al-Maghribi Al-Husaini Al-
Idrisi keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia dilahirkan pada tahun 591 H
(1195 M), di Ghamarah, sebuah desa dekat Sabtah, Afrika. Karena bermukim di
Sadzili, maka Thariqat yang didirikannya dinamakan "Sadziliah".
Abu Hasan bertalian darah dengan Penguasa Maghribi, dan menjelang
kewafatannya, matanya rabun.
Kata-kata mutiaranya yang amat bernas, antara lain "Apabila dzikir terasa berat atas
lidahmu, anggota tubuh berkembang menurutkan hawa nafsumu, tertutup pintu
berfikir untuk kemaslahatan hidupmu, maka ketahuilah bahwa semua itu adalah
pertanda banyaknya dosa atau karena sifatmu tumbuh dalam hatimu. Tiada jalan
bagimu, selain da berpegang teguh kepada jalan Allah dan ikhlas dalam
pengalamannya”.
3. Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah yang tersebar luas di Maghe bieh Sayyid Abu Abbas Ahmad
bin Muhammad bin Ahmad Syarif At-Tijani, lahir pada taha (Dia alim dalam ilmu
Ushud (Pokok) dan Pure bang ahli Tasawuf, bermazhab Maliki, Mazhab yang
berpengaruh di Afrika Utara.
Beberapa orang sahabatnya telah menerbitkan buku riwayat hidupnya, dengan judul
"Jawahirul Ma'ani".
Tarekat Tijaniyah menganut prinsip tasamuh atau toleransi, menuruti jejak
pendiriannya yang bersikap toleransi terhadap kalangan bukan Muslim, dengan tidak
mengurangi hak-hak agama dan kehormatan kaum Muslimin. Sikap tasamuh atau
toleransi yang dikembangkan selama ini, berubah pada pertengahan abad ke-13
ketika mereka menentang kulit putih, kelompok "La Fajre" dengan fanatik.
Seorang Tarekat Tijaniyah yang menonjol dan gigih membela pendirinya, adalah
Haji Umar anak Syekh Murabith, lahir pada tahun 1797 di satu desa, Senegal.
Kemudian ia wafat setelah membentuk barisan untuk memerangi orang yang

9
menyembah berhala. Beliau meninggalkan pengaruh yang besar bagi kejayaan Islam
di negeri orang berkulit hitam. Perjuangannya dilanjutkan oleh pengikut-
pengikutnya. Pengaruh mereka semakin luas sehingga penjajah Prancis
memandangnya sebagai suatu yang amat membahayakan kedudukan penjajah di
wilayah itu dan berusaha untuk membasmi gerakan itu.
4. Tarekat Sanusiah
Tarekat Sanusiah muncul di di Afrika Utara, didirikan oleh Sayyid Muhammad
bin Ali As-Sanusi, lahir pada 1791. ia seorang yang alim dan mujtahid. Thariqat
yang dipimpinnya berkembang luas dari maroko sampai Somali, terutama di daerah
pedalaman Libya. Dasar thariqat ini adalah ajaran Islam dan lapangan kerjanya
mendidik umat supaya dapat mengendalikan hawa nafsu untuk keselamatannya dari
dunia sampai akhirat. Dan melatih pengikutnya supaya giat bekerja dan berusaha
serta beribadat dengan memiliki akidah yang kokoh.
Tarekat sanusiah menurut Syekh Dr. Ahmad Syarbasi guru besar Universitas Al-
Azhar, Kairo berdasarkan Al- Qur'an dan Sunnah. Penjajah di benua Eropa
menganggapnya sebagai sesuatu yang membahayakan. Perjuangan mereka tidak
hanya dalam dzikir dan wirid-wirid, tetapi juga berjihad menegakkan kebenaran. 8
Pengaruh tarekat ini di wilayah Jaghbub sangat besar. Hal itu dapat ditandai dengan
kemajuan dan keamanan negeri itu jauh lebih meningkat, dibanding sebelum Tarekat
itu muncul.
Di kawasan itu, Sanusi mendirikan sekolah dan madrasah untuk mendidik
kader-kader Tarekat dan pejuang-pejuang Islam yang militan. Setelah Sanusi wafat,
ia digantikan oleh putranya Al-Mahdi. Al-Mahdi melanjutkan jihad dan perjuangan
ayahnya dengan mendirikan pusat latihan rohani di berbagai daerah, sehingga dalam
waktu relatif singkat namanya menjadi popular. Kaum penjajah berusaha menyetop
kegiatannya, namun ia terus berjuang, dan bahkan lebih mempergiat dakwah dan
membangun mental umat. Di samping mengajar, ia juga mendidik pengikutnya
supaya berjihad menantang musuh-musuh Islam.
Sebagai akibat dari perjuangannya yang gigih dan gesit, maka pada tahun 1911
meletuslah pemberontakan menentang pendudukan Itali, dan mengembangkan Islam
di Sudan dan afrika Tengah. Thariqat sanusiah menganggap bahwa Nabi-nabi adalah

8Said, Fuad. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1993

10
wasilah antara makhluk dengan Allah. Melalui ajaran Thariqat berjuta-juta
penduduk Afrika Tengah memeluk agama Islam. Thariqat sanusiah mengajarkan
kepada pengikut-pengikutnya ketangkasan berkuda, panah-memanah dan berbagai
seni bela diri. Setiap hari Jum'at diadakan latihan perang. Pada hari Kamis kerajinan
tangan, seperti pandai besi, tukang sepatu, menjahit dan menenun, bertani dan
bercocok tanam.
Pesan sebagian dari Thariqat Sanusiah: "Jangan menghina seseorang, baik
orang Islam maupun Nasrani, Yahudi dan Orang-orang kafir lain. Mungkin mereka
lebih baik dari anda di sisi Allah, sebab anda tidak tahu apa yang akan terjadi pada
akhirnya".
5. Tarekat Rifa'iah
Tarekat Rifa'iah didirikan oleh Syekh Ahmad bin Abu Al- Hasan Ar-Rifa'l,
wafat tahun 570 H (1175 M). penganutnya banyak didaerah Maroko dan Al-Jazair.
6. Tarekat Sahrawardiah
Thariqat ini di bangsakan oleh pendirinya Syekh Abu Al- Hasan bin Al-
Sahrawardi yang meninggal pada tahun 638 H (1240 M). Pengikutnya terbanyak di
Afrika.
7. Tarekat Ahmadiah
Thariqat ini didirikan oleh Syekh Ahmad Badawi, wafat tahun 675 H (1276 M)
Pengikunya terbanyak di Maroko dan sekitarnya.
8. Tarekat Maulawiyah
Thariqat ini didirikan oleh Syekh Maulana jalaludin Ar-Rumi, wafat pada tahun
672 H (1273 M) Pengikutnya terbanyak di Turkistan dan Turki.
9. Tarekat Naqsyabandiah
Thariqat ini didirikan oleh Syekh Bahaudin Bukhari, wafat tahun 791 H (1391
M) pengikutnya terbanyak di Sumatera Utara, Riau, Jawa, Madura, Malaysia dan
Thailand.
10. Tarekat Haddadiah
Thariqat ini didirikan oleh Syekh Abdullah Ba'lawi Haddad, terbanyak di
Negara-negara Arab, Malaysia dan sekitarnya.
11. Tarekat khalwatiyah
Tarekat khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin (w. 1397 M) di Khurasan dan
merupakan cabang dari tarikat Suhrawardi yang didirikan oleh Abdul Qadir
Suhrawardi yang meninggal tahun 1167 M. Tarekat Khalwatiyah ini mula-mula

11
tersiar di Banten oleh Syaikh Yusuf Al-Khalwati al-Makasari pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Tarekat Khalidiyah
Tarekat khalidiyah adalah salah satu cabang dari tarekat Naqsyabandiyah di
Turki, yang berdiri pada abad XIX. Pokok-pokok tarikat Khalidiyah dibangun oleh
Syaikh Sulaiman Zuhdi al-Khalidi.
13. Tarekat al-Haddad
Tarekat al-Hadad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-
Haddad. Ia lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadramaut pada malam
Senin, 5 Safar tahun 1044 H.
14. Tarekat ‘Aidrusiyah
Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan Ba’alawi ialah
Al’aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap buku tasawuf
menyebut nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama. Keluarga
Al’Ahidus banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang terkemuka, diantaranya,
di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa Al’Aidus, yang pernah menjadi
pembicaraan Al-Jabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan, bahwa S.Abdur
Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang mempertemukan hakekat dan syariat
sejak kecil ia telah menghafal Al’Quran 30 juz. 9

E. Tarekat di Indonesia
Tarekat yang paling banyak penganutnya di Indonesia adalah Qadiriah dan
Naqsyabandiah.
a. Tarekat Qadiriyah
Nama thariqat ini dinisbatkan kepada seorang besar yang sangat legendaris, dengan
sekian banyak sebutan kehormatan, antara lain: Qutub al-auliya, sahib al-karamat, dan
sultan alauliya. Ia diyakini sebagai pemilik dan pendiri thariqat ini. Sufi besar itu
adalah syekh muhyidin Abdul Qadir al-jailani.10
Syekh Abdul Qadir al-Jailani dilahirkan pada tahun 470 H (1077M) di Jilan (Wilayah
Irak sekarang), dan meninggal di Baghdad pada tahun 561 H (1166M). Beliau adalah

9 Hakim, Arif Rahman. pecihitam. 23 Maret 2020.


10
Aqib, Kharisudin. Al-Hikmah memahami teosofi tarekat qadariyah wa naqsabandiyah. surabaya: dunia ilmu,
1996.

12
seorang sufi besar yang kealiman dan kepribadiannya banyak mendapat pujian dari para
sufi dan ulama' sesudahnya11. Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang ulama' besar
sunni yang bermazhab Hambali yang cukup produktif. Ia telah menulis beberapa karya,
satu diantaranya berjudul "Al-Gunyah li Talibi Tariq Al-Haq". Kitab ini merupakan
kitab yang sering menjadi rujukan dalam kayanya yang lain.
Semasa Abdul Qadir Jailani masih hidup, Tarekat Qadiriyah sudah berkembang ke
beberapa penjuru dunia, antara lain ke Yaman yang disiarkan oleh Ali bin Al-Haddad,
di Syiria oleh Muhammad Batha', di Mesir oleh Muhammad bin Abdus Samad serta di
Maroko, Turkestan dan India yang dilakukan oleh anak- anaknya sendiri. Mereka
sangat berjasa dalam menyempurnakan Tarekat Qadiriyah. Mereka pula yang
menjadikan tarekat ini sebagai gerakan yang mengumpulkan dan menyalurkan dana
untuk keperluan amal sosial.
Tata cara dzikir yang dipakai pengikut thariqat Qadiriyah yaitu: dzikir dengan kalimat
“la illaha illa Allah”12 dengan gerakan dan penghayatan untuk mengalirkan kalimat
tersebut, di tarik dari pusat-pusat ke bahu kanan terus ke otak dan memasukkan kata
terakhir (Allah) pada hati sanubari kesadaran dan tempatnya ruh.
Cara ini diyakini dapat memiliki dampak yang sangat positif untuk membersihkan jiwa
dari segala penyakit jiwa (hati). Sehingga akan dapat memudahkan jalan mendekatkan
diri kepada Allah. Dan karena ini dilakukan terus menerus dan dengan penuh
kekhusyukan, maka sudah barang tentu akan memberikan dampak kesadaran makna
kalimat tersebut sebagai pengaruh psikologisnya.
Ajaran syekh Abdul Qadir al-Jailani selalu menekankan kepada pensucian diri dari
nafsu dunia. Karena itu dia memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian
diri yang tertinggi. Adapun beberapa ajaran tersebut adalah, taubat, zuhud, tawakal,
syukur, ridha, dan jujur
✓ Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengurai ikatan dosa yang terus
menerus dari hati kemudian melaksanakan setiap hak Tuhan. Ibnu Abbas ra.
Berkata:" Taubat al-nashuha" adalah penyesalan dalam hati, permohonan

11MisalnyaْIbnْ‘ArabiْseorangْsufiْbesarْpengarangْkitabْAl-Futuhat Al-Makiyah, Ia menyatakan bahwa syekh


Abdul qadir al-jailani adalah orang yang pantas mendapatkan predikat kutub al-auliya’ pada masanya.
12 Sri, Mulyati. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.

13
ampun dengan lisan, meninggalkan dengan anggota badan. Dan berniat tidak
akan melakukan lagi.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani menganggap taubat bagaikan air yang
menghilangkan najis, begitu juga taubat yang menghilangkan dosa dan kotoran
maksiat.
✓ Zuhud
Zuhud menurut bahasa adalah zahada fihi, wa zahada'anhu, dan wazahadan,
yaitu berpaling dari darinya dan meninggalkannya karena menganggapnya hina
atau menjauhinya karena dosa. Sedangkan secara istilah zuhud menurut
pendapat yang paling baik adalah dari Ibn Qadamah al-Maqdisi, bahwa zuhud
merupakan gambaran tentang menghindari dari mencintai sesuatu yang menuju
kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Atau dengan istilah lain, menghindari
dunia karena tahu kehinaannya bila dibandingkan dengan kemahalan akhirat.
✓ Tawakal
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan bahwa tawakal berada di antara
pintu-pintu iman, sedangkan iman tidak terurus dengan baik kecuali dengan
adanya ilmu, hal, dan amal. Intinya, tawakal akan terasah dengan ilmu, dan ilmu
menjadi pokok tawakal, sementara amal adalah buah tawakal. Adapun hal
adalah buah dan maksud tawakal itu sendiri. Seperti sabda Nabi," Bila
seseorang menyerahkan dirinya secara penuh kepada Allah, maka Allah akan
mengaruniakan apa saja yang dimintanya. Begitu juga sebaliknya, bila dengan
bulat ia menyerahkan dirinya kepada dunia, maka Allah akan membiarkan
dirinya dikuasai oleh dunia."
✓ Syukur
Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima, baik lisan,
tangan, maupun hati. Menurut Syekh Qadir al-Jailani hakikat syukur adalah
mengakui nikmat Allah karena Dialah pemilik karunia dan pemberian sehingga
hati mengakui bahwa sehingga nikmat berasal dari Allah dan patuh kepada
syari'at-Nya. Dengan demikian, syukur adalah pekerjaan hati dan anggota
badan.
✓ Sabar
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani sabar terbagi menjadi tiga macam:
1. Sabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya

14
2. Bersabar bersama Allah yaitu bersabar terhadap ketapan dan perbuatan-Nya
terhadapmu dari berbagai macam kesulitan dan musibah
3. Bersabar atas Allah yaitu bersabar terhadap rezeki, jalan keluar, kecukupan,
pertolongan dan pahala yang dijanjikan Allah di kampung akhirat.
✓ Ridha
Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengutip ayat Al-Qur'an tentang perlunya sikap
ridha "Tuhan mereka menggambirakan mereka dengan memberikan rahmat
dari-Nya, keridhaan dan surga. Mereka memperoleh di dalamnya kesenangan
yang kekal (At-taubah: 21)"
✓ Jujur
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, jujur adalah perkataan yang benar dalam
kondisi apapun baik menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan.
Proses masuknya Thariqat Qadiriyah ke Indonesia dikisahkan lewat penyair
besar Hamzah Fansuri. Ia mendapatkan khilafat (Ijazah untuk mengajar) ilmu
Syekh Abdul Qadir al-Jailani ketika bermukim di Ayuthia ibu kota Muangthai.
b. Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah ialah Muhammad bin Baha'uddin Al-Huwaisi Al
Bukhari Al-Naqsyabandi (717-791 H/1317-1389 M). Ulama sufi yang lahir di desa
Hinduwan - kemudian terkenal dengan Arifan, beberapa kilometer dari Bukhara, disini
pula ia wafat dan dimakamkan. Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah ini juga dikenal
dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan
gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata 'Uwais' ada pada namanya, karena ia ada
hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari
wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan menimba ilmu
Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi.
Syekh Abdul Khaliq Al-Ghajudwani adalah peletak dasar ajaran thariqat ini, yang
kemudian ditambah oleh al-Naqsyabandi. Karena Syekh Abdul Khaliq Al-Ghajudwani
hanya merumuskan delapan ajaran pokok, maka setelah di tambah oleh al-Naqsyabandi
dengan tiga ajaran pokok, maka ajaran Naqsyabandiyah menjadi sebelas, adapun ajaran
pokok Nasqabandiyah yaitu:
✓ Husy dar dam, "sadar sewaktu bernafas" hal ini dikarenakan setiap keluar
masuk nafas yang hadir beserta Allah, memberikan kekuatan spiritual dan
membawa orang lebih dekat kepada Allah.

15
✓ Nazar bar qadam, "Menjaga langkah" sebab memandang kepada aneka ragam
ukiran dan warna orang dapat melalaikan dari mengingat Allah, selain itu juga
supaya tujuan- tujuan yang (rohaninya) tidak diasaukan oleh segala hal yang
ada di sekelilingnya yang tidak relevan.
✓ Safar dar wathan, "melakukan perjalanannya di tanah kelahirannya". Maknanya
adalah melakukan perjalanan batin dengan meninggalkan segala bentuk
ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya
sebagai makhluk yang mulia.
✓ Khalwat dar anjuman, "sepi di tengah keramaian" maknanya menyepinya
seorang pertapa, sementara anjuman berarti perkumpulan tertentu.
✓ Yad krad, "Ingat atau menyebut" ialah berdzikir terus menerus mengingat
Allah, bai dzikir ism al dzat (menyebut Allah) maupun dzikir naïf itsbat
(menyebut La ilaha Illallah).
✓ Baz Gasht, "Kembali memperbarui" hal ini dilakukan untuk mengendalikan hati
agar tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang.
✓ Nigah Dasyt,"Waspada" ialah setiap murid harus menjaga hati, pikiran dan
perasaan dari sesuatu walau sekejap ketika melakukan dzikir tauhid.
✓ Yad Dasy, "Mengingat kembali". Adalah tawajuh (menghadapkan diri) kepada
nur dzat Allah yang maha esa tanpa berkata-kata.
✓ Wuquf Zamani,"memeriksa penggunaan waktu". Yaitu orang yang bersuluk
senantiasa selalu mengamati dan memperhatikan dengan teratur keadaan
dirinya setiap dua atau tiga jam sekali.
✓ Wuquf 'Adadi, "memeriksa hitungan dzikir". Yakni dengan penuh hati-hati
memelihara bilangan ganjil pada dzikir nafi itsbat tiga atau lima sampai 21 kali.
✓ Wuquf Qalbi, "Menjaga hati tetap terkontrol". Kehadiran hati serta kebenaran
tiada yang tersisa, sehingga perhatian seseorang secara sempurna sejalan
dengan dzikir dan maknanya.
Syaikh Yusuf Makassari (1626-1699) merupakan orang pertama yang
memperkenalkan Tarekat Naqsabandiyah di Nusantara. Ia menerima ijazah dari
Syaikh Muhammad 'Abd. Al-Baqi di Yaman kemudian mempelajari tarekat
ketika berada di Madinah di bawah bimbingan Syaikh Ibrahim al-Kurani.
c. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiah
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ialah sebuah thariqat gabungan dari Tarekat
Qadiriyah dan Thariqat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh

16
Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis kitab Fath al-Arifin
13. Sambas adalah nama sebuah kota di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat.
Syaikh Naqib al-Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah Tarekat
gabungan karena Syaikh Sambas adalah seorang syaikh dari kedua Tarekat ini dan
mengajarkan dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis dzikir sekaligus yaitu dzikir
yang dibaca keras (jahar) dalam thariqat Qadiriyah dan dzikir yang dibaca di dalam
hati(khafi) dalam Tarekat Naqsyabandiyah14.
Unsur-unsur ajaran Qadiriyah wa a Naqsyabandiyah yatu tata cara membai'at, sepuluh
macam lathaif bentuk banyak dari lathifah berarti titik halus (dalam diri manusia).
Kemudian beliau menjelaskan tentang dzikir dalam Tarekat Qadiriyah, dan diteruskan
dengan penjelasan tentang dzikir dalam Naqsyabandiyah. Syaikh Sambas menerangkan
tentang tiga syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang sedang berjalan menuju Allah,
yaitu dzikir diam dalam mengingat, merasa selalu diawasi Allah dalam hatinya dan
pengabdian kepada syaikh.
TQN saat ini tersebar luas di daerah Jawa Tengah, Madura, Rejoso, dan daerah lain di
sekitarnya. TQN di Jawa Tengah berpusat di pondok pesantren Futuhiyyah, Mranggen
yang didirkan pada tahun 1905-an oleh Kiai 'Abd al-Rahman. Sedangkan di Madura
TQN sudah tersebar sekitar tahun 1920- an oleh seorang khalifah dari Syaikh Sambas
yang berasal dari Madura bernama Ahmad Abdullah. Setelah sukses menyebarkan
TQN di Madura beliau melanjutkan ke luar pulau Madura yaitu Rejoso. Thariqat
Qadiriyah Naqsyabandiyah Rejoso berpusat di Pondok Pesantren Darul Ulum. Dikenal
sebagai sebuah pesantren bergengsi dan pusat thariqat di Jawa Timur 15.
d. Tarekat Syattariyah
Tarekat Syattariyah di nisbatkan kepada Syaikh Abd Al- lah al-Syaththari (w.890
H/1485 M). Awal penyebaran Tarekat Syattariyah di melayu Indonesia adalah dari
masa kembalinya abdurrauf al-sinkili dari Harramayn pada awal paruh abad 17
tepatnya pada tahun setelah guru utamanya al-Qusyasyi wafat. Syaikh Burhanudin
Ulakan di yakini sebagai ulama pertama yang mengenalkan thariqat syattariyah di

13 Sri, Mulyati. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.

14 Aqib, Kharisudin. Al-Hikmah memahami teosofi tarekat qadariyah wa naqsabandiyah. surabaya: dunia ilmu,
1996.

15 Sri, Mulyati. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.

17
Sumatera Barat. Sedangkan di Jawa Barat ajaran Syattariyah di bawa oleh Syaikh
Abdul Muhyi yang juga murid dari syaikh Abdurrauf al Sinkili di Aceh.
e. Tarekat Syazdiliyah
Tarekat Syadziliah didirikan pada abad ke-13 M. Pendirinya syekh Abu Hasan bin
Abdullah bin Abdul Jabbar bin Hormuz As-Syadzili Al-Maghribi Al-Husaini Al-Idrisi,
keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia dilahirkan pada tahun 591 H (1195 M), di
Ghamarah, sebuah desa dekat Sabtah, Afrika. Karena bermukim di Sadzili, maka
Tarekat yang didirikannya dinamakan "Sadziliah".
Adapun pemikiran-pemikiran Tarekat al-syadziliyah tersebut adalah
a) Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia
mereka
b) Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari'at Islam.
c) Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah
mengosongkan hati dari selain Tuhan.
d) Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi milioner yang kaya raya,
asalkan hatinya tidak bergantung kepada harta yang dimilikinya.
e) Berusaha merespon apa yang sedang mengancam kehidupan ummat, berusaha
menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang yang
hanya sibuk dengan urusan duniawi, dengan sikap pasif yang banyak dialami oleh
para salik.
f) Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri
sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
g) Dalam kaitannya dengan al-ma'rifah, al-syadzili berpendapat bahwa ma'rifah
adalah salah satu tujuan ahli tarekat atau tasawuf yang dapat diperoleh dengan dua
jalan. Pertama, adalah mawahib atau 'ain al-jud (sumber kemurahan Tuhan) yaitu
Tuhan memberikannya dengan tanpa usaha. Kedua, adalah makasib atau badzi al-
majhud yaitu ma'rifah akan dapat diperoleh melalui usaha keras.
f. Tarekat Sammaniyah
Tarekat Sammaniyah adalah Tarekat pertama yang mendapat pengikut missal di
Nusantara. Tarekat Sammaniyahْ didirikanْ olehْ Muhammadْ binْ ‘Abdْ al-Karim al-
Madani al-Syafi’Iْ al-Samman (1130-1118/1718-1775). Ia lahir di Madinah dari
keluarga Quraysi. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih dikenal dengan nama
al-Sammani atau Muhammad Samman atau Syaikh Samman.

18
Syaikh Samman pernah belajar dengan banyak guru dari berbagai Tarekat diantaranya
adalah Muhammad Hayyat seorang muhadits yang menganut Tarekat Naqsyabandiyah,
kemudian Musthafa bin Kamal al-Din Al-Bakri yang merupakan Syaikh Tarekat
khalwatiyah, selain Al-Bakri dua syaikh Khalwatiyah yag pernah menjadi guru Syaikh
Samman adalah Muhammad bin Salim Al-Hifnawi dan Muhammad al-Kurdi.
Syaikh Samman merupakan tokoh sufi yang menganut faham wahdat al-wujud,
tampaknya di Nusantara aliran wahdat al-wujud sudah di anut oleh kalangan sufi.
Tarekat lebih berperan di Aceh pada akhir abad 16, misalnya adalah wahdat al-wujud
yang sebut dengan wujudiyat. Di Palembang thariqat Sammaniah mendapat tempat
tersendiri. Kita tahu bahwa tiga orang Indonesia asal Palembang pernah belajar thariqat
sammaniah yang sebagiannya langsung jadi murid Syaikh Samman. Ketiga orang itu
adalah Syaikh Abdul al-Shamad, tuan Haji ahmad dan Muhyidin bin Syihabudin.
Adapun ajaran-ajaran Tarekat Sammaniah adalah:
 Tawassul: Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijadikan
washilah (perantara) dalam tawasul itu, agar yang dimaksud bisa tercapai.
 Wahdat al-Wujud: Merupakan tujuan akhir yang mau dicapai oleh para sufi
dalam mujahadatnya.
 Nur Muhammad: Nur Muhammad adalah yang pertama kali mewujud sebelum
yang lainnya berwujud, sedangkan wujudnya adalah hakikat atau esensi wujud
alam ini.
 Insan Kamil: Wujud Insan Kamil adalah Nabi Muhammad, sedang dari segi
hakikatnya adalah Nur Muhammad atau Haqiqat Muhammad, Nabi Muhammad
merupakan koridor yang menuju kepada Insan Kamil dan orang Islam yang
berminat menuju Tuhan maka harus melewati koridor ini yaitu mengikuti jejak
langkah Nabi Muhammad.
 Syathahat: Perkataan yang terucapkan bukan diucapkan karena gagasannya
datang dari Allah.
g. Tarekat Khalwatiyah
Nama Khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar abad
ke-17, Syaikh Syusuf al-Makassari al-Khalwati, yang sampai sekarang masih
dihormati. Syaikh Yusuf al-Makassari pertama kali membawa dan menyebarkan
thariqat ini ke Indonesia pada tahun 1670 M setelah berguru dan mendapatkan ijazah

19
dari Syaikh Abu al-Barakah Ayyub bin Ahmad bin Ayyub al-Khalwati al-Quraysi" 16.
Di Sulawesi selatan beliau diberi gelar Tuanta Salamaka ri Gowa (guru kami yang
agung dari Gowa). Nama lengkapnya Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin
al-Taj al-Khalwati al-Makassari.
Menurut sejarah Gowa, al-Makassari dilahirkan 1037 H/ 1627 M di Tallo wilayah
kerajaan Gowa dan meninggal di Tanjung Harapan Afrika Selatan pada 22 Dzu al-
Qaidah 1111 H/22 Mei 1699 M, dikuburkan di Faure di perbukitan pasir False Bay
tidak jauh dari tanah pertanian Zandvliet. Pada tahun 1699 pengikutnya kembali ke
nusantara. Pada tahun 1705 kerangka jenazah al-Makassari tiba di Gowa dimakamkan
di Lakiung.
Konsep utama tasawuf al-Makassari adalah pemurnian kepercayaan (aqidah) pada
keesaan tuhan. Adapun ajaran-ajaran dasar thariqat Khalwatiyah adalah sebagai
berikut:
 Yaqza: kesadaran akan dirinya sebagai mahkluk yang hina di hadapan Allah
SWT yang maha agung.
 Taubah: memohon ampun atas segala dosa.
 Muhasabah: menghitung-hitung atau instropeksi diri.
 Inabah: berhasrat kembali kepada Allah.
 I’tisam:ْselaluْbertindakْsebagaiْkhalifahْAllahْdiْbumi
 Firar: lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna.
 Riyadhah: melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya.
 Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya.
 Sima’:ْ mengkonsentrasikanْ semuaْ anggotaْ tubuh dalam mengikuti perintah-
perintah Allah terutama pendengaran.
h. Tarekat tijaniyah
Thariqah tijaniyah disampaikan pertama kali oleh Syekh Ahmad al-tijani (1230/1815H).
Tarekat ini bermula dari Berber Al-jazairdan menyebar dari al-jazair ke selatan Sahara,
terus masuk ke Sudan bagian Barat dan Tengah, Mesir, Senegal, Afrika Barat, Nigeria,
dan bahkan tarekat ini sudah diperkenalkan sampai Amerika Barat dan Utara. Tijaniyah
termasuk tarekat mu’tabarah yang diakui kebeneranya dan keberadaanya di Indonesia.

16 Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan, 1995.

20
Nama tijaniyah ini dinisbatkan kepada keluarga ibunya, dan disebut juga dengan tarekat
al-Ahmadiyah, tarekat ini tidak diketahui secara pasti kapan sampai di Indonesia dan
siapa yang membawanya. Namun yang tercatat dalam sejarah bahwa ditahun 1928 telah
terjadi Gerakan (kegiatan tarekat) di Cirebon. Seorang Arab yang tinggal di Tasikmalaya
bernama Ali bin Abdullahal al-Thayyib al-Azhari berasal dari Madinah menulis sebuah
kitabْ“Munyatul Murid”,ْberisiْtentangْbeberapaْpetunjukْdanْajaranْtarekatْtijaniyah.ْ
Juga di tahun 1934ْdalamْ“fragmentaْislamica”ْdiْLeidenْterdapatْhasilْpenyelidikanْDr.ْ
G.F Pijper terhadap kegiatan tarekat Tijaniyah di Indonesia atau Cirebon. Dari bukti
sejarah ini berarti tarekat tijaniyah ini berada di Indonesia minimal sejak tahun 1928.
Dalam tarekat Tijaniyah ada beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh
pengikutnya yaitu:
• Melazimkan shalat fardhu dalam waktunya dengan memelihara syarat, rukun
dan segala adabnya yang sunat-sunat, utama sekali berjamaah.
• Taqwa kepada Allah dengan zahir dan batin sesuai kemampuan, jika terjadi
pelanggaranْsyar’IْwajibْsegeraْtaubatْkepadaْAllah.
• Tidak ziarah untuk minta doakan kepada Waliullah yang bukan dari Tijaniyah
dan sahabat Rasulullah SAW, baik yang sudah mati maupun masih hidup.
• Tidak mengumpulkan tarekat ini dengan yang lainya.
• Bersedia mengamalkan ajaran tarekat ini dengan yang lainya.17

17 Noor'ainah.ْ“AjaranْTasawufْTarekatْTijaniyah.”ْIlmu Usuludin (2011).

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tarekat islam adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah,
dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih, dan Tasawuf. Masyarakat Islam memiliki
warisan kultural dari ulama.
sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf yang
merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya tarekat-tarekat pada masa itu.
Dengan dibukanya ajaran-ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih
berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat missal. Maka kemudian berbondong-
bondonglah orang awam memasuki majelis-majelis dzikirnya para sufi, yang lama
kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan
thariqat.
Pada awal mulanya islam, tarekat hanya ada 2 macam, yaitu tarekat nabawiyah dan
tarekat salafiah. Namun, dengan seiring perkembangan zaman, macam-macam tarekat
menjadi berkembang.
Di Indonesia, tarekat yang paling banyak yaitu, tarekat qadiriyah dan tarekat
naqsabandiyah. Selain ke dua macam tarekat tersebut, masih banyak lagi macam-macam
tarekat, diantaranya tarekat qadiriyah wa naqsabandiyah, tarekat syattariyah, tarekat
syadziliyah, tarekat sammaniyah dan tarekat khalwatiyah.
B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini dan
selalu terbuka untuk kritik dan saran yang membangun. Hal ini akan menjadikan makalah
ini lebih bermanfaat dan berkualitas di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Said. Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1993.


Salim, Hasan Basri dan Abdur Rozak Sastra. Studi Islam 2. Jakarta: LEMBAGA
PENELITIAN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Kharisudin, Aqib. Al-Hikmah memahami teosofi tarekat qadariyah wa naqsabandiyah.
surabaya: dunia ilmu, 1996.
Sri, Mulyati. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta:
Kencana, 2005.
Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan, 1995.
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang, t.thn.
Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.
Mustafa. Akhlak Tasawuf. Aceh: Pustaka Setia, 2007.
Hakim, Arif Rahman. pecihitam. 23 Maret 2020.
Noor'ainah.ْ“AjaranْTasawufْTarekatْTijaniyah.”ْIlmu Usuludin (2011).

23

Anda mungkin juga menyukai